Resus Trikiasis

33
a. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. S Usia : 63 th Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Petani Agama : Islam Alamat : Candimulyo, Magelang No. RM : 188874 b. ANAMNESIS Keluhan Utama Nyeri pada kedua mata. Keluhan Tambahan Pada kedua mata terasa mengganjal, silau dan nyeri saat terkena cahaya, dan berair. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke Poliklinik Kesehatan Mata RSUD Tidar Magelang dengan keluhan nyeri pada kedua mata seperti ditusuk-tusuk sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan memberat dalam 1 minggu terakhir. Keluhan dirasakan setelah bulu mata kanan pasien tumbuh masuk ke dalam. Selain itu, pasien juga mengeluhkan terasa mengganjal, silau disertai nyeri jika terkena cahaya, dan berair. Dari catatan rekam medis diketahui bahwa pasien memiliki riwayat trikiasis dan sudah pernah menjalani pengobatan sebanyak 2 kali setiap tahunnya (April 2014 dan Maret 2013). Riwayat Penyakit Dahulu

description

kudaaaa

Transcript of Resus Trikiasis

Page 1: Resus Trikiasis

a. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Usia : 63 th

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Petani

Agama : Islam

Alamat : Candimulyo, Magelang

No. RM : 188874

b. ANAMNESIS

Keluhan Utama

Nyeri pada kedua mata.

Keluhan Tambahan

Pada kedua mata terasa mengganjal, silau dan nyeri saat terkena cahaya, dan berair.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poliklinik Kesehatan Mata RSUD Tidar Magelang dengan

keluhan nyeri pada kedua mata seperti ditusuk-tusuk sejak 3 bulan yang lalu.

Keluhan memberat dalam 1 minggu terakhir. Keluhan dirasakan setelah bulu mata

kanan pasien tumbuh masuk ke dalam. Selain itu, pasien juga mengeluhkan terasa

mengganjal, silau disertai nyeri jika terkena cahaya, dan berair. Dari catatan rekam

medis diketahui bahwa pasien memiliki riwayat trikiasis dan sudah pernah

menjalani pengobatan sebanyak 2 kali setiap tahunnya (April 2014 dan Maret

2013).

Riwayat Penyakit Dahulu

Keluhan serupa (+) Trauma mata, Operasi mata : disangkal. Diabetes mellitus,

Hipertensi, dan Alergi : tidak diketahui secara pasti

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluhan serupa disangkal. Trauma mata, Diabetes mellitus, Hipertensi, dan

Glaukoma dalam keluarga tidak diketahui secara pasti.

Page 2: Resus Trikiasis

c. KESAN

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan Umum : Baik

OD : Tampak beberapa bulu mata bagian atas tumbuh ke dalam mata.

OS : Tampak kelopak mata bagian bawah melipat ke arah dalam, bulu

mata bagian bawah masuk ke dalam mata.

d. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

PEMERIKSAAN OD OS

Visus Jauh 20/100 20/80

Refraksi Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

Koreksi Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

Visus Dekat Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

Proyeksi Sinar Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

Persepsi Warna Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

e. PEMERIKSAAN OBJEKTIF

PEMERIKSAAN OD OS PENILAIAN

1. Sekitar mata

- Alis N N Kedudukan alis

baik, jaringan parut

(-), simetris

- Silia Trikiasis (+) Trikiasis (+) Trikiasis (-),

distikiasis (-),

madarosis (-)

2. Kelopak mata

- Pasangan N N Simetris, ptosis (-)

- Gerakan N N Gangguan gerak

membuka dan

menutup (-)

blefarospasme (-)

- Lebar rima 10 mm 10 mm Normal 9-14 mm

- Kulit N N Hiperemi (-)

Page 3: Resus Trikiasis

edema (-)

massa (-)

- Tepi kelopak N Entropion (+)

Trikiasis (+)

Trichiasis (-)

ektropion (-)

entropion (-)

- Margo

intermarginalis

N N Tanda radang (-)

3. Apparatus Lakrimalis

- Sekitar glandula

lakrimalis

N N Dakrioadenitis (-)

- Sekitar sakus

lakrimalis

N N Dakriosistitis (-)

- Uji flurosensi Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

- Uji regurgitasi Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

- Tes Anel Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

4. Bola mata

- Pasangan N N Simetris

(orthophoria)

- Gerakan N

+ +

+ +

+ +

N

+ +

+ +

+ +

Tidak ada

gangguan gerak

(syaraf dan otot

penggerak bola

mata normal)

- Ukuran N N Makroftalmos (-)

Mikroftalmos (-)

5. TIO N N Palpasi kenyal

(tidak ada

peningkatan dan

penurunan TIO)

6. Konjungtiva

Page 4: Resus Trikiasis

- Palpebra superior N N Tenang,

mengkilap,

hiperemis (-), papil

(-), folikel (-)

- Forniks N N

- Palpebra inferior N N Tenang,

mengkilap,

hiperemis (-), papil

(-), folikel (-)

- Bulbi N N Injeksi konjungtiva

(-), injeksi siliar (-),

perdarahan

subconjungtiva (-),

pucat (-), corpal (-),

7. Sclera Putih Putih Tidak ikterik

8. Kornea

- Ukuran horizontal 12mm

vertikal 11mm

- Kecembungan N N Lebih cembung

dari sclera

- Limbus Arcus Senilis

(+)

Arcus Senilis

(+)

Arcus senilis (-)

Injeksi siliar (-)

- Permukaan N N Licin, mengkilap,

edema (-)

corpal (-)

defek epitel (-)

ulkus(-)

- Medium Jernih Jernih Jernih

- Uji flurosensi Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

- Placido N N Konsentris Reguler

9. Kamera Okuli anterior

Page 5: Resus Trikiasis

- Ukuran Dalam Dalam Dalam

- Isi Jernih Jernih Jernih, flare (-)

hifema (-)

hipopion (-)

10. Iris

- Warna Cokelat Cokelat

- Pasangan N N Simetris

- Gambaran N N Kripte baik

sinekia (-)

11. Pupil

- Ukuran 4 mm 4 mm Normal ( 3-6 mm)

pada ruangan

dengan cahaya

cukup

- Bentuk Bulat Bulat Isokor

- Tempat Di tengah Di tengah Di tengah

- Tepi Reguler Reguler Reguler

- Refleks direct (+) (+) Positif

- Refleks indrect (+) (+) Positif

12.Lensa

- Ada/tidak Ada Ada Ada

- Kejernihan Keruh, tipis Keruh, tipis Jernih

- Letak N N Di tengah,

belakang iris

- Warna Kekeruhan Putih Putih

13. Korpus Vitreum Jernih Jernih Jernih

14.Refleks fundus Warna orange

kurang

cemerlang

Warna orange

kurang

cemerlang

Warna jingga

kemerahan terang,

homogen

f. KESIMPULAN PEMERIKSAAN

OD OS

Page 6: Resus Trikiasis

- Visus jauh 20/100

- Trikiasis (+)

- Arkus senilis (+)

- Lensa keruh, putih

- Reflek fundus orange kurang

cemerlang

- Visus jauh 20/80

- Trikiasis (+)

- Entropion (+)

- Arkus senilis (+)

- Lensa keruh, putih

- Reflek fundus orange kurang

cemerlang

g. DIAGNOSA KERJA

ODS Trikiasis

OS Entropion

ODS Katarak Senilis

h. TERAPI

Gentamicin 0,3% ED 2x ODS

Epilasi

Edukasi pasien :

- untuk tidak mengucek mata

- menghindari paparan angin terlalu banyak

- menggunakan pelindung mata untuk menghindari debu, benda asing dan

mengurangi fotofobia

- kontrol 8 minggu kemudian atau sebelum itu jika ada keluhan

i. PROGNOSIS

a. Visam : Dubia ad malam

b. Sanam : Dubia ad malam

c. Vitam : Dubia ad bonam

d. Kosmeticam : Dubia ad bonam

j. MASALAH YANG DIKAJI

1. Bagaimana penatalaksanaan trikiasis dan entropion?

2. Apakah komplikasi trikiasis?

Page 7: Resus Trikiasis

k. PEMBAHASAN

ANATOMI PALPEBRA

Gambar 1. Anatomi Palpebra Superior et Inferior

Palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata serta mengeluarkan sekresi

kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat

menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar,

dan pengeringan bola mata.

Palpebra mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian

belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Konjungtiva tarsal

melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang

mempunyai sel goblet yang menghasilkan musin.

Pada palpebra terdapat bagian-bagian :

- Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar Moll, kelenjar Zeis pada pangkal rambut

dan kelenjar meibom pada tarsus

- Otot seperti M. orbikularis okuli yang dipersarafi N. fasialis, M. rioland, M.

orbikularis, dan M. levator palpebra yang dipersarafi oleh N. III yang berfungsi

untuk mengangkat kelopak dan membuka mata.

- Di dalam palpebra terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di

dalamnya atau kelenjar meibom yang bermuara pada margo palpebra

- Septum orbita merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan

pembatas isi orbita dengan kelopak depan

- Pembuluh darah yang memperdarahi adalah a. palpebra

Page 8: Resus Trikiasis

- Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V

sedangkan kelopak bawah oleh cabang II saraf V.

- Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan

melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks mentup bulus okuli.

Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel goblet yang

menghasilkan musin.

TRIKIASIS

1. Definisi

Trikiasis adalah suatu kelainan dimana bulu mata mengarah ke dalam bola mata yang

dapat menggosok kornea atau konjunctiva yang dapat menyebabkan iritasi. Bulu mata

dapat tumbuh dalam posisi yang abnormal sementara palpebra tetap pada posisi normal.

Trichiasis harus dibedakan daripada entropion, dimana pada entropion terjadi pelipatan

palpebra ke arah dalam. Kemungkinan dimana terjadinya entropion dan trikiasis

bersamaan dapat terjadi, dan dibutuhkan terapi untuk keduanya (Ilyas, 2008).

Gambar 2. Bulu mata normal dan bulu mata dengan trikiasis

Page 9: Resus Trikiasis

Gambar 3. Bulu mata dengan trikiasis

2. Klasifikasi

Pembagian trikiasis berdasarkan kelainan bulu mata yaitu sebagai berikut

(Khooshabeh, 2002) :

a. Acquired metaplastic eyelashes.

Biasanya disebabkan peradangan kelopak mata seperti meibomitis atau trauma

akibat pembedahan, dimana epitel kelenjar meibom mengalami perubahan

metaplastik menjadi folikel rambut. Hal ini menyebabkan pertumbuhan bulu mata

lebih posterior daripada normal dimana dapat mengarah ke belakang.

b. Congenital metaplastic eyelashes.

Kelainan kongenital dimana kelenjar meibom menjadi multipoten berkembang

menjadi folikel-folikel rambut. Barisan kedua dari bulu mata tumbuh dari

permukaan kelenjar meibom.

c. Misdirected eyelashes.

Pertumbuhan bulu mata yang normal, namun akibat dari sedikit jaringan parut pada

margin kelopak mata menyebabkan perubahan arah dari bulu mata ke dalam.

d. Marginal entropion.

Pembalikan dari margin kelopak mata akibat dari proses parut dari lamela posterior

kelopak mata.

3. Epidemiologi

Trikiasis dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering ditemukan pada orang

dewasa. Trikiasis termasuk kelainan pada palpebra yang jarang berdiri sendiri. Biasanya

terjadi bersama penyakit lain seperti trakoma, sikatrisial pemfigoid, entropion, dan trauma

lainnya yang mengenai palpebra (Ilyas, 2008). Trakoma merupakan penyebab terpenting

terjadinya trikiasis. Terdapat ± 50 negara yang termasuk negara endemik trakoma. Negara-

negara tersebut tersebar di benua afrika, timur tengah, asia tenggara, india, dan amerika

selatan. Laporan terbaru WHO pada tahun 2013 menyebutkan bahwa terdapat ± 40 juta

orang menderita trakoma, 8.2 juta orang diantaranya menderita trikiasis. Belum ditemukan

bukti adanya predileksi pada ras-ras tertentu ataupun jenis kelamin (Graham, 2011).

4. Etiologi dan Patofisiologi

Trikiasis dapat disebabkan oleh infeksi pada mata, peradangan pada palpebra, kondisi

autoimun, dan trauma. Kelainan ini juga dihubungkan dengan penyakit sikatrik kronik

Page 10: Resus Trikiasis

seperti sikatrisial pemphigoid, penyakit infeksi seperti trakoma serta sindrom steven

johnson. Proses inflamasi tersebut akan menyebabkan terbentuknya jaringan parut atau

sikatrik. Sikatrik yang terbentuk pada bagian lamella posterior palpebra, menyebabkan

posisi silia mata tumbuh mengarah ke bola mata. Proses penuaan juga merupakan

penyebab umum terjadinya trikiasis, karena kulit yang kehilangan elastisitas (Ilyas, 2008).

Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan resiko terjadinya trikiasis sebagai berikut

(Vaughan dan Asbury, 2009) :

a. Idiopatik

b. Blefaritis ulseratif

Merupakan peradangan margo palpebra dengan tukak akibat infeksi

staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat krusta berwarna kekuningan,

serta skuama yang kering dan keras, yang bila keduanya diangkat akan terlihat

ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah disekitar bulu mata. Penyakit ini sangat

infeksius. Ulserasi berjalan lanjut dan lebih dalam sehingga merusak follikel

rambut mengakibatkan rontok (madarosis), dan apabila ulkus telah menyembuh

akan membentuk jaringan parut atau sikatrik. Sikatrik ini akan menimbulkan

tarikan sehingga menyebabkan bulu mata tumbuh mengarah ke bola mata

(trikiasis).

c. Sikatriks : Dapat diakibatkan oleh luka palpebra dan trauma.

d. Epiblepharon, penyakit kongenital yang terjadi dimana jaringan longgar di sekitar

mata membentuk lipatan yang abnormal kulit dan otot pretarsal, menyebabkan

bulu mata mengarah ke dalam.

e. Trachoma, suatu konjunctivitis folikular kronik yang berkembang hingga

terbentuknya jaringan parut pada konjungtiva tarsus superior sehingga

mengakibatkan perubahan bentuk pada tarsus yang selanjutnya dapat mengubah

bentuk palpebra superior berupa membaliknya bulu mata ke arah bola mata

(trikiasis) atau seluruh tepian palpebra (entropion) sehingga bulu mata terus-

menerus menggesek kornea. Pada kasus yang berat, trikiasis dapat terjadi akibat

jaringan parut yang berat.

f. Penyakit-penyakit lainnya yang dapat mengenai kulit dan membran mukosa

seperti sikatrik okuler pemphigoid.

Sikatrik Okuler Pemphigoid (SOP) atau mucous membrane pemphigoid adalah

kelainan autoimun kronik yang ditandai dengan adanya bula pada konjungtiva.

Page 11: Resus Trikiasis

SOP merupakan kelainan yang bersifat bilateral, mengenai kedua mata dan lebih

sering ditemukan pada wanita lanjut usia. Gejalanya dapat berupa rasa nyeri dan

sensai benda asing pada mata disertai kotoran mata. Salah satu tanda SOP adalah

simblefaron, yaitu adhesi antara konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi. Hal

ini menunjukkan terjadinya proses pembentukan sikatrik subepitelial yang

progresif. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya trikiasis apabila terbentuk

sikatrik yang tebal. Trikiasis ini dapat menyebabkan keratinisasi pada permukaan

kornea dan konjungtiva.

5. Gambaran Klinis

Pasien dapat mengeluhkan sensasi benda asing, iritasi pada permukaan bola mata yang

kronik, lesi pada kelopak mata, gatal, nyeri pada mata, dan mata bengkak. Abrasi kornea

sampai dapat terjadi ulkus kornea, injeksi konjungtiva, keluarnya cairan mucus, dan

pandangan menjadi kabur dapat menyertai penyakit ini (Ruth, 2011).

6. Diagnosis

a. Anamnesis

Pada anamnesis dapat ditanyakan mengenai riwayat penyakit sebelumnya yang

pernah diderita oleh pasien. Misalnya :

1. Apakah pasien pernah menderita infeksi mata berat atau pernah berada di

negara endemik trakoma seperti di Afrika dan negara-negara timur tengah?

2. Apakah pasien memiliki riwayat penyakit autoimmune seperti pemphigoid

sikatrik?

3. Apakah ada riwayat trauma pada mata?

4. Apakah pasien pernah menjalani operasi mata sebelumnya?

Pasien dengan trikiasis dapat mengeluhkan sensasi benda asing dan iritasi

permukaan bola mata kronik. Apabila lebih berat hingga menimbulkan ulkus

kornea , maka akan timbul keluhan mata merah, sakit pada mata, fotofobia, dan

penglihatan menurun.

b. Pemeriksaan fisik

1. Inspeksi

Pada pemeriksaan inspeksi dengan menggunakan slit lamp didapatkan satu

atau lebih silia tumbuh ke arah kornea atau konjungtiva bulbi. Tanda dan

gejala penyakit penyerta seperti trakoma, blefaritis, dan lain-lain, dapat

ditemukan.

Page 12: Resus Trikiasis

2. Eversi kelopak mata

Eversi kelopak dilakukan dengan mata pasien melihat jauh ke bawah. Pasien

diminta jangan mencoba memejamkan mata. Tarsus ditarik ke arah orbita.

Pada konjungtiva dapat dicari adanya folikel, perdarahan, sikatriks dan

kemungkinan benda asing.

3. Fluoresein

Fluoresin adalah bahan yang berwarna jingga merah yang bila disinari

gelombang biru akan memberikan gelombang hijau.

Kertas fluoresein yang dibasahi terlebih dahulu dengan garam fisiologik

diletakkan pada sakus konjungtiva inferior. Penderita diminta untuk menutup

matanya selama 20 detik, beberapa saat kemudia kertas ini diangkat.

Dilakukan irigasi konjungtiva dengan garam fisiologik. Dilihat permukaan

kornea bila terlihat warna hijau dengan sinar biru berarti ada kerusakan epitel

kornea. Defek kornea terlihat berwarna hijau karena pada bagian defek tersebut

bersifat basa. Pada keadaan ini disebut uji fluoresein positif. Pemeriksaan ini

dipakai untuk melihat terdapatnya defek epitel kornea akibat gesekan dari silia

bulu mata yang mengalami trikiasis.

7. Diagnosis Banding

Trikiasis dapat didiagnosis banding dengan entropion. Entropion adalah pelipatan

kelopak mata ke arah dalam yang dapat disebabkan oleh involusi, sikatrik, atau

congenital. Gangguan ini selalu mengenai kelopak mata bawah dan merupakan akibat

gabungan kelumpuhan otot-otot retractor kelopak mata , mikrasi ke atas muskulus

orbikularis preseptal, dan melipatnya tarsus ke atas (Ilyas, 2008).

8. Penatalaksanaan

a. Jika hanya sedikit bulu mata yang terlibat, trikiasis dapat diterapi dengan

mechanical epilation, yaitu membuang bulu mata yang tumbuh ke dalam dengan

forcep pada slit lamp. Karena pertumbuhan kembali dapat terjadi, epilasi berulang

diperlukan setelah 6-8 minggu (Ilyas,2008).

b. Electrolysis dapat digunakan untuk menatalaksana trikiasis. Akan tetapi tingkat

rekurensinya tinggi, selain itu kekurangan metode elektrolisis yaitu sulitnya

menempatkan jarum tepat pada folikel rambut yang akan dirusak sehingga

Page 13: Resus Trikiasis

berisiko untuk menyebabkan kerusakan mukosa dan struktur sekitarnya yang

akhirnya akan menyebabkan terbentuknya sikatrik yang lebih luas dan trikiasis

yang lebih hebat (Collin dan Rose, 2001)

Gambar 3. Elektrolisis. Sebuah jarum di insersikan ke dalam folikel rambut dengan bantuan slit

lamp atau dengan mikroskop.

c. Trikiasis segmental dapat diperbaiki dengan cryotherapy. Cryotherapy yaitu suatu

teknik pengrusakan folikel rambut dengan menggunakan suhu yang sangat dingin

(nitrogen oksida). Cryotherapy hanya membutuhkan anestesia lokal infiltratif.

Folikel dari bulu mata sangat sensitif terhadap dingin dan dapat dihancurkan pada

suhu -20o C. Area yang terlibat dibekukan kurang lebih selama 25 detik dan

kemudian dibiarkan mencair. Kemudian dibekukan kembali selama 20 detik

(double freeze-thaw technique). Beberapa sumber menyebutkan, membutuhkan

45 detik membekukan dengan 4 menit mencairkan secara lambat untuk double

freeze-thaw technique. Bulu mata yang abnormal dapat diangkat dengan forcep.

Kekurangan dari cryotherapy adalah edema yang dapat bertahan selama beberapa

hari, kehilangan pigmen kulit melanosit yang dapat hancur pada suhu -10o C

sehingga dapat hancur terlebih dahulu sebelum folikel rambut dihancurkan,

penebalan margin palpebra, dan kemungkinan gangguan fungsi sel goblet.

Metode ini dapat dikombinasi dengan berbagai prosedur pembedahan dan dapat

diulangi jika persisten atau berulang. Prosedur bedah yang dilakukan sama

dengan prosedur yang dilakukan pada entropion sikatrik, salah satunya yaitu

dengan teknik modifikasi Ketssey’s (Collin dan Rose, 2001).

Page 14: Resus Trikiasis

Gambar 4. Cryotherapy

d. Pada teknis modifikasi ketssey’s (Transposition of tarsoconjunctival wedge),

sebuah insisi horizontal dibuat sepanjang sulkus subtarsalis, (2-3 mm diatas

margo palpebra) termasuk konjungtiva dan tarsal plate. Bagian terbawah dari

tarsal plate di tempel pada margo kelopak mata. Penjahitan matras dilakukan

setelah pemotongan bagian atas dari tarsal plate dan jahitan tersebut timbul pada

kulit 1 mm di atas margo kelopak mata.

Gambar 5. Teknik modifikasi Ketssey’s

e. Terapi medikamentosa dengan menggunakan kloramphenikol ointment dapat

membantu mencegah terjadinya kerusakan kornea. Pada trachomatous trichiasis,

dapat pula digunakan doxycycline sebagai terapi untuk mencegah terjadinya

proses sikatrisasi yang lebih luas sehingga secara tidak langsung mencegah

terjadinya trikiasis.

9. Komplikasi

Page 15: Resus Trikiasis

Apabila tidak ditangani dengan segera trikiasis dapat menyebabkan komplikasi seperti

iritasi pada permukaan bola mata yang kronik, abrasi kornea, terjadi ulkus kornea,

perforasi, sampai terjadinya infeksi bola mata. Komplikasi lebih lanjut dapat menyebabkan

kebutaan.

10. Prognosis

Prognosis umumnya baik. Tindak lanjut perawatan berkala dan perhatian terhadap

komplikasi, kekambuhan, atau komplikasi kornea dapat meningkatkankan prognosis

jangka panjang.

ENTROPION

1. Definisi

Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo

palpebra ke arah dalam sehingga bulu mata menggeser jaringan konjungtiva dan kornea.

Melipatnya kelopak mata bagian tepi ini dapat menyebabkan kelopak mata bagian lain ikut

melipat.

Gambar 6. Entropion

2. Epidemiologi

Entropion bisa ditemukan pada semua lapisan umur namun entropion khususnya

entropion involusional lebih sering ditemukan pada orangtua. Entropion lebih sering

terjadi pada wanita dibandingkan pria. Hal ini mungkin disebabkan lempeng tarsal pada

wanita rata-rata lebih kecil dibandingkan pada pria. Entropion involusional biasanya

ditemukan lebih sering pada palpebra inferior sedangkan entropion sikatrik lebih sering

pada palpebra superior dan paling sering didahului oleh trakhoma.

3. Klasifikasi

Entropion berdasakan penyebab dibagi atas :

Page 16: Resus Trikiasis

- Involusi

Paling sering terjadi sebagai akibat dari proses penuaan. Seiring dengan

meningkatnya usia maka terjadi degenerasi progresif jaringan fibrous dan elastik

kelopak mata bawah. Gangguan ini paling sering ditemukan pada kelopak bawah

dan merupakan akibat gabungan kelumpuhan otot-otot retraktor kelopak bawah,

migrasi ke atas muskulus orbikularis preseptal, dan melipatnya tepi tarsus atas.

- Sikatrik

Dapat mengenai kelopak mata atas atau bawah dan disebabkan oleh jaringan parut

di konjungtiva atau tarsus. Patologi dasarnya yaitu memendeknya lamella posterior

akibat berbagai sebab. Gangguan ini paling sering ditemukan pada penyakit-

penyakit radang kronik seperti trakoma. Berbagai kondisi lain yang dapat

menyebabkan terjadinya entropion sikatrik adalah penyakit autoimun (sikatrik

pemfigoid dan sindrom steven johnson), inflamasi, infeksi (herpes zooster,

trakoma), tindakan bedah (enukleasi, koreksi ptosis) dan trauma (luka bakar dan

trauma kimia). Penggunaan obat glaukoma dalam jangka waktu yang lama dapat

menyebabkan konjungtivitis kronis yang menyebabkan pemendekan konjungtiva

secara vertikal sehingga terjadi entropion sikatrik sekunder. Entropion sikatrik

dapat mengenai kelopak mata atas atau bawah.

- Kongenital

Entropion kongenital merupakan anomali yang jarang ditemukan. Entropion

kongenital dapat menyebabkan erosi kornea kronik dan blefarospasm. Dapat terjadi

trauma pada kornea yang menyebabkan terbentuknya ulkus pada bayi. Pada

entropion kongenital, tepi kelopak mata memutar kearah kornea, sementara pada

epiblefaron kulit dan otot pratarsalnya menyebabkan bulu mata memutari tepi

tarsus. Entropion kongenital berbeda dengan entropion didapat. Entropion didapat

terjadi pada usia remaja dan diturunkan secara autosomal dominan.

- Entropion Spastik Akut

Entropion spastik akut biasanya terjadi pada iritasi maupun inflamasi okuli dimana

terjadi pembengkakan pada kelopak mata dan spasme otot orbikularis.Keadaan ini

juga paling sering terjadi setelah operasi intraokuler pada pasien dengan kelopak

mata preoperatif tidak menyadari atau memiliki kelopak mata yang sedikit

menekuk ke arah bola mata. Kontraksi otot orbikularis kelopak mata yang tertahan

Page 17: Resus Trikiasis

menyebabkan rotasi ke dalam tepi kelopak mata. Hal ini akan mengakibatkan

bertambahnya iritasi dari yang telah ada sebelumnya.

4. Gambaran Klinis

Rambut yang mengiritasi mata dan menyebabkannya produksi air mata yang berlebih

sehingga mata sangat lembab. Keluhan yang sering timbul adalah rasa tidak nyaman

seperti adanya sensasi benda asing, mata berair, mata merah, gatal, mata kabur dan

fotofobia. Entropion kronis dapat menyebabkan sensitifitas terhadap cahaya dan angin,

dapat menyebabkan infeksi mata, abrasi kornea atau ulkus kornea.

Dari pemeriksaan fisik akan tampak berupa :

1. Kerusakan pada epitel konjungtiva atau kornea akibat trauma.

2. Hiperemia pada konjungtiva yang terlokalisasi.

3. Kelemahan kelopak mata (involusional entropion).

4. Jaringan parut pada konjungtiva (sikatrik entropion).

5. Pertumbuhan kelopak mata bawah yang abnormal (kongenital entropion).

5. Diagnosis

Sebagian besar pasien dengan entropion bermasalah dengan air mata yang terus

mengalir, iritasi, terasa ada benda asing di dalam mata dan mata merah yang persisten.

Dengan menggunakan slitlamp kadang-kadang dapat mengidentifikasi lipatan pinggir

kelopak mata, kelemahan kelopak yang horizontal, melingkarnya perseptal orbikularis,

enophtalmus, injeksi konjungtiva, trikiasis, dan entropion yang memanjang, keratitis

punctata superfisial yang dapat menjadi ulkus dan formasi panus. Pasien dengan entropion

sikatrik mungkin terdapat keratinisasi pada tepi kelopak mata dan simblefaron.

Pemeriksaan fisik pada kelopak mata meliputi test snapback yaitu dengan cara

menarik kelopak mata dengan hati-hati ke arah luar lalu dilihat apakah kelopak mata dapat

kembali ke posisi semula, dan biasanya tes ini tidak menimbulkan rasa sakit. Dari tes ini

dapat dilihat kelemahan pada tonus kelopak mata yang horizontal. Pada pinggir kelopak

mata bawah selalu ditemukan kelengkungan ke arah limbus setelah entropion terbentuk.

Forniks inferior tidak selalu kelihatan dalam dan kelopak mata mungkin dapat mudah

dikeluarkan. Tanda klinis lainnya meliputi gambaran garis putih dalam ukuran milimeter

di bawah tarsal inferior akibat dari pergeseran dari retraktor kelopak mata dan pergerakan

yang sedikit atau tidak ada sama seklai dari kelopak bawah saat melihat ke bawah.

Pindahnya bagian superior dari orbikularis superior dapat dideteksi dengan melakukan

Page 18: Resus Trikiasis

observasi yaitu menutup mata yang memerah setelah kelipak entropion kembali normal

(tes kelengkungan orbikularis).

6. Diagnosis Banding

a. Retraksi kelopak mata (penyakit Grave).

Tarikan dari kelopak mata bawah dan atas menimbulkan bulu mata dan kulit

kelopak melipat ke dalam menyerupai entropion.

b. Distikiasis

Bersifat kongenital, terdapat kelainan yang menekan temapat keluarnya saluran

Meibom.

c. Trikiasis

Kelainan berupa bulu mata yang mengarah ke kornea, sehingga timbul reaksi

radang yang kedua dan terbentuk jaringan parut

d. Dermatokalasis

Suatu keadaan degeneratif, timbul lebih awal, dan menunjukkan gambaran yang

longgar dengan penonjolan dan kulit kelopak yang banyak. Perubahan arah bulu

mata pada kelopak atas menyerupai entropion

e. Epiblefaron

Kelainan kongenital yang tampak berupa pelipatan kulit kelopak dan ketegangan

otot horizontal yang menyilang ke pinggir kelopak menyebabkan bulu mata

masuk ke dalam. Orientasi dari tarsal plate normal selalu asimptomatik dan

berkaitan dengan pertambahan umur.

7. Penatalaksanaan

Terapi nonfarmakologis dengan menarik kulit palpebra ke arah pipi sehingga menjauh

dari bola mata dapat mengurangi gejala sementara terutama untuk involusi atau spastik

entropion. Pencukuran bulu mata bisa dilakukan di tempat lokasi trichiasis. Terapi kontak

lensa (hidrogel, hidrogel silikon, yang memiliki diameter lebih besar dari kornea atau

sklera) untuk melindungi kornea.

Pengobatan entropion terbaik adalah operasi plastik atau suatu tindakan tarsotomi

pada entropion akibat trakoma. Pembedahan untuk memutar keluar kelopak mata efektif

pada semua jenis entropion. Sebuah tindakan sementara yang bermanfaat pada entropion

evolusional adalah dengan menarik kelopak mata bawah dan menempelkannya dengan

‘tape’ ke pipi; tegangannya mengarah ke temporal dan inferior. Operasi entropion

Page 19: Resus Trikiasis

transkonjungtiva merupakan prosedur yang aman dan lebih efisien pada entropion

involusi.

Pemilihan prosedur pembedahan tergantung pada penyebab yang mendasari.

Intervensi bedah diindikasikan jika salah satu dari berikut muncul persisten: iritasi okular

berulang, konjungtivitis bakteri, refleks hipersekresi air mata, superfisial keratopathy,

risiko ulserasi dan keratitis mikroba.

Beberapa tindakan operasi yang dapat dilakukan

1. Entropion kongenital.

Entropion kongenital dapat diperbaiki dengan pemasangan kembali fasia

kapsulopalpebra. Prosedur ini akan diuraikan pada bagian entropion involusional,

dan dilakukan untuk mengencangkan kelopak mata anak-anak yang horizontal

secara tidak serentak.

Perbaikan epiblefaron diperlukan jika ada bukti keratopati atau jika gejalanya

simptomatik. Dalam banyak kasus, hal ini dapat dilakukan tanpa harus

mengangkat kulit. Goresan horizontal dibuat 1,5 mm di bawah bulu mata,

menyeberangi kelopak mata bawah. Goresan diperluas sekitar mm ke medial dan

lateral menuju area yang melipat. Sejumlah kecil otot orbikularis pretarsal

dipindahkan, agar perbatasan tarsal bawah terbuka. Luka kemudian ditutup

dengan cara memperkirakan kulit bagian atas tetap mebingkai perbatasan tarsal

bawah, kemudian tepi kulit bagian bawah ditutup dengan jahitan 6.0 yang biasa.

2. Entropion akut spastik

Suntikan toksin botulinum selalu efektif untuk paralisi orbikularis. Efek toksin

botulinum bertahan hanya sekitar 3 bulan, tetapi entropion tidak akan terulang

walaupun efeknya menghilang.

3. Entropion involusional.

a. Perbaikan fasia kapsulopalpebra

Metode perbaikan entropion ini didasarkan pada jenis dan tingkatan masalah,

sepeti halnya kemampuan pasien untuk mentolerir suatu pemeriksaan.

Involusional entropion dapat diobati dengan menentukan faktor penyebab

penyakit.Setelah anestesi lokal, suatu goresan subsilar dibuat 2 mm di bawah

luka dari bawah punctum menuju cabang cantal. Penutup kulit yang kecil

disayat ke bawah di atas tarsus, dan potongan oto orbikularis pretarsal disayat

sampai batas tarsus. Septum orbita digores dan dibuka, sehingga tepi fasia

Page 20: Resus Trikiasis

kapsulopalpebra yang tipis dapat terlihat. Dengan adanya bantalan inferior

orbita, yang kondisinya sama dengan keadaan kelopak mata bawah kepada

levator, dapat ditutup dengan empat jahitan sesuai dengan struktur mata. Suatu

potongan tarsal yang mengarah ke samping menunjukkan kelemahan kelopk

mata bawah dan potongan tersebut sesuai dengan banyaknya ketegangan

kelopak. Tiga jahitan dengan silk 6.0 digunakan untuk menyambung kembali

fasia kapsulopalpebra bawah dengan perbatasan tarsal. Kelopak mata tidak

harus selalu dikoreksi dan banyaknya jumlah fasia kapsulopalpebral dapat

dikonfirmasi dengan melakukan follow up pasien. Kulit muka yang ditutup

dengan jahitan 6.0 biasa, dan jumlah tepi fasia kapsulopalpebral harus

disatukan dengan tiga jahitan pusat untuk mencegahnya otot orbikularis.

b. Jahitan quickert.

Jika pasien yang mempunyai involusional entropion miskin dan tidak bisa

melakukan pembedahan maka teknik quickert, atau tiga jahitan, dapat

digunakan. Kelemahannya tingkat kekambuhan dengan teknik ini sangatlah

tinggi. Jahitan tiga double-kromik 5-0 ditempatkan horizontal 3 mm melebar

ke lateral, tengah, dan medial kelopak mata bawah. Jahitan melewati forniks

sampai batas di bawah perbatasan inferior tarsal lalu keluar sampai kulit.

Masing-masing jahitan ditegangkan untuk koreksi.

4. Entropion sikatrik.

Prosedur Wies. Jika entropionnya asli sikatrik, blefarotomi dan rotasi merginal

(prosedur Wies) efektif untuk memperbaiki kelopak mata atas atau

bawah.Anestesi lokal dinerikan pada kelopak mata dan insisi horizontal dibuat 4

mm dari kelopak sampai kulit dan orbikularis.Dibuat atap marginal yang berada

2-4 mm dari garis tepi kelopak mata. Kelopak kemudian diangkat, dan dalam

hitungan detik dibuat insisi sampai konjungtiva dan tarsus. Gunting Westcott atau

Tenotomi digunakan untuk memperluas blefarotomi ke medial dan lateral

melewati tarsus. Lalu dijahit tiga double-armed dengan silk 6-0 sampai tarsus, ke

atas tarsus yang kemudian keluar melalui kulit dekat bulu mata. Jahitan diikat di

atas kapas untuk melindungi “pemasangan kawat”. Lalu dikoreksi untuk pastinya.

Kulit yang diinsisi ditutup dengan jahitan 6-0 biasa. Jahitan dan kasa penutup

harus diangkat 10-14 hari.

Page 21: Resus Trikiasis

Jika sikatrik entropion masih mengganggu, atau prosedur yang dilakukan gagal,

lamellar posterior tambahan akan sangat membantu. Suatu cangkokan mungkin

ditempatkan antara konjungtiva/retraktor kelopak bawah dan perbatasan inferior

tarsal. Berbagai material cangkok yang tersedia meliputi tulang rawan telinga,

langit-langit keras, dan selaput lendir. Terbentuknya jaringan parut, dan defek

produksi lamellar posterior, bahan cangkok diletakkan dengan jahitan yang bisa

diserap dan kelopak akan dapat disembuhkan dengan jahitan yang direnggangkan.

Lamellar posterior tersebut menyebabkan kelopak mungkin tidak dapat menarik

kembali saat melihat ke bawah.

8. Komplikasi

a. Konjungtivitis

Peradangan pada konjungtiva. Akan terlihat lapisan putih yang transparan pada

mata dan garis pada kelopaknya. Entropion dapat menyebabkan konjungtiva

menjadi merah dan meradang, dan menimbulkan infeksi.

b. Keratitis

Suatu kondisi dimaan kornea meradang. Masuknya bulu mata dan tepi kelopak ke

kornea dapat menimbulkan iritasi dan rasa sakit. Jaringan parut akan terbentuk

dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.

c. Ulkus kornea

Ulkus kornea adalah ulkus yang terbentuk di kornea, dan biasanya disebabkan

oleh keratitis. Kondisi ini sangat serius karena dapat menyebabkan kehilangan

penglihatan. Sangat penting utnuk segera berobat ke dokter jika mata menjadi

maerah, mata terasa sakit atau seperti ada yang mengganjal di dalam mata.

d. Komplikasi bedah termasuk perdarahan, hematoma, infeksi, rasa sakit, dan posisi

tarsal yang buruk.

9. Prognosis

Entropion pada umumnya memiliki prognosis yang baik. Keefektifan pengobatan

entropion tergantung pada penyebab utama dan tingkat keparahan penyakitnya.

Page 22: Resus Trikiasis

l. DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. 2009. Konjungtiva. Dalam Oftamologi umum.

Edisi 17. Jakarta : Widya Medika. Hal 123.

2. Ilyas, S. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

3. Khooshabeh, Ramona. 2002. Focus On : The Unwanted Eyelash. The Royal

College of Ophthalmologist issue 24

4. Robert H Graham, MD. Trichiasis. Department of Ophthalmology, Mayo Clinic,

Scottsdale, Arizona. [diakses dari :

http://emedicine.medscape.com/article/1213321-overview tanggal 19 Februari

2015]

5. Ruth, M.. 2011. Information factsheet : ingrowing eyelashes (trichiasis &

distichiasis). [diakses dari :

http://www.uhs.nhs.uk/Media/Controlleddocuments/Patientinformation/Eyes/

IngrowingLashes(Trichiasis)-patientinformation.pdf tanggal 19 Februari 2015]