Resume Tensimeter, ECG, Bedside Monitor, USG
-
Upload
pramitha-galuh -
Category
Engineering
-
view
301 -
download
15
Transcript of Resume Tensimeter, ECG, Bedside Monitor, USG
RESUME DIAGNOSTIK
TENSIMETER
Dosen Pembimbing :
M. Ridha Ma’ruf, ST, MT
Sumber, ST, MT
Oleh :
Hanif Zakki (P27838113031)
Pramitha Galuh A. P. (P27838113035)
2C2
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
Jurusan Teknik Elektromedik
2015
I. Teori Dasar
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir didalam pembuluh darah dan beredar mencapai seluruh jaringan. Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia.Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut 120/80 mmHg.Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung dan disebut tekanan sistole.Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan dan disebut tekanan diastole. Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat istirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring. Sistole dan diastole merupakan duaperiode yang menyusun satu siklus jantung. Diastole adalah kondisi relaksasi, yakni saat jantung terisi oleh darah yang kemudian diikuti oleh periode kontraksi atau sistole. Satu siklus jantung tersusunatas empat fase.
1. Pengisian ventrikel (ventricular fillin )Adalah fase diastolik, saat ventrikel mengembang dan tekanannya turun
dibandingkan dengan atrium. Pada fase ini, ventrikel terisi oleh darah dalam tigatahapan, yakni pengisian ventrikel secara cepat, diikuti dengan pengisian yang lebihlambat (diastasis), hingga kemudian proses diakhiri dengan sistole atrial. Hasil akhirdiperoleh EDV ( End Diastolic Volume), yang merupakan volume darah total yangmengisi tiap ventrikel, besarnya kurang lebih 130 mL
2. Kontraksi isovolumetrik (isovolumetric contraction)Mulai fase ini, atria repolarisasi, dan berada dalam kondisi diastole selama sisa
siklus. Sebaliknya, ventrikel mengalami depolarisasi dan mulai berkontraksi. Tekanandalam ventrikel meningkat tajam, namun darah masih belum dapat keluar dari jantungdikarenakan tekanan pada aorta (80 mmHg) dan pulmonarytrunk (10 mmHg) masihlebih tinggi dibandingkan tekanan ventrikel, serta masih menutupnya keempat katupjantung. Dalam fase ini, volume darah dalam ventrikel adalah tetap, sehinggadinamakan isovolumetrik.
3. Pompa ventrikuler (ventricular ejection)Pompa darah keluar jantung dimulai ketika tekanan dalam ventrikelmelampaui
tekanan arterial, sehingga katup semilunaris terbuka.Hargatekanan puncak adalah 120 mmHg pada ventrikel kiri dan 25 mmHg pada ventrikelkanan.Darah yang keluar jantung saat pompa ventrikuler dinamakanStrokeVolume (SV),yang besarnya sekitar 54% dari EDV. Sisa darah yang tertinggaldisebut End SystolicVolume(ESV); dengan demikian SV = EDV – ESV.
4. Relaksasi isovolumetrik (isovolumetric relaxation)Awal dari diastole ventrikuler, yakni saat mulai terjadinyarepolarisasi.Fase ini
juga disebut sebagai fase isovolumetrik, karena katup AV belum terbuka dan ventrikelbelum menerima darah dari atria.Maka yang dimaksud dengan tekanan sistole adalahtekanan puncak yangditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluhtersebut selamakontraksi ventrikel, sedangkan tekanan diastole adalah tekanan terendahyangterjadi di arteri sewaktu darah mengalir ke pembuluh hilir sewaktu relaksasiventrikel.Selisih antara tekanan sistole dan diastole, ini yang disebut dengan blood
pressure amplitude atau pulse pressure. Pemeriksaan tekanan darah merupakanindikator penting dalam menilai fungsi kardiovaskuler. Tekanan darah sangat pentingdalam sistem sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk daya dorong yangmengalirkan darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga terbentukaliran darah yang menetap. Tekanan darah timbul ketika bersirkulasi didalampembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses inidimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkandarah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yangkuat sebagai jalan lewatnya darah. Kekuatan tekanan darah disebabkan oleh dua faktor,yaitu :
1. Secara Langsunga. Kekuatan pompa jantung, berkaitan dengan aktivitas jantungb. Keadaan pembuluh darah (nadi), jika pembuluh darah vasodilatasi
makatekanan darah akan menjadi turunc. Volume dan kepekatan darah, semakin banyak volume dan
kepekatannyamaka tekanan darahnya semakin naik karena ada energipotensial yangtersimpan
2. Secara tidak Langsunga. Sistem saraf (simpatis dan parasimpatis) dapat terganggu karena
berbagaihal (stress, olahraga, bekerja, obat perangsang atau penenang).b. Makanan yang dikonsumsi.c. Umur dan jenis kelamind. Perubahan suhu, detak jantung akan meningkat setiap kenaikan suhu 10°C
(dikenal sebagai hokum Van’t Hoff).Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung. Pada metode
langsung, kateter arteri dimasukkan langsung ke dalam arteri. Pengukuran tidaklangsung dilakukan dengan sphygmomanometer dan stetoskop. Sphygmomanometeratau tensimeter dikenalkan pertama kali oleh dr. Nikolai Korotkov, seorang ahli bedahRusia lebih dari 100 tahun yang lalu. Sejak itu sphygmomanometer air raksa telahdigunakan sebagai standar emas pengukuran tekanan darah oleh paradokter. Tensimeter atau sphygmomanometer pada awalnya menggunakan raksasebagai pengisi alat ukur ini. Sekarang, kesadaran akan masalah konservasilingkungan meningkat dan penggunaan dariair raksa telah menjadi perhatian seluruhdunia. Bagaimanapun, sphygmomanometer air raksa masih digunakan sehari-haribahkan di banyak negara modern. Para dokter tidak meragukan untuk menempatkankepercayaan mereka kepada tensimeter air raksa ini. Sphygmomanometer terdiri darisebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar, kantong karet yang terbungkus kain,dan pembaca tekanan, yang bisa berupa jarum mirip jarum stopwatch atau air raksa.Sphygmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alatpengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga dalam manset. Alat ini dikalibrasisedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengantekanan dalam millimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis. Agarsphygmomanometer masih dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah denganbaik, perlu dilakukan kalibrasi.Cara melakukan kalibrasi yang sederhana adalahsebagai berikut: Sebelum dipakai, air raksa harus selalu tetap berada pada level angkanol(0 mmHg).
1. Pompa manset sampai 200mmHg kemudian tutup katup buang rapat-rapat.Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidak turun lebih dari 2mmHg(ke 198 mmHg). Disini kita dapat melihat apakah ada bagian yang bocor.
2. Laju Penurunan kecepatan dari 200 mmHg ke 0 mmHg harus 1 detik,dengancara melepas selang dari tabung kontainer air raksa.
3. Jika kecepatan turunnya air raksa di sphygmomanometer lebih dari 1detik,berarti harus diperhatikan keandalan dari sphygmomanometer tersebut.Karena jika kecepatan penurunan terlalu lambat, akan mudah untuk terjadikesalahan dalam menilai. Biasanya tekanan darah sistolakan terlalu tinggi(tampilannya) bukan hasil sebenarnya. Begitu juga dengan diastolik.
Berbagai faktor mempengaruhi tekanan darah, seperti halnya aktivitas hormon,rangsang saraf simpatis, jenis kelamin, umur, suhu tubuh, termasuk juga diantaranyaposisi dan aktivitas fisik.
2. Prinsip Kerja Tensimeter
Tekanan darah merupakan parameter yang dapat menunjukkan beberapa kelainan yang terjadi pada tubuh manusia.Alat pengukur tekanan darah atau yang juga biasa disebut dengan tensimeter dan spigmomanometer biasa digunakan oleh para praktisi kesehatan untuk mengetahui kondisi tekanan darah pasiennya. Cara kerja alat pengukur tekanan darah ini sebenarnya cukup sederhana. Prinsip kerja alat pengukur tekanan darah sama dengan U-Tube Manometer. Manometer adalah alat pengukur tekanan yang menggunakan tinggi kolom (tabung) yang berisi cairan yang disebut cairan manometrik untuk menentukan tekanan cairan lainnya yang akan diukur. Dan berikut penjelasan singkat bagaimana cara kerja alat pengukur tekanan darah
U-Tube manometer dapat digunakan untuk mengukur tekanan dari cairan dan gas.Nama U-Tube diambil dari bentuk tabungnya yang menyerupai huruf U seperti pada gambar di bawah ini. Tabung tersebut akan diisi dengan cairan yang disebut cairan manometrik. Cairan yang tekanannya akan diukur harus memiliki berat jenis yang lebih rendah dibanding cairan manometrik, oleh karena itu pada alat pengukur tekanan darah dipilih air raksa sebagai cairan manometrik karena air raksa memiliki berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan berat jenis darah. Berikut skema pengukuran tekanan menggunakan manometer.
Tekanan dalam fluida statis adalah sama pada setiap tingkat horisontal (ketinggian) yang sama sehingga:
Untuk lengan tangan kiri manometer:
Untuk lengan tangan kanan manometer:
Karena disini kita mengukur tekanan tolok (gauge pressure), kita dapat menghilangkan PAtmosfer sehingga:
Dari persamaan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tekanan pada A sama dengantekanan cairan manometrik pada ketinggian h2 dikurangi tekanan cairan yang diukur pada ketinggian h1. Dalam kasus alat pengukur tekanan darah yang menggunakan air raksa, berarti tekanan darah dapat diukur dengan menghitung berat jenis air raksa dikali gravitasi dan ketinggian air raksa kemudian dikurangi berat jenis darah dikalikan gravitasi dan ketinggian darah.
3. Bagian-bagian dan Fungsi Tensimeter
1. Menset, berfungsi untuk menampung udara yang dipompa dari bulb dan untuk mendeteksi tekanan darah pasien yang pada penggunaannya dipasang pada lengan pasien.
2. Bulb atau pemompa, berfungsi untuk mempompa udara kedalam menset. Pada bulb terdapat :a. Valve Inlet atau klep masuk yang berfungsi untuk menghisap udara dari luar.b. Valve Output atau klep keluar yang berfungsi mengeluarkan udara dari dalam
bulb ( di dalamnya terdapatfilter ).c. Valve pembuangan yang berfungsi untuk ruang udara dari menset pada saat
pengukuran.3. Tabung kaca pengukur, berfungsi untuk mengukur air raksa yang dipompa oleh udara
di dalam menset. Diatas tabung kaca pengukur terdapat lubang pembuangan udara. 4. Valve on/off, berfungsi untuk membuka atau menutup jalannya air raksa.5. Tabung air raksa, berfungsi untuk menampung air raksa.
4. Perkembangan Tensimeter
Sphygmomanometer, nama ini berasal dari kata yunani sphygmos (pulsa), dan kata manometer (pengukuran tekanan). Alat ukur ini pertama kali dibuat oleh Samuel Siegfried Karl Ritter von Basch pada tahun 1881, dan dikembangkan lebih lanjut oleh Scipione Riva-Rocci (1896) dan Harvey Cushing (1901).
Pada tahun 1881, Samuel SiegfriedKarl Ritter von Bosch menemukan tensimeter atau alat pengukur tekanan darah.Sayangnya, temuannya itu masih belum dapat mengukur dengan akurat sehingga banyak ilmuwan yang terus mengembangkannya. Kemudian pada tahun 1905, ahli bedah Rusia bernama Nikolai Korotkov berhasil membuat tensimeter yang modern dan akurat. Alat ini terdiri dari sebuah pompa, sumbat udara, kantong karetdan pembaca tekanan berupa air raksa. Dalam perkembangannya air raksa dianggap berbahaya sehingga diganti dengan alat mirip stopwatch,(tensi meter jarum), seperti yang kita kenal saat ini.
Asal usul tensimeter bermula dari seorang ahli bedah Rusia, dr Nikolai Korotkov.Dia adalah seorang dokter pada masa perang Manchuria 1904.dr Nikolai mendapat pelajaran berharga dalam ilmu pembedahan saat menangani korban peperangan. Setahun kemudian ia berhasil membuat tesis tentang teknik pengukuran darah yang dipresentasikan di Imperial Medis Militer Akademi, Rusia. Sejak saat itu dunia mulai mengenal alat ukur tekanan darah.
Nikolai Korotkov terus melakukan inovasi untuk mengembangkan penemuannya. Ketika itu ia mendapat gelar doktor saat menjabat sebagai dokter peneliti distrik pertambangan di Vitimsko, Siberia. Bersama teman-temannya sesama dokter, ia melakukan percobaan-percobaan untuk menyempurnakan cikal bakal tensimeter seperti yang kita lihat saat ini. Nikolai mempropa gandakan penemuannya ini hingga akhirnya diakui dunia saat itu.
Tensimeter Raksa Ditinggalkan
Saat itu tensimeter masih menggunakan air raksa dengan standar emas pengukuran tekanan darah oleh para dokter. Sphygmomanometer pada awalnya menggunakan air raksa sebagai pengisi alat ukurnya. Sementara air raksa merupakan logam berat yang berbahaya. Maka dari itu para ahli pada akhir tahun 90-an terus melakukan penelitian dan percobaan hingga akhirnya muncul tensimeter yang menggunakan sistem digital.
UM-101A & Medical Mercury-Free Sphygmomanometer, salah satu tensimeter yang sedang populer di masa ini. Terdiri dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar, kantong karet yang terbungkus kain, dan pembaca tekanan yang mirip jarum stopwatch.
Keunggulan penemuan terbaru ini lebih akurat, konsisten dan bentuknya semakin modern. Praktis digunakan dengan desain cantik. Sedangkan tensimeter lama banyak ditentang masyarakat pecinta lingkungan sebab dampak mercury (air raksa) sangat membahayakan.
5. Standar Operasional Prosedur (SOP)
5.1. Tata Cara Pemakaian Alat
Cara mengukur tekanan darah adalah dengan memasangkan sebentuk sabuk yang dilingkarkan dengan alat perekat dilengan. Sabuk itu dihubungkan dengan pipa karet. Unit pengukur tensimeter menggunakan millimeter raksa, jika pompa ditekan, maka air raksa di alat ukur akan naik.
1. Siapkan klien dalam posisi senyaman mungkin (posisi duduk atau berbaring) tangan dalam posisi rileks.
2. Pasang manset pada lengan pasien. Pemasangan manset pada lengan karena di sinilah letak pembuluh darah yang bernama Arteri Brachialis. Fungsi manset adalah untuk menekan pembuluh darah arteri tersebut.
3. Pasang stetoskop pada telinga pemeriksa.
4. Cari arteri brakialis [arteri brakialis adalah pembuluh darah yang berasal langsung dari jantung. Letak pembuluh ini persis berada di bawah kulit di lipat siku (batas lengan bawah)
5. Tempelkan bagian yang pipih-bulat pada stetoskop di sebelah bawah lilitan manset pada lipatan siku tempat dimana Arteri Brachialis berada.
6. Tutup kantung tekanan dengan cara diputar searah jarum jam sampai kencang.7. Pompa manset sampai tekanan maksimal 140 mmHG8. Buka katup perlahan9. Perhatikan titik pada manometer saat bunyi pertama jelas terdengar yang
menandakan tekanan systole10. Lanjutkan sampai titik dimana bunyi menghilang yang menandakan tekanan
diastole11. Kempiskan manset
5.2. Tata Cara Pemeliharaan Alat
Cara membersihkan dan memperbaiki tensimeter air raksa:Persiapan peralatannya :1. Tang buaya atau tang kombinasi2. Air raksa3. Kasa / kain polos dengan ukuran minimal 20x20 cm4. Kawat panjang 40cm dengan dia. 0.4 mm5. Kapas6. Wadah kecil / mankuk7. Syiringe / suntikan
Pelaksanaannya:1. Buka tensimeter, perhatikan apakan dalam keadaan terbuka atau tertutup
tensimeternya, jika terbuka tutuplah pengaman air raksanya agar tidak tercecer saat gelas kaca ukur dibuka.
2. Buka penutup atas dengan memutar berlawanan jarum jam3. Ambil secara perlahan gelas ukur dan bersihkan dengan kawat dan kapas, hingga
debu dan karat air raksa hilang4. Siapkan mankuk atau wadah untuk menampung air raksa yang akan dikeluarkan
dari chambernya dengan membuka valve pengamannya5. Kemudian taburkan letakan kain pada telapak lengan anda, dan letakkan air raksa
diatasnya, setelah itu lakukan pemerasan hingga air raksa kembali bersih dari debu dan karat
6. Bersihkan chamber air raksa7. Setelah bersih posisikan kembali gelas ukur8. Isikan kembali air raksa yang telah bersih kedalam chamber dengan menggunakan
syiringe/suntikan, isikan air raksa hingga menyentuh garis nol pada gelas ukur, jika kurang lakukan penambahan dan tutup kembali bagian atasnya
9. Lakukan pengetesan dengan Pressure meter atau dengan membandingkan dengantensimeter lainnya dengan menghubungkan secara langsung untuk melakukan pengaturan /adjustment
10.Jika telah sama maka proses pengaturan selesai11.Bersihkan pula Balon Pompa / Bulp tensi dengan membuka filter udara dan
membersihkannya dari debu12.Ganti Maset dan Balon tensi yang bocor dan lap kembali13.Proses pemeliharaan selesai
Gambar 1. Tensimeter Jarum Gambar 2. Tensimeter Air Raksa
6. Referensi1. http://rawatkom.blogspot.com/2008/10/pemeliharaan-tensimeter-air-raksa.html2. http://tokoalkes.com/blog/cara-menggunakan-dan-merawat-tensimeter-
sphygmomanometer-digital-yang-benar3. http://girls.kidnesia.com/Girls/Cerdas/Berbagi-Pengetahuan/Asal-usul-Peralatan-
Kedokteran4. http://www.tensimeterdigital.net/blog/asal-mula-tensimeter5. http://www.alatkesehatan.info/artikel/cara-menggunakan-tensimeter-air-raksa/
RESUME DIAGNOSTIK
ELECTRO CARDIOGRAPH
DosenPembimbing :
M. RidhaMa’ruf, ST, MT
Sumber, ST, MT
Oleh :
Hanif Zakki (P27838113031)
Pramitha Galuh A. P. (P27838113035)
2C2
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
Jurusan Teknik Elektromedik
2015
A. Teori Dasar
Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah
elektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu.
Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang berbeda: elektro, karena berkaitan dengan
elektronika, kardio, kata Yunani untuk jantung, gram, sebuah akar Yunani yang berarti
"menulis".
Elektrokardiogram atau yang biasa kita sebut dengan EKG merupakan rekaman
aktifitas kelistrikan jantung yang ditimbulkan oleh sistem eksitasi dan konduktif khusus
jantung. Jantung normal memiliki impuls yang muncul dari simpul SA kemudian
dihantarkan ke simppul AV dan serabut purkinje. Perjalanan impuls inilah yang akan
direkam oleh EKG sebagai alat untuk menganalisa kelistrikan jantung. Dalam EKG perlu
diketahui tentang sistem konduksi (listrik jantung), yang terdiri dari:
1. SA Node ( Sino-Atrial Node )
Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel
dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls
(rangsangan listrik) dengan frekuensi 60 - 100 kali permenit kemudian
menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium terangsang.
2. AV Node (Atrio-Ventricular Node)
Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup trikuspid.
Sel-sel dalam AV Node dapat juga mengeluar¬kan impuls dengan frekuensi
lebih rendah dan pada SA Node yaitu : 40 - 60 kali permenit. Oleh karena AV
Node mengeluarkan impuls lebih rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang
mempunyai impuls lebih tinggi. Bila SA Node rusak, maka impuls akan
dikeluarkan oleh AV Node.
3. Berkas His
a. Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu :
b. Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch)
c. Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch )
Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke
cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.
4. Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel.
Dari sel-sel ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga
seluruh sel akan dirangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel pace maker
(impuls) yang secara otomatis engeluarkan impuls dengan frekuensi 20 - 40
kali permenit.
B. Prinsip Kerja
Elektrokardiograph bekerja dengan prinsip mengukur perbedaan potensial listrik.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, tubuh manusia menghasilkan listrik walaupun
dengan jumlah yang sangat kecil. Apabila ada listrik, maka pasti ada perbedaan potensial
atau tegangan listrik. Tegangan listrik ini dapat menggamabarkan atau mengilustrasikan
keadaan denyut jantung manusia.
Cara merekam denyut jantung menggunakan EKG tidaklah sembarang. Sensor atau
dalam hal ini elektroda, harus diletakkan pada tempat-tempat tertentu. Biasanya
ditempatkan pada lengan tangan dan kaki. Kenapa ditempatkan pada bagian-bagian
tersebut? Sebab pada bagian-bagian tersebutlah pulsa tegangan menggambarkan kerja
denyut jantung mendekati keadaan sebenarnya.
Elektroda yang digunakan pada EKG biasanya dibuat dari bahan Ag atau AgCl.
Bahan-bahan ini digunakan untuk mengurangi noise karena pergerakan. Selain elektroda,
EKG juga membutuhkan tranducer. Tranducer ini digunakan untuk mengkonversi
informasi yang didapatkan oleh elektroda menjadi sesuatu yang dapat kita baca pada
kertas EKG.Tatapi pada zaman sekarang EKG menggunakan ADC, sehingga pulsa listrik
analog yang ditangkap oleh elektroda akan dikonversi menjadi digital dan akan diolah di
komputer.
C. Bagian-bagian dan Fungsi
a. Mesin EKG yang dilengkapi dengan 3 kabel, sebagai berikut:
1. Satu kabel untuk listrik (power)
2. Satu kabel untuk bumi (ground)
3. Satu kabel untuk pasien, yang terdiri dari 10 cabang dan diberi tanda dan warna
b. Plat elektrode yaitu 4 buah elektrode extremitas dan manset, 6 buah elektrode dada
dengan balon penghisap.
c. Jelly elektrode / kapas alcohol
d. Kertas EKG (telah siap pada alat EKG)
e. Kertas tissue
Macam dan Makna Gelombang EKG
Bentuk Gelombang Dalam satu gelombang EKG ada yang disebut titik, interval dan
segmen. Titik terdiri dari titik P, Q, R, S, T dan U (kadang sebagian referensi tidak
menampilkan titik U) sedangkan Interval terdiri dari PR interval, QRS interval dan QT
interval dan Segmen terdiri dari PR segmen, dan ST segmen.
Elektrokardiogram tediri atas sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS dan
sebuah gelombang T. Seringkali kompleks QRS itu terdiri atas tiga gelombang yang
terpisah, yakni gelombang Q, gelombang R dan gelombang S, namun jarang ditemukan.
Sinyal EKG terdiri atas:
1. Gelombang P, terjadi akibat kontraksi otot atrium, gelombang ini relatif kecil
karena otot atrium yang relatif tipis.
2. Gelombang QRS, terjadi akibat kontraksi otot ventrikel yang tebal sehingga
gelombang QRS cukup tinggi. Gelombang Q merupakan depleksi pertama kebawah.
Selanjutnya depleksi ke atas adalah gelombang R. Depleksi ke bawah setelah gelombang
R disebut gelombang S.
3. Gelombang T, terjadi akibat kembalinya otot ventrikel ke keadaan listrik istirahat
(repolarisasi)
Pembentukan Gelombang
Ketika impuls dari nodus SA menjalar di kedua atrium, terjadi depolarisasi dan
repolarisasi di atrium dan semua sadapan merekamnya sebagai gelombang P defleksi
positif, terkecuali di aVR yang menjauhi arah aVR sehingga defleksinya negatif. Setelah
dari atrium, listrik menjalar ke nodus AV, berkas His, LBB dan RBB, serta serabut
purkinje. Selanjutnya, terjadi depolarisasi di kedua ventrikel dan terbentuk gelombang
QRS defleksi positif, kecuali di aVR. Setelah terjadi depolarisasi di kedua ventrikel,
ventrikel kemudian mengalami repolarisasi. Repolarisasi di kedua ventrikel
menghasilkan gelombang T defleksi positif di semua sadapan, kecuali di aVR. (F.
Sangadji)
Elektrokardiogram normal terdiri dari sebuah gelombang P , sebuah “ kompleks
QRS” dan sebuah gelombang T. kompleks QRS sebenarnya tiga gelombang tersendiri,
gelombang Q, gelombang R, gelombang S, ke semuanya di sebabkan oleh lewatnya
impuls jantung melalui ventrikel ini. Dalam elektrokardigram yang normal, gelombang
Q, dan S sering sangat menonjol dari pada gelombang R dan kadang kadang benar benar
absen , tetapi walau bagaimanapun gelombang ini masih di kenal sebagai kompleks QRS
atau hanya gelombang QRS. Gelombang P di sebabkan oleh arus listrik yang di
bangkitkan sewaktu atrium mengalami depolarisasi sebelum berkontraksi , dan kompleks
QRS di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan ketika ventrikel mengalami
depolarisasi sebelum berkontraksi. Oleh karna itu, gelombang P dan komponen
komponen kompleks QRS adalah gelombang depolarisasi. Gelombang T di sebabkan
oleh arus listrik yang di bangkitkan sewaktu ventrikel kembali dari keadaan depolarisasi
Durasi atau Interval Gelombang
a. Interval P-Q atau Interval P-R
Lama waktu antara permulaan gelombang P dan permulaan gelombang QRS adalah
interval waktu antara permulaan kontraksi ventrikel. Periode ini disebut sebagai interval
P-Q. Interval P-Q normal adalah kira-kira 0,16 detik. Kadang-kadang interval ini juga
disebut sebagai interval P-R sebab gelombang Q sering tidak ada.
b. Interval Q-T
Kontraksi ventrikel berlangsung hampir dari permulaan gelombang Q sampai akhir
gelombang T. Interval ini juga disebut sebagai interval P-R sebab gelombang Q sering
tidak ada. Sinyal EKG ini memiliki sifat-sifat khas yang lain yaitu: Amplitudo rendah
(sekitar 10μV – 10mV) dan frekuensi rendah (sekitar 0,05 – 100Hz).
Nilai-nilai EKG Normal
1. Gelombang P yaitu depolarisasi atrium
a. Nilai-normal ; lebar <>
b. Tinggi <0,25>
c. Bentuk + ( ) di lead I, II, aVF, V2 - V6
d.- ( ) di lead aVR
e. + atau - atau + bifasik ( ) di lead III, aVL, V1
2. Kompleks QRS yaitu depolarisasi dan ventrikel, diukur dari permulaan gelombang
QRS sampai akhir gelombang QRS Lebar 0,04 - 0,10 detik.
a. Gelombang Q yaitu defleksi pertama yang ke bawah (-) lebar 0,03 detik, dalam
<1/3>
b. Gelombang R yaitu defleksi pertama yang keatas (+)
• Tinggi ; tergantung lead.
• Pada lead I, II, aVF, V5 dan V6 gel. R lebih tinggi (besar)
• Gel. r kecil di V1 dan semakin tinggi (besar) di V2 - V6.
c. Gelombang S yaitu defleksi pertama setelah gel. R yang ke bawah (-).
Gel. S lebih besar pada VI - V3 dan semakin kecil di V4 - V6.
3. Gelombang T yaitu repolarisasi dan ventrikel
1. (+) di lead I, II, aVF, V2 - V6.
2. (-) di lead aVR.
3. (±) / bifasik di lead III, aVL, V1 (dominan (+) / positif)
4. Gelombang U ; biasanya terjadi setelah gel. T (asal usulnya tidak diketahui) dan
dalam keadaan normal tidak terlihat
D. Perkembangan
Augustus Waller yang pertama kali melakukan pendekatan sistemastis pada
jantung dari sudut pandang kelistrikan. Augustus Waller adalah seorang physiologist
yang bekerja pada St. Mary's Hospital di Paddington London. Dia menggunakan
elektrometer kapiler Lippman yang dipasang ke sebuah proyektor. Jejak jantung
diproyeksikan ke piringan foto yang dipasang sebuah kereta mainan. Sampai awal abad
ke 20, penemuannya masih jarang dipakai.
Elektrokardiogram (EKG) baru benar-benar digunakan setelah seorang dokter
belanda kelahiran semarang, yang bernama dr. Willem Eitnhoven, menggunakan
Galvanaometer senar sebagai pengganti elektrometer Kapiler Lippmann. Gebrakan
tersebut membuat EKG versi baru ini lebih sensitif daripada sebelumnya yang digunakan
Waller. Pada tahun 1924 Eitnhoven dianugerahi Nobel dalam bidang fisiologi dan
kedokteran untuk penemuannya.
E. SOP (Standart Operational Procedure)
Cara Pengoperasian:
1. Pasien diberitahu tentang tujuan perekaman EKG
2. Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang selama
perekaman.
3. Cara Menempatkan Elektrode
Sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien di sekitar pemasangan
manset, beri jelly kemudian hubungkan kabel elektrode dengan
1. Pada extremitas bawah pada pergelangan kaki sebelah dalam kanan kabel
warna hitam dan kiri warna hijau.
2. Elektrode extremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan merah
dan kiri warna kuning.
3. Memasang elektroda dada untuk rekam precardial
4. Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.
5. Melakukan kalibrasi 10mm dengan kecepatan 25 mm volt/detik
6. Semua elektroda dilepas jelly dibersihkan dari tubuh naracoba.
7. Matikan mesin EKG
8. Memberi idantitas pasien pada hasil rekaman: Nama, Umur
Cara Menempatkan Elektrode
Sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien di sekitar pemasangan
manset, beri jelly kemudian hubungkan kabel elektrode dengan pasien.
Pada extremitas bawah pada pergelangan kaki sebelah dalam kanan kabel
warna hitam dan kiri warna hijau.
Elektrode extremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan merah
dan kiri warna kuning.
Memasang elektroda dada untuk rekam precardial lead
Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.
Melakukan kalibrasi 10mm dengan kecepatan 25 mm volt/detik
Semua elektroda dilepas jelly dibersihkan dari tubuh naracoba.
Matikan mesin EKG
Memberi idantitas pasien pada hasil rekaman: Nama, Umur
Sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien di sekitar pemasangan
pasien.
Pada extremitas bawah pada pergelangan kaki sebelah dalam kanan kabel
Elektrode extremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan merah
Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.
Melakukan kalibrasi 10mm dengan kecepatan 25 mm volt/detik
Semua elektroda dilepas jelly dibersihkan dari tubuh naracoba.
Memberi idantitas pasien pada hasil rekaman: Nama, Umur
Cara menempatkan elektrode :
1. Elektrode ekstremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan searah
dengan telapak tangan
2. Elektrode ekstremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam
Pemasangan pada pergelangan tidak mutlak, bisa diperlukan untuk dapat dipasang
sampai paha kiri atau kanan Kabel yang dihubungkan:
Merah ke Lengan kanan (RA)
Kuning ke Lengan kiri (LA)
Hijau ke Tungkai kiri (LL)
Hitam ke Tungkai kanan (RL) : ground
1. Elektrode dada (prekordial) terpasang
- V1 : Spatium Interkostal (SIC) ke IV pinggir kanan sternum
- V2 : SIC ke IV sebelah pinggir kiri sternum
- V3 : ditengah diantara V2 dan V4
- V4 : SIC ke V garis mid klavikula kiri
- V5 : Sejajar V4 garis aksilaris kiri
- V6 : Sejajar V6 garis mid aksilaris
- V7 : Sejajar V6 pada garis post aksilaris (jarang dipakai)
- V8 : Sejajar V7 garis ventrikel ujung scapula (jarang dipakai)
- V9 : Sejajar V8 pada kiri ventrikel (jarang dipakai)
2. Hidupkan mesin EKG
- Perksa kembali standarisasi EKG dengan :
1. Kalibrasi 1 milivolt è akan memberikan gelombang setinggi 10 mm
2. Kecepatan 25 mm per detik
3. Lakukan kalibrasi dengan menekan tombol start/run. Setelah kertas
EKG bergerak, tekan tombol kalibrasi untuk memeriksa apakah
gelombang EKG sesuai 10 mm/1MV, dengan memindahkan lead
selektor buat perekaman EKG berturut-turut :
Lead ekstremitas :I, II, III, aVR, aVL, aVF
Lead prekordial : V1-V6.
Standar lead ekstremitas:
Lead I :Perbedaan potensial antara LA dan RA
Lead II :Perbedaan potensial antara RA dan LL
Lead III :Perbedaan potensial antara LA dan LL
Cara Pemeliharaan ECG
1. Tes kualitatif Pemeliharaan Pencegahan
a. Chassis / body alat : Periksa bagian luar unit untuk kebersihan dan fisik umum
kondisi. Pastikan bahwa plastik utuh, bahwa semua perangkat keras tidak
kendok kuncian baut atau sekrupnya, dan bahwa tidak ada tanda-tanda cairan
tumpah atau penyalahgunaan tindakan serius yang menganggu.
b. Mount / Fasteners : Jika perangkat yang terpasang di atas atau trolley, periksa
kondisi
ketinggian. Jika melekat pada dinding, atau bersandar pada rak, periksa
keamanan kaitan atau braket ECG tersebut.
c. Kastor / Rem : Jika trolleyt bergerak pada kastor, periksa kondisinya. Carilah
akumulasi
benang dan kotoran sekitar kastor, dan pastikan bahwa mereka berbalik dan
putar, yang sesuai.
Memeriksa pengoperasian rem dan kunci putar.
d. AC Plug / Colokan sumber Daya PLN : Periksa konektor daya AC untuk
kerusakan. Mencoba untuk menggoyangkan untuk memeriksa bahwa mereka
aman. Cek steker dan apakah ada hal yang bisa menunjukkan sekrup longgar.
Jika kerusakan diduga, buka steker dan pemeriksa. Jika peralatan tersebut
ditempatkan pada keranjang yang memiliki sumber listrik tambahan untuk
peralatan lain, masukkan AC dihubungkan ke masing-masing dan
memverifikasi mereka dalam keadaan kuat. Pastikan tidak ada kerusakan.
e. Jalur Kabel : Periksa kabel untuk tanda-tanda kerusakan. Jika rusak, ganti
kabel seluruh atau jika kerusakan sudah dekat salah satu ujungnya, potong
bagian yang rusak. Kawat kabel listrik baru atau plug pada polaritas yang
sama. Periksa kabel dari pengisi daya baterai.
f. Relief ketegangan : Periksa relief ketegangan di kedua ujung kabel saluran.
Pastikan bahwa mereka memegang kabel aman. Jika kabel line dilepas,
sebaiknya kabelnya ditempelkan ke unit kembali sehingga bahwa operator
tidak lupa atau bingung.
g. Circuit Breaker / Fuse : Jika perangkat memiliki saklar switch-jenis, periksa
bergerak bebas. Jika perangkat dilindungi oleh sekering eksternal, periksa
nilai dan jenis melawan yang ditandai pada chassis dan memastikan bahwa
cadangan disediakan.
h. Kabel : Periksa kabel sensor, elektroda, remote control dan relief ketegangan
dan kondisi umum. Hati-hati memeriksa kabel untuk mendeteksi dalam
isolasi dan untuk memastikan bahwa mereka mencengkeram kuat pada
konektor di kedua ujungnya untuk mencegah rotasi atau regangan lainnya.
EKG : Hubungkan unit ke simulator EKG dan memverifikasi bahwa jejak
yang memadai telah diterima di setiap pasien memimpin seleksi. Pastikan
tidak ada kesalahan intermiten dengan kabel regang dekat setiap akhir dan
mencari operasi tidak menentu gunakan ohmmeter.
i. Kelengkapan / Konektor : Periksa semua fitting dan konektor kabel listrik
untuk kondisi umum. Pin kontak listrik atau permukaan harus lurus dan
bersih. Kelengkapan harus ketat dan seharusnya tidak bocor. Jika konektor
siap digunakan, pastikan bahwa sudah benar.
j. Elektroda / Probe : Konfirmasikan elektroda tersedia dengan baik dan sesuai
untuk daerah penggunaan. Periksa semua dan probe untuk kondisi fisik dan
kebersihan. Peralatan memiliki cairan, gel elektroda kering atau bekas-bekas
di atasnya, beritahukan staf klinis. Membersihkan bantalan probe dan
permukaan elektroda jika diperlukan dan memastikan mereka benar-benar
kering sebelum pengujian. Preventive Maintenance Protokol. Pastikan bahwa
label penyelidikan jelas mengidentifikasi unit terkait. Tidak benar
dipertukarkan probe dari berbagai jenis atau dari produsen yang berbeda dapat
mempengaruhi kontrol suhu. Menegaskan bahwa setiap transduser diperlukan
(jika ada) berada di tangan dan memeriksa kondisi fisik mereka.
k. Kontrol / Switch : Sebelum mengubah kontrol atau batas alarm, memeriksa
posisi mereka setiap pengaturan muncul banyak sekali (misalnya, alarm batas
di ujung jangkauan mereka), mempertimbangkan kemungkinan tidak tepat
klinis penggunaan atau kegagalan perangkat baru . Catat pengaturan kontrol
yang harus dikembalikan ke posisi aslinya berikut inspeksi. Periksa semua
kontrol dan switch untuk kondisi fisik, mengamankan mounting, dan gerak
yang benar. Periksa tombol-tombol kontrol tidak tergelincir pada poros
mereka. Bila pengendalian harus beroperasi melawan fixed-batas berhenti,
periksa untuk penyelarasan yang tepat, serta berhenti positif. Periksa switch
membran untuk membran kerusakan (misalnya, dari kuku, pulpen). Selama
pemeriksaan, pastikan untuk memeriksa bahwasetiap kontrol dan switch
melakukan fungsi yang tepat.
l. Baterai / Charger : Periksa kondisi fisik baterai dan konektor baterai, jika
mudah diakses. Periksa pengoperasian dioperasikan dengan baterai listrik-rugi
alarm, jika demikian dilengkapi. Operasikan Unit daya baterai selama
beberapa menit untuk memeriksa bahwa baterai telah terisi dan dapat
menyimpan biaya. (Inspeksi ini dapat dilakukan pada daya baterai untuk
membantu mengkonfirmasi baterai yang memadai kapasitas.) Periksa kondisi
baterai dengan mengaktifkan fungsi tes baterai atau mengukur output
tegangan. Periksa kondisi baterai dan pengisi daya, sejauh mungkin,
mengkonfirmasi bahwa itu tidak, pada kenyataannya, mengisi baterai.
Pastikan bahwa baterai diisi atau pengisian ketikapemeriksaan selesai.
Beberapa baterai memerlukan debit mendalam periodik dan pengisian ulang
untuk mempertahankan kapasitas baterai maksimum. Jika ini
direkomendasikan oleh produsen, memverifikasi bahwa sedang dilakukan
sesuai jadwal.
m. Indikator / tanda visual : Selama pemeriksaan, mengkonfirmasi
pengoperasian semua lampu, indikator, dan tampilan visual pada unit dan
charger, jika demikian dilengkapi. Pastikan bahwa semua segmen dari fungsi
tampilan digital dengan benar.
n. Pengguna Kalibrasi / Self-Test: Ulangi pengoperasian fitur ini, jika ada.
o. Alarm: Mengoperasikan perangkat dengan cara yang mengaktifkan semua
alarm. Periksa apapun yang terkait Interlocks fungsi. Periksa aksi terputus-
probe alarm, jika unit sehingga dilengkapi. Jika perangkat memiliki fitur
alarm-diam, memeriksa metode reset. hal. Sinyal Audible: Mengoperasikan
perangkat untuk mengaktifkan setiap sinyal terdengar. Konfirmasi sesuai
volume, serta pengoperasian kontrol volume, jika demikian dilengkapi. Jika
alarm terdengar telah dibungkam atau volume yang ditetapkan terlalu rendah,
staf klinis waspada terhadap pentingnya menjaga alarm di sesuai tingkat.
p. Pelabelan: Periksa semua label yang diperlukan, bagan konversi, dan kartu
instruksi yang hadir dan dapat dibaca.
q. Aksesoris
2. Pemeliharaan Uji Keamanan Preventif Listrik
a. Grounding Resistance: Menggunakan ohmmeter, analisa keselamatan listrik, atau
multimeter dengan baik resolusi fraksional, mengukur ohm dan merekam
perlawanan antara pin ground dari kabel listrik dan terbuka (tidak dicat dan tidak
anodized) logam pada sasis. Kami merekomendasikan maksimal 0,5 ohm.
b. Sekarang Kebocoran: Ukur chassis kebocoran arus ke tanah dengan konduktor
pentanahan plug-peralatan yang terhubung sementara dibuka. Mengoperasikan
perangkat dalam semua mode normal, termasuk pada, siaga, dan mematikan, dan
catatan kebocoran maxi-mum saat ini. Chassis saat ini untuk kebocoran tanah
tidak boleh melebihi 300μA.
3. Preventive Maintenance Tes Kuantitatif
a. Kertas: Lampirkan mencetak untuk Formulir AM jika tersedia.
b. Tingkat Kalibrasi: Menggunakan EKG simulasi dengan tingkat 30, 60, 80120
dan 160 pulsa per menit, pastikan bahwa indikator denyut jantung menampilkan
tingkat dalam 5% atau 5bpm, mana yang lebih besar. Pastikan visual QRS dan
terdengar kerja indikator
4. Preventive Maintenance
a. Bersihkan eksterior dan interior
b. Melumasi dan membersihkan perakitan kipas jika diperlukan
c. Kalibrasi jika diperlukan
d. Ganti filter dan baterai jika diperlukan berdasarkan Kebijakan Parts Dijadwalkan
Penggantian.
Hal-hal yang diperhatikan saat perekaman, yaitu :
1. Keadaan sekitar pasien
2. Keadaan psikologis pasien
3. Hasil rekaman EKG
Tindakan setelah pemasangan EKG
1. Cabut keempat elektroda ekstremitas
2. Cabut keenam elektroda dada
3. Matikan alt perekam EKG
4. Rapikan klien
5. Kembalikan alat-alat ketempat semula.
6. Cara Kerja
Pasien berbaring dengan bagian dada bebas dari pakaian dan bahan-bahan logam
yang dipakai seperti cincin, jam tangan, ikat pinggang, dsb sebaiknya dibuka agar tidak
menggangu rekaman. Oleskan cream atau jelly pada tempat dimana akan dipasang
elektroda untuk merungangi resistensi. Pasanglah keempat elektroda ekstremitas pada
kedua pergelangan tangan dan kedua pergelangan kaki pada bagian medial. Pasanglah
elektroda tersebut dengan ketat. Hubungkan kabel sadapan pada EKG dan ujung-
ujungnya dihubungkan pada EKG Dan ujung-ujungnya dihubungkan pada elektroda yang
sesuai. Pasanglah elektroda pada dada sbb;
V1 : parasternal dextra intercostalis 4 (merah)
V2 : parasternal sinistra intercostalis 4 (kuning)
V3 : pada pertengahan antara V2 dan V4 (hijau)
V4 : pada linea midclavicula kiri intercostralis 5 (coklat)
V5 : pada linea axillaris anterior (hitam)
V6 : pada linea midaxillaris (ungu)
Hubungkan pada ujung-ujung kabel sadapan pada elektroda dada yang sesuai.
Hubungkanlah EKG pada sumber listrik.
7. Referensi
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Elektrokardiogram diakses pada tanggal 18 Mei 2015
2. http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=633:el
ektrokardiogram-ekg&catid=15:pemrosesan-sinyal&Itemid=14 diakses pada tanggal
18 Mei 2015
3. http://sains-anak.blogspot.com/2008/01/willem-einthoven-semarang-penemu-
ecg.html diakses pada tanggal 18 Mei 2015
4. http://med-tation.blogspot.com/2011/04/salah-satu-instrumen-yang-berpengaruh.html
diakses pada tanggal 18 Mei 2015
5. http://nswahyunc.blogspot.com/2012/06/sop-pemasangan-ekg.html diakses pada
tanggal 18 Mei 2015
RESUME DIAGNOSTIK
BEDSIDE MONITOR
DosenPembimbing :
M. RidhaMa’ruf, ST, MT
Sumber, ST, MT
Oleh :
Hanif Zakki (P27838113031)
Pramitha Galuh A. P. (P27838113035)
2C2
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
Jurusan Teknik Elektromedik
2015
A. Teori Dasar
Pasien monitor/ beside monitor adalah suatu alat yang digunakan untuk
memonitor fisiologis pasien. Bedside Monitor adalah suatu alat yang digunakan untuk
memonitor vital sign pasien, berupa detak jantung, nadi, tekanan darah, temperatur
bentuk pulsa jantung secara terus menerus (Jevon & Ewens, 2009). Parameter adalah
bagian-bagian fisiologis dari pasien yang diperiksa melalui pasien monitor. Jika kita
ketahui ada sebuah beside monitor dengan 5 parameter, maka yang dimaksud dari lima
parameter tersebut adalah banyaknya jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan oleh pasien
monitor tersebut
Didalam istilah pasien monitor diketahui beberapa parameter yang diperiksa,
parameter itu antara lain adalah :
1. EKG adalah pemeriksaan aktivitas kelistrikan jantung, dalam pemeriksaan ECG ini
juga termasuk pemeriksaan “Heart Rate” atau detak jantung pasien dalam satu menit.
2. Respirasi adalah pemeriksaan irama nafas pasien dalam satu menit
3. Saturasi darah / SpO2, adalah kadar oksigen yang ada dalam darah.
4. Tensi / NIBP (Non Invasive Blood Pressure) / Pemeriksaan tekanan darah.
5. Temperature, suhu tubuh pasien yang diperiksa
Contoh bedside monitor
Nama lain dari bedside monitor antara lain Cardiorespiratory Monitors, Apnea
Alarms dan repiration monitor, Patient Monitor. Adapun komponen alat dalam
bedside monitor adalah preamplifier, modul elektrode dan pasien kabel, parameter
sesuai kebutuhan dan monitor. Jenis bedside monitor/ pasien monitor antara lain:
1. Pasien monitor vital sign
Monitor ini bersifat pemeriksaan stándar, yaitu pemeriksaan ECG, Respirasi,
Tekanan darah atau NIBP, dan Kadar oksigen dalam darah / saturasi darah /
SpO2.
2. Pasien monitor 5 parameter
Pasien monitor ini bisa melakukan pemeriksaan seperti ECG, Respirasi, Tekanan
darah atau NIBP, kadar oksigen dalam darah / saturasi darah / SpO2, dan
Temperatur.
3. Pasien monitor 7 parameter
Pasien monitor ini biasanya dipakai diruangan operasi, karena ada satu parameter
tambahan yang biasa dipakai pada saat operasi, yaitu “ECG, Respirasi, Tekanan
darah atau NIBP (Non Invasive Blood Pressure) , kadar oksigen dalam darah /
Saturasi darah / SpO2, temperatur, dan sebagai tambahan adalah IBP (Invasive
Blood Pressure) pengukuran tekanan darah melalui pembuluh darah langsung,
EtCo2 (End Tidal Co2) yaitu pengukuran kadar karbondioksida dari sistem
pernafasan pasien.
Patient monitor juga digunakan pada ruangan resusitasi / recovery pasca
operasi untuk kasus post operasi berat, seperti operasi jantung, operasi
transplantasi organ dan operasi yang memakan waktu lama. Dengan demikian
berarti pasien yang dipasangkan alat Patient Monitor adalah pasien yang lebih
serius kondisi kesehatannya malah mungkin bukan pasien yang sadarkan diri
(Rab, 2007). Sedangkan Vital sign monitor digunakan untuk memonitor beberapa
parameter kesehatan pasien yang membutuhkan continuously monitoring atau
round the clock monitoring. Vital sign monitor mempunyai parameter: Tekanan
darah, pulse, temperature dan saturasi oksigen yang digunakan untuk kondisi
pasien yang tidak terlalu serius, tapi memerlukan pemantauan round the clock,
seperti : Ruangan Hemodialisa, Ruangan emergency, Ruangan resusitasi /
recovery pasca operasi untuk kasus operasi yang tidak berat, Ruangan Bersalin,
Ambulance, Laboratorium, Klinik-klinik yang ada rawat inap, Puskesmas yang
DTP, Sentra Olahraga.
Manfaat vital sign monitor yaitu memungkinkan dokter dan para medis
dapat mengevaluasi pasien lebih cepat, karena makin tidak stabil vital sign pasien,
berarti makin sakit pasien tersebut. Bekerja lebih efektif sehingga menghemat
waktu yang pada akhirnya bermanfaat bagi pasien, karena dapat lebih cepat
mengetahui tingkat keseriusan pasien yang dirawat. Teknologi advance yang ada
pada Vital Sign Monitor membuatnya sangat optimal untuk rumah sakit, karena
dengan pemeriksaan manual, tingkat kesalahan dapat tinggi dan memberikan
hasil/diagnosis yang salah bagi pasien. Dengan menggunakan vital sign monitor
kesalahan ini dapat ditekan. Dapat mengetahui bagaimana tubuh bereaksi
terhadap stres-stres fisik. Dengan teknologi yang sangat user friendly dapat
digunakan untuk orang yang tidak berlatar belakang medis. Mengurangi beban
kerja paramedis di bagian yang sibuk seperti ER, RR, dll. Di unit hemodialysis;
dapat membantu paramedis memantau pasien lebih efektif dan membuat pasien
lebih merasa nyaman dan aman.
Monitoring vitalsign sangat penting dilakukan untuk mengetahui fisiologis
tubuh. Tekanan Systolic menunjukkan puncak tekanan darah memberikan
gambaran kondisi pompa jantung. Tekanan Diastolic – menunjukkan tekanan
darah terendah memberikan kondisi “waktu istirahat” dari jantung. Dengan
tekanan darah kita dapat gambaran kondisi pembuluh darah dan organ seperti otak
dan ginjal dan untuk menghitung angka MAP (mean atrial pressure) yang
menunjukkan kondisi perfusi darah ke organ dan jaringan. Saturasi Oksigen
dilakukan untuk mengevaluasi sebaik apa kerja paru-paru dalam menyuplai
oksigen melalui darah ke seluruh tubuh dalam kondisi yang berbeda (istirahat,
sedang sakit, dalam pengaruh obat, dll.). saturasi juga untuk mengevaluasi
oksigenisasi dan saturasi (kelarutannya) dalam hemoglobin. Sedangkan suhu
bertujuan untuk memantau kemampuan badan dalam menyimpan dan melepas
panas tubuh, mendeteksi suhu tubuh yang abnormal; rendah atau tinggi atau
memonitor efektifitas dari pengobatan yang diberikan.
B. Prinsip Kerja
Prinsip kerja bedside monitor
1. Power supply board fungsinya untuk:
- Penyearah dan filter input tegangan AC
- Penstabil dan menghasilkan tegangan DC untuk semua rangkaian
- Baterai charger
- Menghasilkan perintah power fail ke main board
- Memilih ON/OFF DC power supply dari front panel
- Mematikan DC power supply, jika terjadi kerusakan pada power
2. LCD Display
Menghasilkan gambar bagi tampilan sinyal-sinyal hasil pengukuran yang telah
diolah dan didapatkan dari main prosessor board.
3. Backligth
Tampilan bagi belakang layar dua tegangan anoda (200 v dan 6 KV), heater
current kontrol grid voltage, arus katoda.
4. Main Prosessor Board
Fungsinya untuk, afirmware programed microcomputer, system timing, interface,
pada rangkaian lainnya seperti display monitor, spiker front-end dan keyboard,
alarm, recorder serta interface pada keluaran dan mini recorder.
5. Keypad
Fungsinya keypad board adalah untuk mengetik dan mengisi data-data pasien
yang sedang diperiksa dan memberikan perintah-perintah untuk melakukan
program yang akan dilakukan.
6. Main conector board
Terdiri dari 3 fungsi blok: ECG/Defib syn, Unity, Auxilary port, Expansion and
docking port. Auxilary parameter board dibagi dalam 3 daerah operasi utama:
Input channel (2 pressure dan 2 temperatur), Control dan A/D konversion dari
front panel dan semua input channel (tekanan, temperatur, ECG, pulsasi perifer
dan respirasi).
C. Bagian-bagian
1. Chassis / selungkup
2. Kotak kontak
3. Terminal pembumian
4. Kabel daya
5. Saklar ON/OFF
6. Sikring
7. Patient cables
8. Fitting / connector
9. Electrode & streps
10. Control / pengatur
11. Battery / charger
12. Indikator / display
13. User calibration
14. Alarm
15. Audibla signals
D. Perkembangan
Patient Monitor adalah Sebuah alat berbentuk monitor untuk lepentingan medis
atau monitor fisiologis atau tampilan, adalah perangkat medis elektronik yang digunakan
dalam pemantauan medis yang menampilkan data dipantau, dan mungkin atau mungkin
tidak memiliki kemampuan untuk mengirimkan data pada jaringan pemantauan. Data
fisiologis ditampilkan terus menerus pada layar CRT atau LCD sebagai saluran data
sepanjang sumbu waktu, Mereka bisa disertai dengan readouts numerik parameter
dihitung pada data asli, seperti nilai maksimum, minimum dan rata-rata, denyut nadi dan
frekuensi pernapasan, dan sebagainya.
1. Analog
Lama monitor pasien analog didasarkan pada osiloskop, dan memiliki
satu saluran saja, biasanya disediakan untuk pemantauan elektrokardiografi
(EKG). Jadi, monitor medis cenderung sangat khusus. Satu monitor akan
melacak tekanan darah pasien, sementara yang lain akan mengukur oksimetri
nadi, EKG lain. Kemudian model analog memiliki saluran kedua atau ketiga
ditampilkan dalam layar yang sama, biasanya untuk memantau pergerakan
respirasi dan tekanan darah. Mesin-mesin ini banyak digunakan dan
menyelamatkan banyak nyawa, tetapi mereka memiliki beberapa pembatasan,
termasuk kepekaan terhadap gangguan listrik, fluktuasi tingkat dasar, dan tidak
adanya readouts numerik dan alarm. Selain itu, meskipun telemetri pemantauan
nirkabel secara prinsip mungkin (teknologi ini dikembangkan oleh NASA pada
akhir 1950-an untuk spaceflight berawak) itu mahal dan rumit.
2. Digital
Monitor medis berkembang dengan perkembangan teknologi digital sinyal
processing (DSP), yang memiliki keuntungan dari miniaturisasi, portabilitas, dan
multi-parameter monitoring yang dapat melacak banyak tanda-tanda penting yang
berbeda sekaligus. Ini biasanya termasuk oksimetri nadi (pengukuran persentase
jenuh oksigen dalam darah, disebut sebagai SpO2, dan diukur dengan manset jari
inframerah), EKG (elektrokardiograf dari gelombang QRS jantung dengan atau
tanpa alat pacu jantung yang menyertainya eksternal) , tekanan darah (baik invasif
melalui perakitan tekanan transduser dimasukkan darah, atau noninvasively
dengan manset tekanan darah tiup), dan suhu tubuh melalui pad perekat berisi
transduser termoelektrik. Dalam beberapa situasi, parameter lainnya dapat diukur
dan ditampilkan, seperti curah jantung (melalui kateter Swan-Ganz invasif),
kapnografi (pengukuran CO2, disebut sebagai EtCO2 atau end-pasang konsentrasi
karbon dioksida), pernapasan (melalui transduser toraks ikat pinggang, saluran
EKG atau melalui EtCO2, ketika dipanggil AWRR atau tingkat saluran udara
pernafasan), dll
Selain menjiplak parameter fisiologis sepanjang waktu (sumbu X), monitor medis
digital telah otomatis readouts numerik dari puncak dan / atau parameter rata-rata
ditampilkan pada layar, dan tinggi / rendah tingkat alarm dapat diatur, yang
mengingatkan staf ketika beberapa parameter melebihi dari jatuh batas tingkat,
menggunakan sinyal terdengar.
Jenis pasien monitor dapat diklasifikasikan sebagai :
1. Genggam
2. Portabel
3. Monitor / defibrillator (biasanya portabel)
4. Tabletop
5. Networkable / non-networkable
6. Kabel / nirkabel transmisi data
7. Bertenaga listrik dari atau bertenaga baterai + Portabel nirkabel
monitor EKG
Monitor jantung portabel ada dalam beberapa konfigurasi, mulai dari single-
channel model untuk keperluan rumah tangga, yang mampu menyimpan atau
mengirimkan sinyal untuk penilaian oleh dokter, sampai 12-memimpin lengkap, mesin
EKG portabel yang dapat menyimpan selama 24 jam atau lebih (perangkat Holter disebut
pemantauan). Ada juga monitor portabel untuk tekanan darah (MAPA) dan EEG.
E. SOP (Standart Operational Procedure)
1. Persyaratana. SDM, teknisi terlatihb. Peralatan kerja lengkapc. Dokumen teknisi penyerta lengkapd. Bahan pemeliharaan, bahan operasional dan material bantu tersediae. Mekanisme kerja jelas
2. Persiapana. Siapkan perintah kerjab. Siapkan formulir laporan kerjac. Siapkan dokumen teknis penyerta:
- Service manual- Wiring diagram
d. Siapkan peralatan kerja:- Toolset current- LeakageCurrent Meter- Multimeter digital- Thermometer- ECG Phantom- NIBP Phantom- IBP Phantom- SaO2 Phantom- Stopwatch Elektronik
e. Siapkan bahan pemeliharaan, bahan operasional dan material bantu:- Cairan pembersih- Lampu indikator- Kuas- Kain Lap/kertas tissue- Pasta/jelly- Kertas rekam-
f. Pemberitahuan kepada user3. Pelaksanaan
a. Cek kondisi fisik dan bersihkan seluruh bagian alat
b. Cek standard 1mV (untuk pulsa EKG)c. Cek kecepatan pada posisi 5mm/secd. Cek lead selector (hasil rekaman sesuai dengan lead yang dipilih)e. Cek fungsi filter, ganti bila perluf. Cek fungsi NIBP & IBP, perbaikan bila perlug. Cek fungsi temperature, perbaikan bila perluh. Cek fungsi SaO2, perbaiki bila perlui. Cek fungsi indikator, perbaiki bila perluj. Cek fungsi-fungsi kontras gambar, brightness, colourk. Lakukan pengukuran tahanan kabel pembumian alatl. Lakukan pengukuran arus bocorm. Lakukan uji kinerja alat
4. Pencatatana. Isi kartu pemeliharaan alatb. Isi formulir laporan kerjac. User menandatangani laporan kerja dan alatdiserahkan kembali pada user
5. Pengemasan alat kerja dan dokumen teknis penyertaa. Cek alat kerja dan sesuaikan dengan catatanb. Cek dan rapikan dokumen teknis penyertac. Kembalikan alat kerja dan dokumen teknis penyerta ke tempat semula
6. PelaporanLaporkan hasil pekerjaan kepada pemberi tugas
Indikasi pemasangan pasien monitor/beside monitor adalah pasien dengan krisis
atau kegagalan pada beberapa sistem, yaitu: sistem pernapasan, sistem hemodinamik,
sistem syaraf pusat, sistem endokrin dan metabolik, overdosis obat, reaksi obat dan
keracunan, sistem pembekuan darah, dan infeksi berat (sepsis).
Cara pengoperasian pasien monitor/ beside monitor :
1. Lepaskan penutup debu
2. Siapkan aksesoris dan pasang sesuai kebutuhan
3. Hubungkan alat ke terminal listrik (terminal pembumian)
4. Hubungkan alat ke catu daya
5. Hidupkan alat dengan menekan tombol ON/OFF
6. Set rentang nilai (range) untuk temperature, pulse dan alarm
7. Perhatikan protap pelayanan
8. Beritahukan sien mengenai tindakan yang akan dilakukan
9. Hubungkan patient cable, stap dan chest electrode kepasien dan pastika sudah
terhubung dengan baik
10. Lakukan monitoring
11. Lakukan pemantauan display terhadap heart rate, ECG wave, pulse, temperature,
saturasi oksigen, dan NiBP.
Setelah pengoperasian selesai matikan alat dengan menekan tombol ON/OFF :
1. Lepaskan hubungan alat dari catu daya
2. Lepaskan hubungan alat dari terminal pembumian
3. Lepaskan patient cable, strap, chest electrode dan bersihkan
4. Pastikan bahwa bedside monitor dalam kondisi baik dan siap difungsikan lagi
5. Pasang penutup debu
6. Simpan alat dan aksesoris ke tempat semula.
F. Referensi
1. http://celoteh-venny-dunia.blogspot.com/2015/04/bedside-monitor.html diakses pada
tanggal 19 Mei 2015.
2. http://stikeswh.ac.id/tem/utama.php?mod=detail&id=142 diakses pada tanggal 19
Mei 2015
3. http://www.slideshare.net/yabniellitjingga/makalah-bedsid-monitor diakses pada
tanggal 19 Mei 2015
4. http://surabayamedical.blogspot.com/2012/02/patient-monitor-pasien-monitor.html
diakses pada tanggal 19 Mei 2015
5. http://rudiantorosadi.blogspot.com/2014/06/sop-prosedur-tetap-protap-perawatan-dan.html diakses pada tanggal 19 Mei 2015
RESUME DIAGNOSTIK
ULTRA SONOGRAPHY
DosenPembimbing :
M. RidhaMa’ruf, ST, MT
Sumber, ST, MT
Oleh :
Hanif Zakki (P27838113031)
Pramitha Galuh A. P. (P27838113035)
2C2
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
Jurusan Teknik Elektromedik
2015
A. Teori Dasar
Seperti yang kita ketahui bahwa di bidang kedokteran, dikenal istilah
Ultrasonography (USG). USG merupakan suatu metode diagnostic dengan menggunakan
gelombang ultrasonik Sebelum membahas lebih jauh tentang USG, kita perlu mengetahui
definisi dari gelombang ultrasonik itu sendiiri. Gelombang ultrasonik adalah suara atau
getaran dengan frekuensi yang terlalu tinggi untuk bisa didengar oleh manusia, yaitu kira-
kira diatas KH. Dalam hal ini gelombang ultasonik merupakan gelombang diatas
frekuensi suara. Gelombang ultasonik dapat merambat dalam medium padat, cair dan gas.
Reflektifitas dari gelombang ultrasonik ini di permukaan cairan hampir sama dengan
permukaan padat, tetapi pada tekstil dan busa dapat didengar, bersifat langsung dan
mudah difokuskan. Kelebihan gelomabng ultrasonik ini adalah frekuensunya yang tidak
dapat didengar, bersifat langsung dan mudah difokuskan. Jarak suatu gelombang yang
memanfaatkan delay gelmbang pantul dan gelombang datang seperti pada sistem radar
dan deteksi gerakan oleh sensor pada robot atau hewan.
Pemahaman mengenai sifat fisik gelombang ultrasonik sangat diperlukan di
dalam pemeriksaan USG karena beberapa alasan,antara lain:
1. Untuk mengetahui prinsip kerja, cara pemakaian dan cara pemeriksaan
alat USG
2. Untuk membuat interpretasi gambaran USG dan mengenal berbagai
gambaran artefak yang ditimbulkan
3. Untuk memahami efek biologik dan segi keamanan dalam penggunaan
alat diagnostik USG yang dewasa ini masih perlu dipantau.
B. Prinsip Kerja
Generator pulsa (oscilator) berfungsi sebagai penghasil gelombang listrik,
kemudian oleh transducer diubah menjadi gelombang suara yang diteruskan ke medium.
Apabila gelombang suara mengenai jaringan yang memiliki nilai akustik impedansi,
maka gelombang suara akan dipantulkan kembali sebagai echo.
Di dalam media (jaringan) akan terjadi atenuasi, gema (echo) yang lebih jauh
maka intensitasnya lebih lemah dibandingkan dari echo yg lebih superficial. Pantulan
gema akan ditangkap oleh transducer dan diteruskan ke amplifier untuk diperkuat.
Gelombang ini kemudian diteruskan ke tabung sinar katoda melalui recevier seterusnya
ditampilkan sebagai gambar di layar monitor.
Diagram Prinsip Dasar USG :
Berikut adalah kelemahan dan kelebihan Ultrasonografi yaitu:
- Kelemahan:
1. Dapat ditahan oleh kertas tipis.
2. Antara tranducer (probe) dengan kulit tidak dapat kontak dengan baik (interface)
sehingga bias terjadi artefak sehingga perlu diberi jelly sebagai penghantar
ultrasound.
3. Bila ada celah dan ada udara, gelombang suara akan dihamburkan.
- Kelebihan:
1. Pasien dapat diperiksa langsung tanpa persiapan dan memberi hasil yang cepat.
2. Bersifat non invasive sehingga dapat dilakukan pula pada anak-anak.aman untuk
pasien dan operator, karena tidak tergantung pada radiasi ionisasi.
3. Memberi informasi dengan batas struktur organ sehingga member gambaran
anatomis lebih besar dari informasi fungsi organ.
4. Semua organ kecuali yang mengandung udara dapat ditentukan bentuk, ukuran,
posisi, dan ruang interpasial.
5. Dapat membedakan jenis jaringan dengan melihat perbedaan interaksi dengan
gelombang suara.
6. Dapat mendeteksi struktur yang bergerak seperti pulsasi fetal
C. Bagian-bagian dan Fungsi
1. Transduser
Transduser adalah alat yang berfungsi sebagai transmitter (pemancar)
sekaligus sebagai recevier (penerima). Dalam fungsinya sebagai pemancar,
transducer merubah energi listrik menjadi energi mekanik berupa getaran suara
berfrekuensi tinggi. Fungsi recevier pada transducer merubah energi mekanik
menjadi listrik. Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian
tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar
pada pemeriksaan prostat.
2. Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk
mengolah data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah
CPUnya USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama
seperti pada CPU pada PC. Cara kerja USG adalah merubah gelombang menjadi
gambar.
3. Pulser adalah alat yang berfungsi sebagai penghasil tegangan untuk merangsang
kristal pada transducer dan membangkitkan pulsa ultrasound.
4. Tabung sinar katoda adalah alat untuk menampilkan gambaran ultrasound. Pada
tabung ini terdapat tabung hampa udara yg memiliki beda potensial yang tinggi
antara anoda dan katoda.
5. Printer adalah alat yang digunakan untuk mendokumentasikan gambaran yang
ditampilkan oleh tabung sinar katoda.
6. Display adalah alat peraga hasil gambaran scanning pada TV monitor.
D. Perkembangan
Pada awalnya penemuan alat USG diawali dengan penemuan gelombang
ultrasonik kemudian bertahun-tahun setelah itu, tepatnya sekitar tahun 1920-an, prinsip
kerja gelomabang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran. Penggunaan
ultrasonik dalam bidang kedokteran ini pertama kali diaplikasikan untuk kepentingan
terapi, bukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.
Dalam hal ini, yang dimanfaatkan adalah kemampuan gelombang ultrasonik
dalam menghancurkan sel-sel atau jaringan “berbahaya”. Hal ini kemudian secara luas
diterapkan pula untuk penyembuhan penyakit-penyakit lainnya. Misalnya, terapi untuk
penderita arthritis, haemorrhoids, asma, thyrotoxicosis, ulkus pepticum (tukak lambung),
elephanthiasis (kaki gajah) dan bahkan terapi untuk penderita angina pectoris. Baru pada
awal tahun 1940, gelombang ultrasonik dinilai memungkinkan untuk digunakan sebagai
alat mendiagnosis suatu penyakit, bukan hanya untuk terapi. Hal ini disimpulkan berkat
hasil eksperimen Karl Theodore Dussik, seorang dokter ahli saraf dari Universitas
Vienna, Austria bersama dengan saudaranya, Freiderich yang merupakan seorang ahli
fisika, berhasil menemukan lokasi sebuah tumor otak dan pembuluh darah pada otak
besar dengan mengukur transmisi pantulan gelombang ultrasonik melalui tulang
tengkorak. Dengan menggunakan Transduser (kombinasi alat pengirim dan penerima
data), hasil pemindaian masih berupa gambar 2 dimensi yang terdiri dari barisan titik-titik
berintensitas rendah. Kemudian George Ludwig, ahli fisika Amerika menyempurkan alat
temuan Dussik.
Seperti yang kita ketahui bahwa ultrasonography adalah salah satu dari produk
teknologi Medical Imaging yang dikenal sampai saat ini. Medical Imaging adalah suatu
teknik yang digunakan untuk mencitrakan bagian dalam organ atau suatu jaringan sel
(tissue) pada tubuh tanpa membuat sayatan atau luka (non-invasive). Interaksi antara
fenomena fisik tissue dan diikuti dengan teknik pendeteksian hasil interaksi itu sendiri
untuk diproses dan direkonstruksi menjadi suatu citra (image), menjadi dasar bekerjanya
peralatan Medical Imaging.
Teknologi transduser diciptakan kira-kira tahun 1990 memungkinkan sinyal
gelombang ultrasonik yang diterima menghasilkan tampilan gambar suatu jaringan tubuh
dengan lebih jelas. Penemuan komputer pada tahun 1990 jelas sangat membantu
teknologi ini. Gelomabng ultrasonik akan mengalami proses sebagai berikut: pertama
gelombang akan diterima transduser kemudian gelombang tersebut diproses sedemikian
rupa dalam komputer sehingga bentuk tampilan gambar akan terlihat ke layar monitor.
Transduser yang digunakan terdiri dari transduser penghasil gambar 2 dimensi atau 3
dimensi. Seperti inilah hingga USG berkembang sedemikian rupa hingga saat ini.
Jenis-Jenis pemeriksaan USG yaitu:
o USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar 2 bidang (mamanjang dan melintang). Kualitas gambar
cukup baik sehingga sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
o USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan satu bidang gambar lagi yang
disebut koronal. Bambar yang ditampilkan mirip seperti aslinya. Permukaan
sutau benda dapat dilihat secara jelas, begitu pun keadaaan janin dari posisi
yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya diputar (bukan janinnya
yang diputar).
o USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi shanya istilah untuk USG 3 Dimensi yang dapat
bergerak (Live 3D). Klau gambar yang diambil dari USG 3 dimensi statis,
sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat bergerak jadi psien
dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam
rahimnya.
o USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama
aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan
janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:
1. Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
2. Tonus (gerak janin).
3. Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
4. Doppler arteri umbilikalis.
5. Reaktivitas denyut jantung janin.
E. SOP (Standart Operational Procedure)
- Persiapan dan pelaksanaan:
1. Lakukan informed consent
2. Anjurkan untuk puasa makan dan minum 8-12 jam sebelum pemeriksaan USG
aorta abdomen, kandung empedu, hepar, limpa dan pankreas.
3. Oleskan jeli konduktif pada permukaan kulit yang akan dilakukan USG
4. Transduser dipegang dengan tangan dan gerakkan ke depan dan ke belakang di
atas permukaan kulit.
5. Lakukan anatra 10-30 menit
6. Premedikasi jarang dilakukan hanya bila pasien dalam keadaan gelisah
7. Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk mencegah masuknya
udara.
8. Bila pada pemeriksaan obstetrik (trimester pertama dan kedua), pelvis dan ginjal
pasien dianjurkan untuk minum 4 gelas air dan tidak boleh berkemih sementara
untuk trimester ketiga, pemeriksaan pada pasien dilakukan pada saat kandung
kemih kosong.
9. Bila pada otak lepaskan semua perhiasan dari leher dan jepit rambut dari kepala.
10. Bila pada jantung anjurkan untuk bernapas perlahan dan menahan setelah
inspirasi dalam.
- Persiapan alat dan bahan
1. Perawatan peralatan yang baik akan membuat hasil pemeriksaan juga tetap baik.
Hidupkan peralatan USG sesuai dengan tatacara yang dianjurkan oleh pabrik
pembuat peralatan tersebut. Panduan pengoperasian peralatan USG sebaiknya
diletakkan di dekat mesin USG, hal ini sangat penting untuk mencegah kerusakan
alat akibat ketidaktahuan operator USG.
2. Perhatikan tegangan listrik pada kamar USG, karena tegangan yang terlalu naik-
turun akan membuat peralatan elektronik mudah rusak. Bila perlu pasang
stabilisator tegangan listrik dan UPS.
3. Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan USG, bersihkan semua peralatan
dengan hati-hati, terutama pada transduser (penjejak) yang mudah rusak.
Bersihkan transduser dengan memakai kain yang lembut dan cuci dengan larutan
anti kuman yang tidak merusak transduser (informasi ini dapat diperoleh dari
setiap pabrik pembuat mesin USG).
4. Selanjutnya taruh kembali transduser pada tempatnya, rapikan dan bersihkan
kabel-kabelnya, jangan sampai terinjak atau terjepit. Setelah semua rapih, tutuplah
mesin USG dengan plastik penutupnya. Hal ini penting untuk mencegah mesin
USG dari siraman air atau zat kimia lainnya.
5. Agar alat ini tidak mudah rusak, tentukan seseorang sebagai penanggung jawab
pemeliharaan alat tersebut.
- Persiapan Pemeriksaan Lingkungan
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak langsung dengan pasien, setelah kontak
dengan darah atau cairan tubuh lainnya, dan setelah melepas sarung tangan, telah
terbukti dapat mencegah penyebaran infeksi. Epidemi HIV telah menjadikan
pencegahan infeksi kembali menjadi perhatian utama, termasuk dalam kegiatan
pemeriksaan USG dimana infeksi silang dapat saja terjadi. Kemungkinan penularan
infeksi lebih besar pada waktu pemeriksaan USG transvaginal karena terjadi kontak
dengan cairan tubuh dan mukosa vagina.
Resiko penularan dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu tinggi, sedang, dan ringan.
Resiko penularan tinggi terjadi pada pemeriksaan USG intervensi (misalnya punksi
menembus kulit, membran mukosa atau jaringan lainnya); peralatan yang dipakai
memerlukan sterilisasi (misalnya dengan autoklaf atau etilen oksida) dan dipergunakan
sekali pakai dibuang.
Resiko penularan sedang terjadi pada pemeriksaan USG yang mengadakan kontak
dengan mukosa yang intak, misalnya USG transvaginal; peralatan yang dipakai
minimal memerlukan sterilisasi tingkat tinggi (lebih baik bila dilakukan sterilisasi).
Resiko penularan ringan ter adi pada pemeriksaan kontak langsung dengan kulit
intak, misalnya USG transabdominal; peralatan yang dipakai cukup dibersihkan dengan
alkohol 70% (sudah dapat membunuh bakteri vegetatif, virus mengandung lemak,
fungisidal, dan tuberkulosidal) atau dicuci dengan sabun dan air
- Persiapan Pasien
Sebelum pasien menjalani pemeriksaan USG, ia sudah harus memperoleh
informasi yang cukup mengenai pemeriksaan USG yang akan dijalaninya. Informasi
penting yang harus diketahui pasien adalah harapan dari hasil pemeriksaan, cara
pemeriksaan (termasuk posisi pasien) dan berapa biaya pemeriksaan.
Caranya dapat dengan memberikan brosur atau leaflet atau bisa juga melalui
penjelasan secara langsung oleh dokter sonografer atau sonologist. Sebelum melakukan
pemeriksaan USG, pastikan bahwa pasien benar-benar telah mengerti dan memberikan
persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan USG atas dirinya.
Bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal, tanyakan kembali apakah ia
seorang nova atau nyonya?, jelaskan dan perlihatkan tentang pemakaian kondom yang
baru pada setiap pemeriksaan (kondom penting untuk mencegah penularan infeksi).
Pada pemeriksaan USG transrektal, kondom yang dipasang sebanyak dua buah,
hal ini penting untuk mencegah penyebaran infeksi.
Terangkan secara benar dan penuh pengertian bahwa USG bukanlah suatu alat
yang dapat melihat seluruh tubuh janin atau organ kandungan, hal ini untuk
menghindarkan kesalahan harapan dari pasien. Sering terjadi bahwa pasien mengeluh
"Kok sudah dikomputer masih juga tidak diketahui adanya cacat bawaan janin atau ada
kista indung telur?” USG hanyalah salah satu dari alat bantu diagnostik didalam bidang
kedokteran. Mungkin saja masih diperlukan pemeriksaan lainnya agar diagnosis
kelainan dapat diketahui lebih tepat dan cepat.
- Persiapan Pemeriksa
Pemeriksa diharapkan memeriksa dengan teliti surat pengajuan pemeriksaan
USG, apa indikasinya dan apakah perlu didahulukan karena bersifat darurat gawat,
misalnya pasien dengan kecurigaan kehamilan ektopik. Tanyakan apakah ia seorang
nyonya atau nona, terutama bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal.
Selanjutnya cocokkan identitas pasien, keluhan klinis dan pemeriksaan fisik yang
ada; kemudian berikan penjelasan dan ajukan persetujuan lisan terhadap tindak medik
yang akan dilakukan.
Persetujuan tindak medik yang kebanyakan berlaku di Indonesia saat ini hanyalah
bersifat persetujuan lisan, kecuali untuk tindakan yang bersifat invasif misalnya
kordosintesis atau amniosintesis.
Dimasa mendatang tampaknya pemeriksaan USG memerlukan persetujuan
tertulis dari pasien. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk mencegah penularan
penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS dan penyakit menular seksual akibat semakin
banyaknya seks bebas dan pemakaian narkoba.
Pemeriksa diharapkan juga agar selalu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dengan cara membaca kembali buku teks atau literatur-literatur
mengenai USG, mengikuti pelatihan secara berkala dan mengikuti seminar-seminar
atau pertemuan ilmiah lainnya mengenai kemajuan USG mutakhir. Kemampuan
diagnostik seorang sonologist sangat ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman dan
latihan yang dilakukannya
- Cara Pengoperasian
1. Tekan tombol Power pada pesawat USG, biarkan beberapa waktu untuk ‘boot up’.
2. Untuk memulai penamaan data, tekan tombol ‘Pasien’, gunakan track ball dan
keyboard untuk mengisi data pada sheet pasien.
3. Sebelum menggunakan pastikan probe transduser terpasang dengan baik, pastikan
knob tidak kendor.
4. Untuk memulai melakukan pemeriksaan pertama-tama pilih ‘Probe Menu’
o Tipe Linear baik untuk mendapatkan hasil resolusi yang tinggi.
o Tipe Konveks/Curve untuk pemeriksaan struktur yang lebih dalam.
5. Untuk melakukan pemeriksaan pada pasien, oleskan gel pada pasien dan gunakan
probe yang telah dipilih.
6. Jika ingin melakukan pengamatan 2Dimensi pilih tombol 2D, begitu pula dengan 3
Dimensi, tekan tombol 3D.
7. Pada awal pemeriksaan setting ‘depth’ dan ‘zoom’, dengan menggunakan tombol
‘depth &zoom’.
8. Untuk mengatur TGC (Time Gain Compensation) geser knob-knob ke kanan atau
kekiri, knob paling atas untuk titik yang teratas (kurang dalam) semakin ke bawah,
semakin dalam.
9. Jika sudah mendapatkan visualisasi hasil USG yang diinginkan kita dapat menekan
tombol Freeze. Gunakan tombol Store jika ingin menimpan gambar.
10. Pada hasil Scan yang sudah di freeze, kita dapat memberi label pada hasil scan
dengan cara menekan tombol penamaan (ABC button), lalu beri penamaan dengan
keyboard.
11. Jika ingin melakukan pengukuran pada objek yang di scan, gunakan tombol
‘Measure’, gunakan Track Ball & tombol ‘Set’ untuk menentukan mark (titik/tanda)
agar dapat dilakukan pengukuran, panjang atau lebar objek.
12. Untuk melakukan pengukuran volume (pada ginjal contohnya) lakukan pengukuran
seperti diatas, hanya saja diperlukan 3 tipe pengukuran, yaitu, panjang, lebar, dan
tinggi (kedalaman)
13. Setelah selesai melakukan pengamatan, matikan alat dengan menekan OFF tombol
Power
F. Referensi
1. http://belongtomahsumi.blogspot.com/2010/12/makalah-mengenai-usg.html
diakses pada tanggal 19Mei 2015.
2. http://black-202.blogspot.com/2012/05/makalah-tentang-usg.html diakses pada
tanggal 19Mei 2015.
3. http://belongtomahsumi.blogspot.com/2010/12/makalah-mengenai-usg.html
diakses pada tanggal 19Mei 2015.
4. http://glamour-radiologi.blogspot.com/2011/06/ultrasonografi.html diakses pada
tanggal 19Mei 2015.
5. http://ilmuelektromedik.blogspot.com/2012/12/alat-ultrasonography-usg.html
diakses pada tanggal 19Mei 2015.