Resume RSUD Karanganyar Materi Hari Ketiga Udah Dibenerin
description
Transcript of Resume RSUD Karanganyar Materi Hari Ketiga Udah Dibenerin
Laporan Kegiatan
RESUME MATERI KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU
KESEHATAN MASYARAKAT & KEDOKTERAN KOMUNITAS
DI RSUD KARANGANYAR
Disusun Oleh :
Kelompok
Periode 15 September – 26 Oktober 2014
Rukmana Wijayanto G99141042 Fernando Feliz Christyan G99141050
Erma Malindha G99141043 Ilma Anisa G99141051
Annisa Wardhani G99141044 Firza Fatchya G99141117
Agil Wahyu Wicaksono G99141045 Kevin Wahyudi Prasetyo G99141118
Elga Putri Indanarta G99141046 Surya Adhi Prakoso G99141119
Dewantari Saputri G99141047 Engine Rabindra A G99141120
Fitroh Annisah G99141048 Ginanjar Tenri Sultan G99141121
Puji Rahmawati G99141049
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT &
KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET/
RSUD KARANGANYAR
2014
LEMBAR PENGESAHAN
RESUME MATERI KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU
KESEHATAN MASYARAKAT & KEDOKTERAN KOMUNITAS DI
RSUD KARANGANYAR
Telah diteliti, disetujui dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Pembimbing Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar
dr. Kasyfi Hartati, MPH dr. G. Mariyadi
NIP. 19681010 199903 2 007 NIP. 19610914 199003 1 006
2
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati kami memanjatkan puji syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, dan berkat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik stase Ilmu Kesehatan
Masyarakat di RSUD Kabupaten Karanganyar.
Dalam proses penulisan, kami telah mendapat banyak bantuan dari berbagai
pihak baik secara materiil maupun spirituil yang berwujud pengarahan,
bimbingan, serta dorongan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. dr. G Mariyadi, selaku direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Karanganyar.
2. dr. Kasyfi Hartati, yang telah memberikan bimbingan materi selama di
Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.
3. Seluruh staff yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar
beserta jajarannya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan karya ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun guna kesempurnaan karya tulis ini.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Surakarta, Oktober 2014
Penulis
3
RESUME MATERI KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK ILMU
KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
DI RSUD KARANGANYAR
A. Resume Materi Hari Pertama
1. Materi Pertama
Hari : Kamis, 25 September 2014
Judul Materi : Rekam Medik
Pembimbing : dr. Kasyfi Hartati
Resume :
Rekam medik adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien. Fungsi rekam medik mencakup
beberapa hal, antara lain:
- Administrasi
- Dokumentasi
- Pendidikan
- Penelitian
- Keuangan
- Hukum
- Medis
Penulisan rekam medik harus memenuhi beberapa syarat, yaitu
correct, complete, clear, dan recent. Adapun isi rekam medik berupa
ringkasan masuk dan keluar pasien, meliputi:
- Anamnesis dan pemeriksaan fisik
- Lembar grafik
- Perjalanan penyakit, perintah dokter, dan pengobatan
- Catatan perawat dan bidan
- Hasil pemeriksaan penunjang
- Resume keluar
4
- Lembar kontrol istimewa
- Laporan anastesi dan operasi
- Riwayat kehamilan, catatan, dan laporan persalinan
- Identitas bayi
- Persetujuan pengobatan atau tindakan medis
Pengolahan data medis terdiri dari:
- Coding : ICD X, yaitu berdasarkan klasifikasi penyakit
ICD 9CM, yaitu berdasarkan tindakan
- Indexing : rawat jalan, rawat inap, diagnosis, operasi, nama
dokter
Beberapa hal yang dilakukan petugas rekam medik terdiri dari:
- Assembling
- Coding
- Indexing
- File-ing
Terdapat 2 cara penyimpanan rekam medik, yaitu desentralisasi dan
sentralisasi. Pada desentralisasi, rekam medik pasien rawat jalan dan rawat
inap dipisah. Sedangkan pada sentralisasi, rekam medik pasien rawat jalan
dan rawat inap digabung. Cara penyimpanan sentralisasi inilah yang biasa
digunakan di RSUD Karanganyar, disertai dengan metode penempatan
rekam medik berupa terminal digit file-ing.
Setelah penyimpanan selama 10 tahun, dilakukan evaluasi dimana
beberapa rekam medik diabadikan, sedangkan beberapa rekam medik
lainnya dimusnahkan dengan cara dicacah atau dibakar.
2. Materi Kedua
Hari : Kamis, 25 September 2014
Judul Materi : Audit Medik / Klinik
Pembimbing : dr. Kasyfi Hartati
Resume :
5
Audit klinik adalah suatu telaah kritis dan sistematis terhadap mutu
pelayanan klinik, termasuk prosedur diagnosis dan terapi, penggunaan
sumber-daya rumah-sakit, dan outcome serta quality of life dari pasien.
Audit klinik bersifat multi-didiplin dan lintas batas. Keperluan audit klinik
antara lain secara klinik bermanfaat, mendorong teamwork, meningkatkan
patient care/safety, kadang-kadang bermanfaat finansial, dan keharusan
dengan adanya undang-undang yaitu prinsip akuntabilitas (clinical
governance).
Organisasi audit terdiri dari:
- Komite Medik (Sub-Komite Audit Medik)
- Tim Ad-hoc Audit Klinik (Tim Kerja)
- Asisten Audit Klinik (Rekam Medik)
Siklus audit sebagai berikut:
Gambar 1. Siklus Audit Medik / Klinik
6
a. Penetapan topik audit
Rapat Komite Medik menentukan topik audit yang diikuti
oleh Direksi dan Sub-komite audit medik, berdasarkan:
- Data rutin rumah sakit;
- Survey kepuasan pasien;
- Observasi pemberian pelayanan;
- Masukan (direksi, asuransi, unit-unit, dll).
b. Menyusun latar belakang, tujuan dan sasaran
Menyusun latarbelakang :
- Rasionalitas mengenai topik audit terpilih (pengertian
singkat, epidemiologi internasional-nasional-RS);
- Ketersediaan guidelines dan isi pentingnya;
- Permasalahan yang ada.
c. Menyusun kriteria audit
Kriteria adalah bukti yang diperlukan dan yang harus ada,
bahwa penderita telah diberikan pelayanan pada taraf yang
seoptimal mungkin. Kriteria meliputi diagnosis, pengobatan,
tindakan, reaksi penderita, atau peristiwa lain yang ada
kaitannya dengan penyakit atau kondisi yang berhubungan
dengan judul audit klinik.
d. Pengumpulan data
Metode pengumpulan data dapat berupa:
1).Retrospektif : apabila data yang anda kehendaki secara
rutin telah dikumpulkan misal pada suatu
sistem komputer atau di dalam buku
catatan.
2) Prospektif : diambil pada pasien-pasien yang baru dan
saat mereka masuk.
7
e. Analisa data
1) Analisa penyimpangan (re-check) yaitu memastikan
apakah hasil audit menurut asisten audit sudah benar (yang
disebut menyimpang benar-benar menyimpang)
2) Identifikasi karakteristik sampel audit, apakah dapat
mewakili seluruh populasi
3) Menghitung tingkat kepatuhan secara umum
4) Mengidentifikasi pola penyimpangan
5) Mengidentifikasi penyebab penyimpangan
f. Menetapkan Perubahan
Membuat perubahan adalah hal terpenting.
g. Re-audit
B. Resume Materi Hari Kedua
1. Materi Ketiga
Hari : Jum’at, 26 September 2014
Judul Materi : Penggunaan Obat Rasional
Pembimbing : dr. Ita Kusumawati
Resume :
a. Pelayanan Pasien
Proses pelayanan pasien adalah suatu metode yang sistematik dan
komprehensif dan digunakan untuk mengidentifikasi, menyelesaikan, dan
mencegah problema-problema dalam terapi obat. Suatu problema terapi
obat adalah suatu aspek terapi obat pada pasien yang mengganggu hasil
terapi pasien yang positif dan yang diinginkan.
Proses pelayanan pasien:
1) Melakukan assesmen terhadap kebutuhan pasien akan obat,
2) Pembuatan rencana pelayanan yang memenuhi kebutuhan pasien
akan obat,
8
3) Melakukan evaluasi tindak lanjut untuk menentukan apakah hasil
terapi positif telah diperoleh.
b. Assesment Terhadap Kebutuhan Pasien Akan Obat
Langkah pertama dalam assesmen ini adalah mengidentifikasi
kebutuhan pasien akan obat dengan cara mengoleksi, menyusun, dan
mengintegrasikan informasi-informasi tentang pasien, obat, dan penyakit
pasien.
Pasien merupakan sumber informasi primer, termasuk di dalamnya
adalah menanyakan pada pasien apa yang diinginkan dan apa yang tidak
diinginkan, dan pula menentukan seberapa jauh pasien mengerti terapi
obat yang diberikan pada pasien itu.
Informasi selain dapat diperoleh dari pasien, juga dapat diperoleh
dari anggota keluarga pasien atau orang yang merawat pasien. Informasi
juga dapat diperoleh dari catatan/rekam medik pasien.
Tipe-tipe informasi yang relevan adalah:
1) Informasi tentang pasien
Informasi demografi dan latar belakang, seperti umur, jenis
kelamin, bobot, dan tinggi badan. Riwayat sosial yang meliputi
pengaturan kehidupannya (life-style), pekerjaan, dan kebutuhan-
kebutuhan spesifik. Riwayat keluarga, yaitu riwayat kesehatan
orang-tua dan saudara-saudaranya. Infromasi asuransi/administrasi,
misal nama asuransi yang dipunyai, dokter yang memberikan
pelayanan kesehatan.
2) Infromasi tentang penyakit
Riwayat penyakit yang lalu, problema medik yang dialami
sekarang, riwayat penyakit sekarang, informasi-informasi yang
berhubungan dengan system review, test fisik (physical exam), hasil
laboratorium, dan hasil X-ray.
3) Informasi tentang obat
Alergi terhadap obat, efek obat yang tidak dikehendaki
(termasuk nama obat dan reaksi yang terjadi), obat-obat yang
9
diresepkan, bagaimana obat tersebut diresepkan, bagaimana pasien
menggunakan obatnya, efektivitas dan efek samping obat-obat
yang digunakan, obat-obat tanpa resep, vitamin-vitamin, dan terapi
alternatif yang digunakan, obat-obat dengan dan tanpa resep yang
pernah digunakan (yang telah dihentikan penggunaannya dalam 6
bulan terakhir).
c. Kebutuhan Pasien tentang Obat
Lima kunci kebutuhan pasien tentang obat:
1) Pasien mempunyai indikasi yang sesuai dengan tiap obat yang
diberikan,
2) Terapi obat yang efektif,
3) Terapi obat yang aman,
4) Pasien patuh/bersesuaian dengan terapi obat dan segala aspek terapi
yang diperolehnya, dan
5) Pasien telah memperoleh terapi yang diperlukan untuk indikasi
penyakit yang belum ditangani.
Kebutuhan pasien tentang obat dapat menimbulkan problema bila
kebutuhan tersebut tidak dipenuhi. Kerasionalan pemberian obat pada
pasien sebetulnya dapat dicapai dengan memenuhi segala kebutuhan
pasien tentang obat tersebut. Bila kebutuhan pasien tentang obat tersebut
tidak dipenuhi maka problema terapi obat pada pasien timbul.
Problema terapi obat pada pasien dapat dikategorikan menjadi 8
(delapan) tipe utama:
1) Indikasi yang tidak diberi terapi. Pasien memerlukan terapi obat
untuk indikasi spesifik tetapi pasien tidak memperolehnya.
2) Pemilihan obat yang tidak tepat. Obat yang diberikan pada pasien
tidak efektif atau toksis.
3) Dosis subterapi. Dosis yang diberikan pada pasien terlalu kecil.
4) Dosis berlebihan. Dosis yang diterima pasien terlalu besar.
5) Pasien tidak memperoleh obat. Pasien tidak meminum atau tidak
menerima obat.
10
6) Reaksi obat tidak dikehendaki (ROTD). Pasien memperoleh suatu
kondisi sebagai akibat reaksi obat yang tidak dikehendaki.
7) Interaksi obat. Problem medik dapat timbul sebagai akibat interaksi
antara: Obat – obat; Obat – makanan; Obat – nutrisi, Obat –
minuman; Obat – penyakit; dan Obat – bahan dari lingkungan.
8) Pasien memperoleh obat tanpa ada indikasi. Pasien memperoleh
obat tetapi pasien itu tidak mempunyai indikasi valid bagi obat
tersebut.
Problema terapi obat ‘aktual’ adalah problema yang telah terjadi
dan problema itu harus diupayakan untuk dibenahi. Sedangkan, problema
terapi obat ‘potensial’ adalah problema yang sangat mungkin dapat
terjadi dan pasien yang mendapat terapi itu mempunyai risiko untuk
memproleh problema terkait bila intervensi tidak dilakukan. Contohnya
seorang pasien diketahui pernah mendapat reaksi hipersensitivitas
terhadap amoksisilin. Kemudian, pasien itu mendapat amoksisilin dengan
resep dokter.
Beberapa contoh problema terapi obat, antara lain:
1) Pemakaian bersama-sama ciprofloxacin dan sucralfat, jumlah
ciprofloxacin yang diabsorpsi dari saluran cerna jauh berkurang
sehingga kegagalan terapi dapat terjadi.
2) Seseorang menggunakan obat kontrasepsi oral dan obat lain atau
bahan dari lingkungan yang menginduksi enzim pemetabolisme
obat. Kehamilan dapat terjadi.
3) Interaksi antara digoxin dan verapamil. Verapamil dapat
meningkatkan kadar digoxin dalam darah sebesar 44%; hal ini
karena verapamil menurunkan sekresi digoxin melewati saluran
empedu.
4) Pasien yang mendapatkan obat felodipine dan meminum jus jenis
jeruk (grapefruit juice), kadar felodipine dalam darah meningkat 3
kalinya. Spence (1997) melaporkan terjadinya kematian seorang
pria berumur 29 tahun yang menggunakan terfenadine
11
(antihistamine) dan meminum jus jenis jeruk 2 – 3 kali tiap
minggunya. Kematian ini diakibatkan oleh toksisitas terfenadine.
5) Obat diuretika dapat menurunkan aktivitas obat antidiabetika,
karena diuretika meningkatkan kadar gula darah.
6) Obat diuretika juga mempunyai efek meningkatkan kadar asam urat
dalam darah, karenanya penggunaan obat untuk mengurangi kadar
asam urat darah perlu dilakukan penyesuaian.
7) Obat diuretika dapat meningkatkan kehilangan kalium dan mineral
lainnya.
Bila seseorang kekurangan kalium dalam darahnya secara
berkelanjutan maka dia akan dapat mengalami:
1) fragilitas tulang,
2) paralysis,
3) sterilitas,
4) kelemahan otot,
5) kerusakan saraf,
6) detak jantung tidak reguler (arrhythmia), dan
7) kerusakan ginjal.
Telah dilaporkan tentang meninggalnya beberapa pasien yang
memperoleh terapi dengan obat monoamine oksidase inhibitor (MAOI)
setelah pasien itu menghentikan pemakaian obat fluoxetine.
Direkomendasikan bahwa paling tidak perlu waktu 5 minggu antara
penghentian fluoxetine dan inisiasi terapi dengan MAOI.
Kesimpulan materi:
1) Penggunaan obat menjadi rasional bila terapi obat memenuhi
kebutuhan pasien tentang terapi obat itu.
2) Penggunaan obat menjadi rasional bila pasien tidak mendapat
problema yang berhubungan dengan terapi obat tersebut.
3) Penggunaan obat secara rasional akan menghasilkan terapi dengan
keuntungan maksimal dan resiko minimal bagi pasien.
12
4) Penggunaan obat secara rasional akan meningkatkan kualitas hidup
pasien.
5) Tenaga kesehatan harus secara terus menerus mengusahakan
peningkatan positive outcome bagi pasien.
2. Materi Keempat
Hari : Jum’at, 26 September 2014
Judul Materi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
Pembimbing : Nur Muskiah, SKM
Resume :
Keselamatan kerja adalah sebuah kondisi di mana para karyawan
terlindungi dari cedera yang disebabkan oleh berbagai kecelakaan yang
berhubungan dengan pekerjaan. Kesehatan kerja adalah sebuah kondisi di
mana para karyawan terbebas dari berbagai penyakit fisik dan emosional
yang disebabkan oleh pekerjaan.
Program keselamatan kerja perlu dijalankan karena untuk:
a. Mencegah kerugian fisik dan finansial yang bisa diderita karyawan.
b. Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan.
c. Menghemat biaya premi asuransi.
d. Menghindari tuntutan hukum.
e. Fokus program keselamatan kerja.
Program keselamatan kerja difokuskan pada dua aspek, yaitu:
a. Perilaku Kerja:
1) Membentuk sikap karyawan yang pro-keselamatan kerja.
2) Mendorong upaya seluruh karyawan untuk mewujudkan
keselamatan kerja, mulai dari manajemen puncak hingga karyawan
level terendah.
3) Menekankan tanggung jawab para manajer dalam melaksanakan
program keselamatan kerja.
13
b. Kondisi Kerja:
Mengembangkan dan memelihara lingkungan kerja fisik yang
aman, misalnya dengan penyediaan alat-alat pengaman.
Beberapa teknik dalam program keselamatan dan kesehatan yaitu:
a. Mencegah cedera dan penyakit yang terkait dengan pekerjaan, dengan
cara:
1) Menyadarkan para karyawan mengenai bahaya-bahaya yang
berhubungan dengan pekerjaan mereka.
2) Memasang alat-alat kontrol produksi.
3) Menyusun prosedur-prosedur kerja yang aman.
4) Mendorong penggunaan alat-alat pengaman/pelindung yang
layak.
b. Mengevaluasi program keselamatan dan kesehatan kerja.
Keberhasilan sebuah program keselamatan dan kesehatan bisa
dilihat dari beberapa indikator berikut ini:
1) Penurunan tingkat kecelakaan dan penyakit yang terkait dengan
pekerjaan, baik secara kuantitatif (frekuensi kejadian) maupun
kualitatif (berat ringannya cedera/penyakit).
2) Menurunnya jumlah jam kerja yang hilang akibat terjadinya
kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan pekerjaan.
C. Resume Materi Hari Ketiga
1. Materi Kelima
Hari : Sabtu, 27 September 2014
Judul Materi : Sistem Rujukan dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Pembimbing : dr. Kasyfi Hartati
Resume :
Sistem Rujukan dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan di Indonesia
diatur dalam Permenkes No. 1 Th 2012. Sistem rujukan merupakan sistem
yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan
secara timbal balik baik secara vertikal (dari PPK 1 ke PPK 2, maupun dari
14
PPK 2 ke PPK 3) maupun secara horizontal. Sistem rujukan ini telah diatur
sedemikian rupa sehingga nanti kedepannya seluruh rujukan harus
menggunakan sistem tersebut dan tidak boleh lagi keluar dari sistem, dan
seharusnya pasien tidak bisa lagi langsung datang ke RS tanpa rujukan dari
pelayanan kesehatan tingkat pertama. Yang disebut PPK 1 adalah
puskesmas, klinik pratama, RS pratama serta dokter praktik swasta. Yang
disebut PPK 2 adalah klinik utama serta RS tipe C/D sedangkan PPK 3
adakah RS tipe A/B. Kelebihan dari sistem rujukan ini adalah efisiensi biaya
serta dapat menambah ilmu bagi dokter di PPK 1. RSUD Karanganyar
sendiri bertindak sebagai PPK 2 dan mendapatkan rujukan dari Puskesmas
di seluruh wilayah Karanganyar atau klinik pratama di Karanganyar, dan
kemudian RSUD Karangnyar merujuk ke RS Dr. Moewardi.
2. Materi Keenam
Hari : Sabtu, 27 September 2014
Judul Materi : Manajemen dan Administrasi Rumah Sakit
Pembimbing : dr. Kasyfi Hartati
Resume :
Pengaturan dan manajemen rumah sakit harus terdiri dari dua aspek,
yaitu pengaturan perusahaan (corporate governance) dan pengaturan klinik
(clinical governance). Pengaturan klinik mengatur aspek klinik dari rumah
sakit, sepert pelayanan terhadap pasien, keselamatan kerja, infeksi
nosokomial di rumah sakit tersebut. Berikut merupakan bagan struktur
organisasi RSUD Karanganyar
15
Bagan Struktur Organisasi RSUD Karanganyar
16
Untuk menjaga profesionalisme dokter di Rumah Sakit dibentuklah
komite medik. Komite medik adalah perangkat rumah sakit untuk
menerapkan tata kelola klinis (clinical governance) agar staf medis
dirumah sakit terjaga profesionalismenya melalui mekanisme kredensial,
penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi
medis. Komite medik dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan tata
kelola klinis (clinical governance) yang baik agar mutu pelayanan medis
dan keselamatan pasien lebih terjamin dan terlindungi. Berdasarkam
Permenkes No. 755 tahun 2011, komite medik merupakan organisasi non
struktural yang dibentuk di rumah sakit oleh kepala/direktur. Susunan
organisasi komite medik sekurang-kurangnya terdiri dari: ketua; sekretaris;
dan subkomite. Komite medik bukan merupakan wadah perwakilan dari staf
medis di rumah sakit. Staf medis adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis,
dan dokter gigi spesialis di rumah sakit.
17