Resume PI

8
HUBUNGAN ANTARA BI RATE, INFLASI, DAN IHSG 1. Latar Belakang Salah satu yang dijadikan sebagai tolak ukur atas kemajuan satu negara atau berkembangnya satu negara adalah masalah ekonomi. Jika ekonominya stabil, maka dapat dikatakan negara tersebut maju, dan jika keadaan ekonomi satu negara terpuruk, maka negara tersebut pun belum dapat dikatakan negara maju. Berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah telah dilakukan untuk mengendalikan keadaan perekonomian suatu negara, salah satunya adalah kebijakan moneter. Kebijakan Moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur jumlah uang yang beredar. Salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini bank sentral adalah dengan kebijakan bi rate. Dengan kebijakan ini, pemerintah dapat mengendalikan suku bunga agar dapat menekan laju inflasi. Apabila pemerintah menaikkan suku bunga, maka secara tidak langsung akan mengurangi jumlah uang yang beredar di pasar melalui dua mekanisme: memberikan insentif kepada masyarakat untuk menabung dan mengurangi permintaan masyarakat untuk mengambil kredit. Karena jumlah uang yang beredar berkurang, otomatis nilai uang bertambah sehingga nilai barang akan relatif menurun, dan harga barang pun menurun, sehingga laju inflasi

description

Makalah Perekonomian Indonesia

Transcript of Resume PI

Page 1: Resume PI

HUBUNGAN ANTARA BI RATE, INFLASI, DAN IHSG

1. Latar Belakang

Salah satu yang dijadikan sebagai tolak ukur atas kemajuan satu negara atau

berkembangnya satu negara adalah masalah ekonomi. Jika ekonominya stabil, maka dapat

dikatakan negara tersebut maju, dan jika keadaan ekonomi satu negara terpuruk, maka negara

tersebut pun belum dapat dikatakan negara maju.

Berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah telah dilakukan untuk

mengendalikan keadaan perekonomian suatu negara, salah satunya adalah kebijakan moneter.

Kebijakan Moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke

kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur jumlah uang yang beredar.

Salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini bank

sentral adalah dengan kebijakan bi rate. Dengan kebijakan ini, pemerintah dapat

mengendalikan suku bunga agar dapat menekan laju inflasi. Apabila pemerintah menaikkan

suku bunga, maka secara tidak langsung akan mengurangi jumlah uang yang beredar di pasar

melalui dua mekanisme: memberikan insentif kepada masyarakat untuk menabung dan

mengurangi permintaan masyarakat untuk mengambil kredit. Karena jumlah uang yang

beredar berkurang, otomatis nilai uang bertambah sehingga nilai barang akan relatif menurun,

dan harga barang pun menurun, sehingga laju inflasi bisa ditahan. Demikian pula sebaliknya

dengan penurunan suku bunga.

2. Rumusan masalah

Seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, kebijakan moneter diperlukan agar

dapat mengendalikan perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan. Salah satu caranya

aalah dengan penetapan bi rate oleh bank sentral. Bi rate ini nantinya akan mempengaruhi

perekonomian di indonesia. Pengaruh ini akan dirasakan pertama sekali oleh sektor

perbankan yang ada di Indonesia, baru kemudian akan memberikan pengaruh terhadap sektor

lainnya. Dari uraian tersebut, maka rumusan masalah yang dapat diperoleh adalah: “Apakah

bi rate memiliki hubungan inflasi dan juga indeks harga saham gabungan (IHSG)?”

Page 2: Resume PI

3. Tujuan

Tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan bi rate terhadap laju inflasi dan indeks harga saham gabungan. Selain itu paper ini

memuat penjelasan tentang bi rate sehingga pembaca nantinya akan lebih mengetahui tentang

bi rate dan dampaknya.

4. Tinjauan Pustaka

4.1 BI Rate

4.2.1. Definisi BI Rate

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan

moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.

Sasaran opersional kebijakan moneter di Indonesia dicerminkan pada perkembangan

suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga

PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada

gilirannya suku bunga kredit perbankan.

Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank

Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan

melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebalinya Bank Indonesia akan menurunkan BI

Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

4.2.2 Penetapan BI Rate

BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap rapat dewan

gubernur bulanan dan diimplementasikan pada opersi moneter yang dilakukan Bani Indoneisa

melalui pengeolaan likuiditas (liqudity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran

operasional kebijakan moneter

Penetapan respon (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap bulan melalui

mekanisme RDG Bulanan dengan cakupan materi bulanan sebagai berikut :

Respon kebijakan moneter (BI Rate) ditetapkan berlaku sampai dengan RDG berikutnya.

Penetapan respon kebijakan moneter (BI Rate) dilakukan dengan memperhatikan efek

tunda kebijakan moneter (lag of monetary polici) dalam mempengaruhi inflasi.

Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan

moneter dapat dilakukan sebelum RDG bulanan melalui RDG mingguan.

Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI Rate (secara konsisten dan

bertahap dalam kelipatan 25 basis point (bps)). Dalam kondisi untuk menunjukkan intensi

Page 3: Resume PI

Bank Indonesia yang lebih besar terhadap pencapaian sasran inflasi, maka perubahan BI rate

dapat dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps.

4.2 Inflasi

Secara sederhana, inflasi dapat diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara

umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut

inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang

lainnya. Kebalikan dari inflasi itu sendiri disebut dengan deflasi.

Indikator yang sering digaunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga

Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari

paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa

dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2007 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian BPS akan memonitor

perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar

tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.

Salah satu pengelompokan inflasi disebut dengan disagregasi inflasi. Disagresasi

inflasi tersebut dilakukan untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih

menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.

Di Indonesia, disagregasi inflasi IHK tersebut dikelompokkan menjadi:

1. Inflasi inti, yaitu komponen iflasi yang cenerung menetap atau persisten (persistent

component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental,

seperti:

Interaksi permintaan-penawaran

Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang

Ekspektasi Inflasi dari pedaganag dan konsumen

2. Inflasi non Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena

dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen inflasi non inti terdiri dari:

Inflasi Komponen Bergejolak

Inflasi yang dominan dipengaruhi oelh kejuatan dalam kelompok bahan manakan,

seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan

domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional.

Inflasi komonen harga yang diatur pemerintah

Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh kejuatan berupa kebijakan harga pemerintah,

seperti harga BBM bersubsidi, tari listrik, tarif angkutan, dll.

Page 4: Resume PI

4.3 Indeks Harga Saham Gabungan

Indeks harga saham gabungan adalah salah satu indeks pasar saham yang digunakan

oleh bursa efek indonesia. Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai

indikator pergerakan harga saham di bej. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh

saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI.

5. Hasil dan Pembahasan

5.1 Hubungan antara BI Rate dengan Inflasi

Pada awal tahun 2014, bank sentral menetapkan BI rate pada angka 7.5%. kebijakan

ini masih dinilai konsiten dengan upaya agar mengarahkan inflasi tetap pada lintasan sasaran

inflasi 4,5±1% pada 2014, sekaligus untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke arah

yang lebih sehat. Pergerakan Bi rate untuk tahun 2014 cenderung stabil, dan hanya naik pada

bulan November 2014. Naiknya tingkat BI Rate ini dikarenakan adanya kebijakan yang

dilakukan oleh pemerintah yaitu kebijakan realokasi BBM.

Sedangkan, pada inflasi, pergerakan inflasi sangat fluktuatif. Hal ini dikarenakan

adanya isu-isu perekonomian yang terjadi di Indonesia. Misalnya pada bulan juni dan juli,

inflasi tetap stabil pada kisaran 4,5% - 6,70%, namun pada bulan agustus, inflasi merosot

tajam ke kisaran 3,5%. Hal ini dikarenakan sudah berlalunya hari raya idul fitri, sehigga

tekanana terhadap inflasi menjadi berkurang.

Pada bulan oktober, inflasi kembali merangkak naik, sampai pada bulan desember.

Hal ini dikarenakan adanya kebijakan penaikan harga BBM, dan juga naiknya tarif dasar

listrik. Hal ini juga memaksa bank sentral untuk menaikan BI rate sebanya 25 bps menjadi

7,75% agar dapat mengarahkan inflasi ke target yang telah ditetapkan.

BI rate juga sebenarnya mempunyai kelemahan, yaitu respon perbankan dalam

menanggapi BI Rate. Selama ini, respon perbankan terhadap BI Rate membutuhkan waktu

sekitar 3-6 bulan. Sehingga apabila BI rate turun, bank umum masih akan bertahan dengan

tingkat bunga yang ada.padahal dengan menurunnya tingkat BI Rate, maka tingkat bunga

kredit akan ikut turun, dan membantu pergerakan di sektor riil.

5.2 Hubungan Antara BI Rate dengan IHSG

Sebenarnya hubungan antara BI Rate dengan IHSG terjadi secara tidak langsung.

Ketika inflasi mulai naik tidak terkendali, maka efeknya adalah biaya operasional perusahaan

yang akan membengkak. Akibatnya, laba bersi emiten akan mengalami penurunan, sehingga

sahamnya ikut turun. Dan apabila itu terjadipada seluruh saham, maka IHSG akan ikut turun.

Page 5: Resume PI

Jadi ketika BI Rate dinaikkan dan harapannya inflasi akan terkendali, maka IHSG juga akan

bisa bangkit.

Namun, dengan dinaikkannya BI Rate, tidak akan serta merta menguatkan IHSG,

karena yang menjadi concern investor bukanlah BI Ratenya, melainkan tingkat inflasi. Dalam

jangka pendek, naiknya BI Rate justru berpotensi akan melemahkan IHSG. Hal ini

dikarenakan, apabila BI Rate naik, maka suku bunga deposito, sukuk akan naik., sehingga

para investor akan menarik investasinya di pasar modal, dan menginvestasikannya sahamnya

ke sukuk.

6. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa BI Rate memiliki hubungan

terhadap inflasi. Apabila inflasi masih dalam tahap wajar, atau turun, maka bank sental akan

tetap mempertahankan BI Ratenya, dengan mempertimbangkan isu-isu ekonomi yang sedang

terjadi juga. Sedangkan apabila inflasi mulai menunjukkan pergerakan naik, maka bank

sentral akan menaikkan BI Rate agar bank sental dapat mengontrol pergerakan uang di

masyarakat. Namun dengan lamanya pengadopsian, BI Rate oleh bank umum, maka

pergerakan inflasi juga membutuhkan waktu untuk kembali turun.

Sedangkan hubungan antara BI rate dengan IHSG terjadi secara tidak langsung. IHSG

akan naik ataupun turun tergantung dari tingkat inflasinya, dan yang mempengaruhi inflasi

antara lain adalah BI Rate.