Resume Kritis

download Resume Kritis

of 5

Transcript of Resume Kritis

  • 7/31/2019 Resume Kritis

    1/5

    Kritis (Arsyad)

    1

    Sindrom respon peradangan sistemik

    1. DefinisiSepsis adalah suatu sindrom radang

    sistemik yang ditandai dg gejala2: demam,

    hipotermi, menggigil, takipnea, takikardi,

    hipotensi, nadi cepat dan lemah, sertagangguan mental yang disebabkan oleh

    infeksi mikroorganisme.

    Sepsis disebabkan oleh infeksi bakteri

    gram negatif (70 %), infeksi gram positif(20-

    40 %), infeksi jamur dan virus (2-3%),

    protozoa.

    2. KlasifikasiSepsis dibagi menjadi 4 stadium :

    a. SIRS (sistemic inflamatory responsyndrome), kriterianya :

    Suhu>38o C atau nadi 90x/menit Respirasi > 20 x/menit Jmlah leukosit >12x109 /L, 0,1

    berbentuk imatur

    HR >26 x.menit TD menurun

    b. Sepsis SIRS dan dokumentasi kulturinfeksi

    c. Sepsis beratd. Septik syok3. Patofisiologis

    Sepsis merupakan proses infeksi dan

    inflamasi yang kompleks dimulai dengan

    rangsangan endo/eksotoksin terhadap sistem

    imunologi>terjadi aktifasi makrofag>sekresi

    berbagai sitokinin dan mediator>aktifasi

    komplemen dan netrofil>terjadinya disfungsi

    dan kerusakan endotel>aktifasi sistem

    koagulasi dan trombosit yang menyebabkan

    gangguan perfusi ke berbagai jaringan dan

    disfungsi/kegagalan multipel organ

    Bakteri gram - yang berperan adalah :LPS (lipopolisakarida)

    Bakteri gram + yang berperan adalah :LTA (lipoteichoic acid) dan PG

    (peptidoglikon)

    4. Gejala klinisGangguan neurologis : demam akut,

    nyeri kepala, mual, muntah, penurunan

    kesadaran ( somnolen koma) berat :

    gangguan gerakan okuler, refleks pupil, dan

    cheynes stoke.

    5. KomplikasiAntara lain : sindrom distress pernapasan

    akut, gagal ginjal akut, perdarahan akut,

    gagal hat, jantung, dan kematian6. Penatalaksanaan

    Meliputi:

    a. Resusitasi : mencakup A,B,C. Tujuanresusitasi pasien dg sepsis berat atau

    yang mengalami hipoperfusi dalam 6 jam

    pertama adalah CVP 8-12 mmHg,

    MAP65 mmHg, urine0,5 ml/kg/jam dan

    saturasi oksigen 70%.

    b. Eliminasi sumber infeksi. Tujuan :menghilangkan patogen penyebab, oleh

    karena antibiotik pada umumnya tidak

    mencapai sumber infeksi spt abses, viskus

    yang mengalami obstruksi, viskus yang

    mengalami obstruksi dan implan

    prostesis yg mengalami infeksi.

    c. Terapi antimikroba : merupakanmodalitas yang sangat penting dalam

    pengobatan sepsis. ( terapi antibiotik >

    terapi inisial)

    d. Terapi suportif Oksigenasi : pada keadaan hipoksemia

    berat dan gagal napas bila disertai dg

    penurunan kesadaran/kerja vebtilasi

    yg berat = ventilasi mekanik sgera

    dilakukan

    Terapi cairan( hipovolemia diatasi dg cairan

    kristaloid maupun koloid)

    (albumin rendah ( tekanan

    onkotik plasma, koreksi albumin perlu

    diberikan)

    (PRC diberikan saat perdarahan

    aktif/kadar Hb rendah, ex:iskemia

    miokard dan renjatan septik)

    Vasopresor dan inotropikDiberikan setelah keadaan

    hiovolemik teratasi dg pemberian

    cairan adekuat, akan tetapi pasien

    masih hipotensi.

  • 7/31/2019 Resume Kritis

    2/5

    Kritis (Arsyad)

    2

    BikarbonatSecara empirik, diberikan bila PH

  • 7/31/2019 Resume Kritis

    3/5

    Kritis (Arsyad)

    3

    d. Shock hipovolemikDiakibatkan oleh perdarahan pada

    pasien2 trauma, baik perdarahan yang

    terlihat maupun tidak.

    Syok ini juga dapat terjadi karena

    kehilangan cairan pada tubuh yg lain. Ex: lukabakar, muntah, diare, dlL.

    Tujuan utama dalam mengatasi syok

    perdarahan adalah menormalkan kembali

    volume intravaskuler dan intertisial.

    e. Shock neurogenikDisebut juga shock spinal merupakan

    bentuk dari shock distributif, terjadi akibat

    kegagalan pusat vasomotor karena hilangnya

    tonus pembuluh darah secara mendadak di

    seluruh tubuh, sehingga terjadi hipotensi dan

    penimbunan darah pada pembuluh tampung

    (capacitance vessels). Hasil dari perubahan

    resistensi pembuluh darah siestemik ini

    diakibatkan oleh cedera pada sistem saraf, ex

    : trauma kepala, cedera spinal, dlL.

    Shock neurogenik disebut juga sinkop,

    syok neurogenik terjadi karena reaksi

    vasovagal berlebihan yang mengakibatkan

    terjadinya vasodilasi menyeluruh di daerah

    splangnikus sehingga aliran darah ke otak

    berkurang.

    Trauma kepala yang tidak terisolasi dg

    baik akan menyebabkan syok.

    Etiologi :

    Trauma medula spinalis denganquadri/para plegia

    Rangsangan hebat yang kurangmenyenangkan spt rasa nyeri yang hebat

    pada fraktur tulang

    Rangsangan pada medula spinalis sptpenggunaan obat anestesi spinal/lumbal

    Trauma kepala Suhu lingkungan yg panas, terkejut, akut

    f. Shock obstruktifContohnya adalah pelebaran gastrium

    dan volvulus yang menyumbat vena cava dan

    vena porta hepatica sehingga mencegah

    kembalinya darah ke jantung

    3. Penyebab2 shocka. Kondisi2 jantung

    b. Perdarahan dalam atau luar yg hebatc. Dehidrasid. Infeksie. Reaksi alergi yg parahf. Luka2 tulang belakangg. Luka bakarh. Muntah dan diare

    4. Tanda2 dan gejala shocka. Hipotensib. Tergantung dari tipe masing2

    5. Patofisiologi shock3 faktor yang mempengaruhi TD normal :

    a. Pompa jantungb. Volume sirkulasi darahc. Tahanan pembuluh darah perifer

    Transplantasi Ginjal

    1. PengertianTransplantasi adalah pengangkatan suatu

    organ atau jaringan dari suatu organisme,

    kemudian diimplantasikan melalui pembedahan

    ke organisme lain untuk memberikan struktuur

    dan fungsi

    2. Asal mulaAsal mula eksperiman ini dilakukan di

    prancis (1909) dengan mengganti ginjal ginjal

    manusia dg ginjal hewan. Namun, tidak ada

    penerima transplantasi yang selamat

    Akhirnya di tahun 1947, charles hufnagel,

    seorang ahli bedah di Boston, US, mencoba

    menanamkan ginjal dari orang yang baru

    meninggal di tubuh seorang perempuan yang

    menderita penyakit ginjal akut dan didiagnosa

    nyawanya hanya bertahan beberapa jam lagi.

    Ginjal dari dodor ditanam di bagian tangan

    pasien perempuan yang kondisinya terlalu lemah

    untuk dibawa ke kamar operasi. Operasi

    dilakukan di kamar pasien dg pencahayaan

    minim. Namun, akhirnya operasi membuahkan

    hasil karena ginjal donor mulai bekerja sesaat

    setelah disambungkan ke aliran tubuh pasien.

    Upaya transplantasi ginjal yg sempurna

    dilakuan oleh dr. Joseph murray (1919) pada

    tanggal 23 desember 1954, di RS peterbrigham diboston, US. Murray mengambil ginjal dari ronald

  • 7/31/2019 Resume Kritis

    4/5

    Kritis (Arsyad)

    4

    herrick dan menanamkan kepada saudara

    kembar identiknya, richard

    3. Syarata. Donor ginjal

    Donor hidup Donor jenazah

    b. Resipien ginjal4. Persiapan pembedahan

    Persiapan preoperatif bertujuan :

    a. Menilai kemampuan operasi besarb. Menilai kemampuan menerima obat

    imunosupresi untuk jangka waktu yg lama

    c. Menilai status vaskular tempat anastomosisd. Menghilangkan semua sumber infeksi,dlLPersiapan pre-operatif untuk calon donorbertujuan untuk :

    a. Menilai kerelaan (tidak komersial)b. Menilai kemampuan untuk nefrotomic. Menilai akibat jangka panjang ginjal tunggald. Menilai kemungkinan anastomosis, dlL.

    5. Pasca transplantasi ginjala. Imunologi transplantasib. Rejeksi graftc. Imunosupresid. Infeksie. Komplikasi sistem urinariaf. Komplikasi kardiovasskularg. Komplikasi gastrointestinalh. Komplikasi kuliti. Kematian

    Trauma

    1. PengertianBerasal dari bahasa yunani yang berarti luka

    2. Macam2 traumaa. Trauma kapitis

    Adalah ruda paksa tumpul/tajam pada

    kepala atau wajah yang berakibat disfungsi

    cerebral sementara. Merupakan salah satu

    penyebab kematian dan kecacatan utama

    pada kelompok usia produktif, dan sebagian

    besar karena kecelakaan lalu lintas.

    Adapun pembagian trauma kapitis : Simple head injury

    Commotio cerebri ( gegar otak ): keadaanpungsan yg tidak lebih dari 10 menit

    akibat trauma kepala , yang tidk disertai

    kerusakan otak

    Contusio cerebri ( memar otak ) : terjadiperdarahan2 di dalam jaringan otaktanpa adanya robekan jaringan yang

    kasat mata, meskipun neuron2

    mengalami kerusakan/terputus

    Laceratio cerebri : kerusakan disertai dgrobekan piameter

    Basis cranii fraktur : bisa mengenai fossaanterior, media, dan posterior

    Adapun pembagian cedera kepala lainnya

    :

    CKR : termasuk dalam laseratio dancommotio cerebri, GCS 13 15, tidak ada

    kehilangan kesadaran pasien mengeluh

    pusing, sakit kepala, ada muntah,

    amnesia retrogad

    CKS : GCS 9 12, ada pinsan > 10 ment,ada sakit kepala, muntah, kejang da

    amnesia retrogad, pemeriksaan

    neorologist terdapat kelumpuhan saraf &

    anggota gerak CKB : GCS < 8, gejala mirip CKS (tapi lebih

    berat), tejadi penurunan kesadaran

    secara progresif, adanya fraktur tulang

    tengkorak & jaringan otak yang terlepas.

    3. PatofisiologiGangguna metabolisme jaringan otak akan

    mengakibatkan odem yang dapat menyebabkan

    herniasi jaringan otak melalui foramen magnum,

    sehingga jaringan otak tersebut dapat mengalami

    iskhemi, nekrosis, atau perdarahan dan kemudia

    meninggal. Fungsi otak sangat tergantung pada

    glukosa dan oksigen, cedera kepala dapat

    meyebabkan gangguan supplai oksigen dan

    glukosa yang terjadi karena berkurangnya

    oksigenasi darah akibat kegagalan fungsi paru

    atau karena aliran darah ke otak yg menurun,

    misal karena shock

    4. Komplikasia. Hematom epidural ( terletak antara tulang

    tengkorak dan durameter )

    b. Hematom subdural ( dibawah durameter)

  • 7/31/2019 Resume Kritis

    5/5

    Kritis (Arsyad)

    5

    c. Perdarahan intraserebrald. Oedema serebri

    5. Trauma torakalBanyak cedera toraks yang secara

    potensial mengancam jiwa, misalnya flail chest

    dan kontusio, hematoma dinding torak,pneumotoraks terbuka atau hemotorak, dan

    tamponade jantung

    a. Cedera pada paru dan igab. Cedera trakeobronkialc. Cedera pada jantung ( kontusio

    miokardial)

    d. Cedera penetrasi (tamponade)6. Trauma abdomen

    Trauma tumpul kemungkinan

    mengakibatkan besar mengakibatkan kerusakan

    yg serius pada organ2 padat, dan trauma

    penetrasi sebagian besar melikai organ2

    berongga.

    Diagnosis dini adalah penting, karena

    pasien memperlihatkan adanya cedera abdomen

    penetrasi facia dalam peritonea, ketidakstabilan

    hemodinamik, atau tanda2 dan gejala2 abdomen

    akut dilakuka eksplorasi atau pembedahan

    Macam2 cedera abdomen :

    a. Cedera pada lambung dan usus besarb. Cedera pada duodenum dan

    pankreas

    c. Cedera pada kolond. Cedera pada hepare. Cedera pada limpaf. Cedera pada ginjal : cedera vaskular

    & parenkim

    7. Trauma pelvikAdanya hematuri (nyata atau

    mikroskopik), nyer abdomen bawah atau

    ketidakmampuan berkemih memerlukan

    pemeriksaan terhadap cedera uretra dg

    uretogram retrogad sebelum pemasangan

    kateter urin.

    Macam2 trauma pelvik :

    a. Trauma uretrab. Trama ureter

    8. Trauma pada ektremitasa. Fraktur

    Adalah terputusnya kontinuitas tulang dan

    ditentuka sesuai jenis dan luasnya.

    Jenis fraktur :

    Complete fraktur Closed fraktur Open fraktur Greenstick Tranversal Oblik Spiral

    b. Prinsip penanganan frakturReduksi : mengembalikan fragmen tulang

    pada keejajarannya dan rotasi anatomis. Alat

    yang digunakan : traksi

    9. Komplikasi2 pada trauma multipela. Penyebab kematian didi ( < 72 jam)

    Hemoragi dan cedera kepala

    b. Penyebab kematian yang lambat ( > hari ) Sepsis Gagal organ multipel

    10.Pengkajian dan penatalaksanaan awalPola2 cedera :

    a. Trauma tumpulb. Traima tembus

    Penatalaksanaan :a. Evalusasi primerb. Resusitasi, meliputi A,B,C, penanganan

    syok, kateter urin, sonde lambung,

    monitor, X-ray, serta diadakan

    pengkajian lanjutan

    11.Diagnosaa. Defisit volume cairan b.d hemoragi, spasium

    ketiga

    b. Kerusakan pertukaran gas b.d traumapulmonal, komplikasi pernafasan

    c. Kerusakan integritas jaringan b.d traumapembedahan, prosedur2 invasif, imobilitas

    d. Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan b.dpenurunan curah jantung, penurunan

    oksigenasi

    e. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d trauma,prosedur ivasif