Resume Journal
-
Upload
siti-anisa-fatmawati -
Category
Documents
-
view
17 -
download
1
description
Transcript of Resume Journal
1
a. Resume Journal
The Association between Lymphogranuloma Venereum and HIV
among Men who Have Sex with Men: Systematic Review and Meta-Analysis
(Hubungan antara Limfogranuloma Venereum dan HIV pada laki-laki yang berhubungan
sex dengan laki-laki: Sistematik Review dan Meta Analisis)
Minttu M Ronn, Helen Ward
Latar Belakang
Limfogranuloma VenereumLGV) adalah infeksi menular seksual yang hampir hilang di
dunia barat setelah ditemukannya antibiotik. LGV disebabkan oleh C. trachomatis
serotipe L1, L2, dan L3. Tetapi kejadian LGV kembali berkembang di beberapa negara
dan dilaporkan yang dilaporkan berpengaruh terhadap kejadian HIV positif khususnya
pada laki-laki yang berhubungan sex dengan laki-laki (MSM). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menilai hubungan antara LGV dan HIV dalam konteks kejadian LGV saat ini.
Metode
Penelitian ini merupakan sistematic review yang dilakukan pada munculnya LGV
pada MSM sejak tahun 2000. Pada penelitian ini dilaporkan prevalensi dari infeksi HIV
dengan LGV yang diambil dari penelitian deskriptif diantaraMSM. Selain itu juga telah
dilakukan meta analisis untuk mengetahui perkiraan hubungan antara LGV dan HIV
dengan metode case control dimana kelompok kasus adalah MSM dengan LGV dan
kelompok kontrolnya adalah MSM dengan rektal klamidia yang disebabkan oleh
serovars non LGV.
Sedangkan metode yang digunakan dalam proses meta analisis dibagi menjadi
beberapa tahapan yaitu strategi pencarian, seleksi penelitian, ekstraksi data, dan
analisis.
1. Metode Pencarian
Pencarian penelitian-penelitian yang terkait dengan tema penelitian pada jurnal
ini dilakukan dengan menggunakan PubMed of The National Centre for
Biotechnology Information (NCBI), Medline of National Library Medicine (NLM),
dan Web of Science (via ISI Web of Knowledge platform). Pencarian dibatasi dari
tahun 2000-2009 dan dilakukan pada 17 Juni 2009 dengan menggunakan kata
kunci “Lymphogranuloma venereum”. Tidak ada pembatasan untuk jenis
2
penelitian maupun bahasa publikasi. Pencarian selanjutnya dilakukan pada 18
Juni 2009 menggunakan pencarian lanjutan and menyeleksi “Lymphogranuloma
venereum-LGV” dari daftar subjek. Pencarian artikel difokuskan pada publikasi
LGV setelah tahun 2000. Penemuan dan pelaporan kasus LGV dimulai setelah
tahun 2003. Dari pencarian tersebut didapatkan 368 penelitian.
2. Seleksi Jurnal (Hasil Penelitian)
Dari 368 penelitian yang diperoleh selanjutnya diseleksi menjadi 241 jurnal yang
memenuhi kriteria kelayakan dan masuk ke tahapan ekstraksi data.
3. Ekstraksi data
Dari 241 penelitian hanya tersisa 23 penelitian yang memenuhi kriteria dan dari
23 penelitian hanya 17 yang selanjutnya dianalisis karena 6 penelitian yang lain
karena overlapp dengan penelitian yang sudah dimasukkan untuk dianalisis.
4. Analisis data
Untuk memperkirakan prevalensi HIV diantara kasus LGV, standar perkiraan
prevalensi dikumpulkan dan dihitung berdasarkan jumlah subjek HIV positif dan
negatif yang ada dalam publikasi. Untuk analisis hubungan antara LGV dan HIV
pada penelitian case control digunakan metode meta analisis menggunakan
metode Mantel-Haenszel Fixed-effect yang dipresentasikan oleh petitti.
Sedangkan tes heterogenitas dalam penelitian ini menggunakan metode chi
suare dan derSimonian Laird. Analisis statistik menggunalan STATA 10 dengan
pelaporan sesuai dengan guidance of PRISMA statement.
Hasil
Pada proses pencarian penelitian dan publikasi didapatkan sebanyak 368 jurnal dengan
hasil akhir sebanyak 16 jurnal yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk
selanjutnya di analisis. Prevalensi HIV diantara kasus LGV berkisar dari 67-100% menurut
13 penelitian deskriptif mengenai LGV. Sedangkan menurut ada/tidaknya hubungan
antara LGV dan HIV, terdapat hubungan signifikan antara HIV dan LGV (odds ratio 8.19,
CI 95% 4.68-14.33).
Kesimpulan
MSM dengan HIV positif terpengaruh oleh sorotan mengenai pentingnya pencegahan
LGV yang dilakukan pada kelompok ini. Diperlukan penelitian selanjutnya untuk
menentukan apakah hubungan tersebut disebabkan oleh faktor biologis atau faktor
perilaku.
3
b. Etiologi Lymphogranuloma Venereum
Lymphogranuloma venereum merupakan penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh Clamydia trachomatis serovar L1, L2, L3. Merupakan bakteri gram
negatif obligat intraselular.
c. Epidemiologi
LGV (lymphogranuloma venereum) terutama terdapat di negara tropik dan
subtropik (Djuanda, 2010). Penyebaran penyakit ini banyak ditemukan di bagian
Amerika Tengah dan Amerika Selatan dibandingkan Amerika Utara. Tidak ada data pasti
yang tersedia untuk jumlah kejadian LGV. Antara November 2004-Januari 2006 CDC
mengidentifikasi 180 spesimen untuk LGV dengan 27 spesimen diantaranya didapatkan
dari laki-laki homoseksual. Kejadian LGV pada laki-laki lebih sering dibandingkan pada
wanita. Insiden puncak ditemukan pada kelompok usia 15-40 tahun.
d. Faktor Resiko
Berganti-ganti pasangan seksual
Faktor sosial ekonomi
Homoseksual
e. Patogenesis
LGV hanya bisa disebabkan oleh Chlamydia trachomatis serovar L1, L2, dan L3
dimana serovar tersebut merupakan jenis yang berbeda dari penyebab klamidia genitalis
yang juga disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Serotipe/serovar tersebut
lebih virulen dan invasif jika dibandingkan dengan Chlamydia serotipe jenis lain. C.
trachomatis memiliki 2 bentuk sepanjang siklus hidupnya, yaitu elemntary body (EB) dan
reticular body (RB). Siklus hidup tersbut berkaitan erat dengan patogenesis penyakit
yang ditimbulkan. EB merupakan bentuk infeksius dari C. Trachomatis dimana EB akan
melekat pada sel host dan masuk ke dalam mukosa sel epitel melalui proses fagositosis
(Brunham et al., 2005).
Infeksi terjadi setelah ada kontak langsung dengan membran mukosa atau kulit
yang terinfeksi LGV. Tetapi meskipun demikian, organisme tersebut tidak dapat masuk
melalui kulit yang intak, sehingga untuk masuk dibutuhkan makro maupun mikro lesi
pada kulit (pada mukosa tidak perlu ada lesi untuk bisa masuk). Setlah masuk melalui
4
kulit/mukosa, organisme kemudian masuk ke pembuluh limfe dan menuju limfonodi
regional untuk kemudian bereplikasi didalam makrofag dan menyebabkan infeksi
sistemik (Arsove, 2012).
Gambar 1. Siklus Hidup C. Trachomatis
(Sumber: Heffner & Schust, 2005)
LGV terjadi dalam 3 tahapan/stadium. Tahap I seringkali tidak bisa dikenali
karena sifatnya tidak khas dengan gejala papul/pustul yang tidak nyeri dan cepat
menghilang. Bentuk tersebut dikenal dengan lesi primer. Tahap II menunjukkan gejala
limfadenopati inguinal yang terasa nyeri. Gejala ini muncul dalam waktu 2-6 minggu
setelah lesi primer muncul. Tahap III lebih sering terjadi pada perempuan dan laki-laki
homoseksual. Tahap III ini bisa terjadi beberapa tahun setelah infeksi pertama dan
ditandai dengan adanya proktokolitis (Arsove, 2012).
f. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis LGV dibagi menjadi 3 stadium yaitu stadium primer, sekunder,
dan tersier. Masa tunas dari LGV berkisar antara 1-4 minggu. Saat terjadi infeksi
sistemik, akan mucul gejala prodromal berupa malaise, nyeri kepala, arthralgia,
anoreksia, nausea, dan demam. Stadium primer dimulai dari munculnya afek primer
yang terjadi 3-30 hari pasca inokulasi bakteri. Afek primer berbentuk tidak khas dan
tidak nyeri, dapat berupa papul, pustul, maupun ulkus. Umumnya lesi soliter dan cepat
hilang (Djuanda, 2010).
5
LGV sekunder muncul 2-6 minggu pasca lesi primer. Pada stadium sekunder
didapatkan nyeri pada lifonodi regional (limfadenopati regional) biasanya pada bagian
inguinal. Limfonodi yang membengkak membentuk bubo yang bisa mengalami ruptur.
Sindrom ini juga disebut dengan sindrom inguinal (Arsove, 2012). Tanda khas pada LGV
yang dapat ditemui pada stadium sekunder adalah groove sign yaitu pembesaran
kelenjar limfonodi inguinal dan femoral secara bersamaan. Pembesaran kedua kelenjar
tersebut akan dipisahkan oleh ligamentum inguinale sehingga akan tampak adenopati di
atas dan di bawah inguinale (Mabey & Peeling, 2002).
Stadium tersier disebut juga sebagai sindrom genitoanorectal. Kondisi ini lebih
sering terjadi pada perempuan. Hal ini bisa jadi dikarenakan perempuan lebih sering
mengabaikan gejala yang muncul pada stadium sekunder sehingga gejala berlanjut
menjadi LGV tersier. LGV tersier juga sering didapatkan pada homoseksual yang sering
berhubungan seksual menggunakan anal. LGV tersier ditandai dengan adanya
proktokolitis. Simptom yang timbul adalah discharge purulen yang dapat disertai dengan
darah, nyeri rektal, dan tenesmus (Arsove, 2012).
g. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Pemeriksaan Fisik
1. Fistula pada rectal area
2. Nyeri genital
3. Pembengkakan vulva/labia pada perempuan
4. Pembengkakan limfonodi inguinal
(Vorvick, 2012).
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Rutin
Leukosit normal, KED meningkat (untuk infeksi kronis).
2. Tes Serologis
Tes serologis untuk LGV berupa Complement Fixation (CF) akan didapatkan
antibodi spesifik untuk antigen lipopolisakarida spesifik dari bakteri. Selain CF,
tes serologi yang bisa digunakan adalah micro-IF yang berfungsi untuk
mendeteksi antibodi spesifik terhadap sub tipe C. trachomatis. Kriteria
diagnosis tes serologis untuk pasien LGV dengan gejala klinis yang konsisten
6
meliputi hasil test serologi positif dan titer antibodi untuk tes CF > 1:64 dan
micro-IF > 1:256 (CDC, 2010).
3. Kultur
Kultur mikrobiologi dilakukan dengan mengambil spesimen dari cairan bubo
yang diaspirasi dengan jarum.
4. Pemeriksaan Mikroskopis
Pada pengecatan giemsa akan tampak badan elementari (EB) tercat ungu pada
sitoplasma sel host yang tercat biru (Jawetz et al., 2007).
h. Terapi
Terapi medikamentosa
Terapi yang direkomendasikan oleh CDC (2010) adalah doksisiklin oral 100 mg
2x/hari selama 21 hari. Jika tidak tersedia doksisiklin, alternativ pengobatannya
adalah dengan menggunakan eritromisin oral 500 mg 4x/hari selama 21 hari (CDC,
2010).
Manajemen Partner Sex
Orang yang pernah melakukan hubungan seksual dengan pasien LGV dalam 60 hari
terakhir sebelum onset LGV muncul pada pasien, harus dilakukan pemeriksaan dan
diterapi dengan azythromisin oral 1 g single dose atau doksisiklin oral 100 mg
2x/hari selama 7 hari (CDC, 2010).
7
Daftar Pustaka
Arsove, P., 2012. Lymphogranuloma Venereum, Medscape reference Drugs, Disease, &
Procedures, http://www.emedicine.medscape.com/article/220869-overview.htm
Brunham, Robert, C., Rey-Ladino., Jose., 2005. Immunology of Chlamydia Infection:
Implication for a Chlamydia trachomatis Vaccine, Nature Review Immunology,
5:149-161
Djuanda A., 2010. Ilmu Penyakit Kulit Kelamin (Ed. VI). Jakarta: FKUI.
Heffner L. J., Schust D. J., 2005. At a Glance Reproduction System (2nd ed.). EMS, Jakarta.
Jawetz, Melnick, Adelberg, 2007. Textbook of Medical Mycrobiology (24th ed.). McGraw-
Hill: United States.
Mabey, D., Peeling, R. W., 2002. Lymphogranuloma Venereum, Sexual Transmitted
Infection, 78:90-92
Morbidity and Mortality Weekly Report, Sexually Transmitted Diseases Treatment
Guidelines, 2010. http://www.cdc.gov/mmwr.htm
Ronn, M. M., Ward, H., 2011. The Association between Lymphogranuloma Venereum
and HIV among Men who Have Sex with Men: Systematic Review and Meta-
Analysis. BMC Infectious Disease, 11:70
Vorvick, L. J., 2012. Lymphogranuloma Venereum, Medline Plus,
http://www.nlm.nih.gov/medline/plus/ency/article/000643.htm