Respira Siii i i

26
RESPIRASI I. Tujuan 1.Menentukan volume tidal, volume cadangan ekspirasi, kapasitas vital, volume cadangan inspirasi 2.Mengetahui frekuensi pernafasan, faktor-faktor yang mempengaruhi irama pernafasan 3.Mendapatkan kandungan CO2 dalam udara ekspirasi II. Alat dan Bahan Alat: spirometer, pipa tiup, kantung plastik, biuret, labu Erlenmeyer 125 ml, tutup labu Erlenmeyer, statif, pipa kaca Bahan: alkohol 70%, aquades, phenophtalein, NaOH 0,1 M III. Diagram Alir 1. Mengukur volume pernafasan Persiapan Mencuci pipa tiup dengan alcohol 70% setiap akan dipakai Memasang pipa tiup pada spirometer Mengatur angka skala pada angka 0 sebelum spirometer digunakan Meniup udara pernafasan melalui mulut

Transcript of Respira Siii i i

RESPIRASI

I. Tujuan

1. Menentukan volume tidal, volume cadangan ekspirasi, kapasitas vital, volume cadangan inspirasi2. Mengetahui frekuensi pernafasan, faktor-faktor yang mempengaruhi irama pernafasan3. Mendapatkan kandungan CO2 dalam udara ekspirasi II. Alat dan Bahan

Alat: spirometer, pipa tiup, kantung plastik, biuret, labu Erlenmeyer 125 ml, tutup labu Erlenmeyer, statif, pipa kaca

Bahan: alkohol 70%, aquades, phenophtalein, NaOH 0,1 MIII. Diagram Alir

1. Mengukur volume pernafasan

Persiapan

Mencuci pipa tiup dengan alcohol 70% setiap akan dipakai

Memasang pipa tiup pada spirometer

Mengatur angka skala pada angka 0 sebelum spirometer digunakan

Meniup udara pernafasan melalui mulut

Mengukur volume pernafasan

Menghirup udara dengan inspirasi normal

Menghembuskan udara sekuat mungkin pada spirometer

Mengamati angka yang ditunjukkan spirometer dan mengulangi percobaan selama 3 kali, lalu menghitung rata-ratanya

Menghembuskan udara dengan ekspirasi normal

Menghembuskan udara sekuat mungkin pada spirometer

Mengamati angka yang ditunjukkan spirometer (volume cadangan ekspirasi) dan mengulangi percobaan selama 3 kali, lalu menghitung rata-ratanya

Hasil dari langkah 2 dikurangi dengan hasil dari langkah 1=volume tidal

Bernafas dalam-dalam dan menghembuskan sebanyak mungkin udara= kapasitas vital. Mengulangi selama 3 kali dan menghitung rata-ratanya

Hasil dari langkah 1 dikurangi hasil langkah 4= volume cadangan inspirasi

2. Irama pernafasan

Subjek duduk santai dan menghitung frekuensi pernafasannya selama 1 menit

Meminta subjek untuk bernafas cepat selama 1 menit, kemudian bernafas normal selama 1 menit. Menghitung frekuensi pernafasannya per menit

Subjek lari ditempat 60 langkah lalu duduk di kursi. Menghitung frekuensi pernafasannya per menit

Mengulang langkah 1-4, setiap selesai malakukan kegiatan subjek menarik nafas panjang, menutup hidung, menahan nafas selama mungkin sampai subjek harus bernafas lagi dan mencatat waktunya

Mengulang langkah 5, subjek menghembuskan nafas panjang dan mencatat hasilnya

3. Kandungan CO2 dalam udara ekspirasi

Mengisi 2 labu Erlenmeyer dengan 100 ml aquadest

Menambahkan tiap labu 3-5 tetes phenoptalein serta 5 tetes 0,1 M NaOH dan menutup rapat kedua labu

Memasukkan pipa kaca pada salah satu labu dan meniupkan udara malalui pipa kaca sampai warna merah hilang. Mencatat waktu yang diperlukan.

Subjek lari ditempat 60 langkah kemudian menghembuskan udara ke dalam labu. Mencatat waktu yang diperlukan.

Melakukan titrasi

Mengisi buret dengan 0,1 M NaOH dan mencatat batas volume larutan

Meletakkan Erlenmeyer dibawah ujung buret dengan memberi landasan kertas putih

Meneteskan larutan dalam buret tetes demi tetes dan menggoyang-goyang Erlenmeyer

Mengamati perubahan warna dari tidak berwarna sampai menjadi merah

Bila telah terjadi perubahan warna, menghentikan penetesan dan mencatat angka batas volume pada buret

Menentukan titik ekivalensi yang terletak pada pertengahan antara angka volume NaOH saat mulai terjadi perubahan warna dengan satu angka sebelumnya

Menghitung volume zat peniter (NaOH) yang terpakai sampai tercapai titik ekivalen dengan pedoman 1 ml 0,1 NaOH setara dengan 5x10-5 ml CO2IV. Dasar Teori

Respirasi berarti satu inspirasi dan satu ekspirasi. Seorang dewasa normal melakukan 14-18 kali respirasi setiap menit, dan dalam keadan istirahat sebanyak 12-15 kali. Selama ini paru-paru mempertukarkan udara di dalamnya denagn atmosfir. Untuk mengukur volume udara yang dipertukar-kan, dipergunakan spirometer (respirometer). (Basuki,2000:138)Setiap inspirasi normal, dimasukkan kira-kira 500 ml udara ke dalam saluran nafas. Jumlah yang sama dikeluarkan sewaktu ekspirasi normal. Volume udara yang dihirup atau dihembuskan ini disebut volume tidal. Dari volume tidal ini, hanya kira-kira 350 ml yang mencapai alveoli, 150 ml sisanya tertinggal pada saluran nafas disebut volume udara mati. (Basuki,2000:139)Bila kita ambil nafas berat, dapat kita hirup lebih dari 500 ml udara. Tambahan udara yang masih dapat dihirup disebut volume cadangan inspirasi, rata-rata 3100 ml. oleh karena itu system respirasi dapat memasukkan sebanyak 3600 ml udara. (Basuki,2000:138)Bila setelah inspirasi normal, kemudian kita menghembuskan udara sekuat-kuatnya, maka kita dapat melepas keluar 1200 ml udara disamping 500 ml volume tidal. Tambahan 1200 ml ini disebut volume cadangan ekspirasi. Sesudah volume cadangan ekspirasi dihembuskan, sejumlah udara tetap tinggal dalam paru, sebab lebih rendahnya tekanan intrapleural menjaga alveoli sedikit menggembung. Udara ini disebut volume residu, jumlahnya kira-kira 1200 ml. bila rongga dada dibuka, tekanan intrapleural seimbang dengan atmosfer, yang mendorong keluar volume residu. Paru masih tetap berisi sejumlah kecil udara yang disebut volume minimal. Volume ini dapat ditunjukkan dengan meletakkan sepotong paru di air yang akan Nampak mengapung. (Basuki,2000:138-139)Kapasitas paru dapat dihitung denagn menjumlahkan berbagai volume paru. Kapasitas inspirasi adalah kemampuan total inspirasi paru yaitu jumlah volume tidal dengan volume cadangan inspirasi (3600 ml). kapasitas fungsional residu adalh jumlah volume residu dengan volume residu dengan volume cadangan ekspirasi (2400 ml). kapasitas vital adalah sejumlah volume cadangan inspirasi dengan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi (4800 ml). akhirnya kapasitas total paru-paru adalah sejumlah volume (6000 ml). (Basuki,2000:139)V. Data Pengamatan1. Mengukur volume pernafasan Saat inspirasi: ulangan I= 1900 ml, ulangan II=2000 ml, ulangan III=2000 ml. Cadangan inspirasi=1966,67 ml

Saat ekspirasi: ulangan I= 1100 ml, ulangan II=1200 ml, ulangan III=1000 ml. Cadangan ekspirasi=1100 ml

Volume tidal= cadangan inspirasi - cadangan ekspirasi

= 1966,67 ml - 1100 ml

= 866,7 ml

Kapasitas vital = 2200 ml. Volume cadangan inspirasi= kapasitas vital - cadangan inspirasi

= 2200 ml 1966,67 ml

= 233,33 ml.

2. Irama pernafasanPerlakuanFrekuensi pernafasan Menghirup nafas (Inspirasi)Menghembuskan nafas (Ekspirasi)

Bernafas normal24/menit26 sekon3 sekon

Bernafas cepat29/menit20 sekon2 sekon

Bernafas dalam plastik

32/menit16 sekon1 sekon

Bernafas setelah lari 60 langkah

41/menit9 sekon0,8 sekon

3. Kandungan CO2 dalam udara ekspirasiPerlakuanWaktu terjadinya perubahan warnaLarutan NaOH yang diperlukan

Volume awalVolume akhirNaOH terpakai

Bernafas normal20 detik8 ml7,3 ml0,7 ml

Bernafas setelah lari 60 langkah16 detik5 ml4,3 ml0,7 ml

VI. Analisis Data Mengukur Volume Pernafasan

Pada praktikum mengukur volume pernafasan, subjek diminta untuk bernafas secara inspirasi dan ekspirasi, selain itu bernafas dengan kapasitas vital yang artinya objek bernafas dalam-dalam dan menghembuskannya sekuat-kuatnya. Inspirasi dan ekspirasi dilakukan untuk mengetahui cadangan inspirasi dan cadangan ekspirasi yang diperoleh. Cadangan inpsirasi dan cadangan ekspirasi ini digunakan untuk mengetahui volume tidal pernafasan.

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, volume pernafasan inspirasi yang diperoleh adalah 1900 ml, 2000 ml, dan 2000 ml sehingga rata-rata volume cadangan inspirasi yang diperoleh adalah 1966,67 ml. Sedangkan untuk data volume cadangan ekspirasi adalah 1100 ml, 1200 ml, dan 1000 ml sehingga diperoleh rata-rata volume cadangan ekspirasi 1100 ml. Menurut Soewolo (2005), volume udara cadangan inspiratori rata-rata adalah 3100 ml dan volume cadangan ekspirasi adalah 1200 ml udara. Setelah diperoleh cadangan inspirasi ataupun cadangan ekspirasi tahap selanjutnya adalah mencari volume tidal yang merupakan volume udara yang dihirup/dihembuskan. Dari volume tidal ini, hanya kira-kira 350 ml yang mencapai alveoli, 150 ml sisanya tertinggal pada saluran napas yang disebut volume udara mati. (Soewolo,2005). Pada praktikum yang dilakukan volume tidal yang dihasilkan adalah 866,7 ml.

Kapasitas vital adalah volume cadangan inspirasi + volume tidal + volume cadangan ekspirasi yang besarnya 4800 ml. Pada praktikum ini kapasitas vital diperoleh dari rata-rata volume pernafasan yang dihembuskan pada spirometer setelah bernafas dalam-dalam, yaitu sebesar 2200 ml. Sedangkan volume cadangan inspirasinya adalah selisih kapasitas vital dengan cadangan inspirasi, sebesar 233,33 ml.

Irama Pernafasan

Pada praktikum irama pernapasan adalah mengukur frekuensi pernafasan pada subjek yang jenis kelaminnya perempuan. Data yang kami peroleh, diketahui bahwa frekuensi pernapasan pada setiap perlakuan bila dibandingkan dengan saat objek bernapas dengan duduk santai terjadi peningkatan. Frekuensi pernafasan pada saat objek bernafas normal adalah sebesar 22/menit, frekuensi pernafasan setelah bernafas cepat adalah sebesar 29/menit, frekuensi pernafasan setelah bernafas di dalam kantong plastic sebesar 32/menit, sedangkan frekensi pernafasan setelah lari 60 langkah adalah sebesar 41/menit. Terjadinya peningkatan frekuensi pernapasan saat setelah bernapas normal, bernafas cepat, bernapas dalam kantong plastik dan bernapas setelah berlari 60 langkah terjadi karena adanya objek usaha untuk menyeimbangkan antara O2 dan CO2 yang masuk dan keluar tubuh. Peningkatan frekuensi pernapasan pada obyek setelah bernapas dalam kantong plastik terjadi karena objek berusaha mendapatkan O2 untuk menyeimbangkan banyaknya CO2 yang masuk saat bernafas dalam kantong plastik. Sedangkan peningkatan frekuensi pernapasan saat setelah obyek berlari sebnayak 60 langkah, terjadi karena saat berlari, metabolisme di dalam tubuh obyek meningkat dan peningkatan metabolisme ini menghasilkan energi dalam bentuk ATP dan CO2. Karena banyaknya CO2 yang dihasilkan maka tubuh juga perlu lebih banyak O2 yang masuk ke dalam tubuh untuk mengimbanginya.

Kemampuan obyek untuk menahan napas yang sebelumnya menarik nafas terlebih dahulu lebih panjang jika dibandingkan dengan menahan nafas yang sebelumnya menghembuskan nafas terlebih dahulu pada laki-laki dan perempuan baik dari perlakuan duduk santai, setelah bernafas dengan cepat, setelah bernafas dalam kantong plastik, maupun setelah berlari. Hal ini karena pada saat subyek menahan nafas yang sebelumnya menarik nafas terlebih dahulu memiliki O2 yang lebih banyak sehingga tubuh tahan lebih lama untuk tidak bernafas

Kandungan CO2 Dalam Udara Ekspirasi

Berdasarkan data hasil praktikum mengenai kandungan CO2 dalam udara ekspirasi, dapat diketahui bahwa ketika tabung erlenmeyer A yang berisi 100 ml aquades kemudian ditambah dengan 5 tetes phenoptalin dan 5 tetes 0,1 M NaOH, warna larutan dalam tabung erlenmeyer berubah menjadi warna merah delima. Setelah diberi perlakuan dengan meniupkan udara pernafasan ke dalam tabung melalui sedotan oleh subyek yang duduk diam warna larutan dalam tabung erlenmeyer setelah 20 detik mengalami perubahan warna, yaitu dari warna merah delima berubah menjadi tidak berwarna (bening). Perubahan warna ini menunjukkan terjadinya perubahan kondisi larutan dari basa (semula ditambah NaOH 0,1 M) menjadi asam (penamhan CO2 yang dihasilkan oleh udara pernafasan sebagai hasil peniupan). Semakin banyak CO2 yang dikeluarkan akan menyebabkan semakin cepat terjadinya perubahan warna larutan dalam tabung erlenmeyer dari merah delima menjadi bening. Setelah larutan dalam tabung erlenmeyer bening, dilakukan titrasi. Volume NaOH 0,1 M yang dibutuhkan untuk terjadi perubahan warna dari bening ke merah delima kembali seperti semula (sama dengan warna larutan dalam tabung erlenmeyer B) adalah 0,7 ml Terjadinya perubahan warna dari bening ke merah delima ini dimungkinkan karena perubahan kondisi larutan dari asam menjadi basa akibat penambahan larutan 0,1 M NaOH. Ketika pada tabung B yang berisi 100 ml aquades kemudian ditambah dengan 5 tetes phenoptalin dan 5 tetes 0,1 M NaOH ditiup oleh subyek setelah lari 60 langkah, waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya perubahan warna dari merah muda menjadi bening adalah 16 detik. Pada subyek yang diberi perlakuan lari terlebih dahulu kemudian meniup larutan waktu waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya perubahan warna dari merah muda menjadi bening lebih cepat dari pada subyek yang meniup dalam kondisi duduk atau diam. Hal ini dipengaruhi aktifitas subjek, yang mana semakin banyak aktivitas maka metabolisme semakin tinggi sehingga menghasilkan CO2 semakin besar. Terjadinya perubahan warna dari bening ke merah delima lagi dimungkinkan karena perubahan kondisi larutan dari asam menjadi basa akibat penambahan larutan 0,1 M NaOH. VII. Pembahasan

1. Mengukur Volume Pernapasan

Udara yang bergerak selama proses bernapas dibedakan menjadi 4 volume paru, yaitu:

a. volume tidalb. volume cadangan inspiratoric. volume cadangan ekspiratorid. volume residu

Selama proses bernapas normal, kira-kira 500 ml udara bergerak ke saluran pernapasan dalam setiap inspirasi, dan jumlah yang sama bergerak keluar dalam setiap ekspirasi. Sekitar 350 ml volume tidal mencapai alveoli, sedangkan 150 ml tetap berada di hidung, faring, trakhea, dan bronkhi yang disebut dengan volume udara mati. Pernapasan yang dilakukan dengan sangat kuat, maka sekitar 500 ml udara yang mampu kita hisap. Kelebihan udara tersebut disebut dengan volume cadangan inspiratori. Sedangkan apabila kita melakukan inspirasi normal dan kemudian melakukan ekspirasi sekuat-kuatnya, maka kita akan mendorong keluar 1200 ml udara, volume udara ini disebut dengan volume cadangan ekspiratori. Setelah volume udara cadangan ekspiratori dihembuskan, sejumlah udara masih tetap berada dalam paru. Hal tersebut terjadi karena adanya tekanan intrapleural lebih rendah sehingga udara yang tinggal ini dipakai untuk mempertahankan agar alveoli tetap sedikit menggembung, udara disini disebut dengan udara residu (Soewolo,1999).

Volume tidal rata-rata pada pernapasan adalah sekitar 500 ml. Ini merupakan rata-rata bagi manusia laki-laki yang mempunyai berat 70 kg dan pada perempuan biasanya 20%-25% lebih rendah. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami dapat, volume tidal dapat diukur melalui pengurangan volume udara pada kegiatan pertama yaitu volume udara tidal dan volume cadangan ekspirasi dengan hasil kegiatan kedua yaitu volume cadangan ekspirasi. Pengamatan menunjukkan bahwa volume tidal dari subyek perempuan adalah 866,7 ml, data ini jauh lebih besar dari 500 ml. Sehingga nilai 866,7 ml ini tidak dapat dikatakan normal karena volumenya sudah jauh lebih besar dari 500 ml. Volume tidal sangat ditentukan oleh faktor umur, jenis kelamin, dan berat badan tiap individu.

Menurut Soewolo (1999) menyatakan bahwa apabila kita melakukan inspirasi normal dan kemudian melakukan ekspirasi sekuat-kuatnya diluar 500 ml (udara tidal), maka kita masih dapat mendorong keluar 1200 ml udara, volume ini disebut dengan volume cadangan ekspiratori.

Berdasarkan hasil pengamatan, volume cadangan ekspiratori pada subyek perempuan sebesar 1100 ml. Menurut Soewolo (2005), bila kita melakukan inspirasi normal dan kemudian melakukan ekspirasi sekuat-kuatnya diluar 500 ml (udara tidal), kita masih dapat mendorong keluar 1200 ml udara, volume udara ini disebut volume cadangan ekspiratori. 2. Irama Pernafasan

Menurut Basoeki (2000: 138), respirasi seorang dewasa normal adalah 14-18 kali permenit, sedangkan dalam keadaan istirahat 12-15 kali. Irama dasar respirasi dikendalikan oleh sistem saraf dalam medulla dan spons. (Soewolo, dkk 1999: 254). Berdasarkan hasil praktikum, irama pernafasan saat keadaan normal atau santai adalah 24 kali permenit. Pada keadaan istirahat, biasanya inspirasi berlangsuung selam 2 detik dan ekspirasi selama 3 detik, ini adalah irama dasar respirasi. Irama dasar respirasi, ditentukan oleh impuls syaraf dalam area inspiratori. Pada awal ekspirasi, area inspirasi tidak aktif. Tetapi setelah 3 detik, ia aktif secara otomatis.Pada saat bernapas cepat, frekuensi pernapasan 29 kali/menit. Hal ini dikarenakan oleh aktifitas bernafas lebih digiatkan, maka tingkatan ventilasi akan lebih tinggi untuk pertukaran CO2 dalam tubuh daripada O2. Iarama pernafasan terjadi secara cepat yang dapat diubah dalam usaha memnuhi kebutuhan tubuh terhadap O2 walaupun irama dasra pernaafasan dikendalikan oleh pusat respiratori. Pada saat bernapas cepat, subjek melakukan respirasi yang tidak normal sehingga meskipun bernapas dengan cepat O2 yang masuk sedikit akibatnya setelah subyek bernapas normal setelah bernapas cepat frekuensi pernapasannya meningkat. Hal ini merupakan suatu bentuk regulasi untuk mengimbangi kekurangan O2 dalam tubuh.

Setelah subyek melakukan respirasi (bernapas) di dalam kantong plastik, saat ini juga terjadi peningkatan frekuensi pernapasan yaitu 32 kali/menit. Peningkatan ini dikarenakan konsentrasi O2 dalam kantong plastik menurun dan konsentrasi CO2 meningkat. Setelah 2 menit bernafas dalam kantong plastic, maka O2 yang ada dalam kantung plastik digantikan oleh CO2 yang telah dikeluarkan dari hasil pernafasan Bila tekanan O2 lebih besar daripada 60 mmHg, maka tidak akan terjadi kenaikan ventikasi bernafas sampai tekanan O2 menurun dari 60 mmHg.Meningkatnya frekuensi pernapasan juga terjadi saat subyek berlari 60 langkah yaitu sebanyak 41 kali/menit. Hal ini dikarenakan setelah melakukan aktivitas berlari, metabolisme dalam tubuh meningkat terutama untuk metabolisme asam laktat dalam sel yang banyak menghasilkan CO2 dan panas. Selama berlari, penggunaan O2 oleh otot yang bekerja meningkat sehingga PO2 dalam jaringan dan dalam darah menurun. Selama olahraga, penggunaan oksigen dapat meningkat sampai sebanyak 30 kali lipat. Harus ada mekanisme untuk menyesuaikan usaha respirasi terhadap tuntutan metabolik. (Soewolo, dkk 1999: 254). Peningkatan frekuensi pernapasan disini dilakukan untuk menyeimbangkan PO2 dan PCO2 dalam darah dan jaringan yang menurun.Pada perlakuan menarik napas pada saat pelaku duduk santai subyek dapat menahan napas sampai 26 detik. Pusat respiratori mempunyai hubungan dengan korteks serebralis, yang berarti kita dapat secara sadar mengubah pola pernapasan kita. Kita dapat berkehendak tidak bernapas selama waktu singkat. Kemampuan menahan nafas dibatasi oleh CO2 yang dibentuk dalam darah. Bila pCO2 naik sampai suatu tingkat tertentu area inspiratori dirangsang, impuls disampaikan ke otot inspiratori dan pernafasan mulai lagi. (Soewolo, 2005:276)Pada perlakuan menghembuskan nafas kemudian subyek menahan untuk tidak bernapas, subyek dapat bertahan selama 20 detik. Pada perlakuan menahan nafas saat duduk santai, waktu untuk tidak menahan nafas cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan menahan nafas setelah bernafas cepat dan bernafas di dalam kantung plastik. Menahan nafas yang sebelumnya menarik nafas dapat ditempuh dengan waktu yang lebih panjang daripada menahan nafas yang sebelumnya menghembuskan nafas. Hal ini dikarenakan pada saat menahan nafas yang sebelumnya menarik nafas terlebih dahulu memiliki O2 yang lebih banyak daripada yang sebelumnya menghembuskan nafas terlebih dahulu. Pada dinding bronchi dan bronkioli, seluruh paru-paru terdapat reseptor regang. Bila reseptor ini meregang berlebihan, impuls disampaikan sepanjang syaraf Vagus menuju area inspiratori dan apneustik area. Dalam menanggapi area inspiratori dan apneustik dihambat dari penggiatan area inspiratori. Akibatnya, ekspirasi dapat berlangsung. Karena udara meninggalkan paru selama ekspirasi, paru mengmpis dan reseptor regang tidak dirangsang lagi. Dengan demikian, area inspiratori dan apneustik area tidak dihambat lagi, dan mulailah inspirasi baru. Refleks ini disebut sebagai Refleks Inflasi atau Reflex Hering-Breuer. Beberapa bukti menguatkan bahwa refleks adalah suatu mekanisme perlindungan yang lebih utama untuk mencegah inflasi berlebihan paru daripada sebagai kunci regulasi. (Soewolo,2005:275) 3. Kandungan CO2 Dalam Udara Ekspirasi

Respirasi eksternal adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida antara paru-paru dan karbondioksida antara paru-paru dan kapiler darah paru-paru (Soewolo, dkk. 2003).

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa peniupan berpengaruh terhadap terjadinya perubahan warna larutan dalam tabung erlenmeyer, yaitu dari merah delima menjadi bening. Terjadinya perubahan warna dari merah delima menjadi bening, disebabkan akibat perubahan kondisi pada larutan dari basa menjadi asam. Hal ini karena di dalam udara pernafasan terkandung CO2 yang akan bereaksi dengan H2O (akuades) yang membentuk asam karbonat, sehingga larutan berubah menjadi asam (berwarna bening). Menurut reaksi CO2 + H2O H2CO3.

Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa pada peniupan saat subyek duduk santai, waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya perubahan warna dari merah delima menjadi bening lebih lama dibandingkan dengan peniupan setelah perlakuan lari 60 langkah, yaitu 20 detik dibanding dengan 16 detik. Pada bernafas normal larutan NaOH yang dibutuhkan untuk mengubah warna pada titrasi adalah 0,7 ml dengan volume awalnya 8 ml. Sedangkan pada saat bernafas setelah lari 60 langkah larutan NaOH yang dibutuhkan juga sama 0,7 ml dengan volume awal 5 ml. di mana seharusnya volume larutan NaOH yang dibutuhkan untuk mengubah warna titrasi adalah lebih banyak ketika bernafas setelah berlari, karena setelah berlari kadar CO2 yang dikeluarkan oleh subjek ketika meniup larutan lebih banyak daripada yang bernafas normal.

Pada kenyataannya akan terjadi peningkatan frekuensi pernafasan saat beraktivitas. Semakin banyak O2 yang dihirup selama inspirasi maka jumlah CO2 yang diekspirasikan semakin meningkat. Soewolo (2005), menyatakan bila dalam tubuh terdapat sedikit kenaikan PCO2 maka akan merangsang area kemosensitif dalam medulla dan aretehemoreseptor sehingga menyebabkan area respirastori menjadi sangat aktif dan kecepatan respirasi meningkat.

Penetrasian dengan menggunakan larutan 0,1 M NaOH juga berpengaruh terhadap pengembalian warna dari bening akibat peniupan menjadi berwarna merah muda. Volume NaOH yang digunakan untuk titrasi pada subyek yang duduk diam dibutuhkan 0,7 ml 0,1M NaOH, dan pada subyek yang diberi perlakuan lari 60 langkah juga membutuhkan 0,7 ml 0,1M NaOH. Data yang kami peroleh ini kurang tepat karena volume NaOH yang dibutuhkan pada kedua macam perlakuan sama yaitu 0,7 ml. Hal ini terjadi karena adanya kesalahan sewaktu melakukan praktikum. Tidak berwarnanya larutan (bening) akibat peniupan yang menghasilkan CO2 sehingga kondisi larutan menjadi asam akan kembali menjadi basa setelah ditambah dengan larutan 0,1 M NaOH dari hasil penitrasian dengan perubahan warna menjadi merah delima kembali. Sehingga penetrasian dapat menunjukkan terjadinya perubahan kondisi pada larutan dari asam menuju basa kembali karena terjadi penetralan larutan yang bersifat asam (akibat pengaruh CO2) oleh larutan basa NaOH 0,1 M.VIII. Kesimpulan

1. Dari hasil praktikum, didapatkan volume tidal sebesar 866,7 ml, volume cadangan ekspirasi sebesar 1100 ml, kapasitas vital sebesar 2200 ml, dan volume cadangan inspirasi sebesar 233,33 ml.2. Frekuensi pernafasan normal 24 kali/menit, frekuensi pernafasan saat bernafas cepat 29 kali/menit, frekuensi pernafasan saat bernafas dalam kantung plastik 32 kali/menit, dan frekuensi pernafasan setetah berlari 60 langkah 41 kali/menit. Faktor-faktor yang mempengaruhi irama pernafasan antara lain besarnya tekanan O2 dan CO2, aktifitas metabolisme tubuh atau kenaikan suhu tubuh karena kerja otot yang giat.3. Kandungan CO2 dalam udara ekspirasi lebih tinggi saat tubuh melakukan aktifitas daripada saat istirahat.Diskusi

1. Mengapa volume paru orang percobaan beraneka ragam?

Jawab :

Volume paru pada orang percobaan beraneka ragam karena volume paru dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain umur, jenis kelamin, tinggi dan berat badan orang percobaan. Sehingga akan menghasilkan volume paru yang berbeda.

2. Mengapa terdapat volume paru orang percobaan dibawah normal?

Jawab :

Terdapat volume paru pada orang percobaan dibawah normal disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya adalah :

Nilai normal volume paru 4600 ml diambil dari standar orang luar negeri dengan jenis kelamin laki-laki dan memiliki berat badan 70 kg. sedangkan orang perempuan akan memeliki volume paru 20 % lebih rendah.

Orang percobaan dalam kondisi emosi yang tidak stabil sehingga bisa menurunkan respirasi.

3. Dari percobaan irama pernapasan apa yang dapat saudara simpulkan?

Jawab :

Masing-masing orang percobaan memiliki irama pernapasan yang berbeda-beda tergantung dengan macam kegiatan yang dilakukan. Irama pernapasan akan semakin cepat jika orang percobaan kegiatan dan berada dalam kondisi kekurangan oksigen dengan tuntutan sel-sel tubuh terhadap jumlah O2 yang diperlukan. Frekuensi pernafasan normal 24 kali/menit, frekuensi pernafasan saat bernafas cepat 29 kali/menit, frekuensi pernafasan saat bernafas dalam kantung plastik 32 kali/menit, dan frekuensi pernafasan setetah berlari 60 langkah 41 kali/menit. Faktor-faktor yang mempengaruhi irama pernafasan antara lain besarnya tekanan O2 dan CO2, aktifitas metabolisme tubuh atau kenaikan suhu tubuh karena kerja otot yang giat.4. Dapatkah volume paru yang dibawah normal diusahakan untuk menjadi normal? Bagaimana caranya?

Jawab :

Volume paru dibawah normal dapat diusahakan menjadi normal kembali dengan cara olah raga secara teratur, jalan-jalan pagi yang udaranya masih segar dan belum tercemar selama 10 menit tiap hari.

5. Menagapa terjadi penurunan dan kenaikan irama pernapasan?

Jawab :

Penurunan dan kenaikan irama pernapasan disebabkan antara lain :

Terjadi kenaikan suhu tubuh karena kerja otot yang giat sehingga menyebabkan kecepatan respirasi meningkat. Dan rangsangan dingin yang terjadi secara tiba-tiba dapat menyebabkan apnea.

Sakit yang mendadak dapat menimbulkan apnea dan penyakit dan menaikkan kecepatan respirasi.

Peregangan otot sfingter menaikkan kecepatan respirasi.

Iritasi faring/laring dapat menyebabkan penghentian pernapasan yang akan diikuti batuk.

6. Bagaimana kendali respirasi menunjukkan dasar homeostatic?

Jawab :

Kendali respirasi menujukkan dasar homeostatis. Irama dasar respirasi dikendalikan oleh system saraf dalam medulla dan spon. Untuk menjawab tuntutan tubuh irama tersebut dapat diubah. Terdapat mekanisme kendali sadar yang merupakan perlindungan yang memungkinkan kita mencegah air/gas yang masuk tubuh. Kemampuan menahan nafas dibatasi oleh CO2 yang berda dalam darah. Bila pCO2 naik sampai suatu tingkat tertentu area inspiratori dirangsang, kemudian impuls disampaikan ke otot inspiratori sehingga pernapasan mulai lagi.

Dalam keadaan normal pCO2 darah arteri sebesar 41 mmHg. Bila ada sedikit kenaikan pCO2 disebut hiperkopria.

Daftar Pustaka

Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UM Press

Basuki, Soedjono, dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang: UM

2