reproduksi sehat.pdf

11
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang kesehatan yang mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik di dalam maupun luar negeri. Meluasnya liputan media massa sampai ke pelosok negeri yang menyajikan fakta seputar kesehatan reproduksi, baik positif maupun negatif mendorong berbagai pihak tidak hanya dari praktisi kesehatan pemerintah, perorangan, swasta dan lembaga swadaya masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam mensosialisasikan sekaligus memberikan jalan keluar atas permasalahan kesehatan reproduksi (BKKBN, 2008, p.1) Untuk mencapai kondisi sehat sebagaimana yang telah dikemukakan dalam pengertian/batasan tersebut, perlu juga dipahami tentang kurun reproduksi sehat adalah kurun waktu yang sehat bagi seorang ibu untuk hamil dan melahirkan yaitu antara usia 20 sampai dengan 35 tahun (BKKBN, 2008, p.11). Salah satu hak reproduksi bagi remaja di Indonesia adalah hak membangun dan merencanakan keluarga, bahwa seorang yang akan menikah dalam usia yang masih muda, maka petugas tidak bisa memaksa orang tersebut untuk membatalkan pernikahannya. Yang bisa diupayakan adalah memberi tahu orang tersebut tentang peraturan yang berlaku di Indonesia

description

gfdyh

Transcript of reproduksi sehat.pdf

Page 1: reproduksi sehat.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang

kesehatan yang mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik di dalam

maupun luar negeri. Meluasnya liputan media massa sampai ke pelosok

negeri yang menyajikan fakta seputar kesehatan reproduksi, baik positif

maupun negatif mendorong berbagai pihak tidak hanya dari praktisi

kesehatan pemerintah, perorangan, swasta dan lembaga swadaya masyarakat

untuk mengambil peran aktif dalam mensosialisasikan sekaligus memberikan

jalan keluar atas permasalahan kesehatan reproduksi (BKKBN, 2008, p.1)

Untuk mencapai kondisi sehat sebagaimana yang telah dikemukakan

dalam pengertian/batasan tersebut, perlu juga dipahami tentang kurun

reproduksi sehat adalah kurun waktu yang sehat bagi seorang ibu untuk hamil

dan melahirkan yaitu antara usia 20 sampai dengan 35 tahun (BKKBN, 2008,

p.11).

Salah satu hak reproduksi bagi remaja di Indonesia adalah hak

membangun dan merencanakan keluarga, bahwa seorang yang akan menikah

dalam usia yang masih muda, maka petugas tidak bisa memaksa orang

tersebut untuk membatalkan pernikahannya. Yang bisa diupayakan adalah

memberi tahu orang tersebut tentang peraturan yang berlaku di Indonesia

Page 2: reproduksi sehat.pdf

2

tentang batas usia terendah untuk menikah serta memberi tahu dampak

negatif dari menikah dan hamil di usia muda.

Hasil data SDKI 2007 menunjukkan bahwa nilai tengah umur kawin

pertama perempuan umur 25-29 tahun di Indonesia 19,8 tahun sementara

hasil SDKI 2002-2003 menunjukkan angka 19,2 tahun. Angka ini

mengindikasikan bahwa separuh dari pasangan usia subur di Indonesia

menikah dibawah usia 20 tahun (BKKBN, 2007, p.20).

Tabel 1.1 Persentase Perempuan Berumur 10 tahun ke atas yang Pernah

Kawin menurut Kabupaten/Kota Usia Perkawian Pertama Provinsi

Jawa Tengah, Tahun 2008 & 2009

Umur Perkawinan

Pertama (tahun)

Kota Semarang Jawa Tengah

2008 2009 2008 2009

10-15 6,26 5,87 13,75 13,10

16-18 23,36 24,36 23,36 36,98

19-24 49,09 49,09 49,09 39,98

25 + 21,29 21,29 21,29 9,94

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Profil Penduduk dan KB Jawa Tengah, 2008, 2009, lampiran 11, 11)

Dari tabel di atas Provinsi Jawa Tengah untuk usia 10-18 tahun (<20

tahun) 37,11% pada tahun 2008, dan mengalami kenaikan menjadi 50,08%

Hal ini ini menjadi masalah karena besar kemungkinan wanita yang pernah

kawin tersebut hamil pada usia reproduksi buruk. Untuk Kota Semarang

sebesar 29,62% pada tahun 2008, dan mengalami kenaikan menjadi 30,26%

pada tahun 2009 (Profil penduduk dan KB Jawa Tengah, 2008, 2009,

lampiran 11, 11)

Keluarga dengan ibu hamil perlu memperhatikan tanda bahaya

kehamilan, pemeriksaan, pemeliharaan, dan perawatan kehamilan, usia ibu

Page 3: reproduksi sehat.pdf

3

hamil dalam kurun waktu reproduksi sehat. Suami sebagai anggota keluarga

berperan memberikan perhatian dan kasih sayang, merencanakan bersama

istri jumlah anak, maenjadi suami SIAGA, memenuhi kebutuhan gizi dan

biaya persalinan dan mempelajari gejala komplikasi kehamilan.

Gender Analysis Pathway (GAP) dalam program Making Pregnancy

Safer (MPS) mempunyai tujuan menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI).

Angka kematian ibu mencerminkan resiko yang dihadapi wanita selama

kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi, keadaan sosial,

dan keadaan yang kurang baik menjelang kehamilan.

Berdasarkan angka SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia)

tahun 2007 AKI di Indonesia sebesar 228/100.000 kelahiran hidup.

Walaupun lebih rendah dibandingkan AKI sebelumnya 307/100.000

kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) masih dalam kategori tinggi diantara

negara-negara di ASIA Selatan dan Pasifik. Sangat disayangkan kematian ibu

masih tetap menjadi hal yang biasa di negara berkembang. Lebih dari

setengah juta perempuan meninggal setiap tahun akibat penyebab yang

berhubungan dengan kehamilan.

Indonesia sebagai negara berkembang banyak sekali terjadi kehamilan

dengan resiko tinggi yang disebut dengan 4T (4 Terlalu) yaitu terlalu banyak

anak, terlalu muda, terlalu tua, dan terlalu dekat yang sangat membahayakan

kesehatan ibu ada sebesar 22,4 % dengan rincian hamil terlalu muda (<20

tahun), sebesar 4,1% hamil terlalu tua (>35 tahun) sebesar 3,8% jarak terlalu

Page 4: reproduksi sehat.pdf

4

dekat (<2 tahun) sebesar 5,2% dan jumlah anak terlalu banyak (>3 orang)

sebesar 9,4 % (BKKBN, 2007).

Berdasarkan laporan Puskesmas diperoleh jumlah kematian ibu

maternal di Kota Semarang pada tahun 2009 sebanyak 22 kasus dari 25.739

jumlah kelahiran hidup atau sekitar 85,47%. Sebanyak 4 kasus merupakan

kematian ibu maternal pada masa kehamilan, 4 kasus pada masa persalinan,

dan 14 kasus pada masa nifas.

Angka Kematian Bayi (AKB) tertinggi di Jawa Tengah tahun 2009

adalah Kota Semarang sebesar 18,59/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2009

terdapat 25.706 kelahiran hidup dimana jumlah lahir mati sebanyak 198 bayi,

jumlah bayi mati sebesar 478 bayi. Provinsi Jawa Tengah jika dibandingkan

dengan cakupan yang diharapkan dalam Millenium Develompment Goals

(MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 17/1.000 kelahiran hidup sudah memenuhi

target, tetapi untuk Kota Semarang tidak memenuhi target terpaut 1,59 point

lebih tinggi (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, p.11, 2009)

Data dari BPS Jawa Tengah persentase rata-rata anak lahir hidup dari

perempuan pada kelompok umur 15-19 tahun, pada tahun 2007 sebesar

0,46%, dan tahun 2009 0,04%. Di Kota Semarang pada tahun 2007 sebesar

0,67% dan tahun 2009 0,00%. Hal ini mengindikasikan seorang perempuan

yang hamil di usia kurang dari 20 tahun melahirkan anak yang sulit untuk

bertahan hidup. Kemungkinan yang terjadi dikarenakan dari faktor usia yang

belum mencukupi untuk hamil, dengan sistem organ reproduksi yang belum

siap menerima kehamilan dapat menyebabkan keguguran. Hal yang langsung

Page 5: reproduksi sehat.pdf

5

terjadi pada bayi adalah dengan kelahiran prematur yang biasanya juga terjadi

BBLR dalam keadaan ini bayi akan sulit untuk bertahan hidup, kecuali jika

dilakukan penatalaksanaan yang benar. (Profil Penduduk dan KB Jawa

Tengah, 2007,2009, lampiran 6, 7)

Jadi kehamilan di usia muda (<20 tahun) menurunkan kesejahteraan

anak untuk hidup hal ini merupakan resiko dari kehamilan di usia muda tidak

hanya berlaku bagi ibu tetapi juga pada janin yang dikandungnya. Bagi ibu

dapat terjadi keguguran, persainan prematur, mudah terjadi infeksi, anemia

dalam kehamilan, keracunan kehamilan. Sedangkan bagi janin dapat terjadi

kelahiran prematur, BBLR, cacat bawaan bisa muncul akibat ketegangan saat

dalam kandungan degan adanya rasa penolakan secara emosional ketika ibu

mengandung bayinya dan kematian bayi (Ubaydillah, 2000).

Disini wanita yang hamil di usia muda (<20 tahun) yang masih

menginjak usia remaja erat kaitannya dengan suami yang menjadi

pasangannya. Dukungan suami juga merupakan andil yang besar dalam

menentukan status kesehatan ibu. Jika suami mengharapkan kehamilan,

mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka

ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam

menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas.

Alasan mengapa penelitian ini diajukan diperkuat dengan penelitian

sebelumnya tentang perilaku pengantin baru tentang imunisasi TT calon

pengantin di Desa Sidorejo Kec. Kaliwungu Kab. Kudus, didapatkan hasil

dukungan suami 57,1% (Wijiningsih, 2009, p.43). Pada penelitian tentang

Page 6: reproduksi sehat.pdf

6

hubungan pengetahuan ibu dan dukungan suami dengan praktik dalam

mengkonsumsi tablet Fe pada ibu hamil trimester I di PKM Bangetayu

Semarang didapatkan hasil berperilaku baik 57,7% dan ada hubungan antara

pengetahuan ibu dan praktik dalam mengkonsumsi tablet Fe pada ibu hamil

trimester I di PKM Bangetayu Semarang (Yulitasari, 2010, p.39). Pada

penelitian tentang studi deskriptif karakteristik dukungan suami dan

pelayanan tenaga kesehatan pada akseptor KB suntik (DMPA) di RB Nur

Hikmah Gubug didapatkan hasil 71,8% suami mendukung (Fitria, 2009,

p.37).

Berdasarkan data dari Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang

pada tahun 2010 diketahui pencapaian K1 1.426 (88%) dan K4 1.256 (78%)

terdapat cakupan deteksi resiko tinggi ibu hamil sebanyak 365 (23%).

Cakupan deteksi resiko tinggi oleh tenakes cenderung mengalami kenaikan

yang signifikan pada bulan April dari 0,9% menjadi 3,8%, dan pada bulan

September, Oktober, November dan Desember mengalami kenaikan setiap

bulannya 2%. Hal yang tidak jauh berbeda pada deteksi resiko tinggi oleh

masyarakat cenderung mengalami kenaikan 0,5% setiap bulannya. Pada tahun

2011 deteksi resiko tinggi tenakes Januari-April dari awal tahun menunjukkan

peningkatan setiap bulannya 2% dengan jumlah kumulatif pada bulan April

sudah mencapai 126 orang.

Data ANC BKIA tahun 2010 hamil terlalu muda (<20 tahun) 60

orang, terlalu tua (>35 tahun) 39 orang, terlalu dekat (jarak <2 tahun) 30

orang, dan terlalu banyak (>3 anak) 26 orang. Pada thaun 2011 periode

Page 7: reproduksi sehat.pdf

7

Januari-April hamil terlalu muda (<20 tahun) 32 orang, terlalu tua (>35

tahun) 11 orang, terlalu dekat (jarak <2 tahun) 22 orang, dan terlalu banyak

(>3 anak) 24 orang. Penulis sempat studi pendahuluan untuk mencari

jumlah wanita hamil di usia kurang dari 20 tahun sebagai responden ke tiga

tempat yaitu di Desa Sumberejo Kab. Demak, hanya terdapat 2 orang. Desa

Bajong Kab. Purbalingga hanya terdapat 2 orang, sedangkan jika

digabungkan dari seluruh wilayah kerja Puskesmas Desa Bajong yang

terdapat 7 Desa hanya berjumlah 12 orang. Kemudian di Kecamatan Sumpiuh

Kab. Banyumas terdapat 16 orang.

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas resiko yang

terjadi pada kehamilan di usia kurang dari 20 tahun didorong oleh faktor

terjadinya kehamilan di usia kurang dari 20 tahun yaitu sosiodemografi

(kemiskinan, kebiasaan, peran wanita dimasyarakat, seksualitas aktif,

penggunaan kontrasepsi, dan media massa), karakteristik keluarga, status

perkembangan (kurangnya pemikiran tentang masa depan) dan penyalah

gunaan obat-obatan. Dari uraian diatas dapat ditemukan masalah karakeristik

keluarga tentang dukungan mempengaruhi perilaku remaja yang hamil di usia

kurang dari 20 tahun disini yang kurang memperhatikan kehamilannya

termasuk kontrol kehamilan ini menunjukan perilaku ibu dalam menjalani

kehamilannya yang terjadi di usia kurang dari 20 tahun. maka rumusan

masalah dari penelitian ini adalah “Adakah hubungan antara dukungan suami

Page 8: reproduksi sehat.pdf

8

dengan perilaku wanita hamil di usia kurang dari 20 tahun dalam menghadapi

kehamilan di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang 2011”

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan dukungan suami dengan perilaku wanita hamil di

usia kurang dari 20 tahun dalam menghadapi kehamilan.

2. Tujuan khusus

a. Mendeskripsikan karakteristik wanita hamil di usia kurang dari 20

tahun meliputi usia, gravida, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan

suami.

b. Mendeskripsikan dukungan suami pada wanita hamil di usia kurang

dari 20 tahun dalam menghadapi kahamilan.

c. Mendeskripsikan perilaku wanita hamil di usia kurang dari 20 tahun

dalam menghadapi kehamilan.

d. Menganalisis hubungan dukungan suami dengan perilaku wanita hamil

di usia kurang dari 20 tahun dalam mengahadapi kehamilan.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian bisa menambah wacana dan kepustakaan dalam penelitian

lebih lanjut tentang dukungan suami dan perilaku wanita hamil di usia

kurang dari 20 tahun dalam menghadapi kehamilan.

Page 9: reproduksi sehat.pdf

9

2. Manfaat praktis

a. Bagi profesi

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan yang tentunya

positif untuk pelaksanaan pelayanan kebidanan yang sesuai dengan

Standar Operasional Prosedur (SOP) agar dapat menurunkan angka

kematian ibu melalui pelayanan maksimal pada wanita hamil di usia

kurang dari 20 tahun.

b. Bagi intitusi pendidikan kebidanan

Hasil dari penelitian ini bisa menjadi bahan sebagai bekal praktik yang

baik dan benar di lahan praktik dan ikut andil dalam penurunan angka

kematian ibu dan bayi.

c. Bagi peneliti

Menambah ilmu serta wawasan tentang sosial budaya khususnya

dukungan suami dan perilaku wanita hamil di usia kurang dari 20 tahun

dalam menghadapi kehamilan.

d. Bagi masyarakat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat, suami

dan keluarga untuk memberikan dukungan moril pada wanita hamil di

usia kurang dari 20 tahun. Serta bagi wanita agar dapat mengetahui usia

reproduksi sehat dan bagi wanita yang hamil di usia kurang dari 20 tahun

dapat mengambil perilaku positif dalam menghadapi kehamilannya.

Page 10: reproduksi sehat.pdf

10

E. Keaslian penelitian

Tabel 1.2 Keaslian penelitian

No. Judul, Nama,

Tahun

Sasaran Variabel yang

diteliti

Metode Hasil

1. Perilaku

pengantin baru

tentang imunisasi

TT calon

pengantin di

Desa Sidorejo

Kec. Kaliwungu

Kab. Kudus

Eko Wijiningsih,

2009

Populasi :

pengantin

baru yang

mendaat

imunisasi TT

berjumlah 39

orang.

Sampel : 35

orang

Teknik

sampling :

simple

random

samplig

Variabel

independen :

Pengetahuan

dan sikap

pengantin baru

tentang

imunisasi TT

calon pengantin

Jenis

penelitian

deskriptif

dengan

metode cross

sectional

pengetahuan

sedang 57,1%,

Sikap cukup

mendukung

57,1%

Responden yang

melakukan

imunisasi TT

calon pengntin

1x/2x 88,5%

Tidak ada

hubungan antara

tingkat

pengtahuan

dengan praktik

imunisasi TT

pada calon

pengantin, tidak

ada hubungan

antara sikap

dengan praktik

imunisasi TT

2. Hubungan

pengetahuan ibu

dan dukungan

suami dengan

praktik dalam

mengkonsumsi

tablet Fe pada ibu

hamil trimester 1

di PKM

Bangetayu

Semarang

Wina Yulitasari,

210

Populasi : 26

ibu hamil

trimester 1,

gravida 1

Sampel : 26

orang

Teknik

sampling :

Sampel jenuh

Variabel

independent :

Praktik dalam

mengkonsumsi

tablet Fe pada

ibu hamil

terimester 1

Variabel

dependent :

Pengetahuan

ibu dan

dukungan

suami

Jenis

penelitian :

deskriptif

analitik

dengan

pendekatan

cross

sectional

Pengetahuan baik

35,5%, suami

mendukung

57,7%, Praktik

baik 57,7%. Ada

hubungan antara

pengetahuan ibu

dan praktik dalam

mengkonsumsi

tablet Fe pada ibu

hamil trimester 1

P = 0,000 < 0,005

Tidak ada

hubungan antara

dukungan suami

dan praktik dalam

mengkonsumsi

tablet Fe pada ibu

hamil trimester 1

P = 0,426 > 0,005

Page 11: reproduksi sehat.pdf

11

Lanjutan tabel 1.2 Keaslian penelitian

No. Judul, Tahun,

Nama Sasaran

Variabel yang

diteliti Metode Hasil

3. Studi deskriptif

karakteristik

dukungan suami

dan pelayanan

tenaga kesehatan

pada akseptor KB

suntik (DMPA)

di RB Nur

Hikmah Gubug

Hera Fitria Sari,

2009

Populasi :

seluruh ibu

yang

menggunakan

KB suntik

DMPA, 39

oran

Sampel : 39

orang

Teknik

sampling :

menggunakan

sampel jenuh

Varibel tunggal

: Karakteristik

(umur, paritas,

pendidikan)

dukungan

suami,

pelayanan

kesehatan

Jenis

penelitian

deskriptif

kuantitatif

dengan

metode

pendekatan

cross

sectional

Umur reproduksi

sehat 58,8%,

Pendidikan SMA

79,5%, Paritas ≤ 2

56,4%, Dukungan

suami 71,8%,

Pelayayan

kesehatn

memuskan 71,8%

4. Hubungan

dukungan suami

dengan perilaku

wanita hamil di

usia kurang dari

20 tahun dalam

menghadapi

kehamilan di

Puskesmas

Tlogosari Kulon

Kota Semarang

2011.

Purwinasih, 2011

Populasi : 32

ibu hamil

yang datang

perikasa di

PKM

Tlogosari

Kulon periode

Juli-Agustus

2011.

Sampel : 32

orang

Teknik

sampling :

menggunakan

sampel jenuh

Variabel

independen :

Dukungan

suami

Variabel

dependen :

Perilaku wanita

hamil di usia

kurang dari 20

tahun dalam

menghadapi

kehamilan

Jenis

penelitian :

analitik

kuantitatif

dengan

metode

pendekatan

cross

sectional

Dukungan suami

mendukung 50%,

tidak mendukung

50%. Perilaku

wanitia hamil di

usa kurang dari

20 tahun

mayoritas

berperilaku

negatif 53,1%,

perilaku positif

46,9%.

Ada hubungan

antara dukungan

suami dengan

perilaku wanita

hamil di usia

kurang dari 20

tahun dalam

menghadapi

kehamilan.

(𝑥2 hitung =

8,031, ρ = 0,005

< α = 0,05)