REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA...

128
1 REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDUL (Analisis Semiotika Roland Barthes) SKRIPSI (Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Pada Konsentrasi Humas Program Studi Ilmu Komunikasi) Oleh: ARYA DWI CAHYO NIM. 6662121464 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA BANTEN 2017

Transcript of REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA...

Page 1: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

1

REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDUL

(Analisis Semiotika Roland Barthes)

SKRIPSI

(Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Komunikasi Pada Konsentrasi Humas Program Studi Ilmu Komunikasi)

Oleh:

ARYA DWI CAHYO

NIM. 6662121464

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

BANTEN

2017

Page 2: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

2

Page 3: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

3

Page 4: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

4

Page 5: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

5

MOTTO

“Don’t limit yourself, many people limit themselves to what they can

do. You can go as far as your mind lets you. What you believe,

remember, you can achieve”

(Mary Kay Ash)

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya, keluarga dan mereka yang telah

memberikan motivasi dalam bentuk apapun.

Page 6: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

6

ABSTRAK

Arya Dwi Cahyo. 6662121464/2016. SKRIPSI. Representasi Makna Jawara

Dalam Film Jawara Kidul (Analisis Semiotika Roland Barthes). Pembimbing I:

Neka Fitria, S.Sos, M.Si.; Pembimbing II: Teguh Iman Prasetya, S.E, M.Si.

Penelitian ini berfokus pada realitas sosial di Banten, yaitu Jawara Banten. Jawara merupakan sebuah elit lokal di Banten yang telah berkembang dari masa kolonial hingga saat ini. Jawara

sebagai elit lokal memiliki pengaruh yang kuat dalam bidang adat, seni dan budaya. Dalam

perkembangannya muncul berbagai stigma di masyarakat yang membuat persepsi mengenai sosok Jawara mengalami perubahan makna. Oleh karena itu tujuan dalam penelitian ini

adalah untuk mengidentifikasi karakteristik sosok Jawara dan memahami makna seorang

Jawara dalam Film Jawara Kidul. Film ini menggambarkan bagaimana sosok Jawara sebagai

elit lokal di Banten yang dibalut dengan genre aksi drama. Penelitian ini berdasarkan pada teori semiotika Roland Barthes yang menganalisis dengan tiga tahapan, yaitu denotasi,

konotasi dan mitos. Makna denotasi dimengerti sebagai makna harfiah atau makna yang

sesungguhnya. Sedangkan makna konotasi adalah makna yang tersembunyi atau implisit yang terdapat di dalam film tersebut. Dan makna mitos adalah makna pembenaran bagi suatu

nilai dominan yang berlaku pada suatu periode. Metode penelitian yang digunakan adalah

kualitatif dengan analisis semiotika. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

film Jawara Kidul secara keseluruhan sebagai objek penelitian yang akan diteliti terkait dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi, properti,

dan kostum). Hasil penelitian ini secara denotasi menampilkan bahwa sosok Jawara

merupakan seorang tokoh masyarakat yang berperan penting dalam menjaga

Kadusunan dan melindungi yang lemah. Secara konotasi Jawara digambarkan sebagai

seseorang yang memiliki kharisma, kemampuan fisik dan ilmu supranatural serta

memiliki dasar tentang ilmu keagamaan. Dan mitos yang dibangun dalam film ini

berkaitan dengan berbagai perspektif negatif masyarakat terkait sosok Jawara yang

berkembang di masyarakat.

Kata Kunci: Representasi, Film, Jawara, Semiotika

Page 7: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

7

ABSTRACT

Arya Dwi Cahyo. NIM 6662121464/2016. THESIS. Representation Meaning of

Jawara in the Film Jawara Kidul (Semiotic Analysis of Roland Barthes).

University-level instructor I: Neka Fitria, S.Sos, M.Si. University-level instructor

II: Teguh Iman Prasetya, S.E, M.Si.

Focus of this thesis is based on social reality in Banten, namely Jawara Banten.

Jawara is local elite who has grown from the colonial period until nowdays. Jawara

as local elite has strong influence in the field of culture and traditional customs. In

the Jawara’s expansion appears various stigma in society that caused the changes in

the meaning of a Jawara. The purpose of this research is to identify the characteristic

of Jawara and understand the meaning of Jawara in the film Jawara Kidul. This film

represents how characters Jawara as local elite in Banten which wrapped with genre

drama action. This research based on the semiotic analysis of Roland Barthes to

analyze with three stages, namely denotation, the connotation, and myths. The

meaning of denotation understood as meaning literally or the meaning of truth. While

the meaning of the connotation is the meaning of the hidden or implicit. And the

meaning of the myth is the meaning of the justification for a dominant value that

occurs on a period. The research method used is qualitative research with semiotic

analysis. The Unit of analysis used in this research is the film Jawara Kidul overall

as the research object which will be examined related to cinematography, the

appearance of the casts, sound and production design (location property, and

costume). This research concluded that in the denotation, Jawara was described as a

member of the society who play an important role in maintaining a village and

protect the weak peoples. In the connotation, Jawara was described as someone who

has the charismatic personality, physical and supernatural abilities also has the basic

of the religious knowledge. And the myth that was built in the film is associated with

various negative stigma in the society about a Jawara.

Keywords: Representation, Film, Jawara, Semiotic

Page 8: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

8

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas Rahmat dan Berkah-

Nya ,yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Representasi Makna Jawara Dalam Film Jawara Kidul”. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu

(S1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Skripsi ini memiliki banyak tantangan dalam proses penyelesaiannya.

Namun, berkat bantuan serta motivasi dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat

terselesaikan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini

penulis menggucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Soleh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si, selaku Kepala Program Studi Ilmu

Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Bapak Darwis Sagita, S.I.Kom., M.I.Kom, selaku Sekertaris Jurusan Program

Studi Ilmu Komunikasi.

i

Page 9: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

9

5. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si, selaku Pembimbing I skripsi yang telah

banyak membantu dalam memberikan masukan dan saran kepada Penulis

dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Teguh Iman Prasetya, SE., M.Si, selaku Pembimbing II skripsi yang

telah banyak membantu memberikan arahan dan masukan kepada Penulis

dalam proses menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Isti Nursih, S.IP., M.I.Kom. selaku dosen pembimbing akademik

8. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu

yang sangat bermanfaat.

9. Semua staff dan pegawai di Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa yang telah membantu Penulis dalam proses

penyusunan skripsi ini.

10. Mama, Papa, Kakak, dan keluarga besar yang selalu memberikan doa,

dukungan dan semangatnya kepada Penulis dari awal hingga akhir

penyusunan skripsi ini.

11. Bayu, Hari, Juhendi dan Revandhika, Irma, Abdul, Deni, Erlin dan Ijong

sebagai sahabat seperjuangan mulai dari awal perkuliahan hingga saat ini.

12. Rekan-rekan Himabe 2012 yang seru, menyenangkan dan selalu bersama-

sama selama berkuliah.

13. Seluruh teman seperjuangan angkatan 2012 Program Studi Ilmu Komunikasi

Untirta yang selalu memberikan semangat dan pelajaran dalam hidup di dunia

perkuliahan.

ii

Page 10: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

10

14. Komunitas Film Kremov Banten yang dengan sangat baik telah membantu

penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

15. Seluruh pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh Penulis

yang telah membantu hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada semua

pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi

ini. Demikian yang dapat Penulis sampaikan. Mohon maaf jika masih terdapat

banyak kekurangan dalam skripsi ini. Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih.

Serang, November 2016

Penulis

iii

Page 11: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

11

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 10

1.3 Identifikasi Masalah .......................................................................... 10

1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 11

1.5 Manfaat Penelitian............................................................................. 11

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 12

2.1 Komunikasi Massa ........................................................................... 12

2.2 Film ................................................................................................. 15

iv

Page 12: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

12

2.3 Representasi ..................................................................................... 19

2.4 Jawara Banten .................................................................................. 21

2.4.1 Perkembangan Jawara Banten ................................................... 23

2.4.2 Kedudukan dan Peran Jawara ................................................... 25

2.5 Semiotika Film ................................................................................. 28

2.6 Semiotika Roland Barthes ................................................................ 32

2.7 Kerangka Berpikir ............................................................................ 40

2.8 Penelitian Terdahulu.......................................................................... 42

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 49

3.1 Metode Penelitian ............................................................................ 49

3.2 Paradigma Penelitian ........................................................................ 50

3.3 Unit Analisis .................................................................................... 51

3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 55

3.4.1 Observasi ................................................................................. 56

3.4.2 Dokumentasi ............................................................................ 56

3.4.3 Studi Pustaka ........................................................................... 57

3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................ 57

3.6 Instrumen Penelitian ......................................................................... 59

3.7 Jadwal Penelitian .............................................................................. 60

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 61

4.1 Deskripsi Subjek Penelitian .............................................................. 61

4.1.1 Profil Film ............................................................................... 61

v

Page 13: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

13

4.1.2 Penokohan dalam Film ............................................................ 62

4.1.3 Sinopsis Film ........................................................................... 63

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................. 64

4.2.1 Analisis Tanda Makna dalam Film Jawara Kidul .................... 62

4.3 Deskripsi Analisis Analisis Semiotik ................................................ 84

4.3.1 Makna Denotasi ...................................................................... 84

4.3.2 Makna Konotasi ...................................................................... 86

4.3.3 Makna Mitos ........................................................................... 88

4.4 Pembahasan ...................................................................................... 89

4.4.1 Film Sebagai Sarana Merepresentasikan Makna Jawara ........... 89

4.4.2 Perlawanan Stigma Negatif Jawara Melalui Film ..................... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 98

5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 98

5.2 Saran ................................................................................................ 99

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 101

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

\

vi

Page 14: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

14

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rumusan Konsep Pemaknaan Berger 30

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu 46

Tabel 3.1 Bahan Scene Analisis 52

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian 60

Tabel 4.1 Scene 1 Arena Sayembara 65

Tabel 4.2 Scene 2 Arena Sayembara 68

Tabel 4.3 Scene 3 Jalan Setapak 71

Tabel 4.4 Scene 4 Pendopo Kadusunan Kidul 73

Tabel 4.5 Scene 5 Pendopo Kadusunan Kidul 76

Tabel 4.6 Scene 6 Pendopo Kadusunan Kidul 79

Tabel 4.7 Scene 7 Lanpangan Terbuka 82

vii

Page 15: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Signifikansi Dua Tahap Roland Barthes 34

Gambar 2.2 Peta Tanda Roland Barthes 39

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir 42

Gambar 3.1 Signifikansi Dua Tahap Roland Barthes 58

Gambar 4.1 Poster Film Jawara Kidul 61

vii

Page 16: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banten sebagai wilayah yang terletak di bagian barat pulau Jawa, dikenal

karena sejarahnya yang berkaitan dengan berbagai hal mistis, pemberontakan, dan

juga orientasi keislaman masyarakatnya. Sepanjang sejarahnya terdapat tiga elit lokal

Banten yang cukup terkenal yaitu ulama, umaro dan jawara. Mereka menjadi elemen

penting di dalam masyarakat, tidak hanya pada masa kolonial, namun juga pada masa

kemerdekaan hingga saat ini.

Dalam perannya ulama dan jawara memiliki suatu otoritas tertentu yang tidak

dipunyai oleh para pemimpin formal (umaro), seperti Kepala Desa, dan Camat.

Meskipun demikian telah terjadi hubungan yang kuat dalam sistem pemerintahan dan

kemasyarakatan antara ketiga elite tersebut. Ketiga kekuatan yaitu ulama, jawara dan

umaro menjadi suatu konfigurasi kepemimpinan yang satu sama lain saling

menunjang. Ulama memiliki pengaruh kuat dalam bidang keagamaan, jawara

1

Page 17: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

2

memiliki pengaruh kuat dalam bidang adat dan umaro memiliki pengaruh kuat dalam

jaringan kekuasaan pemerintahan.1

Namun dari ketiganya, jawara merupakan tokoh yang terbentuk dari

perpaduan pengaruh budaya lokal dan keagamaan yang kuat di wilayah Banten.

Jawara sebagai realitas sosial masyarakat Banten, yang telah menjadi suatu subkultur

di masyarakat. Sosoknya sudah mulai ada semenjak masa kolonial dan terus

berkembang hingga saat ini. Dalam perkembangannya kehadiran sosok jawara mulai

mengalami perubahan persepsi dalam masyarakat, hal tersebut didasari berbagai

stigma negatif yang muncul, tidak heran bahwa sebagian masyarakat memandang

bahwa jawara itu memiliki sifat yang buruk, selalu ingin menang sendiri dan untuk

mewujudkan keinginannya, mereka melakukannya dengan kekerasan fisik. Sehingga

Ia dikenal sebagai subkultur of violence dalam masyarakat Banten.2 Pergeseran

makna jawara yang terkontaminasi dengan hal yang negatif terjadi pada abad ke 19

ketika Banten dan sekitarnya diwarnai oleh kekacauan dan perampokan. Setidaknya

terjadi lebih dari 6 pemberontakan besar di Banten yang melibatkan kaum jawara

antara lain perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa, pemberontakan Pandeglang (1811

M), peristiwa geger Cilegon atau dikenal dengan pemberontakan Petani banten (1888

M), Cikande Udik (1845 M), Peristiwa Kolelet (1866 M), pemberontakan Wakhia

1 Sunatra. Integrasi dan Konflik.Kedudukan Politik Jawara dan Ulama dalam Budaya Lokal. Srudi Kasus

Kepemimpinan Di Banten (Bandung: PPs Unpad, 1997), hal 124.

2 Atu Karomah, “Jawara dan Budaya Kekerasan Pada Masyarakat Banten”, Alqalam Jurnal keagamaan dan

Masyarakat, (Vol. 25. No.3 September- Desember 2008), hal. 366.

Page 18: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

3

(1850 M), sampai dengan pemberontakan Kommunis di Banten ( 1926 M).3 Hal ini

kemudian oleh pemerintah kolonial Belanda dimanfaatkan untuk membentuk stigma

negatif kepada para pejuang dari kalangan pendekar persilatan dan kaum ulama.

Stigma negatif ini sengaja diciptakan Belanda dalam upaya memprovokasi

masyarakat untuk menganggap mereka sebagai pembuat onar, pengacau, dan

perampok.

Peranan jawara dalam kehidupan masyarakat Banten dapat ditelusuri hingga

pada masa akhir keruntuhan Kesultanan Banten, dan kekuasaan kolonial sudah tidak

lagi efektif pada abad ke 19 M. Pasca dihapusnya pemerintahan Kesultanan Banten

oleh Dandles, tekanan pemerintah Hindia Belanda terhadap masyarakat pribumi

semakin besar sehingga memunculkan konflik di masyarakat. Di sejumlah wilayah

Banten terjadi kekosongan pemerintahan yang menyebabkan kekacauan, dari konflik

dan kekacauan inilah berakibat pada pemberontakan-pemberontakan yang dipimpin

oleh tokoh masyarakat khususnya para kiai. Dari kondisi seperti inilah jawara muncul

dan tampil bersama para kiai sebagai pemimpin informal masyarakat. Hal ini

dimungkinkan karena jawara memiliki keterampilan beladiri, silat, ilmu magis

sebagai keterampilan untuk menghadapi situasi yang kacau dalam menghadapi

pemberontakan terhadap pemerintahan Hindi Belanda.4

3 Fahmi Irfani. Jawara Banten Sebuah Kajian Sosial, Politik dan Budaya. (Jakarta: YPM Press (Young

Progressive Muslim), 2011), hal 43

4 Andi Rahman Alamsyah, Islam, Jawara dan Demokrasi, Geliat Politik Banten Pasca-Orde Baru. (Jakarta: Dian

Rakyat, 2010), hal 65.

Page 19: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

4

Jawara sendiri didefinisikan sebagai seseorang yang dekat dengan kiai karena

selain sebagai muridnya kiai, ia juga memiliki ilmu-ilmu kesaktian dan menguasai

ilmu persilatan.5 Kedudukan peran dan jaringan jawara menciptakan kultur tersendiri

yang agak berbeda dengan kultur dominan masyarakat Banten, Sehingga jawara tidak

hanya menggambarkan suatu sosok tetapi juga telah menjadi kelompok yang

memiliki norma, nilai dan pandangan hidup yang khas. Selanjutnya karakter yang

dimiliki oleh para jawara merupakan hasil suatu rekonstruksi kultur budaya yang

ditanamkan melalui interaksi sosial antar budaya. Dalam proses interaksi tersebut

terjadi penanaman dan pewarisan nilai-nilai kultur tradisi budaya kejawaraan.6

Berpijak dari realitas di atas, kehadiran sebuah film yang mengangkat nilai-

nilai kebudayaan daerah yang kuat, khususnya provinsi Banten yang identik dengan

sosok jawara menjadi suatu hal yang menarik, karena jarang sudah jarang ditemui.

Film Kremov Pictures sebagai salah satu rumah produksi asal Banten membuat

sebuah karya film berjudul “Jawara Kidul”, yang merupakan suatu film yang

mengangkat ciri khas kedaerahan. Film ini diproduksi oleh Kremov Pictures pada

tahun 2015, dengan genre aksi drama. Dalam film ini menceritakan tentang kisah

sebuah kadusunan kidul yang dipimpin oleh Abah Sugidiraja (Cak Purwo), suatu

ketika Abah membuka sayembara calon menantu khusus para jawara untuk puterinya,

Nyimas Ayu (Fauzyyah Angela) dengan tujuan agar Kadusunan Kidul terjaga dan

5 Tihami “Kiai dan Jawara di Banten” (Tesis Master, Universitas Indonesia, Jakarta,1992).

6 Fahmi Irfani. Op. Cit, hal 6.

Page 20: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

5

tidak lagi timbul konflik. Sakti (Anton Chandra) dan Prabu (Tubagus Dian

Kurniawan) merupakan jawara yang bertarung memperebutkan Nyimas Ayu, namun

Abah akan memilih salah satu dari mereka yang merupakan jawara sesungguhnya.

Dan Pertarungan panjang dalam sayembara beralih menjadi dendam saat Abah

memutuskan memilih salah satu pemenangnya.7

Film Jawara Kidul ini merupakan film yang mencoba untuk memberikan

gambaran mengenai sosok jawara yang sudah cukup lama berkembang di wilayah

Banten. Terlebih seiring perjalanannya, pandangan masyarakat terhadap sosok jawara

perlahan berubah dan mulai dibayang-bayangi dengan berbagai stigma negatif yang

muncul mengenai sosok jawara. Melalui film ini masyarakat dapat melihat berbagai

pesan terkait nilai-nilai kejawaraan, yang dapat memberikan pemahaman berbeda

mengenai sosok jawara.

Film merupakan salah satu media massa yang berbentuk audio visual yang

begitu populer saat ini. Media massa sebagai saluran komunikasi massa secara

sederhana memiliki fungsi untuk menyebarkan informasi (to inform), mendidik

(educate), dan menghibur (entertaint).8 Dengan fungsinya yang begitu kompleks,

media massa seperti surat kabar, majalah, film, novel dan bentuk komunikasi lain

dapat berperan dalam segala aktivitas individual, maupun organisasi, termasuk

7 (http://www.kremovpictures.com/2015/02/jawara-kidul-produksi-terbaru-kremov.html, diakses tanggal 18

februari 2016).

8 Effendy, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal 54.

Page 21: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

6

sebagai sumber informasi yang menciptakan suatu kerangka berpikir bagi

masyarakat. Media massa meneruskan pengetahuan dan nilai-nilai dari generasi

terdahulu.9 Selain itu media massa juga dapat menjadi suatu wadah penyampaian

informasi, media hiburan dan pendidikan, juga berfungsi sebagai kontrol sosial. Oleh

karena itu media massa memiliki peran yang begitu besar dalam melakukan

perubahan sosial di masyarakat, melalui pesan yang disebar luaskan oleh media

massa.

Film berperan sebagai sarana yang digunakan untuk menghibur malalui jalan

cerita yang dihadirkan. Setiap film yang dibuat atau diproduksi tentu menawarkan

suatu pesan kepada para penontonnya, jika dikaitkan dengan kajian komunikasi,

sebuah film yang ada seharusnya memiliki efek yang sesui dengan pesan yang

diharapkan, agar inti pesan yang terkandung dapat tersampaikan kepada penontonnya.

Berkaitan dengan prasangka, peran media sangatlah penting dalam pembentukan

presepsi dalam suatu kelompok. Baik itu media cetak ataupun media elektronik,

keduanya merupakan sarana pendukung yang sangat dominan dalam membentuk

suatu prasangka di dalam masyarakat terlebih pada waktu sekarang ini.

Sebuah film bisa menjadi sebuah komunikator atau sebagai perantara dalam

komunikasi, hal ini dikarenakan sebuah film bisa berhubungan langsung dengan para

penontonnya. Bahkan dalam hal ini film bisa dibuat menjadi bahan representasi,

9 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal 31.

Page 22: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

7

terlebih lagi dengan adanya alur, setting, pakaian, bahasa, gesture dan karakter dalam

tokoh yang kemudian mewakili atau disesuaikan dengan tema yang diangkat,

membuat film menjadi media yang menarik dan mudah dipahami. Hal ini berarti di

satu sisi media dapat digunakan sebagai alat penyebaran ideologi penguasa, alat

legitimasi dan alat pengontrol wacana publik. Namun, disisi lainnya media dapat

digunakan sebagai alat untuk membangun suatu kultur dan menjadi alat dimana

berbagai ideologi direpresentasikan. Film yang juga merupakan media komunikasi,

tidak mencerminkan atau bahkan merekam realitas seperti medium representasi

yang lain, film hanya mengkonstruksi dan “menghadirkan kembali” gambaran dari

realitas melalui kode-kode, konvensi-konvensi, mitos dan ideologi-ideologi dari

kebudayaannya sebagai cara praktik signifikasi yang khusus dari medium.10

Keterwakilan terhadap sesuatu yang dimaknai merupakan hal yang dapat

dikaji, hal tersebut menyangkut mindset atau pola pikir khalayak kedepannya sebagai

orang yang akan memaknai kembali atas apa yang sudah coba dimaknai terlebih

dahulu. Dengan mengkaji, diharapkan dapat menggali lebih dalam akan semua makna

atau pesan, karena banyak pesan tak kasat mata yang perlu digali oleh peneliti

sehingga pesan yang diangkat ke khalayak melalui media massa khususnya film ini

dapat diambil secara maksimal. Dalam hal ini, film dijadikan bahan representasi

karena unsur-unsur didalam suatu film banyak memiliki nilai-nilai yang selalu

disandingkan dengan makna, mulai dari bahasa, atribut, latar atau setting dan lainnya.

10 Turner, Introducing Communication Theory: Analysis and Application, (Jakarta: Salemba Humanika, 2008),

hal 128.

Page 23: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

8

Representasi adalah proses pengkodean (encoding) dan memperlihatkan

(display) bentuk-bentuk simbolik yang mencerminkan posisi ideologis.11 Secara lebih

tepat representasi didefinisikan sebagai penggunaan tanda-tanda untuk menampilkan

ulang sesuatu yang diserap, diindra, dibayangkan atau dirasakan dalam bentuk fisik. 12

Setiap orang dapat merepresentasikan sesuatu sesuai dengan pengetahuan yang

dimilikinya. Juga dapat merepresentasikan sesuatu berdasarkan tujuan dan kebutuhan

seseorang. Akan tetapi dalam praktiknya tidak semudah itu, karena banyak hal yang

dapat mempengaruhi seseorang agar mampu dalam merepresentasikan sesuatu hal.

Terdapat nilai-nilai kebudayaan dalam suatu kehidupan masyarakat yang begitu

kompleks dengan berbagai kebiasaan dan pemikiran yang cenderung homogen dalam

memandang suatu hal. Membuat representasi atas suatu hal memerlukan pengkajian

yang mendalam, karena menyangkut suatu pemikiran seseorang terhadap sesuatu.

Dengan pengkajian yang dilakukan, diharapkan dapat menggali suatu pesan atau

makna yang terkandung. Karena pesan tidak selalu terlihat dengan kasat mata dan

memerlukan suatu analisis agar pesan yang disampaikan pada khalayaknya melalui

media massa khususnya dalam film dapat tersampaikan secara menyeluruh.

Sebagaimana film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Yang paling

penting dalam film adalah gambar dan suara. Kata yang diucapkan, ditambah dengan

11 James Lull. Media Komunikasi kebudayaan, Suatu Pendekatan Global. Terjemahan oleh A. Setiawan Abadi.

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998).

12 Marcel Danesi. Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), hal 3.

Page 24: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

9

suara lain yang serentak mengiringi gambar-gambar dan musik film. Sistem

semiotika yang lebih penting lagi dalam film adalah digunakannya tanda-tanda

ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.13 Tanda-tanda dapat berupa

audio (suara, bahasa verbal, dialog tokoh, musik, sound effect), serta tanda visual

(gambar, bahasa nonverbal/ gesture/ mimik wajah juga latar).

Jika dicermati lebih mendalam terkait dengan tanda-tanda yang dibagun

dalam film Jawara Kidul, terdapat tanda-tanda atau simbol yang menggambarkan hal

yang mengandung unsur nilai-nilai kejawaraan yang ditampilkan, baik oleh tokoh

maupun suasana yang dibangun dalam film tersebut. Setiap pesan yang disampaikan

dalam film tersebut meliputi pesan verbal dan non verbal yang bersifat simbolis dan

terdiri dari jaringan atau rangkaian tanda-tanda yang kompleks, hal tersebut dapat

terlihat dari berbagai adegan-adegan yang ditampilkan.

Secara keseluruhan, film Jawara Kidul penuh dengan simbol-simbol atau

makna tentang sosok seorang Jawara yang dibangun dalam film ini. Hal itulah yang

membuat peneliti merasa tertarik untuk menelitinya lebih lanjut. Pada penelitian ini

digunakanlah analisis semiotika dari Roland Barthes sebagai alat analisis, yaitu

sebuah metode yang mempelajari tentang tanda dan lambang. Penggunaan metode ini

didasarkan atas kenyataan bahwa film adalah suatu bentuk pesan komunikasi.

13 Alex Sobur. Semiotika Komunikasi, ( PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006), hal 128.

Page 25: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

10

Berdasarkan latar belakang di atas, membuat peneliti tertarik untuk

mengeksplorasi lebih mendalam tentang bagaimana representasi makna jawara dalam

film “Jawara Kidul”. Film ini memiliki banyak unsur-unsur untuk diteliti, dan

dianalisis dengan menggunakan pendekatan semiotika sebab film merupakan suatu

bidang komunikasi yang cukup relevan untuk dianalisis dengan teori semiotika.

Setiap pesan yang disampaikan dalam film dapat meliputi pesan verbal dan non

verbal yang bersifat simbolis dan terdiri dari rangkaian tanda-tanda yang kompleks

serta memiliki arti.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, Penulis membuat rumusan

masalah penelitian sebagai berikut:

“Bagaimana representasi makna jawara dalam film Jawara Kidul?”

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana makna denotasi sosok jawara dalam film Jawara Kidul?

2. Bagaimana makna konotasi sosok jawara dalam film Jawara Kidul?

3. Bagaimana makna mitos sosok jawara dalam film Jawara Kidul?

Page 26: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

11

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan

dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui makna denotasi sosok jawara dalam film Jawara Kidul.

2. Untuk mengetahui makna konotasi sosok jawara dalam film Jawara Kidul.

3. Untuk mengetahui makna mitos sosok jawara dalam film Jawara Kidul.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Aspek Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

untuk perkembangan ilmu komunikasi, terutama dalam kajian media massa

yang akan mengkaji bagaimana sebuah film merepresentasikan sesuatu.

1.5.2 Aspek Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan atau

pemahaman mengenai representasi makna jawara yang digambarkan dalam

film Jawara Kidul. Penelitian ini juga dapat dijadikan masukan bagi para

pembuat film untuk dapat menghasilkan film yang berkualitas.

Page 27: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Massa

Menurut Gerbner yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat, komunikasi massa

adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar

orang.14

Sementara itu, menurut Black dan Whitney (1988) dalam Nurudin

disebutkan, Komunikasi massa adalah sebuah proses di mana pesan-pesan yang

diproduksi secara massal itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas,

anonim, dan heterogen.15

Ada satu definisi komunikasi massa yang dikemukakan Michael W. Gamble

dan Teri Kwal Gamble (1986) akan semakin memperjelas apa itu komunikasi massa.

Menurut mereka sesuatu bisa didefinisikan sebagai komunikasi massa jika

mencangkup hal-hal sebagai berikut:16

a. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern

untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak

14 Jalalludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal 188.

15 Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal 12

16 Ibid, hal 8-9.

12

Page 28: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

13

yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula

antara lain surat kabar, majalah, televisi, film, atau gabungan di antara media

tersebut.

b. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya

bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak

saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam

komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi

yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu

sama lain.

c. Pesan adalah milik publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan

diterima oleh banyak orang. Karena itu diartikan milik publik.

d. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti

jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak

berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya

berorientasi pada keuntungan, bukan organisasi suka rela atau nirlaba.

e. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penapis informasi). Artinya,

pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah

individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini

berbeda dengan komunikasi antar pribadi, kelompok atau publik di mana

yang mengontrol bukan sejumlah individu. Beberapa individu dalam

Page 29: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

14

komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi, memperluas pesan

yang disiarkan.

f. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis

komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya, dalam

komunikasi antar personal. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung

dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa

langsung dilakukan alis tertunda (delayed).

Komunikasi massa memiliki beberapa fungsi bagi masyarakat, menurut Black

dan Whitney yang dikutip oleh nurudin, yaitu (1) to inform (menginformasikan), (2)

to entertain (memberi hiburan), (3) to persuade (membujuk), (4) transmission of the

culture (transmisi budaya).17

Lalu jika dipandang dari segi efeknya, komunikasi

massa dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Secara Sederhana Stamm dan Bowes

(1990 dalam Nurudin) membagi kedua bagian dasar yaitu:18

Pertama, efek primer meliputi terpaan, perhatian, dan pemahaman. Terpaan

media massa yang mengenai audience menjadi salah satu bentuk efek primer. Akan

tetapi lebih bagus lagi jika audience tersebut memperhatikan pesan-pesan media

massa tersebut dengan baik media cetak maupun media elektronik. Ketika kita

memperhatikan berarti ada efek primer yang terjadi dalam diri kita. Bahkan jika kita

17 Ibid, hal 64.

18 Ibid, hal 206.

Page 30: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

15

memahami apa yang disiarkan oleh media massa itu sama saja semakin kuat efek

primer yang terjadi.

Kedua, efek sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan

pengetahuan dan sikap), dan perubahan perilaku (menerima dan memilih). Menurut

Bittner, fokus utama efek ini adalah tidak hanya bagaimana media memengaruhi

audiens, tetapi juga bagaimana audiens mereaksi pesan-pesan media yang sampai

pada dirinya. Efek sekunder itu adalah perilaku penerima yang ada di bawah kontrol

langsung komunikator.

2.2 Film

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian film secara fisik berarti

selaput tipis yang terbuat dari seluloid untuk gambar negatif (yang akan dibuat potret)

atau untuk tempat gambar positif (yang dimainkan di bioskop).19

Sedangkan menurut

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang perfilman, menyatakan film adalah

karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang

dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat

dipertunjukkan.

19 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), hal 97.

Page 31: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

16

Oey Hong Lee dalam Sobur menyebutkan:

“film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia,

mempunyai massa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19, dengan perkataan

lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar

sudah dibikin lenyap. Ini berarti bahwa dari permulaan sejarahnya film

dengan lebih mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati , karena ia

tidak mengalami unsur-unsur teknik, politik, ekonomi, sosial dan demografi

yang merintangi kemajuan surat kabar pada masa pertumbuhannya dalam

abad ke-18 dan permulaan abad ke-19. Dan mencapai puncaknya diantara

Perang Dunia I dan Perang Dunia II, namun kemudia merosot tajam setelah

tahun 1945, seiring dengan munculnya medium televisi”.20

Seperti dikemukakan oleh Van Zoest, bahwa film dibangun dengan tanda

semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk sebagai sistem tanda yang bekerja sama

dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Berbeda dengan fotografi statis,

rangkaian gambar dalam film menciptakan imaji dan sistem penandaan. Karena itu,

bersamaan dengan tanda-tanda arsitektur, terutama indeksikal, pada film terutama

digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.21

20 Alex Sobur, Op.Cit, hal. 126.

21 Ibid, hal 128

Page 32: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

17

Film secara struktur terbentuk dari sekian banyak shot, scene dan sequence.

Tiap shot membutuhkan penempatan kamera pada posisi yang paling baik bagi

pemandangan mata penonton dan bagi setting secara action pada saat tertentun

dalam perjalanan cerita, itulah sebabnyaseringkali film disebut gabungan dari

gambar-gambar yang dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh yang bercerita

kepada penontonnya. Sebagai alat komunikasi massa untuk bercerita film memiliki

beberapa struktur, yaitu22

:

a. Shot selama produksi film memiliki arti proses perekaman gambar sejak

kamera diaktifkan (on) hingga kamera dihentikan (off) atau juga diistilahkan

satu kali take (pengambilan gambar). Sementara shot setelah film telah jadi

(pasca produksi) memiliki arti rangkaian gambar utuh yang tidak terinterupsi

oleh potongan gambar (editing).

b. Adegan (scene), adegan adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita

yang memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang ,

waktu, isi (cerita), tema, karakter, atau motif. Satu adegan umumnya terdiri

dari beberapa shot yang berhubungan.

c. Sequen (sequence), salah satu adegan besar yang memperlihatkan satu

rangkaian peristiwa yang utuh. Satu sekuen umumnya terdiri dari beberapa

adegan saling berhubungan.

22 Himawan Pratista. Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), hal. 29

Page 33: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

18

Dalam pembuatan film diperlukan proses pemikiran dan proses teknis. Proses

pemikiran berupa pencarian ide, gagasan atau cerita yang akan dikerjakan. Sedangkan

proses teknis berupa keterampilan artistik untuk mewujudkan segala ide, gagasan atau

cerita menjadi film yang siap ditonton. Sebagai seorang pembuat film yang akan

menuangkan ide dalam sebuah karya film, penting untuk mengetahui jenis-jenis film

sesuai karakteristiknya. Adapun pengelompokan film menurut Ardianto dan Komala

antara lain:23

a. Film Cerita, jenis yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukan di

gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan didistribusikan sebagai

barang dagangan.

b. Film Berita, film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi, terdapat

nilai berita yang penting dan menarik bagi khalayak.

c. Film Dokumenter, karya ciptaan mengenai kenyataan, hasil interpretasi

pembuatnya mengenai kenyataan dari film tersebut.

d. Film Kartun, film animasi yang segmentasi utamanya adalah anak-anak.

Namun semua kalangan juga menyukai dikarenakan sisi kelucuan yang

biasanya tak lepas hadir dalam tiap tayangannya.

Sebagai media massa umumnya film merupakan cermin atau jendela masyarakat

dimana media massa itu berada. Nilai, norma, dan gaya hidup yang berlaku pada

23 Elvinaro Ardianto, Komala. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004),

hal 138.

Page 34: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

19

masyarakat akan disajikan dalam film yang diproduksi. Film juga berkuasa

menetapkan nilai-nilai budaya yang “penting” dan “perlu” dianut oleh masyarakat,

bahkan nilai-nilai yang merusak sekalipun.24

Film juga sebagai satu bentuk

komunikasi massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari cerita yang

ditayangkan.

2.3 Representasi

Representasi dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia merupakan gambaran

atau perwakilan.25

Representasi adalah bagaimana dunia ini dikonstruksikan dan

direpresentasikan secara sosial kepada dan oleh kita.26

Representasi secara definisi

lain adalah proses merekam ide, pengetahuan atau pesan dalam beberapa cara fisik.27

Representasi bukanlah suatu kegiatan atau proses statis tapi merupakan proses

dinamis yang terus berkembang seiring dengan kemampuan intelektual dan

kebutuhan para pengguna tanda yaitu manusia itu sendiri yang juga terus bergerak

dan berubah.28

Istilah representasi merupakan penggambaran (perwakilan) kelompok-

kelompok dan institusional sosial. Penggambaran itu tidak hanya berkenaan dengan

24 Deddy Mulyana. 2008. Komunikasi Massa Kontroversi, Teori, dan Aplikasi. Bandung: Widya Padjajaran. Hal.

89

25 M. Dahlan Al-Barry, Kamus Modern Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Arkola, 1994), hal 574.

26 Chris Baker. Cultural Studies Theory and Practice. (London: Sage Publication, 2000), hal 8.

27 Indiawan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian Skripsi Komunikasi,

(Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), hal 122.

28 Ibid, hal 123.

Page 35: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

20

tampilan fisik (appearance) dan deskripsi, melainkan juga terkait dengan makna (atau

nilai) dibalik tampilan fisik. Tampilan fisik representasi adalah suatu jubah yang

menyembunyikan bentuk makna seseungguhnya dibalik yang ada di baliknya29

Representasi merujuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan,

atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. Dalam kajian semiotika,

istilah representasi menjadi suatu hal yang sangat penting. Karena semiotik bekerja

dengan menggunakan tanda (gambar, bunyi, dan lain-lain) untuk menggabungkan,

menggambarkan, memotret, atau mereproduksi sesuatu yang dilihat, diindra,

dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik tertentu.30

Representasi dapat didefinisikan lebih jelasnya sebagai penggunaan tanda

(gambar, bunyi, dan lain-lain) untuk menghubungkan, menggambarkan, memotret

atau memproduksi sesuatu yang dilihat, diinderakan, dibayangkan. Dengan atau

dirasakan dalam benda fisik tertentu. Menentukan makna bukanlah perkara yang

mudah, konteks sejarah dan sosial saat representasi dibuat , tujuan pembuatannya dan

sebagainya, merupakan faktor kompleks yang masuk dalam sebuah lukisan.

Representasi merupakan bentuk konkret (petanda) yang berasal dari konsep

abstrak. Beberapa diantaranya dangkal atau tidak kontroversial. Akan tetapi, beberapa

representasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan budaya dan politik.

Karena representasi tidak terhindar untuk terlibat dalam proses seleksi sehingga

29 Burton, Graeme. Membicarakan Televisi, (Yogyakarta & Bandung: JalaSutra, 2007), hHal. 41-42

30 Marcel Danesi. Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi,

(Yogyakarta: Jalasutra, 2010), hal 24.

Page 36: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

21

beberapa tanda tertentu lebih istimewa dari pada yang lain, ini terkait dengan

bagaimana konsep tersebut direpresentasikan dalam media berita, film, atau bahkan

dalam percakapan sehari-hari.31

2.4 Jawara Banten

Asal kata “jawara” berarti juara atau jagoan yang berarti pemenang, yang

ingin dipandang hebat.32

Sejarah munculnya Banten tidak bisa dilepaskan dari

persoalan kaum jawara. Munculnya kelompok masyarakat yang hingga sekarang

masih dikenal, telah melalui proses sejarah yang panjang. Pada abad ke19, ketika

tekanan pemerintah kolonial terhadap masyarakat pribumi semakin besar, muncul

perlawanan-perlawanan yang melibatkan para kiai. Para kiai umumnya mempunyai

dua kelompok santri yang berkembang sesuai dengan kemampuannya. Pertama

adalah santri yang mempunyai kemampuan atau bakat dibidang ilmu agama. Dan

yang kedua adalah para santri yang mempunyai bakat yang berkaitan dengan ilmu

beladiri. Oleh karena itu mereka dibina dalam hal kekuatan fisik. Golongan santri

kedua inilah yang kemudian disebut jawara.33

31 John Hartley. Communication, Cultural, and Media Studies: Konsep Kunci, (Yogyakarta, Jalasutra, 2009), hal

256-257.

32 Pius A. Parttanto dan M Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: ARKOLA, 2001), hal 284.

33 Nina Lubis. Banten Dalam Pengumulan Sejarah Sultan, Ulama, Jawara. (Jakarta: Pustaka LP3ES, 2003), hal

127.

Page 37: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

22

Jawara dalam kehidupan sosial dan kultur budaya Banten dapat dikatakan

sebagai simbol budaya lokal. Sebagai sebuah kelompok yang bersumber dari tradisi

lokal, komunitas jawara mencerminkan kultur dan budaya yang berbeda dari daerah-

daerah lain di Indonesia. Peranan sosial yang dilakukan jawara adalah seputar

kepemimpinan tradisional informal antara lain: berperan sebagai Kepala Desa (Jaro),

penjaga keamanan, kiai ilmu hikmah, pemain debus dan guru silat.34

Karakter jawara

dapat diamati dari tampilan yang militan, patriotik, dan bahkan fanatik yang

memunculkan sikap membela dan berani yang memotivasinya untuk kepentingan

bersama dalam menegakan kebenaran dan keadilan yang dilandasi oleh sifat kesatria,

jujur, patuh, konsisten, ulet yang dilandasi oleh nilai-nilai ajaran agama dan moralitas

warisan leluhurnya.

Sosok jawara memiliki karakter yang khas, ia cukup terkenal dengan seragam

hitamnya dan kecenderungan terhadap penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan

setiap persoalan. Karena itu, bagi sebagian masyarakat, jawara dipandang sebagai

sosok yang memiliki keberanian, agresif, sompral (tutur kata yang keras dan terkesan

sombong), terbuka dengan bersenjatakan golok, untuk menunjukan bahwa ia

memiliki kekuatan fisik dan supranatrual.35

Jawara sendiri dapat didefinisikan sebagai

murid kiai yang memiliki keberanian dan kemampuan bela diri dalam mengolah

tubuh dan tenaga dalam, seperti halnya ilmu kekebalan tubuh, ilmu brajamusti,

34 Fahmi Irfani. Op.Cit, hal 175

35 M.A. Tihami, Kiyai dan Jawara di Banten: Studi Tentang Agama, Magi dan Kepemimpinan di Desa

Pesanggrahan Serang Banten (Jakarta: Tesis, Universitas Indonesia, 1992).

Page 38: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

23

kanuragaan, kekuatan magis dan kewibawaan kharisma, selain itu Ia melakukan

aktivitas kegiatan sosial dengan spirit perjuangan, membela rakyat lemah dan

semagat heroisme.36

Dalam proses dinamika masyarakat Banten terdapat salah satu tokoh atau

pemimpin tradisional yang sangat berpengaruh dan memiliki status sosial yang

dihormati dan disegani yakni jawara. Oleh karena itu Banten sering diidentikan

dengan kejawaraannya dan masyarakatnya yang religius, ditandai dengan

komitmennya pada praktek ritual dan simbol-simbol keislaman. Demikian pula

dengan nilai-nilai kejawaraan yang ditanamkan seperti keberanian menghadang

musuh, tidak pantang menyerah, kesetiaan terhadap kelompok, kewajiban untuk

menjaga kehormatan atau harga diri.37

2.4.1 Perkembangan Jawara Banten

Dari semenjak kemunculannya pada masa kolonial, Jawara berkembang dan

terus menunjukan eksistensinya dari masa ke masa hal tersebut dapat dilihat sebagai

berikut:

36 Fahmi Irfani. Op.Cit, hal 25

37 Saefudin. Jawara banten (Studi Kepemimpinan Tradisional di Desa Tegal Sari, Kec. Walantaka, Kab Serang).

Yogyakarta, 2009, hal 2.

Page 39: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

24

a. Jawara Pada Masa Kolonial

Pada hakikatnya jawara ini umumnya merupakan kelompok para kiai yang

mempunyai dua kelompok santri yang berkembang sesuai kemampuan

mereka. Pertama, yang mempunyai kemampuan atau bakat di bidang ilmu

agama sehingga kelak menjadi ulama. Kedua, para santri yang memiliki

kemampuan yang berkaitan dengan beladiri. Karakter jawara pada awalnya

merupakan ekspresi ketundukan kepada kiai, karena pada abad ke-19 Jawara

bermula dari murid kiai. Oleh karenanya, menjadi hukum pantangan (kwalat)

bagi Jawara manakala Ia melawan kiai yang akan menyebabkan kehilangan

kekuatan magi. Hubungannya kyai dan jawara seperti hubungan anak-orang

tua, sehingga guru harus ditunduki dan dihormati.38

b. Jawara Pada Masa Orde Baru

Pada rezim Orde Baru jawara dilirik sebagai entitas lokal yang memiliki

peranan sosial kepemimpinan tradisional dalam masyarakat Banten. Jika kiai

dilirik sebagai mesin politik dalam domain religiusitas kepemimpinan, maka

jawara memiliki potensi dalam bidang keamanan, kepemimpinan, dan

menjaga stabilitas politik di daerah tersebut. Dimana bahwa kekuatan yang

38 Tihami, Kyai dan Jawara Banten: Studi tentang Agama, magi, dan kepemimpinan di Pesanggrahan Serang,

Banten,(Jakarta: Tesis, Universitas Indonesia, 1992) hal 21.

Page 40: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

25

cukup dominan di Banten bukan hanya sekedar para kiai melainkan jawara

juga merupakan sumber kekuatan politik.39

c. Jawara Pada Masa Reformasi

Setelah runtuhnya rezim Orde Baru kelompok jawara Banten melebarkan

sayap pengaruh dan posisinya. Kelompok Jawara dekat dengan kalangan

penguasa. Kedekatan ini tidak lepas dari rekayasa politik Orde Baru yang

memainkan peran sentral dalam mengkondisikan peranan jawara. Pada era

reformasi ini, relasi hubungan terjalin antara kelompok jawara dengan

pemerintahan lokal setempat, dapat dikatakan mendominasi.40

2.4.2 Kedudukan dan Peran Jawara

Jawara dalam perkembangannya memiliki kedudukan dan peran yang cukup

penting dalam sejarah Banten. Diantaranya kedudukan tersebut adalah:

a. Jawara Sebagai Pemimpin Guru Silat

Sejarah ilmu persilatan di Banten memiliki akar yang sangat panjang. Di

dalam Serat Centhini disebutkan bahwa pada masa pra-Islam telah dikenal

istilah “peguron” atau”padepokan” di daerah dekat sekitar Gunung Karang,

39 Fahmi Irfani. Op.Cit, hal 117

40 Andi Rahman Alamsyah, Islam, Jawara dan Demokrasi, Geliat Politik Banten Pasca Orde Baru (Jakarta: Dian

Rakyat, 2009), hal 89.

Page 41: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

26

Pandeglang.41

Pada masa lalu tradisi persilatan nampaknya menjadi

kebutuhan bagi individu-individu tertentu untuk mempertahankan kehidupan

dirinya dan kelompoknya. Oleh karena itu pada masa lalu masyarakat yang

tinggal di daerah-daerah terpencil dan sangat rawan tentunya membutuhkan

keberanian dan memiliki kekuatan fisik yang baik. Inilah yang yang

medorong setiap individu berusaha membekali dirinya dengan kemampuan

beladiri dengan belajar persilatan. Jawara yang juga dimaknai “juara” atau

“pemenang” dikenal sebagai sosok yang ditakuti oleh lawan dan kawan dapat

dipastikan karena memiliki keunggulan dalam keberanian menaklukan lawan-

lawannya. Kemampuan untuk itu pasti ditunjang oleh kelihayan dalam ilmu

persilatan atau bela diri serta dalam memainkan senjata yang dimilikinya yaitu

golok. jawara yang malang melintang dalam dunia persilatan, pada masa

tuanya mendirikan peguron atau padepokan persilatan di dekat tempat

tinggalnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengajari ilmu-ilmu persilatan kepada

anak-anak muda yang berada disekitar tempat tinggalnya.42

b. Jawara Sebagai Pemimpin Guru Ilmu Batin (Magis)

Seorang jawara yang menjadi guru ilmu-ilmu biasanya sudah dikenal

kesaktiannya di kalangan jawara dan masyarakat. Oleh karena itu banyak

41 Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam Di Indonesia,

(Bnadung:Mizan, 1999), hal 25.

42 Atu Karomah, “Jawara dan Budaya Kekerasan Pada Masyarakat Banten”. Alqalam Jurnal Keagamaan dan

Masyarakat, (Vol. 25. NO. 3 September - Desember 2009), hal 376.

Page 42: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

27

masyarakat setempat yang berguru mempelajari ilmu persilatan atau meminta

pertolongan dalam hal pengobatan. Sumber-sumber magi itu bersumber dari

tarekat-tarekat yang populer dan sebagian lain dari tradisi animisme. Bentuk-

bentuk ilmu yang sering dipergunakan oleh para jawara adalah brajamusti

(kemampuan untuk melakukan pukulan dahsyat), ziyad (pengendali sesuatu

jarak jauh), jimat atau rajah untuk mencari kewibawaan, kekayaan atau

dicintai seseorang, putter gilling (untuk memutar kembali atau menemukan

kembali orang yang hilang atau kabur) dan sebagainya.43

c. Jawara sebagai pemimpin debus (sebi budaya Banten)

Kepemimpinan jawara yang masih dekat dengan kesaktian adalah kesenian

debus. Permainan debus ini banyak dilakukan oleh para jawara, yang

dianggap sudah memiliki kesaktian yang cukup. Debus berasal dari kata

“dabbus” yang artinya jarum tusuk, yakni permainan yang menunjukan

kekebalan tubuh seseorang terhadap senjata tajam dan api. Kepemimpinan

jawara dalam kesenian debus harus bertanggung jawab atas keseluruhan

anggota dalam suatu pertunjukan. Dari tahap persiapan, pemimpin

menentukan siapa yang akan turun dalam suatu pertunjukan, ia adalah orang

43 Saefudin. Jawara banten (Studi Kepemimpinan Tradisional di Desa Tegal Sari, Kec. Walantaka, Kab Serang).

Yogyakarta, 2009, hal 63-64

Page 43: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

28

yang dituakan dan disepuhkan di kelompoknya, dan memiliki ilmu lebih

tinggi dibandingkan dengan yang lainnya.44

2.5 Semiotika Film

Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural atau

semiotika. Seperti dikemukakan oleh Van Zoest, film dibangun dengan tanda semata-

mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik

untuk mencapai efek yang diharapkan. Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian

gambar dalam film menciptakan imaji dan sistem penandaan.45

Film umumnya dibangun dengan banyak tanda, yang paling penting dalam

film adalah gambar dan suara. Film menuturkan ceritanya dengan cara khususnya

sendiri yaitu melalui mediumnya, cara membuatnya dengan kamera dan

pertunjukannya dengan proyektor atau layar. Film dan televisi memiliki bahasanya

sendiri dengan sintaksis dan tata bahasa yang berbeda. Tata bahasa itu sendiri atas

semacam unsur yang akrab, seperti pemotongan (cut), pemotretan jarak dekat (close-

up), pemotretan dua (two shot), pemotretan jarak jauh (long shot), pembesaran

gambar (zoom-in), pengecilan gambar (zoom-out), memudar (fade), pelarutan

(dissolve), gerakan lambat (slow motion), gerakan yang dipercepat (speeded-up), efek

khusus (special effect).46

Semiotika sebagai bagian dari kajian bidang ilmu

44

Ibid, hal 67

45 Alex Sobur, Op.Cit, hal. 128.

46 Ibid, hal 130-131.

Page 44: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

29

komunikasi yang berada dalam wilayah tanda, dapat digunakan sebagai suatu cara

untuk mengkaji terkait film. Pengkajian film dilakukan melalui sistem tanda, yang

terdiri dari bentuk verbal maupun nonverbal.

Dari berbagai tanda dalam semiotika film, dikenal pula istilah mise en scene

yang terkait dengan penempatan posisi dan pergerakan aktor pada set (blocking),

serta sengaja dipersiapkan untuk menciptakan sebuah adegan (scene) dan

sinematografi yang berkaitan dengan penempatan kamera. Mise en scene berarti

menempatkan sesuatu pada layar, unsur-unsurnya antara lain actor‟s performance

yang terdiri dari script adalah sebuah naskah yang berisi semua kalimat yang

diucapkan oleh pemain film, dan movement yaitu semua hal dan berbagai tindakan

yang dilakukan oleh pemain film.47

Selain itu mise en scene juga terdiri dari unsur suara (sound). Sound yaitu

latar belakang suara pemain, lagu, sound effect, atau nat sound (suara di sekeliling

pemain film). Suara yang dapat didengar mendampingi visualisasi gambar pada layar.

Adapun kategori suara antara lain: spoken word berupa perkataan, komentar, dialog,

maupun monolog dari seorang pemain film. Natural sound berupa semua suara selain

ucapan pemain film dan musik yang berfungsi sebagai ilusi realitas dan simbolisasi

keadaan. Serta, music berupa instrumen atau nyanyian yang berfungsi untuk

membantu transisi antara sequence, membentuk susana latar tempat, membentuk

kesan emosi pemain lebih hidup, untuk membentuk atmosfer, menambah kesan

47 David Bordwell and Kristin Thompson. Film and Art: An Introduction. (New York, Graw Hill, 1993), hal 45.

Page 45: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

30

dramatis ataupun sekedar menyampaikan pesan non verbal.48

Unsur selanjutnya

dalam mise en scene yaitu production design. Production design yang terdiri dari

setting berupa lokasi pengambilan gambar, property berupa segala peralatan atau

barang yang mendukung pelaksanaan produksi film, dan costume berupa segala

pakaian yang dipakai oleh pemain film.49

Penerapan metode semiotika dalam film berkaitan erat pula dengan media

televisi. Karena televisi merupakan medium yang kompleks yang menggunakan

bahasa verbal, gambar dan suara untuk menghasilkan impresi dan ide-ide pada orang.

Aspek-aspek yang diperhatikan dari medium yang berfungsi sebagai tanda, untuk

membedakan sebagai pembawa tanda. Apa yang menarik dari TV adalah

pengambilan gambar dari kamera yang dilakukan.50

Tabel 2.1 Rumusan Konsep Pemaknaan Berger

Penanda

(pengambilan gambar)

Definisi Penanda (makna)

Close Up Hanya Wajah Keintiman

Medium Shoot Hampir Seluruh Tubuh Hubungan Personal

Long Shoot Setting Karakter Konteks, skope, jarak

Semiotika film publik

48

Ibid, hal 46

49 Ibid,

50 Artur Asa berger. Media Analysis Techniques. (Yogyakarta: Andi Offset, 1999), hal 33

Page 46: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

31

Full Shoot Seluruh Tubuh Hubungan sosial

Penanda

(penggerakan kamera)

Definisi Penanda (makna)

Pan Down Kamera mengarah ke

bawah

Kekuasaan,

kewenangan

Pan Up Kamera mengarah ke atas Kelemahan, pengecilan

Dolly In Kamera mengarah ke dalam Observasi, fokus

Penanda

(teknik penyutingan)

Definisi Petanda (makna)

Fade In Gambar kelihatan pada layar kosong Permulaan

Fade Out Gambar di layar menjadi hilang Penutupan

Cut Pindah dari gambar satu ke yang lain Kebersambungan,

menarik

Wipe Gambar terhapus dari layar “Penutupan”

kesimpulan

Sumber: Arthur Asa Berger, 2000. Media Analisis Techniques. Hal 34-35.

Hal di atas menunjukan semacam “tata bahasa” televisi seperti pengambilan

gambar, kerja kamera, dan teknik penyuntingan. Hal tersebut membantu untuk

memahami apa yang terjadi pada sebuah program. Terdapat pula hal lain yang

Page 47: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

32

mungkin juga menarik, seperti teknik pencahayaan, penggunaan warna, efek suara,

dan musik. Semua penanda tersebut dapat menolong untuk menerjemahkan apa yang

dilihat dan yang didengar dari televisi.

2.6 Semiotika Roland Barthes

Kata “Semiotika” berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda”

atau seme, yang berarti “penafsir tanda”. Semiotika berakar dari studi klasikdan

skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika. “Tanda” pada masa itu masih

bermakna sesuatu hal yang menunjukan pada adanya hal lain.51

Semiotika berusaha

mengali hakikat yang beranjak keluar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang

mengatur arti teks yang rumit, tersembunyi dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini

kemudian menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti

penunjuk (denotative). Salah satu pakar semiotik yang memfokuskan permasalahan

semiotik pada dua makna tersebut adalah Roland Barthes.

Barhes adalah pakar semiotik Prancis yang pada tahun 1950-an menarik

perhatian dengan telaahnya tentang media dan budaya pop menggunakan semiotik

sebagai alat teoritisnya. Tesis tersebut mengatakan bahwa struktur makna yang

terbangun di dalam produk dan genre media diturunkan dari mitos mitos kuno, dan

berbagai peristiwa media ini mendapatkan jenis signifikansi yang sama dengan

signifikansi yang secara tradisional hanya dipakai dalam ritual-ritual keagamaan.

Semiotika dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari

51 Alex Sobur, Op.Cit, hal 16.

Page 48: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

33

bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to

signify) dalam hal ini dapat dicampur adukan dengan mengkomunikasikan (to

communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek itu hendak berkomunikasi,

tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.52

Representasi menurut Barthes menunjukan bahwa pembentukan makna

tersebut mencangkup sistem tanda menyeluruh yang mendaur ulang berbagai makna

yang tertanam dalam-dalam di budaya barat misalnya, dan menyelewengkannya ke

tujuan komersil. Hal ini kemudian disebut sebagai struktur.53

Sehingga dalam

semiotik Barthes, proses representasi itu berpusat pada makna denotasi, konotasi, dan

mitos. Ia mencontohkan, ketika mempertimbangkan sebuah berita atau laporan, akan

mengenai bagaimana berita itu direpresentasikan (seperti tata letak / lay out,

rubrikasi, dsb) tidaklah sesederhana mendenotasikan sesuatu hal, tetapi juga

menciptakan tingkat konotasi yang dilampirkan pada tanda. Barthes menyebut

fenomena ini membawa tanda dan konotasinya untuk membagi pesan tertentu sebagai

penciptaan mitos.

Untuk itulah, Barthes meneruskan pemikiran Saussure dengan menekankan

interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi

antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh

52 Ibid, hal 15

53 Marcel Danesi, Op.Cit, hal 8

Page 49: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

34

penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “Two Order of Signification”

(Signifikansi Dua Tahap).

Gambar 2.1 Signifikasi Dua Tahap Roland Barthes

Sumber: John Fiske, Introduction to Communication Studies, 1990, hal 88

Melalui gambar di atas, Barthes seperti dikutip Fiske, menjelaskan signifikasi

tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified didalam sebuah

tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutkan sebagai denotasi. Konotasi

adalah istilah yang digunakan Barthes untuk signifikasi tahap kedua. Hal ini

menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau

emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaan. Pada signifikasi tahap kedua

yang berkaitan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos.54

54 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis

Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal 128.

Page 50: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

35

a. Makna Denotasi:

Makna denotasi adalah makna awal utama dari sebuah tanda, teks, dan

sebagainya. Makna ini tidak dibisa dipastikan dengan tepat, karena makna

denotasi merupakan generalisasi. Dalam terminologi Barthes, denotasi adalah

sistem signifikansi tahap pertama. Signifikasi tahap pertama merupakan

hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap

realitas eksternal, dan dalam semiotika Barthes, ia menyebutnya sebagai

denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda. Maka dalam konsep Barthes,

tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga

mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.

Dalam hal ini, denotasi diasosiasikan dengan ketertutupan makna55

. Menurut

Lyons, denotasi adalah hubungan yang digunakan dalam tingkat pertama pada

kata yang secara bebas memegang peranan penting di dalam ujaran56

.

Denotasi dimaknai secara nyata. Nyata diartikan sebagai makna harfiah,

makna yang sesungguhnya atau terkadang dirancukan dengan referensi atau

acuan. Proses signifikasi denotasi biasanya mengacu pada penggunaan bahasa

dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap. Dalam semiologi Roland

Barthes, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, yang

kemudian dilanjutkan oleh sistem signifikasi konotasi yang berada di tingkat

kedua.

55 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Jakarta, Remaja Rosdakarya, 2009, hlm 70.

56 Ibid, hal 263

Page 51: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

36

b. Makna Konotasi:

Makna yang memiliki sejarah budaya di belakangnya yaitu bahwa ia hanya

bisa dipahami dalam kaitannya dengan signifikansi tertentu. Konotasi adalah

mode operatif dalam pembentukan dan penyandian teks kreatif seperti puisi,

novel, komposisi musik, dan karya-karya seni. Istilah konotasi digunakan

Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Kata “konotasi” sendiri

berasal dari bahasa Latin, “connotare” yang memiliki arti “menjadi tanda”

serta mengarah pada makna-makna kultural yang terpisah dengan kata atau

bentuk-bentuk komunikasi lainnya. Makna konotatif adalah gabungan antara

makna denotatif dengan segala gambar, ingatan dan perasaan yang muncul

ketika indera kita bersinggungan dengan petanda. Sehingga akan terjadi

interaksi saat petanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta

nilai-nilai dari kebudayaannya. Jika ditelaah melalui kerangka Barthes,

konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebut sebagai mitos serta

berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai

dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Konotasi mengacu pada

makna yang menempel pada suatu kata karena sejarah pemakainya, oleh

karena itu dapat dimaknai secara berbeda oleh setiap individu. Jika denotasi

sebuah kata dianggap sebagai objektif kata tersebut, maka konotasi sebuah

kata dianggap sebagai makna subjektif atau emosionalnya. Arthur Asa Berger

menyatakan bahwa konotasi melibatkan simbol-simbol, historis dan hal-hal

Page 52: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

37

yang berhubungan dengan emosional. Makna konotatif bersifat subjektif

dalam pengertian bahwa terdapat pergeseran dari makna umum (denotatif)

karena sudah ada penambahan rasa dan nilai tertentu57

. Kalau makna denotatif

hampir bisa dimengerti banyak orang, maka makna konotatif hanya bisa

dicerna oleh mereka yang jumlahnya lebih kecil.

c. Mitos:

Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang

disebut dengan mitos, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan

pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode

tertentu, jadi mitos memiliki tugasnya untuk memberikan sebuah justifikasi

ilmiah kepada kehendak sejarah, dan membuat kemungkinan tampak abadi.

Dalam Alex Sobur (2009:71) Budiman mengatakan pada kerangka Barthes,

konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebutnya sebagai mitos dan

memiliki fungsi untuk memberikan pembenaran bagi nilai nilai dominan yang

berlaku pada periode tertentu58

. Selain itu, dalam mitos juga terdapat pola tiga

dimensi penanda, petanda dan tanda. Mitos biasanya dianggap sama dengan

dongeng, dan dianggap sebagai cerita yang aneh serta sulit dipahami

maknanya katau diterima kebenarannya karena kisahnya irasional (tidak

masuk akal). Namun, berangkat dari ketidakmasuk akalan tersebut lah

57 Ibid

58 Ibid, hal 71

Page 53: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

38

akhirnya muncul banyak penelitian tentang mitos yang melibatkan banyak

ilmuwan Barat. Mereka menaruh minat untuk meneliti teks-teks kuno dan

berbagai mitos yang telah mereka kumpulkan dari berbagai tempat dan

berbagai suku bangsa di dunia. Dalam mitos pula sebuah petanda dapat

memiliki beberapa penanda. Dalam kerangka Barthes, konotasi identik

dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai „mitos‟, dan berfungsi

untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan

yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola

tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda, namun sebagai suatu sistem yang

unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya

atau, dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran

kedua.59

Barthes menegaskan bahwa cara kerja pokok mitos adalah untuk

menaturalisasikan sejarah. Ini menunjukkan kenyataan bahwa mitos

sebenarnya merupakan produk kelas sosial yang mencapai dominasi melaui

sejarah tertentu maknanya, peredaran mitos mesti dengan membawa

sejarahnya, namun operasinya sebagai mitos membuatnya mencoba

menyangkal hal tersebut, dan menunjukkan maknanya sebagai alami, dan

bukan bersifat historis atau sosial.60

Segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan

disajikan oleh sebuah wacana. Dalam mitos, sekali lagi kita mendapati pola

59 Alex Sobur, Op.Cit, hal 71.

60 John Friske, Cultural and Communication Studies, (Yogyakarta & Bandung: Jalasutra, 2007), hal 122

Page 54: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

39

tiga dimensi yang disebut Barthes sebagai: penanda, petanda, dan tanda. Ini

bisa dilihat dalam peta tanda Barthes berikut ini:

Gambar 2.2 Peta Tanta Roland Barthes

Sumber: Paul Cobley & Litza Jansz dalam Sobur (2006: 69).

Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda

(1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga

penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material:

hanya jika Anda mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri,

kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin.

Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna

tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang juga

1. Signifier 2. Signified

(penanda) (petanda)

3. Denotative Sign (tanda Denotatif)

4. Connotative Signifier

5. Connotative

Signified

(penanda Konotatif) (petanda konotatif

6. Connotative Sign (tanda konotatif)

Page 55: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

40

melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat

berarti bagi penyempurnaan Semiologi Saussure, yang berhenti pada penandaan

dalam tataran denotatif.61

2.7 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan suatu hal yang penting untuk memberikan arah

penelitian dalam proses penelitiannya.62

Kerangka berpikir penelitian ini menjabarkan

realitas sosok jawara yang menjadi suatu subkultur masyarakat Banten. Realitas yang

ada disekitar kita tidak hanya dapat dilihat secara real, tetapi yang ada juga dapat

diangkat kedalam media massa seperti film. Film merupakan salah satu media

komunikasi yang tepat dalam penyampaian pesan melaui audi-visualnya. Kita dapat

menyaksikan representasi dari sebuah realitas yang terjadi di masyarakat dalam

bentuk karya yang disebut film. Disetiap karya film, terkandung pesan-pesan yang

sengaja ingin disampaikan oleh sang pembuat film.

Dibawah ini merupakan kerangka berpikir peneliti dalam melakukan

penelitian yang berjudul Representasi Makna Jawara dalam Film Jawara Kidul.

Dalam film Jawara Kidul ditemukan adegan-adegan yang mempunyai makna

tertentu. Berdasarkan analisis semiotika Roland Barthes ditemukan sejumlah penanda

(signifier) dan petanda (signified) berupa setting lokasi, properti, aktor dan kostum

(mise en scene) dan penempatan kamera (sinematografi) dengan didukung dari audio,

61 Alex Sobur, Op.Cit, hal 69.

62 Sugiono. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta, 2009), hal 92.

Page 56: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

41

visual dan sejumlah tanda lainnya yang menunjukan representasi sosok jawara dalam

film tersebut.

Selanjutnya film yang telah dipilih peneliti sebagai objek penelitian akan di

analisis dengan menggunakan analisis semiotika model Roland Barthes, dengan fokus

perhatian tertuju pada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of

signification). Signifikansi tahap pertama merupakan hubungan antara penanda dan

petanda dalam sebuah realitas. Barthes menyebutnya sebagai makna denotasi yaitu

makna yang nyata dari sebuah tanda. Peneliti melihat visual dan audio-visual berupa

perkataan dari tokoh.

Selanjutnya makna konotasi adalah istilah Barthes untuk menyebut

signifikansi tahap kedua yang menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda

bertemu dengan perasaan atau emosi dari penonton serta nilai-nilai kebudayaan yang

dianut, peneliti akan melihat keterkaitan antara tanda yang terdapat dalam film

dengan kebiasaan dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Kemudian hasil analisis

untuk melihat singkronisasi apakah film Jawara Kidul mampu merepresentasikan

makna sosok jawara yang ada didalamnya.

Page 57: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

42

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

2.8 Penelitian Terdahulu

Untuk menghindari kesamaan terhadap penelitian yang telah ada sebelumnya,

maka peneliti mengadakan peninjauan terhadap penelitian yang telah ada

sebelumnya, sebagai berikut:

1. Skripsi yang berjudul “Representasi Ibu dalam Film (Analisis Semiotika Film

Rindu Kami karya Garin Nugroho)”, yang disusun oleh Shuvia Rahma tahun 2007,

jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas

Realitas Sosial Jawara Banten

Film Jawara Kidul

Semiotika Film

Semiotika Roland Barthes

Denotasi Konotasi Mitos

Representasi Makna Jawara Dalam Film Jawara Kidul

Page 58: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

43

Muhammadiyah Malang. Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi deskriptif-

kualitatif. Subjek penelitiannya adalah film “Rindu Kami”. Objek penelitiannya

adalah scene yang menandakan bagaimana sosok seorang Ibu . Analisis data dalam

penelitian ini menggunakan analisis semiotik dengan mengambil teori dari Roland

Barthes. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sosok Ibu yang

direpresentasikan dalam film Rindu Kami.

Film yang diangkat dalam penelitian ini merupakan film religi yang berkisah

tentang pencarian sosok Ibu oleh anak-anak disebuah pasar. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa terdapat tanda-tanda penggambaran sosok Ibu dalam scene dan

tanda verbal yang ada dalam film Rindu Kami. Dari hasil analisis dapat dikemukakan

bahwa dalam film Rindu Kami PadaMu, Ibu direpresentasikan sebagai sosok yang

sangat menyayangi anaknya, penuh kehangatan, dan keramahan. Ibu juga

direpresentasikan sebagai sosok yang mampu mengerti kebutuhan dan keinginan

anak-anaknya. Dari representasi tersebut dapat disimpulkan bahwadalam film ini Ibu

direpresentasikan sebagai sosok dominan dalam rumah tanggayang selalu bisa

diandalkan oleh anggota keluarga lainnya. Petuah-petuah yang diajarkan Ibu kepada

anaknya menjadikan Ibu sebagai simbol moralitas bagi anaknya.

2. Skripsi yang berjudul “Representasi TKW Dalam Film Minggu Pagi di Victoria

Park”, yang disusun oleh Faiza Malia tahun 2010, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro, Semarang. Penelitian ini

termasuk jenis penelitian studi deskriptif kualitatif. Subjek penelitiannya adalah film

“Minggu Pagi di Victoria Park”. Objek penelitiannya adalah scene yang menandakan

Page 59: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

44

bagaimana sosok Waria yang ditunjukan melalui berbagai dialog atau adegan yang

ada dalam film Minggu Pagi di Victoria Park. Analisis data dalam penelitian ini

menggunakan analisis semiotik dengan mengambil teori semiotika Roland Barthes.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sosok Waria yang

direpresentasikan dalam film a PLur.

Dalam Minggu Pagi di Victoria Park menceritakan tentang kehidupan dan

permasalahan para TKW yang mengadu nasib di negeri Hongkong. Dalam film ini

menceritakan bagaimana suka dan duka serta pejuangan para TKW dalam

menyelesaikan permasalahan yang menimpanya ditengah keterbatasan hidup di

negeri orang. Film ini merupakan film berdurasi 100 menit yang diproduksi oleh

Pic[k]lock Production pada tahun 2012.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat tanda-tanda mengenai sosok

TKW yang direpresentasikan dalam scene dam tanda verbal yang ada dalam film

Minggu Pagi di Victoria Park. Film ini menunjukan bahwa pertama, TKW bukan

hanya sosok yang identik dengan korban kekerasan melainkan terlihat bahagia dan

nyaman dengan pekerjaannya. Kedua, memperlihatkan sosok TKW yang modis dan

adanya fenomena lesbian diantara mereka. Ketiga, sosok TKW digambarkan bukan

hanya sebagai pahlawan devisa bagi negara tetapi juga pahlawan bagi keluarganya.

3. Skripsi yang berjudul “Makna Tanda Representasi Waria Dalam Film Kinky

Boots” (Analisis Semiotika Terhadap Film Kinky Boots Karya Julian Jarrold), yang

disusun oleh Kharisma Tri Saputra tahun 2010, Jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah, Malang. Penelitian ini termasuk

Page 60: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

45

jenis penelitian studi deskriptif-kualitatif subjek penelitiannya adalah film “Kinky

Boots”. Objek penelitiannya adalah scene yang menandakan sosok Waria yang ada

dalam film Kinky Boots. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis

semiotika Roland Barthes. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimanakah representasi sosok Waria yang dimunculkan dalam Film Kinky Boots.

Dalam film Kinky Boots menceritakan menceritakan perjalanan seorang anak

muda, Charlie Prince yang berusaha untuk memperjuangkan kelangsungan sebuah

bisnis pabrik sepatu dari ayahnya yang hampir bangkrut. Awalnya dia tidak menyukai

bisnis ini, akhirnya dia terpaksa harus melanjutkan pabrik ayahnya karena kematian

ayahnya. Banyak hal yang telah terjadi dalam kehidupan perusahaan dan

kehidupannya sendiri. Memiliki masalah terhadap pegawainya, masalah dengan

pasangannya, sampai memiliki kenalan seorang Waria yang bernama Lola. Dari

banyak hal terjadi itu, tentunya membuat banyak perubahan besar dalam hidupnya

dan perusahaannya.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Film Kinky Boots memanfaatkan

nilai-nilai liberalism untuk kepentingan pencitraan positif dari Waria demi

mendukung keberadaan dan eksistensinya dalam masyarakat ini. Hal ini bias dilihat

dari scene-scene yang menggambarkan Waria dengan gambaran positif.

Page 61: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

46

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

1. Nama Shuvia Rahma Faiza Malia Siti Khomsah

2. Judul Representasi Ibu

dalam Film

(Analisis Semiotik

Rindu Kami karya

Garin Nugroho)

Representasi TKW

dalam Film Minggu

Pagi di Victoria

Park

Makna Tanda

Representasi Waria

Dalam Film Kinky

Boots (Analisis

Semiotika

Terhadap Film

Kinky Boots Karya

Julian Jarrold)

3. Tahun 2007 2010 2010

4. Tujuan

Penelitian

Untuk mengetahui

bagaimana sosok

seorang Ibu yang

direpresentasikan

dalam film Rindu

Kami

Untuk mengetahui

bagaimana sosok

TKW yang

direpresetasikan

dalam film Minggu

Pagi di Victoria

Park

Untuk mengetahui

bagaimana

penggambaran

sosok Waria yang

terdapat dalam

Film Kinky Boots

5. Teori Semiotika Roland

Barthes

Semiotika Roland

Barthes

Semiotika Roland

Barthes

Page 62: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

47

6. Paradigma Konstruktivis Konstruktivis Kritis

7. Hasil

Penelitian

Hasil penelitiannya

menggambarkan

bahwa sosok Ibu

merupakan sosok

yang mampu

mengerti kebutuhan

dan keinginan

anak-anaknya serta

sosok dominan

dalam rumah

tanggayang selalu

bisa diandalkan

oleh anggota

keluarga lainnya

Hasil penelitiannya

menggambarkan

bahwa sosok TKW

bukan hanya

identik sebagai

korban kekerasan,

TKW yang

digambarkan

memiliki

penampilan yang

modis dan

mencintai

pekerjaannya dan

sosok TKW bukan

hanya sebagai

pahlawan bagi

negara namun juga

bagi keluarganya

Terdapat tanda-

tanda

penggambaran

sosok Waria

seperti kedudukan

mereka yang bisa

lebih tinggi

dibandingkan

masyarakat, bias

mengalah demi

kepentingan

mayoritas, juga

berhak

menentukan apa

yang Ia mau dalam

menjalani

hidupnya mereka.

Selain itu juga

memiliki selera

Page 63: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

48

yang tinggi, juga

mendapatkan

dukungan dari

kelompok yang

selama ini masih

konservatif.

Page 64: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Riset kualitatif adalah

riset yang data-datanya berupa statement-statement atau pernyataan-pernyataan dan

berasal dari pendekatan interpretif (subjektif).63

Pendekatan kualitatif ini juga

bertujuan untuk mendapat pemahaman bersifat umum yang diperoleh setelah

melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian,

kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum tetang kenyataan-kenyataan

tersebut.64

Penelitian kualitatif juga bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan

secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada

suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah.65

Dipilihnya penelitian kualitatif, karena kemantapan peneliti berdasarkan

63 Rahmat Krisyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal 52.

64 Rosady Ruslan. Metodologi Penelitian Publik Relation dan Komunikasi. (jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2003), hal 215.

65 Lexy Moleong. Metode Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal 6.

49

Page 65: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

50

pengalaman penelitian sebelumnya dan metode kualitatif dapat memberikan rincian

yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode

kuantitatif. Metode ini bersifat subjektif dalam arti mengekplorasi obyek penelitian

sehingga nantinya akan didapatkan pesan dan maksud pada setiap bagian dari

obyek yang diteliti.

Sifat penelitian yang diambil adalah jenis deskriptif. Metode penelitian

deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menekankan pengetahuan yang

seluas-luasnya terhadap objek penelitian pada saat tertentu.66

Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif karena, penelitian ini tidak untuk mencari atau

menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi melainkan

bertujuan membuat deskripsi yang secara sistematis, faktual dan akurat. Selain itu,

penelitian ini ditujukan juga untuk mengidentifikasi masalah, membuat perbandingan

atau evaluasi, serta pembelajaran atas sesuatu pengalaman.

3.2 Paradigma Penelitian

Penelitian ini mengacu pada paradigma konstruktivis. Paradigma

konstruktivis, yaitu paradigma yang hampir merupakan antitesis dari paham yang

meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu

66 Indiawan Wibowo. Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. (Jakarta:

Mitra Wacana Media, 2011), hal 11.

Page 66: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

51

pengetahuan.67

Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan kita adalah

konstruksi (bentukan) kita sendiri oleh karenanya pengetahuan bukanlah suatu tiruan

dari kenyataan (realitas).68

Menurut Patton, para peneliti konstruktivis mempelajari beragam realita yang

terkonstruksi oleh individu dan implikasi dari konstruksi tersebut bagi kehidupan

mereka dengan yang lain. Dalam konstruktivis, setiap individu memiliki pengalaman

yang unik. Dengan demikian, penelitian dengan strategi seperti ini menyarankan

bahwa setiap cara yang diambil individu dalam memandang dunia adalah valid, dan

perlu adanya rasa menghargai atas pandangan tersebut.69

3.3 Unit Analisis

Unit analisis yang dipakai, yakni film Jawara Kidul yang digunakan peneliti

secara keseluruhan sebagai objek penelitian yang akan diteliti. Unit analisis yang

dikenal sebagai unit produksi, yakni mise en scene yang terkait dengan segala sesuatu

yang tampil di kamera, baik penampilan pemain film, suara dan desain produk

(lokasi, properti dan kostum), serta sinematografi yang berkaitan dengan penempatan

kamera dalam film. Dalam film Jawara Kidul, terdapat 7 scene pilihan yang terdapat

67 Dedy N Hidayat. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik. (Jakarta: Departemen Ilmu

Komunikasi FIFIP Universitas Indonesia, 2003), hal 3.

68 Indiawan Wibowo. Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. (Jakarta:

Mitra Wacana Media, 2011), hal 10.

69 Michael Quinn Patton, Qualitative Research and Evaluation Methods, 3rd edition. (Thousand Oaks, California:

Sage Publications, Inc, 2002), hal 96-97.

Page 67: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

52

tanda-tanda makna jawara didalamnya yang tercermin dalam adegan dan isi dialog

film, kemudian nantinya akan dianalisis sesuai teori yang dipakai, berikut gambar

lengkapnya:

Tabel 3.1 Bahan Scene Analisis

No Visual Scene

1

Menit (05:50 - 08:12)

Page 68: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

53

2

Menit (12:58 - 14:55)

3

Menit (19:52 – 20:45)

Page 69: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

54

4

Menit (31:24 - 32:15)

5

Menit (38:21 - 38:45)

Page 70: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

55

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk mengumpulkan data yang diperlukan dengan tujuan penelitian

maka penulis menggunakan bebrapa teknik dalam mengumpulkan data. Dengan

6

Menit (39:28 - 40:25)

7

Menit (42:56 - 43:07)

Page 71: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

56

menggunakan beberapa cara itu diharapkan dapat memperoleh data yang

representatif. Teknik-teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data tersebut

meliputi:

3.4.1 Observasi

Metode observasi difokuskan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena

riset kualitatif yang mencangkup interaksi (perilaku) dan percakapan yang terjadi

diantara subjek yang diteliti.70

Lewat observasi ini, peneliti akan melihat sendiri

pemahaman yang tidak terucapkan, bagaimana teori digunakan langsung (theory in

use), dan sudut pandang responden yang mungkin tidak tergali saat wawancara.71

Peneliti melakukan kegiatan pengamatan melaui panca indera pada film Jawara

Kidul. Peneliti mencoba menemukan unsur representasi makna jawara melalui

pengamatan secara terfokus dan mendalam.

3.4.2 Dokumentasi

Dokumentasi adalah instrumen pengumpulan data yang sering digunakan dalam

berbagai metode pengumpulan data. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang

mendukung analisis dan interpretasi data.72

Dokumen merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumentasi yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,

70 Rachmat Krisyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal

107.

71 Chaedar Alwasilah. Pokoknya Kualitatif. (Jakarta: Pustaka Jaya, 2002), hal 155.

72 Rahmat Krisyanto. Op.Cit, hal 118.

Page 72: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

57

sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen

yang berbentuk karya, misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patun, film.73

Adapun dalam penelitian ini dilakukan dengan mendokumentasikan scene atau

adegan tanda yang terdapat dalam Film Jawara Kidul yang merepresentasikan sosok

seorang jawara yang terdapat dalam film tersebut.

3.4.3 Studi Pustaka

Studi pustaka adalah metode pengumpulan data dan informasi dengan

menggunakan data yang diperoleh dari orang lain melalui penelitian sebelumnya, atau

yang diperoleh dari sumber tertulis yang terdapat dalam berbagai referensi buku,

surat kabar dan lain sebagainya.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis dalam penelitian kualitatif ini menggunakan analisis semiotik yaitu

metode penelitian untuk menafsirkan makna dari suatu pesan komunikasi baik yang

tersirat (tertulis) maupun yang tersurat (tidak tertulis/terucap). Makna yang dimaksud

mulai dari parsial atau sebagian saja hingga makna komprehensif atau luas. Metode

semiotika dikembangkan untuk menafsirkan simbol komunikasi sehingga dapat

diketahui bagaimana komunikator mengkontruksi pesan untuk maksud-maksud

tertentu. Melalui analisis semiotika dapat dikupas tanda dan makna yang diterapkan

pada sebuah naskah pidato, iklan, novel, film, dan naskah lainnya. Hasil analisis

73 Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta, 2007), hal 82.

Page 73: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

58

rangkaian tanda itu akan dapat menggambarkan konsep pemikiran yang hendak

disampaikan oleh komunikator, dan rangkaian tanda yang terinterpretasikan menjadi

suatu jawaban atas pertanyaan nilai-nilai ideologi dan kultural yang berada di balik

sebuah naskah.

Secara lebih rinci, uraian mengenai langkah-langkah analisisnya diolah dari

analisis semiotik Roland Barthes yang berkaitan pada tatanan signifikasi dua tahap

yaitu sebagai berikut:

Gambar 3.1 Signifikansi Dua Tahap Roland Barthes

Penelitian ini menggunakan analisis data dengan teknik analisis semiotik teori

Roland Barthes, yang menggunakan penekanan pada pemaknaan dari suatu sistem

tanda (kode) melalui sistem pemaknaan tingkat pertama atau yang biasa disebut

dengan denotasi, selanjutnya ke sistem pemaknaan tingkat kedua yang disebut

konotasi dan yang terakhir berupa pengungkapan mitos mengenai tanda serta simbol

makna jawara. Tahapan-tahapan dalam proses analisisnya adalah sebagai berikut :

Page 74: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

59

1. Mengidentifikasi hubungan antara signifier (ekspresi) dan signified (content)

di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal sebagai signifikansi tahap

pertama, disebut sebagai denotasi, yang terdapat dalam film Jawara Kidul dan

digambarkan melalui tanda - tanda yang terbentuk dalam scene dan dialog.

2. Mengidentifikasi hubungan antara signifier (ekspresi) dan signified (content)

di dalam sebuah tanda terhadap perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-

nilai dari kebudayaannya sebagai signifikansi tahap kedua, yang disebut

sebagai konotasi.

3. Mengidentifikasi bagaimana kebudayaan (konotasi) menjelaskan atau

memahami beberapa aspek tentang realitas (denotasi) disebut sebagai mitos.

4. Menjelaskan pemaknaan berkenaan dengan kalimat yang merepresentasikan

makna jawara dalam film Jawara kidul.

5. Menarik suatu kesimpulan.

3.6 Instrumen Penelitian

Peneliti merupakan alat (instrumen) pengumpul data utama, karena peneliti

adalah manusia dan hanya manusia yang dapat berhubungan dengan responden atau

objek lainnya, serta mampu memahami kaitan gambaran-gambaran dalam suatu film.

Oleh karena itu, peneliti berperan sebagai subjek yang memaknai seluruh makna yang

tergambar karena segala sesuatunya belum mempunyai kepastian dan masih perlu

dikembangkan lebih lanjut. Sehingga hanya peneliti itu sendiri sebagai alat yang

dapat mencapainya.

Page 75: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

60

3.7 Jadwal Penelitian

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Mare

t

Ap

ril

Mei

Ju

ni

Ju

li

Agu

stu

s

Sep

tem

ber

Ok

tob

er

Novem

ber

Des

emb

er

Jan

uari

1 Pra Penelitian

2 Penelitian Bab

1-3

3 Pengumpulan

data

4 Penyusunan

Bab 4

5 Penyusunan

Bab 5

6 Pelaksanaan

Sidang

Page 76: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

61

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripi Subjek Penelitian

4.1.1 Profil Film

Gambar 4.1 Poster Film Jawara Kidul

JAWARA KIDUL

Produksi : KREMOV PICTURES 2015

61

Page 77: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

62

TIM KRU:

Sutradara : Darwin Mahesa / Ass Sutradara : Umu Salamah / Pengarah Seni : Nando

Sumarna / Pengarah musik : Yudhistira Kusuma - Chandra Saputra / Penata Suara :

Martin Romanyah / Pengarah Gaya : Chiko Averoes / Properti : TB. M. Saefullah -

Fitri Chaerunnia - M. Faisal / Penata Kamera : Juhendi - Ade Marzuki - Irwan

Ibrahim / Editor : Sofyandi / Make-up : Wildiana Aghnadya - Cici mahiyah -

Sarifatul Wardah / Penata Busana : Yana Ahmad Rifai - Khusnul Khotimah -

Elistiawati - Puji Rahayu / Casting Pemain : Meli Amelia - Ikhfal Wahyudin / Penata

Cahaya : Ridwan Sholeh - Ahmad Isrondi - Shendityas Anwar.

ORIGINAL SOUNDTRACK

“JAWARA SESUNGGUHNYA” Penyanyi : Anggini Putri / Penulis Lagu : Darwin

Mahesa / Musik : Yushitira Kuuma / Editor Musik Rekaman : Tya Subiakto Studio.

4.1.2 Penokohan Dalam Film

1. Tubagus Dian Kurniawan sebagai Prabu : Tokoh ini merupakan tokoh

utama dalam film ini, dia diceritakan sebagai salah satu jawara yang berasal

dari Kadusunan Kidul. Lalu sebagai Jawara ia dikenal sebagai sosok peduli

dengan Kadusunan Kidul dan menjadi tokoh yang disegani dan berkharisma

dimata warga Kadusunan.

2. Anton Chandra sebagai Sakti : Tokoh ini merupakan salah satu warga

Kadusunan Kidul yang dikenal oleh masyarakat sebagai Jawara setempat,

Page 78: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

63

namun karena perbuatan buruknya, kemudian ia diusir dan tidak dianggap lagi

sebagai seorang Jawara.

3. Cak Purwo sebagai Abah Sugidiraja : tokoh ini merupakan seorang

pemimpin dari Kadusunan Kidul, dia dikenal sebagai orang yang bijaksana

dan bertanggung jawab dengan tugasnya sebagai pimpinan Kadusunan.

4. Fauziyyah Angela sebagai Nyi Mas Ayu : tokoh ini merupakan salah satu

puteri dari Abah Sugidiraja yang ingin dijodohkan, melalui sebuah sayembara

yang diadakan antar jawara dari Kadusunan luar.

4.1.3 Sinopsis Film

Kisah bermula dari seorang pemimpin dari suatu Kadusunan Kidul yang

benama Abah Sugidiraja yang ingin mencarikan seorang pendamping bagi sang putri

yaitu Nyimas Ayu. Lalu untuk itu Abah mengadakan sayembara bagi para jawara dari

Kadusunan luar untuk menjodohkannya dengan sang puteri, karena ingin Kadusunan

Kidul terjaga dan tidak ada lagi konflik. Namun saat acara sayembara akan dimulai

tidak ada satupun jawara dari Kadusunan luar yang datang. Oleh karena itu Abah

memutuskan untuk membuka sayembara bagi jawara dari Kadusunan Kidul.

Kemudian munculah sosok Sakti dan Prabu yang ingin mengikuti sayembara

tersebut. Hingga saat ditengah pertarungan Abah menghentikan pertandingan karena

mengetahui bahwa penyebab jawara Kadusunan luar tidak datang karena telah

dibunuh oleh Sakti. Hal tersebut menyebabkan Sakti dikeluarkan dari pertandingan.

Lalu sejak saat itu, Prabu yang memenangkan sayembara tersebut tersebut, kemudian

Page 79: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

64

menjadi sosok yang berpengaruh dan cukup disegani oleh warga Kadusunan Kidul,

karena sosoknya yang mampu melindungi dan menjaga Kadusunan dengan baik

dengan kemampuan beladiri yang dimilikinya. Disamping itu Sakti yang masih tidak

terima dengan kekalahannya dan menyimpan dendam atas kekalahannya telah

menyiapkan rencana untuk membalas kekalahannya tersebut dengan mecoba melukai

Nyimas Ayu, namun Prabu sebagai suami tidak diam untuk melindungi sang Isteri.

Sehingga terjadilah adu kekuatan diantara mereka.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Tanda Makna dalam Film Jawara Kidul

Penelitian ini bertujuan untuk menetahui tanda-tanda bagaimana sosok jawara

direpresentasikan dalam film Jawara Kidul. Seperti yang telah diungkapkan

sebelumnya pada bagian metodologi penelitian, bahwa peneliti akan menggunakan

analisis semiotika dari Roland Barthes. Dalam prosesnya peneliti akan mengawali

dengan menghubungkan adegan pada setiap scene, kemudian mengamati makna

tanda yang digunakan dalam film Jawara Kidul yang meliputi elemen visual dan

audio sebagai berikut:

Page 80: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

65

Tabel 4.1

Scene 1 Arena Sayembara

Visual

Menit: (05:50 - 08:12)

Audio Type of Shot

Prabu: Maafkan aku

kakang, aku mencintai

Nyimas.

Sakti: Lancang kau

Prabu.

Prabu: Maafkan aku

Nyimas, aku tidak

mungkin bertarung

dengan kakakku

sendiri

Close Shot,

menampilkan wajah

Prabu yang kecewa

karena harus melawan

Sakti.

Page 81: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

66

Nyimas: Tunggu

bukan kan aku yang

meminta kakang

untuk memenangkan

sayembara ini apalah

arti cinta kakang jika,

kakang menyerah

begitu saja.

Sakti: Bersiaplah

Prabu

Long Shot, Nyimas

Ayu berlari memanggil

Prabu yang akan

meninggalkan

Sayembara.

Lalu dimulailah

pertarungan antara

Sakti dan Prabu

Medium Shot, Sakti

dan Prabu memulai

pertarungan

Denotasi Prabu mendatangi arena sayembara untuk

mendapatkan cinta Nyimas Ayu

Page 82: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

67

Konotasi Pertarungan adu kekuatan sesama jawara untuk

mendapatkan cinta Nyimas Ayu

Mitos Perkelahian sesama jawara merupakan lambang

kejantanan

Pengambilan scene dengan menggunakan teknik Close up, long shot dan

medium shot pada menit 5 lewat 50 detik ini berlatar belakang di sebuah arena

sayembara yang ada di Kadusunan Kidul. Penanda dalam adegan tersebut adalah

Prabu mendatangi suatu arena sayembara yang diadakan khusus bagi para jawara.

Petandanya adalah Prabu ingin mengikuti sayembara yang sedang diadakan untuk

memperjuangkan cintanya kepada seorang wanita yaitu Nyimas Ayu.

Makna denotasi dari adegan yang disajikan ini adalah memperlihatkan bahwa

Prabu sebagai jawara ingin mencoba untuk memperjuangkan cintanya dengan

mengikuti sayembara perjodohan Nyimas Ayu yang diadakan oleh sang ayah yaitu

Abah Sugidiraja. Sedangkan makna konotasi yang didapat adalah bahwa seorang

jawara merupakan sosok seorang petarung atau pendekar dengan berbekal

kemampuan fisik dan bela diri yang dimilikinya. Hal itu terlihat dari keinginan tokoh

Prabu sebagai seorang jawara dengan berani untuk turut serta dalam suatu sayembara

pertarungan agar bisa mendapatkan cinta yang diharapkannya. Sayembara tersebut

juga dapat diindikasikan sebagai bagian dari tradisi amprak jawara yaitu, pertarungan

adu kekuatan diantara para jawara, untuk mengetahui siapa yang lebih hebat. Di sisi

Page 83: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

68

lain juga sayembara yang diadakan khusus bagi para jawara dapat mengindikasikan

bahwa sosok jawara merupakan seseorang yang sudah terlatih dalam hal ilmu bela

diri. Sedangkan makna mitos dalam adegan ini adalah perkelahian atau pertaruangan

yang dilakukan semama jawara antara Prabu dan Sakti merupakan suatu lambang

untuk menunjukan kejantanan sebagai seorang pria.

Tabel 4.2

Scene 2 Arena Sayembara

Visual

Menit (12:58 - 14:55)

Dialog / Scene Type Of Shot

Abah: “Cukup! jawara

bukanlah pembunuh

Sakti. Jawara adalah

pelindung bagi yang

lemah, jawara bersikap

kesatria untuk mencapai

tujuannya. Bukan dengan

cara yang licik. Pantas

saja tidak ada Jawara dari

Kadusunan luar yang

datang bukankah, kau

Medium Shot,

menampilkan wajah

Abah yang kesal, karena

mengetahui perbuatan

Sakti yang membunuh

Jawara Kadusunan luar

Page 84: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

69

yang telah membunuh

mereka”

Sakti: Ya saya yang

membunuh jawara-

jawara itu, karena saya

tidak ingin mereka

menikahi Nyimas Ayu.

Close Up, Menampilkan

wajah Sakti yang merasa

malu dengan

perbuatannya

Denotasi Kemarahan Abah pada Sakti dan kemudian

menghentikan jalannya sayembara yang sedang

berlangsung antara Prabu dan Sakti

Konotasi Kemampuan fisik atau bela diri merupakan sebuah

simbol sebagai seorang jawara yang harus

digunakan dengan semestinya

Mitos Terkontaminasinya karakter jawara dengan aksi

premanisme

Pengambilan scene dengan menggunakan teknik medium shot pada menit 12

lewat 58 detik ini berlatar belakang di arena sayembara. Dalam adegan ini terjadi

percakapan antara Abah dan Sakti. Hal itu menggambarkan adanya hubungan

personal antara keduanya. Dari scene atau adegan yang tersaji dapat dilihat penanda

Page 85: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

70

dalam adegan tersebut adalah percakapan antara Abah dengan Sakti. Sedangkan

petandanya adalah raut kemarahan Abah pada Sakti, sehingga membuatnya menegur

Sakti.

Dalam dialog tersebut secara denotasinya menggambarkan Abah yang kesal

dengan perbuatan Sakti yang telah membunuh para jawara dari Kadusunan luar yang

akan mengikuti sayembara. Scene ini memberikan gambaran ketidaksukaan Abah

atas perbuatan seorang jawara yang membunuh seseorang demi suatu ambisi tertentu.

Sedangkan makna konotasi yang didapat adalah bahwa sebagai seorang jawara yang

memiliki kemampuan fisik dan bela diri, seharusnya digunakan dalam hal kebaikan

dan tidak disalahgunakan dalam hal-hal yang negatif . Hal itu terlihat dari dialog

Abah “Jawara adalah pelindung bagi yang lemah, jawara bersikap kesatria untuk

mencapai tujuannya bukan dengan cara yang licik”. Kemudian mitos yang

didapatkan dalam adegan ini adalah karakter jawara telah terkontaminasi atau

terpengaruh dengan berbagai aksi premanisme, dimana jawara tidak segan untuk

melakukan kekerasan dan pembunuhan untuk mencapai tujuannya. Dimana hal

tersebut tidak terlepas dari sejarah berbagai pemberontakan yang melibatkan kaum

jawara. Memang dengan kemampuan fisik dan bela diri yang dimiliki oleh seorang

jawara tentu rentan dipergunakan untuk hal-hal negatif, oleh karena itu tentu harus

diimbagi dengan kontol emosi yang baik jika tidak tentu jalan kekerasan akan

dilakukan demi memuluskan atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.

Page 86: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

71

Tabel 4.3

Scene 3 Jalan Setapak

Visual

Menit (19:52 – 20:45)

Dialog / Scene Type Of Shot

Prabu: “Hey lepaskan

Gadis itu”

Begundal: “Oh jadi ieu,

jagoan di Kadusunan

Kidul”

Medium Shot,

menampilkan Prabu

yang sedang menunjuk

ke arah para begundal

Prabu berusaha

menolong seorang gadis

yang akan diculik

dengan bertarung

melawan para begundal

Long shot, menampilkan

perkelahian antara Prabu

dan bedundal yang akan

menculik seorang gadis

Denotasi Prabu mencoba untuk menyelamatkan seorang

gadis yang akan diculik oleh para begundal

Page 87: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

72

Konotasi Dengan kemampuan fisik seorang jawara memiliki

peran untuk menjaga keamanan Kadusunan

Mitos Jawara seharusnya menjadi penolong bagi wanita

sebagai kaum yang lemah

Adegan yang berlatar belakang di sebuah jalan setapak, pada menit 19 menit

lewat 52 detik diambil dengan menggunakan teknik medium shot dan long shot . Pada

gambar pertama, diperlihatkan penanda berupa percakapan Prabu dengan para

Begundal, “Hey lepaskan Gadis itu”. Kemudian petanda dalam gambar pertama

tersebut adalah keinginan Prabu untuk menolong seorang Gadis yang akan diculik.

Sedangkan pada gambar kedua, ditemukan penanda berupa perkelahian antara Prabu

dengan para Begundal dan petandanya adalah Prabu mencoba melindungi Gadis yang

lemah dari para Begundal.

Dari adegan tersebut, secara denotasi memperlihatkan pertarungan yang

dilakukan oleh Prabu dan para begundal. Jika melihat dalam scene ini sosok Prabu

sebagai jawara dengan kemampuan bela diri yang dimilikinya tidak segan untuk

membantu salah satu warga yang sedang dalam bahaya. Dari hal tersebut makna

konotasi yang didapat adalah peran dalam menjaga keamanan Kadusunan oleh jawara

dengan berbekal kemampuan fisik dan bela diri yang dimilikinya. Kemudian mitos

yang muncul adalah jawara sebagai seseorang yang berbekal kemampuan fisik dan

bela diri seharusnya dapat menjadi pelindung bagi wanita sebagai kaum yang lemah.

Page 88: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

73

Tabel 4.4

Scene 4 Pendopo Kadusunan Kidul

Visual

Menit (31:24 - 32:15)

Dialog / Scene Type Of Shot

Abah: “Aku titipkan

kadusunan ini,

Sepeninggalku bimbing

semua warga ke jalan

yang benar”

Medium Shot,

menampilkan

percakapan antara

Abah, Prabu, Nyimas

dan para sesepuh

Kadusunan

Prabu: “Insya Allah

Abah”

Abah: “Aku yakin kelak

kau akan menjadi

seorang pemimpin yang

adil. Jaga istri dan calon

anakmu dengan baik”

Long Shot,

menampilkan suasana

pecakapan Abah,

Prabu, Nyimas dan

para sesepuh yang

sedang duduk di sebuah

pendopo

Page 89: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

74

Denotasi Abah memiliki keinginan menjadikan Prabu

sebagai pemimpin Kadusunan yang akan datang

Konotasi Sebagai pemimpin jawara memiliki kemampuan

fisik dan supranatural untuk melindungi dan

menjaga masyarakat di Kadusunan

Mitos Jawara merupakan sosok pemimpin berkharismatik

Pengambilan Scene pada menit ke 31 lewat 24 detik hingga menit ke 32 lebih

15 detik, ini berlatarkan sebuah pendopo di Kadusunan Kidul. Scene menggunakan

teknik medium shot dan long shot yang memperlihatkan suatu diskusi yang dilakukan

oleh Abah, Prabu, Nyimas Ayu dan para sesepuh Kadusunan. Mereka berkumpul

untuk membicarakan tentang kondisi Kadusunan saat itu. Dan juga perihal kelanjutan

kepemimpinan Kadusunan Kidul dimasa yang akan datang.

Dari adegan di gambar pertama penandanya adalah percakapan Abah dengan

Prabu, yaitu “Aku titipkan kadusunan ini, Sepeninggalku bimbing semua warga ke

jalan yang benar”. Sedangkan petandanya adalah keinginan Abah utuk menjadikan

Prabu sebagai pemimpin di Kadusunan Kidul. Kemudian pada gambar kedua

penandanya adalah pecakapan Abah kepada Prabu yaitu, “Aku yakin kelak kau akan

menjadi seorang pemimpin yang adil”. Sedangkan petandanya adalah keyakinan

Abah kepada Prabu sebagai jawara untuk dapat memimpin Kadusunan.

Page 90: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

75

Dalam adegan ini, secara denotasi menggambarkan bahwa Abah akan

menitipkan Kadusunan kepada Prabu sebagai jawara di Kadusunan tersebut yang

kemudian akan memimpin Kadusunan dimasa mendatang. Dalam scene ini

memperlihatkan Abah menilai sosok Prabu merupakan orang yang tepat dengan

kemampuan fisik dan bela diri untuk dapat menjaga keamanan dan kedamaian

Kadusunan. Lalu dalam adegan ini konotasi yang terlihat adalah sosok seorang

jawara sebagai pemimpin memiliki kemampuan fisik dan supranatural yang dapat

diandalkan untuk melindungi dan menjaga kedamaian para warga di Kadusunan.

Lalu makna mitos yang didapat adalah sebagai pemimpin dibutuhkan

kharisma dan jawara terpilih menjadi pemimpin karena sosoknya disegani dan

berkharisma berkat kemampuan fisik dan supranatural yang dimilikinya.

Kepemimpinan jawara sebagai elit lokal dalam masyarakat Banten, memiliki ciri khas

yang berbeda, yakni kharisma yang dimiliki oleh para jawara. Tanpa kharisma,

kepemimpinan yang dimiliki oleh para jawara tidak berbeda jauh dengan model-

model kepemimpinan lainnya di Indonesia.74

Biasanya jawara dalam kepemimpinan

formal akan menjadi pemimpin masyarkat Desa atau Kadusunan. Dan non formal

dapat menjadi guru silat atau debus.

74 Fahmi Irfani. Op.Cit, hal 103

Page 91: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

76

Tabel 4.5

Scene 5 Pendopo Kadusunan Kidul

Visual

Menit (38:21 - 38:45)

Dialog / Scene Type Of Shot

Prabu:

“Astagfirullahaladzim,

sebaiknya Abah dan para

sesepuh pulang ke rumah,

sesuatu terjadi pada

Nyimas Ayu ”

Close Up,

menampilkan wajah

cemas Abah setelah

mendengar kabar

Nyimas Ayu dari

Prabu

Abah: “Apa yang terjadi

pada Nyimas Ayu?”

Prabu: “Abah pulang

saja!, biar aku yang

menghentikannya dari sini”

Close up,

menampilkan wajah

Prabu yang berusaha

menenangkan Abah

dan para sesepuh

Denotasi Keinginan Prabu menyelamatkan sang isteri yang

sedang dalam bahaya seorang diri

Page 92: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

77

Konotasi Jawara menganggap bahwa gangguan terhadap sang

isteri merupakan bagian dari suatu pelecehan

terhadap harga dirinya

Mitos Suami merupakan pemimpin dan pelindung bagi

sang isteri

Pengambilan scene pada menit 38 lewat 21 detik, berlatar belakang di sebuah

pendopo Kadusunan Kidul. Scene ini menggunakan teknik close up. Dalam adegan

ini memerlihatkan mimik wajah cemas Prabu setelah mengetahui suatu hal buruk

yang terjadi pada Nyimas Ayu. Saat itu Prabu memberitahukan mengenai keadaan

sang isteri Nyimas Ayu yang sedang dalam bahaya. Dalam gambar yang pertama

penandanya adalah Prabu memberitahukan bahwa terjadi sesuatu kepada Nyimas

Ayu. Sedangkan petandanya adalah mimik wajah Prabu yang berubah menjadi

cemas. Kemudian pada gambar kedua penandanya adalah percakapan Abah kepada

Prabu yaitu, “Apa yang terjadi pada Nyimas Ayu?”. Sedangkan petandanya adalah

kekhawatiran Abah dan para sesepuh kepada Nyimas Ayu.

Dari adegan tersebut secara denotasi memperlihatkan kecemasan dan

kehawatiran Prabu, Abah dan para sesepuh Kadusunan dengan keadaan Nyimas Ayu

yang sedang dalam bahaya. Dalam scene ini terlihat keinginan Prabu untuk menolong

sang isteri seorang diri. Dari adegan ini, konotasi yang didapat adalah keinginan

Prabu untuk melindungi sang isteri seorang diri, hal tersebut didasari karena

Page 93: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

78

gangguan terhadap sang isteri dapat diangap sebagai bagian dari pelecehan harga diri

yang dilakukan orang lain terhadap dirinya. Terlebih lagi pelecehan terhadap harga

diri dapat dipahami sebagai pelecehan terhadap peran dan statusnya di masyarakat.

Pelecehan terhadap harga diri diinterpretasikan oleh kalangan jawara sebagai

pelecehan terhadap kapasitas dan kapabilitas diri.

Batasan tentang pelecehkan harga diri itu memang tidak tegas, karena itu

sering dinterpretasikan secara subyektif oleh pelakunya. Sehingga yang menyebabkan

kasus pelecehan harga diri itu berbagai macam seperti tuduhan pencurian, gangguan

terhadap istri atau pacar, balas dendam atau kekalahan dalam politik Desa.75

Kemudian mitos yang muncul dalam adegan tersebut adalah seorang suami

merupakan seorang pemimpin dalam sebuah rumah tangga dan secara langsung

memiliki kewajiban untuk melindungi sang isteri. Oleh karena itu jika terjadi

pelecehan terhadap sang isteri, maka jawara tidak segan untuk melawan atau

melakukan kekerasan.

75 Atu Karomah, “Jawara dan Budaya Kekerasan Pada Masyarakat Banten”, Alqalam Jurnal keagamaan dan

Masyarakat, (Vol. 25. No.3 September- Desember 2008), hal. 306.

Page 94: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

79

Tabel 4.6

Scene 6 Pendopo Kadusunan Kidul dan sebuah gubuk

Visual

Menit (39:28 - 40:25)

Dialog / Scene Type Of Shot

Sakti sedang

melakukan ritual untuk

mengirimkan teluh

pada Nyimas Ayu

menggunakan

selendang milik

Nyimas Ayu yang

telah diambil

sebelumnya

Long Shot,

memperlihatkan Sakti

yang sedang duduk

dan melakukan ritual

untuk mengirimkan

teluh pada Nyimas

Ayu

Prabu sedang

berkonsentrasi

mengumpulkan

kekuatan batin yang

dimilikinya untuk

melawan teluh yang

Medium Shot,

memperlihatkan

sosok Prabu yang

sedang duduk bersila

lalu menutup matanya

dan berkonsentrasi

Page 95: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

80

dilakukan Sakti

terhadap Nyimas Ayu.

sambil berzikir untuk

mengumpulkan

kekuatannya

Denotasi Sakti melakukan ritual teluh pada Nyimas Ayu

dan kemudian Prabu mencoba untuk

menghentikannya

Konotasi Terdapat dua aliran Jawara dalam ilmu

kebatinan yaitu jawara aliran hitam dan putih

Mitos Jawara aliran hitam merupakan sosok jahat dan

jawara aliran putih merupakan sosok religius

Pengambilan scene pada menit 39 lewat 28 detik ini, berlatar belakang di

pendopo Kadusunan Kidul dan sebuah gubuk. Scene ini menggunakan teknik long

shot dan medium shot. Dalam adegan ini menampilkan sosok Sakti dan Prabu yang

sedang berkonsentrasi dalam mengumpulkan kekuatan batin atau supranatural yang

dimilikinya. Pada adegan tersebut penandanya adalah Sakti sedang melakukan ritual

untuk mengirimkan teluh pada Nyimas Ayu, disisi lain Prabu berusaha mencegahnya.

Sedangkan petandanya adalah keduanya terlihat begitu serius dan berkonsentrasi

penuh dalam mengumpulkan kekuatan batin yang mereka miliki untuk bisa menang.

Page 96: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

81

Dalam scene ini secara denotasi dapat terlihat bahwa Sakti sedang melakukan

ritual untuk mengirimkan teluh pada Nyimas Ayu dengan melakukan ritual dengan

menggunakan keris, selendang Nyimas Ayu dan air kembang, sedangkan disisi lain

Prabu yang mengetahui hal tersebut berusaha menolong Nyimas Ayu dengan

melawan kekuatan tersebut dengan membaca bacaan ayat-ayat suci. Kekuatan batin

atau supranatural merupakan suatu kekuatan yang harus dipelajari secara khusus dan

tidak semua orang bisa menguasinya. Karena terdapat berbagai hal-hal khusus yang

harus dilakukan terlebih dahulu untuk dapat menguasainya. Kemudian secara

konotasi memperlihatkan bahwa dalam menguasai ilmu kebatinan atau supranatural

terdapat dua sisi aliran jawara yang berbeda, yaitu aliran hitam dan putih. Dalam

adegan ini Sakti yang melakukan ritual teluh dengan menggunakan selendang

Nyimas Ayu kemudian mengirimkan binatang hidup kerumah Nyimas Ayu, seperti

ular dan kalajengking, hal tersebut merupakan gambaran dari jawara aliran hitam dan

Prabu yang dalam mengumpulkan kekuatan batinnya menggunakan bacaan ayat suci

dan memegang tasbih dapat menggambarkan jawara aliran putih.

Berdasarkan klasifikasi sumber magis yang diperoleh para jawara. Jawara

beraliran ilmu putih adalah mereka yang memiliki kesaktian magis yang berasal dari

sumber-sumber agama islam. Dan jawara yang beraliran ilmu hitam adalah mereka

yang mempergunakan sumber-sumber kesaktian dari tradisi pra islam. Adapun doa

atau mantra yang mereka gunakan sebagai sumber magis dan kesaktian berasal dari

kepercayaan animisme dan dinamisme, disebut dengan jangjawokan. Bahasa mantra

yang digunakan biasanya berasal dari bahasa Jawa kuno dan sunda kuno yang

Page 97: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

82

terkadang sulit untuk dipahami lagi.76

Lalu makna mitos yang terlihat karakter jawara

aliran hitam dipahami sebagai sosok yang jahat karena adanya penggunaan ilmu

hitam yang melibatkan bantuan jin. Sedangkan karakter jawara aliran putih dipahami

sebagai sosok yang religius karena ketaatannya kepada ajaran-ajaran islam.

Tabel 4.7

Scene 7 Lapangan Terbuka

Visual

Menit (42:56 – 43:07)

Dialog / Scene Type Of Shot

Abah: “Prabu kau lah

jawara sesungguhnya,

jawara yang

menyebarkan kebaikan

dan mencegah

kemungkaran”

Medium Shot,

menampilkan sosok

Abah yang sedang

memberikan sebuah

golok kepada Prabu

Denotasi Abah memberikan sebuah golok untuk Prabu dan

berpesan untuk menyebarkan kebaikan dan

mencegah kemunkaran

76 Fahmi Irfani. Op.Cit, hal 27

Page 98: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

83

Konotasi Jawara merupakan sosok yang telah memiliki

bekal pengetahuan keagamaan

Mitos Golok merupakan lambang kehormatan seorang

jawara yang digunakan sebagai alat pertahanan

untuk melawan musuh

Pengambilan scene pada menit 42 lebih 56 detik ini, berlatar di lapangan

terbuka. Teknik yang digunakan adalah medium shot.. Scene ini ingin menunjukan

pertemuan antara Abah, Prabu, Nyimas Ayu dan para warga Kadusunan. Penanda

dalam adegan ini adalah perkataan Abah yaitu, “Prabu kau lah jawara sesungguhnya,

jawara yang menyebarkan kebaikan dan mencegah kemungkaran”. Sedangkan

petandanya adalah pemberian sebuah golok dari Abah kepada Prabu sebagai suatu

tanda semangat perjuangan seorang jawara dalam menyebarkan kebaikan dan

mencegah kemungkaran.

Secara denotasi yang terlihat bahwa Abah sebagai pimpinan Kadusunan

memberikan sebuah golok dan berpesan kepada Prabu sebagai jawara di Kadusunan

Kidul untuk menyebarkan kebaikan dan mencegah kemunkaran. Pada scene ini

mengisyaratkan perjuangan seorang jawara untuk selalu berbuat baik dengan berbekal

kemampuan yang telah dimilikinya. Secara konotasi hal ini menggambarkan bahwa

sosok jawara merupakan seseorang yang telah memiliki bekal pengetahuan tentang

agama terutama perannya menyebarkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Page 99: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

84

Dalam menyebarkan kebaikan dan mencegah kemungkaran tentu bukanlah perkara

yang mudah, karena dibutuhkan suatu niat, tekad dan kesabaran yang kuat dalam

mewujudkannya. Kemudian mitos yang muncul adalah golok merupakan sebuah

senjata yang digunakan oleh para jawara sebagai alat pertahanan untuk melawan

musuh atau orang yang berniat mengancam keselamatan. Dan juga golok dapat

dilihat sebagai lambang kehormatan dan derajatnya sebagai jawara.

4.3 Deskripsi Analisis Semiotika

Berdasarkan dari deskripsi data yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat

dianalisis secara keseluruhan makna denotasi, makna konotasi dan juga mitos yang

terdapat pada scene-scene yang telah dipilih untuk merepresentasikan makna jawara

dalam film Jawara Kidul sebagai berikut:

4.3.1 Makna Denotasi

Makna denotasi yang coba ditonjolkan didalam Film Jawara Kidul ini

adalah:

1. Beradu kekuataan antar sesama jawara, dalam film Jawara kidul, sosok

seorang jawara digambarkan sebagai seseorang yang memiliki kekuatan

fisik atau bela diri, hal ini diperlihatkan melalui diadakannya pertarungan

antar sesama jawara untuk mendapatkan cinta Nyimas Ayu. Lalu dengan

adanya sayembara seorang jawara dapat mengukur kekuatan bela diri yang

dimilikinya.

Page 100: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

85

2. Bersikap kesatria dalam mencapai tujuan, digambarkan dalam film scene

kedua, bahwa Abah berkata bahwa “Jawara bersikap kesatria untuk

mencapai tujuannya. Bukan dengan cara yang licik”. Hal ini

mengidikasikan bahwa perbuatan Sakti yang telah membunuh para jawara

dari Kadusunan luar sebelum menghadiri sayembara, merupakan hal licik

yang tidak pantas dilakukan oleh seorang jawara.

3. Menolong yang lemah, digambarkan bahwa seorang jawara dengan

kemampuan fisik yang dimilikinya, dapat diandalkan untuk dapat

membantu dan melindungi orang yang lemah. Hal tersebut dapat terlihat

dari scene dimana Prabu sedang menolong seorang gadis yang sedang

membutuhkan pertolongan, karena akan diculik oleh para begundal.

4. Kepercayaan jawara sebagai pemimpin Kadusunan, dalam dialog yang

dilakukan Abah yaitu “Aku yakin kelak kau akan menjadi pemimpin yang

adil” hal ini mengisyaratkan karakter seorang jawara merupakan sosok

yang sesuai untuk menjadi pemimpin di Kadusunan.

5. Jawara memiliki pengaruh dan kharisma, jawara yang digambarkan

sebagai salah satu sosok yang memiliki pengaruh dengan segala

kemampuannya memiliki keinginan menyelesaikan masalahnya sendiri

tanpa bantuan orang lain.

6. Penggunaan ilmu magis atau kebatinan bagi seorang jawara, untuk

menjadi seorang jawara dirasa kurang cukup jika hanya mengusasai

kemampuan fisik. Dengan adanya kemampuan fisik tentu akan semakin

Page 101: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

86

menyempurnakan kekuatan seorang jawara. Hal ini terlihat dalam scene

ke-6 yang menunjukan Sakti dan Prabu yang sedang berkonsentrasi

mengumpulkan kekuatan supranatural yang dimilikinya masing-masing.

7. Jawara berperan dalam menyebarkan kebaikan, pada scene ke 7

memperlihatkan dialog antara Abah dan Prabu yang menegaskan bahwa

jawara juga memiliki peran untuk menyeberkan kebaikan dengan berbekal

kemampuan yang dimilikinya.

4.3.2 Makna Konotasi

Makna konotasi yang coba ditonjolkan oleh film Jawara Kidul dengan

melihat tanda konotasi yang telah dicantumkan pada deskripsi data diatas

merupakan penegasan bahwa makna Jawara sebagai berikut:

1. Jawara merupakan petarung yang pantang menyerah, dengan kekuatan

fisik yang dimilikinya tentu jawara tidak lepas dari berbagai pertarungan

yang akan dihadapinya baik sesama jawara seperti tradisi amprak jawara

ataupun melawan musuh. Oleh karena itu Jawara terlatih untuk menjadi

seorang petarung yang pantang menyerah.

2. Kemampuan fisik jawara digunakan untuk menolong yang lemah dan

bukan untuk berbuat licik, hal ini menegaskan seorang Jawara seharusnya

dapat mempergunakan kemampuan fisiknya dengan benar.

3. Jawara bertanggung Jawab menjaga Kadusunan, dengan berbekal

kekuatan fisik dan bela diri yang dikuasainya, sosok jawara tentu menjadi

Page 102: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

87

tokoh penting untuk dapat berperan menjaga keamanan dan kedamaian di

Kadusunan.

4. Peran jawara sebagai pemimpin di Kadusunan, sosok jawara yang

berbekal kemampuan fisik atau bela diri dan kharisma sebagai tohoh

masyarakat membuat jawara dapat dipercaya untuk menjaga dan

membimbing para warga.

5. Jawara tidak segan melawan jika harga dirinya dilecehkan, sebagai

seseorang yang memiliki kedudukan dan kharisma tersendiri dalam

masyarakat, tentu seorang jawara harus mampu untuk menjaga harga

dirinya didepan orang lain. Disamping itu juga Pelecehan terhadap harga

diri diinterpretasikan oleh kalangan jawara sebagai pelecehan terhadap

kapasitas dan kapabilitas diri

6. Penguasaan ilmu magis atau kebatinan bagi jawara, sebagai jawara

menguasai ilmu magis atau kebatinan merupakan salah satu upaya dalam

menyempurnakan kekuatan bela diri yang dimilikinya, meski harus

melalui proses yang panjang dan tidak mudah untuk dapat menguasainya.

Namun dalam proses penguasaannya terdapat dua aliran yang biasa

digunakan para jawara yaitu aliran hitam dan putih.

7. Penguasaan ilmu keagaamaan bagi seorang jawara, Dalam konteks ini

tentu tidak lepas dari sejarah awal munculnya jawara sebagai salah satu

murid kiai, selain belajar ilmu agama Ia juga dilatih untuk dapat memiliki

kemampuan dalam bela diri.

Page 103: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

88

4.3.3 Makna Mitos

Mitos tentang makna jawara yang terdapat dalam film Jawara kidul

berkitan dengan bagaimana sosok jawara yang ingin diidentikan dengan aksi

premanisme, karena kemampuan fisik dan bela diri yang dimilikinya.

Pertarungan antar sesama jawara dipandang sebagai simbol kejantanan

seorang pria. Dan juga tidak terlepas dari pandangan bahwa karakter jawara

aliran hitam dilihat sebagai sosok yang jahat dan jawara aliran putih sebagai

karakter yang religius.

Peran jawara sebagai seorang pemimpin berkharismatik, merupakan

hal yang dapat terlihat semenjak zaman penjajahan, dimana saat terjadi

kekosongan kekuasaan jawara dipercaya untuk menempati posisi tersebut.

Disamping itu dalam hal lain, jawara juga ikut terlibat sebagai pimpinan

kesenian debus. Pandangan tentang penggunaan ilmu hitam oleh jawara dalam

masyarakat dilihat sebagai jawara yang jahat atau tidak taat agama sedangkan

jawara dengan ilmu putih dipandang sebagai jawara yang religius. Serta

penggunaan senjata golok bukan hanya sebagai bagian dari alat perlindungan

saja, namun juga dipandang sebagai lambang kehormatan dan derajatnya

sebagai jawara.

Page 104: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

89

4.4 Pembahasan

4.4.1 Film Sebagai Sarana Merepresentasikan Makna Jawara

Komunikasi massa merupakan suatu penyampaian pesan yang disampaikan

kepada khalayak luas melalui suatu media massa. Dalam penyampaiannya

komunikasi massa tentu memerlukan suatu media massa. Media massa merupakan

penyalur pesan yang efektif bagi komunikator unuk dapat menjangkau khalayak

banyak dengan cepat. Media massa saat ini tidak dapat dipungkiri telah berkembang

dengan pesat, baik dengan adanya surat kabar, siaran radio dan televisi, bahkan

hingga film, yang dapat menampilkan potret realitas kehidupan disekitar kita. Film

sebagai salah satu bagian dari komunikasi massa dapat menjadi sebuah saluran bagi

berbagai macam, ide, gagasan, konsep dan informasi yang akan disampaikan kepada

khalayak luas, karena film dapat mempengaruhi pikiran penonton yang melihatnya.

Di dalam film, biasanya para pembuatnya menuangkan gagasannya tersebut melalui

tampilan audio visual yang ditampilkan disertai dengan alur, setting dan penokohan

yang terdapat didalamnya. Selain itu film juga dapat mengaktualisasikan

perkembangan masyarakat dari masa ke masa dengan teknologi maupun tema yang

diangkatnya.

Dalam film Jawara Kidul ini digunakan teknik-teknik pengambilan gambar

yang juga dapat mempengaruhi cara pandang penonton. Diantaranya dalam beberapa

adegan yang diambil sebagai adegan yang merepresentasikan makna sosok jawara,

Page 105: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

90

yang sering ditemui dengan cara pengambilan gambar dengan teknik close up dan

medium shot. Close up dapat dimaknai sebagai suatu hubungan yang intim dari

seseorang, baik saat seorang tokoh sedang berdialog dengan lawan main ataupun saat

seorang tokoh itu saat sedang merenung sendirian. Sedangkan dalam teknik medium

shot dapat bermakna hubungan personal yang hendak diperlihatkan di dalam film.

Dengan adanya penggunaan teknik-teknik pengambilan gambar ini dapat

mempengaruhi cara pandang dan pemaknaan tersendiri bagi para penontonnya.

Film dapat digunakan sebagai media massa yang menyajikan konstruksi

realitas kehidupan manusia. Film Jawara Kidul yang diangkat sebagai objek

penelitian dapat mewakili fungsi komunikasi massa. Sebagai media informasi, film

dapat menjadi media yang menarik dan banyak dipilih oleh banyak orang.

Penyampaian informasi dalam sebuah film dapat ditangkap dengan baik oleh

masyarakat, karena saat ini cukup banyak film yang diangkat berdasarkan kisah

nyata. Dari film juga, penonton dapat menangkap dan meniru segala yang

ditampilkannya. Film sendiri telah cukup banyak mempengaruhi khalayak luas.

Diantaranya film mampu mempengaruhi pandangan seseorang terhadap sesuatu.

Setelah menonton film Jawara Kidul, diharapkan penonton dapat menangkap pesan

makna sosok jawara yang terdapat didalamnya. Dari sebuah film ini, diharapkan

mampu mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai seorang jawara.

Jika dilihat dari fungsi mempengaruhi, film Jawara Kidul menyajikan cerita

sosok seorang jawara yang kuat dan bertanggung jawab dalam menjaga keamanan

Page 106: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

91

dan kedamaian Kadusunan. Dalam film ini tokoh jawara tersebut digambarkan

sebagai seorang yang pemberani untuk menjaga Kadusunan, orang yang lemah dan

juga harga dirinya. Sikap yang disajikan oleh tokoh pemeran utama tersebut

diharapkan dapat memberikan pandangan tersendiri tentang sosok seorang jawara.

Dari sisi peneliti, film Jawara Kidul ini mampu mempengaruhi pandangan

masyarakat terhadap sosok jawara. Ditandai dengan beberapa adegan yang

menampilkan tentang karakter sosok jawara dalam film ini. Adegan yang ditampilkan

mampu membuat penonton mengetahui bagaimana makna sesungguhnya seorang

jawara. Dalam film Jawara Kiduul ini juga terdapat fungsi dari media massa lainnya,

yaitu fungsi menginformasikan (inform) memberikan informasi bahwa menjadi

seorang jawara tidaklah mudah karena terdapat nilai-nilai luhur yang harus tetap

dipegang sebagai seorang jawara. Adegan film Jawara kidul secara tidak langsung

dapat mengantarkan pesan yang mempengaruhi dan menginformasikan tentang

bagaimana sosok seorang Jawara sesungguhnya.

Melalui film, khalayak dapat menangkap pesan yang terlihat maupun yang

tersirat, tentu saja hal ini dapat diinterpretasikan oleh khalayak sesuai dengan latar

belakang sosial budaya yang dimilikinya. Dengan demikian munculah efek yang

beragam dari penayangan suatu film. Dan hal itu dapat mengarahkan pandangan

masyarakat terhadap suatu hal tertentu. Representasi merekonstruksi dan

menampilkan fakta sebuah objek sehingga eksplorasi sebuah makna dapat dilakukan

dengan maksimal. Jika dikaitkan dengan karya film, representasi dalam sebuah karya

Page 107: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

92

seni film merupakan penggambaran terhadap suatu fenomena sosial. Penggambaran

ini tentu saja melalui sang pencipta film. Representasi dalam karya seni film muncul

sehubungan dengan adanya pandangan dan keyakinan bahwa karya film merupakan

cermin, gambaran atau suatu tiruan atas sebuah kenyataan. Merujuk pada apa yang

telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa sebuah representasi berarti sebuah

cermin atau gambaran sebuah peristiwa nyata atau yang sebenarnya.

Proses representasi dalam film tidak semata-mata meniru kenyataan tetapi

melibatkan renungan yang cukup kompleks atas kenyataan alam. Dalam proses

penciptaan sebuah karya film, pembuat film berhadapan dengan suatu kenyataan atau

realitas yang ditemukannya dalam suatu masyarakat (realitas objektif). Realitas

objektif ini dapat berbentuk peristiwa-peristiwa atau norma-norma, pandangan hidup,

dan lain-lain. Representasi yang digunakan dalam mengkaji film ini sangat erat

kaitannya dengan fungsi film sebagai salah satu sarana untuk merepresentasikan

suatu informasi atau realitas dalam suatu masyarakat.

Sang sutradara membuat film ini berhadapan dengan suatu kenyataan yang

ditemukannya dalam suatu masyarakat (realitas objektif), berupa fenomena stigma

negatif seorang jawara, dalam realitas itu Ia menemukan peristiwa-peristiwa yang

kemudian dikaitkan dengan pandangan hidup seorang jawara. Ia mencoba

mengutarakan sesuatu terhadap tragedi itu dan ia ingin berpesan melalui film kepada

orang lain, fakta-fakta yang faktual dirubah menjai fakta imajinatif, yaitu segala

peristiwa mengenai bagaimana seorang jawara bertindak dan berperilaku berusaha

Page 108: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

93

dihadirkan dengan adanya bantuan tema, alur cerita, setting tempat dan penokohan

yang buatnya. Dan akhirnya, semua pesan yang ingin Ia sampaikan dan

representasikan, telah terwujud dan terdapat dalam sebuah karya seni film yang

berjudul Jawara Kidul.

Meskipun demikian film ini juga tidak lepas dari kekurangan didalamnya, hal

tersebut dapat dilihat dari penggambaran sosok jawara melalui kostum dan tema lagu

yang dipakai. Dalam film ini yang ingin mengangkat setting awal abad 19 terlihat

kurang sesuai, karena kostum yang digunakan masih terlihat unsur kontemporer

didalamnya. Selain itu dari segi narasi dan soundtrack yang digunakan masih terlihat

terlalu menonjolkan nuansa romantis yang cukup kuat terlihat dari adanya adegan

romantis yang disipkan dibeberapa adegan. Hal tersebut tentu akan mengurangi

esensi penting tema yang ingin diangkat atau disampaikan pada para penontonnya.

Oleh karena itu sebaiknya dalam penentuan kostum benar-benar harus

disesuaikan dengan setting waktu tema film yang akan dibuat. Lalu jika dalam hal

narasi ingin mengangkat tema tentang kedaerahaan, lebih baik untuk mengadaptasi

cerita rakyat atau folklore yang ada atau beredar di masyarakat setempat. Hal tersebut

tentu akan semakin meningkatkan esensi pemahaman masyarakat. Disamping itu pula

narasi yang diadaptasi dari cerita rakyat tentu akan meningkatkan hasrat masyarakat

untuk menonton, terlebih jika cerita rakyat yang diangkat bukan hanya dikenal di

masyarakat setempat tetapi hingga luar daerah. Hal tersebut akan lebih menarik lebih

banyak penonton.

Page 109: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

94

4.4.2 Perlawanan Stigma Negatif Jawara Melalui Film

Dalam pandangan masyarakat Banten, sosok jawara merupakan seorang

pimpinan tradisional masyarakat pedesaaan. Jawara merupakan seseorang yang

memiliki kekuatan fisik dalam bersilat dan mempunyi ilmu-ilmu kesaktian

(kadigjayaan). Dengan kemampuannya tersebut sosok jawara dapat membangkitkan

rasa hormat dan takut serta kagum bagi orang yang melihatnya. Biasanya peranan

sebagai seorang jawara adalah menjadi Jaro (lurah), guru silat dan ilmu magis atau

supranatural. Jawara sendiri menciptakan suatu kultur yang agak berbeda dengan

kultur dominan masyarakat Banten, sehingga jawara tidak hanya menggambarkan

suatu sosok, tetapi juga telah menjadi suatu kelompok yang memiliki nilai, norma dan

pandangan hidup yang khas. Inilah yang disebut sebagai subkultur komunitas jawara

banten, yang membedakannya dari komunitas lokal daerah lainnya.

Karakter yang dimiliki oleh jawara merupakan hasil suatu rekonstruksi kultur

budaya yang ditanamkan melalui interaksi sosial antar budaya. Dalam proses

interaksi tersebut terjadi penanaman dan pewarisan nilai-nilai kultur tradisi budaya

kejawaraan. Untuk menjadi seorang jawara yang berkharisma dan disegani

dibutuhkan proses panjang dan berat, baik dari segi fisik dan mental. Maka tidak

heran jika seorang jawara tidak hanya cakap secara fisik, melainkan secara rohaniah

spiritual batin telah siap. Seorang jawara biasanya memiliki kemampuan silat dan

ilmu kebatinan yang diatas rata-rata. Maksudnya memiliki kemampuan dalam

Page 110: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

95

memanipulasi kekuatan supranatural untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, seperti

kebal senjata tajam, mengusir jin dan mengobati penyakit.

Untuk menggambarkan sosok jawara, film Jawara Kidul sebagai film layar

lebar bergenre aksi drama, mencoba menceritakan tentang kehidupan seorang jawara

di sebuah Kadusunan dengan berlatar belakang kehidupan masyarakat tradisional

Banten. Dimana sosok jawara tersebut berusaha untuk menjaga keamanan dan

kedamaian sebuah Kadusunan. Dalam film ini terdapat berbagai simbol-simbol

tentang sosok seorang jawara seperti berpakaian seperti pendekar, memakai ikat

kepala dan menggunakan senjata berupa golok.

Dari beberapa scene menampilkan sosok jawara yang menunjukan

kemampuan bela diri silatnya dan kemampuan ilmu magis atau supranatural yang

dimilikinya. Selain itu dalam dialog-dialognya mengambarkan bagaimana sosok

tokoh utama Prabu yang menjadi jawara memiliki sifat kesatria dan religius. Dalam

film ini juga diceritakan tentang adanya dua tokoh yaitu Prabu dan Sakti, yang

memiliki sifat yang saling bertolak belakang. Hal ini menjadi suatu gambaran adanya

perbedaan persepsi masyarakat terhadap sosok seorang jawara. Gambaran mengenai

sosok jawara yang sesungguhnya diperlihatkan dalam setiap scene yang ada. Dari

setiap scene terlihat adanya simbol-simbol bagaimana sosok jawara direpresentasikan

dalam salah satu tokoh yang meggiring presepsi masyarakat mengenai sosok jawara

yang sesungguhnya.

Page 111: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

96

Sebagai masyarakat Banten munculnya sosok jawara sebagai suatu elit lokal

Banten, harusnya dipandang sebagai suatu hasil alkulturasi budaya lokal dengan

pengaruh keagamaan. Sosok jawara sendiri memang sudah ada sejak masa kolonial

dan berkembang hingga saat ini. Eksistensi para jawara tak luput dari peranan kiai

dan dunia pesantren, melalui pesantren-pesantren di Banten inilah kemudian muncul

dan berkembangnya jawara Banten. Peran-peran tradisional jawara dalam masyarakat

Banten berlangsung turun naik. Dimana pada waktu situasi sosial kurang stabil, peran

jawara biasanya berperan sangat penting, namun pada saat masyarakat dalam keadaan

damai mereka kurang diperlukan.

Perbedaan pandangan terhadap sosok jawara mulai muncul, disaat golongan

jawara yang mulai menunjukan berprilaku sompral (gaya bahasa yang kasar),

sombong, dan kurang taat beragama, memunculkan pandangan antipati masyarakat

terhadap sosok jawara. Untuk itu diperlukan adanya pemahaman yang mendalam

mengenai sepak terjang jawara itu sesungguhnya dari masa ke masa. Melalui film

Jawara Kidul tentunya masyarakat dapat lebih melihat sosok jawara dari sisi yang

berbeda dan lebih mengenal bagaimana makna seorang jawara yang direpresentasikan

dalam film ini. Karena pada beberapa adegan yang ditampilkan dalam film ini dapat

merepresentasikan karakter seorang jawara.

Sehingga dengan kemunculan film ini, masyarakat yang telah menontonnya

dapat mengambil pesan yang ingin disampaikan sang pembuat film, mengenai makna

sosok jawara. Melalui film sebagai media massa penyebarannya pesan tersebut,

Page 112: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

97

membuat pesan dapat lebih cepat dan luas tersebar kepada khalayak ramai, dan efek

dari media massa ini bukan saja dapat menambah informasi atau pengetahuan

mengenai sosok jawara, namun juga dapat mempengaruhi pandangan masyarakat

yang sebelumnya, terhadap sosok seorang jawara.

Page 113: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

98

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Film Jawara Kidul merupakan film layar lebar yang diproduksi oleh Kremov

Pictures dengan genre aksi drama, menceritakan tentang kehidupan Jawara dengan

berlatar belakang masyarakat tradisional Banten. Dimana sosok Jawara menjadi

seorang tokoh masyarakat di sebuah Kadusunan. Setelah dilakukan kajian pustaka

dan analisis data tentang film Jawara Kidul, dalam film ini ditemukan tanda yang

dapat merepresentasikan makna sosok jawara. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, penulis menarik kesimpulan yaitu:

1. Secara Denotasi, makna jawara yang direpresentasikan dalam film jawara

Kidul ini memperlihatkan sosok jawara sebagai seorang pendekar yang

cukup berpengaruh dalam berperan menjaga Kadusunan dan melindungi

yang lemah. Sosok jawara dalam film ini digambarkan dengan sikap

positif yang tujuannya untuk mempengaruhi penonton dalam menilai

bagaimana sosok jawara sesungguhnya.

2. Secara konotasi sosok jawara dalam film Jawara Kidul ini digambarkan

sebagai sosok yang memiliki karakter petarung berbekal kekuatan fisik

98

Page 114: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

99

dan ilmu supranatural yang dimilikinya serta memiliki memiliki dasar

pengetahuan tentang agama Islam.

3. Mitos dalam Film Jawara Kidul dibangun dengan membuat perspektif

berdasarkan sosok jawara yang tergambar di tengah-tengah masyarakat

saat ini antara lain, sosok jawara yang identik dengan aksi premanisme ,

selanjutnya penggambaran sosok jawara dengan karakter jahat dan

religius, juga penggunaan golok bagi jawara sebagai lambang derajat dan

kehormatan.

5.2 Saran

Dengan hasil penelitian seperti ini, ada beberapa saran yang ingin

disampaikan oleh penulis, diantaranya sebagai berikut:

1. Saran Akademis

Bagi Mahasiswa Ilmu Komunikasi, diharapkan penelitian ini dapat menambah

referensi tentang studi semiotika, karena studi ini efektif dalam mengkaji

tanda, makna, dan pesan sesuai bidang ilmu komunikasi. Sehingga diharapkan

dapat kedepannya memiliki pengetahuan tentang teknik analisis semiotika

yang baik, yang dapat diaplikasikan dalam tugas perkuliahan ataupun tugas

akhir.

Page 115: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

100

2. Saran Praktis

Bagi khalayak khususnya masyarakat Banten yang belum menonton film ini

diharapkan dapat lebih cermat dalam memahami pesan-pesan yang

disampaikan dalam film ini. Sehingga dapat melihat sisi lain dari seorang

jawara Banten yang belum diketahui sebelumnya, terlebih dapat memahami

secara mendalam mengenai sosok dan karakter seorang jawara.

3. Saran Sosial

Sebagai masyarakat diharapkan dapat lebih kritis dan selektif terhadap

berbagai tayangan hiburan, serta mampu memahami berbagai pesan-pesan

yang terkandung dalam sebuah film. Selain itu diharapakan juga dapat

memilah dan menilai film yang layak ditonton atau tidak.

Page 116: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

101

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Alamsyah, Andi Rahman. (2010). Islam, Jawara dan Demokrasi, Geliat Politik

Banten Pasca- Orde Baru. Jakarta: Dian Rakyat.

Al-Barry, M. Dahlan. (1994). Kamus Modern Bahasa Indonesia. Yogyakarta:

Arkola.

Ali, Muhammad. (2003) Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta:

Pustaka Amani.

Alwasilah, Chaedar. (2002). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Baker, Chris. (2000). Cultural Studies Theory and Practice. London: Sage

Publication.

Berger, Artur Asa. (1999). Media Analysis Techniques. Yogyakarta: Andi Offset.

Bordwell, David & Thompson, Kristin. (1993). Film and Art: An Introduction.

New York: Graw Hill.

Danesi, Marcel. (2010) Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta:

Jalasutra.

Page 117: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

102

(2010). Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar

Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.

Elvinaro, Ardianto, Komala. (2004). Komunikasi Massa Suatu Pengantar.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Fiske, John. (2007). Cultural and Communication Studies. Yogyakarta &

Bandung: Jalasutra.

Giles, Judy & Timothy Middleton. (1999). Studying Culture: A Practical

Introduction. Oxford: Wiley-Blackwell.

Hall, Stuart. (2003). The Work of Representation”. Representation: Cultural

Representation and signifying Practices. London: Sage Publication.

Hartley, John. (2010). Communication, Cultural, and Media Studies: Konsep

Kunci. Yogyakarta: Jalasutra.

Hidayat, Dedy N. (2003). Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik

Klasik. Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas

Indonesia.

Irfani, Fahmi. (2011). Jawara Banten Sebuah Kajian Sosial, Politik dan

Budaya. Jakarta: YPM Press (Young Progressive Muslim).

Krisyantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Page 118: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

103

Lubis, Nina. (2003). Banten Dalam Pengumulan Sejarah Sultan, Ulama,

Jawara. Jakarta: Pustaka LP3ES.

Lull, James. (1998). Media Komunikasi, kebudayaan, Suatu Pendekatan Global.

Terjemahan oleh A. Setiawan Abadi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Moleong, Lexy. (2006). Metode Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Rohmat. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung:

Alfabeta.

Nurudin. (2011). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers.

Parttanto, Pius A & M Dahlan. (2001). Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:

ARKOLA.

Rakhmat, Jalalludin. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Ruslan, Rosady. (2003). Metodologi Penelitian Publik Relation dan Komunikasi.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Seto, Indiawan. W. (2011). Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi

Penelitian Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sobur, Alex. (2006). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Page 119: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

104

(2001). Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk

Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

(2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Turner. (2008). Introducing Communication Theory: Analysis and Application.

Jakarta: Salemba Humanika.

Uchyana, Onong. (2004). Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

SKRIPSI

Ahmad Abrori, Perilaku Politik Jawara Banten Dalam Proses Politik di Banten

(Depok: Tesis FISIP Universitas Indonesia, 2003).

Saefudin. Jawara banten (Studi Kepemimpinan Tradisional di Desa Tegal Sari,

Kec. Walantaka, Kab Serang). Yogyakarta, 2009.

Page 120: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

105

Tihami “Kiai dan Jawara di Banten” (Tesis Master, Universitas Indonesia,

Jakarta, 1992).

WEB

http://www.kremovpictures.com/2015/02/jawara-kidul-produksi-terbaru-

kremov.html diakses tanggal 18 februari 2016 pukul 14:20 WIB.

http://www.bantenraya.com/utama/14464-film-jawara-kidul-meluruskan-arti-

jawara-sebenarnya diakses tanggal 8 agustus 2016 pukul 13: 45 WIB.

http://www.beritacilegon.co.id/kota-cilegon/film-jawara-kidul-garapan-kremov-

picture-tayang-di-bioskop-cilegon-22-dan-26-september diakses tanggal 10

Agustus 2016 pukul 15:10 WIB.

https://www.kabar6.com/banten/pandeglang/16041-film-jawara-kidul-bakal-

diputar-di-festival-tanjung-lesung-2015 diakses pada tangga 12 Agustus 2016

pukul10:25 WIB.

http://www.tangeranghits.com/persona/41597/darwin-mahesa-merubah-stigma-

jawara-lewat-syiar-layar-kaca diakses pada tanggal 20 Agustus 2015 pukul 14:44

WIB.

Page 125: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

110

Page 126: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

111

Page 127: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

112

Page 128: REPRESENTASI MAKNA JAWARA DALAM FILM JAWARA KIDULrepository.fisip-untirta.ac.id/796/1/REPRESENTASI... · dengan sinematografi, penampilan para pemain, suara, dan desain produksi (lokasi,

113

Curriculum Vitae

DATA PRIBADI

Nama : Arya Dwi Cahyo

Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 14 April 1994

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 22 Tahun

Tinggi, Berat Badan : 170 cm, 58 kg

Agama : Islam

Alamat : Perum. Pondok Cilegon Indah, Blok B 39 No. 11,

Kec. Cibeber, Kota.Cilegon, Banten

Status : Belum Menikah

Telepon : 085779550414

Email : [email protected]

PENDIDIKAN

Formal

2012-2016 : S1 Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

2009-2012 : SMKN 1 Kota Cilegon

2006-2009 : SMPN 5 Cilegon

2000-2006 : SDN 1 Cilegon

PENGALAMAN KERJA

Nov 2010 – Des 2010 : Departemen Informasi Officer Magang | PT. KHI Pipe

Industries

Okt 2015 - Des 2015 : Public Relations Magang | PT. Anugrah Cipta Karyatama