REPRESENTASI DESA DALAM FILM-TARI “DONGENG DARI DIRAH ...

14
54 REPRESENTASI DESA DALAM FILM-TARI “DONGENG DARI DIRAH” Analisis Semiotika Barthesian Sapto H udoyo Dosen Prodi Televisi dan Film, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta J l. Ki Hadjar Dewantara 19 Surakarta 57126 E-mail: [email protected] ABSTRACT Film isa collaborative work that combinesmultiple art forms. Every form of art donates respective roles and supports each other. Film is created as a means of communication via meaningful visual language and affirmed-narrative.A film raises aesthetic values and meaning by offering interpretation from its audience. The story telling through choreography on the step of post-production (editing ) will bringnew meaning, it makes a dance film more superior than the performances of casual dance. Dance has become a means of creatinga depth of meaningon purpose to be conveyed. By usinga semiotic theory, a “Socerres From Dirah” dance film which has rural setting can be perceived through culture and religion of rural communities. Of the signs systems (signifier/ expression and signified/contents), it has obtained connotative meaning of the effort, praying and expression of excitement for all the work done by rural communities in making a living for his family. Keywords: film, dance, connotative, meaning, and rural PENDAHULUAN Tari adalah salah satu bentuk komunikasi yang menggunakan seluruh pancaindera dan mengeluarkan isyarat dan merupakan seri gerakan dan langkah yang biasanya dipertunjukkan dengan musik. Tari juga difahami sebagai situasi sosial dimana orang saling menari satu dengan yang lain. Di dalam dunia tari ada istilah koreografi. Koreografi merupakan sebuah komposisi tari yang diciptakan dengan mempertimbangkan keindahan gerak. Penyusunan koreografi diawali dengan dasar pemikiran atau konsep garapan, pada umumnya diuraikan pada bagian‘latar belakang’ yaitu keinginan atau harapan koreografer dalam menangkap objek, atau kondisi/situasi apapun yang secara kuat mendorong (memberikan motivasi) untuk berkar ya (Hidayat, 2008:37). Penyajiannya di atas panggung pertunjukan dan dapat dinikmati langsung

Transcript of REPRESENTASI DESA DALAM FILM-TARI “DONGENG DARI DIRAH ...

Page 1: REPRESENTASI DESA DALAM FILM-TARI “DONGENG DARI DIRAH ...

54

REPRESENTASI DESA DALAM FILM-TARI “DONGENG DARI DIR AH”Analisis Semiotika Barthesian

Sapto HudoyoDosen Prodi Televisi dan Film, Institut Seni Indone sia (ISI) Surakarta

Jl. Ki Hadjar Dewantara 19 Surakarta 57126E-mail: [email protected]

ABSTRACT

Film is a collaborative work that combines multiple art forms. Every form of art donatesrespective roles and supports each other. Film is c reated as a means of communicationvia meaningful visual language and affirmed-narrati ve. A film raises aesthetic values andmeaning by offering interpretation from its audienc e. The story telling throughchoreography on the step of post-production ( editing ) will bring new meaning, it makesa dance film more superior than the performances of casual dance. Dance has becomea means of creating a depth of meaning on purpose t o be conveyed. By using a semiotictheory, a “Socerres From Dirah” dance film which ha s rural setting can be perceivedthrough culture and religion of rural communities. Of the signs systems (signifier/expression and signified/contents), it has obtained connotative meaning of the effort,praying and expression of excitement for all the wo rk done by rural communities inmaking a living for his family.

Keywords: film, dance, connotative, meaning, and ru ral

PENDAHULUANTari adalah salah satu bentuk

komunikasi yang menggunakan seluruhpancaindera dan mengeluarkan isyaratdan merupakan seri gerakan dan langkahyang biasanya dipertunjukkan denganmusik. Tari juga difahami sebagai situasisosial dimana orang saling menari satudengan yang lain. Di dalam dunia tari adaistilah koreografi. Koreografi merupakansebuah komposisi tari yang diciptakan

dengan mempertimbangkan keindahangerak. Penyusunan koreografi diawalidengan dasar pemikiran atau konsepgarapan, pada umumnya diuraikan padabagian ‘latar belakang’ yaitu keinginan atauharapan koreografer dalam menangkapobjek, atau kondisi/situasi apapun yangsecara kuat mendorong (memberikanmotivasi) untuk berkarya (Hidayat,2008:37). Penyajiannya di atas panggungpertunjukan dan dapat dinikmati langsung

Page 2: REPRESENTASI DESA DALAM FILM-TARI “DONGENG DARI DIRAH ...

55

Volume 3 No. 1 Desember 2011

oleh penonton. Kesempurnaan sebuahkoreografi tidak hanya berdiri sendirisebagai sebuah pertunjukan, namundilengkapi iringan pertunjukan lain,seperti pertunjukan musik dan drama.

Pada awalnya, penggunaan kamerafilm dan video dalam dunia koreografidiperuntukan sebagai kepentingandokumentasi saja. Sebuah karyapertunjukan tari yang direkammenggunakan kamera dengan pendekatanseperti penonton pertunjukan tari. Sifatkamera yang memiliki kemampunanmendekatkan objek penari dengan efekzooming , dapat merekam dan mampudiputar kembali, menjadikan tari dapatlebih mudah diakses dan dipelajari olehsetiap siapapun yang mengaksesnya.Tetapi kemudian ketika kamera merekampertunjukan tari dengan melibatkaninterpetasi sinematis dengan berbagaisudut pengambilan gambar ( angle) danperlakuan filmisnya diperhitungkan sertadilakukan interpertasi, sifat dan sikapmendokumentasi akan berubah menjadimendekonstruksi sebuah karyakoreografi yang sudah jadi dalam mediayang berbeda. Beberapa koreografer dansineas mencoba memindahkan konseppanggung ke lokasi luar panggung sepertialam, bangunan, lokasi berarsitekturmodern sehingga citra yang muncul adalahperpaduan koreografi tradisi yangdikemas secara modern berinteraksidengan lingkungan arsitektur modern(Prakosa, 2011). Bentuk sinematis dari tarimenjadi unik karena perpindahan settingmelahirkan bentuk baru dan

menumbuhkan semangat baru yang unik.Pendekatan sinematis pada tari kemudianmenciptakan metoda baru dalampenciptaan baik film maupun tari.

Apabila didefinisikan secara harfiahFilm-Tari merupakan film yang didalamnya terdapat banyak tarian, tetapikemudian definisi yang muncul salingberbeda. Secara garis besar ciri yangdisepkati oleh banyak pemerhati danpembuat film-tari adalah ketika alurstruktur dramatik yang terdapat dalamfilm tersebut merupakan hasil kerjakoreografi dalam gerak dan dialogpemainnya.

Dongeng Dari Dirah yangmerupakan sebuah pertunjukan taripanggung dan sering dipentaskan olehkoreografer Sardono W Kusumo, olehsineas film Robert Chappel dicobakembali ditampilkan denganmenggunakan pendekatan sinematis.Sardono dan Chapel memindahkansetting panggung ke setting realita danmembuat adegan demi adegan sepertimembuat koreografi baru. Dalam prosesproduksinya, para pemain menghadapiketerputusan emosi saat harusmenghadapi waktu-waktu mendengarkata ‘cut’ dalam disiplin penciptaan filmdemi menciptakan alur film time. Dengankata lain, emosi pemain yang biasanyayang sudah terbangun utuh dalam sebuahpementasan tari panggung dapat tiba-tibaharus terputus ketika sedang ‘ in’ masukdalam perwatakan sebuah karekter yangdiperankan oleh penari yang menjaditokoh dalam film tersebut (Gotot, 2012).

Page 3: REPRESENTASI DESA DALAM FILM-TARI “DONGENG DARI DIRAH ...

56

Tetapi pada akhirnya Sardono dan RobertChappels sepakat bahwa dalam duniasinematografi ada unsur image yang harusdipertahankan, artinya rangkaian gambarharus memiliki sugesti yang cukup tinggidan harus mampu menciptakan strukturyang sama menariknya denganpertunjukan tari Dongeng Dari Dirah dipanggung.

Film-tari Dongeng Dari Dirah yangmayoritas setting- nya berada di pedesaandan persawahan menarik untuk dikaji darisisi semiotika karena asumsi pokoknyaadalah seluruh elemen baik visual, musical,verbal, maupun non verbal sepertigerakan tari dipahami sebagai bentukbahasa dan praktik penandaan. Semiotikasangat memperhatikan signifikasi objek-objek dalam film-tari seperti gambar,gerakan koreografi, kostum, settingtempat dan sebagainya. Objek-objektersebut berpotensi mengkonstruksimakna ideologis atau mitos sertarepresentasi desa dalam film tari DongengDari Dirah terkait dengan konteks sosialpolitik ketika film ini diproduksi.

Pada bagian ini akandipertimbangkan beberapa tipe analisisdalam kajian film-tari sebagai bagian darifenomena budaya media ( media culture )yang di dalamnya terdapat dua tipeanalisis, yaitu tipe analisis kontekstual dantekstual. Kedua tipe analisis tersebutditentukan oleh unsur metode dan data.Tipe analisis kontekstual lebihberkembang pada pendekatan ekonomipolitik dan tidak terlalu fokus pada teksfilm-tari, tetapi lebih memperhatikan

konteks sosial politik kultural film-tarisebagai produksi budaya. Di sisi lain, tipeanalisis tekstual lebih banyakmenggunakan metode semiotika, yangunsur data analisisnya terkait dengan datatekstual dari film-tari berupa gerakan tari,musical, dan visual.

T ipe Analisis KontekstualDoglas Kellner (2002:264) pernah

menganalisis video musik yangmemvisualkan koreografi yang terdapatvideo musik Madonna sebagai pemberimodel dan bahan untuk membangunidentitas. Asumsi Kellner merujuk padarelasi antara ekonomi politik, identitasdan budaya media terutama analisismediasi dan implikasi atas fenomenaMadonna dari video musik dan konser-konsernya.

Kellner (2002:27) menyatakanbahwa untuk meneliti persoalan antarabudaya media dan masyarakat sepertiMadonna, pendekatannya bersifattrandisipliner. Kellner memanfaatkanbermacam teori seperti teori kritis, teoriposmodern, posstruktural, dan kajianbudaya Birmingham sebagai model-modelteori sosial dan kritisme budaya. Pada sisimetodologisnya, Kellner tidak hanyamelihat fenomena Madonna dengananalisis tekstual, melainkan penggunaanpendekatan ekonomi politik dan produksibudaya merupakan kunci penting untukfenomena Madonna. Dengan demikian,pendekatan Kellner bersifat ganda karenamemadukan metode tekstual danekonomi politik. Video musik Madonna

Page 4: REPRESENTASI DESA DALAM FILM-TARI “DONGENG DARI DIRAH ...

57

Volume 3 No. 1 Desember 2011

bagi Kellner merupakan titikkeberangkatan untuk menganalisiskondisi budaya media yang lebih luas,yaitu industri budaya yang berkembangsebagai komodifikasi atas fenomenaMadonna seperti gaya rambut, pakaiandan sebagainya.

Tipe Analisis Tekstual : SemiotikaSemiotika sebagai pendekatan

terhadap film-tari dilakukan denganmengoperasionalkan prinsip prinsipsemiotika pada praktik penandaan teksfilm-tari. Asumsi pokoknya adalah seluruhelemen visual, musical, dan verbal sertanon verbal seperti gerakan tari dipahamisebagai bentuk bahasa dan praktikpenandaan. Semiotika sangatmemperhatikan signifikasi objek-objekdalam film-tari seperti gambar, gerakankoreografi, kostum, setting tempat dansebagainya. Objek-objek tersebutberpotensi mengkonstruksi maknaideologis atau mitos dalam film tari.

Dari pemaparan di atas, jelas bahwapendekatan yang lebih tepat untukmemeriksa tanda-tanda objek dalam film-tari adalah semiotika. Berkaitan denganobjek yang diteliti, penelitian ini berupayamerelasikan data visual (gambar) dan nonverbal (gerakan tari yang ada di dalamgambar tersebut). Sebagai media yangterdiri dari kombinasi teks non verbal/gerakan tari dan visual (susunan gambar),sifat relasinya adalah sebagai relay atausaling menjelaskan, menambah danmelengkapi makna. Menurut RolandBarthes, jenis relasi pesan kebahasaan

relay tersebut memiliki sifat yang hampirsama dengan teks dialog dalam film ataubalon kata dalam komik.

Kajian tentang representasi desadengan menggunakan media film,utamanya film yang menggunakankoreografi tari di dalamnya, masih sangatkurang, terlebih lagi dengan film tari yangdiproduksi oleh orang Indonesia dan diIndonesia. Maka melalui penelitian inidapat memunculkan prespektif danmodel analisis alternatif yang akansemakin memperkaya kajian tentang filmtari.

Mitos sebagai RepresentasiDalam pemahaman Barthes, mitos

merupakan sistem komunikasi, sebuahpesan bukan merupakan objek, ide,ataupun konsep, ia merupakan modapenandaan, sebuah bentuk(Barthes,1981:83). Mitos tidakdidefinisikan oleh objek pesannya, tetapioleh cara yang di dalamnya, objekmenyampaikan pesan. Mitos bisabersumber dari moda tulisan (wacanatertulis, liputan tulis, buku-buku terbitandan lain-lain.) atau moda representasipictorial (foto, film, olah raga, maupunpertunjukan) karena mitosmenyampaikan pesan, maka dengansendirinya ia merupakan bagian darisistem semiologis yang melibatkanpenandaan ( signification ). Menurut Barthesmitos merupakan sistem semiologistingkat kedua ( a second-order-semiologicalsystem) tanda (hubungan asosiatif antaracitra dan konsep) dalam sistem pertama

Page 5: REPRESENTASI DESA DALAM FILM-TARI “DONGENG DARI DIRAH ...

58

(denotatif-konotatif) semata-matamenjadi penanda ( signifier) dalam sistemkedua.

Di dalam mitos terdapat dua sistemsemiologis, pertama, yang diatur dalamhubungannya dengan yang lain, yaitusistem bahasa, bahasa (atau modarepresentasi yang berasimilasi denganbahasa), yang disebut dengan objek-bahasakarena bahasalah yang menjadikan mitosterikat dalam tatanan untuk membangunsistemnya sendiri. Kedua, mitos itu sendiriyang disebut dengan metabahasa,merupakan bahasa kedua, yang didalamnya membicarakan yang pertama.Ketika merefleksikan dalam metabahasa ,semiologis t idak perlu lagimempermasalahkan komposisi dariobjek-bahasa, t idak perlu lagimempertimbangkan detail dari skemalinguistik, hanya perlu memahami termatotalnya atau tanda global, dan hanyalantaran itulah terma tersebutmeminjamkan dirinya untuk mitos.

RepresentasiTeori representasi dalam penelitian

ini merujuk pada gambaran yang diberikanHall tentang representasi yaitu: pertama,penggunaan bahasa untuk mengatakansesuatu yang penuh makna tentang atauuntuk merepresentasikan, dunia denganpenuh makna, kepada orang lain. Kedua,bagian penting dari sebuah proses yangdengan makna diproduksi dandipertukarkan di antara para anggotasebuah kebudayaan. Ketiga, produksimakna dari konsep yang ada dalam

pikiran kita melalui bahasa (Hall, 1997).Dari uraian tersebut, paling tidak ada duasistem representasi yang salingberhubungan satu sama lain, yaitu:representasi mental dan bahasa.Representasi mental adalah serangkaiankonsep yang ada di benak dimana maknabergantung sepenuhnya pada sistemkonsep dan citra yang dibentuk dalampikiran kita yang bisa menggantikan ataumerepresentasikan jagad, sehinggamemungkinkan kita untuk merujuk padasegala hal yang ada baik di dalam dan diluar kepala kita (Hall, 1997)

Representasi mental inilah yangkemudian menjadi peta konseptual yangmenyebar ke dalam kehidupan orang-orang dalam satu kebudayaan tertentusehingga mereka bisa salingberkomunikasi tentang sesuatu ataupermasalahan. Bahasa merupakan sistemrepresentasi yang melibatkan ke semuaproses konstruksi makna dimanadengannya orang bisa mengkorelasikankonsep dan ide dengan kata-kata tulis,suara-suara atau citra visual tertentu (Hall,1997). Dengan demikian, bahasa jugamerupakan sistem tanda. Kaitan antararepresentasi mental dengan bahasa di satusisi ini menjadi praktik representasi yangmerupakan inti dari proses makna dalamsetiap kebudayaan.

Terkait dengan analisisrepresentasi, Hall (1997) memberikan tigamodel pendekatan. Pertama, pendekatanreflektif menempatkan representasisebagai cerminan pandangan sosial dankultural dalam realitas masyarakat

Page 6: REPRESENTASI DESA DALAM FILM-TARI “DONGENG DARI DIRAH ...

59

Volume 3 No. 1 Desember 2011

sebagaimana adanya. Kedua, pendekatanintensional menempatkan sang kreatorsebagai pembuat representasi. Ketiga,pendekatan konstruksional menempatkanmedia sebagai agen yang berperan dalammenyeleksi dan mengkonstruksi realitas.Untuk kepentingan kajian ini, pendekatanreflektif dan konstruksional akan lebihbanyak digunakan karena tidak akanmembahas peran posisi kreator.

PEMBAHASANPada bagian ini dianalisis sistem

semiologi tatanan pertama (denotatif)dan kedua (konotatif) pada teks visual danteks non verbal (gerakan tari) dalam film-tari Dongeng Dari Dirah . Elemen penanda(Sr 1, gambar dan gerakan) pada tingkatpertama dan petanda (Sd1, makna-makna)pada tingkat-pertama, menyusun penanda(bentuk) pada sistem semiologi tingkatkedua (Sr2), yang kemudian membangunkonsep-konsep konotatif (Sd 2).

Pesan visual selalu bermakna gandaatau mempunyai beberapa kemungkinanmakna ( polisemik ), yang mengimplikasikansuatu rangkaian petanda-petanda yang“mengapung” (“ floating chain of signifieds ).Karena bersifat polisemik , makadikembangkan suatu teknik untukmengunci atau menambatkan dariberbagai kemungkinan makna pada objek.Penambat ( anchorage ) setidaknyamempunyai dua fungsi, pertamamembantu pembaca untukmengidentifikasi makna denotasi citra,kedua untuk membatasi penyebaranpotensi konotasi citra, kedua untuk

membatasi penyebaran potensi konotasicitra. Fungsi penambat ini dirancang untukmengkonotasikan citra, mengikatnya padapetanda-petanda pada tataran kedua(second order signifieds ) atau tatarankonotasi (Budiman, 2004:70; Storey,1993:116-122).

Film Dongeng Dari Dirah , memilikiempat sekuen dan masing-masing sekuenterdiri dari beberapa adegan ( scene) yangtersusun dari rangkaian shot . Film DongengDari Dirah ini jika dilihat dari sudutpandang tari tradisi pada umumnya tentumemiliki perbedaan-perbedaan yangsangat tajam. Di sini letak nilai yangdimiliki Film Dongeng Dari Dirah : 1) aspekpenampilan para tokoh-tokoh pemain,menampilkan format berbeda dengantradisi tari; 2) aspek penceritaan,cenderung seperti melompat-lompat(intercutting ) karena beberapa selipan-selipan tokoh atau peristiwa; dan 3)adanya beberapa distorsi dalam beberapaadegan yang dalam sudut pandang umumsulit dimengerti dan dimaknai. Denganfaktor-faktor tersebut semiotikaberperan mengurai beberapa problempemaknaan dalam Film Dongeng DariDirah ini, sehingga adegan atau gambaranyang tampak t idak bermakna akanmenemukan kesimpulan-kesimpulan yangutuh. Film Dongeng Dari Dirah yangmemiliki tingkat penafsiran rumit inimenjadi tantangan untuk mengungkapmakna di balik adegan.

Page 7: REPRESENTASI DESA DALAM FILM-TARI “DONGENG DARI DIRAH ...

60

Shot Berjalan TerbalikShot yang merupakan lanjutan

aktivitas berangkat menuju sawahdisajikan dengan menggunakan refleksiair sawah sedemikian rupa sehinggaterlihat gambar petani menjadi terbalik.

Secara teknis, shot ini direkamdengan cara mengarahkan kamera ke arahair dengan tujuan untuk mendapatkanhasil pantulan dari air tersebut. Dengandemikian gambar yang terlihat utuh ( full-shot ) menjadi terbalik, komposisi bagiankepala menjadi kaki dan bagian kaki

Page 8: REPRESENTASI DESA DALAM FILM-TARI “DONGENG DARI DIRAH ...

61

Volume 3 No. 1 Desember 2011

ditempati oleh kepala. Pengambilangambar ini bukanlah tidak disengajamelainkan ingin menyampaikan pesansesuatu kepada pemirsanya. Pemaknaankonotatif sangat tepat digunakan untukmemaknai gambar tersebut. Lazimnyaorang ketika berjalan berjalan dalamposisi kepala dan tubuh berada di bagianatas, sedangkan kaki berfungsi sebagaipenopangnya, pada shot ini diperlihatkansebaliknya.

Secara komutatif shot refleksipetani di atas air yang mengakibatkangambar menjadi terbalik ini tidak bisadigantikan secara asosiatif dengan hanyasekedar menampilkan gambar petani yangberjalan di tengah pematang sawah. Secaraparadigmatik, konsep tanda petaniberjalan di pematang sawah lebihmengacu kepada konsep kehidupan yangbiasa. Relasi makna pada gambar ini lebihmengacu kepada sesuatu yang tidak lazim.

Hal ini tercermin pada adeganberjalan terbalik yang memberikan maknaadanya kehidupan tidak berjalan pada

semestinya. Dimensi lainnya adalahbahwa kehidupan yang dihadapi oleh parapetani di desa, begitu sulit dan keras dalammemperoleh kesejahteraan, sedemikiansulitnya mereka harus bekerja denganmenjadikan kepala sebagai kaki, dan kakisebagai kepala. Meskipun digambarkansulit, kehidupan masyarakat petani tetapberjalan. Hal ini dapat dilihat daripergerakan objek, dalam hal ini petani,yang tetap berjalan menuju tanahgarapannya.

Shot Bekerja Bersama-samadalam Kesia-siaan

Shot ini menunjukkan bahwa kerjayang dilakukan petani di sawah tidaksendirian melainkan bersama-sama.Penggunaan ketinggian level kamerasecara high angle dengan ukuran tipegambar, long-shot semakin memberi kesanjumlah pelaku yang melakukan pekerjaantersebut banyak.

Page 9: REPRESENTASI DESA DALAM FILM-TARI “DONGENG DARI DIRAH ...

62

Tanah persawahan merupakanmedia atau tempat tumbuhnya tanamanpadi, oleh sebab itu penyelenggaraanusaha pertanian umumnya tidak akanpernah akan habis dan mutlak harustersedia. Tanah digunakan untuk berbagaimacam kepentingan oleh manusia antaralain: usaha pertanian, permukiman,perluasan perkotaan dan sebagainya.Semua berguna untuk menunjangkelangsungan usaha dan kehidupanmanusia. Luas areal tanah yang khususuntuk pertanian relatif konstan, tetapijumlah penduduk yang semakinbertambah, mengakibatkan kepemilikantanah untuk pertanian rata-rata semakinmenyempit.

Secara kronologis, shot inimerupakan kelanjutan dari shotsebelumnya, para petani menggarap lahansawah yang akan ditanami padi, barisanpetani berjajar mengayunkan gau ke arahtanah lumpur yang digarap, refleksimatahari yang terlihat jelas pada genanganair menunjukkan waktu kerja pada shotini masih pagi.

Selain itu, penanda lain adalahadanya masyarakat petani yang belummemanfaatkan teknologi modern dalamsistem pertaniannya, maka dalamkehidupan sosialnya dapat dilihat denganhubungan solidaritas seperti: kerukunan,kerjasama yang disebabkan olehkesamaan dalam kehidupannya. Emile

Page 10: REPRESENTASI DESA DALAM FILM-TARI “DONGENG DARI DIRAH ...

63

Volume 3 No. 1 Desember 2011

Durkheim memberikan istilah “ solidaritasmekanik ” untuk jenis sosialita yangtercipta oleh adanya kesamaan kesamaananggota atau kelompok (Raharjo,1999:20)

Berkaitan dengan makna konotatif,penanda-penanda yang hadir dalam shotini adalah para petani tradisional yangbersama-sama bekerja menggarap lahandengan menggunakan gau, menimbulkankesan bahwa mereka senasib dalammelakukan hal yang sia-sia. Gau yangseharusnya digunakan untuk mengaisjerami, malah digunakan bukan untukperuntukannya. Dengan demikian wacanayang diangkat dalam shot ini adalah kesia-sian dalam usaha yang dilakukan secarabersama-sama.

Shot Bunga Padma Rangkaian gambar dalam adegan

ini merupakan bagian dari sebuahpertunjukan tari Kecak pada umumnya,dimulai dari shot formasi manusia yangmembentuk dua lingkaran besar dan kecil.Pengambilan gambar ( camera angle)dilakukan dengan level ketinggian highangle sedemikian rupa sehinggaterbentuk dua formasi lingkaran manusia

besar dan kecil. Lingkaran yang besarterletak di bagian luar, sedangkan lingkaranyang lebih kecil terletak di dalam. Padabagian tengah lingkaran terdapat pusatyang menyerupai kuncup bunga.

Pengambilan gambar pada scene inidilakukan di dalam studio, agar pembuatfilm dapat dengan leluasa mengerahkanseluruh elemen visualnya, termasukelemen pencahayaan. Teknik pencahayaandalam adegan ini menggunakanpencahayaan ar tifisal, sumberpencahayaan tersebut diperoleh darilighting. Sedangkan pola penataanpencahayaan menggunakan pola threepoint lighting , sumber cahaya utama ( keylight) berasal dari samping formasilingkaran, sedangkan sumber cahayatambahan ( fill in) diperoleh denganmeletakkan sumber pencahayaan artifisialdi arah yang berbeda.

Pada shot ini, masing-masing individuyang menyusun formasi dua lingkaran iniduduk bersila. Mereka bergerak,membungkuk, dan menengadah secarabersama-sama sehingga secara visualdilihat dari atas ke bawah seperti bungayang sedang mekar. B unga dikenal sebagaitanaman yang mempesona, baik bentuk,

Page 11: REPRESENTASI DESA DALAM FILM-TARI “DONGENG DARI DIRAH ...

64

aroma, warna, ataupun perpaduanketiganya. Bunga dikenal juga sebagai salahsatu media untuk mengungkapkanperasaan manusia. Roland Barthesmemberi contoh bunga mawar secarauniversal dipergunakan untukmengungkapkan perasaan cinta (Barthes,1983). Bunga bakung dikenal sebagailambang kemurnian. Bunga melati seringdipergunakan untuk membangun suasanahati seperti sedih, gembira, cerah, dan segar.Apabila seseorang berduka cita, akanmendapatkan bunga berwarna putih, unguatau campuran keduanya. Bunga-bungayang berwarna segar, cocok untuk orangyang sakit (Barnadib, 2003:1)

Pada umumnya manusia melihatbunga sebagai sesuatu yang indah.Manifestasi penghargaan manusia akannilai bunga terlihat dalam penggunaannyauntuk berbagai acara, seperti memeriahkanpesta pernikahan, pesta ulang tahun,peresmian, dan upacara keagamaan sertadiberikan kepada tamu atau orang yangdihormati.

Bunga teratai merupakan salah satubunga yang disucikan oleh umat Hindu danBudha. Bunga teratai atau padma dalambahasa Sansekerta disebut utpala. Padmadijadikan simbol alam semesta, yang lahirdari matahari. Matahari merupakanlambang dari Sanghyang Surya atau DewaSurya. Olehkarena itu bunga padma bagiumat Hindu merupakan bunga yang

Page 12: REPRESENTASI DESA DALAM FILM-TARI “DONGENG DARI DIRAH ...

65

Volume 3 No. 1 Desember 2011

disucikan karena merupakan astana/tempat suci Tuhan.

Habitat bunga padma yangmerupakan tumbuhan yang hidup di atasair, apabila air pasang padma akan ikutnaik, sedang apabila surut padma ikutturun. Bunga ini tumbuh di lingkungan airyang kotor, berlumpur, dengan akar serabutyang saling mengait, tetapi bunga terataitetap bersih, indah, dan tidak tercemar.Daun pohon teratai tumbuh berkembangke arah datar terletak mengambang dipermukaan air, tidak basah oleh air yangkotor. Bunga padma yang berlapis-lapismelambangkan alam semesta yang disebutdengan patalaning bhuana. Bunga inimemiliki keistimewaan lahir dari tiga alamyaitu; akar tanaman ini terbenam dalamlumpur, daun dan tangkainya di air danbunganya menyembul ke atas permukaanair. Hal ini menjadikan bunga padmamemiliki keistimewaan dan keunikan, bahwabunga padma dapat mengatasi kondisi tigaalam. Jadi secara konotatif, barang siapayang mampu mengatasi keadaan ketigaalam tersebut maka sesungguhnya ia telahmemiliki kekuatan suci. Dengan akal danbudi sebagai kelebihan yang dimilikimanusia, hendaknya mampumengkondisikan keadaan tersebut untukmelakukan sesuatu yang baik dan benar.

Selain tanda denotatif bunga yangkemudian dikonotasikan di atas, tandadenotatif lain yang tampil secara visualadalah tari Kecak. Tari Kecak merupakanpengiring tari Sanghyang . Tari tersebutmerupakan sisa-sisa kebudayaan pra-Hindu. Tari Sanghyang adalah tarian trance(Karawuhan ) masuk Hyang (spirit yangdapat menyebabkan para penari tidaksadarkan diri). Menurut kategoripertunjukan yang dirumuskan oleh pakar

seni pertunjukan Bali, tari Sanghyang yangnama lengkapnya Sanghyang Dedari inimasuk kategori pertunjukan wali atausakral. Di dalam lontar kecacar yangmerupakan sebuah lontar anugerah dariBharata di Gunung Agung kepada EmpuKuturan disebutkan bahwa tari Sanghyangmerupakan tari penolak bala danpenyakit campa. Pada umumnya tariSanghayang dibawakan oleh dua gadiscilik yang masih suci. Pelaksanaannyadiiringi oleh kelompok koor laki laki. Didalam nyanyian atau kidung yangdilantunkan terkandung doa-doakeselamatan agar desa itu tidak terserangoleh bencana dan wabah penyakit. Secarakonotatif, petanda tari Kecak yang hadirdalam shot ini adalah upaya masyarakatdesa melakukan tolak bala agar desanyatidak terjangkiti oleh penyakit.

SIMPULANBerdasarkan pembacaan yang

dilakukan di atas dapat dikatakan bahwashot-shot berusaha mengkomunikasikanberbagai usaha dan persoalan yang terjadi.Usaha yang dimaksud adalah usahamempertahankan hidup masyarakat desayang bermata pencaharian sebagai petani.Usaha tersebut digambarkan denganaktivitasnya menggarap sawah danberdoa. Adapun persoalan yang dimaksudadalah sulitnya para petani dalam mencarisesuap nasi untuk menghidupikeluarganya. Persoalan ini digambarkanSardono dan Gotot dengan menyajikanrangkaian shot petani yang secaraperlahan-lahan tenggelam di dalam

Page 13: REPRESENTASI DESA DALAM FILM-TARI “DONGENG DARI DIRAH ...

66

lumpur sawahnya sendiri. Di samping itudalam rangkaian shot yang disajikan,terdapat nilai-nilai yang bisa diambil,seperti nilai kebersamaan dan gotongroyong.

Paparan analitis yang disajikandalam kajian ini menunjukkan adanyasebuah kenyataan bahwa persoalanrepresentasi desa dalam film-tari DongengDari Dirah tidak bisa dilihat sepintas atausecara stereotip bahwa desa adalahsebuah tempat yang indah, penduduknyaramah, dan dipenuhi oleh arealpersawahan dan tumbuhan semata.Konteks yang lebih tepat untukmemposisikan persoalan desa dalam film-tari Dongeng Dari Dirah adalah adanyawacana tandingan melalui representasidesa dengan wacana desa yang dibentukoleh kelas kuasa yang dalam hal ini adalahnegara yang memerintah sejak zamankolonial, era film ini dibuat (Orde Baru),dan sekarang (Orde Reformasi). Adapunrepresentasi yang secara eksplisitditunjukkan melalui artikulasi gerakandan shot menunjukan bahwa dinamika dannasib desa sejak dahulu hingga kini tidakmengalami perubahan yang signifikan, halini diperparah lagi dengan adanya kesanketidakperdulian dari pihak penguasaterhadap desa. Desa hanya dilihat sebagaisebuah tempat yang indah, penghasilkomoditi pangan yang selalu menyuplaipenduduk kota tanpa dilihat bagaimanadinamika dan problematika desa itusendiri.

Mitos-mitos yang terjadi dalam filmini sebenarnya ingin menunjukkan kepada

siapapun yang menonton, bagaimana desaalih-alih mendapat hasil yang sesuaidengan kerja kerasnya tetapi malah tetapbergumul dengan penderitaan dan usahademi mempertahankan hidup mereka.Segala usaha yang mereka lakukankemudian hanya disandarkan padaharapan-harapan yang diartikulasikanmelalui gerakan berdoa. Sedangkan peranserta keterlibatan negara dalam film inidilihat sebagai sesuatu yang jauh, di atasdan tak terjangkau.

Kecenderungan merepresentasikandesa dalam film-tari ini terkesan tidakgamblang, hal ini dapat dilihat melaluigambar-gambar yang ditayangkancenderung indah, dan terkesan sangat‘kedesaan’ (sawah, petani, air). Kesan inimuncul karena rezim yang berkuasa padasaat film ini diproduksi (1993) sangattertutup dan otoriter. Selain itu desa padawaktu itu oleh negara dijadikan sebagaiindikator keberhasilan pembangunan danajang gengsi di mata dunia internasionaldengan slogan swasembada pangan,sehingga segala bentuk ekspresi maupunrepresentasi yang bertentangan atautidak sejalan dengan ideologi negaraselalu terbungkam.

Pembentukan wacana tandingandalam merepresentasikan desa akan tetapberlangsung, karena di dalam masyarakatpedesaan persoalan yang terepresentasimelalui film-tari di atas akan terus tetapada, apalagi pasca Orde Baru, dimanakebebasan sudah bukan menjadi hal yangtabu dan negara dengan tameng ‘otonomidaerah’ membagi kekuasaannya dari pusat

Page 14: REPRESENTASI DESA DALAM FILM-TARI “DONGENG DARI DIRAH ...

67

Volume 3 No. 1 Desember 2011

ke daerah sehingga terkesan tidak adakoordinasi antar daerah dengan pusat.Lebih jauh dengan adanya liberalisasipasar, sehingga semua masyarakat harustunduk kepada mekanisme pasar.Mengkritisi wacana tandingan inilah yangseharusnya menjadi tugas pengkajimaupun kritikus film karena dengandemikian pencerahan melalui analisis-analisis kritis bisa disampaikan kepadapenikmat maupun pembuat film-tari,sehingga diharapkan akan munculpeningkatan produksi dan mutu film-tari.

DAFTAR PUSTAKABarthes Roland. 1981. Element of

Semiology. New York: Hill and Wang.Kris Budiman. 2002. “Membaca Mitos

Bersama Roland Bathes: AnalisisWacana Dengan

Pendekatan Semiotik”, dalam KrisBudiman. Ed., Analisis Wacana DariLingguistik Sampai Dekonstruksi. KanalYogyakarta

Kellner, Douglas. 1995. Media Culture:Cultural Studies, Identity an PoliticsBetween The Modern and Post Modern.London & New York: Routledge.

Raharjo. 1999. Pengantar SosiologiPedesaan dan Pertanian. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Sutari Imam Barnadib. 2003. SeniMerangkai Bunga, Buah dan Sayur.Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Storey, John. 1993. An Introduction Guideto Cultural Theory and Popular Cultureatau Teori Budaya dan Budaya Pop:Memetakan Lanskap KonseptualCultural Studies, terjemahan Elli ElFadjri (2004). Yogyakarta: Qalam.

_____. 2004. Semiotika Visual. Yogyakarta:Buku Baik.

_____. 1983. Mytologies. GranadaLondon: A Paladin Book.

W awancara:Gotot Prakosa, Pengajar FFTV IKJ, 11Oktober 2009.