renungan

3
MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA BACAAN ALKITAB: Yesaya 45 : 1 - 3 “Aku sendiri hendak berjalan di depanmu dan hendak meratakan gunung- gunung" (ayat 2) Ketika kota Yerusalem jatuh ke tangan bangsa Babel, Nebukadnezar raja Babel membawa orang – orang Yahudi sebagai tawanan ke Babilonia. Dengan peristiwa yang amat tragis seperti itu, mereka berpikir : “tamatlah riwayat hidup kami”. Namun rancangan Allah terhadap Israel umat-Nya berbeda dengan pikiran Israel tentang kehidupannya. Dalam rancangan Allah, Babel kelak akan digulingkan oleh Koresy dari Persia. Dan Koresy akan mengembalikan para buangan itu ke tanah air mereka. Allah juga telah berjanji untuk membebaskan umat-Nya dan membawa mereka pulang ke Yerusalem. Untuk tujuan itu Allah memakai Koresy. Manusia yang tidak mengerti cara Allah bekerja bagi keselamatan umat, memahami bahwa semua itu terjadi karena kekuatan Persia dalam hal ini Koresy. Dalam menggenapkan rencana-Nya Allah dapat memakai siapa saja dan apa saja. Allah memperlengkapi dan menyertai Koresy untuk tugas itu (ay.2, 3). Koresy sendiri tidak menyadari, bahwa ia bisa menggulingkan Babilonia dan mengembalikan umat Tuhan ke negerinya karena Tuhan (5b). Semua itu telah dilakukan oleh Allah karena Allah sangat mengasihi umat-Nya. Ia tidak menghendaki manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya diperbudak. Perbudakan bertentangan dengan hakikat Allah yang Mahakasih. Karena itu Allah membebaskan umat-Nya dari perbudakan. Allah adalah pembebas yang sejati. Ketika manusia dibelenggu oleh dosa, Ia datang ke dalam dunia di dalam Yesus Kristus untuk karya pembebasan itu. Ia telah memberi hidup-Nya sebagai korban pembebasan menggantikan hukuman yang seharusnya ditimpakan kepada kita. Karya Agung itulah yang kita peringati melalui Sakramen Perjamuan. Tugas pembebasan itu kini dipercayakan kepada kita. Allah dapat memakai siapa saja, tapi jangan seperti Koresy. “Koresy hanyalah alat yang mati”, (karena ia tidak pernah percaya kepada Allah yang disembah Israel). Kehendak Allah, agar kita menjadi “alat yang hidup” yang berada ditangan Allah yang hidup. Kita telah mengalami karya pembebasan-Nya berdasarkan kasih karunia-Nya. Marilah kita meneruskan karya itu bagi orang lain. MINGGU V SESUDAH PENTAKOSTA BACAAN ALKITAB: Ibrani 2 : 1 - 4 “Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut oleh arus" (ayat 1)

Transcript of renungan

Page 1: renungan

MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTABACAAN ALKITAB: Yesaya 45 : 1 - 3

“Aku sendiri hendak berjalan di depanmu dan hendak meratakan gunung-gunung" (ayat 2)

Ketika kota Yerusalem jatuh ke tangan bangsa Babel, Nebukadnezar raja Babel membawa orang – orang Yahudi sebagai tawanan ke Babilonia. Dengan peristiwa yang amat tragis seperti itu, mereka berpikir : “tamatlah riwayat hidup kami”. Namun rancangan Allah terhadap Israel umat-Nya berbeda dengan pikiran Israel tentang kehidupannya. Dalam rancangan Allah, Babel kelak akan digulingkan oleh Koresy dari Persia. Dan Koresy akan mengembalikan para buangan itu ke tanah air mereka. Allah juga telah berjanji untuk membebaskan umat-Nya dan membawa mereka pulang ke Yerusalem. Untuk tujuan itu Allah memakai Koresy. Manusia yang tidak mengerti cara Allah bekerja bagi keselamatan umat, memahami bahwa semua itu terjadi karena kekuatan Persia dalam hal ini Koresy. Dalam menggenapkan rencana-Nya Allah dapat memakai siapa saja dan apa saja. Allah memperlengkapi dan menyertai Koresy untuk tugas itu (ay.2, 3). Koresy sendiri tidak menyadari, bahwa ia bisa menggulingkan Babilonia dan mengembalikan umat Tuhan ke negerinya karena Tuhan (5b).Semua itu telah dilakukan oleh Allah karena Allah sangat mengasihi umat-Nya. Ia tidak menghendaki manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya diperbudak. Perbudakan bertentangan dengan hakikat Allah yang Mahakasih. Karena itu Allah membebaskan umat-Nya dari perbudakan. Allah adalah pembebas yang sejati. Ketika manusia dibelenggu oleh dosa, Ia datang ke dalam dunia di dalam Yesus Kristus untuk karya pembebasan itu. Ia telah memberi hidup-Nya sebagai korban pembebasan menggantikan hukuman yang seharusnya ditimpakan kepada kita. Karya Agung itulah yang kita peringati melalui Sakramen Perjamuan.Tugas pembebasan itu kini dipercayakan kepada kita. Allah dapat memakai siapa saja, tapi jangan seperti Koresy. “Koresy hanyalah alat yang mati”, (karena ia tidak pernah percaya kepada Allah yang disembah Israel). Kehendak Allah, agar kita menjadi “alat yang hidup” yang berada ditangan Allah yang hidup. Kita telah mengalami karya pembebasan-Nya berdasarkan kasih karunia-Nya. Marilah kita meneruskan karya itu bagi orang lain.

MINGGU V SESUDAH PENTAKOSTABACAAN ALKITAB: Ibrani 2 : 1 - 4

“Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut oleh arus" (ayat 1)

Mahatma Gandhi memelopori perjuangan rakyat India untuk merdeka dari penjajahan inggris. Ajaran agama Hindu yang diterapkan secara sungguh-sungguh dalam hidup dan filosofi politiknya, berpengaruh secara radikal dan revolusioner terhadap jutaan rakyatnya. Padahal sebelumnya, Gandhi pernah mempertimbangkan kemungkinan untuk menjadi pengikut Yesus. Ia mengikuti ibadah di sebuah gereja di Pretoria, Afrika Selatan. Namun kemudian ia menulis, “Bagi saya , jemaat di situ tidak memberi kesan bahwa mereka adalah kumpulan orang beriman.Mereka lebih tampak seperti orang-orang duniawi yang pergi ke gereja untuk berekreasi dan mengikuti tata cara keagamaan sebagai suatu kebiasaan.” Ia menyimpulkan bahwa kekristenan tidak memberi nilai tambah apapun bagi ajaran Hindu. Oleh karena itu, ia tidak jadi mengikut Yesus.Menurut penulis Ibrani, umat bisa teledor dan alpa dalam melaksanakan Firman Tuhan sehingga hidupnya hancur dan sekaligus menghancurkan hidup orang lain. Hal itu terjadi karena umat tidak berpegang kuat pada pengetahuan, pengertian dan pemahaman makna keselamatan yang di anugerahkan Yesus Kristus melalui

Page 2: renungan

pengorbanan-Nya. Pengetahuan itu memang tidak mudah dipahami secara logis. Karena itu, Allah mengajarkannya dengan memanfaatkan tanda, mujizat-mujizat dan berbagai penyataan dengan kuasa Roh Kudus. Persoalannya, karena tidak kuat berpegang pada makna penyelamatan yang diajarkan, banyak orang kristen hanyut terlalu jauh dalam perbuatan dosa. Ketika sadar, hidupnya sudah hancur berantakan. Mengetahui dan mengenal kebenaran Allah seharusnya melahirkan manusia-manusia baru yang karakternya diubahkan sehingga menjadi teladan bagi yang lain. Kata pepatah Walk the

talk (jalan/lakukan yang dikatakan) Jika tidak, kita akan munculkan Gandhi-Gandhi baru yang sinis terhadap kabar keselamatan karena umat Tuhan justru menjadi batu sandungan.

MINGGU III SESUDAH PENTAKOSTABACAAN ALKITAB: Nahum 1 : 2 - 8“Siapakah yang tahan berdiri menghadapi geram-Nya?" (ayat 6a)Dalam bukunya ‘Blink’, Malcolm Gladwell membuktikan bahwa keobyektifan kita dipengaruhi oleh penampilan. Misalnya, sebuah tim Juri ingin memilih penyanyi dengan suara terbaik. Ketika para calon penyanyi diminta menyanyi dari balik tirai, penilaian bisa objektif berdasarkan kualitas suara mereka. Begitu tirai dibuka penampilan fisik para penyanyi, bisa membuat penilaian menjadi berbeda .Allah tidak dipengaruhi oleh keberadaan umat-Nya. IA adalah Allah yang bersikap dalam keadilan. Kemarahan-Nya bisa berdampak pada siapapun yang menduakan diri-Nya. Ia tidak sudi diperlakukan umat-Nya dengan jahat. Nahum dengan lantang mengumandangkan kemurkaan Allah kepada bangsa-bangsa yang menjadi lawan-Nya (2-8). Kehebatan api kemarahan Allah digambarkan secara simbolis menerpa alam semesta ciptaan-Nya (4-5). Tidak ada yang dapat bertahan menghadapi kehangatan amarah Allah (6,8b). Pada saat yang sama Allah dengan penuh kesabaran menantikan pertobatan sebelum hukuman dijatuhkan (3a). IA akan melindungi orang yang mengandalkan-Nya serta menyelamatkan mereka (7,8a). Kegarangan hukuman-Nya atas penindas, muncul dari kasih-Nya yang besar dan adil. Ia pengasih, tetapi juga tegas dan adil!Dunia memperingati hari-hari keprihatinan pada bulan juni ini. Seperti : hari anak korban peperangan, hari dunia menentang pekerja anak, hari pengungsi, hari anti narkoba, hari anti penyiksaan internasional. Peringatan tersebut menyemangati kita untuk bangkit dan tidak menutup mata pada kepedulian ini. Berhentilah fokus pada diri sendiri tetapi berpikir, bersikap serta bertindak dengan tegas baik melalui penyuaraan, maupun menggalang simpati. Pelanggaran atas semua itu adalah kekejian di mata Tuhan.