RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KETAHANAN ...
Transcript of RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KETAHANAN ...
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
7
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 - 2019
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
8
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, penyusunan
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Tahun 2014-2019 dapat diselesaikan dengan baik.
Rencana Strategis (RENSTRA) ini disusun dengan harapan dapat menjadi
acuan dalam pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur yang disesuaikan dengan Visi dan Misi Gubernur terpilih
untuk 5 (lima) tahun kedepan, sehingga tujuan dan sasaran program/kegiatan
dapat lebih fokus, terarah dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Rencana
Strategis (RENSTRA) ini, kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya. Akhirnya smoga Alloh SWT selalu meridhoi usaha kita semua
dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat Jawa Timur.
Surabaya, April 2014
Kepala Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
Dra. Hj. TUTU HERAWATI, MM.
Pembina Utama Madya
NIP. 19560228 198409 2 001
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
9
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR................................................................. i DAFTAR ISI........................................................................... ii I. PENDAHULUAN............................................................ 1 1.1. Latar Belakang ........................................................ 1 1.2. Landasan Hukum ..................................................... 3 1.3. Maksud dan Tujuan ................................................. 6 1.4. Sistematika Penulisan .............................................. 7 II. GAMBARAN PELAYANAN BADAN KETAHANAN PANGAN
JAWA TIMUR...............................................
9 2.1. Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi ............ 9 2.2. Sumberdaya SKPD .................................................. 18 2.3. Kinerja Pelayanan SKPD .......................................... 30 2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan.... 55 III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN
FUNGSI ...............................................................
75 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi
Pelayanan SKPD............................................ 75
3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah Terpilih 85 3.3. Telaahan Renstra K/L .............................................. 88 3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian
Lingkungan Hidup Startegis ..................................... 3.5. Penentuan Isu-isu Strategis .....................................
92 95
IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI KEBIJAKAN 97 4.1. Visi, Misi Badan Ketahahan Pangan ........................... 97 4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah ...................... 99 4.3. Strategi dan Kebijakan SKPD ..................................... 103 V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR
KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAN INDIKATIF .................................................................
107 5.1. Program dan Kegiatan Pembangunan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur .....................................
108 5.2. Indikator Kinerja ......................................................
5.3. Kelompok Sasaran.................................................... 5.4. Pendanaan Indikatif..................................................
110 110 111
VI.
INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD ...................................
114
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
10
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
11
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan Ketahanan Pangan merupakan prioritas dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa
Timur Tahun 2014-2019 yang difokuskan pada peningkatan ketersediaan
pangan, pemantapan distribusi pangan, percepatan penganekaragaman
pangan, dan pengawasan keamanan pangan segar sesuai dengan
karakteristik daerah. Pembangunan ketahanan pangan dilaksanakan
melalui berbagai upaya dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan pengurangan kemiskinan dari perwujudan pembangunan
sosial, budaya, dan ekonomi sebagai bagian pembangunan secara
keseluruhan.
Implementasi program pembangunan ketahanan pangan
dilaksanakan dengan memperhatikan sub sistem ketahanan pangan yaitu :
(a) sub sistem ketersediaan pangan melalui upaya peningkatan produksi,
ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan, (b) sub sistem
distribusi pangan melalui pemantapan distribusi dan cadangan pangan,
serta (c) sub sistem konsumsi pangan melalui peningkatan kualitas
konsumsi dan keamanan pangan. Dengan demikian, program-program
pembangunan ketahanan pangan tersebut diarahkan untuk mendorong
terciptanya kondisi sosial, budaya, dan ekonomi yang kondusif, menuju
ketahanan pangan yang mantap dan berkelanjutan. Sesuai dengan
kesepakatan internasional dan nasional, bahwa Indonesia telah
menyatakan komitmen dan berperan aktif dalam berbagai program yang
terkait dengan ketahanan pangan dan kemiskinan, antara lain melalui
deklarasi Roma Tahun 1996 pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pangan
Dunia, Deklarasi Millenium Development Goals (MDGs) Tahun 2000,
International Convenant on Economic, Social, and Cultural Rights
(ICOSOC) yang diratifikasi oleh Indonesia dalam Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2005, Regional ASEAN pada Sidang ASEAN Ministers on
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
12
Agriculture and Forestry (AMAF) pada bulan Oktober 2008. Di dalam
negeri telah terwujud melalui kesepakatan Presiden selaku Pembina
Dewan Ketahanan Pangan dengan Gubernur selaku Ketua Dewan
Ketahanan Pangan (DKP) Provinsi dan ditindaklanjuti dengan kesepakatan
Gubernur selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan (DKP) Provinsi Jawa
Timur dengan Bupati/Walikota selaku Ketua DKP Kabupaten/Kota dalam
Konferensi dan Sidang Regional DKP pada bulan Desember 2013.
Pemerintah Jawa Timur harus terus berupaya memacu
pembangunan ketahanan pangan melalui program–program yang benar-
benar mampu memperkokoh ketahanan pangan sekaligus meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ketahanan pangan Jawa Timur
secara menyeluruh akan dapat terlaksana dengan efektif mana kala
memiliki arah yang jelas dan terukur kinerjanya. Program-program
pembangunan ketahanan pangan harus terpadu (integrated), terukur
keberhasilannya (measureable) dan berkesinambungan (sustainability).
Dengan demikian setiap pelaksanaannya dapat lebih terarah, dapat
dipantau perkembangannya dan selanjutnya dapat dievaluasi
keberhasilannya. Dalam rangka mendorong dan mensinkronkan
pembangunan ketahanan pangan, maka disusun Rencana Strategis Badan
Ketahanan Pangan Tahun 2014–2019.
Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Visi dan Misi
Gubernur/Wakil Gubernur, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) dan Renstra Badan Ketahanan Pangan Kementerian
Pertanian RI.
Renstra Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur juga
mencermati issu-issu strategis yang berkembang dan perubahan
lingkungan yang makin dinamis. Kebijakan, program dan kegiatan yang
dituangkan didalamnya merupakan tolok ukur yang akan dicapai dalam
program kerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur selama 5
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
13
tahun ke depan termasuk indikator penilaian kinerja dalam melaksanakan
tugas yang akan dilaporkan capaian kinerja setiap tahunnya dalam bentuk
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
1.2 Landasan Hukum
Landasan hukum penyusunan Rencana Strategis Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Jawa Timur adalah :
1. Undang Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
2. Undang Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang
Undang No.12 Tahun 2007 tentang Perubahan Kedua Atas Undang
Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
3. Undang Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
4. Undang Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
5. Undang Undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan;
6. Peraturan Pemerintah No 68 tahun 2002 tentang ketahanan pangan;
7. Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu
dan gizi pangan;
8. Peraturan Pemerintah No. 39 tahun 2006 tentang Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;
9. Peraturan Pemerintah No 3 tahun 2007 tentang pertanggungan jawab
Gubernur, bupati/ walikota;
10. Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
11. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2007 tentang Struktur Organisasi
dan Tata Kerja Perangkat Daerah;
12. Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan;
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
14
13. Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara
penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana
pembangunan daerah;
14. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2009 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
15. Peraturan Presiden No 83 tahun 2006 tentang Dewan ketahanan
pangan;
16. Peraturan Presiden No. 22 tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis Sumberdaya Lokal;
17. Peraturan Menteri Pertanian No. 43 tahun 2009 tentang Gerakan
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis
Sumberdaya Lokal;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 2008 tentang
tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan rencana pembangunan daerah;
19. Peraturan Menteri Pertanian No. 65 tahun 2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan
Kabupaten/Kota;
20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 10 tahun 2008 tentang
organisasi dan tata kerja inspektorat, badan perencanaan
pembangunan daerah dan lembaga teknis daerah provinsi Jawa
Timur;
21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No.1 tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur
Tahun 2005-2025;
22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 5 tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011-2013;
23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 3 Tahun 2014 Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Propinsi Jawa
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
15
Timur Tahun 2014 - 2019
24. Peraturan Gubernur No. 71 tahun 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis
Sumberdaya Lokal Provinsi Jawa Timur.
1.3 Maksud dan Tujuan
Rencana strategis ini disusun dengan maksud :
a) Dijadikan sebagai arah kebijakan dan program dalam pelaksanaan
pembangunan ketahanan pangan dan penyuluhan di Provinsi Jawa
Timur selama lima tahun ke depan;
b) Sebagai penjabaran implementatif dari Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) pada Bidang Ketahanan Pangan di
Provinsi Jawa Timur;
c) Menjadi salah satu pedoman dan bahan acuan bagi seluruh unsur
pada Badan Ketahanan Pangan dalam penyusunan Rencana Kerja
Tahunan.
Penyusunanan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Propinsi Jawa
Timur, bertujuan untuk :
a) Membantu seluruh jajaran petugas/aparatur Badan Ketahanan Pangan
dalam pencapaian tujuan dan sasaran berbagai program dan kegiatan
yang akan dilaksanakan dalam pembangunan bidang ketahanan
pangan di Provinsi Jawa Timur;
b) Memudahkan bagi para pemangku kepentingan dalam pembangunan
ketahanan pangan dalam memahami dan mensinergiskan dengan
arah kebijakan dan program prioritas serta kegiatan operasional
tahunan pada Badan Ketahanan Pangan Propinsi Jawa Timur;
c) Mengarahkan pembangunan bidang ketahanan pangan di Propinsi
Jawa Timur pada tujuan dan sasaran yang ingin dicapai selama lima
tahun ke depan.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
16
1.4 Sistematika Penulisan
Dokumen Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Jawa Timur Tahun 2014–2019 disusun berdasarkan sistematika penulisan
sebagai berikut :
BAB I. Pendahuluan, berisikan Latar Belakang, Landasan Hukum, Maksud dan Tujuan, serta sistematika penulisan Renstra BKP Provinsi Jawa Timur.
BAB II. Gambaran Pelayanan Badan Ketahanan Pangan, meliputi : Tugas, Fungsi Dan Struktur Organisasi, Sumberdaya yang dimiliki, kinerja pelayanan dan tantangan dan peluang pengembangan pelayanan.
BAB III. Isu-isu Strategis berdasarkan tugas dan fungsi yang diemban oleh BKP. Pada bab ini dipaparkan identifikasi permasalahan berdasarakan tugas dan fungsi pelayanan SKPD, telaahan visi dan misi serta program Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Jawa Timur, telaahan renstra K/L dan renstra SKPD Provinsi/kabupaten/kota dan penentuan isu-isu strategis.
BAB IV. Visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi dan kebijakan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, meliputi : visi dan misi, tujuan dan sasaran jangka menengah, Strategi dan kebijakan
BAB V. Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif.
BAB VI. Indikator Kinerja BKP yang Mengacu Pada Tujuan dan Sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
17
BAB II GAMBARAN PELAYANAN UMUM
BADAN KETAHANAN PANGAN DAN BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PROVINSI JAWA TIMUR
2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi.
2.1.1. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur merupakan unsur
pelaksana otonomi daerah yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah di bidang Ketahanan Pangan,
sesuai Peraturan Daerah nomor 10 Tahun 2008 tanggal 20 Agustus 2008
tentang organisasi dan tata kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa Timur
yang dituangkan dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor : 107
Tahun 2008 tanggal 25 Agustus 2008 tentang Uraian Tugas Sekretariat,
Bidang, Sub Bagian, Sub Bidang Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa
Timur adalah sebagai berikut :
a. Tugas Pokok
Badan Ketahanan Pangan melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah yang bersifat spesifik yaitu di bidang ketahanan
pangan.
b. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas tersebut diatas, Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur mempunyai fungsi koordinasi dan sinkronisasi
sebagai berikut :
- Penyusunan dan perumusan program serta rencana kegiatan
kebijakan teknis dalam bidang ketahanan pangan;
- Pengidentifikasian ketersediaan dan cadangan pangan;
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
18
- Pemantauan, evaluasi dan pengelolaan distribusi pangan, terutama
komoditas pangan strategis, serta merumuskan kebijakan lintas
kabupaten/kota;
- Pengendalian dan perumusan kebijakan harga komoditas pangan
strategis;
- Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan;
- Pelaksanaan penyuluhan gerakan peningkatan mutu konsumsi
pangan dan penganekaragaman konsumsi pangan;
- Pengawasan dan pengendalian sistem kewaspadaan pangan dan
gizi serta norma standar harga pangan;
- Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah;
- Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai lingkup tugasnya;
- Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Gubernur.
Dalam melaksanakan fungsi tersebut, berdasarkan Peraturan
Gubernur No. 107 Tahun 2008 dituangkan pada uraian tugas
Sekretariat dan 4 Bidang sebagai berikut :
1. Sekretariat, mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan,
mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan administrasi
umum, kepegawaian, perlengkapan, penyusunan program dan
keuangan.
2. Bidang Ketersediaan dan Cadangan Pangan, mempunyai
tugas merencanakan, melaksanakan dan menyiapkan bahan
koordinasi kegiatan ketersediaan dan cadangan pangan.
3. Bidang Distribusi Pangan, mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan dan menyiapkan bahan koordinasi kegiatan
pengembangan akses dan pengendalian harga pangan.
4. Bidang Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan,
mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan dan menyiapkan
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
19
bahan koordinasi kegiatan penganekaragaman dan konsumsi
pangan.
5. Bidang Kewaspadaan Pangan, mempunyai tugas
merencanakan, melaksanakan dan menyiapkan bahan koordinasi
kegiatan pengendalian penannggulangan kerawanan dan keamanan
pangan.
c. Sutruktur Organisasi.
Dalam melaksanakan tugas tersebut diatas, Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Jawa Timur mempunyai Struktur Organisasi sebagai
berikut :
1. Kepala Badan Ketahanan Pangan.
2. Sekretariat, membawahi :
a. Sub Bagian Tata Usaha
b. Sub Bagian Penyusunan Progam
c. Sub Bagian Keuangan.
3. Bidang Ketersediaan dan Cadangan Pangan, membawahi ;
a. Sub Bidang Ketersediaan Pangan
b. Sub Bidang Cadangan Pangan.
4. Bidang Distribusi Pangan, membawahi :
a. Sub Bidang Akses Pangan
b. Sub Bidang Pengendalian Harga.
5. Bidang Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan, membawahi :
a. Sub Bidang Penganekaragaman Pangan
b. Sub Bidang Konsumsi Pangan
6. Bidang Kewaspadaan Pangan, membawahi :
a. Sub Bidang Kerawanan Pangan
b. Sub Bidang Keamanan Pangan
7. UPT Badan
Kelompok Jabatan Fungsional.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
20
Gambar 1. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
KEPALA BADAN
SUB BAGIAN
KEUANGAN
SUB BAGIAN
PENYUSUNAN
PROGRAM
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN
TATA USAHA
SUB BIDANG
CADANGAN PANGAN
SUB BIDANG
KETERSEDIAAN
PANGAN
BIDANG
DISTRIBUSI
PANGAN
BIDANG
KETERSEDIAAN DAN
CADANGAN PANGAN
BIDANG
KEWASPADAAN
PANGAN
BIDANG
PENGANEKARAGAMAN
& KONSUMSI PANGAN
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
SUB BIDANG
AKSES PANGAN
SUB BIDANG
PENGENDALIAN
HARGA
SUB BIDANG
KONSUMSI PANGAN
SUB BIDANG
PENGANEKARAGAMA
N PANGAN
SUB BIDANG
KEAMANAN PANGAN
SUB BIDANG
KERAWANAN
PANGAN
U P T B
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
21
2.1.2. Badan Koordinasi Penyuluhan (Bakorluh) Provinsi Jawa
Timur.
Dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan serta dalam rangka meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat, maka telah dilakukan penataan kembali
organisasi Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa Timur, dimana dalam
Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2012 pasal 10 diperkuat lagi dengan
Peraturan Gubernur No. 21 Tahun 2013 tentang Sekretariat Badan
Koordinasi Penyuluhan (Bakorluh) Provinsi Jawa Timur.
a. Tugas Pokok.
Badan Koordinasi Penyuluhan (Bakorluh) mempunyai tugas pokok
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan Daerah di bidang
Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di
Jawa Timur.
b. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas Badan Koordinasi Penyuluhan (Bakorluh)
menyelenggarakan fungsi :
1. Melakukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi lintas sektor,
optimalisasi partisipasi, advokasi masyarakat dengan melibatkan
unsur pakar, dunia usaha, institusi terkait, perguruan tinggi dan
sasaran penyuluhan ;
2. Menyusun kebijakan dan programa penyuluhan nasional ;
3. Memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan forum masyarakat
bagi pelaku utama dan pelaku usaha untuk mengembangkan
usahanya dan memberikan umpan balik kepada pemerintah
daerah; dan
4. Melaksanakan peningkatan kapasitas penyuluh PNS, swadaya dan
swasta.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
22
Dalam melaksanakan tugas tersebut, organisasi Badan Koordinasi
Penyuluhan Provinsi Jawa Timur mempunyai struktur sebagai berikut :
1. Ketua
2. Sekretariat, membawahi:
a. Urusan Umum, yang membawahi :
- Sub Urusan Program, Monitoring dan Evaluasi,
- Sub Urusan Keuangan,
- Sub Urusan Kepegawaian dan Sarana Prasarana.
b. Urusan Pengembangan Kelembagaan dan Sumberdaya Manusia,
yang membawahi :
- Sub Urusan Pengembangan Kelembagaan,
- Sub Pengembangan Sumberdaya Manusia,
c. Urusan Penyelenggaraan Penyuluhan, yang membawahi :
- Sub Urusan Penyuluhan Sektor Pertanian,
- Sub Urusan Penyuluhan Sektor Perkebunan,
- Sub Urusan Penyuluhan Sektor Peternakan,
- Sub Urusan Penyuluhan Sektor Perikanan,
- Sub Urusan Penyuluhan Sektor Kehutanan,
- Sub Urusan Penyuluhan Sektor Ketahanan Pangan,
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
17
Gambar 2. Struktur Organisasi Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Jawa Timur
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
18
2.2. Sumber Daya.
2.2.1. Sumber Daya Badan Ketahanan Pangan.
a. Kondisi Sumberdaya Manusia BKP Provinsi Jawa Timur.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur memiliki
pegawai/personil PNS sebanyak 124 orang (per Maret 2014),
terdiri dari :
Pegawai yang bertugas di Kantor Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur sebanyak 108 orang.
• Petugas Penyuluh Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan
Kehutanan sebanyak 16 orang.
Selain pegawai/personil PNS tersebut di atas juga dibantu oleh
Pegawai Tidak Tetap sebanyak 12 orang
Berdasarkan Golongan/Pangkat, pegawai Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Jawa Timur terdiri dari:
- Pegawai golongan IV sebanyak 32 orang atau 26,3% dari
jumlah keseluruhan pegawai;
- Pegawai dengan golongan III sebanyak 65 orang atau
53,3% dari jumlah pegawai;
- Pegawai golongan II sebanyak 23 orang (18,8%);
- Pegawai golongan I sebanyak 2 orang (1,6%).
Pegawai Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
berdasarkan golongan/pangkat bisa dilihat pada Tabel 1.
berikut ini :
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
19
Tabel 2.1. Pegawai BKP Provinsi Jawa Timur Berdasarkan
Golongan/Pangkat
Golongan/Pangkat
A B C D Jumlah
IV 21 9 1 1 32
III 14 11 9 33 67
II 7 11 - 5 23
I 1 - - 1 2
Jumlah 124
Berdasarkan Tingkat Pendidikan terakhir yang berhasil
diselesaikan, pegawai Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa
Timur lebih didominasi (40,98%) oleh pegawai dengan tingkat
pendidikan S-1 (Sarjana), kemudian S-2 (27,87%), SLTA
(27,05%), D-3 (1,64%) dan SD (0,82%).
Dari komposisi ini dapat dilihat bahwa pegawai Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur yang berpendidikan S-1
cukup banyak, hal ini dimungkinkan karena banyak pegawai
yang berpendidikan D-3 dan SLTA yang telah meneruskan
pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi.
Gambar 3. Komposisi pegawai Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang
Diselesaikan
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
20
Berdasarkan jenis kelamin, pada Tahun 2014, jumlah
pegawai pria yang bekerja sebagai PNS di lingkungan Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur adalah sebanyak 82
orang (67,2%), dan jumlah pegawai wanita tercatat sebanyak
40 orang (32,8%).
Dengan demikian jumlah pegawai wanita di Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur telah memenuhi
komposisi anjuran pemerintah sebesar 20% dari jumlah
keseluruhan pegawai.
Gambar 4. Komposisi Pegawai Pria dan Wanita Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Permasalahan Pelayanan SKPD terkait SDM :
1. Kurangnya tenaga dengan disiplin ilmu gizi.
2. Kurangnya tenaga Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
keamanan pangan.
3. Kurang pelatihan peningkatan kualitas SDM yang mendukung
Tupoksi Badan Ketahanan Pangan.
Analisa Jabatan Pegawai
Pegawai pada Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
sejumlah : 124 Orang dengan berbagai pendidikan sebagai
berikut :
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
21
S 2 : 35 Orang
S 1 : 51 Orang
D 3 : 2 Orang
SLTA : 33 Orang
SLTP : 2 Orang
SD : 1 Orang
Dengan berbagai jurusan sebagai berikut :
S 2 Agribisnis : 9 Orang
S 2 Ekonomi : 23 Orang
S 2 Tehnik : 1 Orang
S 2 Akuntansi : 1 Orang
S 2 Ilmu Gizi : 1 Orang
S 1 Pertanian : 24 Orang
S 1 Administrasi : 15 Orang
S 1 Ekonomi : 7 Orang
S 1 Komputer : 1 Orang
S 1 Perikanan : 3 Orang
D 3 Statistik : 1 Orang
D 3 Perkebunan : 1 Orang
Berdasarkan Analisa Jabatan (ANJAB) yang disusun oleh Biro
Organisasi jumlah pegawai Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Jawa Timur sudah mencukupi kebutuhan, namun pada
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
22
kenyataannya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang
dimiliki belum Optimal dalam melaksanakan tugasnya.
Beberapa permasalahan antara lain :
1. Beberapa tenaga tehnis yang seharusnya melaksanakan
tugas berdasarkan TUPOKSI namun merangkap tugas lain;
2. Untuk melaksanakan tugas tehnik pada Bidang masih
dibutuhkan Sarjana Ahli Gizi;
3. Pendistribusian pekerjaan belum memperhatikan
pendidikan staf (PNS) yang dimiliki.
SOLUSI :
1. Melakukan penataan ulang terkait dengan Job Discreption
pegawai yang disesuaikan dengan ANJAB (Analisa Jabatan);
2. Diusulkan tambahan formasi Pegawai Negeri Sipil dengan
spesifikasi pendidikan Sarjana Ahli Gizi ke Badan
Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Timur;
3. Dilakukan pembinaan secara terus menerus oleh Atasan
Langsung agar semua staf dapat melaksanakan tugas
sesuai TUPOKSI;
Kondisi Pegawai Negeri Sipil (PNS) Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur sampai dengan bulan Maret Tahun 2014
sebanyak : 124 orang, sedangkan yang memasuki Purna Tugas
Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2018 sebanyak : 29 orang.
Sesuai dengan data Bezeting Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Jawa Timur sudah menyampaikan pada Badan Kepegawaian
Daerah Provinsi Jawa Timur terkait dengan kondisi PNS yang
memasuki Purna Tugas dimaksud.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
23
c. Sumberdaya Sarana dan Prasarana.
1. Gedung Kantor
Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebuah lembaga
teknis daerah tidak terlepas dari dukungan sarana dan
prasarana yang dimilikinya. Sarana dan prasarana yang telah
dimiliki oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur,
baik yang berasal dari pembiayaan APBD Provinsi Jawa Timur
maupun APBN meliputi : Gedung Kantor, Kendaraan
Bermotor, Peralatan Elektronik dan Studio, sarana informasi
dan sebagainya.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur memiliki
1 (satu) unit gedung kantor, yang terletak di kompleks
perkantoran provinsi Jawa Timur, Jl. Gayung Kebonsari 173
Surabaya.
Gambar 5. Gedung Kantor Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Gedung kantor yang sekarang digunakan oleh Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur adalah gedung kantor
eks Kanwil Departemen Pertanian RI, bila dibandingkan
dengan jumlah pegawai dan volume pekerjaan/kegiatan yang
diselenggarakan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
24
Timur, kapasitas gedung ini (saat ini terdapat 14 unit
ruangan) dapat dikatakan tidak memadai, karena bidang
Kewaspadaan Pangan dan Bidang Penganekaragaman masih
meminjam gedung UPT BPSB (Dinas Pertanian Provinsi Jawa
Timur). Melihat kondisi tersebut, di masa mendatang perlu
dipertimbangkan untuk penambahan gedung baru untuk dua
bidang di maksud.
Melalui kegiatan APBD Provinsi Jawa Timur Tahun
2014, telah dilaksanakan beberapa upaya penambahan,
pemeliharaan dan perbaikan gedung kantor BKP, meliputi:
penambahan gedung untuk Badan Koordinasi Penyuluh
Provinsi Jawa Timur yang dikatakan cukup representatif untuk
menampung berbagai aktivitas khususnya dalam pelayanan
kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan. Selain itu juga dilakukan renovasi ruang sidang.
2. Kendaraan Bermotor
Untuk menunjang kegiatan operasional para petugas,
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur memiliki
kendaraan bermotor sebanyak :
a. Roda 4, sebanyak 22 unit;
b. Roda 2, sebanyak 37 unit;
Tabel 2.2. Kendaraan Bermotor pada BKP Provinsi Jawa Timur
No. Kendaraan Operasional
Merk Jumlah (Unit)
Tahun Ket.
1. Mobil Nissan (Evalia) 1 2013 Layak
Toyota Innova 1 2011 Layak
Toyota Innova 1 2010 Layak
Toyota Anvansa 2 2010 Layak
Toyota Kijang 1 2004 Layak
Toyota Kijang 1 1999 Layak
Toyota Kijang 1 1996 Layak
Toyota Kijang 1 1991 Layak
Toyota Kijang 2 1990 Layak
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
25
Izusu Panter 2 2002 Layak
Izusu Panter 1 1997 Layak
Timor 1 1997 Layak
Daihatsu Taft 1 1997 Layak
Suzuki Cary 1 1991 Layak
Toyota Dyna 1 1990 Layak
Suzuki Katana 4 1990 Layak
Jumlah 22
2. Sepeda Motor
Honda NF 100 SE 1 Layak
Honda NF 100 SE 2 Layak
Supra Fit NF 100 2 Layak
Honda Win 2 Layak
Honda Win 4 Layak
Honda Supra 1 Layak
Honda GL Pro II 1 Layak
Suzuki Soghun FD 1 Layak
Yamaha RXS 1 Layak
Suzuki A.100 1 Layak
Honda C.86 4 Layak
Honda Win 2 Layak
Honda Win 2 Layak
Honda Win 4 Layak
Honda Win 1 Layak
Honda Win 1 Layak
Suzuki A.100 1 Layak
Honda Win 6 Layak
Jumlah 37
3. Peralatan Elektronik/Studio
Peralatan elektronik dan studio yang dimiliki BKP
meliputi : Komputer, LCD Projector, Telephone dan Faximile,
Sarana Wi-Fi, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. di
bawah ini :
Tabel 2.3. Peralatan Elektronik dan Studio di BKP Provinsi Jawa Timur
No. Peralatan Jumlah Keterangan
1. Komputer 65 unit Layak
2. Telepon 39 unit Layak
3. LCD Proyektor 11 unit Layak
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
26
4. Printer 55 unit Layak
5. Televisi 7 unit Layak
6. Alat Studio 44 unit Layak
7. AC 43 unit Layak
d. Stakeholders
Hampir seluruh kegiatan BKP Provinsi Jawa Timur di
tingkat lapangan dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi
aktif stakeholders, baik stakeholders penerima manfaat yang
umumnya adalah kelompok-kelompok masyarakat pelaku utama
dan pelaku usaha di bidang pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan dan kehutanan, serta stakeholders pendukung,
seperti: Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Kontak
Tani Nelayan Andalan (KTNA), Kontak Tani Hutan Andalan
(KTHA), Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman
Indonesia (GAPMMI), Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan
Swadaya (P4S), Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan Perikanan
(P2MKP), Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia
(Perhiptani), Ikatan Penyuluh Perikanan Indonesia (Ipkani),
Ikatan Penyuluh Kehutanan (IPK), Perum Bulog, dan Asosiasi
Petani Ikan Air Tawar (Aspat), Asosiasi-asosiasi Komoditas,
Penangkar Benih,Koperasi Peternak, KUD/Koperasi dan
sebagainya.
Stakeholders tersebut umumnya sudah berbentuk
kelembagaan. Beberepa kelembagaan pada kegiatan ketahanan
pangan diantaranya :
- Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM);
- Lembaga Pembeli Gabah (LPG);
- Kelompok Lumbung Pangan;
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
27
- Kelompok Afinitas pada Desa Mandiri Pangan(Demapan);
- Tim Penggerak PKK;
- Kelompok Usaha Lahan Kering;
- Taman Posyandu;
- Kelompok Dasa wisma;
- Kelompok Usaha Pangan Olahan
Sedangkan pada kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian,
peternakan, perikanan dan kehutanan, kelembagaan-
kelembagaan tersebut, di antaranya :
- Kelompok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan);
- Kelompok Wanita Tani;
- Kelompok Taruna Tani;
- Kelompok Peternakan;
- Kelompok Perikanan;
- Kelompok Kehutanan (Kelompok Tani Penghijauan)
2.2.2. Sumber Daya Badan Koordinasi Penyuluhan, Petugas Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di BKP Provinsi Jawa Timur.
Saat ini jumlah keseluruhan Penyuluh Pertanian,
Perkebunan, Perikanan dan Kehutanan yang bertugas di Provinsi
Jawa Timur berjumlah 16 orang, terdiri dari Penyuluh PNS
sebanyak 16 orang di kantor Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Jawa Timur, Penyuluh Kab/Kota PNS sebanyak 2.331 orang dan
Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-
TBPP) sebanyak 2.586 orang.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
28
Tabel 2.4. Petugas Penyuluh Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan di Provinsi Jawa Timur
1. Penyuluh Pertanian 9 Orang
2. Penyuluh Perikanan 4 Orang
3. Penyuluh Kehutanan 1 Orang
4. Penyuluh Perkebunan 2 Orang
Jumlah Penyuluh PNS Provinsi 16 Orang
5. Penyuluh Kab/Kota PNS 2.331 Orang
6. Penyuluh THL-TBP 2.586 Orang
Jumlah total Petugas Penyuluh 4.917 Orang
2.3. Kinerja Pelayanan
2.3.1. Kinerja Pelayanan Badan Ketahanan Pangan
Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
diarahkan dan difokuskan pada pemantapan ketahanan pangan
dengan melaksanakan fungsi koordinasi dalam upaya meningkatkan
ketahanan pangan masyarakat Jawa Timur termasuk pemenuhan
pelayanan dasar kepada masyarakat sesuai Standar Pelayanan
Minimal (SPM) berdasarkan PERMENTAN No. 65/Permentan/
OT.140/12/10 tentang SPM Bidang Ketahanan Pangan Propinsi dan
Kabupaten/Kota. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Ketahanan Pangan ditentukan 4 (empat) jenis pelayanan dasar
yaitu :
1. Ketersediaan dan Cadangan Pangan.
2. Distribusi dan Akses Pangan.
3. Penganekaragaman dan Keamanan Pangan
4. Penanganan Kerawanan Pangan
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
29
1. Ketersediaan dan Cadangan Pangan
Jawa Timur merupakan daerah sentra pangan di Indonesia,
bahkan secara umum merupakan propinsi yang terbesar
kontribusinya dalam penyediaan pangan nasional. Oleh karena itu
pembangunan dalam peningkatan produksi pangan di Jawa Timur
sekaligus merupakan suatu penyediaan pangan secara nasional.
Ditinjau dari perkembangan ketersediaan pangan, di Jawa
Timur selalu mengalami peningkatan, kecuali beberapa komoditas
tertentu seperti ubi kayu, ketela, dan kacang-kacangan.
Kebutuhan pangan di Jawa Timur memang hampir dapat
dipenuhi semua dari potensi domestik, kecuali untuk komoditas
kedelai yang masih mengalami defisit. Sedangkan untuk beras,
jagung, kacang maupun ubi mengalami surplus. Surplus pangan di
Jawa Timur selain didukung sumberdaya alam yang sesuai, juga
potensi sumberdaya manusia dan adanya dukungan infrastruktur
ekonomi yang lebih baik.
Selain mempertimbangkan ketersediaan dan konsumsi
komoditi pangan utama yaitu beras, jagung, kedelai, kacang-
kacangan dan umbi-umbian, Jawa Timur juga merupakan sumber
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
30
bahan pangan lainnya yang bersumber dari ternak dan ikan yaitu
beberapa jenis bahan makanan lainnya seperti daging, telur, susu
dan ikan.
Dalam rangka pemantapan ketersediaan pangan diupayakan
pula melalui pengembangan cadangan pangan masyarakat berupa
pengembangan lumbung pangan dan optimalisasi pemanfaatan
lahan pekarangan. Pengembangan lumbung pangan merupakan
upaya pengembangan cadangan pangan yang dilaksanakan oleh
masyarakat guna mencukupi kebutuhan pangan masyarakat di
pedesaaan pada saat musim paceklik. Upaya yang dilakukan
melalui revitalisasi lumbung pangan masyarakat, dimaksudkan
untuk :
a. Memfasilitasi masyarakat dalam stabilisasi penyediaan pangan.
b. Meningkatkan kemampuan kelembagaan lumbung pangan untuk
menjadi salah satu lembaga penggerak ekonomi pedesaan.
c. Mengembangkan sumber pendapatan bagi keluarga petani
melalui usaha berbasis lumbung pangan.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
31
d. Mewujudkan ketahanan pangan ditingkat rumah tangga melalui
peningkatan akses masyarakat terhadap pangan yang cukup.
Peningkatan cadangan pangan terutama pada daerah yang
rentan terhadap kerawanan pangan telah dilakukan kegiatan yaitu
pengembangan lumbung pangan baik dari APBD maupun APBN.
Mulai tahun 2009 – 2013 telah dilaksanakan pembangunan fisik
lumbung pangan sebanyak 347 unit lumbung, terdiri dari 162 unit
lumbung dari APBD Provinsi dan 185 unit lumbung dari APBN
maupun DAK.
Tahun 2010 - 2013 melalui APBD dialokasikan dana sebesar
Rp. 9.200.000.000,- untuk pembangunan fisik 162 unit dan
pengisian 60 unit lumbung. Sedangkan APBN telah dialokasikan
anggaran sebesar Rp. 5.420.000.000,- untuk pengisian lumbung
pangan yang di bangun dari alokasi DAK tahun 2009 - 2013.
Disamping pengembangan lumbung pangan dliaksanakan
juga Pengembangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (PL-
DPM) yang bertujuan untuk memperkuat usaha pada unit distribusi/
pemasaran/pengolahan dan unit pengelolaan cadangan pangan
khususnya dalam melakukan kegiatan pembelian-penjualan gabah/
beras/jagung dan/atau penyediaan cadangan pangan bagi anggota
gapoktan disaat menghadapi paceklik yang dilaksanakan oleh
gabungan kelompok tani (gapoktan). Selama tahun 2009 – 2013
telah dibangun 148 unit gudang dan dialokasikan dana untuk
cadangan pangan sebesar Rp. 3.463.478.600,-.
Ketersediaan pangan juga dikembangkan melalui
pemanfaatan pekarangan dimaksudkan untuk optimalisasi
pemanfaatan pekarangan sebagai cadangan hidup dipekarangan
guna memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, lahan
pekarangan dikelola melalui pendekatan terpadu dengan berbagai
jenis tanaman, ternak, dan ikan untuk menjamin ketersediaan
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
32
bahan pangan yang beraneka ragam secara berkelanjutan guna
memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga. Pemanfaatan
pekarangan dimanfaatkan untuk : (a) memenuhi kebutuhan pangan
dan gizi mikro keluarga secara berkelanjutan, (b) Meningkatkan
ketrampilan keluarga tani dalam budidaya dan pengolahan hasil
tanam, ternak, (c) meningkatkan pendapatan keluarga tani.
Kegiatan ini diimplementasikan dalam kegiatan pengembangan
kawasan rumah pangan lestari (KRPL) yang telah dikembangkan
mulai tahun 2012 s/d 2013 sebanyak 228 kelompok dengan total
dana yang disalurkan sebagai pinjaman sebesar Rp.
20.000.000.000,- dimana masing-masing kabupaten/kota
dikembangkan 3 (tiga) desa.
2. Penganekaragaman dan Keamanan Pangan
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan
kesejahteraan masyarakat, maka kebutuhan terhadap jenis dan
kualitas produk juga semakin meningkat dan beragam. Oleh karena
itu, selain upaya untuk mencapai swasembada yang berkelanjutan,
peningkatan penganekaragaman pangan menjadi sangat penting,
terutama untuk mengurangi konsumsi beras dan terigu.
Pola pangan masyarakat Jawa Timur sebagaimana
masyarakat Indonesia umumnya masih menggantungkan beras
sebagai sumber karbohidratnya. Akibat dari keadaan ini konsumsi
beras melebihi yang dianjurkan, sebaliknya konsumsi sumber
protein kurang dari yang dianjurkan.
Penganekaragaman pangan merupakan salah satu strategi
untuk mencapai ketahanan pangan. Salah satu upaya peningkatan
penganekaragaman pangan yaitu dengan Gerakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) yang diwujudkan
melalui pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang,
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
33
dan aman (B2SA), yang dicerminkan oleh tercapainya skor Pola
Pangan Harapan (PPH) sekurang-kurangnya 81,1 pada tahun 2013.
Dalam rangka penganekaragaman konsumsi pangan, diupayakan
pula tercapainya pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi,
seimbang, dan aman (B2SA) yang dicerminkan oleh meningkatnya
skor Pola Pangan Harapan (PPH) Selama tahun 2009-2013, Skor
Pola Pangan Harapan Jawa Timur mengalami kenaikan yaitu tahun
2010 sebesar 76,9, tahun 2011 sebesar 79,6, tahun 2012 sebesar
80 dan tahun 2013 sebesar 81,1. Laju peningkatan skor PPH yang
lebih tinggi mengindikasikan bahwa telah terjadi perubahan dalam
pola konsumsi pangan yang mengarah pada pola konsumsi yang
semakin beragam dan bergizi seimbang. Nilai/skor mutu PPH ini
dapat memberikan informasi mengenai pencapaian kuantitas dan
kualitas konsumsi, yang menggambarkan pencapaian keragaman
konsumsi pangan. Semakin besar skor PPH maka kualitas konsumsi
pangan dalam artian jumlah dan konsumsi, dinilai semakin baik.
Hal ini menunjukkan bahwa program penganekaragaman
konsumsi pangan di Jawa Timur menunjukan keberhasilan yang
nyata, yang ditunjukkan dengan meningkatnya permintaan
masyarakat terhadap aneka pangan, baik pangan segar, olahan
maupun siap saji melalui internalisasi kepada seluruh komponen
masyarakat, meningkatnya pengetahuan dan kesadaran gizi
seimbang sejak usia dini serta meningkatnya ekonomi rumah
tangga.
Pembangunan keamanan pangan merupakan bagian
intergral pembangunan ketahanan pangan yang tidak dapat
terpisahkan dan penting dilaksanakan secara terencana dan
berkesimnambungan. Kebijakanan penanganan keamanan pangan
diarahkan dapat menjamin tersedianya pangan aman, termasuk
pangan segar dan makanan siap saji untuk dikonsumsi masyarakat.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
34
Sehingga masyarakat terhindar dari pangan yang terkontaminasi
oleh cemaran biologis, kimia maupun cemaran fisik. Untuk itu
keamanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, produsen pangan dan masyarakat.
Selanjutnya untuk mengetahui persentase keamanan
pangan maka BKP Provinsi Jawa Timur telah bekerjasama dengan
laboratorium yang terakreditasi, untuk melaksanakan uji
laboratorium terhadap residu pestisida, logam berat dan mikroba
pada produk pangan segar (buah dan sayur). Berdasarkan hasil
pengujian sampel tahun 2011 persentase pangan aman atau yang
Memenuhi Syarat (MS) adalah 97,5%, tahun 2012 persentase yang
memenuhi syarat adalah 75%, sedangkan tahun 2013 persentase
yang memenuhi syarat adalah 82,61%.
Tabel 2.5. Persentase Pangan Aman berdasarkan Uji Laboratorium Keamanan Pangan
Tahun Jumlah Pangan Aman (Memenuhi
Syarat, MS)
Jumlah Sampel yang
diuji
Persentase Pangan Aman
(%)
2011 39 40 97,5 %
2012 30 40 75 %
2013 38 46 82,61 %
Jika diperhatikan persentase memenuhi syarat dari tahun
2011–2013 menunjukkan angka yang berfluktuasi. Hal ini
menunjukkan bahwa penganaan keamanan pangan harus terus
dilaksanakan melalui sosialisasi, promosi, pemantauan dan
pengawasan.
Penanganan Kerawanan Pangan
Berdasarkan peta ketahanan pangan dan kerentanan pangan
Indonesia (Food Security and Vulnerability Atlas, FSVA), Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur mengutamakan
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
35
penanganan Daerah Rawan Pangan pada prioritas 1 s.d. 3 (sangat
rentan, rentan, cukup rentan). Kerentanan terhadap kerawanan
pangan disebabkan oleh beberapa hal : angka kemiskinan yang
masih tinggi, tidak ada akses listrik, kasus underweight pada balita
masih tinggi, tidak ada akses jalan untuk kendaraan roda 4, tidak
ada sumber air bersih, dan rasio konsumsi normative perkapita
terhadap ketersediaan serealia meningkat.
Bencana alam yang masih berlanjut secara luas diberbagai
wilayah serta daya dukung alam untuk menghasilkan produk
pangan yang cenderung berkurang dan rentan terhadap berbagai
macam perubahan, senantiasa mengancam masyarakat ke arah
kekurangan pangan.
Oleh karena itu, penanganan serius dan komprehensif
terhadap daerah-daerah yang rentan terhadap kerawanan pangan
sangat diperlukan. Untuk penanganan kerawanan pangan
dibutuhkan intervensi berupa tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah bersama-sama masyarakat dalam menanggulangi
kejadian rawan pangan, baik transien maupun kronis.
Rawan pangan yang bersifat kronis memerlukan intervensi
jangka menengah dan panjang, sedangkan untuk rawan pangan
transien diperlukan intervensi jangka pendek yang bersifat segera.
Berdasarkan pemetaan FSVA tahun 2009 dihasilkan prioritas 1
(sangat rentan) adalah 738 desa. Setiap tahunnya mulai tahun
2010 s.d. 2014 dilakukan penanganan sebanyak 123 desa. Namun
demikian realisasi penanganan daerah rawan pangan adalah tahun
2010 sebanyak 90 desa, tahun 2011 sebanyak 95 desa, tahun 2012
sebanyak 100 desa, tahun 2013 sebanyak 105 desa, tahun 2014
sebanyak 116. Sehingga selama periode tahun 2010 s.d. 2014 telah
melaksanakan penanganan daerah rawan pangan sebanyak 506
desa (68,56%).
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
41
Tabel 2.6 Pencapaian Kinerja Pelayanan Badan Ketahanan Pangan
ProvinsiJawa Timur
NO Indikator Kinerja sesuai Tugas
dan Fungsi SKPD Target SPM
Target IKK
Target Indikator Lainnya
Target Capaian Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian (%)
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1. a. Ketersediaan pangan :
- Energi v 1760 1804 18048 1892 1936 5.705,87 5.812,67 4.560,99 4.555,75 6.671 324,20 322,21 246,81 240,79 344,58
- Protein v 46,7 47,9 49,0 52,2 51,3 112,94 119,10 133,90 131,02 156,76 241,84 248,64 273,27 251,00 305,58
b. Penguatan cadangan pangan
pemerintah (CPP) provinsi
(beras-ton)
V 0 0 0 0 110 0 0 0 0 194 0 0 0 0 100
2. Stabilisasi harga gabah
- Harga Gabah Kering Panen
(GKP) v 2680 2780,5 2847,5 3015 3182,5 3350 3993,535 3861,88 3442,46 3726,875 125,00 143,63 135,62 114,18 117,11
- Harga Gabah Kering Giling
(GKG) v 3320 3444,5 3527,5 3735 3942,5 4150 4926,05 5021,5 4274,085 4530,97 125,00 143,01 142,35 114,43 114,93
3. Skor Pola Pangan Harapan
(PPH) v 79,9 80,0 81,11 82,2 83,3 75,7 76,9 79,6 80,0 81,1 96,25 99,5 98,6 98,7 97,36
4. Penanganan daerah rawan
pangan (desa) v 123 123 123 123 123 90 95 100 105 112 96,25 99,5 98,6 98,7 91,06
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
42
Tabel 2.7
Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
Pendapatan Daerah 440.356.000 1.200.400.000 1.200.400.000 1.021.200.000 1.171.200.000 313.625.444 1.765.766.250 1.513.189.585 1.141.813.875 1.230.015.136 71,22 147,10 126,06 111,81 105,02
Pendapatan Asli Daerah (PAD) 440.356.000 1.200.400.000 1.200.400.000 1.021.200.000 1.171.200.000 313.625.444 1.765.766.250 1.513.189.585 1.141.813.875 1.230.015.136 71,22 147,10 126,06 111,81 105,02
- Pendapatan Sewa 356.000 400.000 400.000 400.000 1.200.000 356.000 400.000 400.000 400.000 1.200.000 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
- Hasil Pengelolaan Dana Bergulir 440.000.000 1.200.000.000 1.200.000.000 1.020.800.000 1.170.000.000 313.269.444 1.765.366.250 1.512.789.585 1.141.413.875 1.228.815.136 71,20 147,11 126,07 111,82 105,03
Belanja Daerah 22.229.416.965 25.132.734.000 29.261.531.313 44.770.617.000 66.007.292.000 20.832.076.316 23.966.938.929 28.621.869.608 43.007.941.383 63.295.725.535 93,71 95,36 97,81 96,06 95,89
Belanja Tidak Langsung 5.620.916.000 6.455.146.000 6.907.042.813 7.382.617.000 7.407.292.000 5.125.598.680 5.977.045.869 6.271.448.736 6.690.325.814 7.239.654.752 91,19 92,59 90,80 90,62 97,74
- Gaji dan Tunjangan Pegawai 5.620.916.000 6.455.146.000 6.907.042.813 7.382.617.000 7.407.292.000 5.125.598.680 5.977.045.869 6.271.448.736 6.690.325.814 7.239.654.752 91,19 92,59 90,80 90,62 97,74
Belanja Langsung 16.608.500.965 18.677.588.000 22.354.488.500 37.388.000.000 58.600.000.000 15.706.477.636 17.989.893.060 22.350.420.872 36.317.615.569 56.056.070.783 94,57 96,32 99,98 97,14 95,66
- Belanja Pegawai 4.163.510.000 4.265.955.000 5.039.380.000 6.570.380.000 6.529.230.000 4.025.040.000 4.083.545.000 5.011.215.000 6.392.770.000 6.313.260.000 96,67 95,72 99,44 97,30 96,69
- Belanja Barang dan Jasa 12.314.040.965 13.829.834.500 16.682.757.500 28.782.099.000 51.270.110.000 11.570.778.736 13.412.827.060 16.121.999.672 27.901.652.569 48.997.788.283 93,96 96,98 96,64 96,94 95,57
- Belanja Modal 130.950.000 581.798.500 632.351.000 2.035.521.000 800.660.000 110.658.900 493.521.000 1.217.206.200 2.023.193.000 745.022.500 84,50 84,83 192,49 99,39 93,05
Anggaran pada Tahun Realisasi Anggaran pada Tahun Rasio antara Realisasi dan Anggaran pada TahunURAIAN
*) diisikan dengan nama SKPD **) diisikan dengan nama Provinsi/Kabupaten/Kota ***) disesuaikan dengan kewenangan SKPD
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
88
Dari tabel 2.1. dapat dikemukan bahwa Pembangunan
ketahanan pangan tahun 2009 - 2013 menunjukkan hasil yang
menggembirakan hal ini dibuktikan dengan hampir tercapainya
semua target indikator kinerja kegiatan dan sasaran, serta
diperolehnya penghargaan Tingkat Nasional berupa Adhi Karya
Pangan Nusantara dari berbagai macam kategori. Namun demikian,
pada beberapa aspek perlu pembenahan lebih lanjut agar
pembangunan ketahanan pangan dapat dicapai secara maksimal.
Dalam rangka mewujudkan Visi, Misi, dan Tujuan melalui
rencana strategis telah ditetapkan 4 sasaran (7 Indikator) yang
tingkat capaiannya dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Ketersediaan Energi dan Cadangan Pangan
- Capaian ketersediaan energi 6.671 kkal/kap/hari atau
344,50% dari target 1.936,00 kkal/kap/hari dan
ketersediaan protein 156,76 gr/kap/hr atau 110,29% dari
target 116,40 gram/kap/hari.
- Capaian cadangan pangan masyarakat 7.578 ton dari
target 110 ton.
b. Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Keamanan Pangan
Segar.
Capaian keragaman konsumsi pangan penduduk Jawa Timur
yang ditandai dengan SKOR Pola Pangan Harapan sebesar
81,10 atau 98,90%.
c. Distribusi dan Akses Pangan.
- Capain stabilitas harga ditingkat petani : GKP sebesar Rp.
3.400,-/kg atau 101,49% pada saat puncak panen raya
(Maret 2013), dan harga GKG sebesar Rp. 4.189,-/kg atau
100,94% pada saat puncak panen raya (Maret 2013). Hal
ini menunjukkan harga GKP dan GKG sudah berada diatas
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
89
HPP, sesuai Inpres 3 Tahun 2012 (HPP Gabah Kering Panen
(GKP) Rp. 3.300,-/kg dan HPP Gabah Kering Giling (GKG)
Rp. 4.150,-/kg.)
- Capain Ketersediaan Informasi harga, Pasokan dan Akses
Pangan 105,10%.
d. Penanganan Daerah Rawan Pangan Pangan mencapai 141,22%.
Dari hasil pengukuran pencapaian 7 (tujuh) indikator
telah melebihi target, sedangkan 1 indikator yaitu keragaman
konsumsi pangan (skor PPH) masih dibawah target,hal ini
disebabkan penurunan konsumsi padi-padian tidak diimbangi
dengan adanya kenaikan konsumsi dari kelompok pangan
hewani, kacang-kacangan, sayur dan buah-buahan.
Berdasarkan Tabel 2.2, tentang anggaran dan realisasi
anggaran, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Badan Ketahanan Pangan merupakan salah satu SKPD
penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diperoleh
dari Hasil Pengelolaan Dana Bergulir dan Pendapatan Sewa.
Realisasi PAD selalu melampaui target rata-rata diatas
100%, kecuali pada tahun 2009 realisasi PAD masih di
bawah target dan hanya mampu mencapai sebesar 71,20%
hal ini dikarenakan adanya penyesuaian target PAD.
b. Komponen terbesar Beanja Daerah adalah pada Belanja
Langsung dibandingkan dengan Belanja Tidak Langsung.
Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran belanja lebih
mengarah pada kegiatan-kegiatan yang dapat diukur
kinerjanya. Belanja Pegawai menunjukkan proporsi yang
lebih kecil dibandingkan Belanja Barang/Jasa dan Belanja
Modal, hal ini akan mendorong bergeraknya sektor riil di
masyarakat sebagai penyedia barang/jasa.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
90
c. Realisasi anggaran menunjukkan prestasi yang baik,
dengan rasio capaian berkisar 95%. Dapat dipastikan
bahwa semua kegiatan mencapai target yang diharapkan.
Varian antara anggaran dengan realisasi lebih disebabkan
adanya efisiensi pengadaan barang dan jasa.
2.3.2. Kinerja Pelayanan Badan Koordinasi Penyuluhan (BAKORLUH)
2.3.2.1. Kelembagaan Penyuluhan
Kelembagaan penyuluhan merupakan jaringan pelayanan yang
mampu mendukung interaksi antara Penyuluh Pertanian Provinsi dan
Kabupaten untuk menentukan langkah-langkah konkrit dalam
melaksanakan penyuluhan serta melakukan koordinasi antara Provinsi,
Kabupaten, Kecamatan (BPP) dan Desa.
Kelembagaan yang berada di Kecamatan atau mencakup
beberapa Kecamatan adalah Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK). Di Jawa
Timur sampai Desember tahun 2012 terdapat 523 BP dengan kondisi :
270 BP memiliki bangunan permanen, 121 BP sewa dan 132 BP masih
numpang.
Kelembagaan penyuluhan ditingkat Desa atau disebut POSLUHDES
(Pos Penyuluhan Desa) sebanyak 8.459. Dengan program satu desa satu
penyuluh maka Jawa Timur estimasi kecukupannya adalah dengan asumsi
perkiraan kebutuhan penyuluh di Jawa Timur 10.858 penyuluh dengan
perincian sebagai berikut : Tingkat Provinsi 40 orang, Tingkat Kabupaten
754 orang, Tingkat BPP 1.605 orang, Tingkat Desa 8.459 orang. Penyuluh
yang sudah ada sebanyak 5.075 orang. Sehingga kekurangan Penyuluh di
Jawa Timur estimasinya adalah 5.783 orang.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
91
Kelompok tani sebagai pelaku pembangunan pertanian terbentuk
berdasarkan keakraban dan keserasian serta kebersamaan kepentingan
dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Di Jawa Timur, jumlah kelompok tani sampai dengan Oktober
tahun 2012 sebanyak 36.507 kelompok yang terdiri dari Kelas Utama 310
kelompok, Madya 3.768 kelompok, Lanjut 16.211 kelompok dan Pemula
16.218 kelompok.
2.3.2.2. Sumber Daya Manusia
Perkembangan jumlah penduduk di Jawa Timur terus meningkat
dari tahun ke tahun. Berdasar sensus tahun 2010 jumlah penduduk Jawa
Timur sebanyak 37.476. Jumlah KK di Jawa Timur sebanyak 10.111.802
KK terdiri dari KK Pertanian 4.835.771 (49,46 %) dan Non Pertanian
4.693.744 KK. Sedang pemilik lahan sawah 3.696.574 ha dimiliki oleh
petani sebanyak 4.663.744 orang, dengan luas pemilikan < 0,500 ha =
3.403.478 orang; 0,5-1 ha = 888.273; orang < 3 ha = 366.420 orang
dan > 3Ha = 35.573 orang. Nelayan : 266.016 orang, pembudidaya ikan:
177.468 orang.
Jumlah Penyuluh Pertanian Jawa Timur sampai dengan Bulan
Desember tahun 2012 tercatat sebanyak 2.466 orang yang terdiri dari
Penyuluh Pertanian 1.061 orang, Penyuluh Peternakan 218 orang,
Penyuluh Perkebunan 104 orang dan Penyuluh Polivalen 1.083 orang.
Penyuluh Perikanan dan Kelautan 201 orang dan Penyuluh Kehutanan di
Kabupaten/Kota sebanyak 457 orangPenyuluh. Sedangkan Penyuluh
THL-TBPP 2.609 orang dan TKP (Tenaga Kontrak Pendamping) 132 orang
guna membantu kinerja penyuluh pertanian PNS dalam percepatan
pembangunan pertanian, khususnya pencapaian swasembada beras dan
gula secara berkesinambungan.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
92
2.3.2.3. Kondisi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
a. Pertanian
Luas lahan di Jawa Timur secara keseluruhan seluas 4.565.605 ha
dengan komposisi lahan sawah seluas 1.134.365 ha atau 24,85%, lahan
bukan sawah seluas 1.764.987 ha atau 38,66% dan lahan bukan
pertanian seluas 1.666.253 ha atau 36,50%. Luas lahan sawah 1.134.365
ha terdiri : sawah irigasi teknis, semi teknis, sederhana dan tadah hujan
(1.081.473 ha) dan sawah irigasi desa, sawah lainnya (lebak, polder dan
pasang surut) seluas (52.893 ha).
Tabel 2.8. Perkembangan Lahan Sawah di Jawa Timur 1980 - 2010
No Klasifikasi Luas Lahan sawah (ha)
Seb. 1980 1980 1990 2000 2009 2010
1 Irigasi Teknis 365.947 361.657 356.842 352.829 346.124 344.99
2 Irigasi 1/2 Teknis 390.616 390.275 386.564 381.519 374.586 373.857
3 Irigasi Sederhana 3.474 3.474 3.147 2.977 3.161 2.977
4 Tadah Hujan 337.835 337.443 336.698 334.006 330.408 329.642
Jumlah 1.127.872 1.122.849 1.113.251 1.101.331 1.084.279 1.081.472
Sumber : BPN RI, 2010
Potensi lahan kering di Jawa Timur seluas 1.255.787 ha meliputi
tegal, seluas 1.103.655 ha, ladang seluas 47.546 ha dan lahan yang
ditanami pohon /hutan rakyat seluas 104.586 ha.
Tabel 2.9. Tabel Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi
Padi di Jawa Timur dan Nasional Tahun 2010-2012
Absolut % Absolut %
- Jawa Timur 1.963.983 1.926.796 1.975.719 -37.187 -1,89 48.923 2,54% 14,70%
- Indonesia 13.253.450 13.203.643 13.440.291 -49.807 -0,38 236.648 1,79%
- Jawa Timur 59,29 54,89 61,74 -4,4 -7,42 6,85 12,48%
- Indonesia 50,15 49,8 51,35 -0,35 -0,7 1,55 3,11%
3. Produksi (ton)
- Jawa Timur 11.643.773 10.576.543 12.198.707 -1.067.230 -9,17 1.622.164 15,34% 17,67%
- Indonesia 66.469.394 65.756.904 69.022.515 -712.490 -1,07 3.265.611 4,97%
KONTRIBUSI
JATIM
TERHADAP
NASIONAL
2010-2011 2011-2012
1. Luas Panen (ha)
2. Produktivitas (ku/ha)
Keterangan: Kualitas produksi Padi adalah Gabah Kering Giling ;
Uraian 2010 20112012
(ASEM)
Perkembangan
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
93
b. Peternakan
Potensi sumber daya alam Jawa Timur memiliki prospek yang
sangat besar untuk pengembangan sektor peternakan dengan
ketersediaan luas lahan untuk peternakan sekitar 1,5 juta hektar, lahan
pendukung penyediaan Hijauan Makanan Ternak (HMT) seluas 4,2 juta
hektar sehingga prospek pengembangan masih terbuka lebar.
Beberapa sentra produksi Peternakan Jawa Timur antara lain :
a. Kabupaten Blitar
Kabupaten Blitar merupakan sentra Produksi peternakan, utamanya
ternak unggas, 55 % kebutuhan telur di Provinsi Jawa Timur ini disuplai
dari Kabupaten Blitar. Populasi ayam ras petelur di Kabupaten Blitar
mencapai 15.036.300 ekor pada tahun 2012 meningkat 8.17%
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebanyak 13.900.400 ekor pada
tahun 2011
b. Kabupaten Pasuruan
Sapi perah telah menjadi produk unggulan sekaligus ikon Kabupaten
Pasuruan. Populasi sapi perah mencapai 308.841ekor yang mampu
menghidupi 77.210 Rumah Tangga Peternak (RTP), sedangkan
produksi susu yang dihasilkan sebanyak 554.311,7 ton.
c. Pulau Madura
Pulau Madura memiliki kekayaan genetik sapi tersendiri yang
merupakan tipe sapi potong yang cukup baik. Bobot sapi madura jantan
275 – 300 Kg dan sapi betina dewasa 180 – 250 Kg. Dalam rangka
Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK).
c. Perkebunan
Komoditi perkebunan yang berkembang di Jawa Timur sebanyak 34
jenis dengan total areal pada tahun 2012 seluas 1.060.572 hektar
dengan jumlah produksi sebesar 1.919.771 ton, dan sekitar 85 % areal
tersebut diusahakan langsung oleh petani. Komoditi utama atau
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
94
unggulan yang berkembang yaitu Tebu, Tembakau, Kopi, Kakao, kelapa
dan Jambu Mete. Berikut perkembangan dan potensi perkebunan dapat
di lihat pada Gambar berikut.
G
ambar 6. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Tahun 2012
d. Perikanan
Provinsi Jawa Timur mempunyai potensi kelautan dan perikanan
yang besar, yang mana dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.10. Potensi Kelautan dan Perikanan
Uraian Potensi Pemanfaatan %
Jumlah Pulau Panjang Pantai Laut Utara JawaLuas Laut Selatan Jawa +
ZEEI
446 buah 1.900Km
65.537 Km 142.560 Km
251.103,2 ton 114.058,8 ton
95,26 38,35
Tambak Kolam Karamba/KJ Tawar Mina Padi & Sawah
Tambak
Budidaya Laut
64.837,8 Ha 8.645,2 Ha 309.33 Ha 44.054,4Ha
324.854,0Ha
52.123,75 Ha 2.000,24 Ha 254,58 Ha
40.658,77 Ha 143.668,6 Ha
80,39 23,13 82,30 92,29 44,22
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
95
e. Kehutanan
Kawasan hutan di Jawa Timur saat ini seluas 1.364.395,82 ha
atau sebesar + 28,54% dari luas daratan. Untuk dapat mencapai fungsi
luasan kawasan hutan 30% dari luas daratan sebagaimana
diamanatkan dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, maka
diperlukan pengelolaan, perlindungan dan pengamanan hutan secara
intensif, serta perencanaan yang baik ke arah sinergisitas pengelolaan
hutan yang optimal.
a. Kawasan Hutan Negara
Luas kawasan hutan Provinsi Jawa Timur tahun 2010 adalah
seluas 1.364.395,82 Ha. Kawasan hutan tersebut terdiri dari :
Tabel 2.11. Kawasan Hutan Provinsi Jawa Timur
Kawasan Hutan Luas (Ha)
- Hutan Produksi (HP) 815.062,02
- Hutan Lindung (HL) 315.505,30
- Hutan Konservasi (HK) 233.828,50
1. Cagar Alam (CA) 10.957,90
2. Suaka Margasatwa (SM) 18.008,60
3. Taman Wisata Alam(TWA) 297,50
4. Taman Nasional (TN) 176.696,20
5. Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo 27.868,30
Total Luas Kawasan Hutan Jatim 1.364.395,82
Gambar 7. Kawasan Hutan Provinsi Jawa Timur
Kawasan Hutan Provinsi Jawa Timur (Ha)
27.868,30
815.062,02
176.696,20297,5
10.957,90
18.008,60
315.505,30
HP
HL
CA
SM
TWA
TN
Tahura
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
96
b. Hutan Rakyat
Dalam kurun waktu tiga tahun yaitu 2009 – 2012 hutan rakyat
di Jawa Timur telah mengalami perkembangan rata-rata sebesar +
5% per tahun, pada tahun 2012 diperkirakan luas aktual hutan
rakyat di Jawa Timur mencapai + 681.365,47 ha.
c. Hutan Mangrove
Selama tiga tahun, yaitu 2009 – 2012 luas hutan mangrove di
Jawa Timur terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 hutan
mangrove di Jawa Timur seluas 5.646,37 ha, pada tahun 2010 seluas
6.005,87 ha dan pada tahun 2012 menjadi + 5.554,70 ha.
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)
Pada kegiatan PHBM, hasil yang didapat tidak hanya kelestarian
hutan tetapi juga peningkatan kesejahteraan masyarakat desa hutan.
Pola pengelolaan kawasan hutan yaitu dengan pemanfaatan lahan di
bawah tegakan berupa mengkombinasikan tanaman kehutanan dengan
tanaman pangan (tumpangsari). Realisasi sistem tumpang sari yang
mampu menghasilkan bahan pangan selama tahun 2009 – 2012 adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.12. Tumpangsari antara Tanaman Kehutanan dengan Tanaman Pangan
No. Komoditi Satuan Produksi
2010 2011 2012
1. Padi Ton 67.422 7.747 46.075
2. Jagung Ton 301.582 54.482 121.052
3. Kedelai Ton 89.553 1.732 6.284
4. Kacang Tanah Ton 33.562 1.897 2.409
5. Porang Ton 20.852 22.937 7.449.901
6. Lainnya Ton 1.171.616 78.519 211.602
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
97
Rehabilitasi Hutan Dan Lahan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) merupakan kegiatan yang
diarahkan untuk memulihkan sumberdaya hutan dan lahan yang kritis
sehingga berfungsi optimal.
Tabel 2.13. Upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang telah dilaksanakan di Jawa Timur
No. Kegiatan RHL Satuan Tahun
2010 2011 2012
1. Pengembangan Hutan Rakyat
Ha 160 120
2. Percontohan Rehabilitasi hutan dan lahan kritis
Ha 20 - -
3. Pembuatan Tanaman Reboisasi Tahura
Ha 1.000 500 500
4. Penghijauan lingkungan
Batang 3.240.405 6.138.080
5. Penanaman turus jalan
Km 366,8 540,8 228,54
6. Pembuatan Kebun Bibit Rakyat
Unit 691 1.011 1.232
7. One Man One Tree (OMOT)
Batang - - -
8. One Billion Indonesia Trees (OBIT)
Batang 181.408.952 180.053.127 200.910.803
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan
Dalam rangka pengembangan ketahanan pangan di Jawa Timur,
perlu dilakukan analisis situasi berdasarkan lingkungan eksternal dan
internal yang dilakukan untuk merumuskan kebijakan ketahanan
pangan berdasarkan isu strategis dalam rangka menghadapi dan
mengantisipasi perubahan-perubahan kedepan sehingga ketahanan
pangan masyarakat dapat terwujud dimasa mendatang.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
98
Tantangan yang dihadapi dalam rangka pengembangan Ketahanan
Pangan di Jawa Timur adalah :
1. Provinsi Jawa Timur merupakan wilayah surplus pangan.
2. Belum terlaksananya dengan baik diversifikasi produksi dan
konsumsi pangan.
3. Belum meratanya pengendalian harga gabah pada tingkat petani
disaat panen raya.
4. Masih terdapatnya KK miskin pada desa tertentu diatas 30%
yang harus mendapat penanganan daerah rawan pangan.
5. Adanya kecenderungan masyarakat makanan cepat saji dari
bahan impor.
6. Perilaku masyarakat yang masih cenderung sulit merubah pola
makan (pangan alternatif yang berasal sumber pangan lokal)
dalam hal ini karena kebiasaan sejak kecil.
7. Kuranganya pelatihan terhadap Penyuluh/Pendamping dalam
menjalankan setiap program untuk pembinaan masyarakat.
8. Belum adanya kewenangan pemerintah daerah merekrut
pegawai sesuai dengan kebutuhan daerah.
9. Kurangnya kesadaran masyarakat khusunya Kelompok Afinitas
dalam pengembalian dana Bansos guna meningkatkan
perekonomian dan pemberdayaan Lembaga Keuangan Desa
(LKD).
10. Pola konsumsi masyarakat masih tergantung pada salah satu
komoditi yaitu beras/padi dan terjadi pergeseran pola konsumsi
kearah konsumsi berbahan baku terigu/gandum.
Sedangkan peluang yang ada dalam rangka pengembangan
ketahanan pangan di Jawa Timur adalah :
1. Besarnya jumlah penduduk Jawa Timur merupakan pasar produk
pangan sekaligus penggerak ekonomi daerah.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
99
2. Tingkat pendidikan masyarakat dan pengetahuan tentang
pangan yang semakin tinggi memberikan peluang bagi
percepatan proses peningkatan kesadaran gizi masyarakat.
3. Luas wilayah Jawa Timur yang besar dan merupakan provinsi
lumbung pangan serta menyediakan peluang usaha distribusi
pangan yang cukup besar.
4. Perkembangan teknologi informatika, perhubungan, dan
transportasi yang sangat pesat hingga ke pelosok daerah
menjadi penunjang penting bagi keberhasilan pembangunan
ketahanan pangan.
5. Ketersediaan sumber daya lahan dan air sebagai faktor utama
produksi untuk menghasilkan pangan, belum dikelola secara
optimal.
6. Keragaman sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati baik
flora dan fauna belum dimanfaatkan secara optimal sebagai
sumber pangan untuk mendukung peningkatan konsumsi
masyarakat sekaligus mempertahankan kelestariannya.
7. Ketersediaan lahan pertanian cukup besar dan belum
dimanfaatkan secara optimal.
8. Semakin berkembangnya riset dan teknologi pangan yang telah
menghasilkan berbagai varietas tanaman pangan yang tahan
terhadap kondisi tidak optimal namun tetap berproduksi tinggi.
Demikian pula untuk hortikultura dan peternakan.
9. Kebijakan, program dan kegiatan prioritas, mendukung
pemantapan ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal.
10. Kelembagaan ketahanan pangan masyarakat yang makin
konsisten berpartisipasi dalam mengelola proses produksi,
pengolahan, pemasaran dan konsumsi pangan beragam, bergizi
seimbang, dan aman.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
100
2.4.1. Renstra K/L dan Renstra Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur.
Jawa Timur merupakan daerah sentra pangan di Indonesia,
bahkan secara umum merupakan provinsi yang terbesar
kontribusinya dalam penyediaan pangan nasional. Oleh karena itu
pembangunan dalam peningkatan produksi pangan di Jawa Timur
sekaligus merupakan suatu penyediaan pangan secara nasional.
Kebutuhan pangan di Jawa Timur hampir dapat dipenuhi
semua dari potensi domestik, kecuali untuk komoditas kedelai yang
sebagian masih diimpor dari luar, sedangkan komoditas lain dapat
memenuhi kebutuhan konsumsi bahkan masih mengalami surplus.
Selain mempertimbangkan ketersediaan dan konsumsi komoditi
pangan utama seperti beras, jagung, kacang-kacangan dan umbi-
umbian, Jawa Timur juga merupakan sumber bahan pangan lainnya
yang bersumber dari ternak dan ikan.
Capaian Sasaran Renstra Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Jawa Timur sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 2.14. Komparasi Capaian Sasaran Renstra Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Jawa Timur
No Indikator Kinerja Capaian Sasaran Renstra SKPD
Kabupaten/Kota
Capaian Sasaran Renstra
SKPD Provinsi
Sasaran pada
Renstra K/L
1. Ketersediaan Pangan
Beras 7.309.527 7.309.527 7.309.527
Daging 345.376 345.376 345.376
Ikan 1.317.288 1.317.288 1.317.288
Gula 1.227.898 1.227.898 1.227.898
2. Skor PPH 82,2 82,2 82,2
3. Prosentase Keamanan Pangan
80 80 80
4. Stabilisasi Harga Beras ditingkat Konsumsi (CV)
< 10 < 10 < 10
5. Jumlah Kelompok Tani 20.823 20.823 20.823
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
101
Capaian sasaran tersebut diatas, didukung oleh pelaksanaan
3 (Tiga) pilar Ketahanan Pangan yaitu (1). Ketersediaan Pangan,
(2). Distribusi/Keterjangkauan Pangan dan, (3). Konsumsi Pangan.
a. Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan
untuk memenuhi kebutuhan penduduk dari segi kuantitas dan
kualitas keragaman dan keamanannya. Ketersediaan pangan
dapat dipenuhi dari 3 sumber yaitu : 1) produksi dalam negeri;
2) pemasokan pangan; 3) pengelolaan cadangan pangan.
Ketersediaan pangan dapat diamati pada berbagai tingkatan
mencakup rumah tangga, regional (kab/kota, provinsi) dan
nasional. Namun demikian, penyediaan yang sesuai dengan
kebutuhan gizi penduduk baik jumlah maupun mutunya
merupakan masalah terbesar sepanjang sejarah kehidupan.
Situasi ketersediaan pangan wilayah antara lain tercermin
dari jumlah ketersediaan pangan, yang digambarkan dari
ketersediaan pangan maupun mutu keanekaragaman
ketersediaan pangan yang digambarkan oleh skor Pola Pangan
Harapan (PPH). Situasi ketersediaan pangan tersebut dapat
digunakan sebagai salah satu acuan dalam perencanaan
kebijakan penyediaan kebutuhan pangan dan gizi penduduk
menuju kemandirian dan kestabilan pangan.
Ketersedian pangan Jawa Timur tahun 2013 komoditi beras
sebesar 7.309.527 ton, Daging 345.376 ton, Ikan 1.317.288 ton
dan Gula 1.227.898 ton. Sedangkan situasi ketersediaan total
energi untuk dikonsumsi penduduk Jawa Timur pada tahun 2012
sebesar 6.671 kkal/kap/hr atau 303,23% dari Angka Kecukupan
Energi (AKE) 2200 kkal/kap/hr (Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi 2008). Ketersediaan energi tahun 2013 didominasi oleh
pangan nabati 98,10% sedangkan pangan hewani 1,90%.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
102
Apabila dibandingkan dengan AKE tahun 2011 terjadi kenaikan
sebesar 2.115,25 kkal/kap/hr (31,71%).
Demikian juga total ketersediaan protein untuk di konsumsi
penduduk Jawa Timur sebesar 156,76 gram/kap/hari atau
275,02% dari Angka Kecukupan Protein (AKP) 57 gram/kap/hr
(Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004). Ketersediaan
protein tahun 2012 masih didominasi oleh pangan nabati 92,64%
sedangkan pangan hewani 7,36%. Apabila dibandingkan dengan
AKP tahun 2011 terjadi kenaikan sebesar 25,74 gr/kap/hr
(16,42%).
Dalam rangka penyediaan pemantapan ketersediaan
pangan diupayakan juga melalaui pengembangan cadangan
pangan masyarakat berupa fasilitasi pengembangan lumbung
pangan dan optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan sebagai
sumber pangan dan gizi pada skala rumah tangga.
Pengembangan lumbung pangan merupakan upaya
pengembangan cadangan pangan masyarakat yang dilaksanakan
oleh masyarakat guna mencukupi kebutuhan pangan masyarakat
ditingkat pedesaan pada musim paceklik. Upaya uang dilakukan
melalui revitalisasi lumbung pangan masyarakat yang
dimaksudkan sebagai berikut :
a. Memfasilitasi masyarakat dalam stbilisasi harga pangan.
b. Meningkatkan kemampuan kelembagaan lumbung pangan
untuk menjadi salah satu lembaga penggerak ekonomi
pedesaan.
c. Mengembangkan sumber pendapatan bagi keluarga petani
melalui usaha berbasis lumbung pangan.
d. Mewujudkan ketahanan pangan ditingkat rumah tangga
melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pangan yang
cukup.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
103
Ketersediaan pangan juga dikembangkan melalui
Optimalisasi Pemenfaatan Lahan Pekarangan yang dikelola
secara terpadu dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan
pangan dan sebagai sumber gizi keluarga. Pemanfaatan
pekarangan dimaksudkan untuk :
a. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi mikro keluarga secara
berkelanjutan.
b. Meningkatkan keterampilan keluarga dalam budidaya dan
pengelolaan hasil.
c. Meningkatkan pendapatan keluarga tani.
b. Distribusi Pangan
Distribusi pangan merupakan salah satu pilar terwujudnya
ketahanan pangan. Harga pangan merupakan salah satu
indikator yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi pasokan,
distribusi, dan keterjangkauan/akses pangan oleh masyarakat.
Harga pangan yang stabil disepanjang waktu, terjangkau dan
merata diseluruh wilayah, mengindikasikan kondisi pasokan
pangan cukup aman dan distribusi lancar.
Program Stabilisasi harga gabah/beras dinilai sangat
efektif dalam membantu petani meningkatkan harga jual
gabah/beras, program ini sangat efektif pada bulan Februari –
Mei setiap tahunnya karena pada bulan-bulan tersebut terjadi
panen raya, sementara itu pada bulan tersebut biasanya masih
terjadi hujan dengan intensitas yang cukup tinggi sehingga harga
gabah tertekan dan turun. Kondisi inilah yang perlu
mendapatkan perhatian pemerintah untuk menjaga stabilisasi
harga sehingga petani tidak banyak dirugikan. Selain itu juga
meningkatkan kesinambungan penyediaan pangan,
meningkatkan efektifitas dan efisiensi distribusi pangan antar
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
104
daerah dan antar waktu serta mengembangkan kelembagaan
pangan dipedesaan.
Perkembangan harga rata-rata GKP selama bulan Maret -
Desember 2013 relatif stabil.Kenaikan harga terjadi dibulan-
bulan pacekilk dan harga tertinggi terjadi pada Oktober
mencapai Rp. 4.206,- per kg GKP. Sedangkan harga terendah
terjadi pada bulan April mencapai Rp. 3.237,- per kg GKP. Begitu
pula dengan harga GKG, kenaikan harga terjadi pada saat
paceklik dan harga turun terjadi dibulan-bulan panen raya. Harga
GKG tertinggi terjadi pada bulan Nopember mencapai Rp. 4.905,-
per kg GKG dan terendah pada bulan April mencapai Rp. 4.180,-
per kg GKG.
Disamping program pembelian gabah (stabiliasasi harga)
juga dilakukan program tunda jual, yaitu upaya menunda jualkan
hasil panen ynag harga rendah dan menjualnya pada saat harga
tinggi yang dilakukan oleh kelompok tani.
Grafik : Rata2 Harga GKP ditingkat Petani, Pengilingan, GKG Harga Beras Medium dan Premium (Maret-Des’13).
c. Konsumsi Pangan
Pola konsumsi masyarakat Jawa Timur pada umumnya
mesih tergantung pada satu komodiiti yaitu beras sebagai
sumber karbohidratnya. Akibatnya konsumsi beras melebihi
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
105
angka anjuran sebaliknya konsumsi sumber karbohidrat dan
protein dari sumber pangan lain masih rendah.
Keberhasilan sasaran diukur melalui indikator yaitu
kualitas dan kuantitas konsumsi pangan semakin beragam,
bergizi seimbang dan amanyang ditunjukkan dengan
peningkatan Skor PPH. FAO-RAPA mendefinisikan PPH sebagai
komposisi kelompok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat
memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya. Dengan
demikian PPH merupakan susunan beragam pangan yang
didasarkan atas proporsi keseimbangangan energi dari berbagai
kelompok pangan untuk memenuhi gizi baik dalam jumlah
maupun mutu dengan mempertimbangkan segi daya terima,
ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama. Upaya
pencapaian Skor PPH didukung oleh 6 (enam) program yaitu :
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani; Program
Peningkatan Ketahanan Pangan; Program Peningkatan
Pemasaran Hasil Produksi Pertanian, Perkebunan dan
Peternakan; Program Pengembangan Kawasan Agropolitan;
Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/
Perkebunan/Peternakan.
Capaian skor PPH Tahun 2013 sebesar 81,1 terjadi
peningkatan dibanding tahun sebelumnya sebesar 80,1 namun
masih dibawah target yang ditetapkan. Hal ini disebabkan
penurunan konsumsi padi-padian tidak diimbangi dengan adanya
kenaikan konsumsi dari kelompok pangan hewani, kacang-
kacangan, sayur dan buah-buahan. Skor PPH Nasional Tahun
2013 sebesar 75,4.
Dalam rangka Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan telah ada Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 71
Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Gerakan Percepatan
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
106
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya
Lokal. Langkah operasional perlu dilakukan terus menerus dan
berkelanjutan melalui proses internalisasi dan pengembangan
industri pangan lokal meliputi kegiatan Advokasi, Kampanye,
Promosi, Pendidikan non Formal, Penyuluhan, Pemanfaatan
Pekarangan, Fasilitasi, Penerapan standart Mutu dengan sasaran
anak-anak usia sekolah, TP-PKK, Pengusaha pangan,
Kelompoktani, Kelompok Wanita, Guru dan Masyarakat luas.
Dalam rangka Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan telah ada Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 71
Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Gerakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya
Lokal. Langkah operasional perlu dilakukan terus menerus dan
berkelanjutan melalui proses internalisasi dan pengembangan
industri pangan lokal meliputi kegiatan Advokasi, Kampanye,
Promosi, Pendidikan non Formal, Penyuluhan, Pemanfaatan
Pekarangan, Fasilitasi, Penerapan standart Mutu dengan sasaran
anak-anak usia sekolah, TP-PKK, Pengusaha pangan,
Kelompoktani, Kelompok Wanita, Guru dan Masyarakat luas.
Tabel 2.15. Skor PPH Nasional dan Provinsi Jawa Timur Th. 2013
No Kelompok
Pangan
Skor PPH Nasional Skor PPH Prov. Jatim
Kalori % Skor PPH
Kalori % Skor AKE
Skor Max
Skor PPH
1 Padi-padian 1.167 58,4 25 1.121 60,7 28 25,0 25,0
2 Umbi-umbian
40 2 1 88 4,4 2,2 2,5 2,2
3 Pangan Hewani
165 8,2 16,5 133 6,6 13,3 24,0 13,3
4 Minyak dan lemak
212 10,6 5 213 10,7 5,3 5,0 5,0
5 Buah/biji berminyak
30 1,5 0,7 38 1,9 0,9 1,0 0,9
6 Kacang-kacangan
54 2,7 5,4 68 3,4 6,8 10,0 6,8
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
107
No Kelompok
Pangan
Skor PPH Nasional Skor PPH Prov. Jatim
Kalori % Skor PPH
Kalori % Skor AKE
Skor Max
Skor PPH
7 Gula 70 3,5 1,8 80 4,0 2,0 2,5 2,0
8 Sayur dan buah
80 4 20 103 5,2 25,9 30,0 25,9
9 Lain-lain 35 1,7 0 45 2,3 0 0,0 0,0
1.853 92,6 75,4 1.935 94,5 84,5 100,0 81,1
2.4.2. Hasil Telaahan Terhadap RTRW
Berdasarkan Perda Provinsi Jawa Timur No. 5 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Dan Wilayah Provinsi Tahun 2011-2031, Ruang
lingkup Ketahanan Pangan masuk pada wilayah Rencana Struktur
Ruang Kawasan Strategis Agropolitan dapat dijadikan salah upaya
pengembangan ketahanan pangan melalui kegiatan pemberdayaan
masyarakat dalam mengelola kawasan sebagai sentra
pengembangan produk pangan olahan berbasis sumberdaya lokal
sehingga dapat memberikan dampak kepada masyarakat melalui
peningkatan nilai tambah serta memberikan peningkatan pendapatan
masyarakat, Sedangkan untuk Pola Ruang Wilayah pada Kawasan
terpadu yang dikelola sebagai pengembangan wilayah sentra
produksi pertanian terpadu dalam rangka pengembangan ketahanan
pangan masyarakat, sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini :
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
108
Tabel 2.16. Hasil Telaahan Struktur Ruang Wilayah Provinsi/Kab/kota
No.
Rencana Struktur
Ruang
Struktur Ruang
Saat ini
Indikasi
Program Pemanfaatan
Ruang pada Periode
Perencanaan
Berkenan
Pengaruh
Rencana Struktur
Ruang Thd Kebutuhan
Pelayanan
SKPD
Arahan Lokasi
Pengembangan Pelayanan
SKPD
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1.
Kawasan Strategis
Agropolitan
Pewilayahan Komoditas
strategis
Pengembangan kegiatan
perekonomian berbasis
pertanian di
wilayah pedesaan
Berkembangnya kegiatan
ekonomi yang berpotensi
menghasilkan
nilai tambah bagi
pendapatan petani
38 Kab./Kota
Tabel 2.17. Hasil Telaahan Pola Ruang Wilayah Provinsi/Kab/kota
No.
Rencana
Pola Ruang
Pola
Ruang Saat ini
Indikasi
Program
Pemanfaatan Ruang pada
Periode Perencanaan
Berkenaan
Pengaruh
Rencana
Pola Ruang Thd
Kebutuhan Pelayanan
SKPD
Arahan Lokasi Pengembangan
Pelayanan SKPD
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1.
Kawasan
terpadu
Wilayah
Sentra Produksi
Pengembangan
kegiatan terpadu
berbasis pertanian di
wilayah
Peningkatan
ketahanan pangan
wilayah
38 Kab./Kota
2.4.3. Hasil Analisis Terhadap KLHS.
Pengurangan lahan sawah (konversi) baik secara nasional
maupun menurut propinsi dan kabupaten menunjukkan angka yang
bervariasi. Dari hasil penelitian ini, dengan menggunakan data hasil
Survey Pertanian (SP) diperoleh gambaran bahwa dalam kurun
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
109
waktu 18 tahun (1981-1998) di Jawa telah terjadi pengurangan lahan
sawah seluas 1 juta hektar atau rata-rata sekitar 55 ribu hektar per
tahun.
Namun karena adanya kegiatan pencetakan lahan sawah
baru, maka luas lahan sawah yang tersedia di Jawa sebenarnya
menyusut sekitar 484 ribu hektar atau sekitar 27 ribu hektar per
tahun.
Secara umum konversi lahan sawah lebih banyak terjadi pada
propinsi atau kebupaten yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi
dan penduduk yang relatif tinggi, serta kabupaten-kabupaten yang
merupakan penyangga pusat-pusat pertumbuhan. Di Jawa Timur
adalah Sidoarjo, Pasuruan, Mojokerto, Malang dan Banyuwangi.
Kegiatan konversi lahan sawah cenderung menimbulkan
penurunan produksi per satuan lahan yang semakin besar dari tahun
ketahun, sebaliknya pencetakan sawah cenderung memberikan
dampak peningkatan produksi per satuan lahan yang semakin kecil.
Kecenderungan demikian terjadi karena konversi lahan sawah
sesmakin bergeser ke daerah dengan teknologi usahatani yang
cukup tinggi, sedangkan pencetakan lahan sawah semakin bergeser
ke daerah dengan teknologi usahatani yang semakin rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa ketersediaan sumberdaya alam (lahan dan air)
yang potensial bagi pencetakan sawah semakin terbatas.
Dengan demikian, pada kenyataannya bahwa penurunan
produksi Padi tidak bisa dihindarkan. Akibat konversi lahan sawah di
Jawa selama kurun waktu 18 tahun (1981-1998) diperhitungkan
secara akumulasi telah hilang sebesar 50,9 juta ton gabah atau
sekitar 2,82 juta ton gabah per tahun. Bila dihitung setara beras,
maka kehilangan produksi pangan tersebut adalah sekitar 1,7 juta
ton beras pertahun. Jumlah kehilangan produksi beras tersebut
hampir sebanding dengan jumlah impor beras pada tahun 1984-1997
yang berkisar 1,5 – 2,5 juta ton beras per tahun. Artinya, apabila
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
110
konversi lahan sawah dapat ditekan, maka hal itu akan memberikan
dampak yang cukup besar bagi pangadaan beras nasional. Upaya
pengendalian konversi lahan sawah ini menjadi cukup mendesak
mengingat pertumbuhan produksi pada akhir-akhir ini mengalami
stagnasi akibat kendla kejenuhan teknologi.
Pengurangan produksi akibat terjadinya konversi lahan sawah
terbesar adalah di propinsi Jawa Timur dengan proporsi 44,2 persen
(22,5 juta ton Padi) dari total pengurangan produksi di Jawa.
Sedangkan urutan kedua dan ketiga adalah di Jawa Tengah dan
Jawa Barat masing-masing 15,9 dan 10,8 juta ton Padi.
Sudah cukup banyak upaya pemerintah untuk pengendalian
konversi lahan sawah ini.Namunpendekatan yang diterapkan baru
sebatas pendekatan hukum (law enfercement) yang masih banyak
kelemmahannya. Sehingga peraturan-peraturan tentang lahan belum
mampu mengendalikan kegiatan konversi lahan sawah di Jawa. Tiga
kelemahan mendasar adalah : (1)obyek lahan yang dilindungi dari
kegiatan konversi terutama ditentukan olehkondisi fisik lahan
(contoh: irigasi teknis) padahal kondisi fisik tersebut begitu mudah
utuk dimodifikasi dengan rekayasa tertentu; (2) Pertaturan-peraturan
yang bertujuan untuk mencegah konversi lahan secara umum lebih
bersifat himbauan dan tidak dilengkapi dengan sangsi yang jelas,
baik yang menyangkut besarnya sangsi maupun pihak yang dikenai
sangsi; (3) Kelemahan-kelemahan tersebut pada gilirannya
membuka peluang bagi aparat daerah tertentu untuk meraih
keuntungan pribadi dari kegiatan konversi lahan dengan dalih untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Implikasi Kebijakan Fakta empirik membuktikan bahwa
konversilahan sawah di Jawa telah memberikan dampak yang
sangat nyata bagi penyediaan pangan (beras). Oleh karena itu
peningkatan kapasitas produksi pangan menjadi kata kunci, baik
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
111
melalui pencetakan sawah maupun meningkatan kapasitas irigasi
seperti rehabilitasi jaringan irigasi dan investasi pompa.
Khususnya di Jawa, dalam pengendalian konversi lahan
sawah disamping pendekatan lawnemforcement yang selama ini
sudah berjalan, perlu didukung oleh peraturan lainnya pengawasan
dan penerapan sangsi yang adil. Disamping itu pendekatan ekonomi
seperti melalui kompensasi, dan pajak adalah perlu dipertimbangkan.
Upaya pengendalian dan pencegahan konversi lahan sawah
hendaknya dilaksanakan secara terintegrasi dan terkoordinir antara
berbagai pihak/instansi yang terkait dengan kegiatan pembangunan.
Misalnya PLN TELKOM, perijinan harus memberikan pelayanan
kepada masyarakat sesuai dengan misi pengendalian konversi.
Selama ini masing-masing instansi tersebut hanya mempertimbang-
kan kepentingan sektoral.
Tabel 2.18. Hasil Analisis Terhadap Dokumen KLHS Provinsi
No. Aspek
Kajian
Ringkasan KLHS Implikasi
Terhadap Pelayanan
SKPD
Catatan Bagi
Perumusan Program dan
Kegiatan SKPD
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kecukupan
pangan sampai
ditingkat
individu
- Dinamika
pembangunan memberi
pengaruh
terhadap alih fungsi lahan,
keterbatasan infrastruktur,
konservasi tanah dan air
- Potensi
bencana cukup tinggi
Ketahanan
pangan wilayah harus
tetap terjaga.
Peningkatan
ketersediaan, Stabilisasi harga,
keamanan pangan
dan pencapaian skor PPH.
2. Peningkatan
Konversi lahan
pertanian menjadi non
pertanian
Sebagian besar
lahan sawah yang terkonversi itu
pada mulanya beririgasi
teknis/semiteknis
dengan produktivitas yang
- Penurunan
Produksi Pangan
- konversi lahan
sawah di
Jawa telah memberika
Pengendalian
konversi lahan sawah disamping
pendekatan law emforcement yang
selama ini sudah
berjalan, perlu didukung oleh
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
112
tinggi. Secara
langsung maupun tidak langsung
konversi lahan sawah mempunyai
potensi ancaman yang nyata
terhadap kapasitas
nasional dalam mewujudkan
pasokan pangan yang aman untuk
mendukung
ketahanan pangan yang mantap.
Oleh sebab itu kebijaksanaan
yang secara khusus ditujukan
untuk
mengendalikan konversi lahan
sawah ke penggunaan lain
sangat dirasakan
urgensinya. Agar implementasi
kebijaksanaan efektif, sistem
perhitungan mengenai
kerugian akibat
konversi lahan sawah harus
komprehensif dan pada saat yang
sama diperlukan
perbaikan dalam sistem
pemantauan, pendataan, dan
dokumentasi
mutasi lahan.
n dampak
yang sangat
nyata bagi penyediaan
pangan (beras)
peraturan lainnya,
pengawasan dan penerapan sangsi
yang adil. Disamping itu pendekatan
ekonomi seperti melalui kompensasi,
dan pajak adalah
perlu dipertimbangkan
Sebagian besar lahan sawah yang terkonversi itu pada mulanya
beririgasi teknis/semi teknis dengan produktivitas yang tinggi. Konversi
lahan sawah juga mengakibatkan degradasi kualitas irigasi pada lahan
sawah sekitarnya. Secara langsung maupun tidak langsung konversi lahan
sawah mempunyai potensi ancaman yang nyata terhadap kapasitas
nasional dalam mewujudkan pasokan pangan yang aman untuk
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
113
mendukung ketahanan pangan yang mantap. Oleh sebab itu
kebijaksanaan yang secara khusus ditujukan untuk mengendalikan
konversi lahan sawah ke penggunaan lain sangat dirasakan urgensinya.
Agar implementasi kebijaksanaan efektif, system perhitungan mengenai
kerugian akibat konversi lahan sawah harus komprehensif dan pada saat
yang sama diperlukan perbaikan dalam sistem pemantauan, pendataan,
dan dokumentasi mutasi lahan.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
114
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan
iklim global, terjadi krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan
energi meningkat, sehingga negara-negara yang semula menjadi
pengekspor pangan cenderung menahan produknya dijadikan stok
pangan. Kondisi global tersebut juga terjadi di Indonesia, sehingga
diperlukan upaya-upaya guna mengamankan produksi dan meningkatkan
stok pangan nasional. Isu strategis nasional lainnya adalah mengenai laju
pertumbuhan penduduk yang masih tinggi, tingginya laju konversi lahan,
terbatasnya infrastruktur pertanian serta pola pangan penduduk yang
bergantung pada beras.
Berdasarkan tugas dan fungsi Pelayanan Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur, isu strategis yang harus diperhatikan atau
dikedepankan dalam perencanaan pembangunan Ketahanan Pangan
adalah sebagai berikut:
1. Ketahanan Pangan dan Pertanian
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan
pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang
dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Dan sebagian besar pangan berasal
dari hasil pertanian.
Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi
negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya
Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam,
bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
115
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat,
aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Mengingat pentingnya menjaga ketahanan pangan maka
negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan
pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan
bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga
perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber
daya, kelembagaan, dan budaya lokal.
2. Lingkungan Hidup
Produksi dan kapasitas produksi pangan semakin terbatas,
karena: (1) berlanjutnya konversi lahan pertanian ke penggunaan non
pertanian; (2) menurunnya kualitas dan kesuburan lahan akibat
kerusakan lingkungan; (3) semakin terbatas dan tidak pastinya
ketersediaan air untuk produksi pangan akibat kerusakan hutan; (4)
tingginya kerusakan lingkungan akibat perubahan iklim serta bencana
alam, sehingga kualitas lingkungan dan fungsi perlindungan alamiah
semakin berkurang.
3. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,
pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Tidak
tersedianya pangan dalam jumlah dan mutu yang memadai dapat
diartikan sebagai telah terjadinya kemiskinan karena ada hak-hak
dasar seseorang atau sekelompok orang yang tidak dapat terpenuhi.
Oleh karena itu dikaitkan dengan upaya pengentasan kemiskinan
maka ketersediaan pangan yang kemudian dikenal sebagai ketahanan
pangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya strategis
dalam penanggulangan masalah kemiskinan.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
116
Penanggulangan kemiskinan bertujuan untuk menurunkan
jumlah penduduk miskin dan menjamin penghormatan, perlindungan,
dan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin secara bertahap
agar dapat menjalani kehidupan bermartabat, yang implementasinya
dilaksanakan secara terpadu, sinergis, dan terencana, guna menjamin
stabilitaspertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, dan
pengurangan kesenjangan, serta untuk pemenuhan hak-hak dasar
masyarakat, termasuk hak atas pangan.
4. Kerjasama antar daerah
Dengan adanya kerjasama antar daerah diharapkan pula untuk
meningkatkan ketahanan pangan serta mengontrol pergerakan harga
sembako. Selain itu, juga diharapkan menjadi momentum
terwujudnya sinergitas dan koordinasi antar daerah yang kuat
dibidang ketahanan pangan.
Jaringan kerjasama antara instansi terkait mulai dari pusat
sampai daerah akan lebih kuat dengan terbentuk kelembagaan yang
menangani ketahanan pangan. (Dewan Ketahanan Pangan, Badan/
Kantor/Dinas Ketahanan Pangan atau Unit kerja yang menangani
ketahanan pangan). Seiring adanya kelembagaan tersebut, otonomi
daerah memberikan kewenangan penuh kepada daerah untuk secara
lebih spesifik serta fleksibel melaksanakan kebijakan ketahanan
pangan di daerahnya. Untuk itu, Sekretariat DKP beserta jaringan
pendukung ketahanan pangan dan institusi ketahanan pangan di
pusat sampai daerah, perlu lebih ditingkatkan kemampuannya untuk
memantapkan program ketahanan pangan daerah dan nasional.
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan. Pelaksanaan
pembangunan ketahanan pangan terkait dengan perlindungan bagi pelaku
usaha dan konsumen yang sebagian besar tergolong masyarakat kecil
yang memerlukan adanya sistem perlindungan yang adil dan bertanggung
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
117
jawab yang didukung dengan peraturan dan penegakan hukum yang
tegas. Hal ini dapat dilakukan dengan penerapan Standart Pelayanan
Minimal (SPM) secara optimal di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Penanganan ketahanan pangan kedepan semakin kompleks, maka
pengelolaan manajemen pembangunan ketahanan pangan harus
dilaksanakan secara transparan, produktif, efektif, efisien dan akuntabel,
pada setiap fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan, pengendalian
dan pelaporan).
Dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
dijelaskan bahwa Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang
paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi
manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas.
Dalam undang-undang yang dimaksudkan dengan Ketahanan
Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan
terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan
budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan.
Guna mengidentifikasi permasalahan yang akan dihadapi dalam
pelaksanaan Rencana Strategis 2014 - 2019 berdasarkan tupoksi dapat
disusun kedalam tabel sebagai berikut:
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
118
Tabel 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Aspek Kajian
Capaian/Kondisi Saat ini
Standar yang
Digunakan
Faktor yang Mempengaruhi
Permasalahan Pelayanan SKPD
Internal (Kewenangan
SKPD)
Eksternal (Diluar
kewenangan SKPD)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Terpenuhi-nya pangan
sampai dengan
perseorangan (UU 18 Th 2012)
Ketersediaan Pangan: Beras 7.309.527ton Jagung 5.126.943 ton Kedelai 311.767 ton Daging 333.082 ton Telor 323.220 ton Susu 392.682 ton Ikan 1.327.802 ton Gula1.227.898 ton
Indikator Kinerja Kunci (IKK)
Internalisasi, edukasi, advokasi
Produksi Pangan Bencana Alam
Masih tingginya tingkat ketergantungan pada bahan pangan pokok beras (88,7 kg/kapita/tahun)
Skor PPH : 81,1 Tingkat konsumsi beras penduduk Jawa Timur 88,7 kg/kap/th
Keamanan Pangan 80%
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi
SPM
Promosi, Pemantauan/ Pengawasan, Pengujian (keamanan pangan)
Regulasi
Pola konsumsi pangan masyarakat belum beragam bergizi seimbang dan aman (Skor PPH : 81,1)
Keamanan pangan yang masih memerlukan penanganan serius
Stabilisasi harga beras ditingkat konsumen coefisien variasi< 10 Penanganan daerah rawan pangan 45%
Operasi Pasar Murni
Pendata-
an
Pengumpulan Data Informasi Pasar Pemetaan daerah rawan pangan
Fluktuasi Harga
Harga bahan pangan masih fluktuatif Belum optimalnya pelaporan sistem kewaspadaan pangan dan gizi
Peningkatankemampuan Kelompok Tani 11,3% Peningkatan kapasitas tenaga Penyuluh 6%
Penguatan kelembaga-an kelompok
Terbatasnya tenaga penyuluh
Berdasarkan Undang-undang dimaksud untuk aspek kajian adalah
“terpenuhinya Pangan sampai dengan perseorangan” dimana ditegaskan
bahwa bahwa negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan,
keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi Pangan yang cukup, aman,
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
119
bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun
daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan
sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal.
Dari kondisi saat ini, ketersediaan pangan strategis Jawa Timur
(2013) untuk Beras 7.309.527 ton, Beras 7.309.527 ton, Jagung
5.126.943 ton, Kedelai 311.767 ton, Daging 333.082 ton, Telor 323.220
ton, Susu 392.682 ton, Ikan 1.327.802 ton dan Gula 1.227.898 ton
dengan Skor Pola Pangan Harapan 82,2 serta tingkat konsumsi beras
penduduk Jawa Timur 88,7 kg/kap/th. Sedangkan untuk capaian
Keamanan Pangan 80% berdasarkan uji lab dan upaya stabilisasi harga
beras ditingkat konsumen dengan coefisien variasi < 10 terhadap Harga
Pembelian Pemerintah (HPP).
Sesuai dengan perencanaan pembangunan Ketahanan Pangan
untuk penanganan daerah rawan pangan 45% berdasarkan target
penanganan sesuai hasil pemetaan kerawanan pangan.
Dengan terbentuknya Badan Koordinasi Penyuluhan maka
revitalisasi penyuluhan pertanian akan lebih ditingkatkan, yaitu melalui
peningkatan kemampuan Kelompok Tani 11,3% berdasarkan programa
penyuluhan yang telah ditetapkan dan peningkatan kapasitas tenaga
Penyuluh 6% melalui pelatihan dan pendampingan.
Guna mengidentifikasi permasalahan dalam pemenuhan
ketersediaan pangan, capaian skor PPH, tingkat konsumsi serta keamanan
pangan berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) dan Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi, faktor internal yang berpengaruh adalah
Internalisasi, edukasi, advokasi, promosi, pemantauan/pengawasan,
pengujian (keamanan pangan) dan dengan faktor eksternal peningkatan
produksi pangan serta terjadinya bencana alam.
Untuk identifikasi permasalahan dalam stabilisasi harga beras
ditingkat konsumen, penanganan daerah rawan pangan, peningkatan
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
120
kemampuan Kelompok Tani dan peningkatan kapasitas tenaga Penyuluh
berdasarkan indikator SPM, operas pasar murni serta pendataan, maka
faktor internal yang berpengaruh adalah frekwensi pengumpulan Data
Informasi Pasar, pemetaan daerah rawan pangan dan penguatan
kelembagaan kelompok. Faktor eksternal yang berpengaruh adalah
regulasi dan fluktuasi harga.
Dari faktor Internal serta eksternal yang berpengaruh,
permasalahan pelayanan yang menonjol adalah: (1) Masih tingginya
tingkat ketergantungan pada bahan pangan pokok beras (88,7
kg/kapita/tahun); (2) Pola konsumsi pangan masyarakat belum beragam
bergizi seimbang dan aman (81,1); (3) Keamanan pangan yang masih
memerlukan penanganan serius; (4) Harga bahan pangan masih
fluktuatif; (5) Belum optimalnya pelaporan sistem kewaspadaan pangan
dan gizi serta (6) Terbatasnya tenaga penyuluh.
Dari hasil analisis isu-isu strategis yang berhubungan atau
mempengaruhi SKPD dari faktor-faktor eksternal lainnya diperoleh hasil
identifikasi sebagaimana tabel berikut:
Tabel 3.2. Identifikasi Isu-Isu Strategis (Lingkungan Eksternal)
No
Isu Strategis
DinamikaInternasional Dinamika Nasional
DinamikaRegional/Lokal Lain-lain
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Gejolak Perekonomian Global
Semakin besarnya subsidi dan instabilitas harga komoditi, Situasi pangan Nasional
Ketahanan Pangan dan Pertanian
2 Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup, Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Lingkungan Hidup
3 Milenium Development Goals
Gender Kemiskinan
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
121
(MDG's)
4 Ancaman Global Terhadap Krisis Pangan
Kerjasama antar provinsi
Kerjasama antar Daerah
Dari dinamika Internasional isu strategis yang muncul adalah (1)
Gejolak Perekonomian Global yang berimbas pada perekonomian nasional
maupun regional termasuk didalamnya adalah nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing; (2) Lingkungan Hidup dimana saat ini terkait dengan
pemanasan global (global warming); (3) Milenium Development Goals
(MDG's) merupakan kesepakatan pemimpin-pemimpin negara guna
menurunkan angka kelaparan/kemiskinan dan isu gender; (4) Ancaman
Global Terhadap Krisis Pangan akibat pertumbuhan penduduk yang tidak
signifikan dengan produksi pangan.
Dari dinamika nasional isu strategis adalah semakin besarnya
subsidi dan instabilitas harga komoditi, situasi pangan Nasional,
Lingkungan Hidup, Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan,
Gender serta Kerjasama antar provinsi. Berdasar Isu-isu tersebut
kemudian dijadikan dasar penentuan prioritas program/kegiatan di
Kementerian Pertanian.
Isu strategis berdasarkan dinamika regional/daerah adalah
Ketahanan Pangan dan Pertanian, Lingkungan Hidup, Kemiskinan serta
Kerjasama antar Daerah. Sebagaimana telah diulas pada awal Bab 3,
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara
sampai perseorangan, dimana pangan sendiri berasal dari hasil pertanian,
sehingga isu ketahanan pangan terkait erat dengan pertanian. Isu
Lingkungan Hidup adalah isu global yang pengaruhnya mendunia
termasuk regional/daerah, sedangkan kemiskinan sangat spesifik lokasi
terkait dengan beberapa indikator yang berpengaruh termasuk sektor-
sektor lain diluar ketahanan pangan. Untuk isu kerjasama antar daerah ini
timbul semenjak adanya Otonomi daerah dan adanya pembagian
kewenangan antar pusat dengan daerah dan antar daerah.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
122
3.2 Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala daerah dan wakil kepala daerah Terpilih
Tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
yang terkait dengan visi, misi, serta program kepala daerah dan wakil
kepala daerah terpilih tertuang dalam misi 2 yaitu: Meningkatkan
pembangunan ekonomi yang inklusif, mandiri, dan berdaya saing, berbasis
agrobisnis/ agroindustri dan industrialisasi yang dilaksanakan melalui
program Peningkatan Ketahanan Pangan, Program Peningkatan
Diversifikasi Pangan serta Program Pemberdayaan Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan.
Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendorong pelayanan
SKPD terhadap pencapaian Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3. Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan SKPDTerhadap
Pencapaian Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah
Visi: " Jawa Timur lebih Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berdaya Saing dan Berakhlak"
No Misi dan Program KDH danWakil KDH
terpilih
Permasalahan
Pelayanan SKPD
Faktor
Penghambat Pendorong
(1) (2) (3) (4) (5)
Misi 2: Meningkatkan
pembangunan ekonomi yang inklusif, mandiri,
dan berdaya saing,
berbasis agrobisnis/ agroindustri dan
industrialisasi
1 Program : Program Peningkatan
Ketahanan Pangan
Harga bahan pangan masih fluktuatif
Harga Pembelian
Pemerintah terbatas
pada
komoditas pangan
tertentu
Sudah adanya program
peningkatan produksi pangan
Ketersediaan komoditas
pangan surplus
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
123
Belum optimalnya pelaporan sistem
kewaspadaan pangan dan gizi
Kinerja petugas
belum optimal
Pelatihan yang terintegrasi
2 Program : Program
Pemberdayaan Penyuluhan
Pertanian/Perikanan/
Kehutanan
Penyelenggaraan penyuluhan belum
efektif
Kualitas SDM pelaku
utama dan pelaku
usaha belum
optimal
Pembinaan dan pendampingan
bagi pelaku utama dan
pelaku usaha
3 Program :
Program Peningkatan Diversifikasi Pangan
Pola konsumsi
pangan masyarakat belum beragam
bergizi seimbang dan
aman (81,1)
Keamanan pangan yang masih
memerlukan
penanganan serius
Konsumsi
pangan masyarakat
belum
Beragam Bergizi
Seimbang dan Aman
(B2SA)
Tersedianya
keanekaragaman pangan lokal
Untuk permasalahan pelayanan terkait dengan masih tingginya
tingkat ketergantungan pada bahan pangan pokok beras (88,7
kg/kapita/tahun), faktor penghambatnya adalah teknologi pangan tepat
guna masih terbatas sehingga pemanfaatan teknologi pangan tepat guna
kedepan harus lebih ditingkatkan. Hal ini dukung dengan sudah adanya
program peningkatan produksi pangan yang merupakan faktor pendorong.
Permasalahan karena pola konsumsi pangan masyarakat belum
beragam bergizi seimbang dan aman (81,1) serta Keamanan pangan yang
masih memerlukan penanganan serius, faktor penghambatnya adalah
Konsumsi pangan masyarakat belum Beragam Bergizi Seimbang dan
Aman (B2SA) sehingga perlu didukung program percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP) serta sosialisasi keamanan
pangan pada masyarakat. Dengan faktor pendorong tersedianya
keanekaragaman pangan lokal diharapkan B2SA dapat segera terwujud.
Harga bahan pangan sampai saat ini masih fluktuatif sehingga
pemerintah mengeluarkan regulasi dalam rangka stabilisasi harga dengan
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
124
menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) namun HPP tersebut
masih terbatas pada komoditas pangan tertentu, ini merupakan
permasalahan dan faktor penghambat. Namun faktor pendorongnya
adalah ketersediaan pangan Jawa Timur yang selalu surplus kecuali untuk
kedelai.
Permasalahan lain adalah belum optimalnya pelaporan sistem
kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) yang saat ini belum sepenuhnya
mendapat dukungan dari Kab/Kota, dikarenakan kinerja petugas kurang
optimal. Namun dengan adanya pelatihan yang terintegrasi diharapkan
kedepan pelaporan SKPG dalam rangka memantau kerawanan pangan
dapat lebih ditingkatkan.
Peran serta masyarakat dalam pembangunan ketahanan pangan
harus lebih ditingkatkan, untuk itu diperlukan penyuluhan yang tangguh.
Namun penyelenggaraan penyuluhan belum efektif, dan ini dapat lihat
dari kualitas SDM pelaku utama dan pelaku usaha belum optimal untuk itu
dengan adanya pembinaan dan pendampingan bagi pelaku utama dan
pelaku usaha diharapkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
ketahanan pangan lebih meningkat.
3.3 Telaahan Renstra K/L dan Renstra SKPD Provinsi
Berdasarkan hasil identifikasi sebelumnya, faktor penghambat
pelayanan SKPD antara lain adalah : (1) Teknologi pangan tepat guna
masih terbatas; (2) Konsumsi pangan masyarakat belum Beragam Bergizi
Seimbang dan Aman (B2SA); (3) Harga Pembelian Pemerintah terbatas
pada komoditas pangan tertentu; (4) Kinerja petugas SKPG belum
optimal; (5) Kualitas SDM pelaku utama dan pelaku usaha belum optimal.
Dan faktor pendorong adalah: (1) Sudah adanya program peningkatan
produksi pangan; (2) Tersedianya keanekaragaman pangan lokal; (3)
Ketersediaan komoditas pangan surplus; (4) Pelatihan yang terintegrasi
bagi petugas SKPG; (4) Pembinaan dan pendampingan bagi pelaku utama
dan pelaku usaha melalui peningkatan programa penyuluhan.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
125
Adapun hasil identifikasi faktor-faktor penghambat ataupun faktor-
faktor pendorong dari pelayanan SKPD yang mempengaruhi permasalahan
pelayanan SKPD ditinjau dari sasaran jangka menengah Renstra K/L
ataupun Renstra SKPD provinsi/kabupaten/kota, dapat disusun pada tabel
berikut :
Tabel 3.4. Permasalahan Pelayanan SKPD Provinsi/Kabupaten/Kota berdasarkan Sasaran Renstra K/L beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya
No
Sasaran Jangka
Menengah Renstra K/L
Permasalahan Pelayanan
SKPD Provinsi/Kabupaten/
Kota
Sebagai Faktor
Penghambat Pendorong
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Ketersediaan
energi per kapita dipertahankan
minimal 2.200 kilo
kalori/hari
Masih tingginya tingkat
ketergantungan pada
bahan pangan pokok
beras (88,7
kg/kapita/tahun)
Teknologi
pangan tepat
guna masih
terbatas
Sudah adanya
program
peningkatan
produksi pangan
2 Konsumsi beras
per tahun menurun sebesar
1,5% per tahun, dengan skor Pola
Pangan Harapan
(PPH) tahun 2014 sebesar 93,3
Pola konsumsi pangan
masyarakat belum
beragam bergizi
seimbang dan aman
(81,1)
Konsumsi
pangan
masyarakat
belum
Beragam
Bergizi
Seimbang dan
Aman (B2SA)
Tersedianya
keanekaragaman
pangan lokal
3 Terpantaunya
distribusi pangan yang lancar
sehingga dapat menjaga stabilitas
harga dan pasokan pangan
yang terjangkau
oleh masyarakat
Harga bahan pangan
masih fluktuatif
Harga
Pembelian
Pemerintah
terbatas pada
komoditas
pangan
tertentu
Ketersediaan
komoditas
pangan surplus
4 Meningkatnya
pengawasan keamanan pangan
segar melalui peran dan
partisipasi masyarakat
Keamanan pangan yang
masih memerlukan
penanganan serius
Kinerja
petugas
belum optimal
Pelatihan yang
terintegrasi
Belum optimalnya
pelaporan sistem
kewaspadaan pangan
Kualitas SDM
pelaku utama
dan pelaku
Pembinaan dan
pendampingan
bagi pelaku
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
126
No
Sasaran Jangka
Menengah Renstra K/L
Permasalahan Pelayanan
SKPD Provinsi/Kabupaten/
Kota
Sebagai Faktor
Penghambat Pendorong
(1) (2) (3) (4) (5)
dan gizi usaha belum
optimal
utama dan pelaku
usaha
Penyelenggaraan
penyuluhan belum
efektif
Sasaran Jangka Menengah Renstra K/L jika dikaitkan dengan
permasalahan pelayanan SKPD Provinsi/Kabupaten/Kota faktor-faktor
penghambat ataupun faktor-faktor pendorong korelasinya adalah sama
dengan identifikasi pada tabel 5. Kecuali untuk sasaran: Meningkatnya
pengawasan keamanan pangan segar melalui peran dan partisipasi
masyarakat, permasalahan SKPD yang terkait adalah: (1) Keamanan
pangan yang masih memerlukan penanganan serius; dan (2) Belum
optimalnya pelaporan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
Guna mengidentifikasi permasalahan pelayanan SKPD Berdasarkan
Sasaran Renstra SKPD Provinsi beserta Faktor Penghambat dan
PendorongKeberhasilan Penanganannya, diperlihatkan pada tabel berikut:
Tabel 3.5. Permasalahan Pelayanan SKPD Kabupaten/Kota Berdasarkan Sasaran Renstra SKPDProvinsi beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya
No Sasaran Jangka
Menengah Renstra SKPD Provinsi
Permasalahan Pelayanan SKPD
SebagaiFaktor
Penghambat Pendorong
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Ketersediaan energi
per kapita
dipertahankan
minimal 2.200
kilokalori/hari
Masih tingginya
tingkat
ketergantungan pada
bahan pangan pokok
beras (88,7 kg/kap/th)
Teknologi
pangan tepat
guna masih
terbatas
Sudah ada
program
peningkatan
produksi
pangan
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
127
No Sasaran Jangka
Menengah Renstra SKPD Provinsi
Permasalahan Pelayanan SKPD
SebagaiFaktor
Penghambat Pendorong
(1) (2) (3) (4) (5)
2 Konsumsi beras per
tahun menurun
sebesar 0,5% per
tahun, dengan skor
Pola Pangan Harapan
(PPH) tahun 2014
sebesar 82,2
Pola konsumsi pangan
masyarakat belum
beragam bergizi
seimbang dan aman
(81,1)
Konsumsi
pangan
masyarakat
belum
Beragam
Bergizi
Seimbang dan
Aman (B2SA)
Tersedianya
keanekarag
aman
pangan
lokal
3 Terpantaunya
distribusi pangan
yang lancar sehingga
dapat menjaga
stabilitas harga dan
pasokan pangan
yang terjangkau oleh
masyarakat
Harga bahan pangan
masih fluktuatif
Harga
Pembelian
Pemerintah
terbatas pada
komoditas
pangan
tertentu
Ketersedia-
an komodi-
tas pangan
surplus
4 Meningkatnya
pengawasan
keamanan pangan
segar melalui peran
dan partisipasi
masyarakat
Keamanan pangan
yang masih
memerlukan
penanganan serius
Kinerja
petugas belum
optimal
Pelatihan
yang
terintegrasi
Belum optimalnya
pelaporan sistem
kewaspadaan pangan
dan gizi
Kualitas SDM
pelaku utama
dan pelaku
usaha belum
optimal
Pembinaan
dan
pendamping
an bagi
pelaku
utama dan
pelaku
usaha
Penyelenggaraan
penyuluhan belum
efektif
Sasaran Jangka Menengah Renstra SKPD Provinsi jika dikaitkan
dengan permasalahan pelayanan SKPD beserta faktor-faktor penghambat
ataupun faktor-faktor pendorong adalah sama dengan hasil identifikasi
pada tabel 6, kecuali sasaran konsumsi beras per tahun menurun sebesar
0,5% per tahun, dan skor Pola Pangan Harapan (PPH) tahun 2014 sebesar
82,2.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
128
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Faktor-faktor penghambat dan pendorong dari pelayanan SKPD yang
mempengaruhi permasalahan pelayanan SKPD ditinjau dari implikasi
RTRW dan KLHS adalah sebagai berikut.
Tabel 3.6. Permasalahan Pelayanan SKPD berdasarkan Telaahan Rencana
Tata Ruang Wilayah beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya
No
Rencana Tata
Ruang Wilayah terkait Tugas dan
Fungsi SKPD
Permasalahan Pelayanan SKPD
Faktor
Penghambat Pendorong
1 Peningkatan alih
fungsi lahan
pertanian
didaerah
Masih tingginya tingkat
ketergantungan pada
bahan pangan pokok
beras (88,7
kg/kapita/tahun)
Teknologi
pangan tepat
guna masih
terbatas
Sudah adanya
program
peningkatan
produksi
pangan
2 Potensi Bencana
di Jawa Timur
yang memberikan
ancaman terkait
pertumbuhan dan
investasi wilayah
Pola konsumsi pangan
masyarakat belum
beragam bergizi
seimbang dan aman
(81,1)
Konsumsi
pangan
masyarakat
belum Beragam
Bergizi
Seimbang dan
Aman (B2SA)
Tersedianya
keanekaragama
n pangan lokal
3 Belum optimalnya
kawasan strategis
Provinsi
Keamanan pangan yang
masih memerlukan
penanganan serius
Harga
Pembelian
Pemerintah
terbatas pada
komoditas
pangan tertentu
Ketersediaan
komoditas
pangan surplus
4 Keterbatasan
infrastruktur
wilayah
Harga bahan pangan
masih fluktuatif
Kinerja petugas
belum optimal
Pelatihan yang
terintegrasi
Belum optimalnya
pelaporan sistem
kewaspadaan pangan
dan gizi
Kualitas SDM
pelaku utama
dan pelaku
usaha belum
optimal
Pembinaan dan
pendampingan
bagi pelaku
utama dan
pelaku usaha Penyelenggaraan
penyuluhan belum efektif
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
129
Dari hasil identifikasi faktor-faktor penghambat dan pendorong dari
pelayanan SKPD yang mempengaruhi permasalahan pelayanan SKPD
ditinjau dari implikasi RTRW yang terdiri dari : (1) Peningkatan alih fungsi
lahan pertanian didaerah; (2) Potensi Bencana di Jawa Timur yang
memberikan ancaman terkait pertumbuhan dan investasi wilayah; (3)
Belum optimalnya kawasan strategis Provinsi; (4) Keterbatasan
infrastruktur wilayah, secara langsung sangat terkait dengan
permasalahan pelayanan SKPD.
Peningkatan alih fungsi lahan pertanian didaerah bisa berakibat
produksi pertanian menurun dan belum optimalnya kawasan strategis
Provinsi secara tidak langsung akan berpengaruh pada masih tingginya
tingkat ketergantungan pada bahan pangan pokok beras (88,7
kg/kapita/tahun) dan pola konsumsi pangan masyarakat belum beragam
bergizi seimbang dan aman (81,1).
Implikasi RTRW tentang Potensi Bencana di Jawa Timur yang
memberikan ancaman terkait pertumbuhan dan investasi wilayah dan
Keterbatasan infrastruktur wilayah secara tidak langsung juga
berhubungan dengan permasalahan pelayanan SKPD yaitu: keamanan
pangan yang masih memerlukan penanganan serius; Harga bahan pangan
masih fluktuatif; Belum optimalnya pelaporan sistem kewaspadaan pangan
dan gizi serta Penyelenggaraan penyuluhan belum efektif.
Demikian pula selanjutnya dilakukan hal yang sama pada hasil
telaahan terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) diperoleh
hasil sebagai berikut :
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
130
Tabel 3.7. Permasalahan Pelayanan SKPD berdasarkan Analisis KLHS beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya
No
Hasil KLHS terkait
Tugas dan Fungsi SKPD
Permasalahan Pelayanan SKPD
Faktor
Penghambat Pendorong
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Peningkatan
konversi lahan
pertanian menjadi
non pertanian
Masih tingginya
tingkat ketergan-
tungan pada bahan
pangan pokok beras
(88,7 kg/kap./th)
Teknologi pangan
tepat guna masih
terbatas
Sudah adanya
program
peningkatan
produksi pangan
2 Perubahan
teknologi dan
jumlah penduduk
menyebabkan
tekanan tersendiri
terhadap keseim-
bangan alam dan
terjadinya
berbagai bencana
alam
Pola konsumsi
pangan masyarakat
belum beragam
bergizi seimbang dan
aman (81,1)
Konsumsi pangan
masyarakat belum
Beragam Bergizi
Seimbang dan Aman
(B2SA)
Tersedianya
keanekaragaman
pangan lokal
3 Belum terpadunya
kegiatan antara
kawasan
perkotaan dan
perdesaan
Keamanan pangan
yang masih
memerlukan
penanganan serius
Harga Pembelian
Pemerintah terbatas
pada komoditas
pangan tertentu
Ketersediaan
komoditas pangan
surplus
Harga bahan pangan
masih fluktuatif
Kinerja petugas
belum optimal
Pelatihan yang
terintegrasi
Belum optimalnya
pelaporan sistem
kewaspadaan
pangan dan gizi
Kualitas SDM pelaku
utama dan pelaku
usaha belum
optimal
Pembinaan dan
pendampingan
bagi pelaku utama
dan pelaku usaha
Penyelenggaraan
penyuluhan belum
efektif
Kualitas SDM pelaku
utama dan pelaku
usaha belum
optimal
Pembinaan dan
pendampingan
bagi pelaku utama
dan pelaku usaha
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
131
3.5 Penentuan Isu-isu Strategis
Dari hasil review terhadap faktor-faktor dari pelayanan SKPDyang
mempengaruhi permasalahan pelayanan SKPDditinjau dari:
1. Gambaran pelayanan SKPD;
2. Sasaran jangka menengah pada Renstra K/L;
3. Sasaran jangka menengah dari Renstra SKPD provinsi/kabupaten/
kota;
4. Implikasi RTRW bagi pelayanan SKPD; dan
5. Implikasi KLHS bagi pelayanan SKPD
Dengan Isu Strategis Bidang Ketahanan Pangan:
1 Ketahanan Pangan dan Pertanian
2 Lingkungan Hidup
3 Kemiskinan
4 Kerjasama antar daerah
Diperoleh skor kriteria penentuan Isu-isu strategis sebagai berikut:
Tabel 3.8. Skor Kriteria Penentuan Isu-Isu Strategis
No Kriteria Bobot
(1) (2) (3)
1 Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap capaian sasaran renstra KL atau Renstra Provinsi/Kab/Kota
25
2 Merupakan tugas dan tanggung jawab SKPD 25
3 Dampak yang ditimbulkannya terhadap public 20
4 Memiliki daya ungkit terhadap pembangunan daerah
15
5 Kemungkinan atau kemudahan untuk ditangani
15
Jumlah 100
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
132
Tabel 3.9. Nilai Skala Kriteria
No Isu Strategis Nilai Skala Kriteria ke-
Bobot 1 2 3 4 5
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Ketahanan Pangan dan Pertanian
25 25 20 15 15 100
2 Lingkungan Hidup 20 20 20 20 20 100
3 Kemiskinan 25 20 25 15 15 100
4 Kerjasama antar daerah 25 25 20 15 15 100
Jumlah 95 85 85 65 65 100
Tabel 3.10. Rata-Rata Skor Isu-Isu Strategis
No Isu Strategis Total Rata-rata
(1) (2) (3) (4)
1 Ketahanan Pangan dan Pertanian 100 20
2 Lingkungan Hidup 10 2
3 Kemiskinan 90 18
4 Kerjasama antar daerah 30 6
5 Semakin besarnya subsidi dan instabilitas harga komoditi
40 8
6 Situasi pangan Nasional 60 12
7 Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
45 9
8 Gender 5 1
9 Kerjasama antar provinsi 20 4
10 Gejolak Perekonomian Global 15 3
11 Milenium Development Goals (MDG's) 50 10
12 Ancaman Global Terhadap Krisis Pangan
35 7
Jumlah 500 100
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
133
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR
4.1 Visi dan Misi
Mewujudkan ketahanan pangan masyarakat merupakan amanat
Undang-Undang No. 18 Tahun 2012, yang harus diupayakan secara
optimal terwujud dalam pelaksanaan pembangunan nasional termasuk
pembangunan Jawa Timur, karena pembangunan daerah merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional.
Berpijak pada arah pembangunan ketahanan pangan Provinsi Jawa
Timur, dan berbagai capaian pembangunan ketahanan pangan periode
2009-2014 yang signifikan, potensi dan isu-isu strategis, serta tantangan
pemantapan ketahanan pangan Jawa Timur lima tahun ke depan, dan visi
misi program Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur terpilih yang
tertuang dalam RPJMD 2014-2019 : “Jawa Timur Lebih Sejahtera,
Berkeadilan, Mandiri, Berdaya Saing dan Berakhlak”, maka diperlukan
kesinambungan pembangunan ketahanan pangan yang sekaligus
mengakomodasi berbagai perubahan secara dinamis (sustain and change)
menuju terwujudnya ketahanan pangan Jawa Timur lebih baik dan lebih
sejahtera. Oleh karena itu, Visi pembangunan Ketahanan Pangan yang
ingin diwujudkan pada periode 2014-2019, adalah :
“Mewujudkan Jawa Timur Lebih Sejahtera, Berdaya Saing
Melalui Ketahanan Pangan Yang Berkelanjutan”
Dengan penjelasan sebagai berikut :
Jawa Timur Lebih Sejahtera
Adalah terwujudnya peningkatan lebih lanjut dari kondisi makmur
dengan terpenuhi kebutuhan pangan yang tercermin dari tersedia
pasokannya dalam jumlah cukup, terjangkau dan berkualitas, dengan
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
134
memanfaatkan sebesar-besarnya potensi sumber daya alam, manusia,
sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat yang berujung
pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Masyarakat yang sejahetera
adalah masyarakat yang hidup dalam situasi dan kondisi yang aman,
tentram, damai, sentosa dan makmur.
Jawa Timur Lebih Berdaya Saing
Adalah terwujudnya peningkatan kemampuan daya saing Jawa
Timur baik keunggulan komparatif maupun kompetitif dalam mencapai
ketahanan pangan yang kokoh, mulai dari tingkat rumah tangga sampai
tingkat nasional melalui sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing
tinggi. Berdaya saing, dicirikan dengan tingkat efisiensi, mutu, harga dan
biaya produksi serta kemampuan untuk menerobos pasar, meningkatkan
pangsa pasar dan memberikan pelayanan profesional.
Ketahanan Pangan Yang Berkelanjutan
Adalah terwujudnya ketahanan pangan yang mampu memproduksi
dan menyediakan sejumlah jenis pangan utama dalam jumlah yang lebih
dari cukup, merata, terjangkau, berkualiatas dan aman secara
berkelanjutan. Berkelanjutan, dicirikan dengan kemampuan untuk
meningkatkan kapasitas sumber daya pangan yang semakin besar dari
waktu ke waktu yang semakin mensejahterakan masyarakat baik secara
ekonomis, sosial dan lingkungan hidup.
Upaya untuk mewujudkan visi tersebut, perlu ditetapkan beberapa
misi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur adalah, sebagai
berikut :
1. Meningkatkan ketersediaan pangan dan aksesibilitas pangan
masyarakat secara berkelanjutan serta mengantisipasi dan
menurunkan kerawanan pangan;
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
135
2. Mengembangkan penganekaragaman pangan menuju konsumsi
pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman berbasis
sumberdaya lokal;
3. Mendorong tumbuh dan berkembangnya penyuluhan pertanian,
perikanan dan kehutanan yang berkualitas dan mandiri.
4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD
Untuk mewujudkan visi Badan Ketahanan Pangan Jawa Timur 2014
– 2019 melalui pelaksanaan misi yang telah ditetapkan tersebut diatas,
maka dirumuskan tujuan dan sasaran yang akan dicapai pada setiap misi.
Tujuan dan sasaran merupakan perumusan sasaran strategis yang
menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan
ketahanan pangan jangka menengah Provinsi Jawa Timur, yang
selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan arsitektur kinerja
pembangunan ketahanan pangan Provinsi Jawa Timur secara keseluruhan.
Tujuan dan sasaran jangka menengah Badan Ketahanan Provinsi Jawa
Timur beserta indikator kinerjanya disajikan dalam Tabel 4.1 sebagaimana
berikut ini.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
101
Tabel 4.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
NO. TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN
TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN KE-
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Peningkatan ketahanan pangan
1. Meningkatkan ketersediaan pangan (food availability) dan akses pangan masyarakat (food acces)
Ketersediaan Pangan (Ton) :
Padi 7.741.873 7.780.579 7.819.486 7.858.584 7.897.877
Jagung 6.378.543 6.474.225 6.571.336 6.669.907 6.769.955
Kedelai 454.307 480.800 490.417 500.225 510.229
Daging 349.945 358.693 367.660 376.852 386.274
Telur 337.599 345.026 352.616 360.374 368.302
Susu 406.946 414.271 421.728 429.319 437.047
Ikan 1.478.831 1.555.907 1.637.928 1.725.222 1.822.162
Gula 1.336.770 1.386.280 1.435.790 1.485.300 1.534.810
Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi
200 ton 200 ton 200 ton 200 ton 200 ton
Stabilnya harga pangan (gabah) tingkat produsen
Sesuai HPP Sesuai HPP Sesuai HPP Sesuai HPP Sesuai HPP
Stabilnya harga pangan (beras) di tingkat konsumen
CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10%
Penurunan wilayah rawan pangan
2% 2% 2% 2% 2%
2. Meningkatkan penyerapan pangan (food utilization)
Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
83,3 84,4 85,5 86,6 87,7
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
102
NO. TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN
TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN KE-
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
2. Meningkatkan produktivitas sektor pertanian
Meningkatnya akses petani dan nelayan terhadap faktor produksi, teknologi, informasi, pemasaran dan permodalan sehingga memiliki daya saing tinggi
Jumlah Tenaga Penyuluh yang bersertifikasi
325 351 409 418 533
Jumlah kelompok tani yang mengalami peningkatan kemampuan kelas kelompok
428 449 449 452 459
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
107
4.3. Strategi dan Kebijakan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Untuk mewujudkan visi dan misi, beserta tujuan dan sasaran yang
telah dirumuskan, diperlukan penetapan mengenai upaya mencapai tujuan
dan sasaran misi tersebut dalam bentuk strategi dan arah kebijakan
pembangunan ketahanan pangan Jawa Timur 2014 – 2019. Strategi dan
arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang
bagaimana mencapai tujuan dan sasaran dengan efektif dan efisien.
Rumusan strategi merupakan pernyataan yang menjelaskan bagaimana
tujuan dan sasaran akan dicapai, yang selanjutnya diperjelas dengan
serangkaian arah kebijakan.
Tabel. 4.2 Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan
VISI : Mewujudkan Jawa Timur Lebih Sejahtera, Berdaya Saing Melalui Ketahanan Pangan Yang Berkelanjutan
MISI I : Meningkatkan ketersediaan pangan dan aksesibilitas pangan masyarakat secara berkelanjutan serta mengantisipasi dan menurunkan kerawanan pangan
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Meningkatkan ketahanan pangan melaui Ketersediaan dan distribusi pangan
1.Meningkatnya ketersediaan pangan (food availability) dan meningkatnya akses pangan (food acces)
1. Meningkatkan stock pangan masyarakat
1. Pengembangan cadangan pangan pemerintah untuk mengantisipasi kondisi darurat bencana alam minimal 3 bulan
2. Pengembangan cadangan pangan hidup (Optimalisasi pemanfaatan pekarangan)
3. Menguatkan kelembagaan lumbung pangan masyarakat
4. Pengembangan sistem cadangan pangan melalui LPDPM ataupun lembaga lainnya.
2. Mengembangan produksi pangan alternatif
1. Pengembangan produksi
pangan pada daerah
lahan kering
2. Pengembangan
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
108
berbasis sumberdaya lokal
ketersediaan Pangan
Berbasis Non Beras
(Umbi-Umbian)
3. Pengembangan
ketersediaan Berbasis
kacang-Kacangan (Non
Kedele)
3. Meningkatkan kelancaran distribusi pangan
4. Pengembangan kelembagaan distribusi pangan masyarakat
4. Menjaga stabilisasi harga pangan
1. Pengembangan Buffer stock Management (pembelian oleh pemerintah pada waktu panen dan operasi pasar pada waktu paceklik) pada komoditas pangan strategis,
2. Peningkatan peranan
Lembaga pembeli gabah
dan Penguatan Lembaga
Distribusi Pangan
Masyarakat,
3. Pengembangan sistem
tunda jual,
4. Pengembangan sistem
informasi harga, pasokan
dan akses pangan
5. Meningkatkan penanganan daerah rawan pangan
1. Penanganan daerah
rawan pangan transien
dan kronis
2. Pengembangan Desa
Pariwisata, Mandiri
Pangan dan Bio Energi
3. Pengembangan Sistem
Kewaspaadan Pangan
dan Gizi
4. Peningkatan Akes Pangan
Masyarakat
5.
MISI II : Mengembangkan penganekaragaman pangan menuju konsumsi pangan
yang beragam, bergizi, seimbang dan aman berbasis sumberdaya lokal
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Meningkatkan 2. Meningkatnya 1. Meningkatkan 1. Meningkatkan peran
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
109
ketahanan pangan (Meningkatkan kualitas konsumsi pangan yang aman berbasis sumberdaya lokal
penyerapan pangan (food utilization)
penganekaragaman konsumsi pangan dengan merubah perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman
kelembagaan lokal dalam penyuluhan penganekaragaman pangan dan gizi,
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya diversifikasi pangan dengan melakukan kampanye/promosi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman,
3. Melakukan sosialisasi penganekaragaman pangan pada keluarga,
4. Meningkatkan pengetahuan pada anak sejak dini tentang penganekaragaman pangan
5. Mengembangkan dan menyediakan paket-paket teknologi agroindustri pangan skala pedesaan
6. Meningkatkan
ketrampilan masyarakat
dengan melakukan
penyuluhan, pembinaan
dan pengembangan
agroindustri pedesaan,
7. Mengembangkan
agroindustri pangan
untuk produksi pangan
pokok karbohidrat non-
beras, non-terigu dan
sumber protein hewani,
serta sayur dan buah.
2. Meningkatkan
penanganan
keamanan
pangan
1. Pengembangan
pengawasan keamanan
pangan
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
110
MISI III : Mendorong tumbuh dan berkembangnya penyuluhan pertanian,
perikanan dan kehutanan yang berkualitas dan mandiri.
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Meningkatkan
produktivitas
sektor
pertanian
====
Meningkatkan
pengetahuan,
keterampilan
penyuluh
bidang
pertanian,
perikanan dan
kehutanan
Meningkatnya
akses petani dan
nelayan terhadap
faktor produksi,
teknologi,
informasi,
pemasaran dan
permodalan
sehingga
memiliki daya
saing tinggi
1. Meningkatkan
pemberdayaan
kelembagaan
petani dan
nelayan secara
berkelanjutan
dan terpadu
1. Optimasilisasi dan
pemberdayaan
kelembagaan
petani/nelayan untuk
meningkatkan akses
petani/nelayan terhadap
faktor produksi, teknologi,
informasi, pemasaran
maupun akses
permodalan
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
111
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,
KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
Sebagai perwujudan dari beberapa strategi dan kebijakan dalam
rangka mencapai visi dan misi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa
Timur termasuk pemenuhan pelayanan dasar kepada masyarakat sesuai
Standar Pelayanan Minimal (SPM), maka langkah-langkah operasional
dituangkan ke dalam program-program pembangunan ketahanan pangan
yang mengikuti ketentuan peraturan perundang–undangan yang berlaku
dengan memperhatikan dan mempertimbangkan tugas dan fungsi Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur.
Kegiatan pembangunan ketahanan pangan merupakan penjabaran
lebih lanjut dari suatu program sebagai arah dari pencapaian tujuan dan
sasaran strategis yang merupakan konstribusi bagi pencapaian visi dan
misi organisasi. Kegiatan merupakan aspek operasional dari suatu rencana
strategis yang diarahkan untuk memenuhi sasaran, tujuan, dan misi
organisasi.
Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan suatu program dan
kegiatan, baik kuantitatif maupun kualitatif yang secara khusus dinyatakan
sebagai pencapaian tujuan yang dapat menggambarkan skala atau tingkat
yang digunakan sebagai alat kegiatan pemantauan dan evaluasi, baik
kinerja input, proses, output, outcomes maupun impacts sesuai dengan
sasaran rencana program dan kegiatan.
5.1. Program dan Kegiatan Pembangunan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Program-program pembangunan ketahanan pangan meliputi
Program Peningkatan Ketahanan Pangan; Program Peningkatan
Diversifikasi Pangan dan Program Pemberdayaan Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan sebagai berikut :
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
112
5.1.1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Program ini bertujuan meningkatkan ketahanan pangan masyarakat
melalui pengembangan ketersediaan pangan dan distribusi pangan secara
berkelanjutan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan antara lain, pada :
1. Pemantapan Ketersediaan Pangan
2. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat
3. Pengembangan Sistem Tunda Jual
4. Pembelian Gabah/Bahan Pangan Lainnya
5. Peningkatan Distribusi Pangan Masyarakat
6. Penanganan Daerah Rawan Pangan
7. Pengembangan Desa Pariwisata, Mandiri Pangan dan Bio Energi
8. Pemberdayaan Kelompok Usaha Lahan Kering
9. Peningkatan Akses Pangan Masyarakat
10. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari
5.1.2. Program Peningkatan Diversifikasi Pangan
Program ini bertujuan meningkatkan ketahanan pangan masyarakat
melalui pengembangan konsumsi pangan yang beragam, bergizi,
seimbang dan aman. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan antara lain,
pada :
1. Peningkatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan
2. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
3. Pengembangan Usaha Pangan Lokal dan Tradisional
4. Pendidikan Kemasyarakatan Produktif Dalam Rangka Peningkatan
Pengelolaan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
5. Promosi dan Pengembangan Pemasaran Produk Pangan
6. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Agropolitan
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
113
7. Pengembangan Teknologi Pangan Olahan
8. Pengembangan Karangkitri
5.1.3. Program Pemberdayaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Program ini bertujuan meningkatkan produktivitas sektor pertanian
melalui pemberdayaan penyuluhan dengan sasaran meningkatkan akses
petani dan nelayan terhadap faktor produksi, teknologi, informasi,
pemasaran dan permodalan sehingga memiliki daya saing tinggi. Kegiatan
pokok yang dilaksanakan dititikberatkan pada kegiatan Revitalisasi
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
5.2. Indikator Kinerja
Indikator Kinerja dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa
Timur, dapat dilihat dari pecapaian sasaran ketahanan sebagai berikut :
1. Tersedianya ketersediaan pangan masyarakat.
2. Tersedianya cadangan pangan pemerintah untuk kondisi darurat
karena bencana alam dengan cadangan minimal 3 bulan dan
berkembangnya cadangan pangan masyarakat
3. Stabilnya harga pangan (gabah) ditingkat produsen.
4. Stabilnya harga pangan (beras) ditingkat konsumen.
5. Penurunan wilayah rawan pangan sebesar 2% per tahun
6. Peningkatan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
7. Jumlah tenaga penyuluh bersertifikasi
8. Jumlah kelompok tani yang mengalami peningkatan kemampuan kelas
kelompok
5.3. Kelompok Sasaran
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
114
Kelompok sasaran pada Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa
Timur adalah sebagai berikut :
1. Keluarga miskin dan perempuan kepala rumah tangga miskin
2. Untuk kestabilan harga bahan pokok
3. Para ibu – ibu Rumah Tangga/Tim Penggerak PKK
4. Pengrajin/pengolahan pangan lokal
5. Perubahan pola konsumsi pangan di masyarakat.
6. Kelompok tani, nelayan dan masyarakat sekitar hutan
7. Tenaga penyuluh pertanian, kehutanan dan perikanan
5.4. Pendanaan Indikatif
Program dan kegiatan pemantapan ketahanan pangan Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 2014-2019 yang dibiayai oleh
APBD Provinsi, merupakan program prioritas Jawa Timur, dan juga
sebagai aktivitas dalam mewujudkan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
bidang Ketahanan Pangan Propinsi dan Kabupaten/Kota (Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 65/Permenten/OT.140/12/2010).
Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) 2014 – 2019, berdasarkan rencana program dan kegiatan yang
akan dilaksanankan dari tahun 2014 s/d 2019, jumlah biaya/dana indikatif
yang akan diserap Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur sebesar
Rp. 472.456.722.538,-. Dengan rincian sebagaimana pada Tabel 5.1 di
bawah ini.
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
114
Tabel 5.1
Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp
-1 -2 -3 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11 -12 -13 -14 -15 -16 -17 -18 -19 -20 -21
1 21 01 Program Pelayanan
Administrasi Perkantoran
2.236.920.000 2.304.027.600 2.373.148.428 2.444.342.881 2.517.673.167 11.876.112.076
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
1 21 01 001 Pelaksanaan Administrasi
Perkantoran
1 Tahun 12 bulan 2.236.920.000 12 bulan 2.304.027.600 12 bulan 2.373.148.428 12 bulan 2.444.342.881 12 bulan 2.517.673.167 12 bulan 11.876.112.076
1 21 02 Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana
Aparatur
1.258.320.000 1.296.069.600 1.334.951.688 1.375.000.238 1.416.250.245 6.680.591.771
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
1 21 02 001 Penyediaan Peralatan dan
Kelengkapan Sarana
1 Tahun 1 Tahun 408.320.000 1 Tahun 420.569.600 1 Tahun 433.186.688 1 Tahun 446.182.288 1 Tahun 459.567.756 1 Tahun 2.167.826.332
1 21 02 002 Pemeliharaan Peralatan dan
kelengkapan Sarana
1 Tahun 1 Tahun 350.000.000 1 Tahun 360.500.000 1 Tahun 371.315.000 1 Tahun 382.454.450 1 Tahun 393.928.084 1 Tahun 1.858.197.534
1 21 02 004 Pemeliharaan Peralatan dan
Kelengkapan Prasarana
1 Tahun 1 Tahun 500.000.000 1 Tahun 515.000.000 1 Tahun 530.450.000 1 Tahun 546.363.500 1 Tahun 562.754.405 1 Tahun 2.654.567.905
1 21 07 Program Peningkatan
Kapasitas Kelembagaan
Pemerintah Daerah
2.581.760.000 2.659.212.800 2.738.989.184 2.821.158.860 2.905.793.626 13.706.914.470
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 0
1 21 07 001 Koordinasi dan konsultasi
Kelembagaan Pemerintah
Daerah
1 Tahun 1 Tahun 1.000.000.000 1 Tahun 1.030.000.000 1 Tahun 1.060.900.000 1 Tahun 1.092.727.000 1 Tahun 1.125.508.810 1 Tahun 5.309.135.810
1 21 07 002 Peningkatan Kapasitas Smber
Daya Aparatur
1 Tahun 1 Tahun 831.760.000 1 Tahun 856.712.800 1 Tahun 882.414.184 1 Tahun 908.886.610 1 Tahun 936.153.208 1 Tahun 4.415.926.802
1 21 07 005 Fasilitasi Dewan Ketahanan
Pangan
3 paket 3 paket 750.000.000 3 paket 772.500.000 3 paket 795.675.000 3 paket 819.545.250 3 paket 844.131.608 3 paket 3.981.851.858
1 21 11 Program Perencanaan,
Pengendalian dan Evaluasi
Kegiatan
3.000.000.000 3.300.000.000 3.630.000.000 3.993.000.000 4.392.300.000 18.315.300.000
100% 100% 100% 100% 100% 100% 2.562.175.000 100% 2.562.175.000
1 21 11 001 Penyusunan Dokumen
Perencanaan
4 dokumen 4 dokumen 1.250.000.000 4 dokumen 1.375.000.000 4 dokumen 1.512.500.000 4 dokumen 1.663.750.000 4 dokumen 1.830.125.000 4 dokumen 7.631.375.000
1 21 11 002 Penyusunan Laporan Hasil
Pelaksanann Rencana Program
dan Anggaran
4 dokumen 4 dokumen 1.000.000.000 4 dokumen 1.100.000.000 4 dokumen 1.210.000.000 4 dokumen 1.331.000.000 4 dokumen 1.464.100.000 4 dokumen 6.105.100.000
1 21 11 003 Penyusunan, Pengembangan,
Pemeliharaan dan Pelaksanaan
Sistem Informasi Data
4 paket 4 paket 750.000.000 4 paket 825.000.000 4 paket 907.500.000 4 paket 998.250.000 4 paket 1.098.075.000 4 paket 4.578.825.000
Dokumen evaluasi pelaksanaan
rencana program dan anggaran
Penyusunan sistem perencanaan,
Sistem Evaluasi, Pemutakhiran
Data, Sewa Jaringan
Indeks kepuasan
masyarakat/aparatur terhadap
pelayanan adm perkantoran dan
kenyamanan kantor
Prosentase sarana dan prasarana
aparatur yang layak fungsi
Prosentase kelembagaan yang tepat
fungsi
persentase dokumen
penyelenggaraan pemerintahan
yang disusun tepat waktu
Dokumen perencanaan (Renstra,
Renja, RKA, DPA)
Pemeliharaan kendaraan Dinas dan
kendaraan operasional
Pemeliharaan ringan, pemeliharaan
gedung, rumah dinas, lapangan
parkir
Koordinasi dan konsultasi ke
dalam/ke luar daerah
Peningkatan kapasitas sumber daya
aparatur
Rapat Koordinasi, Rapat Pokja,
Rapat Pleno Dewan Ketahanan
Tahun 2019
Tujuan
Kondisi Kinerja pada akhir periode Renstra
SKPD
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja
SKPD
Penanggung-
jawab
LokasiKode
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Data Capaian pada Tahun
Awal Perencanaan Th.
2013
Indikator Kinerja Program
(outcome) dan Kegiatan
(output)
Program dan Kegiatan Indikator SasaranSasaran
Pelayanan administrasi perkantoran
(bulan)
Penyediaan peralatan rumah tangga
-4
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
115
-1 -2 -3 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11 -12 -13 -14 -15 -16 -17 -18 -19 -20 -21
1. 35.550.000.000 40.268.400.000 45.177.420.000 50.585.500.000 56.542.350.000 228.123.670.000
1. Ketersediaan pangan :
Padi (ton) 7.309.527 7.741.873 7.780.579 7.819.486 7.858.584 7.897.877 7.897.877
Jagung (ton) 5.126.943 6.378.543 6.474.225 6.571.336 6.669.907 6.769.955 6.769.955
Kedelai (ton) 311.767 454.307 480.800 490.417 500.225 510.229 510.229
Daging (ton) 333.082 349.945 358.693 367.660 376.852 386.274 386.274
Telur (ton) 323.220 337.599 345.026 352.616 360.374 368.302 368.302
Susu (ton) 392.682 406.946 414.271 421.728 429.319 437.047 437.047
Ikan (ton) 1.327.802 1.478.831 1.555.907 1.637.928 1.725.222 1.822.162 1.822.162
Gula (ton) 1.227.898 1.336.770 1.386.280 1.435.790 1.485.300 1.534.810 1.534.810
2. Cadangan Pangan Pemerintah
(Beras)
200 Ton 200 Ton 200 Ton 200 Ton 200 Ton 200 Ton
3. Stabilnya harga pangan (gabah)
ditingkat produsen
Sesuai HPP Sesuai HPP Sesuai HPP Sesuai HPP Sesuai HPP Sesuai HPP
4. Stabilnya harga pangan (beras)
ditingkat konsumen
CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10%
5. Penurunan wilayah rawan
pangan
2% 2% 2% 2% 2% 2%
1 21 24 001 Pemantapan Ketersediaan
Pangan
87 desa 116 desa 4.300.000.000 116 desa 4.870.700.000 116 desa 5.464.500.000 116 desa 6.118.650.000 116 desa 6.839.200.000 580 desa 27.593.050.000
1 21 24 003 Pengembangan Lumbung
Pangan Masyarakat
484 unit 100 unit 5.000.000.000 100 unit 5.663.600.000 100 unit 6.354.000.000 100 unit 7.114.600.000 100 unit 7.952.400.000 500 unit 32.084.600.000
1 21 24 011 Pengembangan Sistem Tunda
Jual
90 klp 100 klp 3.750.000.000 125 klp 4.247.700.000 150 klp 4.765.500.000 175 klp 5.335.950.000 200 klp 5.964.300.000 200 klp 24.063.450.000
1 21 24 012 Pembelian Gabah/Bahan
Pangan Lainnya
100 lpg 115 lpg 3.000.000.000 115 lpg 3.398.200.000 115 lpg 3.812.450.000 115 lpg 4.268.850.000 115 lpg 4.771.500.000 115 lpg 19.251.000.000
1 21 24 013 Peningkatan Distribusi Pangan
Masyarakat
62 klp 12 klp 1.500.000.000 12 klp 1.699.100.000 12 klp 1.906.237.000 12 klp 2.134.450.000 12 klp 2.385.750.000 60 klp 9.625.537.000
1 21 24 014 Penanganan Daerah Rawan
Pangan
112 desa 20 desa 2.600.000.000 30 desa 2.945.100.000 40 desa 3.304.137.000 50 desa 3.699.650.000 60 desa 4.135.300.000 200 desa 16.684.187.000
1 21 24 015 Pengembangan Desa
Pariwisata, Mandiri Pangan
dan Bio Energi
50 desa 90 desa 3.000.000.000 100 desa 3.398.200.000 110 desa 3.812.474.000 120 desa 4.268.850.000 130 desa 4.771.500.000 550 desa 19.251.024.000
1 21 24 016 Pemberdayaan Kelompok
Usaha Lahan Kering
30 klp 1.000.000.000 40 klp 1.132.700.000 50 klp 1.270.787.000 60 klp 1.422.900.000 70 klp 1.590.500.000 250 klp 6.416.887.000
1 21 24 017 Peningkatan Akses Pangan
Masyarakat
64 klp 12 klp 1.400.000.000 12 klp 1.585.800.000 12 klp 1.779.124.000 12 klp 1.992.100.000 12 klp 2.226.700.000 60 klp 8.983.724.000
1 21 24 018 Pengembangan Kawasan
Rumah Pangan Lestari
342 desa 114 desa 10.000.000.000 114 desa 11.327.300.000 114 desa 12.708.211.000 114 desa 14.229.500.000 114 desa 15.905.200.000 570 desa 64.170.211.000
2. 1 21 26 Program Peningkatan
Diversifikasi Pangan
22.402.070.000 25.375.404.100 28.468.916.210 31.876.766.082 35.630.977.829 143.754.134.221
81,1 83,3 84,4 85,5 86,6 87,7 87,7
1 21 26 001 Peningkatan Pengawasan Mutu
dan Keamanan Pangan
38 kab/kota 3.302.070.000 38 kab/kota 3.740.354.100 38 kab/kota 4.196.340.000 38 kab/kota 4.698.650.000 38 kab/kota 5.252.000.000 38 kab/kota 21.189.414.100
1 21 26 002 Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan
100 kantin 3.700.000.000 150 kantin 4.191.100.000 150 kantin 4.702.037.000 200 kantin 5.264.900.000 200 kantin 5.885.000.000 800 kantin 23.743.037.000
1 21 26 003 Pengembangan Usaha Pangan
Lokal dan Tradisional
60 klp 1.000.000.000 60 klp 1.132.700.000 60 klp 1.270.787.000 60 klp 1.422.900.000 60 klp 1.590.500.000 300 klp 6.416.887.000
1 21 26 004 Pendidikan Kemasyarakatan
Produktif Dalam Rangka
Peningkatan Pengelolaan
Pasca Panen dan Pengolahan
Hasil
380 org 200 org 900.000.000 200 org 1.019.450.000 200 org 1.143.731.000 200 org 1.280.650.000 200 org 1.431.500.000 1000 org 5.775.331.000
1 21 26 005 Promosi dan Pengembangan
Pemasaran Produk Pangan
25 kali 2.200.000.000 25 kali 2.492.000.000 25 kali 2.795.798.210 25 kali 3.130.450.000 25 kali 3.500.000.000 125 kali 14.118.248.210
1 21 26 006 Fasilitasi Pengembangan
Kawasan Agropolitan
50 klp 1.550.000.000 50 klp 1.755.730.000 50 klp 1.969.771.000 50 klp 2.205.550.000 50 klp 2.465.000.000 250 klp 9.946.051.000
1 21 26 007 Pengembangan Teknologi
Pangan Olahan
150 posyandu 750.000.000 150 posyandu 849.500.000 150 posyandu 953.062.000 150 posyandu 1.067.150.000 150 posyandu 1.192.500.000 750 posyandu 4.812.212.000
1 21 26 008 Pengembangan Karangkitri 75 desa 200 desa 9.000.000.000 200 desa 10.194.570.000 200 desa 11.437.390.000 200 desa 12.806.516.082 200 desa 14.314.477.829 1000 desa 57.752.953.911
Meningkatkan
ketahanan pangan
Meningkatkan
penyerapan
pangan (food
utilization)
Peningkatan kualitas
konsumsi pangan
masyarakat
Meningkatkan
ketersediaan
pangan
masyarakat (food
availability) dan
Meningkatnya
akses pangan
(food acces)
Ketersediaan pangan
dan distribusi
pangan
Jumlah Taman posyandu yang
difasilitasi
Jumlah desa yang diberdayakan
Program Peningkatan
Ketahanan Pangan
1 21 24
Jumlah Desa Kawasan Rumah
Pangan Lestari
Jumlah Kelompok yang difasilitasi
Jumlah kelompok yang
diberdayakan
Jumlah desa yang diberdayakan
Jumlah desa rawan pangan yang
berdayakan
Jumlah Tim Penggerak PKK Desa
yg diberdayakan
Jumlah Lumbung Pangan
Masyarakat
Jumlah Kelompok yang difasilitasi
Jumlah LPG yang difasilitasi
Jumlah kelompok pangan olahan yg
diberdayakan
Jumlah Gapoktan yang difasilitasi
Jumlah Kab/Kota yang disampling
Jumlah Kantin sekolah yang
difasilitasi
Pameran, publikasi & sosialisasi
Jumlah anggota kelompok pangan
olahan yang difaslitasi
Jumlah Kelp. Pgn olahan yang
diberdayakan
Skor PPH
-4
-1 -2 -3 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11 -12 -13 -14 -15 -16 -17 -18 -19 -20 -21
1. 1 21 25 10.000.000.000 10.000.000.000 10.000.000.000 10.000.000.000 10.000.000.000 50.000.000.000
1. Jumlah tenaga penyuluh
bersertifikasi
295 Orang 325 Orang 351 Orang 409 Orang 418 Orang 533 Orang 533 Orang
2. Jumlah kelompok tani yang
mengalami peningkatan
kemampuan kelas kelompok
361 Klp 428 Klp 449 Klp 449 Klp 452 Klp 459 Klp 459 Klp
1 21 25 001 10.000.000.000 10.000.000.000 10.000.000.000 10.000.000.000 10.000.000.000 50.000.000.000
1. Tenaga penyuluh yang
difasilitasi
350 orang 350 orang 350 orang 350 orang 350 orang 350 orang 350 orang
2. Kelompok pertanian, perikanan
dan kehutanan yang
diberdayakan
450 klp 450 klp 450 klp 450 klp 450 klp 450 klp 450 klp
3. BP3K Kecamatan yang
difasilitasi
20 unit 20 unit 20 unit 20 unit 20 unit 100 unit
4. Dem Usaha Tani 82 unit 90 unit 90 unit 90 unit 90 unit 90 unit 90 unit
TOTAL 77.029.070.000 85.203.114.100 93.723.425.510 103.095.768.061 113.405.344.867 472.456.722.538
-4
Program Pemberdayaan
Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan
Revitalisasi Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan
Meningkatnya
akses petani dan
nelayan terhadap
faktor produksi,
teknologi,
informasi,
pemasaran dan
permodalan
sehingga memiliki
daya saing tinggi
Meningkatkan
produktifitas
sektor pertanian
Kelompok tani dan
penyuluh pertanian,
perikanan dan
kehutanan
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
116
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
117
BAB VI INDIKATOR KINERJA
BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD 2014-2019
Indikator kinerja merupakan tolok ukur yang digunakan untuk
mengevaluasi keadaan suatu kegiatan atau organisasi yang menunjukkan
sejauh mana posisi suatu kegiatan atau organisasi tersebut berada dalam
mencapai tujuannya.
Pada bab ini dikemukakan Indikator kinerja SKPD yang secara
langsung menunjukkan kinerja yang akan dicapai Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Jawa Timur dalam lima tahun mendatang sebagai
komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD.
Program dan Indikator kinerja Daerah RPJMD Jawa Timur tahun 2014-
2019 terkait dengan bidang ketahanan pangan adalah : (1) Program
Peningkatan Ketahanan pangan Indikator yang akan dicapai yaitu
Ketersediaan Pangan (Beras, Jagung, Kedelai, Daging, Telur, Susu, Ikan,
Gula); Cadangan Pangan Pemerintah; Stabinya harga bahan pangan
(gabah) ditingkat produsen; Stabilnya harga bahan pangan (beras)
ditingkat konsumen dan penurunan wilayah rawan pangan; (2) Program
Peningkatan Diversifikasi Pangan, indikator yang akan dicapai adalah
peningkatan Skor Pola Pangan Harapan (PPH); dan (3) Program
Pemberdayaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan,
Indikator yang akan dicapai yaitu Jumlah tenaga penyuluh bersertifikasi
dan Jumlah kelompok tani yang mengalami peningkatan kemampuan
kelas kelompok.
Indikator kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD 2014 – 2019 ditampilkan
dalam Tabel 6.1 berikut ini :
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
118
Tabel 6.1 Indikator Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur yang
Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD 2014-2019
NO Indikator
Kondisi Kinerja pada awal periode
RPJMD
Target Capaian Setiap Tahun Kondisi
Kinerja pada akhir periode
RPJMD Tahun 2013 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Ketersediaan pangan(ton) :
Beras 7.309.527 7.741.873 7.780.579 7.819.486 7.858.584 7.897.877 7.897.877
Jagung 5.126.943 6.376.543 6.474.225 6.571.336 6.669.907 6.769.955 6.769.955
Kedelai 311.767 454.307 480.800 490.417 500.225 510.229 510.229
Daging 333.082 349.945 358.693 367.660 376.852 386.274 386.274
Telur 323.220 337.599 345.026 352.616 360.374 368.302 368.302
Susu 392.682 406.946 414.271 421.728 429.319 437.047 437.047
Ikan 1.327.802 1.478.831 1.555.907 1.637.928 1.725.222 1.822.162 1.822.162
Gula 1.227.898 1.336.770 1.386.280 1.435.790 1.485.300 1.534.810 1.534.810
2. Cadangan Pangan
Pemerintah Provinsi
0 200 ton 200 ton 200 ton 200 ton 200 ton 200 ton
3. Stabilisasi harga
pangan (gabah)
ditingkat produsen
≥ Sesuai HPP ≥ Sesuai HPP ≥ Sesuai HPP ≥ Sesuai HPP ≥ Sesuai HPP ≥ Sesuai HPP ≥ Sesuai HPP
4. Stabilisasi harga
pangan (beras)
ditingkat tingkat
konsumen
CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10%
5. Penurunan wilayah
rawan pangan (%)
2% 2% 2% 2% 2% 2% 2%
6. Skor Pola Pangan
Harapan (PPH)
81,1 83,3 84,4 85,5 86,6 87,7 87,7
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
119
7. Jumlah tenaga
penyuluh
bersertifikasi
295 325 351 409 418 533 533
8. Jumlah kelompok tani
yang mengalami
peningkatan
kemampuan kelas
kelompok
361 428 449 449 452 459 459
Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019 | Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
120
BAB VII
PENUTUP
Rencana Strategis (Renstra) Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Jawa Timur berfungsi sebagai pedoman, penentu arah, sasaran dan
tujuan dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintah,
pengelolaan pembangunan, dan pelaksanaan pelayanan dalam kurun
waktu 5 (lima) Tahun ke depan dari tahun (2014 – 2019).
Dengan melaksanakan Renstra ini sangat diperlukan adanya
partisipasi, semangat, dan komitmen dari seluruh aparatur Badan
Ketahanan Pangan, karena akan menentukan suatu keberhasilan program
dan kegiatan yang telah direncanakan. Dengan demikian Renstra ini
nantinya bukan hanya sebagai dokumen administrasi saja, karena secara
substansi merupakan pencerminan tuntutan pembangunan yang memang
dibutuhkan oleh stakeholders dan merupakan suatu tujuan yang hendak
dicapai.
Akhir kata semoga Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur dapat diimplementasikan dengan baik sesuai dengan
tahapan - tahapan yang ditetapkan secara konsisten dalam rangka
mendukung terwujudnya Pemerintahan yang bersih dan
berkesinambungan serta mewujudkan ketahanan pangan bagi masyarakat
Propinsi Jawa Timur.