RENCANA STRATEGIS - b2tke.bppt.go.idb2tke.bppt.go.id/images/Documents/PPID/SetiapSaat/I - Renstra...
Transcript of RENCANA STRATEGIS - b2tke.bppt.go.idb2tke.bppt.go.id/images/Documents/PPID/SetiapSaat/I - Renstra...
Renstra B2TKE 2015-2019 1
RENCANA STRATEGISTAHUN 2015 – 2019
BALAI BESAR TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI (B2TKE)
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
REV. 3
Renstra B2TKE 2015-2019 3
DAFTAR ISIHalaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan I-11.2 Visi dan Misi BPPT I - 2
1.3 KondisiUmum I - 2
1.3.1. Global I - 2
1.3.2. KondisiNasional I - 3
1.3.3. Capaian B2TKE 2010 - 2015 I - 4
1.4 PotensidanPermasalahan I – 7
1.4.1 Potensi I – 7
1.4.2 Permasalahan I - 8
BAB II SASARAN STRATEGIS DAN SASARAN PROGRAM
2.1 Tujuan Strategis, Sasaran Strategis, Indikator dan Target II - 1
2.1.1 Visi B2TKE II - 2
2.1.2 Misi Kedeputian TIEM II - 2
2.1.3 Tujuan Strategis Kedeputian TIEM II - 2
2.1.4 Sasaran Strategis Kedeputian TIEM II - 2
2.2 Sasaran Program II - 3
2.2.1. Sasaran Program Bidang TIK II - 4
2.2.2 Sasaran Program Bidang Elektronika II - 13
2.2.3. Sasaran Program Bidang Energi Kelistrikan II - 16
2.2.4. Sasaran Program Bidang Bahan Bakar dan Industri Kimia II - 19
2.2.5. Sasaran Program Bidang Material II - 25
2.3 Pelayanan Teknologi II - 29
Renstra B2TKE 2015-2019 4
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
3.1 Arah Kebijakan Strategi Nasional III - 3
3.2 Arah Kebijakan dan Stategi BPPT III - 4
3.3 Arah dan strategi kedeputian TIEM III - 6
3.4 Struktur Organisasi & Kerangka Kelembagaan III - 7
3.4.1 Fungsi Struktur dan bagan organisasi III - 8
3.4.2 Diagram Struktur Organisasi III - 10
BAB IVTARGET KONERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1 Target Kinerja IV - 1
4.2 Kerangka Pendanaan IV – 3
BAB V PENUTUP V - 1
BAB I- 1RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
BAB IPENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (RPJPN) 2005 –
2025 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 (dua puluh)
tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan
maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa
(pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan
tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati
bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat
sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola
sikap dan pola tindak.
Dalam RPJPN 2005 – 2025 disebutkan bahwa persaingan yang makin tinggi
pada masa yang akan datang menuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan
teknologi ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dalam rangka menghadapi
perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan. Dalam rangka
meningkatkan kemampuan dan penerapan Iptek nasional, tantangan yang dihadapi
adalah perlu adanya peningkatan kontribusi Iptek untuk memenuhi hajat hidup
bangsa; menciptakan rasa aman; memenuhi kebutuhan kesehatan dasar, energi,
dan pangan; memperkuat sinergi kebijakan Iptek dengan kebijakan sektor lain;
mengembangkan budaya Iptek di kalangan masyarakat; meningkatkan komitmen
bangsa terhadap pengembangan Iptek; mengatasi degradasi fungsi lingkungan;
mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam; serta meningkatkan ketersediaan
dan kualitas sumber daya Iptek, baik SDM, sarana dan prasarana, maupun
pembiayaan Iptek.
Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan
dan pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan
masyarakat.Meskipun demikian, kemampuan teknologi secara nasional dalam
penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk
meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh masih
BAB I- 2RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
rendahnya sumbangan teknologi terhadap sektor produksi nasional, belum
efektifnya mekanisme intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan, belum
berkembangnya budaya Iptek di masyarakat, dan terbatasnya sumber daya Iptek.
Dengan adanya perkembangan global, regional dan nasional di bidang
teknologi dan adanya tuntutan reformasi birokrasi tatakelola pemerintahan maka
BPPT telah melakukan reorganisasi/restrukturisasi. Sebagai konsekuensinyamaka
perlu dilakukan penyesuaian perencanaan strategis.
1.1 Kondisi Umum1.3.1 Global
Kondisi geoekonomi global saat ini dan ke depan akan merupakan tantangan
sekaligus peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan.
Tantangan dan peluang terkait dengan peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi
antara lain adalah:
a. Pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari
kawasan Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik.
b. Harga komoditas secara umum diperkirakan menurun, namun harga produk
manufaktur dalam tren meningkat.
c. Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang dimulai tanggal
31 Desember 2015.
Kebijakan di bidang ekonomi perlu diarahkan untuk meningkatkan stabilitas
dan pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada transformasi industri yang
berkelanjutan, sehingga perekonomian Indonesia akan berbasis kepada nilai tambah
ekonomi yang lebih tinggi. Perkiraan pelemahan harga komoditas di pasar
internasional menjadi tantangan penting bagi Indonesia untuk segera menggeser
struktur ekspor Indonesia ke arah produk manufaktur. Sementara itu, peningkatan
jaringan rantai suplai global dan regional pun perlu dimanfaatkan oleh Indonesia
melalui kebijakan kondusif, yang dapat membuka peluang yang lebih besar bagi
pengusaha domestik termasuk usaha kecil dan menengah untuk berpartisipasi dan
menjadi bagian dalam rantai suplai internasional.
Peningkatan daya saing perekonomian Indonesia menjadi hal utama yang
perlu menjadi perhatian. Titik berat peningkatan daya saing perekonomian perlu
diarahkanpada peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi, peningkatan iklim
BAB I- 3RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
investasi dan iklim usaha, serta tata kelola birokrasi yang lebih efiisien. Peningkatan
daya saing perekonomian ini perlu didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang
kondusif, yang tidak menciptakan rente ekonomi maupun ekonomi biaya tinggi.
Peningkataninfrastruktur akan dititikberatkan pada upaya untuk meningkatkan
konektivitas nasional,sehingga integrasi domestik ini akan meningkatkan efisiensi
ekonomi dan kelancaran arus barang dan jasa antar wilayah di Indonesia.
1.1.2 Kondisi NasionalDalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan
tersebut di atas, Indonesia saat ini masih mengadapi berbagai kendala. Posisi daya
saing Indonesia jika diukur dengan indeks daya saing global (Global
Competitiveness Index –GCI) berdasarkan laporan World Economic Forum pada
tahun 2014-2015 meningkat dari peringkat 54 pada tahun 2009-2010 menjadi
peringkat 34 pada tahun 2014-2015. Tetapi peringkat daya saing ini lebih rendah
dibandingkan Malaysia (20), Thailand (31), Brunei Darussalam (26) dan lebih tinggi
dibandingkan Vietnam (68), Filipina (52), Kamboja (95) dan Timor-Leste (136).
Peningkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja berbagai
pilar yang menjadi penopangnya, yang meliputi 12 pilar, yaitu: Institusi,
Infrastruktur,Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan Dasar,
Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga
Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan Teknologis, Ukuran Pasar, Kecanggihan Bisnis,
dan Inovasi
Diantara pilar-pilar daya saing tersebut, terdapat 3(tiga) pilar yang berkaitan
langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu:
a. Kesiapan Teknologi dengan indikator: Keberadaan Teknologi Terbaru,
Tingkat Dayaserap Teknologi Perusahaan, Penanaman Modal Asing (PMA)
dan Transfer Teknologi, Pengguna Internet, Pita Lebar Internet, Pelanggan
Telpon Gerak/100 Penduduk;
b. Kecanggihan Bisnis dengan indikator: Kuantitas Pemasok Lokal, Kualitas
PemasokLokal, Pengembangan Klaster Negara, Sifat Keunggulan Kompetitif,
Kepanjangan Rantai Nilai, Pengendalian Distribusi Internasional,
BAB I- 4RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
Kecanggihan Proses Produksi, Keluasan Pemasaran, Kesediaan Untuk
Mendelegasikan Wewenang); dan
c. Inovasi dengan indikator: Kapasitas Inovasi, Kualitas Lembaga Penelitian
Ilmiah,Belanja Litbang Perusahaan, Kolaborasi Litbang Universitas-Industri,
PengadaanPemerintah untuk Produk Teknologi Maju, Ketersediaan Ilmuwan
dan Insinyur, Utilitas Paten Per Sejuta Penduduk.
Sedangkan dari 12 pilar daya saing diatas, pilar Kesiapan Teknologi, Efisiensi
Pasar TenagaKerja dan pilar Inovasi merupakan pilar dengan nilai terendah (nilai
Kesiapan Teknologi 3,6, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 3,8 sedangkan Inovasi 3,9
dari skala 1-7) dibandingkandengan sembilan pilar lainnya.Hal ini mencerminkan
bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing
Indonesia. Kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan
penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing
bangsa. Hal ini telah mengakibatkan ongkos untuk menghasilkan suatu produk
menjadi mahal, dan kualitas barang serta inovasi produk yang dihasilkan sangat
terbatas sehingga daya saing usaha tidak seperti yang diharapkan.
1.1.3 Capaian Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE) 2010 - 2015B2TKE merupakan hasil kolaborasi antara Balai Besar Teknologi Energi
(B2TE) dan Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE). Selama
tahun 2010-2015, B2TE dan PTKKE telah menghasilkan beberapa capaian antara
lain sebagai berikut:
a. Inovasi Teknologi Skala Kecil s/d 5 MWKegiatan ini difokuskan pada pengembangan PLTP skala kecil hingga
kapasitas 3 MW dengan menerapkan teknologi condensing turbine and binary cycle
melalui kerjasama dengan industri manufaktur dalam negeri seperti PT. Nusantara
Turbin dan Propulsi (manufaktur turbin), PT. Pindad (generator), PT. Boma Bisma
Indra (condenser, demister, jet ejector), dan lain-lain dengan target meningkatkan
tingkat komponen dalam negeri (TKDN) secara maksimal.
Pilot plant PLTP condensing turbine dengan kapasitas 3 MW telah dibangun
di lapangan panas bumi Kamojang, Jawa Barat, melalui kerjasama dengan PT.
Pertamina Geothermal Energy (suplai uap panas bumi) dan Balai Besar Konservasi
BAB I- 5RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
Sumber Daya Alam Jawa Barat (menyediakan lahan), serta PT. PLN (penyaluran
listrik). Selain PLTP 3 MW, B2TKE juga mengembangkan Pilot plant PLTP binary
cycle dengan kapasitas 100 kW di lapangan panas bumi Wayang Windu, Jawa Barat
melalui kerjasama dengan Star Energy Geothermal Ltd. (menyediakan brine dan
lahan).
Pada Tahun 2012 telah diselesaikanPrototipe Komponen Turbin PLTP 3 MW
dan juga Pilot Plant PLTP Binary Cycle 100 KW. Sedangkan dalam Tahun 2013
telah dilaksanakanpengujian kinerja PLTP 3 MW, pengujian pilot plant PLTP binary
cycle 100 KW, dan pilot plantPLTP binary cycle 500 kW.
b. Inovasi Teknologi Smart Micro Grid.Menurut Badan Energi Amerika Serikat, “smart grid” merupakan kelas
teknologi yang digunakan untuk sistem pengantar listrik di abad 21, menggunakan
pengendali berbasis komputer dan mesin. Teknologi ini menghubungkan
pembangkit-pembangkit dari berbagai macam kepada konsumen baik rumah atau
bisnis. Teknologi berbasis komunikasi dua arah ini sudah dipakai di industri lain,
namun baru menjelang abad 21 ini diterapkan di industri perlistrikan.
Indonesia mulai menerapkan teknologi pembangkit smart grid yang
merupakan teknologi mengoperasikan sistem tenaga listrik dengan
mengombinasikan teknologi komputer, komunikasi dan jaringan. Untuk Indonesia,
teknologi ini pertama kali diterapkan di Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur
Jadi saat ini, smart grid di Indonesia sudah masuk tahap pembuatan
kebijakan. Diharapkan ke depannya, Indonesia sudah menjadi salah satu negera
yang mengimplementasikan smart grid secara keseluruhan. Contoh
penerapan smart grid di Indonesia adalah pembangunan ‘Plant Smart Micro Grid’ di
Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur oleh BPPT (Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi) (sumber: teknologi.news.viva.co.id). Smart MicroGrid yang
dikembangkan oleh BPPT ini menggabungkan antara dua PLTD dan satu PLTMH
dan dikontrol oleh sebuah server pengatur. Ke depannya, Indonesia akan terus
mengembangkan smart micro grid dan saling terhubung satu dengan lainnya.
Keuntungan teknologi smart grid tidak hanya di sisi pelanggan saja, tetap juga di
pembangkit listrik. Dengan sistem smart grid, kerja pembangkit akan disesuaikan
dengan beban puncak listrik dan apabila melebihi kapasitas, pembangkit listrik akan
BAB I- 6RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
dibantu oleh pembangkit listrik yang lain. Contohnya adalah ketika sedang beban
puncak, suatu PLTA yang mengalami kelebihan beban akan dibantu oleh
Pembangkit Listrik Tenaga Angin. Walaupun turbin angin tidak menghasilkan energi
listrik secara terus menerus, tetapi cukup membantu saat kondisi beban puncak..
Teknologi ini membantu mengurangi beban produksi pembangkit dalam pemenuhan
kebutuhan pasokan listrik konsumen. Selain itu, teknologi smart grid juga
menawarkan solusi perawatan yang lebih intensif untuk mesin-mesin turbin
pembangkit listrik tanpa harus terjadinya pemadaman bergilir. Berbicara masalah
pemadaman bergilir, teknologi smart grid mampu mengantisipasi masalah itu
dengan pengaturan transmisi listrik yang efisien. Nantinya masalah-masalah yang
biasanya diakibatkan dari sisi produsen atau penyedia energi listrik menjadi
seminimal mungkin.
Dari sisi pelanggan, teknologi smart grid menawarkan penghematan energi yang
dikonsumsi. Contohnya adalah lampu ‘smart’ yang bisa menyesuaikan kebutuhan
pencahayaan sesuai dengan kondisi ruangan. Ada juga pengkondisi udara pintar
atau Smart Air Conditionerdimana AC ini memiliki sensor yang akan menyesuaikan
dengan jumlah orang dalam ruangan. Dengan teknologi ini, jumlah pengeluaran
energi di pelanggan dapat ditekan dan tentu saja mengurangi biaya pemaikan
energi listrik. Tidak hanya di sektor pelanggan rumahan saja, sekarang dapat kita
lihat di pusat-pusat perbelanjaan sudah menggunakan eskalator atau tangga
berjalan yang bisa menyesuaikan dengan penggunanya. Ketika tidak ada yang
menggunakan, eskalator akan berjalan lambat cenderung mati dan ketika ada yang
menggunakan akan berjalan seperti biasa. Jadi, smart grid ini menawarkan
penghematan di kedua sisi, yaitu penyedia energi listrik dan pengguna energi listrik.
Mengingat energy yang berasal dari fosil (BBM) akan habis di tahun 2025.
Sudah saatnya Indonesia mengembangkan energi terbarukan seperti menggunakan
tenaga surya / matahari, air dan angin.
Pada tahun 2010-2014, kegiatan Smart Grid difokuskan pada pembangunan
pilot plant smart grid. Pada tahun 2014 telah terbangun pilot plant smart Grid
kapasitas 500 kW di Sumba.Pada tahun 2016 hingga tahun 2019, smart grid akan
difokuskan pada smart gridfor smart city.
BAB I- 7RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
c. Inovasi Teknologi Konservasi dan Audit Energi.Pada kegiatan ini terdapat dua sub kegiatan yaitu perekayasaan peralatan
hemat energi dan penerapan manajemen energi. Salah satu output dari kegiatan ini
adalah rekomendasi teknologi salah satunya teknologi kogenerasi. Penerapan
teknologi kogenerasi yang direkomendasikan oleh Balai Besar Teknologi Energi-
BPPT telah diterapkan di PT. Semen Padang dimana salah satunya adalah
penerapan Waste Heat Recovery Boiler yakni pemanfaatan gas panas buang dari
Kiln sebagai pembangkit tenaga listrik.Proyek tersebut pada perkembangannya
dilakukan bekerjasama dengan NEDO - Jepang dan selesai pada tahun 2011 yang
menghasilkan penghematan di bidang energi listrik sebesar ± Rp. 30 Milyar/ Tahun.
Pada tahun 2014, Penerapan teknologi kogenerasi di Industri difokuskan
pada tujuh sub sektor industri padat energi yaitu : Pulp dan Kertas, Tekstil, Semen,
Baja, Makanan dan Minuman, Keramik, dan Pupuk. Dari hasil studi didapatkan
bahwa potensi kogenerasi total dari sektor industri, pembangkit dan komersial
berdasarkan data tahun 2012 adalah sebesar 38.518,25 GWh atau setara dengan
penghematan sebesar 40,4 Trilyun Rupiah.Penghematan ini setara dengan
pengurangan CO2 sebesar 30,24 Juta ton CO2 per tahun.Untuk
mengimplementasikan potensi tersebut, estimasi investasi yang dibutuhkan adalah
sebesar 7,35 Milliar US Dollar atau setara dengan 88,27 Trilyun Rupiah.
Pelaksanaan audit energi pada tahun 2012 ditujukan untuk mengetahui
kapabilitas teknologi industri manufaktur dalam negeri guna mendukung infrastruktur
ketenagalistrikan. Hal-hal teknis yang tercakup dalam kegiatan ini meliputi
kemampuan desain, kemampuan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan.
Beberapa industri komponen utama kelistrikan yang diaudit BPPT adalah PT.
Pindad memproduksi generator, PT. Nusantara Turbin Propulsi (NTP) memproduksi
Turbin, PT. PAL memproduksi balance of plant (komponen atau peralatan
pendukung), PT. Alstom Power ESI memproduksi Heat Recovery System Generator
(HRSG). Tahun 2012 telah diselesaikan: Rekomendasi untuk meningkatkan efisiensi
dan efektifitas Litbang untuk mendukung kemandirian industri nasional. Tahun 2013
telah dilaksanakan: Layanan Teknologi Pelaksanaan Audit Teknologi, dan Layanan
Teknologi Sistem Manajemen Proses.
BAB I- 8RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
Dalam hal penerapan manajemen energi, pada tahun 2014 telah dipasang
prototipe Sistem Informasi Managemen Energi (SIME) yang di terapkan di B2TKE,
BPPT gedung 620 Kawasan Puspiptek Serpong. Dengan adanya prototipe ini, maka
kegiatan ini telah membantu pemerintah dalam program penerapan teknologi
efisiensi energi khususnya program konservasi energi.
d. Kawasan Baron Technopark (BTP)
Pada tahap awal pengembangan“Baron Teknopark”, BPPT mendapatkan
dana hibah dari NORAD-Norwegia sebesar USD 1.180.000. Dana tersebut
dipergunakan untuk membangun gedung kontrol kelistrikan dan gedung pabrik
pengolah minyak nabati. Selain itu, dana tersebut juga digunakan untuk pengadaan
peralatan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrida (PLTH), yang terdiri atas PLT Surya
36kWp, PLT Bayu (5kW, dan 10 kW) dengan back-up PLT Diesel berbahan bakar
biofuel 25kVA dan pabrik pengolah minyak nabati dengan kapasitas 150kg/ batch.
Selain itu, BPPT juga telah melengkapi kawasan tersebut dengan peralatan
desalinasi air laut kapasitas 10 ton/ hari dan Ice maker serta cold storage.dengan
kapasitas masing-masing864 liter/hari dan Kapasitas cold storage : 24 balok dan
Shelter Cold storage. di latar belakang gedung pabrik Biofuel
Beberapa aktifitas juga telah dilaksanakan, diantaranya adalah sosialisasi
IPTEK untuk anak sekolah dan melakukan kerjasama riset dengan Mitsubishi
Research Institute–Jepang (MRI). Dalam kerjasama riset tersebut, MRI telah
menghibahkan satu unit turbin angin berkecepatan rendah “Tomono Kaze” 4kW.
Baron Technopark juga telah banyak mendapatkan kunjungan diantaranya
Departemen Fisika IPB (Bogor), Jurusan Teknik Elektro UNJ (Jakarta), Jurusan T.
Elektro Universitas Semarang, Universitas Islam Negeri Malang, SMK Negeri 26
Jakarta, SMP Al Azhar Jogja, Kementerian Transmigrasi, ESDM dan beberapa
Pemda, LSM serta Lembaga riset asing.
BAB I- 9RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
e.Layanan Jasa Teknologi Energi (PNBP)
Lingkup kegiatan pelayanan jasa teknologi yang dilakukan B2TKE adalah
sebagai berikut:
a. Bidang Teknologi Kelistrikan.1. Pengujian komponen sistem listrik tenaga fotovoltaik.2. Perencanaan potensi energi dalam wilayah tertentu.3. Pelatihan dan konsultasi masalah energi baru dan terbarukan.4. Pengujian pemakaian energi pada peralatan rumah tangga
b. Bidang Konversi Energi1. Audit energi di berbagai industri yang sarat pemakaian energi (baja, gula,
pupuk, kertas dll).2. Pelatihan dan konsultasi masalah konservasi energi di industri dan bangunan
komersial.3. Rancang bangun dan pengujian pengering hasil pertanian dan perikanan.4. Pengujian emisi cerobong industri.
Dari tahun 2010-2015, jumlah penerimaan PNBP disajikan dalam Gambar 1.1. Dari
gambar tersebut terlihat bahwa penerimaan PNBP cendereng menurun. Hal ini
disebabkan oleh berbagai factor baik factor internal maupun eksternal
Gambar 1.1 Penerimaan PNBP 2010 s/d 2015
BAB I- 10RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
1.2 Potensi dan PermasalahanAnalisis potensi dan permasalahan di lingkungan unit kerja B2TKE dilakukan
dengan melakukan identifikasi dan analisis lingkungan berpengaruh baik dari
lingkungan internal maupun eksternal sebagai dasar untuk melakukan perencanaan
strategis.
1.2.1 Potensia. Potensi Internal
Sesuai dengan hasil reorganisasi, B2TKE tetap dipimpin oleh Ka. B2TKE
setingkat eselon 2, yang berada dan bertanggung jawab langsung kepada Deputi
Kepala Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM). Struktur organisasi
B2TKE yang baru terdiri dari3 (tiga) bidang dan satu Bagian setingkat eselon -3 yaitu
: Bidang Konversi Energi, Bidang Teknologi Kelistrikan, Bidang Layanan Jasa
Teknologi dan didukung oleh Bagian Umum. Masing-masing bidang dan bagian
tersebut mempunyai tugas, fungsi dan kedudukannya bersinergi menjalankan misi
untuk mencapai visi BPPT.
Potensi B2TKE yang meliputi sumberdaya manusia, fasilitas sarana danprasarana meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. B2TKE memiliki SDM dengan tingkat pendidikan dari berbagai disiplin ilmu dan
bidang keahlian. Dari total SDM sebanyak 165 orang, tingkat pendidikan S3
sebanyak 20 orang; S2 sebanyak 40 orang, S1 sebanyak 75 orang dan S0
sebanyak 30 orang.
Gambar 1.1 SDM B2TKE Menurut Tingkat Pendidikan
30
75
40
20
Pendidikan
Strata 0
Strata 1
Strata 2
Strata 3
BAB I- 11RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
Disisi lain sebagai satuan kerja yang mempunyai kompetensi dalam bidang
litbangyasa teknologi energi, pegawai B2TKE terdistribusi dalam berbagai jenis
jabatan fungsional antara lain jabatan fungsional Perekayasa 56% , Peneliti 13%,
Teknisi Litkayasa 17%. Selain jabatan fungsional tersebut diatas, terdapat
beberapa jabatan fungsional tertentu lainnya seperti Arsiparis 1%, Pranata Humas
1%. Sedangkan untuk jabatan fungsional umum (Non Fungsional Tertentu)
sebesar 66%.
b. Kompetensi B2TKE yang spesifik dalam Audit Energi, yaitu kemampuan untuk
melakukan evaluasi secara sistematis dan obyektif terhadap penggunaan energi
di industry dan bangunan komersial dalam rangka melakukan penghematan
energi.
c. B2TKE memiliki infrastruktur berupa laboratorium, workshop dan pilot plant yang
lengkap dan maju yang terakreditasi dan tersertifikasi sesuai standar internasional
seperti Laboratorium Pengujian Emisi (LPE), Laboratorium Pengujian Komponen
dan Sistem Fotovoltaic (LPKSF), Laboratorium Peralatan Listrik Rumah Tangga
(PERMATA), Lab. Pengujian Solar Water Heater (SWH), Pilot plant PLTP 3 MW,
Pilot Plant PLTP Binary Cycle 500 kW dan Sumba Micro Smart Grid 500 kW.
1
66
13
56
110
17
Jabatan Fungsional
Arsiparis
Fungsional Umum
Peneliti
Perekayasa
Pranata Humas
Struktural
Teknisi Litkayasa
BAB I- 12RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
b. Potensi EksternalFaktor-faktor eksternal yang bisa dianggap menguntungkan dan dapat
menjadikan peluang adalah :
Telah dimulainya upaya-upaya penguasaan dan pengembangan teknologi
energi kelistrikan untuk peningkatan kemampuan daya saing industri
nasional.
Adanya komitmen pemerintah untuk melakukan pengembangan energi baru
terbarukan dan program konservasi energi.
Adanya mandatori presiden dalam upaya memenuhi kebutuhan energi di
Indonesia dalam jangka panjang, dengan menetapkan Perpres No. 5 Tahun
2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, yang berisi mandat pemenuhan
kebutuhan energi berdasarkan potensi sumberdaya energi di Indonesia,
dengan memberikan target peningkatan penggunaan energi baru (batubara,
gas alam) dan energi terbarukan (panas bumi, biofuel/bahan bakar nabati,
angin, surya dll) dari 45.6 % (2003) menjadi 80 % ke atas (2025)dan target
penurunan minyak bumi 41,7 % (2003) menjadi 20 % ke bawah (2025).
1.2.2 Permasalahana. Permasalahan Internal
Belum proporsionalnya insentif bagi pegawai dibanding beban kerjanya.
Peralatan laboratorium sebagian sudah tua (> 20tahun) sehingga perlu adnya
regenerasi dan revitalisasi alat lab.
b. Permasalahan Eksternal
Akses yang kurang memadai bagi BPPT dan B2TKE yang berlokasi di
PUSPIPTEK Serpong untuk berinteraksi dengan pemangku kepentingan di
Pusat yang berada di Jakarta.
Terbatasnya dana pengembangan/ Investasi bagi keperluan pengembangan
teknologi baik hardware dan software serta infrastruktur pendukungnya.
Pada Tahun 2015 penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) nasional yang
masih sangat rendah yaitu sekitar 3 % dari kebutuhan energi final total.
BAB I- 13RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
Penguasaan teknologi EBT yang merupakan hal penting dan menjadi syarat
utama dalam rangka peningkatan kemandirian bangsa dan daya saing
industri masih rendah.
BAB II- 1RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
BAB IITUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga pemerintah non
kementerian, maka BPPT mempunyai kewenangan penyusunan rencana nasional
secara makro yaitu: (1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang
pengkajian dan penerapan teknologi; dan (2) Pemberian rekomendasi penerapan
teknologi dan pelaksanaan audit teknologi.
Berdasarkan kondisi umum, potensi dan permasalahan yang akan dihadapi ke
depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I sebelumnya, maka BPPT telah
menetapkan visi dan misi BPPT yang akan dicapai melalui pencapaian tujuan dan
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan RPJMN 2015-2019.
Penyusunan Restra B2TKE 2015 – 2019 dilakukan dengan mempertimbangkan
lingkungan strategis dan kondisi terkini serta mengacu pada prioritas dan strategi
pembangunan yang terdapat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) 2015 – 2019 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2005 -2025 serta TUPOKSI BPPT. Secara khusus di dalam RPJPN 2005-2025
menyatakan bahwa penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek) difokuskan pada 7 (tujuh) bidang prioritas, yaitu : (i) pembangunan
ketahanan pangan, (ii) penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru danterbarukan (iii) pembangunan teknologi transportasi, (iv) penciptaan dan pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi, (v) pengembangan teknologi pertahanan, (vi)
pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan, dan (vii) pengembangan
teknologi material maju.
2.1. Tujuan B2TKEDalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi BPPT ke dalam
program-program yang mendukung pembangunan nasional dan pembangunan bidang
yang akan dilaksanakan, maka tujuan B2TKE tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut :
BAB II- 2RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
1. Meningkatkan inovasi dan layanan teknologi energi dalam mendukung
peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.
2. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan
layanan teknologi energi.
Tujuan B2TKE merupakan turunan dari tujuan strategis BPPT khusus untuk
bidang Teknologi Energi.
2.2 Sasaran KegiatanSasaran kegiatan B2TKE Tahun 2015-2019 merupakan penjabaran lebih detail
dari Tujuan B2TKE dengan indikator dan target yang terukur. Formulasi keterkaitan
antara Tujuan dan Sasaran Kegiatan B2TKE 2015-2019 adalah sebagai berikut:
a. Sasaran Kegiatan terkait Tujuan 1 adalah:
Sasaran Kegiatan 1: Terwujudnya inovasi teknologi energi untuk mendukungpeningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan 1 adalah:
i. Jumlah Inovasi Teknologi Energi yang dihasilkan,
ii. Jumlah Rekomendasi Teknologi Energi yang dimanfaatkan.
Sasaran Kegiatan 2: Terwujudnya layanan teknologi energi untuk mendukung
peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan 2 adalah:
i. Jumlah Layanan Teknologi Energi,
ii. Indeks Kepuasan Pelanggan.
b. Sasaran Kegiatan terkait Tujuan 2 adalah:
Sasaran Kegiatan 3: Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk
mendukung inovasi dan layanan teknologi energi.
BAB II- 3RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan 3 adalah:
i. Indeks Reformasi Birokrasi,
ii. Nilai evaluasi akuntabilitas kinerja.
2.3 Indikator Kinerja KegiatanDi bidang Energi, program pengkajian dan penerapan teknologi didorong untuk
mendukung sasaran strategis peningkatan inovasi dan layanan teknologi energi dalam
mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.
CASCADING IMPACT, OUTCOME DAN OUTPUT BIDANG KELISTRIKAN
12Sub output, Komponen dan Sub Komponen
Buku 1 danBuku 2RPJMN
1 unit PLTP 500 kW Binary Cycleyang beroperasi
3 buah layanan audit energi yangditerapkan di industri dan sektorkomersial
Inovasi PLTP Skalakecil Binary Cycledan Kondensing
Inovasi danLayanan
TeknologiSMART GRID
Layanan TeknologiKonservasi dan Audit Energi
Terwujudnya LayananTeknologi untuk
Peningkatan kualitaskelistrikan energi
terbarukan
Termanfaatkannyapenggunaan energiterbarukan untuk
pembangkit listrik
Kawasan BaronTechnopark
• 1 unit PLTP skala kecil 3 MWdan 1 unit 500 kW Binary Cycle
• 3 buah layanan audit energi yangditerapkan di industri dan sektorkomersial
• 230 layanan pengujian energiterbarukan
Terwujudnyapemanfaatanrekomendasiaudit energi
Termanfaatkannyapenggunaan energiterbarukan untukpembangkit listrik
Peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsadi bidang teknologi informasi, elektronika, energi, industrikimia, dan material
1.Pemanfaatan EBT untuk pembangkitlistrik
2. Pemanfaatan Layanan Teknologi untukPengujian sistem energi baru terbarukan
3. Peningkatan pemanfaatanrekomendasi audit energi
Termanfaatkanya layanan
audit energi diindustri danbangunankomersial
peningkatanefisiensienergi
nasional
Pengujian KomponenPembangkit Energi Baru
Terbarukan
Dihasilkannya inovasi danlayanan teknologi energikelistrikan
Gb. 2.1 Cascading B2TKE.
Dalam Piramida di atas, dapat dilihat bahwa sasaran strategis yang menjadi
output lembaga dalam hal peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa bidang
kelistrikan adalah terkuasainya teknologi PLTP Skala Kecil sebagai subsitusi PLTD.
BAB II- 4RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
Adapun indikator kegiatan ini adalah dihasilkan satu unit PLTP Skala Kecil kapasitas 3
MW dan satu unit PLTP Binary Cycle kapasitas 500 kW yang beroperasi.
Selain PLTP, output lembaga yang lain adalah terbangunnya dan berfungsinya
techno park Energi Terbarukan di daerah pantai Baron, Kab. Gunung Kidul, Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Indikator sasaran strategis tersebut adalah terbinanya 2
buah perusahaan berbadan hukum yang dilayani di Techno Park Kab. Gunung Kidul
dan sebanyak 4000 pengunjung eduwisata yang dilayani di Techno Park Kab. Gunung
Kidul.
Disamping itu, untuk mendukung sasaran bidang kelistrikan tersebut di atas,
dalam jangka menengah juga akan dihasilkan sebuah inovasi dan layanan teknologi
smart grid ketenaga-listrikan. Adapun indikator sasaran kegiatan tersebut adalah
didapatkannya prototipe dan standar nasional desain Smart Grid System. Disamping
menghasilkan Inovasi teknologi smart grid kelistrikan, dalam jangka menengah ini
B2TKE juga merencanakan untuk menghasilkan Inovasi Teknologi Konservasi dan
Audit Energi dengan indikator terbangunnya prototipe peralatan heat recovery system
dalam sebagai ko-generasi pembangkit listrik, Inovasi boiler vibrograte untuk PLTU
Batubara low-rank, dan rekomendasi audit energi untuk sector industri dan pembangkit
listrik.
Guna mencapai indikator sasaran strategis sebagaimana tertulis pada sasaran
strategis BPPT, maka ditentukan 4 sasaran kegiatan B2TKE, sebagaimana ditunjukkan
pada tabel berikut. Di mana 2 sasaran kegiatan merupakan kegiatan yang mendukung
sasaran strategis lembaga yang mendukung program nasional, yaitu Inovasi Teknologi
PLTP Skala Kecil dan Pengembangan Baron Techno Park. Sedangkan 2 sasaran
kegiatan lainnya merupakan sasaran program di tingkat kedeputian TIEM, yaitu
terwujudnya Inovasi dan Layanan Teknologi Smart Grid dan Teknologi Konservasi dan
Audit Energi
BAB II- 5RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
Secara singkat, hubungan antara Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan
B2TKE dapat dilihat di Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja B2TKE.
TUJUAN SASARAN KEGIATAN (SK)INDIKATOR KINERJA
KEGIATAN (IKK)
Meningkatkan
inovasi dan layanan
teknologi energi
dalam mendukung
peningkatan daya
saing dan
kemandirian bangsa
SK1) Terwujudnya inovasi
teknologi energi untuk
mendukung peningkatan daya
saing dan kemandirian bangsa
Jumlah Pilot Plant PLTP Skala
Kecil yang beroperasi
Jumlah PLT berbasis EBT yang
beroperasi di Baron Techno Park
(BTP)
Jumlah Inovasi Teknologi SMART
GRID
Jumlah Rekomendasi Teknologi
Konservasi dan Audit Energi yang
diterapkan di Industri
SK2) Terwujudnya layanan
teknologi energi untuk
mendukung peningkatan daya
saing dan kemandirian bangsa.
Jumlah Layanan Teknologi Energi
Indeks Kepuasan Pelanggan
Meningkatkan tata
kelola pemerintahan
yang baik untuk
mendukung inovasi
dan layanan
teknologi energi.
SK3) Terwujudnya tata kelola
pemerintahan yang baik untuk
mendukung inovasi dan layanan
teknologi energi
Indeks Reformasi Birokrasi
Nilai Evaluasi Akuntabilitas Kinerja
BAB II- 6RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
2.4 Layanan Teknologi Energi.
Layanan teknologi merupakan jembatan yang baik untuk implementasi hasil
inovasi dan perekayasaan teknologi kepada semua pemangku kepentingan baik
pemerintah, BUMN, swasta dan masyarakat umum. Demikian pula layanan pengujian
melalui berbagai laboratorium uji yang dimiliki juga sangat mendukung penguatan
ouctome lembaga.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-
2019 buku II, tertulis tentang pentingnya layanan perekayasaan dan teknologi didalam
sebuah bisnis. Layanan tersebut bisa berupa jasa-jasa pengujian bahan, jasa
perancangan produk dan perekayasaan, problem solving dan juga jasa pelatihan dan
pendidikan.
Salah satu strategi yang diterapkan pemerintah untuk mencapai RPJMN
tersebut adalah meningkatkan kapasitas dan pelayanan. Untuk itu dilaksanakan
peningkatan kapasitas layanan dan revitaslisasi peralatan laboratorium serta
peningkatan kualitas dan jumlah SDM yang akan di biayai dari dana pemerintah.
Berdasarkan buku RPJMN 2015-2019, B2TKE direncanakan berfungsi sebagai
fasilitas untuk karakterisasi pembakaran batubara, pengujian refrigerator, pendingin
ruangan (AC), perancangan sistem pembangkit panas surya, laboratorium kalibrasi dan
laboratorium modul surya. Untuk itu, peralatan yang telah berumur lebih dari 20 tahun
perlu direvitalisasi. target beserta biaya yang dibutuhkan untuk revitalisasi peralatan
laboratorium di B2TKE yang umurnya sudah melebihi 20 tahun. Disamping
peningkatan fasilitas di bidang teknologi energi kelistrikan perlu diadakan kegiatan
dibidang layanan teknologi konservasi dan standardisasi efisiensi penyediaan dan
penggunaan energy serta Inovasi dan Layanan Teknologi Batere mobil listrik.
Namun demikian sangat sedikit usaha Pemerintah melalui BPPT untuk
mempertahankan kualitas dan kekinian Teknologi (technology state of the arts)
perlengkapan laboratorium uji tersebut, ditandai dengan telah tuanya berbagai perlatan
dan obsoletenay sejumlah perangkat uji yang berumur lebih dari 15 tahun. Untuk itu
sangat mendesak untuk dilakukan revitalisasi dan modernisasi laboratorim. Khusus
BAB II- 7RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
pada Lab Uji Komponen PLTS PV, sudah sangata mendesak untuk memenuhi
kebutuhan public agar tersedia Lab Uji untuk pengujian dengan Stadar IEC 61215.
Pada Table di bawah ini disajikan target beserta biaya yang dibutuhkan untuk
revitalisasi peralatan laboratorium di B2TE yang umurnya sudah melebihi 20 tahun
TABEL 2.3. Jenis Jasa Pelayanan Teknologi B2TKE
SASARAN INDIKATORTARGET (OUTPUT)
OUTCOMESATUAN 2016 2017 2018 2019
Layanan Jasa
Teknologi
Konversi
Energi
Jumlah Layanan Teknologi
Pengujian Energi Baru
Terbarukan
kontrak 80 81 81 81 Terwujudnya
produk-produk
kelistrikan
tersertifikasi
sehingga mampu
menciptakan nilai
tambah peningkatan
aspek keselamatan,
penghematan energi
dan kualitas teknis di
masyarakat
Jumlah Layanan Teknologi
Pengujian Peralatan listrik RT
kontrak 10 11 11 11
Jumlah Layanan Teknologi
Pengujian Solar thermal
kontrak 1 1 1 1
Jumlah Layanan Teknologi
Konsultasi, Kajian Teknologi,
studi kelayakan, konservasi dan
Audit Energi
kontrak 9 9 9 9
Anggaran Miliar 3,3 5 5,25 5,5
BAB III- 1RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
BAB IIIARAH KEBIJAKAN STRATEGI DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN
Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri
dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, maka dalam RPJMN
2015 -2019 telah dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan.
Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA. Agenda Prioritas tersebut yang
secara langsung dapat didukung oleh BPPT khususnya B2TKE yaitu:
Nawa Cita 2 :Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
Nawa Cita 5:Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
Nawa Cita 6 :Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia
lainnya.
Nawa Cita 7 :Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor sektor strategis
ekonomi domestik.
Berdasarkan sasaran pokok Pembangunan Nasional yang sesuai dengan visi
pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan nasional 2015-2019 akan
diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup: 1). Sasaran Makro; 2).
Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat: 3). Sasaran Pembangunan Sektor
Unggulan; 4). Sasaran Dimensi Pemerataan; 5). Sasaran Pembangunan Wilayah dan
Antarwilayah; 6). Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan.
BAB III- 2RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai serta
mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang akan dihadapi
bangsa Indonesia ke depan, maka arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-
2019 adalah:
1. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan.
2. Meningkatkan Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam (SDA) yang
Berkelanjutan.
3. Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Pertumbuhan dan Pemerataan
4. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup, Mitigasi Bencana Alam dan
Penanganan Perubahan Iklim
5. Penyiapan Landasan Pembangunan yang Kokoh.
6. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Rakyat Yang
Berkeadilan
7. Mengembangkan dan Memeratakan Pembangunan Daerah
Sasaran pembangunan Iptek adalah meningkatnya kapasitas iptek yang
dijabarkan sebagai berikut:
1. Meningkatnya hasil penyelenggaraan penelitian, pengembangan dan penerapan
iptek yang mendukung daya saing sektor produksi barang dan jasa;keberlanjutan
dan pemanfaatan sumber daya alam; sertapenyiapan masyarakat Indonesia
menyongsong kehidupan global.
2. Meningkatnya dukungan bagi kegiatan iptek termasuk penyediaan SDM, sarana
prasarana, kelembagaan, jaringan.
3. Terbangunnya 100 Techno Park di kabupaten/kota, dan Science Park di setiap
provinsi.
BAB III- 3RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
3.1 Arah Kebijakan Strategi NasionalArah kebijakan dan strategi nasional khususnya mengenai peningkatan
kapasitas inovasi dan teknologi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan Litbang (Riset):Pemgembangan dan penerapan energi baru terbarukan untuk menjawab kebutuhan
nasional di sektor industri, transportasi dan rumah tangga. Didalamnya termasuk
energi dan pembangkitan listrik dari PLTP, PV, angin dan nuklir serta kegiatan
konservasi energi.
b. Layanan Perekayasaan dan Teknologi;Secara umum strateginya adalah meningkatkan kapasitas dan pelayanan. Untuk itu
akan dilaksanakan peningkatan kapasitas layanan dan revitalisasi peralatan
laboratorium serta peningkatan kualitas dan jumlah SDM yang akan dibiayai dari
dana pemerintah.
c. Layanan Infrastruktur Mutu:Mencakup standardisasi, metrologi, kalibrasi, dan pengujian mutu, dengan strategi
utama meningkatkan pengawasan SNI barang beredar di pasar domestik dan
jaminan kualitas barang ekspor. Strategi berikutnya adalah meningkatkan kapasitas
dan kemampuan semua jajaran yang tercakup dalam infrastruktur mutu yang
tersebar di berbagai kementerian/lembaga pemerintah, lembaga swasta, dan
industri.
d. Penguatan Kerjasama Swasta-Pemerintah-Perguruan Tinggi:Khususnya untuk sektor pertanian dan industri serta pengembangan entrepreneur
pemula lewat pembangunan inkubator dan modal ventura.
3.2. Arah Kebijakan dan Strategi BPPTDalam upaya mewujudkan visi dan misi dan pencapaian sasaran strategis BPPT
maka arah kebijakan BPPT pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Mendukung peningkatan daya saing industri melalui :
Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam bidang
teknologi: energi, informasi, material, transportasi, maritim, hankam, permesinan,
BAB III- 4RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
industri kimia, pangan dan pertanian ,sistim inovasi untuk pembangunan taman sains
dan tekno, dan inkubasi teknologi.
2. Mendukung kemandirian bangsa melalui :
Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam bidang
teknologi: obat dan kesehatan, energi, teknologi sumber daya alam dan kelautan,
lingkungan dan kebencanaan.
3. Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan
layanan teknologi melalui upaya-upaya inisiatif strategis yang diimplementasikan
dalam program-program BPPT yangterdiri dari :
a. Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT).
b. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya.
c. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur.
1). Strategi untuk mendukung peningkatan daya saing industriStrategi untuk mendukung peningkatan daya saing industri dilaksanakan melalui
pelaksanaan Program PPT dengan 8 sasaran program sebagai berikut :
1. Terwujudnya e-service (e-Govt & e-business) dengan teknologi KTP-
elMultiguna.
2. Terwujudnya infrastruktur bersama Data Center untuk Cloud Computing
danCertificate Authority.
3. Terwujudnya Sistem Elektronika Navigasi untuk Meningkatkan Keselamatan
Transportasi.
4. Terwujudnya infrastruktur bersama Data Center untuk Cloud Computing dan
Certificate Authority.
5. Terwujudnya inovasi & layanan teknologi untuk meningkatkan daya
saingindustri galangan kapal nasional.
6. Terwujud dan berfungsinya Science/Techno Park.
7. Terbangunnya dan berfungsinya Pusat Inovasi.
8. Berfungsinya Kawasan Inovasi Teknologi Maritim Nasional
sebagaipercontohan Pusat Inovasi.
BAB III- 5RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
2). Strategi untuk mendukung kemandirian bangsaStrategi untuk mendukung kemandirian bangsa dilaksanakan
melaluipelaksanaan Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) dengan 10
Sasaran Program sebagai berikut :
1. Terwujudnya inovasi dan layanan teknologi produksi Bahan Baku Obat (BBO)
pada perusahaan farmasi dalam negeri.
2. Terwujudnya inovasi dan layanan teknologi untuk mendukung pelaksanaan
kebijakan pembangunan industri strategis pertahanan dankeamanan.
3. Terwujudnya PLTP Skala kecil yang memanfaatkan peralatan dan komponen
produk dalam negeri secara maksimal.
4. Terwujudnya inovasi dan layanan teknologi produksi pangan berbahan baku
lokal untuk mendukung diversifikasi pangan di kabupaten percontohan.
5. Terwujudnya Inovasi teknologi pengurangan risiko bencana.
6. Terwujudnya industri yang memanfaatkan teknologi biomaterial di
dalamnegeri.
7. Diterapkannya inovasi dan layanan teknologi nanomaterial.
8. Terwujudnya industri bahan baku material untuk energi.
9. Diterapkannya inovasi dan layanan teknologi material komposit.
10.Pemanfaatan berbagai komponen perangkat keras maupun lunak TIK dan
elektronika dalam berbagai program nasional.
3). Strategi untuk meningkatnya tatakelola pemerintahan yang baik untukmendukung inovasi dan layanan teknologi
Strategi untuk meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik
untukmendukung inovasi dan layanan teknologi dilaksanakan melalui 3 program yaitu :
BAB III- 6RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
A. Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT)
Dengan sasaran programmya adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan persentase kualitas SDM perekayasa dan litkayasanasional.
2. Meningkatnya layanan inovasi yang dimanfaatkan mitra pengguna.
B. Program Dukungan dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Dengan sasaran program sebagai berikut:
1. Meningkatnya pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
2. Meningkatnya akuntabilitas kinerja.
3. Meningkatnya Kualitas Pelayanan Publik Kepada Masyarakat.
4. Tercapainya transparansi, kualitas pengawasan, dan percepatan penyelesaian
tindak lanjut hasil pengawasan dan memenuhiharapan pemangku kepentingan.
5.Tercapainya Penerapan Manajemen Risiko pada pelaksanaan
Program/Kegiatan.
C. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Dengan sasaran program :
Terwujudnya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
3.3 Arah dan Strategi B2TKEArah penyusunan program tahun 2015-2019 di B2TKE adalah mendukung
Sasaran BPPT yang mengacu renstra BPPT yaitu Pengembangan Inovasi dan Layanan
Teknologi, peningkatan kemampuan SDM, serta peningkatan fasilitas pendukungnya di
bidang energi kelistrikan, yang berbasis pada pemanfaatan konversi energi terbarukan,
dan konservasi energi yang meliputi :
Penguasaan Teknologi PLTP Skala Kecil untuk Subtitusi PLTD dan
Peningkatan TKDN.
Inovasi Teknologi Konservasi dan Audit Energi
Pengembangan Teknologi Smart Grid
Pengembangan kawasan Baron Techno Park
Layanan Jasa Teknologi berupa pengujian peralatan EBT, kelistrikan,
konsultasi dan Studi kelayakan.
BAB III- 7RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
Strategi Pelaksanaan Program B2TKE 2015 – 2019 adalah :
Program merupakan bagian dari program pembangunan nasional yang
dilaksanakan secara sinergi komplementari bersama mitra dalam sistem inovasi
nasional.
Dilaksanakan dengan sistem tatakerja kerekayasaan secara konsisten.
Melibatkan seluruh potensi sumberdaya di BPPT secara lintas unit dan lintas
kedeputian secara matriks.
Berdasarkan kepada strategi diatas, program didefinisikan sebagai kumpulan
kegiatan yang terintegrasi serta dilaksanakan secara sinergi, komplementer oleh
seluruh potensi seluruh bangsa dalam satu kerangka sistem inovasi Bidang Teknologi
Energi Kelistrikan.
Program Lembaga BPPT berupa Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT)
menghasilkan luaran dalam bentuk impact atau benefit khususnya, tetapi tidak terbatas
pada fokus kegiatan yang tencantum dalam buku 1 RPPJMN 2015-2019. Impact/benefit
tersebut merupakan hasil dari outcomes kedeputian (program Eselon 1) yang juga
merupakan output unit kerja, seperti yang termaktub dalam Buku 1 RPJMN, Buku 2 dan
lampirannya.
3.4 Struktur Organisasi dan Kerangka KelembagaanPenyesuaian Kerangka kelembagaan BPPT (struktur organisasi, ketatalaksanaan
dan pengelolaan SDM) yang digunakan untuk melaksanakan Rencana Strategis BPPT
2015 – 2019 mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Meningkatkan keterkaitan dan koordinasi pelaksanaan bidang-bidang
pembangunan yang terdapat dalam RPJMN 2015-2019, sesuai dengan fungsi dan
visi/misi BPPT;
2) Mempertajam arah kebijakan dan strategi BPPT sesuai dengan kapasitas
organisasi dan dukungan sumber daya BPPT;
BAB III- 8RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
3) Membangun struktur organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran, menghindari
duplikasi fungsi dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi BPPTdalam
melaksanakan program-program pembangunan nasional;
4) Memperjelas ketatalaksanaan dan meningkatkan profesionalitas SDM BPPT.
3.4.1 Fungsi, Struktur dan Bagan Organisasi
1) Pola Perumusan Tugas dan FungsiPola perumusan tugas dan fungsi B2TKE, diatur sebagaimana dalam perka BPPT
No. 15 Tahun 2015 sebagai berikut:
Tugas B2TKE:B2TKE mempunyai tugas melaksanakan kegiatan inovasi dan layanan teknologi
konversi energi.
Fungsi B2TKE:Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, B2TKE menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut:
a. pelayanan teknologi di bidang kelistrikan dan konversi energi;
b. pelaksanaan koordinasi dan penyusunan program dan kerjasama teknologi
kelistrikan dan konversi energi;
c. pelaksanaan pengujian, penerapan, dan penyebarluasan teknologi kelistrikan
dan konversi energi; dan
d. pelaksanaan urusan ketatausahaan, perencanaan, keuangan, sumber daya
manusia, rumah tangga, dan pelaporannya serta pengelolaan Techno Park di
bidang energi.
BAB III- 9RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
2) Struktur OrganisasiStruktur organisasi B2TKE merupakan kerangka dalam pola tetap hubungan
diantara fungsi-fungsi, unit-unit, atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang
menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda
dalam satu organisasi B2TKE. Menurut Perka BPPT No. 12 Tahun 2015, B2TKE terdiri
atas:
a. Bagian Umum;
b. Bidang Layanan Jasa Teknologi;
c. Bidang Teknologi Kelistrikan; dan
d. Bidang Konversi Energi.
3) BaganBagan struktur organisasi B2TKE digambarkan seperti bagan berikut.
BAB III- 1RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
Diagram struktur Organisasi
Gambar. 3.1 Struktur Organisasi B2TKE
BAB IV- 1RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
BAB IVTARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1 Target KinerjaDalam rangka menentukan target kinerja dan kerangka pendanaan kegiatan
di B2TKE 2015-2019, ada dokumen utama yang menjadi acuan adalah Peraturan
Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015–2019, Renstra BPPT 2015-2019 dan Renstra
Kedeputian TIEM 2015-2019.
Berdasarkan acuan di atas, kemudian dilakukan sinkronisasi dengan
kompetensi dan sumber daya di B2TKE yang selanjutnya menghasilkan 4 (empat)
Kegiatan dan target kinerja B2TKE 2015-2019 seperti terlihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Kegiatan dan Target Kinerja B2TKE 2015-2019.
NO KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET
1
Inovasi Teknologi PLTP Skala
Kecil
Beroperasinya PLTP binary cycle
100 kW
1
Beroperasinya PLTP binary cycle
500 kW
1
Beroperasinya PLTP condensing 3
MW
1
2 Inovasi Teknologi Smart Grid
Pilot Plant SCADA Smart Grid for
Smart City
1
Testing Protocol dan Pengujian
Peralatan Listrik
3
3Inovasi Teknologi Konservasi
dan Audit Energi
Rekomendasi Desain Teknologi
Kogenerasi dan atau Boiler
Vibrogate yang dimanfaatkan
Industri
1
Rekomendasi Audit Energi yang
diterapkan di industri
2
4Pengembangan Baron Techno
Park
Kunjungan Wisata edukasi IPTEK
berbasis EBT
4000
BAB IV- 2RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
NO KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET
Beroperasinya PLT berbasis EBT 2
Jumlah pelatihan dan diseminasi
teknologi
10
5Layanan Jasa Teknologi
Energi
Jumlah Layanan Pengujian
Peralatan EBT
230
Jumlah Layanan Pengujian
Peralatan Listrik Berbasis Standar
Nasional atau Internasional
20
Indeks Kepuasan Pelanggan B
6 Layanan PerkantoranIndeks Reformasi Birokrasi B
Nilai evaluasi akuntabilitas kinerja B
4.2 Kerangka PendanaanKerangka pendanaan ditujukan untuk mempertajam alokasi anggaran agar
efektif dan efisien. Melalui mekanisme penyusunan kerangka pendanaan yang
dilaksanakan yaitu dengan mempertimbangkan kegiatan dan anggaran tahun
sebelumnya, yang kemudian direview khususnya pada keberlanjutan program
terhadap agenda pembangunan dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada
output/keluaran serta komponen-komponen di bawahnya. Dengan
mempertimbangkan lingkungan strategis dan capaian pada visi dan misi maka
dilakukan review baseline yang meliputi alokasi program, kegiatan dan output serta
komponen yang berlanjut maupun yang baru; volume target pada masing-masing
tingkatan serta evaluasi terhadap output yang sudah tercapai menjadi hasil/outcome.
Perhitungan pada KPJM (Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah) yang
melalui perhitungan khususnya sampai dengan awal 2016 yang sudah dilakukan di
awal tahun baik untuk biaya operasional maupun non operasional dengan dasar
mempertimbangkan hasil kegiatan dan evaluasinya terhadap capaian kinerja yang
sudah ditetapkan. Adapun perhitungannya yaitu dengan mempertimbangkan alokasi
dari masing-masing program, yang merupakan kompilasi alokasi per kegiatan
sebagai implikasi adanya anggaran di masing-masing output, sedangkan untuk
BAB IV- 3RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
tingkat komponen merupakan hasil perhitungan volume komponen dikalikan dengan
satuan biaya dan inflasinya.
Anggaran merupakan bagian terintegrasi dari pendanaan Program dan
Kegiatan BPPT pada RPJMN 2015-2019 dalam rangka untuk mewujudkan
kemandirian bangsa, peningkatan daya saing dan pelayanan publik. Kerangka
pendanaan kegiatan B2TKE 2015-2019 disajikan pada Arsitektur Data dan Informasi
Kegiatan (ADIK) B2TKE di bawah ini.
BAB IV- 4RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 3
PROGRAM/ KEGIATAN SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARANKEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR
TARGET ALOKASI (Rp Milyar)2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Kegiatan 22 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Konversi Energi (5864) 34,05 32,28 62,16 72,37 78,65Sasaran Kegiatan 1 Terwujudnya Inovasi Teknologi PLTP Binary Cycle sd
500 KW1,87 3,60 5,0 20,0 40,00
Jumlah PLTP 100 KW yang beroperasi 1 - - - - 0,60 0,60 - - -Jumlah PLTP 500 kW yang beroperasi 1 1 1,27 2,63 1,66 5,0 -Jumlah PLTP 3 MW yang beroperasi 1 17,7 3,00 3,34 5,0 40Jumlah PLTP 5 MW yang beroperasi 1 0,00 - 10,0
Sasaran Kegiatan 2 Terwujudnya Inovasi Teknologi Smart Grid 1,5 0,73 30,5 10,0 5,00
Jumlah Inovasi Teknologi Smart Grid sebagai sistemenergi baru terbarukan
1 1 1 1 1 1,5 0,73 30,5 10,0 5,00
Sasaran Kegiatan 3 Terwujudnya Kawasan Techno Park Energi Terbarukan(Baron Techno Park)
12,1 6,19 3,5 10,0 5,00
Jumlah Pilot project teknologi sistem kelistrikan EBTdan Peningkatan jumlah wisatawan ke Baron
1 1 1 1 1 12,1 6,19 3,5 10,0 5,00
Sasaran Kegiatan 4 Terwujudnya Inovasi Teknologi Konservasi dan AuditEnergi
0,88 1,46 - 2,00 3,00
Jumlah Desain Teknologi Waste Heat Recovery Unitdan boiler yang Efisien
- 1 - 1 1 0,88 0,67 - 1,00 2,00
Jumlah Rekomendasi Audit dan Managemen Energi - - - 1 1 - 0,79 - 1,00 1,00Sasaran Kegiatan 5 Layanan Jasa Teknologi Energi (PNBP) 5,16 4,37 5,25 5,51
Jumlah Layanan Jasa Teknologi Energi (PNBP) 90 75 80 85 90 5,16 4,37 5,25 5,51Sasaran Kegiatan 6 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 0,44 - 0,28 0,33
Jumlah Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 1 - 1 1 0,44 - 0,28 0,33Sasaran Kegiatan 7 Layanan Perkantoran 12,10 18,79 24,84 29,81
Jumlah Layanan Belanja Pegawai 14 14 14 14 9,09 15,10 15,84 19,01Jumlah Layanan Belanja Operasional 12 12 12 12 3,01 3,69 9,00 10,80
BAB V- 1RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 1
BAB IV
P E N U T U P
Renstra B2TKE 2015-2019 merupakan acuan dalam menyusun program, kegiatan,
anggaran serta indikator kinerja dan target output di lingkungan B2TKE. Renstra ini
selanjutnya akan menjadi bahan acuan untuk Laporan Akuntabilitas Instansi
Pemerintah (LAKIP) B2TKE. Renstra ini juga berfungsi sebagai pedoman
bagistakeholders dan customers dalam hal perencanaan program, sumberdaya,
kelembagaanserta pengendalian dan pengawasan program agar lebih berhasil dan
berdaya guna dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi B2TKE.
Rencana strategis B2TKE merupakan cerminan dari program, kegiatan, anggaran,
indikator kinerja, dan target yang lebih operasional yang disusun dan ditindaklanjuti
dengan penyusunan Rencana Kegiatan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL)
dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
Pengukuran kinerja akan dilakukan dengan mengacu pada sistem dan prosedur
pengukuran kinerja yang telah ditetapkan oleh pimpinan BPPT dan berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku dari Pemerintah. Pelaksanaan pengukuruan
kinerja dilakukan secara berkala.