Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

62
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP Negeri 8 Magelang Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : VII/Satu Tema : Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Praaksara, Hindu-Budha dan Islam Subtema : Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Hindu-Budha Alokasi Waktu : 8 jam pelajaran (4 kali pertemuan) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaan 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi No . Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 1. 1.1 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah 1.1.1 Mengucapkan syukur atas keberadaan manusia dan

description

RPP

Transcript of Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

Page 1: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 8 Magelang

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial

Kelas/Semester : VII/Satu

Tema : Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Praaksara, Hindu-

Budha dan Islam

Subtema : Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Hindu-Budha

Alokasi Waktu : 8 jam pelajaran (4 kali pertemuan)

A. Kompetensi Inti

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,

gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaan

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian

tampak mata.

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,

merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,

menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan

sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

No

.Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

1. 1.1 Menghargai karunia Tuhan

YME yang telah menciptakan

manusia dan lingkungannya

1.1.1 Mengucapkan syukur atas keberadaan

manusia dan lingkungannya (agama).

2. 2.1 Menunjukkan perilaku santun,

peduli, dan menghargai

perbedaan pendapat dalam

interaksi sosial dengan

lingkungan dan teman sebaya

2.1.1 Menunjukkan perilaku peduli saat

melakukan kegitan pengamatan gambar

tempat ibadah,

2.1.2 Menunjukkan perilaku santun pada saat

melakukan diskusi hasil pengamatan

gambar keragaman agama.

3. 3.1 Memahami perubahan

masyarakat Indonesia pada masa

praaksara, masa Hindu Buddha

dan masa Islam dalam aspek

3.1.1 Menjelaskan secara singkat munculnya

agama Hindu-Budha di dunia,

3.1.2 Menjelaskan masuk dan berkembangnya

agama hindu-Budha di Indonesia,

Page 2: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

geografis, ekonomi, budaya,

pendidikan, dan politik.

3.1.3 Menjelaskan perkembangan kerajaan-

kerajaan Hindu-Budha di Indonesia

(Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya,

Mataram Kuno, Singasari, Majapahit)

3.1.4 Menjelaskan bentuk perubahan

masyarakat di Indonesia pada masa

Hindu-Budha (aspek geografis, ekonomi,

budaya, pendidikan, dan politik)

4. 4.2 Menyajikan hasil pengamatan

tentang hasil-hasil kebudayaan

dan fikiran masyarakat

Indonesia pada masa praaksara,

masa Hindu Buddha dan masa

Islam dalam aspek geografis,

ekonomi, budaya, dan politik

yang masih hidup dalam

masyarakat sekarang.

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat:

1. Menjelaskan secara singkat munculnya agama Hindu dan Budha di dunia,

2. Menjelaskan secara dan berkembangnya agama Hindu dan Budha di Indonesia,

3. Menjelaskan dengan singkat berkembangnya kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha di Indonesia

(Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram Kuno, Singasari, Majapahit),

4. Menjelaskan dengan singkat bentuk perubahan masyarakat di Indonesia pada masa Hindu dan

Budha pada aspek geografi, ekonomi, budaya, pendidikan dan politik,

D. Materi Pembelajaran

1. Munculnya agama Hindu dan Budha di dunia,

2. Masuk dan berkembangnya agama Hindu dan Budha di Indonesia,

3. Perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia (Kutai, Tarumanegara,

Sriwijaya, Mataram Kuno, Singasari, Majapahit),

4. Bentuk perubahan masyarakat Indonesia pada masa praaksara (aspek geografis, ekonomi,

budaya, pendidikan, dan politik)

E. Alokasi Waktu

8 X 40 Menit (4 Kali Pertemuan)

F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran

Page 3: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

1. Pendekatan : Scientific

2. Metode : Ceramah, diskusi dan penugasan

3. Model : STAD

G. Sumber Belajar

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTS.

Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif

2. Anwar, Kurnia. Buku Paket IPS Terpadu Kelas VII. 2008. Jakarta:Yudhistira

3. Sejarah Nasional Indonesia Jilid 2

4. Gambar jenis-jenis peninggalan pada masa Hindu-Budha

5. Peta Indonesia menunjukkan daerah kerajaan-kerajaan Hindu-Budha (Kutai, Sriwijaya,

Mataram Kuno, Singasari, Majapahit)

H. Media Pembelajaran

1. Media:

a. Power point kehidupan masyarakat masa praaksara, hindu-budha dan islam

b. Gambar/foto yang berkaitan dengan kerajaan-kerajaan pada masa Hindu-Budha

contonya: jenis-jenis peninggalan Hindu-Budha.

2. Alat dan bahan

a. Laptop

b. LCD

I. Langkah-langkah Pembelajaran

1. Pertemuan Ke-9

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

waktu

Pendahuluan a. Salam, doa, dan memeriksa kehadiran peserta didik,

b. Sebagai apersepsi dan motivasi, guru memperlihatkan

gambar/foto candi Borobudur dan Prambanan,

kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan, misalnya

apakah fungsi candi Borobudur dan Prambanan bagi

umat Hindu dan Budha di Indonesia ?

1. Candi borobudur

10 menit

Page 4: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

2. Candi prambanan

c. Menuliskan skema/cakupan materi pembelajaran.

Inti a. Mengamati

Siswa memperhatikan penjelasan singkat tentang kemunculan agama

Hindu-Budha di India, beserta inti ajaran-ajarannya,

b. Menanya

Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal yang

kurang dipahami,

Contoh: bagaimanakah proses terciptanya agama Hindu dan Budha di

dunia ?

c. Mengumpulkan data

Melalui diskusi kelas, dengan materi pembelajaran proses munculnya

agama Hindu-Budha di dunia, siswa diharapkan bisa saling

memberikan pertanyaan antara siswa dan siswa, maupun dengan guru,

d. Mengasosiasi

Setiap kelompok ditugaskan mengamati skema teori-teori tentang

penyebaran agama Hindu-Budha di Indonesia dan membuat

kesimpulannya, serta membuat laporan hasil diskusi kelompoknya.

e. Mengkomunikasikan

1. Masing- masing kelompok melaporkan/

mempresentasikan hasil diskusinya, dan kelompok

lain menanggapi dengan membuat pertanyaan

maksimal dua

60 menit

Page 5: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

2. Guru memberikan penguatan konsep-konsep penting

dalam bentuk lisan pada kelompok diskusi yang telah

selesai melaporkan hasil diskusinya.

Penutup 1. Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran pada hari ini,

2. Peserta didik melakukan refleksi terhadap pembelajaran

yang sudah dilakukan, manfaat apa yang dapat

diperoleh dari pembelajaran,

3. Menutup pelajaran dengan berdoa sesuai dengan agama

dan keyakinan masing-masing,

4. Salam penutup.

10 menit

2. Petemuan Ke-10

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu

Pendahuluan 1. Salam, doa, dan memeriksa kehadiran peserta didik,

2. Menyampaikan sejumlah pertanyaan tentang materi

pembelajaran sebelumnya.

10 menit

Inti a. Mengamati

Siswa memperhatikan peta Indonesia dan mendengarkan penjelasan

singkat guru tentang proses masuk dan berkembangnya agama Hindu-

Budha di Indonesia.

Peserta didik ditunjukkan gambar Letak kerajaan Kutai dan

Tarumanegara.

1. Kerajaan Kutai

60 menit

Page 6: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

2. Kerajaan Tarumanegara

b. Menanya

Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal yang

kurang dipahami, mengenai proses dan berkembangnya agama Hindu-

Budha di Indonesia.

Contoh: bagaimanakah kehidupan masyarakat pada masa kerajaan

Kutai dan kerajaan Tarumanegara

c. Mengumpulkan data

1. Siswa dibagi menjadi kelompok yang terdiri 4-5 orang,

2. Setiap kelompok diberi tugas untuk mencari informasi

materi dan membuat dua pertanyaan dari wacana

kerajaan-kerajaan (Kutai dan Tarumanegara) yang

ditelaahnya, dan menuliskannya pada laporan kelompok

3. Setiap kelompok dibagi atas beberapa topik yang

berbeda, yaitu :

Kelompok 1

Kehidupan sosial dan budaya masyarakat kerajaan

Kutai

Kelompok 2

Kehidupan ekonomi dan pendidikan masyarakat

kerajaan Kutai

Kelompok 3

Kehidupan sosial dan budaya masyarakat kerajaan

Page 7: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

Tarumanegara

Kelompok 4

Kehidupan ekonomi dan pendidikan masyarakat

kerajaan Tarumanegara

d. Mengasosiasikan

Setiap peserta didik mencatat hasil diskusi

kelompoknya

Peserta didik membuat laporan hasil diskusi

kelompoknya.

e. Mengkomunikasi

1. Masing- masing kelompok melaporkan/

mempresentasikan hasil diskusinya, dan kelompok

lain menanggapi,

2. Guru memberikan umpan balik positif dan

memberikan penguatan dalam bentuk lisan kepada

kelompok-kelompok yang telah mempresentasikan

hasil laporannya.

Penutup 1. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil

pembelajaran pada hari ini

2. Peserta didik melakukan refleksi terhadap

pembelajaran yang sudah dilakukan, manfaat apa yang

dapat diperoleh dari pembelajaran.

3. Salam penutup.

10 menit

3. Pertemuan Ke-11

Kegiatan Deskripsi Kegiatan

Pendahuluan 1. Salam, doa, dan memeriksa kehadiran peserta

didik,

2. Menyampaikan sejumlah pertanyaan tentang materi

pembelajaran sebelumnya.

Inti a. Mengamati

1. Menjelaskan secara singkat kehidupan Kerajaan

Sriwijaya dan Mataram Kuno.

2. Peserta didik ditunjukkan gambar letak kerajaan

Sriwijaya dan Mataram Kuno

Page 8: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha
Page 9: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

b.

b.

b.

b.

b.

b.

b.

Menanya

Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal yang

kurang dipahami, mengenai tayangan gambar tersebut

Contoh:

1. Kapan masa puncak kejayaan kerajaan

sriwijaya ?

2. Kenapa kerajaan Mataram Kuno dibagi

menjadi beberapa dinasti ?

c. Mengumpulkan Data

1. Siswa dibagi menjadi kelompok yang terdiri 4-5

orang,

2. Setiap kelompok diberi tugas untuk mencari

informasi materi dan membuat dua pertanyaan dari

wacana kerajaan-kerajaan (Sriwijaya dan Mataram

Kuno) yang ditelaahnya, dan menuliskannya pada

laporan kelompok

Setiap kelompok dibagi atas beberapa topik yang berbeda, yaitu :

Kelompok 1

Kehidupan sosial dan budaya masyarakat

kerajaan Sriwijaya

Kelompok 2

Kehidupan ekonomi dan pendidikan masyarakat

kerajaan Sriwijaya

Kelompok 3

Kehidupan masyarakat kerajaan Mataram Kuno

pada wangsa Sanjaya

Kelompok 4

Kehidupan masyarakat kerajaan Mataram Kuno

pada wangsa Syailendra

d. Mengasosiasikan

1. Setiap peserta didik diwajibkan memiliki catatan

hasil dari diskusi kelompoknya sendiri,

2. Setiap kelompok menyiapkan laporan hasil diskusi

Page 10: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

e. Mengkomunikasikan

1. Masing-masing ketua kelompok menyampaikan

laporan hasil diskusi yang ditanggapi oleh peserta

lainnya.

2. Guru memberikan umpan balik positif dan

penguatan dalam bentuk lisan pada kelompok-

kelompok diskusi yang telah selesai melaporkan

hasil diskusinya.

Penutup 1. siswa menyimpulkan hasil pembelajaran pada hari

ini

2. Peserta didik melakukan refleksi terhadap

pembelajaran yang sudah dilakukan, manfaat apa

yang dapat diperoleh dari pembelajaran.

3. Salam penutup.

4. Pertemuan Ke-12Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

WaktuPendahuluan 1. Salam, doa, dan memeriksa kehadiran peserta

didik,

2. Guru memberikan

3. Menyampaikan sejumlah pertanyaan tentang materi

pembelajaran sebelumnya.

10 menit

Inti a. Mengamati

Siswa memperhatikan gambar peta Indonesia dan

penjelasan singkat guru tentang kerajaan Singasari

dan Majapahit

1. Kerajaan Singasari

60 menit

Page 11: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

2. Kerajaan Majapahit

b. Menanya

Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang

materi yang kurang dipahami

a. Mengumpulkan Data

1. Siswa dibagi menjadi kelompok yang terdiri 4-5

orang,

2. Setiap kelompok diberi tugas untuk mencari

informasi materi dan membuat dua pertanyaan dari

wacana kerajaan-kerajaan (Singasari dan Majapahit)

yang ditelaahnya, dan menuliskannya pada laporan

kelompok

Setiap kelompok dibagi atas beberapa topik yang berbeda, yaitu :

Kelompok 1

Kehidupan sosial dan budaya masyarakat

kerajaan Sriwijaya

Kelompok 2

Kehidupan ekonomi dan pendidikan masyarakat

kerajaan Sriwijaya

Kelompok 3

Kehidupan masyarakat kerajaan Mataram Kuno

pada wangsa Sanjaya

Kelompok 4

Kehidupan masyarakat kerajaan Mataram Kuno

pada wangsa Syailendra

1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya

tentang hal yang kurang dipahami,

2. Setiap kelompok diberi tugas untuk mendiskusikan

bentuk-bentuk pengaruh agama Hindu-

Budha(bidang pemerintahan, agama, pendidikan,

Page 12: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

sosial, bahasa dan sastra, arsitektur )

3. Dibawah bimbingan guru, siswa memberikan

penilaian/tanggapan/komentar, dan meluruskan

kesalahan konsep.

Penutup 1. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil

pembelajaran pada hari ini

2. Peserta didik melakukan refleksi terhadap

pembelajaran yang sudah dilakukan, manfaat apa

yang dapat diperoleh dari pembelajaran.

3. Pemberian tugas untuk individual, bentuk

akulturasi kehidupan masyarakat pada masa Hindu-

Budha yang masih bertahan sampai saat ini,

analisis dari berbagai aspek (geografis, ekonomi,

budaya, pendidikan, dan politik)

4. Salam penutup.

10 menit

Page 13: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

L E M B A R P E N G A M A T A N / O B S E R V A S I D I S K U S I K E L O M P O K

Mata Pelajaran : IPSKelas / Semester : VII / 1Kompetensi Dasar : Memahami perubahan masyarakat Indonesia pada masa

praaksara, masa Hindu Buddha dan masa Islam dalam aspek geografis, ekonomi, budaya, pendidikan, dan politik.

Materi Pokok : Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Hindu-BudhaHari / tanggal pengamatan :

1. Penilaian dilakukan selama kegiatan diskusi

2. Hasil penilaian ini digunakan untuk mengetahui tingkat aktivitas peserta didik

3. Aspek yang dinilai:

1) Tanggung jawab2) Kerja sama3) Keberanian mengajukan pertanyaan4) Kemampuan menyampaikan informasi/ menjawab pertanyaan5) Menghargai pendapat orang lain

4. Keterangan Skor dan Katagori skorSkor 1 = sangat kurang Jumlah skor 1- 5 katagori tidak aktifSkor 2= kurang Jumlah skor 5-10 katagori kurang aktifSkor 3= cukup Jumlah Skor11-15 katagori cukup aktifSkor 4= baik Jumlah skor 16-20 katagori aktifSkor 5 = baik sekali Jumlah skor 21 -25 katagori sangat aktif

Berilah skor untuk setiap aspek!

NONAMA PESERTA DIDIK

ASPEK PENILAIAN JUMLAH SKOR

KATAGORI

1 2 3 4 5

1234

JUMLAH SKORRERATA SKOR

NO INDIKATOR Nilai Kualitatif

Nilai Kuantitatif

Keterangan

1. Pengantar disajikan dengan bahasa yang baik

2. Isi menunjukkan maksud dari apa yang diminta

3 Kemampuan menjabarkan alasan

Page 14: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

4 Penutup memberikan kesimpulan akhir

5 Kerapian tulisan Nilai rata-rata

KETERANGANNILAI KUALITATIF NILAI KUANTITATIFMemuaskan 4 >80Baik 3 68 – 79Cukup 2 56 – 67Kurang 1 < 55

Bukti fisik : terlampir2. Sikap spiritual

1. Teknik: Observasi

2. Bentuk Instrumen: Lembar observasi

3. Kisi-kisi:

No. Sikap/nilai Butir Instrumen

1. Mensyukuri 1

Instrumen: lihat Lampiran ...

3. Sikap sosial

1. Teknik: Observasi

2. Bentuk Instrumen: Lembar observasi

3. Kisi-kisi:

No. Sikap/nilai Butir Instrumen

1. Santun 1

2. Peduli 1

Instrumen: lihat Lampiran ...

4. Pengetahuan

a. Teknik: Tes tulis

b. Bentuk Instrumen: pilihan ganda

c. Kisi-kisi:

Page 15: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

Jenis Sekolah : Jumlah Soal :Mata Pelajaran : Bentuk Soal : Kurikulum : Penyusun :Alokasi Waktu :

Instrumen: lihat Lampiran (Kisi-Kisi Soal UTS)

No. Kompetensi Inti Kompetensi DasarKelas/

SemesterIndikator

Materi Pokok

Nomor Soal

Tingkat Kesukaran

1 2 3 4 5 6 7 8

1. 1. Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia sejak masa Hindhu Buddha sampai masa Islam

1.1 Menganalisis Pengaruh Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindu-Buddha terhadap Masyarakat di Berbagai Daerah di Indonesia

VII/1

a. Menganalisis teori tentang proses masuk dan berkembanganya agama dan kebudayaan Hindhu Buddha di kepulauan Indonesia

Teori-teori masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindhu Buddha di Indonesia 1, 6, 9

Mudah = 6, 9

Cukup = 1

Sukar = -

VII/1

b. Mendeskripsikan perkembangan agama, kebudayaan dan ajaran-ajaran Hindhu Buddha di Indonesia

Perkembangan dan pengaruh agama dan budaya Hindhu Buddha di Indonesia

2, 3, 4, 5

Mudah = 5

Cukup = 2, 3, 4

Sukar = -

VII/1

a. Menganalisis perkembangan pengaruh Hindhu Buddha dalam berbagai aspek Masyarakat Indonesia seperti politik, kepercayaan, sosial, dan budaya beserta bukti peninggalan sejarahnya

Kehidupan sosial ekonomi dan kebudayaan di Indonesia pada masa kerajaan Hindhu Buddha

Beberapa bukti peninggalan pengaruh Hindhu Buddha di Indonesia

7, 8, 10

Mudah = 8, 10

Cukup = -

Sukar = 7

VII/1

b. Mengidentifikasi perkembangan kerajaan Hindhu-Buddha di Indonesia

Mengidentifikasi perkembangan kerajaan Hindhu-Buddha di Indonesia

11, 12, 13

Mudah = 12

Cukup = 11

Sukar = 13

VII/1

c. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab runtuhnya kerajaan Hindhu Buddha

Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab runtuhnya kerajaan Hindhu Buddha

14, 15, 16, 17, 18, 19,

20

Mudah = -

Cukup = 17, 19, 20

Sukar = 14, 15, 16, 18

Page 16: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

5. Keterampilan

1. Kisi-kisi:

No. Keterampilan Teknik Bentuk instrumen Butir Instrumen

1. Mengobservasi Produk Rubrik 1

2. Diskusi Observasi Lembar observasi 2

3. Presentasi Observasi Lembar observasi 3

Instrumen: lihat Lampiran ...

Guru Praktikan IPS

Yulianto Wahyu Saputra

NIM. 3101410094

Magelang, 23 Agustus 2014

Guru Pamong IPS

Isti Faiyah, S.Pd

NIP. 195708241986032002

Mengetahui,

Kepala SMP Negeri 8 Magelang

Budi Wargana, M.Pd

NIP. 196309251986011003

Page 17: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

LAMPIRAN Penilaian

Lampiran 1. Sikap spiritual

NONama

Sikap Spiritual Sikap SosialTotal Skor

Mensyukuri Santun Peduli1-4 1-4 1-4

123

Keterangan:a. Sikap Spriritual

1) Indikator sikap spiritual “mensyukuri”:- Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran.- Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut.- Menjaga lingkungan hidup di sekolah. - Memelihara hubungan baik dengan sesama teman sekelas.

2) Rubrik pemberian skor: - 4 = jika siswa melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut.- 3 = jika siswa melakukan 3 (empat) kegiatan tersebut- 2 = jika siswa melakukan 2 (empat) kegiatan tersebut- 1 = jika siswa melakukan salah satu (empat) kegiatan tersebut

b. Sikap Sosial.1. Sikap Santun

1) Indikator sikap sosial “santun”- Tidak berkata-kata kotor dan kasar- Tidak menyela pembicaraan.- Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain- Bersikap 3S (salam, senyum, sapa)

2) Rubrik pemberian skor- 4 = jika siswa melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut.- 3 = jika siswa melakukan 3 (empat) kegiatan tersebut- 2 = jika siswa melakukan 2 (empat) kegiatan tersebut- 1 = jika siswa melakukan salah satu (empat) kegiatan tersebut

2. Sikap peduli1) Indikator sikap sosial “santun”

- Mengingatkan teman jika ada kesalahan - Selalu menjaga barang-barang milik sekolah- Tidak mencorat-coret sembarangan- Menjaga lingkungan sekolah tetap bersih dan nyaman

2) Rubrik pemberian skor- 4 = jika siswa melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut.- 3 = jika siswa melakukan 3 (empat) kegiatan tersebut- 2 = jika siswa melakukan 2 (empat) kegiatan tersebut- 1 = jika siswa melakukan salah satu (empat) kegiatan tersebut

Page 18: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

Lampiran 2.Pengetahuan

Nama :

Kelas :

Sekolah :

Pilihan Ganda

Berilah tanda silang (x)pada jawaban yang paling tepat pada huruf A, B, C, D, dan E !

1. Agama Buddha sangat menarik golongan kasta rendah, sebabnya adalah ….

a. agama Buddha disebarkan oleh tokoh dari masyarakat biasa

b. agama Buddha mengajarkan kasih sayang sesama penganut Buddha

c. agama Buddha tidak mengenal hukum karma

d. agama Buddha menjanjikan kejayaan

e. agama Buddha tidak mengenal aturan pembagian kasta

2. Berikut ini jalan kebenaran yang harus ditempuh menganut Buddha agar terlepas dari

penderitaan (samsara), kecuali ….

a. mempunyai pandangan yang benar

b. berbicara yang benar

c. bercakap yang benar

d. mempunyai nilai yang benar

e. berbuat yang benar

3. Tempat yang dipercaya untuk mensucikan diri masyarakat Agama Hindhu adalah….

a. sungai Gangga d. sungai Punjab

b. sungai Indus e. sungai Candrabaga

c. sungai Brahma Putra

4. Taman Rusa di Kota Bonares merupakan tempat suci yang berkaitan dengan Sang Buddha

sebagai tempat ….

a. Sidharta dilahirkan

b. Sidharta menerima wahyu

c. Sidharta mengajarkan ajarannya yang pertama

d. Sidharta bersemedi

e. Sidharta wafat

5. Ajaran Sidharta Gautama termuat dalam kitab suci yang disebut….

a. Tri Ratna d. Tri Pitaka

b. Tri Darma e. Tri Sula

c. Tri Murti

6. Agama Hindhu-Buddha diperkirakan telah masuk ke Indonesia pada ….

a. awal tarikh Masehi c. abad ke-4 M e. abad ke-1 SM

b. abad ke-5 M d. abad ke-3 M

7. Bukti tertua adanya pengaruh budaya India di Indonesia adalah ….

Page 19: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

a. ditemukannya arca Buddha dari perunggu di daerah Sempaga

b. terdapatnya bangunan-bangunan candi di Indonesia

c. terdapatnya kerajaan-kerajaan Hindhu di Indonesia

d. adanya warga negara Indonesia yang menganut agama Hindhu

e. ditemukannya arca Buddha di candi Borobudur

8. Sumber sejarah agama Hindhu dapat diperoleh dari kitab suci ….

a. Ramayana c. Weda e. Bharatayuda

b. Avista d. Tri Pitaka

9. Masuknya agama Hindhu Buddha ke Indonesia melalui jalur perdagangan ini adalah teori ….

a. Brahmana c. Waisya e. Sudra

b. Ksatria d. Avonturir

10. Aksara/tulisan dari India yang berkembang dan menjadi asal Jawa Kuno adalah ….

a. latin c. dewanegari e. palawa

b. sansekerta d. pramugari

11. Pembuatan taman Sri Kerta oleh Dapunta Sri Jayanegara untuk kemakmuran rakyatnya

terdapat dalam prasasti ….

a. Kedukan Bukit c. Ligor e. Kota Kapur

b. Talang Tuo d. Karang Birahi

12. Kerajaan Tarumanegara berkembang di wilayah ….

a. Jawa Tengah c. Jawa Barat e. Sumatera Selatan

b. Jawa Timur d. Kalimantan Timur

13. Sejak Raja Balaputeradewa berkuasa, Sriwijaya berkembang dengan pesat, menjalin hubungan

baik dengan kerajaan-kerajaan di India.

Hubungan tersebut bertujuan untuk ….

a. menguasai jalur perdagangan

b. meningkatkan taraf hidup sosial masyarakatnya melalui pendidikan

c. meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakatnya melalui perdagangan

d. meningkatkan pertahanan untuk menghadapi musuh

e. mempersatukan kerajaan-kerajaan sekitarnya

14. Tujuan Sriwijaya mendirikan kota Ligor tahun 775 M adalah ….

a. memperlancar pengawasan terhadap selat Malaka

b. melindungi daerah Malaka

c. menjaga perbatasan daerah Malaka

d. menghalangi penyebaran terhadap Selat Malaka

e. menguasai wilayah semenanjung Malaka

15. Pada masa kejayaan Sriwijaya, semenanjung Malaya dikuasai dan dibangun ibu kota Ligor,

tujuannya adalah ….

a. mempertahankan diri dari serangan kerajaan Funan

b. menguasai jalur perdagangan di semenanjung Malaya

c. melindungi orang-orang Sriwijaya yang menetap di sana

Page 20: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

d. memperkuat kedudukannya sebagai negara Maritim

e. untuk membalas dendam pada kerajaan Funan

16. Pada peristiwa “Pralaya” merupakan dendam Sriwijaya yang memperalat Raja Wura Wuri

menyerang Kahuripan. Seluruh punggawa kerajaan tewas kecuali ….

a. Dharmawangsa d. Mahendra

b. Mpu Sendok e. Jaya Sakti

c. Airlangga

17. Nama raja yang pernaha berkuasa di Singasari antara lain:

1. Kertanegara 4. Tohjaya

2. Ken Arok 5. Ranggawuni

3. Anusapati

Secara urut yang memerintah adalah ….

a. 2,3,4,5,1 d. 2,4,5,3,1

b. 2,4,3,1,5 e. 1,3,5,4,2

c. 2,5,4,3,1

18. Munculnya Kerajaan Singasari setelah terjadi pertarungan sengir di daerah ….

a. Tanah Terih c. Kudadu e. Tumapel

b. Ganter d. Kediri

19. Suatu tempat yang digunakan oleh penduduk Bali asli untuk menyingkir ke daerah pedalaman

dan pendatang dari Jawa tempat itu adalah ….

a. Trunyan c. Klungkung e. Gianyar

b. Buleleng d. Karangasem

20. Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada tahun 1331 M bertujuan untuk ….

a. menguasai seluruh nusantara

b. mengangkat derajatnya

c. menata sistem pemerintahan

d. membebaskan desa-desa dari pajak

e. memerintahkan peperangan

Page 21: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

Lampiran 3.Lembar penilaian ki 4 : ketrampilan

1. Lembar penilaian untuk kegiatan mengamati video/gambar tentang lingkungan alam perdesaan yang subur dan masyarakat yang harmonis.

No Nama Siswa Relevansi(1-4)

Kelengkapan(1-4)

Kebahasaan(1-4)

Jumlah skor

123

Nilai = Jumlah skor dibagi 3Keterangan :a. Kegiatan mengamati dalam hal ini dipahami sebagai cara siswa mengumpulkan informasi faktual

dengan memanfaatkan indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap dan peraba. Maka secara keseluruhan yang dinilai adalah HASIL pengamatan (berupa informasi) bukan CARA mengamati.

b. Relevansi, kelengkapan, dan kebahasaan diperlakukan sebagai indikator penilaian kegiatan mengamati. Relevansi merujuk pada ketepatan atau keterhubungan fakta yang diamati dengan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Kompetensi Dasar/Tujuan Pembelajaran (TP).

c. Kelengkapan dalam arti semakin banyak komponen fakta yang terliput atau semakin sedikit sisa (risedu) fakta yang tertinggal.

d. Kebahasaan menunjukan bagaimana siswa mendeskripsikan fakta-fakta yang dikumpulkan dalam bahasa tulis yang efektif (tata kata atau tata kalimat yang benar dan mudah dipahami).

e. Skor terentang antara 1 – 41 = kurang2 = Cukup3 = Baik4 = Amat Baik

2. Penilaian untuk kegiatan diskusi manusia dan lingkungannya.

NO NamaMengkomunikasikan

(1-4)Mendengarkan

(1-4)

Berargumentasi

(1-4)

Berkontribusi(1-4)

Jumlah skor

1 234

Nilai = jumlah skor dibagi 3Keterangan :

a. Berdiskusi : Mengacu pada ketrampilan mengolah fakta dan menalar (associating) yakni membandingkan fakta yang telah diolahnya (data) dengan konsep yang ada sehingga dapat ditarik kesimpulan dan atau ditemukannya sebuah prinsip penting. Ketrampilan berdiskusi meliputi ketrampilan mengkomunikasikan (communication Skill), mendengarkan (listening skill), ketrampilan berargumentasi (arguing skill) ,dan ketrampilan berkontribusi (contributing skill).

b. Ketrampilan mengkomunikasikan adalah kemampuan siswa untuk mengungkapkan atau menyampaikan ide atau gagasan dengan bahasa lisan yang efektif.

c. Ketrampilan mendengarkan dipahami sebagai kemampuan siswa untuk tidak menyela, memotong, atau menginterupsi pembicaraan seseorang ketika sedang mengungkapkan gagasannya.

Page 22: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

d. Kemampuan berargumentasi menunjukkan kemampuan siswa dalam mengemukakan argumentasi logis (tanpa fallacy atau sesat pikir) ketika ada pihak yang bertanya atau mempertanyakan gagasannya.

e. Kemampuan berkontribusi dimaksudkan sebagai kemampuan siswa memberikan gagasan-gagasan yang mendukung atau mengarah ke penarikan kesimpulan termasuk di dalamnya menghargai perbedaan pendapat.

f. Skor terentang antara 1 – 41 = kurang2 = Cukup3 = Baik4 = Amat Baik

3.Penilaian presentasi hasil diskusi

No Nama Menjelaskan(1-4)

Memvisualkan(1-4)

Merespon(1-4)

Jumlah skor

1234

Nilai= Jumlah skor dibagi 3a. Presentasi menunjuk pada kemampuan siswa untuk menyajikan hasil temuannya mulai

dari kegiatan mengamati, menanya, uji coba (mencoba), dan mengasosiasi sampai pada kesimpulan. Presentasi terdiri atas 3 aspek penilaian yakni ketrampilan menjelaskan, memvisualisasikan, dan merespon atau memberi tanggapan.

b. Ketrampilan menjelaskan adalah kemampuan menyampaikan hasil observasi dan diskusi secara meyakinkan.

c. Ketrampilan memvisualisasikan berkaitan dengan kemampuan siswa untuk membuat atau mengemas informasi seunik mungkin, semenarik mungkin, atau sekreatif mungkin.

d. Ketrampilan merespon adalah kemampuan siswa menyampaikan tanggapan atas pertanyaan, bantahan, sanggahan dari pihak lain secara empatik.

e. Skor terentang antara 1 – 41 = Kurang2 = Cukup3 = Baik4 = Amat Baik

Page 23: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

LAMPIRAN Materi

PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DAN BUDHA

1. Agama dan Kebudayaan Hindu di India

India sebagai anak benua di Asia memiliki peradaban yang sangat tua. Semula India dihunioleh bangsa Dravida. Dalam perkembangan selanjutnya hadir di India penduduk yangberasal dari Asia Tengah yang kemudian dikenal bangsa Arya sekitar tahun 1500 SM, memasuki lembah sungai Indus di India. Bangsa Arya berhasil mendesak bangsa Dravida.serta membawa perubahan yang sangat besar dalam tata kehidupan masyarakat di India.Bangsa Arya memasuki lembah Indus secara bergelombang, bergerak dan menyebar ke arah tenggara dan memasuki daerah lembah sungai Gangga dan Yamuna. Di Punjab, (daerah lembah sungai Indus) Bangsa Arya dapat mempertahankan kemurnian keturunannya. Sedangkan yang berada di lembah Gangga dan Yamuna berintegrasi dengan bangsa Dravida yang merupakan penduduk asli. Terjadilah percampuran perkawinan di antara bangsa Arya dan Dravida. Proses integrasi antara dengan penduduk asli di India termasuk juga antara agama atau kepercayaannya bercampur pula. Akhirnya lahirlah agama dan kebudayaan Hindu. Jadi dapat dijelaskan bahwa agama Hindu merupakan sinkretisme (percampuran) antara kepercayaan bangsa Arya dengan kepercayaan bangsa Dravida. Bangsa Arya yang berasal dari Asia Tengah pada tahun1500 SM, sudah memasuki lembah sungai Indus di India. Bangsa Arya berhasil mendesak bangsa Dravida, serta membawa perubahan yang sangat besar dalam tata kehidupan masyarakat di India. Bangsa Arya memasuki lembah Indus secara bergelombang, bergerak dan menyebar ke arah tenggara dan memasuki daerah lembah sungai Gangga dan Yamuna. Di Punjab, (daerah lembah sungai Indus) Bangsa Arya dapat mempertahankan kemurnian keturunannya. Sedangkan yang berada di lembah Gangga dan Yamuna berintegrasi dengan bangsa Dravida yang merupakan penduduk asli. Terjadilah percampuran perkawinan di antara bangsa Arya dan Dravida setelah terjadi percampuran dengan penduduk asli di India, agama atau kepercayaannya bercampur pula. Akhirnya lahirlah agama dan kebudayaan Hindu. Jadi dapat dijelaskan bahwa agama Hindu merupakan sinkretisme (percampuran) antara kepercayaan bangsa Arya dengan kepercayaan bangsa Dravida.

Sumber ajaran agama Hindu terdapat pada kitab suci Weda, Brahmana dan Upanisad. Kitab Weda ini dituliskan dalam empat bagian, yaitu :

a. Reg-Weda, berisi puji-pujian terhadap dewa.b. Sama-Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci yang slokanya diambil dari Reg Wedac. Yayur-Weda, berisi penjelasan tentang sloka-sloka yang diambil dari Reg-Wedad. Atharwa-Weda, berisi doa-doa untuk pengobatan (mantra- mantra)

Dewa-dewa utama yang dipuja dalam agama Hindu adalah Trimurti (kesatuan dari tiga dewa) . Tiga berbadan satu atau satu berbadan tiga yaitu:

a. Dewa Brahma, tugas menciptakan alam semestab. Dewa Wisnu, dewa pemeliharaan alam semestac. Dewa Syiwa, dewa yang menguasai kematian atau pelebur.

Pemujaan terhadap Trimurti, dalam perkembangannya bobotnya berbeda beda. Pada masyarakat yang lebih menekankan pemujaan pada dewa Brahma disebut menganut aliran Brahmanisme, menekankan pemujaan pada dewa Wisnu disebut Vaisnawa, sedang yang memuja Syiwa disebut aliran Syiwaisme.

Page 24: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

Agama Hindu mengajarkan bahwa dalam kehidupan di dunia, manusia dalam keadaan samsara (punarbawa) sebagai akibat dari perbuatan pada masa sebelumnya (karma). Manusia yang meninggal akan ber-reinkarnasi (lahir kembali), sehingga mempunyai kesempatan untuk memperbaiki hidup. Setelah mencapai moksa (lepas dari samsara dan masuk nirwana/ surga) manusia tidak mengalami reinkarnasi.

Corak kehidupan masyarakat Hindu dibedakan atas empat kasta atau kelas yaitu dari kasta yang paling tinggi sampai kasta yang rendah, sebagai berikut :

Kasta Brahmana : terdiri atas para pemimpin agama atau pendetaKasta Ksatria : terdiri atas para bangsawan, raja dan keturunannya serta prajurit

pemerintahan.Kasta Waisya : terdiri atas para pengusaha dan pedagangKasta Sudra : terdiri atas para petani, pekerja kasar.

Masih terdapat kelompok yang paling rendah, yakni Paria yang terdiri atas orang-orang gelandangan, yang bertugas memukul “bedug” di kuil (bedug yang terbuat dari kulit lembu sehingga mereka dianggap sebagai kelompok yang hina atau orang yang haram untuk disentuh).

2. Agama Budha di India.

Selain Agama Hindu, di India juga lahir agama Budha. Kelahiran agama Budha ini merupakan reaksi terhadap agama Hindu dengan adanya ritual melalui kurban. Dengan adanya kurban itu berarti terjadi pembunuhan terhadap binatang yang dijadikan upacara. Kelompok masyarakat yang dipelopori oleh Sidharta tidak setuju dengan kurban itu. Mereka justru menentang adanya kurban dengan sebutan ahimsa (dilarang membunuh)

Munculnya agama Budha di India, dipelopori oleh Sidharta Gautama. Yang lahir pada tahun 563 SM, beliau putra dari Raja Sudodana dari kerajaan Kosala di Kapilawastu. Mereka berasal dari suku Suku Sakya, termasuk kasta Ksatria. Ibunya bernama Maya. Sidharta diramal oleh seorang Brahmana, bahwa kelak akan menjadi pendeta besar dan termasyhur. Ramalan ini membuat cemas keluarga istana, sebab ayahnya berharap agar Sidharta kelak menjadi raja.

Sidharta sejak kecil dididik dalam kemewahan istana, tidak diperbolehkan melihat hal-hal yang tidak menyenangkan. Pada suatu hari tanpa sepengetahuan keluarga istana, Sidharta berjalan-jalan keluar istana dan melihat kenyataan hidup manusia. Anak-anak sakit, orang tua yang sakit dan meninggal dunia. Hal ini menjadikan kecemasan Sidharta, apakah semua orang mengalami seperti ini? Jadi hidup adalah penderitaan.

Sidharta bertekad untuk menjadi pertapa agar menemukan jawaban dari segala sesuatunya. Pergi meninggalkan istana untuk mencari kebahagiaan batinnya, menuju ke tengah hutan di Bodh Gaya. Ia bertapa di bawah pohon dan mendapatkan bodhi, yaitu semacam penerangan atau kesadaran yang sempurna. Pohon itu dikenal sebagai pohon Bodhi. Sejak peristiwa pada tahun 531 SM itu, dalam usianya 35 tahun Sidharta Gautama dikenal sebagai Sang Budha (artinya yang disinari).Dalam ajaran Budha manusia akan lahir berkali-kali (reinkarnasi), hidup adalah samsara. Samsara disebabkan karena adanya hasrat atau nafsu akan kehidupan. Penderitaan dapat dihentikan dengan cara menindas nafsu melalui delapan jalan (astavidha) yaitu :a. Mempunyai pemandangan (ajaran) yang benar.b. Mempunyai niat atau sikap yang benar.c. Berbicara yang benar.d. Berbuat atau bertingkah laku yang benar.e. Mempunyai penghidupan yang benar.f. Berusaha yang benar.g. Memperhatikan hal-hal yang benar danh. Bersemedi yang benar.

Kitab suci agama Budha disebut Tripitaka (tiga keranjang), yang terdiri atas : Winayapitaka, Sutrantapitaka dan Abdidarmapitaka. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Pali. Agama Budha mencapai puncak kejayaannya pada jaman kekuasaan Raja Ashoka (273 –232 SM), di mana agama

Page 25: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

Budha ditetapkan sebagai agama resmi negara. Dalam perkembangannya agama Budha pecah menjadi dua aliran, yaitu :a. Budha Mahayana (kendaraan besar), artinya jika seorang telah dapat mencapai nirwana, hendaklah

memikirkan orang lain yang masih dalam kegelapan (bersifat terbuka).b. Budha Therawadha atau Budha Hinayana (kendaraan kecil), artinya yang penting bagaimana

setiap individu dapat mencapai nirwana bagi diri sendiri (bersifat tertutup).

Para pengikut Budha juga memiliki tempat-tempat yang mereka sucikan. Tempat-tempat itu berkaitan dengan sejarah kelahiran dan perkembangan agama Budha. Tempat-tempat suci agama Budha sebagai berikut :a. Taman Lumbini di Kapilawastu, tempat kelahiran Sang Budha. Sang Budha Lahir pada tahun 563

SM.b. Bodh-Gaya, tempat Sang Budha mendapat penerangan, kesadaran tinggi atau bodhi.c. Sarnath di dekat-Benares, tempat Sang Budha pertama kali memberikan kotbah ajarannya.d. Kusinagara, tempat Sang Budha wafat pada tahun 482 SM.

Umat Budha merayakan Hari Raya Triwaisak, yang merupakan peringatan kelahiran, menerima Budhi dan wafatnya Sang Budha, pada waktu yang bersamaan dengan saat bulan purnama pada bulan Mei.

PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA SERTA KEBUDAYAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA

Beberapa teori mengenai proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia antara lain sebagai berikut:a. Teori BrahmanaPenguasa-penguasa wilayah Nusantara ingin mendapat status terhormat di mata tamu-tamunya, yaitu para pedagang asing dari India dan Cina. Mereka kemudian mengundang para Brahmana dari India. Sebagian dari mereka kemudian memutuskan untuk memeluk agama Hindu agar memperoleh penetapan sebagai kasta kesatria melalui upacara wratyastoma yang harus diselenggarakan oleh seorang brahmana.b. Teori KesatriaAgama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia akibat pengaruh para bangsawan. Teori ini dikemukakan F.D.K. Bosch yang beranggapan bahwa telah terjadi kolonisasi oleh orang-orang India. Daerah koloni ini menjadi pusat penyebaran budaya India. Bahkan ada yang berpendapat bahwa kolonisasi yang terjadi disertai penaklukan melalui perang. Pemegang peranan terhadap proses masuknya kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia adalah golongan prajurit atau kasta kesatria.c. Teori WaisyaMenurutnya N.J. Krom, golongan kesatria bukan merupakan golongan terbesar di antara orang-orang India yang datang ke Indonesia. Krom berpendapat bahwa masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia karena peranan kepada kasta waisya (pedagang). Mereka menetap di Indonesia kemudian menyebarkan kebudayaan India melalui hubungan dengan penguasa di Indonesia. Krom mengisyaratkan telah terjadi perkawinan antara pedagang India dan penduduk asli Indonesia.d. Teori Arus BalikTeori arus balik dikemukakan oleh van Leur. Menurutnya, orang Indonesia juga memiliki peran dalam proses masuknya kebudayaan India. Para pedagang dari Indonesia, datang sendiri ke India karena penasaran dengan kebudayaan tersebut. Mereka menetap di India selama beberapa waktu kemudian pulang kembali dengan membawa kebudayaan India dan menyebarkannya. Teori ini disebut teori arus balik.

Beberapa pengaruh Hindu-Buddha di antaranya sebagai berikut:a. Bidang Bahasa dan AksaraDengan datangnya pengaruh budaya India maka dipergunakan bahasa dari India, terutama bahasa Sanskerta dan Pali. Walaupun demikian, tidak berarti bahwa bahasa Nusantara menjadi tersisih dan punah. Bahasa Jawa Kuno dan bahasa Melayu Kuno tetap dipakai, bahkan nantinya diperkaya dengan istilah-istilah dari bahasa Sanskerta. Dalam bidang aksara, penduduk Nusantara mulai melek aksara dengan dikenalnya aksara Pallawa dan Nagari (atau disebut juga Siddham). Dalam perkembangannya, para empu Nusantara menciptakan aksara baru yang disebut aksara Kawi (ada juga yang menyebutnya aksara Jawa Kuno).b. Bidang Teknologi Bangunan

Page 26: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

Sebelum datangnya pengaruh budaya India, masyarakat Nusantara membangun monumen punden berundak sebagai sarana untuk pemujaan kepada roh nenek moyang. Pemujaan kepada dewa/Bodisatwa di Nusantara digunakan teknologi pembuatan bangunan suci yang disebut candi, petirtaan, dan stupa. Mula-mula bangunan candi sebagai tempat pemujaan kepada dewa dibangun sesuai dengan aturan dalam Kitab Silpasastra, bangunan utama berada di tengah-tengah percandian. Tetapi ketika pemujaan kepada leluhur tampil kembali dalam kepercayaan, bentuk candi pun menyesuaikan diri, kembali ke bangunan punden berundak, bangunan utama berada di bagian belakang dan bangunan candi terlihat bertingkat-tingkat. Hal ini terlihat pada bangunan candi di Jawa Timur. Bangunan candi mengalami persesuaian dengan bangunan punden berundak.

c. Bidang AgamaSebelum mendapat pengaruh agama-agama dari India, penduduk Nusantara telah memiliki kepercayaan animisme, dinamisme, animatisme, totemisme, dan fetisisme. Dengan masuknya budaya India, penduduk Nusantara secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Buddha, diawali oleh lapisan elite para datu dan keluarganya. Walaupun demikian, lapisan bawah terutama di pedesaan masih banyak yang tetap menganut kepercayaan asli berupa pemujaan kepada nenek moyang.d. Bidang SeniPengaruh agama Hindu-Buddha juga terjadi di bidang seni. Misalnya dalam seni arca, relief, sastra, musik, dan wayang. Berikut beberapa contoh pengaruh dalam bidang seni:1) ArcaBangsa Indonesia belajar membuat arca dewa dari budaya India. Arca Nusantara yang sederhana dikembangkan menjadi seni arca yang secara kualitas lebih baik, tetapi arca yang tampil adalah arca dewa/perwujudan raja yang hidup. Pembuatan arca yang dinamis ini berlangsung sampai dengan zaman Tumapel-Singasari. Sejak zaman Tumapel-Singasari sampai zaman Majapahit, arca Nusantara sudah tampil beda, kaku seperti mayat. Tahapan ini menandai tampilnya kembali seni arca prasejarah berkaitan dengan pemujaan para leluhur. Terjadilah akulturasi seni arca, arca dari para dewa tetapi dengan penampilan kaku seperti mayat karena sekaligus menggambarkan leluhur yang sudah di alam surga.2) ReliefDengan datangnya pengaruh seni relief dari India, relief yang terpahat pada candi-candi tampil sebagai relief tinggi yang khas Nusantara, menggambarkan suasana Nusantara (bukan gambaran versi India). Sejak zaman Tumapel-Singasari tampil gaya yang berbeda yaitu lebih menampilkan seni relief Nusantara asli, yaitu relief wayang yang dipahat sebagai relief rendah.3) MusikSebelum kedatangan pengaruh India bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi musik yang tinggi. Pada saat itu alat musik yang berkembang antara lain nekara, kendang, kecer, dan kemanak. Masuknya pengaruh India menyebabkan penambahan beberapa alat musik, di antaranya vina (gitar bersenar tiga) dan harpa.4) WayangBudaya India juga berpengaruh pada wayang. Wayang dan musiknya (gamelan) merupakan kebudayaan asli dari Nusantara berkaitan dengan pemujaan kepada roh para leluhur. Namun, budaya India memperkaya wayang dengan menyumbangkan beragam cerita, yaitu dari epos Mahabharata dan Ramayana. Jadi, wayang dan gamelannya merupakan asli Nusantara sementara cerita yang dimainkannya berasal dari India. Dalam wayang terdapat pula aspek politik, yaitu penyampaian kritik-kritik sosial. Wayang dapat juga digunakan sebagai wadah penyampaian hal-hal baru yang tidak dapat diberikan secara langsung.e. Bidang SastraSebelum masuknya pengaruh India, sastra Nusantara berupa sastra lisan. Dengan masuknya pengaruh sastra dari India, sejak zaman Mataram sampai dengan zaman Majapahit awal dikenal sastra tembang yang disebut kakawin (ka-kawi-an). Memasuki zaman Majapahit pertengahan irama kakawin digeser oleh irama kidung.f. Bidang Penanggalan atau KalenderSebelum datangnya pengaruh budaya dari India, Nusantara sudah mengenal kalender dengan perhitungan satu pekan terdiri atas 5 dan 7 hari dipakai bersama, setahun dibagi atas 10 bulan serta perhitungan pawukon. Dengan datangnya kalender versi India, kedua kalender ini dipadukan menjadi kalender Saka yang dilengkapi dengan hari pasaran (Pon, Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing), serta wuku dan paringkelan.

Page 27: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

PERKEMBANGAN KERAJAAN-KERAJAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA DAN PENINGGALAN SEJARAHNYA.

KERAJAAN KUTAI

Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Kutai Kerajaan kutai adalah kerajaan (Hindu) tertua di Indonesia Kerajaan ini terletak ditepi sungai Mahakam di Muarakaman,Kalimantan Timur, dekat

kota Tenggarong. Diperkirakan Kerajaan Kutai berdiri pada abad 4 M prasasti tersebut didirikan oleh Raja

Mulawarman. Bukti sejarah tentang kerajaan Kutai adalah ditemukannya tujuh prasasti yang

berbentuk yupa (tiang batu) tulisan yupa itu menggunakan huruf pallawa dan bahasa sansekerta.

Adapun isi prasati tersebut menyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia mempunyai seorang putra bernama Asawarman yang disebut sebagai wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah meninggal, Asawarman digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama Asawarman dan nama-nama raja pada generasi berikutnya menunjukkan telah masuknya pengaruh ajaran Hindu dalam kerajaan Kutai dan hal tersebut membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli yang telah memeluk agama Hindu.

Perkembangan Letak geografis Kerajaan Kutai yang berada menjorok ke daerah pedalaman,

menyebabkan Kutai menjadi tempat yang menarik sebagai persinggahan bagi para pedagang dari Cina dan India.

Hal inilah yang menyebabkan pengaruh Hindu masuk ke Kutai, serta membuat kegiatan perdagangan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai

Masa Kejayaan Kerajaan KutaiMasa kejayaan Kerajaaan Kutai berada pada massa pemerintahan Raja Mulawarman.

Hal ini dibuktikan dengan pemberian sedekah kepada kaum Brahmana berupa 20.000 ekor sapi. Jumlah 20.000 ekor sapi ini membuktikan bahwa pada masa itu kerajaan Kutai telah mempunyai kehidupan yang makmur dan telah mencapai massa kejayaannya.

Kehidupan EkonomiKerajaan Kutai terletak di Tepi Sungai, mendorong masyarakatnya mengembangkan

pertanian. Selain pertanian, mereka banyak melakukan kegiatan perdagangan.Kehidupan ekonomi di Kutai, tidak diketahui secara pasti, kecuali disebutkan dalam

salah satu prasasti bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas dan tidak menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan Brahmana.

Kehidupan Politik Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja terbesar

Kutai adalah Mulawarman, putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga.

Dalam yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai Dewa Ansuman/Dewa Matahari dan dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja. Hal ini berarti Asmawarman sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri keluarga atau dinasti dalam agama Hindu.

Kehidupan Budaya

Page 28: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

Dalam kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama Hindu) yang disebut Vratyastoma.

Hasil – Hasil Kebudayaan Kerajaan Kutai

No. Hasil Budaya Tahun Keterangan

1. Prasasti Yupa Abad ke -4

Isi dari Prasasti Yupa:1. Raja yang memerintah Mulawarman

anak Aswawarman cucu Kudungga.2. Raja Mulawarman menghadiahkan

1000 lembu kepada kaum Brahmana.3. Aswawarman adalah wangsakerta

(pendiri dinasti),4. Menyebut tempat suci dengan nama

waprakeswara (tempat pemujaan dewa Syiwa).

2. Yupa Abad ke-4Tempat untuk menambatkan hewan qurban, yang dipersembahkan kepada dewa.

3. Arca Ganesa -Ditemukan di Serwak, Sepauk, dan digunakan untuk alat dagang.

4. Arca Budha - Ditemukan dibangun dan sebagai alat dagang.

Yupa Sebab – Sebab Berakhirnya Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.

Page 29: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

Peta Kerajaan Kutai

KERAJAAN TARUMANEGARA

Latar Belakang Kerajaan Tarumanegara Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di

wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan

catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.

Kata tarumanagara berasal dari kata taruma dan nagara. Nagara artinya kerajaan atau negara sedangkan taruma berasal dari kata tarum yang merupakan nama sungai yang membelah Jawa Barat yaitu Citarum.

Pada muara Citarum ditemukan percandian yang luas yaitu Percandian Batujaya dan Percandian Cibuaya yang diduga merupakan peradaban peninggalan Kerajaan Taruma.

Perkembangan Tarumanagara merupakan salah satu kerajaan besar yang beraliran Hindu wisnu. Kadang

kerajaan ini sering juga disebut dengan nama kerajaan Taruma. Letaknya ada di sekitar pesisir sungai Cisadane dan Ciliwung yag berkuasa pada abad ke 4 hingga abad ke 7 masehi.

Selain kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, Tarumanagara adalah salah satu kerajaan tertua di nusantara yang meninggalkan catatan-catatan sejarah. Seperti prasasti maupun artefak lainnya.

Sebenarnya keberadaan kerajaan ini masih terjadi simpang siur. Karena keterbatasan bahan bukti yag ditemukan. Akan tetapi sedikitnya bukti-bukti sejarah itu tak membuat para sejarawan menyerah untuk memetakan dimanakah letak kerajaan tarumanagara.

Bukti keberadaan kerajaan Taruma diketahui dari sumber-sumber yang antara lain adalah tujuh buah prasasti yang ditemukan empat di bogor, satu di Jakarta, dan satu di Lebak

Page 30: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M – 382 M. 

Untuk mengetahui letak dimana kerajaan ini berdiri, mari kita lihat prasasti Tugu peninggalan raja Purnawarman, disebutkan bahwa sang Raja Purnawarman telah menggali sebuah sungai bernama Candrabhaga yang melalui keratin. Dari kata Candrabhaga, Prof. Poerbotjakoro membuat tafsiran bahwa Candrabhaga tidak lain adalah bekasi. Candra berarti bulan atau sasih. Candrabhaga adalah bahasa sansakerta yang susunannya tidak berdasarkan hokum D-M. Kalau disusun berdasarkan hokum D-M, susunannya harus bhagacandra. Candra adalah bulan atau sasih. Jadi bhagacandra berubah menjadi bagasasih, kemudian berubah lagi menjadi bagasi, lalu bekasi (Purbotjakoro, 1952: 12-14). Karena keraton itu dilalui sungai candrabhaga, mungkin sekali bahwa keraton itu letaknya di daerah Bekasi sekarang. 

Raja – Raja yang Berkuasa Jayasingawarman 358-382 Dharmayawarman 382-395 Purnawarman 395-434 Wisnuwarman 434-455 Indrawarman 455-515 Candrawarman 515-535 Suryawarman 535-561 Kertawarman 561-628 Sudhawarman 628-639 Hariwangsawarman 639-640 Nagajayawarman 640-666 Linggawarman 666-669

Masa Kejayaan Kerajaan TarumanegaraRaja Purnawarman telah memerintah untuk menggali satu saluran air. Penggalian

saluran air ini sangat besar artinya, karena merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat. Hasil pertanian tersebut memajukan perekonomian.

Kehidupan PolitikRaja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan

rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang menyatakan raja Purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya, karena pembuatan kali ini merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.

Kehidupan SosialKehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya

raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.

Kehidupan EkonomiPrasasti tugu menyatakan bahwavraja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk

membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar nagi masyarakat, Karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir serta sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan antardaerah di Kerajaan Tarumanegara dengan dunia luar. Juga perdagangan dengan daera-daerah di sekitarnya. Akibatnya, kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Tarumanegara sudah berjalan teratur.

Page 31: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

Kehidupan BudayaDilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang ditemukan

sebagai bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan Tarumanegara.

Sumber Sejarah Sumber-sumber dari luar negeri semuanya berasal dari berita Tiongkok.

1. Berita Fa Hien,Tahun 414M dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi menceritakan bahwa di Ye-po-

ti ("Jawadwipa") hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu dan "beragama kotor" (maksudnya animisme).2. Berita Dinasti Sui,

Menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To-lo-mo ("Taruma") yang terletak di sebelah selatan.3. Berita Dinasti Tang,

Juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusan dari To-lo-mo.Dari tiga berita di atas para ahli menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara fonetis

penyesuaian kata-katanya sama dengan Tarumanegara.Maka berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat

diketahui beberapa aspek kehidupan tentang Taruma.Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M.

Berdasarkan prasasti-prasasti tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut prasasti Tugu, meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.

 Prasasti Kerajaan Tarumanagara1. Prasasti Ciaruteum / Ciampea

Prasasti ini di temukan di daerah Ciampea, Bogor. Teppatnya di tepi sungai CiaruteunDi atas tulisan Prasasti itu ada lukisan laba – laba dan telapak kaki. Tulisannya sendiri berupa uisi/ sajak empat baris bunyinya:“ Ini bekas dua kaki, seperti kaki dewa Wisnu. Ialah kaki yang mulia purnawarma, raja di negeri Taruma. Raja yang gagah berani di dunia”

Dari Prasasti tersebut kita bisa tahu bahwa di daerah tersebut berdiri kerajaan taruma. Rajanya Purnawarman, menganut Hindu / pemuja Dewa Wisnu. Dia juga gagah berani

2. Prasati Jambu / Pasir KolengkakPrasasti ini di temukan di bukit pasir Kolengkak. Daerah tersebut termasuk perkebunan

jambu terletak 30 Km di sebelah barat BogorTulisan dalam Prasasti ini sebagai berikut:“ Sri Purnawarman adalah seorang pemimpin yang tiada taranya. Baginda terkenal gagah berani, jujur dan setia menjalankan tugas. Baginda memerintah di Tarumanegara. Baginda memakai Warman, baju Zirah yang tak dapat di tembus senjata musuh. Ini adalah sepasang kaki. baginda selalu berhasil menggempur kota – kota musuh. Baginda hormat kepada para pangeran. Namun baginda sangat di takuti oleh musuh – musuh baginda”.

Dari Prasasti diatas kita dapat keterangn bahwa Purnawarman suka memakai Warman (baju Zirah/Besi) yang tidak dapat di tembus senjata. Dari itu juga kita tahu dia sering berperang dan menggempur kota – kota musuhnya

3. Prasasti Kebon Kopi Prasasti ini di temukan di kampung Muara Hilir Cibitung Bulang (Bogor) tak banyak

yang di ungkapkan dalam Prasasti ini hanya berupa sepasang telapak kaki (seperti kaki gajah). Tulisan yang ada hanya menyebutkan bahwa itu telapak kaki gajah penguasa Taruma

Page 32: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

4. Prasasti Pasir AwiPrasasti ini di temukan di daerah Pasir Awi, Bogor. Pada Prasasti ini juga ada gambar

telapak kaki, Prasasti ini di tulis dengan huruf ikal yang belum dapat diartikan

5. Prasasti Muara CiantenPrasasti ini di temukan di muara Cianten Bogor, seperti Prasasti lain, Prasasti ini juga

terdapat telapak kaki. Sayang tulisannya belum dapat di artikan sebab tulisannya dalam huruf ikal sehingga tidak banyak yang di ketahui tentang isinya

6. Prasasti TuguDi temukan di daerah Cilincing DKI Jakarta atau di tugu. Prasasti ini adalah Prasasti

terpanjang dan terpenting dari Tarumanegara. Sekarang Prasasti itu ada di museum Nasional Prasasti itu banyak memuat keterangan kira – kira sebagai berikut:“ Dulu kali Candrabagha di gali Purnawarman, Maharaja yang mulia yang mempunyai lengan kencang dan kuat. Setelah sampai ke istana, kali di alirkan ke laut. Istana kerajaan baginda termashur. Kemudian baginda menitahkan lagi menggali sebuah kali. Kali ini sangat indah dan jernih. Kali ini di sebut kali gomati. Kali ini mengalir melalui kediaman nenekanda Purnawarman. Kali Gomati, (galian itu ) 6.122 tumbak panjangnya pekerjaan ini di mulai pada hari baik, tanggal 8 paro petang bulan phalguna dan di sudahi pada hari tanggal ke 13 paro terang bulan Caitra, jadi hanya 21 saja untuk itu diadakan selamatan yang di laksanakan oleh para Brahmana. Untuk selamatan itu Purnawarman menghadiahkan 1.000 ekor sapi”.

Dari keterangan tersebut dapat di simpulkan Purnawarman pernah memerintah penggalian kali Candrabagha lalu kali Gomati. Panjang galian itu 6.122 tumbak (12 Km) pekerjaan itu di mulai pada hari baik tanggal 8 paro petang bulan Phalguna dan di sudahi pada hari tanggal 13 paro petang Bulan Carita, jadi hanya 21 saja selametan baginda di lakukan brahmana di sertai 1.000 sapi yang di hadiahkanPembuatan galian tersebut yang jelas untuk pengairan sawah dan pengantisipasi banjir.

Dari sini kita lihat Purnawarman raja yang memperhatikan kesejahteraan rakyat. Penggalian ini juga memeperhatikan kesejahteraan rakyat. Penggalian ini juga memperlihatkan bahwa pengetahuan bertani Tarumanegara sudah cukup majuMenurut para ahli sejarah, kemungkinan besar sungai yang di gali adalah terusan untuk membantu pengaliran sungai Bekasi. Sebab di sebutkan sungai Candrabagha. Menurut Prof. Purbacaraka Chandrabagha dapat di artikan menjadi bekasi = Bhagasasi = Baghacandra = Chandabagha (Sasi = Candra = Bulan) 

Selaian itu Prasasti tugu ini. Mempunyai unsur penanggalan tetapi tidak memakau angka tahun. Dalam Prasasti tugu terdapat kata Phalaguna dan Carita. Yaitu bulan yang bertepatan dengan pebruari – april dalam tarikh Masehi

7. Prasasti lebak / CidanghiangPrasasti ini di temukan di kampung lebak, tepi sungai Cidanghiang (Munjul) isinya kira

– kira“ in ilah tanda – tanda keperwiraan yang ulia Purnawarman. Bginda seorang raja Agung dan gagah berani. Baginda adalah raja dunia dan menjadi panji sekalian Raja”

Dari Prasasti ini kita bisa tahu rupanya raja Purnawarman seorang raja yang perkasa yang mempunyai wilayah kekuasaan yang luas. Dia banyak menaklukan raja – raja di daerah sekitarnya

Page 33: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

Prasasti Ciaruteun Prasasti Jambu Prasasti Kebon Kopi

Prasasti Pasir Awi Prasasti Muara Cianteun Prasasti Tugu

Prasasti Lebak

Sebab Berakhirnya Kerajaan Tarumanegara

Runtuhnya Tarumanegara belum dapat di ketahui pasti, namun kerajaan Tarumanegara masih mengirimkan utusannya ke cina sampai tahun 669 M. setelah itu tidak di dapatkan lagi berita. Kemungkinan Tarumanegara di taklukan Sriwijaya (sepertihalnya terlulis dalam Prasasti Prasasti Karang berahi). Sehingga dapat di duga runtuhnya Tarumanegara sekitar + tahun 669 M oleh serangan Sriwijaya

KERAJAAN MATARAM KUNO

Berdasarkan keterangan pada Prasasti Canggal yang ditemukan di Desa Canggal (sebelah barat Magelang), diketahui secara jelas kehidupan politik di Mataram Kuno. Prasasti Canggal diperkirakan dibuat pada tahun 732 Masehi, ditulis dengan huruf Pallawa dengan menggunakan bahasa Sanskerta.

A. Kehidupan Politik

Wilayah Mataram Kuno (Medang)

Page 34: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

Sebelum Sanjaya berkuasa, Mataram Kuno diperintah oleh Raja Sanna (paman Sanjaya). Berdasarkan kitab Carita Parahyangan, masa pemerintahan Sanna dan Sanjaya dapat diketahui.  Berdasarkan Prasasti Sojomerto diketahui bahwa Sanjaya adalah keturunan Raja Syailendra yang beragama Syiwa, tetapi menyuruh anaknya, Rakai Panangkaran, beralih ke agama Buddha (Syaila artinya gunung tempat bersemayam dewa; indra artinya raja).Prasasti Canggal dikeluarkan oleh Raja Sanjaya. Isi utamanya adalah memperingati didirikannya sebuah lingga (lambang Syiwa) di atas sebuah bukit di daerah Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya. Daerah ini letaknya di sebuah pulau mulia, Jawadwipa yang kaya raya akan hasil bumi, terutama padi dan emas.

Prasasti Canggal ditemukan di halaman sebuah candi yang sudah runtuh di Gunung Wukir dengan candrasengkala, sruitiindriyarasa (artinya 654 Saka atau 732 Masehi). Selain dari Prasasti Canggal, nama Sanjaya juga tercantum pada Prasasti Mantyasih (Prasasti Kedu) yang dikeluarkan oleh Raja Dyah Balitung. Di dalam prasasti itu dituliskan nama raja yang pernah berkuasa di Mataram Kuno sejak Raja Sanjaya sampai dengan Balitung.

Urutan Raja Mataram Kuno adalah sebagai berikut: 1.       Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya, 2.       Sri Maharaja Rakai Panangkaran, 3.       Sri Maharaja Rakai Panunggalan, 4.       Sri Maharaja Rakai Warak, 5.       Sri Maharaja Rakai Garung, 6.       Sri Maharaja Rakai Pikatan, 7.       Sri Maharaja Rakai Kayuwangi, 8.       Sri Maharaja Rakai Watuhumalang, dan 9.       Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung.

Kerajaan Mataram Kuno berkembang pesat karena didukung oleh beberapa faktor berikut ini :1. Raja-rajanya cukup arif dan bijaksana sehingga menjadi panutan yang baik.2. Ada kerja sama yang baik antara raja dan para brahmana atau biksu.3. Wilayahnya amat subur sehingga kehidupan rakyatnya makmur. 4. Ada toleransi yang tinggi antara pemeluk agama Hindu dan Buddha sehingga rakyat hidup rukun

berdampingan.5. Mataram telah menjalin hubungan dengan kerajaan di seberang lautan, misalnya Sriwijaya, Siam

(Thailand), dan India.

Sanjaya adalah seorang raja yang besar, gagah berani, dan bijaksana serta sangat toleran terhadap agama lain. Karena kewibawaannya, Sanjaya bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Raja Sanjaya ternyata mempunyai arti dan pengaruh yang besar kepada raja-raja penggantinya sampai sekitar abad ke-10.

Raja Sanjaya sebelum wafat, menderita sakit yang sangat parah karena ingin mematuhi perintah gurunya. Putranya yang bernama Sankhara atau mungkin lengkapnya Rakai Panangkaran Dyah Sankhara Sri Sanggramadhanjaya karena trauma dan takut terjadi seperti ayahnya kemudian meninggalkan agama Syiwa beralih menjadi pemeluk Buddha Mahayana.

Mulai kapan raja ini memerintah, tidak jelas. Dari berbagai sumber, disebutkan bahwa Raja Panangkaran lebih progresif dan bijaksana daripada Sanjaya sehingga Mataram Kuno lebih cepat berkembang. Daerah-daerah sekitar Mataram Kuno segera ditaklukkannya, seperti Kerajaan Galuh di Jawa Barat dan Kerajaan Melayu di Semenanjung Malaya. Selain itu, Selat Malaka pun ingin dikuasainya.  Daerah-daerah itu tidak diperlakukan sebagai jajahannya, tetapi berkembang maju dengan bimbingan dan kerja sama dengan Mataram Kuno.

Pada tahun 778 M Raja Panangkaran atau Maharaja Tejah Purnapana Mustika membangun bangunan suci (candi) untuk Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta. Raja kemudian menghadiahkan Desa Kalasan kepada para sanggha (penganut Buddha). Prasasti itu ditulis dengan huruf Pranagari dalam bahasa Sanskerta dan berangka 778 M. Candi Kalasan itu sampai sekarang masih berdiri megah, terletak di Desa Kalasan (12 km ke arah timur dari Yogyakarta).

Page 35: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

Sejak pemerintahan Raja Panangkaran, keluarga Syailendra terbagi menjadi dua kelompok penganut agama. Sebagian tetap menganut agama Hindu Syiwa dan yang lain menganut agama Buddha. Meskipun demikian, mereka hidup berdampingan secara damai.

Raja-raja Mataram Kuno beragama Buddha, berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan yang berpusat di Lembah Sungai Progo (Magelang). Daerah itu sangat subur dan dikelilingi oleh gunung-gunung berapi yang banyak memancarkan mata air sehingga sangat ideal untuk kegiatan pertanian. Sungainya penuh terisi oleh batu-batu andesit yang besar-besar dan keras sebagai modal utama dalam membangun candi-candi.

Candi BorobudurRaja-raja penganut agama Buddha keturunan Syailendra yang pernah memerintah di Jawa Tengah, antara lain Raja Bhanu, Raja Wisnu (Sri Dharmatungga), Raja Indra (Sri Sanggramadananjaya), Raja Samaratungga, dan Ratu Pramodhawardani. Raja-raja itu berkuasa selama satu abad (750–850 M). Saat itu menjadi masa yang cemerlang (zaman keemasan) bagi Mataram Kuno (Buddha). Hal itu dibuktikan dengan pembangunan candi Buddha yang megah, seperti Candi Kalasan, Candi Sewu, Candi Sari, Candi Pawon, Candi Mendut, dan Candi Borobudur.

Untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya, Mataram Kuno menjalin hubungan dengan kerajaan tetangga, misalnya Sriwijaya, Siam, dan India. Selain itu, Mataram Kuno juga menggunakan sistem perkawinan politik. Misalnya, pada masa pemerintahan Samaratungga berusaha menyatukan kembali Wangsa Syailendra dan Wangsa Sanjaya dengan cara anaknya yang bernama Pramodhawardhani (dari Wangsa Syailendra) dinikahkan dengan Rakai Pikatan (Wangsa Sanjaya).

Raja-raja Mataram Kuno beragama Hindu mula-mula berkuasa di Jawa Tengah bagian utara, terutama di sekitar Pegunungan Dieng. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya kompleks bangunan candi Hindu di Dataran Tinggi Dieng, seperti Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, Candi Arjuna, dan Candi Sembadra. Kompleks Candi Dieng dibangun sekitar tahun 778– 850. Selain itu, dibangun pula Kompleks Candi Gedong Sanga yang terletak di sebelah selatan Kota Semarang sekarang.

Berkat kecakapan dan keuletan Rakai Pikatan, semangat kebudayaan Hindu dapat dihidupkan kembali. Kekuasaannya pun bertambah luas meliputi seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur. Rakai Pikatan segera memulai pembangunan candi Hindu yang lebih besar dan indah, yaitu Candi Prambanan (Candi Lara Jonggrang) di Desa Prambanan. Ketika Rakai Pikatan wafat, pembangunan Kompleks Candi Prambanan belum selesai. Pekerjaan diteruskan para penggantinya dan baru selesai pada pemerintahan Raja Daksa sekitar tahun 915. Candi Hindu lainnya adalah Candi Sambisari, Candi Ratu Baka, dan Candi Ijo dan candi Barong.

Pengganti Rakai Pikatan adalah Rakai Kayuwangi yang banyak menghadapi persoalan rumit sehingga timbullah benih perpecahan di antara keluarga kerajaan. Zaman keemasan Mataram Kuno mulai memudar. Setelah Rakai Kayuwangi mangkat, perang saudara pun tidak dapat terelakkan.

Menurut Prasasti Munggu Antan, pengganti Rakai Kayuwangi adalah Rakai Gurunwangi (886) dan Rakai Limus Dyah Dawendra (890). Akan tetapi, berdasarkan Prasasti Kedu, pengganti Rakai Kayuwangi adalah Rakai Watuhumalang yang berputra, Dyah Balitung.

Dyah Balitung memerintah sampai tahun 910. Dyah Balitung banyak meninggalkan prasasti (20 buah), sebagian ditemukan di Jawa Timur. Ada prasasti yang menyebutkan bahwa Raja Balitung pernah menyerang Bantan (Bali). Prasasti yang penting adalah Prasasti Mantyasih (Kedu) yang berisi silsilah raja-raja Mataram Kuno dari Sanjaya sampai dengan Dyah Balitung. Pada masa pemerintahan Raja

Page 36: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

Balitung dikenal tiga jabatan penting, yaitu rakryan i hino (pejabat tinggi sesudah raja), rakryan i halu, dan rakryan i sirikan. Ketiganya merupakan tritunggal.

Pengganti Balitung adalah Daksa dengan gelar Sri Maharaja Sri Daksottama Bahubajra Pratipaksaksaya. Sebelumnya, ia menjabat rakryan i hino. Ia memerintah dari tahun 913 sampai dengan 919. Pada masa pemerintahan Raja Daksa inilah Candi Prambanan berhasil diselesaikan.

Pada tahun 919 Daksa digantikan oleh Tulodhong yang bergelar Sri Maharaja Rakai Layang Dyah Tulodhong Sri Sajanasan mattanuragatunggadewa. Masa pemerintahan Tulodhong sangat singkat dan tidak terjadi hal-hal yang menonjol.

Pengganti Tulodhong ialah Wawa. Ia naik takhta pada tahun 924 dengan gelar Sri Maharaja Rakai Pangkaja Dyah Wawa Sri Wajayalokanamottungga. Sri Baginda dibantu Empu Sindok Sri Isanawikrama yang berkedudukan sebagai mahamantri i hino.

B. Kehidupan Sosial

Kerajaan Mataram Kuno meskipun dalam praktik keagamaannya terdiri atas agama Hindu dan agama Buddha, masyarakatnya tetap hidup rukun dan saling bertoleransi. Sikap itu dibuktikan ketika mereka bergotong royong dalam membangun Candi Borobudur. Masyarakat Hindu yang sebenarnya tidak ada kepentingan dalam membangun Candi Borobudur, tetapi karena sikap toleransi dan bergotong royong yang telah mendarah daging turut juga dalam pembangunan tersebut.

Keteraturan kehidupan sosial di Kerajaan Mataram Kuno juga dibuktikan adanya kepatuhan hukum pada semua pihak. Peraturan hukum yang dibuat oleh penduduk desa ternyata juga dihormati dan dijalankan oleh para pegawai istana. Semua itu bisa berlangsung karena ada hubungan erat antara rakyat dan kalangan istana.

C. Kehidupan Ekonomi

Pusat Kerajaan Mataram Kuno terletak di Lembah Sungai Progo, meliputi dataran Magelang, Muntilan, Sleman, dan Yogyakarta. Daerah itu amat subur sehingga rakyat menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian. Usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan hasil pertanian telah dilakukan sejak masa pemerintahan Kayuwangi.

Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketika Raja Balitung berkuasa. Pada Prasasti Purworejo (900 M) disebutkan bahwa raja telah memerintahkan untuk membuat beberapa pusat perdagangan. Keterangan lain juga didapatkan dari Prasasti Wonogiri (903 M) yang menyebutkan bahwa penduduk di sekitar kanan-kiri aliran Sungai Bengawan Solo diperintahkan untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas perdagangan melalu aliran sungai tersebut. Sebagai imbalannya, penduduk desa di kanan-kiri sungai tersebut dibebaskan dari pungutan pajak. Lancarnya pengangkutan perdagangan melalui sungai tersebut dengan sendirinya akan meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat Mataram Kuno.

D. Kehidupan Budaya

Semangat kebudayaan raja-raja Mataram Kuno sangat tinggi. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya peninggalan berupa prasasti dan candi. Prasasti peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno, seperti Prasasti Canggal (tahun 732 M), Prasasti Kelurak (tahun 782 M), dan Prasasti Mantyasih (Kedu). Selain itu, juga dibangun candi Hindu, seperti Candi Bima, Candi Arjuna, Candi Nakula, Candi Prambanan, Candi Sambisari, Candi Ratu Baka, dan Candi Barong. Selain candi Hindu, dibangun pula candi Buddha, misalnya Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sewu, Candi Sari, Candi Pawon, dan Candi Mendut.

E. Masa Kemunduran

Pada masa pemerintahan Raja Balitung (907) wilayah Kerajaan Mataram Kuno juga telah meliputi daerah-daerah di Jawa Timur terutama Lembah Sungai Brantas yang subur. Daerah itu amat penting

Page 37: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

untuk pertanian dan pelayaran sungai menuju Laut Jawa. Sementara itu, kedudukan ibu kota Mataram Kuno makin tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan:

1.       tidak memiliki pelabuhan laut sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar, 2.       sering dilanda bencana alam oleh letusan Gunung Merapi, 3.       sering terjadi perebutan kekuasaan sehingga kewibawaan kerajaan berkurang, dan 4.       mendapat ancaman serangan dari Kerajaan Sriwijaya.

Oleh karena itu, pada tahun 929 ibu kota Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur (di bagian hilir Sungai Brantas) oleh Empu Sindok. Kerajaan itu kemudian dikenal sebagai Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur.

KERAJAAN SINGASARIA. Kebudayaan

Kehidupan kebudayaan masyarakat Singasari dapat diketahui dari peninggalan candi-candi dan patung-patung yang berhasil dibangunnya. Candi hasil peninggalan Singasari, di antaranya adalah Candi Kidal, Candi Jago, dan Candi Singasari. Adapun arca atau patung hasil peninggalan Kerajaan Singasari, antara lain Patung Ken Dedes sebagai perwujudan dari Prajnyaparamita lambang kesempurnaan ilmu dan Patung Kertanegara dalam wujud Patung Joko Dolog di temuakan di dekat Surabaya, dan patung Amoghapasa juga merupakan perwujudan Raja Kertanegara yang dikirim ke Dharmacraya ibukota kerajaan melayu.

Kudua perwujudan patung Raja Kertanegara baik patung Joko Dolog maupun patung Amoghapasa menyatakan bahwa Raja Kertanegara menganut agama Budha beraliran Tantrayana ( Tantriisme ).

B. Sistem pemerintahan kerajaan singasari  Ada dua versi yang menyebutkan silsilah kerajaan Singasari alias Tumapel ini. Versi pertama adalah versi Pararaton yang informasinya didapat dari Prasasti Kudadu. Pararaton menyebutkan Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Singasari yang digantikan oleh Anusapati (1247–1249 M). Anusapati diganti oleh Tohjaya (1249–1250 M), yang diteruskan oleh Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250–1272 M). Terakhir adalah Kertanegara yang memerintah sejak 1272 hingga 1292 M. Sementara pada versi Negarakretagama, raja pertama Kerajaan Singasari adalah Rangga Rajasa Sang Girinathapura (1222–1227 M). Selanjutnya adalah Anusapati, yang dilanjutkan Wisnuwardhana (1248–1254 M). Terakhir adalah Kertanagara (1254–1292 M). Data ini didapat dari prasasti Mula Malurung.

1. Ken Arok (1222–1227 M)Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus juga menjadi Raja Singasari yang pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama Singasari menandai munculnya suatu dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa). Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222–1227 M). Pada tahun 1227 M, Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan Siwa–Buddha.

2. Anusapati (1227–1248 M)Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak banyak melakukan pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan kesenangannya menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung ayam sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa (tempat kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan langsung menusuk Anusapati. Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal.

Page 38: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

Gambar: Candi Kidal

3. Tohjoyo (1248 M)Dengan meninggalnya Anusapati maka tahta Kerajaan Singasari dipegang oleh Tohjoyo. Namun, Tohjoyo memerintah Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak Anusapati yang bernama Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya. Dengan bantuan Mahesa Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjoyo dan kemudian menduduki singgasana.

4. Ranggawuni (1248–1268 M)Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 M dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang diberi kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Ppemerintahan Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat Singasari. Pada tahun 1254 M Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai yuwaraja (raja muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi raja besar di Kerajaan Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardanameninggal dunia dan didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi Waleri sebagai Siwa.

Gambar: Candi Jago

5. Kertanegara (1268-1292 M)Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-cita untuk menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga orang mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan mahamenteri i sirikan. Untuk dapat mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti pejabat-pejabat yang kolot dengan yang baru, seperti Patih Raganata digantikan oleh Patih Aragani. Banyak Wide dijadikan Bupati di Sumenep (Madura) dengan gelar Aria Wiaraja. Setelah Jawa dapat diselesaikan, kemudian perhatian ditujukan ke daerah lain. Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu yang dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai Kerajaan Melayu. Hal ini ditandai dengan pengirimkan Arca Amoghapasa ke Dharmasraya atas perintah Raja Kertanegara. 

Page 39: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

Gambar: Arca AmoghapasaSelain menguasai Melayu, Singasari juga menaklukan Pahang, Sunda, Bali, Bakulapura (Kalimantan Barat), dan Gurun (Maluku). Kertanegara juga menjalin hubungan persahabatan dengan raja Champa,dengan tujuan untuk menahan perluasaan kekuasaan Kubilai Khan dari Dinasti Mongol. Kubilai Khan menuntut raja-raja di daerah selatan termasuk Indonesia mengakuinya sebagai yang dipertuan. Kertanegara menolak dengan melukai muka utusannya yang bernama Mengki. Tindakan Kertanegara ini membuat Kubilai Khan marah besar dan bermaksud menghukumnya dengan mengirimkan pasukannya ke Jawa. Mengetahui sebagian besar pasukan Singasari dikirim untuk menghadapi serangan Mongol maka Jayakatwang (Kediri) menggunakan kesempatan untuk menyerangnya. Serangan dilancarakan dari dua arah, yakni dari arah utara merupakan pasukan pancingan dan dari arah selatan merupakan pasukan inti. 

Pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin langsung oleh Jayakatwang dan berhasil masuk istana dan menemukan Kertanagera berpesta pora dengan para pembesar istana. Kertanaga beserta pembesar-pembesar istana tewas dalam serangan tersebut. Ardharaja berbalik memihak kepada ayahnya (Jayakatwang), sedangkan Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri dan menuju Madura dengan maksud minta perlindungan dan bantuan kepada Aria Wiraraja. Atas bantuan Aria Wiraraja, Raden Wijaya mendapat pengampunan dan mengabdi kepada Jayakatwang. Raden Wijaya diberi sebidang tanah yang bernama Tanah Tarik oleh Jayakatwang untuk ditempati. Dengan gugurnya Kertanegara maka Kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang. Ini berarti berakhirnya kekuasan Kerajaan Singasari. Sesuai dengan agama yang dianutnya, Kertanegara kemudian didharmakan sebagai Siwa––Buddha (Bairawa) di Candi Singasari. Arca perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog yang sekarang berada di Taman Simpang, Surabaya.

Gambar: Candi SingasariC. Politik

Untuk menciptakan pemerintahan yang kuat dan teratur, kertanegara telah membentuk badan-badan pelaksana. Raja sebagai penguasa tertinggi. Kemudian raja mengangkat penasihat yang terdiri atas rakryan i hino, rakryan i sirikan, dan rakryan i halu. Untuk membantu raja dalam pelaksanaan pemerintahan, diangkat beberapa pejabat tinggi kerajaan yang terdiri dari rakryan mapatih, rakryan demung dan rakryan kanuruhan. Selain itu, ada pegawai-pegawai rendahan.

Untuk menciptakan stabilitas politi dalam negeri, kertanegara melakukan penataan di lingkungan para pejabat. Orang-orang yang tidak setuju dengan cita-cita kertanegara diganti. Sebagai contoh, patih raganata(kebo arema) diganti oleh aragani dan banyak wide dipindahkan

Page 40: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

ke madura, menjadi bupati sumenep dengan nama arya wiraraja.

D. SosialKetika Ken Arok menjadi penguasa di Tumapel, ia berusaha meningkatkan kehidupan

masyarakatnya hingga mengakibatkan daerah di sekitar Tumapel banyak yang bergabung dengan Tumapel. Keadaan seperti ini mengakibatkan kaum Brahmana Kediri yang menentang raja Kertajaya melarikan diri ke Tumapel dan meminta perlindungan kepada Ken Arok.

Namun semua itu berubah saat Anusapati berkuasa di Singosari, kehidupan masyarakatnya kurang mendapat perhatian. Barulah pada masa pemerintahan Wisnuwardana kehidupan masyarakat Singosari tertata rapi.

E. Budaya/peninggalan1. Candi Singosari

     Candi ini berlokasi di Kecamatan Singosari,Kabupaten Malang dan terletak pada lembah di antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna. Berdasarkan penyebutannya pada Kitab Negarakertagama serta Prasasti Gajah Mada yang bertanggal 1351 M di halaman komplek candi, candi ini merupakan tempat "pendharmaan" bagi raja Singasari terakhir, Sang Kertanegara, yang mangkat(meninggal) pada tahun 1292 akibat istana diserang tentara Gelang-gelang yang dipimpin oleh Jayakatwang. Kuat dugaan, candi ini tidak pernah selesai dibangun.

2. Candi Jago

     Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak. Candi ini cukup unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita setempat karena tersambar petir. Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui di candi ini. Sengan keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas bahan batu andesit.

3. Candi Sumberawan

     Candi Sumberawan merupakan satu-satunya stupa yang ditemukan di Jawa Timur. Dengan jarak sekitar 6 km dari Candi Singosari, Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Singasari dan digunakan oleh umat Buddha pada masa itu. Pemandangan di sekitar candi ini sangat indah

Page 41: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

karena terletak di dekat sebuah telaga yang sangat bening airnya. Keadaan inilah yang memberi nama Candi Rawan.

4. Arca Dwarapala

 Arca ini berbentuk Monster dengan ukuran yang sangat besar. Menurut penjaga situs sejarah ini, arca Dwarapala merupakan pertanda masuk ke wilayah kotaraja, namun hingga saat ini tidak ditemukan secara pasti dimanan letak kotaraja Singhasari.

5. Prasastri Singosari

     Prasasti Singosari, yang bertarikh tahun 1351 M, ditemukan di Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan sekarang disimpan di Museum Gajah dan ditulis dengan Aksara Jawa.

  Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah caitya atau candi pemakaman yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada. Paruh pertama prasasti ini merupakan pentarikhan tanggal yang sangat terperinci, termasuk pemaparan letak benda-benda angkasa. Paruh kedua mengemukakan maksud prasasti ini, yaitu sebagai pariwara pembangunan sebuah caitya.

F. EkonomiMengenai kehidupan perekonomian Singosari tidak begitu jelas diketahui. Akan tetapi

mengingat kerajaan tersebut terletak di tepi sungai Brantas (Jawa Timur), kemungkinan masalah ekonomi tidak jauh berbeda dari kerajaan – kerajaan terdahulunya, yaitu secara langsung maupun secara tidak langsung rakyat ikut ambil bagian dalam dunia pelayaran.

G. KeruntuhanSebagai sebuah kerajaan, perjalanan kerajaan Singasari bisa dikatakan berlangsung

singkat. Hal ini terkait dengan adanya sengketa yang terjadi dilingkup istana kerajaan yang kental dengan nuansa perebutan kekuasaan. Pada saat itu Kerajaan Singasari sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa. Akhirnya Kerajaan Singasari mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanegara sendiri. Dalam serangan itu Kertanegara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir.

Page 42: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

KERAJAAN MAJAPAHIT1. Sumber-sumber sejarah Majapahit yaitu:

a. Prasasti Kudadub. Prasasti Butakc. Kitab Negarakertagamad. Kitab Pararatone. Kitab Sutasomaf. Buku-buku kidung, misal: Kidung Ronggolawe, Kidung Sundayanag. Berita-berita Cina, misal kitab Ying Yai Sheng Lan. Karangan Ma Huan dan catatan-catatan

dalam tambo dinasti Ming.

2. Berdirinya Majapahit

Setelah kerajaan Singasari hancur, Raden Wijaya bersama-sama pengikutnya lari karena dikejar tentara Kediri. Sampai di desa Kudadu mendapat bantuan dari kepala desa di Kudadu, kemudian melanjutkan perjalanan ke Madura minta perlindungan kepada Aria Wiraraja.Raden Wijaya disuruh pura-pura menyatakan takluk, sesudah dipercaya Jayakatwang agar minta daerah di hutan Tarik. Di Tarik tersebut Raden Wijaya mendirikan kerajaan yang kemudian kita kenal dengan kerajaan Majapahit

3. Raja-raja yang memerintah di Majapahit

a. Raja pertama Raden Wijaya, bergelar Kertarajasa Jaya Wardana (1293-1309 M). Beliau menikah dengan ke empat puteri Kertanegara yaitu: Dyah Dewi Tribuwaneswari (permaisuri), Dyah Dewi Narendraduhita, Dyah Dewi Prajnaparamita, Dyah Dewi Gayatri. Langkah Raden Wijaya mengawini putri Kertanegara diduga berlatar belakang politik, agar tidak terjadi perebutan kekuasaan.

b. Setelah Raden Wijaya meninggal, tahta digantikan oleh Jayanegara atau Kala Gemet pada tahun 1309. Beliau merupakan raja yang lemah, sehingga banyak terjadi pemberontakan.

Beberapa pemberontakan yang terjadi yaitu:

1) Pemberontakan Ronggolawe dapat diatasi2) Pemberontakan Lembu Sora, dapat dipadamkan.3) Pemberontakan Nambi, dapat diatasi4) Pemberontakan Kuti pada tahun 1319, dapat diatasi berkat jasa Gajah Mada dan jasanya

tersebut Gajah Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan. Pada tahun 1321 Gajah Mada diangkat menjadi Patih Daha.

c. Tribuwanatunggadewi (1328-1350 M)

Karena Jayanegara tidak mempunyai putra, tahta seharusnya jatuh ke tangan Gayatri. Karena Gayatri memilih menjadi Biksuni, maka Tribuwanatunggadewi putrinya ditunjuk sebagai wakil dan diangkat menjadi raja ketiga bergelar Tribuwanatunggadewi Jayawisnuwardani. Di bawah pemerintahannya terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta, tapi semuanya dapat diatasi oleh Gajah Mada yang telah diangkat sebagai patih Majapahit.

Pada saat upacara pelantikan Gajah Mada sebagai Patih Majapahit tahun 1331, beliau mengucapkan sumpah yang terkenal dengan nama Sumpah Palapa. Inti sumpah tersebut adalah bahwa Gajah Mada tidak akan makan Palapa (arti palapa mungkin semacam rempah-rempah), tidak akan bersenang-senang/ istirahat sebelum seluruh kepulauan Nusantara bersatu dibawah kekuasaan Majapahit.

Tahun 1350 Gayatri wafat, maka Tribuwanatunggadewi yang merupakan wakil ibunya segera turun tahta, menyerahkan tahtanya kepada putranya yaitu Hayam Wuruk.

Page 43: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hindu-budha

d. Hayam Wuruk (1350-1389 M)

Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk ini, Majapahit mencapai jaman keemasannya. Cita-cita Gajah Mada yang diucapkan lewat Sumpah Palapa, disebut pula sebagai Wawasan Nusantara II dapat tercapai. Wilayah Majapahit, hampir sama dengan wilayah Republik Indonesia, maka Majapahit disebut sebagai Negara Maritim Nasional II.

Selama pemerintahan Hayam Wuruk terjadi tiga peristiwa penting yaitu: peristiwa Bubad tahun 1357, perjalanan suci Hayam Wuruk ketempat leluhurnya serta upacara Crada yang diadakan untuk memperingati wafatnya Rajapadni tahun 1362.

Dalam bidang ekonomi, Majapahit sebagai pusat perniagaan di Asia Tenggara waktu itu. Hasil-hasil yang diperdagangkan adalah beras, rampah-rempah, garam. Terjadi hubungan dengan negara lain seperti Siam, Ligor, Birma, Kamboja dan Annam.

a. Hasil sastra jaman Majapahit antara lain:b. Kitab Negarakertagama karangan Prapancac. Kitab Sutasoma karangan Tantular .

Terdapat Kitab “Kutaramanawa” yang berisi tentang aturan hukum di Majapahit. Sepeninggal Hayam Wuruk dan Gajah Mada Majapahit mengalami kemunduran. Pengganti Hayam Wuruk adalah puterinya yang bernama Kusumawardhani.

e. Ratu Kusumawardhani (1389-1429 M)

Pada masa pemerintahannya terjadi perang saudara dengan Wirabhumi yang disebut perang Paregreg. Berakhir dengan terbunuhnya Wirabhumi. Setelah Kusumawardhani berturut-turut adalah:

1). Dewi Suhita (1429-1447 M)

2). Bhre Tumapel (1447-1451 M)

3). Bhre Kahuripan (1451-1453 M)

4). Purwawisesa (1457-1467 M)

5). Pandan Salas (1467-1478 M)

Berakhirnya pemerintahan Pandanalas, diganti dengan pemerintahan Giridrawardhana. Kerajaan Majapahit mulai mundur dan akhirnya runtuh, disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Faktor Politik (dalam dan luar negeri).

Dalam negeri, kesatuan Majapahit atas kekuatan Gajah Mada, setelah Gajah Mada meninggal daerah yang luas tersebut tak dapat dipertahankan.

b. Faktor Ekonomi

Majapahit dulu dapat menyatukan daerah pertanian dan bandar-bandar, setelah ada ekspedisi Cina, bandar-bandar lebih suka langsung berhubungan dengan luar negeri. Bandar lebih demokratis, berusaha melepaskan diri dari Majapahit.

c. Faktor Agama

Perbedaan ideologi. Penyebaran Islam di Asia Tenggara, melalui jalur perdagangan yang lebih dulu terpengaruh adalah bandar, maka bandar beragama Islam, Majapahit masih Hindu. Bandar- bandar menentang Majapahit. Ada pula pendapat yang mengatakan adanya serangan dari Demak. Dalam serat Kondo dan Babad Tanah Jawi runtuhnya Majapahit ditandai dengan candra sangkala: Sirna Ilang Kertaning Bumi : 1400 C = 1478 M.