Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

30
Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia Drh TRI SATYA PUTRI NAIPOSPOS MPhil PhD Komisi Ahli Keswan, Kesmavet dan Karantina Hewan Webinar Kesiapsiagaan Lumpy Skin Disease (LSD) Seri 3 8 Agustus 2021

Transcript of Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Page 1: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di IndonesiaDrh TRI SATYA PUTRI NAIPOSPOS MPhil PhD

Komisi Ahli Keswan, Kesmavet dan Karantina Hewan

Webinar Kesiapsiagaan Lumpy Skin Disease (LSD) Seri 3

8 Agustus 2021

Page 2: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Apa itu Rencana Kontijensi?

▰ Rencana untuk memastikan bahwa suatu negara atau wilayah negara dipersiapkan untuk keadaan darurat;

▰ Rencana Kontijensi terdiri dari:

▻ informasi tentang sumber daya, aspek legislatif dan administratif;

▻ deskripsi mengenai kebijakan, strategi dan prosedur untuklangkah-langkah pengendalian penyakit yang efektif terhadap ancaman besar dari satu atau lebih penyakit hewan lintasbatas (transmissible animal diseases).

2

Page 3: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Rencana Kontijensi

▰ Prosesnya dinamis, fokus pada persiapan dan fleksibel;

▰ Diintegrasikan ke dalam kegiatan perencanaanoperasional yang sedang berlangsung;

▰ Memberikan input yang berguna kepadapengelola kedaruratan;

▰ Merupakan bagian integral dari kegiatankesiapsiagaan (preparedness).

▰ Tidak digunakan kalau wabah tidak terjadi.3

Page 4: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Pentingnya Rencana Kontijensi

▰ Tujuan memiliki Rencana Kontijensi adalah untuk:

▻ mengurangi dampak wabah penyakit terhadap kesehatanpopulasi hewan;

▻ meminimalkan kerugian ekonomi (akibat pemusnahan hewanatau pembatasan lalu lintas hewan)

▻ meminimalkan gangguan perdagangan;

▻ meningkatkan perlindungan terhadap kesehatan masyarakatpada kejadian wabah penyakit zoonotik.

4

Page 5: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Lingkup Rencana Kontijensi

▰ Pra wabah: pencegahan dan kesiapsiagaan; Wabah: pengendalian dan pemberantasan penyakit; Pasca wabah: repopulasi dan memperoleh kembalistatus kesehatan hewan di tingkat nasional/internasional.

▰ Tantangan selama wabah seringkali bukan tantangan teknis (tetapi manajemensumber daya, hubungan masyarakat, manajemen informasi dan ketahanan).

▰ Tantangan pada pra wabah adalah pengambilan keputusan.5

Pra wabah(pre-

ep id em ic )Wabah

(ep id em ic ) Pasca wabah(po s t

ep id em ic )‘Peace time’

‘War time’

‘Time of rehabilitation’

Page 6: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Tujuan Rencana Kontijensi LSD

▰ Otoritas Veteriner di Pusat dan Daerah mampu menangani wabah LSD dengan cepat dan efektif;

▰ Staf kesehatan hewan di semua tingkatan sepenuhnya menyadari perandan tanggung jawabnya selama wabah LSD serta terlatih dan kompetendalam menjalankan tugasnya;

▰ Masyarakat peternak sapi dan asosiasi yang relevan di mana pemerintahtidak memiliki kendali langsung bersedia bekerja sama dengan DinasProv/Kab/Kota dan membantu pemerintah dalam pemberantasan LSD;

▰ Personil, peralatan dan sumber daya keuangan tersedia cukup cepatuntuk menghindari keterlambatan dalam menangani situasi darurat.

6Sumber: FAO Lumpy Skin Disease Contingency Plan Template.

Page 7: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Penilaian risiko LSD di Asia Tenggara

7

NEGARAPROBABILITAS

TERTULARTERJADI WABAH

Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam

TINGGI (sangatmungkin terjadi)

Vietnam (Okt 2020); Myanmar (Nov 2020), Thailand (Mar 2021), Kambojadan Laos (Mei 2021)

Pakistan, Afghanistan dan Mongolia

MODERAT (potensial terjadi)

Belum ada wabah

Brunei Darussalam,Korea Selatan, Indonesia, Malaysia, Filipina, Srilangka dan Timor-Leste

RENDAH hinggaMODERAT

Malaysia (Mei 2021)

Singapura DAPAT DIABAIKAN Belum ada wabah

Sumber: Roche, X. et al. (2020). FAO. Paper 183.

Page 8: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Negara Populasisapi/kerbau

(S/K)

Berbatasandarat dengan

negara tertular LSD

Impor resmiS/K darinegara

tertular LSD

Impor semi informal S/K dari negara tertular LSD

EksporresmiS/K

Eksporsemi

informal S/K

Impor produkS/K** dari

negara tertular LSD

Brunei Darussalam

3.000 Tidak Tidak Tidak Tidak TAD Ya

Kamboja* 3.507.298 Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Indonesia 17.327.223 Tidak Tidak Ya Tidak Ya Ya

Laos* 3.240.947 Ya Tidak Ya Ya Ya Ya

Malaysia* 870.254 Ya Ya Ya Ya Ya Ya

Myanmar* 21.208.395 Ya Tidak Ya Ya Ya Ya

Filipina 5.436.592 Tidak Tidak TAD TAD TAD Ya

Singapura 179 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Thailand* 5.914.926 Ya Ya Ya Ya Ya Ya

Timor Leste 334.864 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak

Vietnam* 8.228.012 Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya

* Negara tertular LSD ** Misal: daging, susu atau kulit

Faktor risiko introduksi LSD di Asia Tenggara

Sumber: Modifikasi Roche, X. et al. 2020. FAO. Paper 183.

Page 9: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Penilaian risiko LSD untuk Indonesia

▰ Keterpencilan negara (kepulauan tapi memilikiperbatasan yang panjang).

▰ Kepadatan sapi/kerbau rentan lebih rendahdibandingkan dengan negara-negara Sub-regional Mekong Raya (kecuali pulau Jawa).

▰ Kelimpahan vektor kompeten LSD dianggap moderat.▰ Biosekuriti yang buruk dari sistim produksi sapi/kerbau

dan sepanjang rantai pasar.▰ Sebagian besar impor sapi/kerbau (sapi bakalan)

berasal dari Oceania (Australia & Selandia Baru).▰ Perdagangan semi informal sapi/kerbau dan

produknya dengan negara tertular tidak signifikan.9

Sumber: Roche, X. et al. (2020). FAO. Paper 183.

Page 10: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Peringatan dini LSD

10

▰ Peringatan dini (early warning) dari introduksibaru LSD di Indonesia dapat ditargetkan di daerah-daerah yang berbatasan laut dan daratdengan negara tertular:

▻ perbatasan laut antara Pulau Sumatera (Aceh, Sumatera Utara, Riau dan KepulauanRiau) dan Semenanjung Malaysia.

▻ perbatasan darat antara Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat dengan negara bagian Sabah dan Sarawak di Malaysia.

Page 11: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

11

Modus penularan virus LSD

Langsung Tidak Langsung

Penularan non-

vektorPenularan vektor

Penyebaran

jarak dekat

Sapi terinfeksi LSD

Penyebaran

jarak jauh

Sapi terinfeksi

Sapi tidak terinfeksi

Fomit dan jarum

terinfeksiSapi terinfeksiIntraurin

Sapi baru lahir

Kendaraan pembawa

sapi terinfeksi

Gigitan lalat, nyamuk,

tungau terinfeksiMakanan atau minuman

di bak bersama

Melalui sekresi tubuh

(oral, nasal, okular, susu,

semen)

Page 12: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Faktor risiko potensial LSD

12

Tipe Faktor Status/Daya tahan

Faktor terkaithospes

SpesiesJenis kelaminUmurJenis

Sapi lebih rentan dari kerbauBaik jantan dan betina keduanya rentanSapi muda lebih rentan dari yang tuaPersilangan (crossbred) lebih rentan dari yang asli

Faktor terkait agen Keropeng mengeringLapisan es dan pencairanDarah sapi terinfeksiDalam semen Dalam air liur (saliva) Dalam fomit

Virus LSD bertahan hidupVirus LSD stabilVirus LSD bertahan 8,8 hari dan DNA virus bertahan 16,3 hariVirus LSD bertahan sekitar 22 hariVirus LSD bertahan sekitar 11 hariVirus LSD bertahan untuk waktu tak terbatas

Faktor Lingkungan& Manajemen

Iklim panas dan lembabMusim hujan/basahPelanggaran karantina

Mendukung proliferasi nyamuk, lalat dan caplakMendukung berlimpahnya insekta penghisap darahHewan baru tiba-tiba masuk ke kelompok ternak

Sumber: Das et al., J Adv Biotechnol Exp Ther. 2021 Sep; 4(3): 322-333

Page 13: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Instruksi dalam keadaan darurat

▰ Rantai instruksi (chain of command) harus ditetapkan untuk menjaminpengambilan keputusan yang cepat dan efektif dalam menanganiwabah penyakit;

▰ Pengaturan yang berbeda untuk Indonesia bisa saja dilakukan denganmempertimbangkan luas wilayah, sistim administratif pemerintahan, hirarkhi birokrasi, dan pendelegasian wewenang dlsbnya;

▰ Pada prinsipnya pada saat wabah harus ada:▻ Tim Kesiapsiagaan Darurat dan Respons Nasional; ▻ Tim Kesiapsiagaan Darurat dan Respons Provinsi; ▻ Tim Respons Cepat Kabupaten/Kota.

13

Page 14: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Aktivasi TKDR di Pusat

▰ Mengevaluasi situasi darurat wabah secara menyeluruh;▰ Merumuskan/mengevaluasi opsi kebijakan yang mungkin dilakukan;▰ Membuat rekomendasi kepada Menteri tentang langkah-langkah

kebijakan yang akan diambil;▰ Menjalankan langkah-langkah yang diambil oleh Menteri untuk

memastikan pelaksanaan keputusan kebijakan yang legal dan efisien; ▰ Menerjemahkan keputusan kebijakan (policy decision) menjadi

penugasan bagi tim operasional; ▰ Merumuskan/mengevaluasi strategi komunikasi/informasi (risk

communication) yang akan diterapkan.

14

Page 15: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Dukungan legislasi (1)▰ LSD masuk Gol. I HPHK menurut Kepmentan No. 3238/Kpts/PD.630/9/2009.▰ Dasar hukum pengambilan sampel untuk penyidikan wabah (UU 18/2009 Pasal

46 ayat 1).▰ Dasar hukum pemberlakuan kawasan karantina terhadap daerah tertular (UU

18/2009 Pasal 41; UU No. 21/2019 Pasal 71). ▰ Dasar hukum untuk pembatasan lalu lintas hewan (UU 18/2009 Pasal 44 ayat 1).▰ Dasar hukum untuk melakukan tindakan pemusnahan terhadap seluruh hewan

yang tertular di peternakan/desa (UU 18/2009 Pasal 46 ayat 3).▰ Dasar hukum untuk melakukan vaksinasi (UU 18/2009 Pasal 44 ayat 1).▰ Dasar hukum pengeluaran hewan, produk hewan dan media pembawa lainnya

dari daerah tertular/terduga ke daerah bebas (UU 18/2009 Pasal 46 ayat 5)

15

Page 16: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Dukungan legislasi (2)▰ Dasar hukum kompensasi bagi hewan yang dimusnahkan (UU No.18/2009

Pasal 44 ayat 4).

Dukungan legislasi tambahan yang diperlukan:

▰ Dasar hukum klasifikasi LSD sebagai penyakit wajib lapor (notifiable disease).▰ Dasar hukum pemberlakuan karantina di area terinfeksi dan tertular.▰ Dasar hukum untuk disposal karkas dan material terkontaminasi melalui

pembakaran atau penguburan.▰ Dasar hukum prosedur impor cepat vaksin pada keadaan darurat, terutama bagi

penyakit baru (eksotik) yang mewabah di Indonesia. ▰ Dasar hukum vaksinasi wajib (compulsory vaccination).▰ Dasar hukum untuk registrasi peternakan dan identifikasi sapi.

16

Page 17: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Kebutuhan pendanaan

▰ Biaya petugas

▰ Biaya transpor

▰ Biaya peralatan dan bahan habis pakai

▰ Biaya vaksin dan kampanye vaksinasi

▰ Biaya database rekording identifikasi ternak,

vaksinasi, lalu lintas dan kesehatan sapi (i-SIKHNAS)

▰ Biaya lain-lain (bukan oleh pemerintah):▻ Biaya obat-obatan suportif untuk hewan sakit.▻ Kerugian akibat sapi/susu yang tidak bisa dijual.▻ Kerugian terkait bisnis pemrosesan produk sapi (kulit).

17

Page 18: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Definisi kasus LSD (ditentukan saat ‘peace tim e ’)

1. Sapi atau kerbau rawa yang menunjukkan gejala klinis konsisten denganLSD dan virus LSD (LSDV) telah diisolasi dari sampel; ATAU

2. Sapi atau kerbau rawa yang menunjukkan gejala klinis konsisten denganLSD atau secara epidemiologi terkait dengan kasus dicurigai ataudikonfirmasi dan diidentifikasi positif antigen atau asam nukleatspesifik untuk LSDV; ATAU

3. Sapi atau kerbau rawa yang menunjukkan gejala klinis konsisten denganLSD, atau secara epidemiologi terkait dengan kasus dicurigai ataudikonfirmasi dan telah terdeteksi antibodi spesifik untuk LSDV.

18Sumber: OIE Code. CHAPTER 11.9. Infection with Lumpy Skin Disease Virus.

Page 19: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Deteksi dini LSD

▰ Tujuan deteksi dini adalah menemukan LSD sebelum menyebar secara signifikan. Mungkintidak bisa dilakukan pada kasus pertama (index case), tetapi sedini mungkin.

▰ Jika deteksi dini terlambat, tindakan responstermasuk vaksinasi darurat juga akan terlambat, dan situasi epidemiologi akan memburuk.

▰ Deteksi dini harus menjadi prioritas tertinggibersamaan dengan rencana vaksinasi darurat(emergency vaccination plan) .

19

Page 20: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Kebijakan LSD (ditentukan saat ‘peace tim e ’)

▰ Kebijakan menyeluruhnya adalah memberantas LSD secara cepat.

▰ Pemberantasan dicapai dengan menerapkan kampanye vaksinasi LSD skalabesar (hingga 90%) di daerah tertular dan berisiko, menggunakan vaksin yang terbukti efikasinya terhadap virus LSD (Catatan: vaksin harus diimpor).

▰ Keputusan memusnahkan seluruh sapi terinfeksi dan yang kontak atau hanyayang menunjukkan gejala klinis LSD, bergantung apakah kebijakanpemusnahan mungkin dilakukan, dengan mempertimbangkan luasan dan lokasi unit epidemiologi, dan tersedianya dana kompensasi.

▰ Dukungan kebijakan yang kuat seperti pembatasan pergerakan ternak yang ketat dan penerapan prosedur karantina di area terinfeksi dan area tetangga.

20Sumber: FAO Lumpy Skin Disease Contingency Plan Template.

Page 21: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Rantai pelaporan wabah LSD▰ Pemilik, penggembala, pemelihara

sapi, pedagang ternak, personil RPH atau setiap orang yang kontak dengansapi wajib melapor kasus yang dicurigai LSD tanpa penundaan kedokter hewan Dinas Kab/Kota.

▰ Dokter hewan, laboratorium keswan, atau orang lain yang aktivitasnyaterkait hewan rentan, meengumpulkansampel atau produk asal hewan iniwajib melapor kasus yang dicurigaiatau teridentifikasi ke OtoritasVeteriner Nasional.

21

Pemilik sapi/peternak Dokter hewan Lapangan

Dokter hewan Dinas Kab/Kota

Dokter hewan Dinas Provinsi

Dokter hewan DJPKH

Office International des Epizooties (OIE)

Otovet Nasional wajib lapor ke OIE

Page 22: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Tujuan surveilans LSD

▰ Pra wabah: surveilans untuk mendeteksi keberadaan LSD sepanjang perbatasandengan negara tertular, untuk memastikan deteksi dini dan respons cepat.

▰ Wabah: 1) surveilans untuk mendeteksi kasus LSD ketika LSD sudah ada, dengan tujuan

melaksanakan tindakan pengendalian di peternakan terduga/tertular.

2) surveilans untuk mendeteksi keberadaan LSD di sekitar area vaksinasi(surveilans zone) untuk membuktikan LSD tidak menyebar dari area vaksinasi.

▰ Pasca wabah: surveilans untuk membuktikan bebas setelah tindakanpengendalian dan memperoleh kembali status bebas penyakit sesuai OIE TAHC Chapter 11.9. (exit strategy).

22Sumber: FAO Lumpy Skin Disease Contingency Plan Template.

Page 23: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Pengendalian Vektor▰ Pengendalian serangga yang efisien pada sapi atau di dalam peternakan dapat

mengurangi laju penularan mekanis, tetapi tidak sepenuhnya mencegah, terutama pada sapi yang bebas berkeliaran atau di padang rumput.

▰ Penerapan alat pengusir serangga dapat bekerja untuk perlindungan hanyauntuk waktu singkat.

▰ Jika menggunakan penyemprotan insektisida, perlu mempertimbangkan waktuhenti (withdrawal time) untuk susu dan daging.

▰ Pembatasan tempat berkembangbiak vektor, seperti sumber air, lumpurlimbah dan kotoran kandang, dan memperbaiki drainase di peternakan adalahcara berkelanjutan untuk mengurangi jumlah vektor pada dan sekitar sapi.

23

Page 24: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Strategi pengendalian LSD

▰ Jika pilihan utama strategi untuk mengendalikan/memberantas LSD adalah melalui vaksinasi, maka diperlukan rencana dan persiapanyang memadai maka harus ada = RENCANA VAKSINASI DARURAT(emergency vaccination plan) yaitu:▻ program vaksinasi yang diterapkan sebagai respons cepat

terhadap wabah yang terjadi di dalam suatu wilayah ataupeningkatan risiko introduksi/munculnya penyakit.

▰ Vaksinasi darurat adalah respons langsung terhadap wabah dan dilakukan segera setelah deteksi kasus pertama.

24Sumber: FAO Lumpy Skin Disease Contingency Plan Template.

Page 25: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Strategi vaksinasi LSD 1. Vaksinasi terbatas (Barrier vacc inatio n): vaksinasi di daerah sepanjang

perbatasan negara atau zona untuk mencegah penyebaran infeksi ke atau darinegara atau zona tetangga.

2. Vaksinasi menyeluruh (Blanket vacc inatio n): vaksinasi semua hewan rentan di daerah atau seluruh negara atau zona.

3. Ring Vaksinasi (Ring vacc inatio n): vaksinasi semua hewan rentan di daerahsekitar lokasi di mana wabah terjadi.

4. Vaksinasi bertarget (Targeted vacc inatio n): vaksinasi subpopulasi hewanrentan.

Vaksinasi terbatas dan Ring vaksinasi dapat menjadi PENDEKATAN UTAMA dalam strategi vaksinasi LSD.

25Sumber: OIE Code. CHAPTER 4.18. Vaccination.

Page 26: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Spesifikasi teknis vaksin LSD

▰ Vaksin terbuat dari strain virus LSD yang ‘life attenuated’, homologous(spesifikasi OIE dan EFSA).

▰ Vaksin harus memberikan imunitas yang memadai terhadap LSD;▰ Vaksin harus steril, aman dan efektif.▰ Vaksin dapat diterapkan pada sapi/kerbau semua umur.▰ Masa kadaluwarsa (expiry date) dari ‘batch’ setidaknya 12 bulan sejak

tanggal produksi.▰ Vaksin diproduksi sesuai dengan Manual Diagnostik OIE.▰ Leaflet untuk petunjuk penggunaan harus dalam bahasa Indonesia atau

paling tidak dalam bahasa Inggris.

26Sumber: Presentasi Alexandrov: Emergency response to an outbreak of Lumpy Skin Disease.

Page 27: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Apa keuntungan vaksinasi?

▰ Terbukti sebagai alat terbaik untuk pengendalian LSD yang cepat dan efektif.

▰ Mengurangi jumlah total hewan rentan dalam populasi, sehingga mencegahmenyebarnya LSD;

▰ Melindungi hewan dari manifestasi klinis LSD, sehingga mencegah kerugianekonomi langsung dan tidak langsung;

▰ Lebih mudah diterapkan dari pemusnahan (seperti ‘stamping out’);

▰ Dalam kebanyakan kasus, biaya lebih sedikit dibandingkan dengan strategi ‘stamping out’;

▰ Keuntungan dibandingkan strategi lain dari aspek kesejahteraan hewan, lingkungan dan sosiologis.

27Sumber: APPENDIX II - Guide To Develop A Lumpy Skin Disease Emergency Vaccination Plan

Page 28: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Apa potensi kelemahan vaksinasi?

▰ Masa tunggu yang lebih lama setelah wabah terakhiruntuk mencapai status bebas penyakit;

▰ Karena gejala klinis tidak akan muncul, surveilans klinisLSD akan terbatas pada subpopulasi (stok ternak barulahir, setelah imunitas maternal menghilang) dan hewantidak divaksinasi karena sejumlah alasan;

▰ Reaksi merugikan pernah dicatat, meskipun sangatjarang, ringan dan tidak lama, dan perlu dijelaskan secarabaik kepada peternak untuk mencegah penolakan untukhewannya divaksinasi.

28Sumber: APPENDIX II - Guide To Develop A Lumpy Skin Disease Emergency Vaccination Plan

Page 29: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Penutup▰ Setiap wabah penyakit eksotik yang termasuk dalam “OIE listed diseases’

(seperti LSD) harus diperlakukan sebagai suatu keadaan darurat (emergency).

▰ Tantangan dalam menghadapi wabah LSD:

▻ Respon cepat terhadap wabah yang terjadi secara bersamaan;

▻ Prosedur impor/tender/kontrak untuk penyediaan cepat vaksinyang diperlukan;

▻ Pelaksanaan vaksinasi darurat segera setelah wabah pertama;

▻ Pergerakan dan lalu lintas ternak yang sulit dikendalikan;

▻ Pengendalian massal dari vektor insekta penghisap darah.

29

Page 30: Rencana Kontijensi Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia

Terima kasih

30

Tidak ada satupun negara yang berhasil menangani LSD tanpa vaksinasi!