Rematik, pegal

2
Rematik, pegal linu, nyeri otot dan sendi, merupakan penyakit-penyakit yang tidak asing dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan kebanyakan pada masyarakat lansia (lanjut usia) yang memang dekat dengan gangguan rematik yang merupakan salah satu dari penyakit degeneratif ( FKUI/RSCM, 2009 ). Penyakit rematik (rheumatism) merupakan suatu kondisi yang menyakitkan, yang mengefek berjutaan orang. Terdapat lebih dari 100 jenis penyakit rematik, antaranya adalah, osteoartritis, rheumatoid artritis, spondiloartritis, gout, lupus eritematosus sistemik, skleroderma, fibromialgia, dan lain-lain lagi. Penyakit ini menyebabkan inflamasi, kekakuan, pembengkakan, dan rasa sakit pada sendi, otot, tendon, ligamen, dan tulang. Berdasarkan penelitian oleh Centers for Disease Control and Prevention, menunjukkan bahwa 33% (69.9 juta) daripada populasi Amerika Serikat mengeluhkan penyakit artritis atau penyakit sendi (Cush, J.J. dan Lipsky, P.E., 2005). Obat merupakan terapi utama untuk mengurangi efek dari rematik ataupun pegal linu. Obat rematik/pegal linu merupakan penghilang rasa sakit yang secara umum dikategorikan sebagai obat anti-inflamasi non- steroid ( OAINS ). Dalam kehidupan sehari-hari obat rematik/pegal linu sangat mudah didapatkan, bahkan kita dapat dengan mudah mendapatkannya dengan membeli di warung- warung, toko-toko, ataupun apotek-apotek tanpa harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Sangat praktis, namun kebanyakan masyarakat tidak mempertimbangkan dan tidak mempedulikan efek sampingnya jika ternyata obat yang dibeli tersebut salah atau malah menimbulkan efek balik (kontra indikasi). Banyak pasien yang mungkin karena merasa cocok dengan obat yang pernah diresepkan oleh dokternya kemudian, ketika sakit lagi, mengulang resep tadi dengan membeli di toko obat. Padahal, tanpa disadari penggunaan obat rematik yang tidak tepat bisa menyebabkan efek samping kerusakan lambung atau saluran cerna ( Makmun, 2009 ). Gejala yang sering timbul akibat efek samping dari obat-obat ini, antara lain gangguan maag berupa rasa sakit atau tidak nyaman di uluhati, mual, muntah, perlukaan bahkan tukak di lambung dan usus duabelas jari. Dan bisa mengakibatkan erosi klinis dilambung sehingga terjadi perdarahan saluran cerna bagian atas yang bisa berlanjut dengan kematian ( Fahrial, 2008). Pada penelitian yang dilakukan RSCM (2005) pada 1.192 pasien dengan keluhan buang air besar hitam, muntah darah, atau keduanya, lebih dari 90 %

description

rematik

Transcript of Rematik, pegal

Page 1: Rematik, pegal

Rematik, pegal linu, nyeri otot dan sendi, merupakan penyakit-penyakit yang tidak asing dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan kebanyakan pada masyarakat lansia (lanjut usia) yang memang dekat dengan gangguan rematik yang merupakan salah satu dari penyakit degeneratif ( FKUI/RSCM, 2009 ).

Penyakit rematik (rheumatism) merupakan suatu kondisi yang menyakitkan, yang mengefek berjutaan orang. Terdapat lebih dari 100 jenis penyakit rematik, antaranya adalah, osteoartritis, rheumatoid artritis, spondiloartritis, gout, lupus eritematosus sistemik, skleroderma, fibromialgia, dan lain-lain lagi. Penyakit ini menyebabkan inflamasi, kekakuan, pembengkakan, dan rasa sakit pada sendi, otot, tendon, ligamen, dan tulang. Berdasarkan penelitian oleh Centers for Disease Control and Prevention, menunjukkan bahwa 33% (69.9 juta) daripada populasi Amerika Serikat mengeluhkan penyakit artritis atau penyakit sendi (Cush, J.J. dan Lipsky, P.E., 2005).

Obat merupakan terapi utama untuk mengurangi efek dari rematik ataupun pegal linu. Obat rematik/pegal linu merupakan penghilang rasa sakit yang secara umum dikategorikan sebagai obat anti-inflamasi non- steroid ( OAINS ). Dalam kehidupan sehari-hari obat rematik/pegal linu sangat mudah didapatkan, bahkan kita dapat dengan mudah mendapatkannya dengan membeli di warung-warung, toko-toko, ataupun apotek-apotek tanpa harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Sangat praktis, namun kebanyakan masyarakat tidak mempertimbangkan dan tidak mempedulikan efek sampingnya jika ternyata obat yang dibeli tersebut salah atau malah menimbulkan efek balik (kontra indikasi). Banyak pasien yang mungkin karena merasa cocok dengan obat yang pernah diresepkan oleh dokternya kemudian, ketika sakit lagi, mengulang resep tadi dengan membeli di toko obat. Padahal, tanpa disadari penggunaan obat rematik yang tidak tepat bisa menyebabkan efek samping kerusakan lambung atau saluran cerna ( Makmun, 2009 ).

Gejala yang sering timbul akibat efek samping dari obat-obat ini, antara lain gangguan maag berupa rasa sakit atau tidak nyaman di uluhati, mual, muntah, perlukaan bahkan tukak di lambung dan usus duabelas jari. Dan bisa mengakibatkan erosi klinis dilambung sehingga terjadi perdarahan saluran cerna bagian atas yang bisa berlanjut dengan kematian ( Fahrial, 2008).

Pada penelitian yang dilakukan RSCM (2005) pada 1.192 pasien dengan keluhan buang air besar hitam, muntah darah, atau keduanya, lebih dari 90 % disebabkan oleh penggunaan obat rematik. Dan pada penelitian berikutnya ( 2009 ) resiko terjadinya tukak lambung 1 dari 5 pasien pemakai obat rematik/pegal linu, tukak yang bergejala terjadi pada 1 dari 70 pasien pemakai obat rematik/pegal linu, dan yang mengakibatkan perdarahan saluran cerna atas pada 1 dari 150 pasien pemakai obat rematik/pegal linu. Menurut Graham ( 2008 ) dari komite penasihat Food and Drug Administration, “ ketika kita sebagai dokter meresepkan obat pada pasien, kita bukan hanya harus menjelaskan jenis obat yang kita berikan, tetapi kita juga perlu membahas efek samping obat dengan baik dan apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping tersebut”. Karena menurut Simon (2003) berdasarkan penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa pasien yang memperhatikan efek samping dari obat hanya sekitar 25 %.

Page 2: Rematik, pegal

Menurut fakta yang telah telah dibahas tersebut, maka penulis ingin memperkenalkan penyakit Reumatik lebih jelas dan singkat yang akan diterangkan didalam makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Reumatik (Osteoartritis)”.