Reinforcement Paper

25
Modifikasi Perilaku REINFORCEMENT Oleh: Anggun T Wahyuni 105120300111025 Guntur Widar K 105120301111009 Resa Dwi Cahyo S 105120301111026 M Auzan Apta W 105120301111031 Alvian Suryanto P P 105120302111001 Ryandi Pratama P 105120304111001 Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

description

asssssssssssssssdddddddddddddddda

Transcript of Reinforcement Paper

Page 1: Reinforcement Paper

Modifikasi Perilaku

REINFORCEMENT

Oleh:

Anggun T Wahyuni 105120300111025

Guntur Widar K 105120301111009

Resa Dwi Cahyo S 105120301111026

M Auzan Apta W 105120301111031

Alvian Suryanto P P 105120302111001

Ryandi Pratama P 105120304111001

Program Studi Psikologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Brawijaya

Malang

2013

Page 2: Reinforcement Paper

A. Modifikasi Perilaku

Modifikasi perilaku adalah penerapan prinsip_prinsip teori belajar yang

telah diuji secara eksperimental untuk mengubah perilaku yang tidak adaptif.

Kebiasaan-kebiasaan tidak adaptif dilemahkan dan dihilangkan sedangkan

perilaku ditimbulkan serta dikukuhkan (Wolpe, 1973). Modifikasi perilaku adalah

sebuah metode untuk memperbaiki atau menghilangkan perilaku yang negative

dan bias juga digunakan untuk meningkatkan dan menguatkan perilaku-perilaku

positif. Metode ini berdasarkan paradigm teori behaviorisme yang menekankan

pada perilaku nyata. Terdapat berbagai eksperimen yang dilakukan dalam aliran

behaviorisme ini, sehingga muncul berbagai teori dalam perkembanganya. Salah

satu yang sangat berpengaruh dalam aliran behavioris ini adalah teori Operant

Conditioning yang dikemukakan oleh B.F skinner.

Menurut Skinner, kepribadian terdiri dari 2 aspek, yaitu yang dapat

dimodifikasi dan yang menetap. Fokus utama Skinner adalah pada perilaku yang

dapat dimodifikasi. Minatnya hanya sedikit terhadap karakteristik perilaku yang

sifatnya relatif menetap. Hal ini merupakan konsekuensi dari asumsi ketiga bahwa

perilaku dapat dikontrol. Berdasarkan fokus ini, kepribadian menurut aliran

behavioristik pada akhirnya lebih dimengerti sebagai respon yaitu tingkah

laku eksternal yang dapat diobservasi dan dapat dihubungkan dengan

kejadian dalam lingkungan. Respon di sini adalah perilaku yang dipelajari

berupa pengulangan kembali karena adanya reinforcement.

Peramalan dan penjelasan mungkin dapat dilakukan melalui

pengetahuan mengenai aspek kepribadian yang dapat diubah dan yang

menetap. Namun, kontrol hanya dapat dilakukan melalui modifikasi. Kontrol

menunjukkan bahwa lingkungan yang beragam dapat menimbulkan pola-pola

perilaku yang berbeda. Walaupun demikian, Skinner tidak pernah menegaskan

bahwa semua faktor penyebab tingkah laku berasal dari lingkungan. Ia

berpendapat mengenai 2 hal. Pertama, ia menyatakan bahwa sensivitas

individu terhadap reinforcement memiliki dasar genetik, yang berkembang

karena individu tersebut belajar mengenai pertahanan diri positif atau

menguntungkan dari keutamaan pada peristiwa di lingkungan. Kedua,

menyatakan bahwa pada beberapa spesies atau individu tertentu, beberapa

1

Page 3: Reinforcement Paper

perilakunya lebih mudah dikondisikan dibandingkan spesies atau individu

lainnya. Ia juga mengakui bahwa beberapa perilaku bersifat genetik total,

sehingga pengalaman tidak berdampak apapun terhadap perilaku tersebut.

Dari dasar teori diatas maka munculah berbagai metode dalam tindakan

modifikasi perilaku. Dalam makalah ini membahas salah satu metode pada

modifikasi perilaku, yaitu dengan menggunakan reinforcement. Terdapat dua

macam reinforcement, yakni Reinforcement Positif dan Reinforcement Negatif.

B. Reinforcement Positif

Reinforcement (penguat) positif adalah suatu kejadian atau objek yang

ketika dimunculkan segera setelah suatu perilaku, menyebabkan perilaku itu

bertambah sering muncul. Sering juga disamakan dengan hadiah. Prinsip

reinforcement positif adalah hukum yang sangat penting untuk proses belajar.

Pemberian reinforcement positif mengacu pada teori operant conditioning dari

Skiner yang memandang hadiah (reward) atau penguatan (reinforcement) sebagai

unsur yang penting dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan pemberian

pengukuhan positif memberikan bukti salah satu bentuk perhatian tenaga pendidik

pada peserta didik (Walgito,2004: 72).

Corey (1995:412) mengungkapkan, “penguatan positif adalah prosedur

dimana respon diikuti stimulus. Di dalamnya ada tambahan sesuatu (seperti

pujian) sebagai konsekuensi dari suatu perilaku tertentu.” Menurut Margaret

E.Bell Gredler (1994:127), Reinforcement merupakan setiap konsekuensi dari

tingkah laku yang memiliki dampak memperkuat atau mengokohkan tingkah laku.

Sedangkan menurut Soetarlinah Soekadji (1983: 12) Reinforcement

mengungkapkan pengukuhan positive (Positive Reinforcement) adalah bila suatu

stimulus (benda atau kejadian) dihadirkan atau terjadi sebagai akibat atau

konsekuensi suatu perilaku dan bila karenanya keseringan munculnya perilaku

tersebut meningkat atau terpelihara. Stimulus yang mengikuti atau menjadi

konsekuensi perilaku, dan menyebabkan perilaku berulang atau terpelihara,

disebut pengukuh positif (positive reinforcer).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

reinforcement positif adalah suatu prosedur peningkatan tingkah laku seseorang

2

Page 4: Reinforcement Paper

yang dilakukan secara berulang-ulang sebagai kontrol terhadap tingkah laku yang

diinginkan berdasarkan respon yang diberikan orang tersebut atas suatu stimulus.

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reinforcement Positif

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan reinforcement positif,

diantaranya sebagai berikut.

a) Memilih perilaku yang akan ditingkatkan

Perilaku yang akan dikukuhkan harus diidentifikasi secara spesifik. Hal

ini akan membantu untuk memastikan reliabilitas dari deteksi contoh dari

perilaku dan perubahan frekuensinya. Serta meningkatkan perilaku

kemungkinan program reinforcement ini dilakukan secara konsisten.

b) Memilih reinforcer

Berbeda individu, kemungkinan reinforcer yang digunakan juga berbeda.

Ada juga reinforcer yang merupakan reinforcer bagi semua orang.

c) Membangun pelaksanaan

Makin lama periode deprivasi, maka reinforcer akan makin efektif.

Deprivasi adalah selang waktu training sebelumnya, di mana individu tidak

menerima reinforcer.

d) Ukuran reinforcer

Ukuran atau jumlah reinforcer merupakan ukuran yang penting dalam

efektivitas reinforcer. Jumlah reinforcer cukup untuk menguatkan perilaku

yang ingin ditingkatkan, namun jangan berlebihan untuk menghindari

satiasi.

e) Pemberian reinforcer

Reinforcer harus diberikan segera setelah perilaku muncul. Ada dua

macam prinsip, yaitu the direct acting effect dan the indirect acting effect.

f) Penggunaan aturan

Instruksi dapat memfasilitasi perubahan perilaku dalam beberapa cara

yaitu: instruksi akan mempercepat proses belajar individu yang mengerti,

instruksi dapat mempengaruhi individu untuk berusaha bagi reinforcement

yang ditunda, dan dapat membantu mengajar individu (seperti anak kecil

atau orang yang mengalami hambatan perkembangan) untuk mengikuti

instruksi.

3

Page 5: Reinforcement Paper

g) Contingent vs Noncontingent Reinforcement

Reinforcement contingent : reinforcer tergantung pada perilaku.

Reinforcement noncontingent : reinforcer diberikan pada waktu tertentu dan

tidak tergantung pada perilaku

h) Memindahkan individu dari program dan menggantinya dengan

reinforcement yang natural

Setelah ada penguatan perilaku melalui penggunaan reinforcement

positif, ada kemungkinan bagi reinforcer dari lingkungan alami individu

untuk mengambil alih pemeliharaan perilaku tersebut.

2. Penerapan Schedule Reinforcement

Reinforcement sangat penting dalam perilaku operan, sehingga diperlukan

jadwal pemberian reinforcement. Schedule of reinforcement menurut Chaplin

(2006) merupakan satu program yang menentukan kapan subjek akan diperkuat,

baik berkenaan dengan interval waktu maupun dengan jumlah reaksi yang

dilakukannya. Terdapat beberapa jenis jadwal pemberian reinforcement, antara

lain sebagai berikut.

a) Continous Reinforcement Schedule : pemberian reinforcement segera

setelah munculnya setiap respon yang diharapkan (pola penguatan

berkesinambungan).

b) Intermittent Reinforcement Schedule : penguatan yang tidak diberikan

berkesinambungan.

1) Ratio Schedule

Ratio schedules adalah reinforcement diberikan setelah muncul sejumlah

respon tertentu (yang sudah ditetapkan lebih dulu). Pada Ratio schedules ini

dibedakan menjadi dua, yaitu Fixed Ratio serta Variable Ratio. Fixed-ratio

schedule merupakan reinforcement diberikan setelah munculnya sejumlah

respon dari subjek. Sedangkan Variable-ratio schedule yaitu pemberian

reinforcement didasarkan pada rata-rata jumlah respon antar reinforcement,

tetapi ada variabilitas besar di sekitar rata-rata tersebut, contoh : mesin judi.

2) Interval Schedule

Interval schedules merupakan reinforcement yang diberikan setelah

beberapa waktu tertentu yang telah lalu. Interval schedules dibedakan

4

Page 6: Reinforcement Paper

menjadi dua macam yaitu, Fixed Interval dan Variable Interval. Fixed-

interval schedule merupakan pemberian reinforcement pada interval waktu

tertentu (after a fixed amount of time), contoh : setiap semester ada UAS .

Sedangkan Variable-interval schedule yaitu reinforcement diberikan pada

interval yang bervariasi (a random/variable time schedule, Contoh: sesorang

memancing ikan, kadang cepat dapat, kadang lama baru dapat.

3) Concurent Schedule of Reinforcement

Dalam concurrent schedule ini ada dua atau lebih pilihan jadwal

pemberian reinforsemen yang aktif secara bersamaan, sehingga subjek dapat

memilih salah satu.

C. Reinforcement Negatif

Reinforcement negatif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa

frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang

merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain:

menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau

menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa

dll).

Satu  cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan

penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan

atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau

dihilangkan.

Skinner mengembangkan prinsip belajar yang terdiri dari beberapa poin,

diantaranya sebagai berikut.

1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah

dibetulkan, jika benar diberi penguat.

2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.

3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.

4. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.

5. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini

lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.

6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya.

5

Page 7: Reinforcement Paper

Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.

7. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.

1. Contoh Sehari-hari Reinforcement Negatif

a) Contoh Satu: Mematikan lampu pada waktu malam (Iwata & Smith,

2007).

Demi argumen kita akan mengatakan Anda ingin lampu mati pada malam

hari sehingga Anda bisa tidur. Dengan mematikan lampu Anda mengeluarkannya

atau "mengurangi" itu. Cahaya sudah hadir sebelum Anda menekan tombol untuk

mematikannya dan setelah Anda menekan tombol lampu itu hilang. Ini

penghapusan cahaya adalah sesuatu yang Anda inginkan dan sehingga Anda lebih

mungkin untuk menekan tombol lampu pada malam hari di masa depan.

Perilaku Anda menekan saklar negatif diperkuat oleh penghapusan cahaya.

Ingatlah bahwa ketika ada sesuatu yang diambil (cahaya) sebagai akibat dari

perilaku Anda (menekan tombol lampu) dan dibawa pergi akan membawa Anda

untuk terlibat dalam perilaku itu lagi (menekan tombol lampu setiap kali Anda

pergi ke tempat tidur) maka penguatan negatif telah terjadi.

Tabel 1. Cahaya akan dihapus setelah perilaku menekan tombol lampu yang

mengarah ke penguatan negatif

b) Contoh Dua: Menggunakan penutup telinga untuk menghilangkan suara

yang mengganggu.

Mary suami Mike kadang-kadang mendengkur pada malam hari dan dia

tidak bisa tidur melalui itu ketika dia melakukannya. Ketika Maria dibangunkan

oleh Mike mendengkur dia telah belajar bahwa menempatkan di blok penyumbat

telinga kebisingan dan dia tidak dapat lagi mendengar nya mendengkur. Setiap

6

Page 8: Reinforcement Paper

kali ia sekarang mendengkur ia menempatkan di penyumbat telinga - sehingga ada

peningkatan dalam perilaku meletakkan di penyumbat telinga.

Sebelum Mary memasukkan penyumbat telinga nya, ada stimulus

permusuhan hadir - Mike mendengkur - penyumbat telinga ini kemudian diblokir

stimulus ini (mendengkur) atau Anda bisa mengatakan itu dihapus. Penggunaan

Maria penyumbat telinga telah diperkuat karena mereka menghapus stimulus

permusuhan dan sebagainya penguatan negatif telah terjadi.

Tabel 2. Suara mendengkur dihapus setelah ia menempatkan penyumbat

telinga dalam memimpin untuk penguatan negatif

2. Penguatan Negatif Bukanlah Hal Negatif

Ini keyakinan bahwa penguatan negatif adalah hal yang buruk dapat

dimengerti mengingat kata "negatif" yang digunakan, hal ini telah menyebabkan

istilah yang sangat disalahpahami (Cooper, et al 2008).

a) Kesalahpahaman No.1

Penguatan negatif adalah kebalikan dari penguatan positif. Karena

penguatan positif berarti "hadiah" maka penguatan negatif berarti "hukuman".

Memang benar bahwa penguatan positif sering hanya disebut "reward" tetapi juga

mungkin untuk mengatakan bahwa penguatan negatif "hadiah" untuk terlibat

dalam perilaku. Sebuah contoh dasar tentang bagaimana negatif perkuatan

menguntungkan dapat dilihat dengan bagaimana seorang mahasiswa

menghilangkan beberapa "bau badan" dengan mengambil mandi.

Ini mahasiswa, Steve, tidak memiliki mandi di sekitar satu bulan dan

sekarang pemberitahuan dia mulai mengeluarkan bau yang cukup mengerikan.

Bau ini kini menjadi musuhnya sehingga ia memutuskan untuk mandi. Setelah

7

Page 9: Reinforcement Paper

mandi bau itu hilang sehingga perilakunya memiliki mandi itu negatif diperkuat

dengan penghapusan bau.

Tabel 3. Mengambil mandi untuk menghilangkan bau adalah contoh

penguatan negatif

Dalam contoh di atas, bau sudah hadir sehingga ia kemudian mengambil

mandi yang membuat bau pergi, karena kamar mandi menyingkirkan bau ada

kemungkinan peningkatan bahwa ia akan mengambil mandi lagi ketika ia perlu

menyingkirkan nya bau badan di masa depan.

Penguatan positif, di sisi lain, adalah ketika sesuatu yang belum ada di

lingkungan ditambahkan ketika seseorang terlibat dalam perilaku dan perilaku

yang menyebabkan penambahan ini juga akan meningkat (Cooper, Heron, &

Heward, 2007).

Melanjutkan dengan mandi Steve, ketika ia melangkah ke kamar mandi

tidak ada air yang keluar dari kepala pancuran, ia kemudian menyalakan keran air

panas (kran) dan air keluar. Dalam kasus ini, perilakunya menyalakan keran air

panas itu positif diperkuat dengan penambahan air panas.

8

Page 10: Reinforcement Paper

Tabel 4. Sebuah perbandingan dasar penguatan bagaimana positif dan

negatif yang berbeda

Jadi, di sini dapat dilihat bagaimana sekarang baik penguatan positif dan

negatif yang "menguntungkan" atau dengan cara lain, bagaimana hasil dari kedua

bentuk penguatan yang menguntungkan. Menghapus bau yang tidak diinginkan

terjadi melalui penguatan negatif dan ini adalah hasil yang baik bagi siswa karena

ia ingin bau hilang, dia tidak dihukum karena memiliki pancuran.

Penting untuk diingat bahwa hasil (konsekuensi) dari penguatan positif dan

negatif yang menguntungkan dan sehingga perilaku yang mengarah ke penguatan

yang lebih mungkin terjadi lagi di masa depan. Sebaliknya, hukuman terjadi

ketika hasil dari terlibat dalam perilaku yang tidak menguntungkan dan sehingga

perilaku yang menyebabkan hukuman akan mengurangi di masa depan. Misalnya,

jika Anda meletakkan tangan Anda di dalam api dan terbakar Anda tidak mungkin

untuk melakukannya lagi di masa depan, sehingga tidak akan ada peningkatan

dalam jenis perilaku.

9

Page 11: Reinforcement Paper

Tabel 5. Hasil dari Penguatan Positif dan Negatif

Dari tabel di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil dari penguatan positif

dan negative adalah menguntungkan (yaitu yang baik). Perilaku yang

menyebabkan kedua bentuk penguatan akan meningkat.

b) Kesalahpahaman No.2

Penguatan negatif adalah ketika seseorang terlibat dalam perilaku

"negatif" atau "buruk" dan mendapatkan sesuatu dari itu. Contoh lain yang

terbaik mungkin menghilangkan satu ini juga. Orang tua dan anak berbelanja.

Ketika mereka melewati bagian manis anak meraih tas besar permen dan

melemparkan mereka ke dalam troli. Orangtua membawa mereka keluar dan

memberitahu anak untuk menempatkan mereka kembali. Anak jepit di tanah dan

mulai berteriak karena dia ingin permen. Orangtua tahu bahwa orang lain menatap

mereka. Orangtua menyerah dan menghentikan amukan anak dengan memberinya

permen.

Perilaku anak ini bisa disebut "negatif" dan karena itu mungkin tampak

seperti tantrum (perilaku) yang negatif diperkuat dengan permen. Namun,

perilakunya benar-benar positif diperkuat karena ia diberi permen!

Ingat bahwa penguatan positif adalah ketika perilaku Anda mendapatkan

sesuatu yang Anda inginkan tapi itu belum hadir. Anak itu tidak memiliki permen

sehingga ia melemparkan mengamuk (perilaku) dan tantrum ini punya dia

permen. Penguatan negatif adalah ketika sesuatu yang sudah ada diambil sebagai

akibat dari perilaku dan penghapusan itu adalah sesuatu yang Anda inginkan

(ingat bau Steve?).

Dalam contoh ini itu sebenarnya perilaku orang tua yang negatif diperkuat.

Orangtua tidak seperti mengamuk atau perhatian itu membawa (menciptakan

10

Page 12: Reinforcement Paper

situasi permusuhan bagi orangtua). Situasi aversif hadir sebelum orangtua

mengizinkan anak untuk memiliki permen. Setelah perilaku orang tua

(memberinya permen) anak itu berhenti mengamuk dan sehingga situasi

permusuhan pergi (dihapus). Oleh karena itu perilaku orangtua yang negatif

diperkuat.

Tabel 6. Tantrum anak hilang karena permen

3. Escape (Melarikan Diri)

Rangsangan permusuhan (bau misalnya, tantrum bising, mendengkur)

umumnya menciptakan keinginan untuk menjauh dari mereka, yaitu melarikan

diri. Biasanya, yang "melarikan diri" berkaitan dengan orang yang meninggalkan

situasi permusuhan, seperti melarikan diri dari penjara. Namun, istilah ini juga

digunakan dalam kaitannya dengan penghapusan stimulus tidak menyenangkan

itu sendiri sementara Anda tinggal di mana Anda berada.

Pikirkan contoh bau. Anda tidak berjalan menjauh dari bau dan

meninggalkannya di belakang Anda. Sebaliknya Anda terjebak dengan itu sampai

Anda mengambil mandi tapi perilaku mandi masih upaya untuk melarikan diri

dari stimulus aversif.

11

Page 13: Reinforcement Paper

Sangat penting untuk dicatat bahwa ada perbedaan antara perilaku

melarikan diri dan perilaku menghindar (Miltenberger, 2008). Melarikan diri

terjadi ketika perilaku menghapus stimulus permusuhan yang sudah hadir

sementara menghindari mencegah stimulus tidak menyenangkan dari terjadi di

tempat pertama. Catat bahwa baik melarikan diri dan perilaku menghindar masih

dipertahankan oleh penguatan negatif (Iwata & Smith, 2007).

Misalnya, bau yang sudah ada sehingga Anda kemudian memutuskan untuk

mandi yang merupakan "melarikan diri". Penghindaran terjadi ketika perilaku

mencegah stimulus tidak menyenangkan dari "terjadi" di tempat pertama. Jadi jika

Anda tahu Anda mulai mencium dari tidak mandi maka perilaku Anda mandi

cenderung meningkat untuk mencegah bau terjadi dan ini akan menjadi

"menghindari". Perbedaan bermuara pada apakah perilaku menghilangkan

stimulus permusuhan yang sudah ada (escape ) atau mencegah terjadinya stimulus

tidak menyenangkan (penghindaran).

Contoh lain bisa ketika Anda berjalan di luar dan silau matahari sakit mata

Anda. Karena silau Anda memutuskan untuk kemudian mengenakan kacamata

hitam untuk melarikan diri dari itu tetapi jika Anda meletakkan kacamata matahari

sebelum Anda pergi ke luar di bawah sinar matahari maka ini akan menghindari

rasa sakit di tempat pertama. Dalam kedua kasus, penguatan negatif

mempertahankan perilaku mengenakan kacamata matahari karena menghilangkan

silau matahari.

12

Page 14: Reinforcement Paper

Tabel 7. Perbedaan Melarikan Diri dengan Penghindaran

4. Penggunaan Istilah Positif-Negatif

Secara teknis, adalah mungkin untuk mengatakan bahwa ketika terjadi

penguatan negatif maka penguatan positif juga terjadi dan sebaliknya. Ambil

contoh mematikan lampu di malam hari. Jika Anda melihatnya dari perspektif

mengeluarkan cahaya maka penguatan negatif telah terjadi.

Namun, jika Anda melihatnya dari perspektif menambahkan kegelapan

maka penguatan positif telah terjadi. Perilaku dalam kedua kasus adalah sama

(menekan tombol lampu) dan hasil yang sama juga (cahaya dan kegelapan

dihapus ditambahkan) itu hanya tergantung pada bagaimana Anda melihatnya.

13

Page 15: Reinforcement Paper

Tabel 8. Hakikat Sama pada Perspektif Berbeda

Ketika penguatan negatif terjadi, penguatan positif juga terjadi. Menekan

tombol lampu menambah gelap tetapi juga menghilangkan cahaya - itu hanya

tergantung pada bagaimana Anda melihatnya.

14

Page 16: Reinforcement Paper

Daftar Pustaka

Chaplin, J. P. (2006). Terjemahan: Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Cooper, J., Heron, T., & Heward, W. (2007). Terapan Analisis Perilaku. New

Jersey: Pearson Education.

Corey,Gerald,1999, Teori dan Praktek konseling dan Psikoterapi, Bandung:

Refika Aditama.

Devlin, S., Pemimpin, G., & Healy, O. (2007). Perbandingan intervensi perilaku

dan sensorik integrasi terapi dalam pengobatan diri-perilaku yang

merugikan. Penelitian di Gangguan Autism Spectrum, 3, 223-231. DOI:

10.1016/j.rasd.2008.06.004

Fadilah. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana.

Iwata, B. & Smith, R. (2008). Penguatan negatif. Dalam J. Cooper, T. Heron, &

Heward, W. (Eds.), Terapan Analisis Perilaku (hal. 291-303). New Jersey:

Pearson Education.

Komalasari, G. et al. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks

Michael, J. (1975). Positif dan negatif penguatan, perbedaan yang tidak lagi

diperlukan, atau cara yang lebih baik untuk berbicara tentang hal-hal buruk

Behaviorisme, 3, 33-44..

Miltenberger, R. (2008). Perilaku Modifikasi. Belmont, CA. Wadsworth

Publishing.

Sadmoko, Heti Rahmawati. 2010. Modifikasi Perilaku.

Santrock, W. John. 2002. Life-Span Development. Jakarta: Erlangga

15