Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

download Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

of 25

Transcript of Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    1/25

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    2/25

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.  Latar Belakang

    Dalam mempersiapkan diri menghadapi era globalisasi, indonesia

    sebagai negara berkembang harus dapat meningkatkan sektor-sektor di berbagai

     bidang yang dapat mendukung peningkatan perekenomian indonesia. Sektor

     perkebunan adalah salah satu sektor yang harus di perhatikan karena didasarkan

     pada iklim indonesia yaitu iklim tropis. Salah satu tanamana yang dapat tubuh

    dengan baik pada iklimtropis adalah tanaman kelapa sawit (elaeis guinensis).

    Kelapa sawit merupakan salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang

    dapat menghasilkan minyak. Pada 2013 meningkat menjadi 7,197,432 hektar.

    Produksi CPO di indonesia juga semakin meningkat pada tahun 2013 mencapai

    27,746,125 ton. 

    Sementara itu Crude Palm Oil   (CPO) saat ini adalah sumber minyak

    nabati terbesar di dunia. Menurut laporan dari Oil World pada tahun 2011. CPO

    memberikan andil sekitar 27% atau setara dengan 46 juta ton terhadap total

    minyak nabati di dunia. Sementara ini, sebagai negara dengan paling besar

     penghasil CPO adalah Indonesia. Pabrik Kelapa Sawit yang berjumlah lebih dari

    640 pabrik di seluruh Indonesia memproduksi CPO sekitar 23 juta ton atau 46%

    dari total produksi CPO di dunia. Sebagai negara penghasil CPO dengan jumlah

     produksi yang cukup tinggi, tentunya juga menghasilkan jumlah limbah yang

    cukup banyak. Salah satu limbah yang dihasilkan adalah Limbah Bentonit atau

    Spent Bleaching Earth.

    Spent Bleaching Earth  (SBE) adalah salah satu jenis limbah proses

     penyulingan minyak sawit yang disebutkan bahwa 60 juta ton produksi minyak

    sawit dunia menghasilkan 600 ribu ton limbah SBE. Pada umumnya industri

    minyak akan membuang limbah SBE pada suatu lahan (landfill) tanpa adanya

     perlakuan lebih lanjut. Padahal berdasarkan PP No. 85 tahun 1999, limbah SBE

    dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya beracun (limbah B3). Karena

    limbah SBE dapat menimbulkan polusi pada tanah, air maupun udara, serta dapat

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    3/25

    2

     juga menimbulkan reaksi pembakaran akibat jenuh dengan minyak yang tertahan.

    Limbah Bentonit atau SBE memungkinkan untuk diregenerasi dan

    dimanfaatkan kembali. Salah satunya pemanfaatan pada proses pemucatan /

     bleaching CPO, yang mempunyai struktur berlapis dengan kemampuan

    mengembang ( swelling ) dan memiliki kation-kation yang dapat ditukarkan. Pada

     proses pemucatan/bleaching   CPO digunakan bleaching earth/bentonit dengan

    kadar antara 0.5% hingga 2.0% dari massa CPO (Young, 1987).  Bleaching

    earth/bentonit yang merupakan bahan aktif digunakan untuk menghilangkan atau

    menyerap pigmen warna yang terdapat didalam CPO sehingga dihasilkan minyak

    yang lebih jernih. Industri pemurnian CPO di Indonesia umumnya menggunakan

    Ca-bentonit sebagai bleaching agent . Kebutuhan akan bleaching earth khususnya

     bentonit setiap tahun semakin meningkat dengan berkembangnya industri minyak

    nabati. Hal tersebut yang mendasari berbagai penelitian untuk merecovery

     bentonit dari SBE.

    Berbagai penelitian telah diupayakan untuk mengurangi limbah SBE

    yang dihasilkan dari produksi CPO. Berdasarkan penelitian mengenai SBE

    sebelumnya, pemilihan senyawa pengaktivasi SBE lebih menitikberatkan

     penggunaan senyawa asam dibandingkan senyawa basa. Sisa ekstraksi minyak

    dari SBE dapat diregenerasi untuk proses pemucatan / bleaching CPO. Oleh sebab

    itu, dalam penelitian kali ini SBE mengalami proses lebih lanjut untuk

    diregenerasi dengan pemilihan aktivator senyawa basa dan penentuan optimasi

    waktu pengadukkan paling optimal demi menghasilkan regenerasi SBE yang baik.

    Karakterisasi dilakukan dengan analisa visual SBE hasil regenerasi atau

    RSBE. Analisa visual ini dilakukan dengan uji coba pencampuran larutan belau

     pekat dengan perbandingan SBE 0.5 gram dan larutan belau 10 ml kemudian

    diaduk selama 30 menit dan didiamkan selama satu jam. Analisa selanjutnya

    dilakukan dengan pencampuran larutan SBE 1% dan diuji dengan pH meter

    universal. Berikutnya mengetahui bulk density SBE yang ditimbang didalam gelas

    ukur sebanyak 10ml. Karakterisasi selanjutnya menggunakan  X-Ray Diffraction 

    (XRD) guna membandingkan struktur RSBE dan VBE, dengan dilakukan analisa

    ini diharapkan dapat diketahui aktivasi dengan senyawa apa dan konsentrasi

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    4/25

    3

     berapa yang paling optimal.

    1.2. 

    Rumusan Masalah

    Yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah

    1)  Metode apa yang digunakan pada regenerasi limbah SBE?

    2)  Apakah senyawa basa dapat digunakan untuk regenerasi limbah SBE?

    3) 

    Perbandingan variabel optimum antara senayawa basa yang digunakan pada

    limbah SBE?

    4)  Proses Regenerasi Bentonit pada limbah SBE?

    1.3. 

    Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah

    1)  Mengetahui metode yang digunakan pada regenerasi limbah SBE.

    2)  Mengetahui senyawa basa yang dapat digunakan untuk regenerasi limbah

    SBE.

    3)  Menemukan variabel optimum antara senyawa basa yang digunakan pada

    limbah SBE.

    4) 

    Memahami Proses Regenerasi Bentonit pada limbah SBE.

    1.4. Hipotesa

    Yang menjadi hipotesa pada penelitian ini adalah Spent Bleaching Earth 

     pada CPO itu dapat kita gunakan lagi dengan me regenerasi senyawa bentonit

    yang terdapat didalamnya.

    1.5. Ruang LingkupPenelitian

    Yang menjadi variabel peubah pada penelitian ini adalah perlakuan pada

    saat :

    1)  Waktu pencampuran SBE dengan senyawa aktivasi.

    2)  Konsentrasi senyawa aktivasi.

    3)  Senyawa aktivasi yang digunakan.

    1.6. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang kita dapatkan dalam melakukan penelitian ini adalah

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    5/25

    4

    1) 

    Kita dapat mengetahui Metode apa yang digunakan pada regenerasi limbah

    SBE.

    2)  Kita dapat mengetahui senyawa basa dapat digunakan untuk regenerasi

    limbah SBE.

    3)  Kita dapat mengetahui Perbandingan variabel optimum antara senayawa basa

    yang digunakan pada limbah SBE.

    4)  Kita dapat mengetahui Proses Regenerasi Bentonit pada limbah SBE?

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    6/25

    5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Crude Palm Oil (CPO)

    Minyak kelapa sawit (CPO) saat ini adalah sumber minyak nabati terbesar

    di dunia. Menurut laporan oil world pada tahun 2011, Minyak kelapa sawit

    memberikan andil sekitar 27% atau 46 juta ton terhadap total minyak nabati di

    dunia. Produksi minyak nabati berikutnya diikuti oleh soybean, rapeseed dan

    sunflower. Sementara itu, sebagai negara dengan paling besar penghasil minyak

    kelapa sawit adalah Indonesia. Pabrik kelapa sawit (PKS) yang berjumlah lebih

    dari 640 di seluruh Indonesia memproduksi CPO sekitar 23 juta ton atau 46% dari

    total produksi CPO di dunia (Oil world, 2011).

    Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah

    merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, sedangkan komponen

     penyusunnya yang utama adalah trigliserida dan nontrigliserida. Seperti halnya

    lemak dan minyak lainnya, minyak kelapa sawit terdiri atas trigliserida yang

    merupakan ester dari gliserol dengan tiga molekul asam lemak menurut reaksi

    sebagai berikut ( 6,8 ):

    Gambar 1. Trigliserida

    (Sumber : Nurhida, 2004)

    Bila R, = RZ = R3 atau ketiga asam lemak penyusunnya Sama maka

    trigliserida ini disebut trigliserida sederhana, dan apabila salah satu atau lebih

    asam lemak penyusunnya tidak sama maka disebut trigliserida campuran. Asam

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    7/25

    6

    lemak merupakan rantai hidrokarbon; yang setiap atom karbonnya mengikat satu

    atau dua atom hidrogen ; kecuali atom karbon terminal mengikat tiga atom

    hidrogen, sedangkan atom karbon terminal lainnya mengikat gugus karboksil.

    Asam lemak yang pada rantai hidrokarbonnya terdapat ikatan rangkap disebut

    asam lemak tidak jenuh, dan apabila tidak terdapat ikatan rangkap pada rantai

    hidrokarbonnya karbonnya disebut dengan asam lemak jenuh. Secara umum

    struktur asam lemak dapat digambarkan sebagai berikut :

    Gambar 2. Struktur asam lemak

    (Sumber : Nurhida, 2004)

    gliserida, niakin tinggi titik beku atau titik cair minyak tersebut .Sehingga

     pada suhu kamar biasanya berada pada fase padat. Sebaliknya semakin tidak

     jenuh asam lemak dalam molekul trigliserida maka makin rendah titik helm atau

    titik.cair minyak tersebut sehingga pada suhu kamar berada pada fase cair.

    Minyak kelapa Sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang

    tetap. Berikut ini adalah tabel dari komposisi trigliseri da dan tabel komposisi

    asam lemak dari minyak kelapa sawit.

    Selain trigliserida masih terdapat senyawa non trigliserida dalam jumlah

    kecil. Yang termasuk senyawa non trigliserida ini antara lain : motibgliserida,

    diglisrida, fosfatida, karbohidrat, turunan karbonidrat., protein, beberapa mesin

    dan bahan-bahan berlendir atau getah ( gum) serta zat-zat berwarna yang

    memberikan warna serta rasa dan bau yang tidak diinginkan. Minyak kelapa sawit

     banyak digunakan di berbagai industri, baik untuk industri pangan ataupun

    industri non pangan. Salah satunya adalah produk minyak goreng, Pada proses

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    8/25

    7

     produksi minyak goreng terdapat tahapan pemurnian CPO antara lain

     penghilangan gum ( Degumming ), penghilangan asam lemak bebas (Netralisasi),

     pemucatan warna ( Bleaching ) serta penghilangan bau (Deodorisasi) (Ketaren,

    1986).

    Senyawa phospatida yang terdapat dalam CPO merupakan senyawa lesitin

    yang terdapat dalam radikal asam lemak yang berbentuk suspensi koloid,

    sedangkan senyawa raffinase dan pentosan merupakan senyawa yang terbentuk

    dari hasil degradasi protein yang ada dalam CPO, jumlahnya kecil dan berbentuk

    suspensi. Senyawa karoten dalam CPO berbentuk pigmen (karotenoid) yang

    menyebabkan minyak berwarna kuning atau merah. Senyawa sterol bersifat netral

    dan tidak mudah tersabunkan. Senyawa hidrokarbon seperti sterol, keton, asam

     butirat, tokoferol, dan lain-lain menyebabkan CPO ber-bau dan ber-rasa. Senyawa

    gossypol berupa zat antioksidan, vitamin A, D, dan E (Ketaren, 1986).

    Zat warna yang terdapat dalam CPO terdiri dari zat warna alamiah dan zat

    warna dari hasil degradasi zat warna alamiah. Zat warna alamiah seperti ά dan β-

    karoten, xanthofil, khlorofil, gossyfil, dan anthocyanin  yang menyebabkan

    minyak berwarna kuning, kuning coklat, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan.

    Sedangkan zat warna dari hasil degradasi zat warna alamiah biasanya

    menyebabkan CPO berwarna gelap.

    2.2 Spent Bleaching Earth (SBE)

    Pada proses pemucatan CPO digunakan bleaching earth dengan kadar

    antara 0.5% hingga 2.0% dari massa CPO (Young, 1987). Bleaching

    earth merupakan bahan aktif yang digunakan untuk menghilangkan atau

    menyerap pigmen warna yang terdapat didalam CPO sehingga dihasilkan minyak

    yang lebih jernih. Bleaching earth yang digunakan di industri ada beberapa jenis

    antara lain, bentonit, activated clay, dan arang aktif. Industri pemurnian CPO di

    Indonesia umumnya menggunakan Ca-bentonit sebagai bleaching agent .

    Kebutuhan akan bleaching earth khususnya bentonit setiap tahun semakin

    meningkat dengan berkembangnya industri minyak nabati, namun disisi lain

     bentonit tidak dapat diperbaharui.

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    9/25

    8

    Limbah dari proses pemucatan minyak terdiri dari dua komponen utama

    yaitu minyak dan bentonit. Adapun minyak hasil recovery  dapat digunakan

    menjadi metil ester (biodiesel), hal tersebut dikarenakan minyak sudah tidak

    lagi food grade artinya minyak sudah rusak (Young, 1987). Selain itu

     pemanfaatan bentonit setelah recovery ialah untuk penggunaan kembali pada

     proses pemucatan minyak dan juga untuk bahan baku briket. Pemanfaatan tersebut

    sangat baik karena potensi limbah yang sangat tinggi dengan seiring

     perkembangan industri pemurnian minyak sawit.

    Komposisi limbah terbesar pada industri minyak atau CPO adalah Spent

     Bleaching Earth, yaitu bahan limbah padat yang dihasilkan dari pemurnian

    minyak goreng. Limbah ini masih mengandung 20-30% minyak nabati (Young,

    1987). Pada umumnya industri minyak akan membuang spent bleaching

    earth pada suatu lahan (landfill ). Tingginya kandungan minyak nabati pada spent

    bleaching earth sangat potensial untuk dimanfaatkan sehingga perlu

    dilakukan recovery, selain itu spent bleaching earth dapat dilakukan proses

    regenerasi untuk digunakan kembali dalam proses pemurnian minyak nabati.

     Bleaching earth  bekas atau  spent bleaching earth (SBE) merupakan

    adsorben bekas pakai dari unit bleaching  pada industri refinery CPO. Pada

    industri ini, SBE merupakan limbah terbesar dengan kadar berkisar 0,5-2,0% dari

    massa total CPO yang diolah [Young, 1987; Low dkk, 1996]. Produksi CPO tiap

    tahun terus mengalami peningkatan, sehingga timbunan limbah ini akan terus

     bertambah. Padahal berdasarkan PP No. 85 tahun 1999, SBE dikategorikan

    sebagai limbah bahan berbahaya beracun (limbah B3). Karena SBE dapat

    menimbulkan polusi pada tanah, air maupun udara, serta dapat juga menimbulkan

    reaksi pembakaran akibat jenuh dengan minyak yang tertahan [Kucharz dkk,

    1994].

    Limbah Bentonit atau SBE memungkinkan untuk diregenerasi dan

    dimanfaatkan kembali. Salah satunya pemanfaatan pada proses

     pemucatan/bleaching CPO, yang mempunyai struktur berlapis dengan

    kemampuan mengembang ( swelling ) dan memiliki kation-kation yang dapat

    ditukarkan. Dengan asumsi pada tahun 2007, jika CPO yang dipakai di Indonesia

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    10/25

    9

    untuk proses bleaching sebesar 5 juta ton per tahun, maka dalam proses

     pemurnian CPO diperlukan bleaching earth  sebesar 100.000 ton per tahun.

    Semakin banyak CPO yang di-bleaching  maka jumlah SBE semakin meningkat

     pula, dan akan membutuhkan lahan yang luas untuk mengatasi limbah B3 ini

    secara landfill. Pemanfaatan limbah industri ini sangat penting dilakukan, terkait

    dengan besarnya potensi limbah yang dihasilkan, dan perkembangan industri

    refinery minyak nabati di Indonesia pada umumnya, khususnya di Riau yang

    semakin pesat pertumbuhannya. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan

    dilakukan proses regenerasi SBE, agar dapat dimanfaatkan kembali untuk

    keperluan proses bleaching  CPO.

    2.3 Bentonit

    Bentonit yang telah digunakan sebagai penyerap impurities  pada CPO

    lama- kelamaan akan terdeaktifasi, yang ditunjukkan dengan berkurangnya atau

     bahkan sama sekali tidak mampu lagi mengadsorb impurities  pada CPO. Hal ini

    terjadi karena bentonit tersebut memang benar-benar sudah jenuh dikarenakan

    seluruh pori-porinya telah terisi penuh atau karena sisi aktifnya tertutupi oleh

    impurities. Untuk alasan tersebut perlu dilakukan suatu proses regenerasi bentonit

     bekas yang bertujuan untuk membersihkan permukaan bentonit dari impurities

    sehingga membuka ruang sisi aktif yang tertutup impurities yang memperbesar

    luas permukaan pori dan volume spesifiknya.

    Bentonit bekas memungkinkan untuk diregenerasi sehingga menghasilkan

    daya pemucatan mendekati daya pemucatan bentonit baru. Hal ini dikarenakan

     bentonit memiliki kemampuan untuk melakukan pertukaran ion selain itu

     peristiwa adsorpsi yang terjadi adalah adsorpsi fisik yang bersifat reversibel. Gaya

    yang dihasilkan pada adsorpsi fisik ini adalah gaya van der Waals dengan

    membentuk ikatan hidrogen yang lemah sehingga mudah diputuskan. Zat yang

    diadsorpsi bersifat reversibel, sehingga relatif mudah dilepaskan dari permukaan

    adsorben dengan cara melakukan regenerasi.

    Bentonit hasil regenerasi tersebut dapat digunakan kembali sebagai

    adsorben pada pemucatan CPO, dengan cara ini maka dapat menghemat

     penggunaan bentonit baru.  Konsentrasi asam dan temperatur merupakan

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    11/25

    10

     parameter yang perlu diperhitungkan dalam menentukan kondisi optimum

    regenerasi secara kimia-fisis. Regenerasi secara fisika dilakukan dengan

     pemanasan yang bertujuan menguapkan senyawa-senyawa yang mudah menguap

    seperti air, gas, asam dan zat-zat organik yang terperangkap dalam rongga

     bentonit. Regenerasi secara kimia menggunakan asam yang bertujuan melarutkan

    logam dan melepaskan impurities yang terdapat pada bentonit. Penelitian ini akan

    meregenerasi bentonit bekas secara kimia-fisis yang merupakan gabungan dari

    kedua metode di atas sehingga diharapkan daya adsorpsi bentonit yang telah

    diregenerasi dapat mendekati daya adsorpsi bentonit baru ( fresh bentonite). Daya

     pemucatan bentonit hasil regenerasi ditunjukkan oleh warna merah dan kuning

     pada alat lovibond tintometer setelah bentonit hasil regenerasi dikontakkan

    dengan CPO. 

    Bentonit adalah clay  yang sebagian besar terdiri dari montmorillonit

    dengan mineral-mineral minor seperti kwarsa, kalsit, dolomit, feldspars, dan

    mineral minor lainnya. Montmorillonit merupakan bagian dari kelompok smectit

    dengan komposisi kimia secara umum (Mg,Ca)O.Al2O3.5SiO2.nH2O. Bentonit

     berbeda dari clay  lainnya karena hampir seluruhnya (75%) merupakan mineral

    montmorillonit. Mineral montmorillonit terdiri dari partikel yang sangat kecil

    sehingga hanya dapat diketahui melalui studi mengunakan XRD ( X-Ray

     Diffraction).

    Struktur montmorillonit memiliki konfigurasi 2:1 yang terdiri dari dua

    silikon oksida tetrahedral dan satu alumunium oksida oktahedral. Pada tetrahedral,

    4 atom oksigen berikatan dengan atom silikon di ujung struktur. Empat ikatan

    silikon terkadang disubtitusi oleh tiga ikatan alumunium. Pada oktahedral atom

    alumunium berkoordinasi dengan enam atom oksigen atau gugus-gugus hidroksil

    yang berlokasi pada ujung oktahedron. Al3+  dapat digantikan oleh Mg2+, Fe2+,

    Zn2+, Ni+, Li+ dan kation lainnya. Subtitusi isomorphous dari Al3+ untuk Si4+ pada

    tetrahedral dan Mg2+ atau Zn2+ untuk Al3+ pada oktahedral menghasilkan muatan

    negatif pada permukaan clay, hal ini diimbangi dengan adsorpsi kation di lapisan

    interlayer (Alemdar, et. al., 2005).

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    12/25

    11

    Adanya atom-atom yang terikat pada masing-masing lapisan struktur

    montmorillonit memungkinkan air atau molekul lain masuk di antara unit lapisan.

    Akibatnya kisi akan membesar pada arah vertikal. Selain itu karena adanya

     pergantian atom Si oleh Al menyebabkan terjadinya penyebaran muatan negatif

     pada permukaan bentonit. Bagian inilah yang disebut sisi aktif (active site) dari

     bentonit dimana bagian ini dapat menyerap kation dari senyawa-senyawa organik

    atau dari ion-ion senyawa logam. Berdasarkan pada sifat penyerapan dan sifat

    katalis yang dimiliki oleh bentonit, bentonit banyak digunakan dalam berbagai

    aplikasi industri sebagai adsorben pestisida, adsorben kotoran binatang, katalis

    dan penunjang katalis, bahan pemucat (bleaching earth) dalam industri minyak

    sawit dan berbagai industri farmasi. Penggunaan ini didasarkan oleh ketersediaan

     bentonit yang ada di alam.

    Di alam, bentonit terdiri atas dua jenis, yaitu natrium bentonit dan kalsium

     bentonit yang keduanya dapat dibedakan dari sifat mengembang ( swelling ) bila

    dicelupkan ke dalam air.

    1) 

     Natrium bentonit

    Memiliki kemampuan mengembang delapan kali lipat bila dicelupkan ke

    dalam air dan membentuk suspensi kental setelah bercampur air dengan

     pH 8.5 - 9.8. Dapat dimanfaatkan sebagai pengisi ( filler ), lumpur

     pemboran, bahan pencampur dalam pembuatan cat, bahan baku farmasi

    dan sebagainya.

    2) 

    Kalsium bentonit

    Kurang mengembang bila dicelupkan ke dalam air dan suspensinya

    memiliki pH 3 - 7. Kalsium bentonit digunakan sebagai bahan pemucat

    warna (bleaching earth) pada industri minyak sawit, zat pemisah pada

     pengilangan minyak bumi, perusahaan bir dan sebagainya.

    Dalam keadaan kering bentonit mempunyai sifat fisik berupa partikel

     butiran yang halus berbentuk rekahan-rekahan atau serpihan yang khas seperti

    tekstur pecah kaca (concoidal fracture), kilap lilin, lunak, plastis, berwarna

    kuning muda hingga abu-abu, bila lapuk berwarna coklat kekuningan, kuning

    merah atau coklat, bila diraba terasa licin, dan bila dimasukan ke dalam air akan

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    13/25

    12

    menghisap air. Sifat fisik lainnya berupa:

    1)  Massa jenis: 2,2-2,8 g/L

    2)  Indeks bias: 1,547-1,557

    3) 

    Titik lebur: 1330-1430oC

    Bentonit termasuk mineral yang memiliki gugus aluminosilikat .  Unsur-

    unsur kimia yang terkandung dalam bentonit diperlihatkan pada Tabel 2.1.

    Tabel 1. Komposisi Kimia Bentonit

    Senyawa Na-Bentonit (%) Ca-Bentonit (%)

    SiO2

    Al2O3Fe2O3

    CaO

    MgO

     Na2O

    K2O

    H2O

    61,3-61,4

    19,83,9

    0,6

    1,3

    2,2

    0,4

    7,2

    62,12

    17,335,30

    3,68

    3,30

    0,50

    0,55

    7,22

    Sumber: Puslitbang Tekmira, 2002

    Partikel bentonit bermuatan negatif yang diimbangi dengan kation yang

    dapat dipertukarkan dan terikat lemah (Na, Ca, Mg, atau K). Adanya kation yangdapat dipertukarkan ini memungkinkan bentonit memisahkan logam berat dari air,

    dan juga memisahkan senyawa organik kationik melalui mekanisme pertukaran

    ion.

    2.4 Regenerasi Spent Bleaching Earth

    Pada prinsipnya bleaching earth  bekas memiliki kemampuan adsorpsi

    yang rendah, tetapi jika di-regenerasi dengan cara pemanasan, dan penambahan

    media maka daya adsorpsinya akan meningkat. Proses regenerasi pada SBE dapat

    dilakukan secara fisika dan kimia. Proses daur ulang secara fisika dapat dilakukan

    dengan cara mengaktivasi bleaching earth  bekas tersebut dengan metode

     pemanasan (Wambu et al, 2009), dan proses daur ulang secara kimia dapat

    dilakukan dengan bantuan media activator, seperti asam phospat (H3PO4),

    hydrogen peroksida (H2O2).  Bleaching earth  bekas pada dasarnya merupakan

    campuran antara fresh bleaching earth dengan senyawa hidrokarbon yang berasal

    dari CPO. Senyawa hidrokarbon ini dengan proses pemanasan akan menjadi arang

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    14/25

    13

    (coke). Arang yang terbentuk dengan bantuan asam phospat dapat meningkatkan

     permukaan aktif bleaching earth bekas yang diregenerasi.

    Dalam hal ini, bleaching earth bekas adalah kalsium-bentonit yang terdiri

    dari lebih 80% mineral monmorillonit   mempunyai struktur bertingkat dan

    kapasitas pertukaran ion yang aktif di bagian dasar. Oleh karena itu, strukturnya

    dapat diganti seperti struktur bagian dasar dengan cara penambahan media

     pengaktif seperti H3PO4  atau H2O2. Bahan kimia tersebut akan menyebabkan

     penggantian ion-ion K +, Na+, dan Ca+2  serta H+  dalam ruang interlamelar, serta

    akan melepaskan ion-ion Al+3, Fe+3, dan Mg+2  dari kisi strukturnya sehingga

    menjadi lempung aktif. Aktivitas permukaan aktif adsorben bekas ini dipengaruhi

    oleh konsentrasi bahan kimia pengaktif, biasanya dipakai H3PO4. Selain pengaruh

    konsentrasi bahan kimia pengaktif, perlu diperhatikan sifat dasar, distribusi

    ukuran artikel, pH, dan nilai SiO2 atau Al2O3. Selain hal tersebut, beberapa faktor

    yang mempengaruhi proses regenerasi atau re-aktivasi yaitu suhu pemanasan,

    waktu pemanasan dan tekanan.

    2.4 Natrium Hidroksida

     Natrium hidroksida merupakan suatu basa kuat yang sangat mudah larut

    dalam air. Senyawa ini biasa disebut sebagai soda kaustik, atau soda api karena

    sifatnya yang terasa panas dan licin jika terkena kulit. NaOH merupakan senyawa

    ionic yang memiliki titil lebur 3180C dan titik didih 13900C. NaOH sangat mudah

    larut dalam air dan kelarutannya bersifat eksotermis.

     NaOH dapat dibuat dengan elektrolisis brine (larutan NaCl, garam dapur).

    Elektrolisis ini menghasilkan gas chlor (Cl2) di anode dan gas hidrogen (H2) di

    katode menurut reaksi redoks sebagai berikut,

    Katoda: 2 H+(aq) + 2 e –  → H2 (g) 

    Anoda: 2 Cl –  → Cl2 (g) + 2 e –  

    2 Na+ + Cl- + 2H2O → Cl2 + H2 + 2 Na+ + OH-

    akan tetapi proses ini memakan jumlah listrik yang sangat banyak yaitu

    sekitar 30000 ampere.

     NaOH banyak digunakan didalam laboratorium kimia adalah untuk reagen

    sumber ion hidroksida, OH-. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa basa NaOH

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    15/25

    14

    sangat mudah larut. Selain itu, NaOH juga banyak digunakan sebagai standar

    sekunder pada eksperimen titrasi asam basa. Akan tetapi, penyimpanan larutan

     NaOH yang telah distandarisasi harus dalam ruang tertutup karena sifat NaOH

    yang bersifat higroskopis membuta larutannya juga mudah untuk menyerap gas

    CO2 dalam atmosfer. Hal ini akan mempengaruhi konsentrasi larutan NaOH

    sendiri. Dalam laboratorium kimia organic, nNaOH juga sering digunakan sebagai

    reagen basa disamping KOH.

    Dalam dunia industri, NaOH banyak digunakan dalam industri pembuatan

    sabun, detergen, industri tekstil, pemurnian minyak bumi, dan pembuatan

    senyawa natrium lainnya. Berdasarkan sifatnya yang merupakan basa, NaOH

     banyak digunakan sebagai bahan pembuat sabun. Kotoran yang kebanyakan

     berupa lemak akan disabunkan oleh NaOH sehingga sabun hasil reaksi

     penyabunan ini akan larut dalam air membentuk misel. Tetapi sekarang ini sabun

    yang menggunakan bahan aktif basa NaOH sudah tidak banyak lagi digunakan,

    karena sabun ini akan menjadi tidak aktif jika air yang digunakan bersifat sadah.

    Tabel 2. Sifat fisika dan kimia NaOH

    Karakteristik Nilai

    Massa molar

    Wujud

    Specific gravity

    Titik leleh

    Titik didih

    Kelarutan dalam air

    Kebasaan (pKb)

    40 g/mol

    Zat padat putih

    2,130

    318,4oC (591K)

    1390oC (1663K)

    Sangat larut

    ~2,43

    Sumber: S Saadi, 2015

    2.5 Ammonium Hidroksida

    Karakteristik Nilai

    Massa molar

    Kelarutan

    Titik leleh

    35,04 g/mol

    Jauh larut

    -91,5oC

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    16/25

    15

    Titik didih

    Spesific grafity

     pH

    24,7oC

    0,9 (28% NH4OH)

    11,6

    Sumber: Anonim, 2011

    2.6 X-Ray Di ff raction

    Sinar X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun

    1895. Karena asalnya tidak diketahui waktu itu maka disebut sinar-X. Sinar X

    digunakan untuk tujuan pemeriksaan yang tidak merusak pada material maupun

    manusia. Disamping itu, sinar X dapat juga digunakan untuk menghasilkan poladifraksi tertentu yang dapat digunakan dalam analisis kualitatif dan kuantitatif

    material. Pada waktu suatu material dikenai sinar X, maka intensitas sinar yang

    ditransmisikan lebih rendah dari intensitas sinar datang. Hal ini disebabkan

    adanya penyerapan oleh material dan juga penghamburan oleh atom-atom dalam

    material tersebut.Berkas sinar X yang dihamburkan tersebut ada yang saling

    menghilangkan karena fasanya berbeda dan ada juga yang saling menguatkan

    karena fasanya sama. Berkas sinar X yang saling menguatkan itulah yang disebut

    sebagai berkas difraksi.

    Hukum Bragg merupakan perumusan matematika tentang persyaratan

    yang harus dipenuhi agar berkas sinar X yang dihamburkan tersebut merupakan

     berkas difraksi. Sinar X dihasilkan dari tumbukan antara elektron kecepatan tinggi

    dengan logam target. Dari prinsip dasar ini, maka dibuatlah berbagai jenis alat

    yang memanfaatkan prinsip dari Hukum Bragg ini. XRD atau X-Ray Diffraction

    merupakan salah satu alat yang memanfaatkan prinsip tersebut dengan

    menggunakan metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering

    digunakan hingga sekarang. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa

    kristalin dalam material dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta

    untuk mendapatkan ukuran partikel. Bahan yang dianalisa adalah tanah halus,

    homogenized, dan rata-rata komposisi massal ditentukan.

    Dasar dari prinsip pendifraksian sinar X yaitu difraksi sinar-X terjadi pada

    hamburan elastis foton-foton sinar-X oleh atom dalam sebuah kisi periodik.

    Hamburan monokromatis sinar-X dalam fasa tersebut memberikan interferensi

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    17/25

    16

    yang konstruktif. Dasar dari penggunaan difraksi sinar-X untuk mempelajari kisi

    kristal adalah berdasarkan persamaan Bragg:

    n.λ  = 2.d.sin θ ; n = 1,2,... 

    Berdasarkan persamaan Bragg, jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada

    sampel kristal,maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang memiliki

     panjang gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar

    yang dibiaskan akan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai

    sebuah puncak difraksi. Makin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel,

    makin kuat intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Tiap puncak yang muncul

     pada pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu

    dalam sumbu tiga dimensi. Puncak-puncak yang didapatkan dari data pengukuran

    ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi sinar-X untuk hampir semua

     jenis material. Standar ini disebut JCPDS. Prinsip kerja XRD secara umum adalah

    sebagai berikut : XRD terdiri dari tiga bagian utama, yaitu tabung sinar-X, tempat

    objek yang diteliti, dan detektor sinar X. Sinar X dihasilkan di tabung sinar X

    yang berisi katoda memanaskan filamen, sehingga menghasilkan elektron.

    Perbedaan tegangan menyebabkan percepatan elektron akan menembaki objek.

    Ketika elektron mempunyai tingkat energi yang tinggi dan menabrak elektron

    dalam objek sehingga dihasilkan pancaran sinar X. Objek dan detektor berputar

    untuk menangkap dan merekam intensitas refleksi sinar X. Detektor merekam dan

    memproses sinyal sinar X dan mengolahnya dalam bentuk grafik.

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    18/25

    17

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1.  Lokasi dan Waktu Penelitian

    1)  Tempat : Laboratorium unit proses, teknik kimia universitas

    sriwijaya, sumatera selatan, indonesia.

    2)  Waktu : 25 maret 2016 –  25 juli 2016

    3)  Pada penelitian ini dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :

    a)  Studi literatur

     b) 

    Persiapan bahan baku, zat dan peralatan penelitian

    c)  Proses penelitian.

    d)  Analisis data dari hasil yang diperoleh

    3.2. Peralatan dan Bahan Penelitian

    3.2.1.  Alat Penelitian

    1) 

    Batang pengaduk

    2) 

    Labu ukur

    3)  Hotplate

    4) 

    Kertas saring

    5)  Aluminium foil

    6)  Porselen

    7) 

    Oven

    8)  furnace

    9) 

     pH meter

    10) 

     Neraca analitik

    11) Erlemenyer

    12) Beker gelas

    13) Corong pemisah

    3.2.2.  Bahan Penelitian

    1)  Limbah SBE dari perusahaan pengolahan minyak kelapa sawit PT Sinar

    Mas 

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    19/25

    18

    2) 

     NaOH 

    3)   

    4)  Aquadest 

    3.3. Prosedur Penelitian

    1. 

    SBE yang telah digerus hingga berukuran 325 mesh kemudian dicampurkan

    dengan NH4OH pada konsentrasi 0.5M menjadi tiga sampel dengan

     perbandingan SBE dan NH4OH 1:5 (w/w). Campuran diaduk diatas hot plate

    stirrer dengan temperatur 100ºC dan kecepatan rata-rata 800 rpm dengan

    variasi waktu masing-masing selama 0,5jam, 1jam, dan 1,5jam. 

    2.  Kemudian campuran disaring untuk memisahkan padatan dan cairannya

    menggunakan kertas saring. 

    3.  Padatan yang terdapat pada kertas saring kemudian dimasukkan kedalam

    oven pada temperatur 100ºC selama 12 jam untuk proses pengeringan. 

    4. 

    Padatan yang telah kering kemudian dilakukan proses pembakaran dalam

    furnace pada suhu 400ºC dan ditahan selama 1 jam. 

    5.  Setelah didapatkan waktu pengadukkan optimal dari masing-masing sampel

    yang diuji, tahapan selanjutnya melakukan penanganan SBE menggunakan

    waktu optimal yang telah ditemukan dan diulangi untuk senyawa NH4OH

    dan NaOH dengan variasi konsentrasi. 

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    20/25

    19

    Gambar 3.1 Blok Diagram proses regenerasi SBE

    Pre-treatment

    Pencampuran

    Pengendapan 

    1. NaOH/NH4OH 300 ml

    dengan konsentrasi

    1M/0,7M/0,5M/0,2M/0,1

    2. SBE 60 gram 

    3. 30 menit/ 1 jam / 1,5 jam,

    100ºC 

    4. Magnetic Stirrer

    Di endapan selama 1 malam

    dan dipisahkan menggunakan

    kertas saring. 

    Penyiapan bahan baku :

    1. Limbah SBE digerus

    hingga berukuran 325mesh

    2. Konsentrai senyawaaktivasi

    Pengeringan  -Mengurangi kadar air

    dengan oven 105ºC selama24 jam 

    aktivasi  Dengan furnace pada suhu400ºC ditahan 1 jam

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    21/25

    20

    BAB IV

    HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 HASIL PENGAMATANPada hasil pengamatan ini analisa yang kita gunakan adalah analisa tes PH

    dan tes blau. Pada analisa tes meter didapatkan hasil pada pengadukan selama

    30menit;60menit;90menit berturut-turut adalah 6;5;6.

    Gambar 4.1. analisa ph meter

    Pada hasil tes blau yang dilakukan dengan menggunakan pengamatan

    langsung hasil yang paling baik didapatkan pada percobaan pengadukan selama

    60menit.

    Gambar 4.2. analisa tes blau

    Setelah didapatkan waktu pengadukan yang optimum, dilanjutkan dengan

    menggunakan metode yang sama dengan variabel konsentrasi yang belum dicoba

    Dari hasil analisa menggunakan pH meter didapatkan hasil pada konsentrasi

    1M;0,75M;0,5M;0,25M;0,1M berturut-turut adalah 5;5;6;6;6. Pada hasil tes blau

    yang dilakukan dengan menggunakan pengamatan langsung hasil yang paling

     baik didapatkan pada percobaan menggunakan konsentrasi 1M.

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    22/25

    21

    Gambar 4.3. hasil regenerasi SBE

    4.2. Pembahasan

    Pada penelitian Regenerasi Bentonit dengan Aktivator Senyawa Basa

    dalam Limbah Spent Bleaching Earth digunakan NH4OH sebagai senyawa

    aktivasi sebanyak 100 ml dengan konsentrasi 1 M; 0,75 M; 0,5 M; 0,25 M dan 0,1

    M. Waktu pencampuran senyawa basa dan limbah SBE digunkan perbandingan

    waktu 30 menit, 60 menit dan 90 menit. Proses dari penelitian Regenerasi

    Bentonit dengan Aktivator Senyawa Basa dalam Limbah Spent Bleaching Earth

    yaitu dimulai dengan pretreatment bahan dan alat yang akan diujikan, dimana

     pada penelitian ini bahan dan alat yang digunakan antara lain Limbah SBE (60gr),

     NH4OH (1M 300ml), Aquadest, Labu ukur, Gelas Kimia, Spatula, Hotplate.

    kemudian tahap selanjutnya yaitu Pencampuran dengan variasi waktu 0,5 jam; 1

     jam; dan 1,5 jam. Pencampuran yang dilakukan yaitu pencampuran antara

    senyawa NH4OH dengan Limbah SBE dimana Limbah SBE yang digunakan

    sebanyak 60 ml dicampurkan dengan senyawa basa NH4OH sebanyak 100 ml dan

    dipanaskan pada suhu 100ºC, Pencampuran ini supaya lebih homogen dibantu

    dengan adanya magnetic stirrer. Kemudian tahap selanjutnya yaitu pengendapan

    menggunakan kertas saring. Yang terakhir yaitu pengeringan yang tujuan untuk

    mengurangi kadar air, tahap pengeringan ini dilakukan di dalam oven pada suhu

    100ºC selama 24 jam. Dari hasil analisa menggunakan pH meter didapatkan hasil

     pada pengadukan selama 0,5 jam; 1 jam; 1,5 jam berturut-turut adalah 6; 5; 6.

    Pada hasil tes blau yang dilakukan dengan menggunakan pengamatan langsung

    hasil yang paling baik didapatkan pada percobaan dengan pengadukan selama 1

     jam. Setelah didapatkan waktu pengadukan yang optimum, dilanjutkan dengan

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    23/25

    22

    menggunakan metode yang sama dengan variabel konsentrasi yang belum dicoba.

    Dari hasil analisa menggunakan pH meter didapatkan hasil pada konsentrasi 1M;

    0,75M; 0,5M; 0,25M; 0,1M berturut-turut adalah 5; 5; 6; 6; 6. Pada hasil tes blau

    yang dilakukan dengan menggunakan pengamatan langsung hasil yang paling

     baik didapatkan pada percobaan menggunakan konsentrasi 1M. Maka Hasil

    terbaik yang didapatkan Pada penelitian Regenerasi Bentonit dengan Aktivator

    Senyawa Basa dalam Limbah Spent Bleaching Earth dengan menggunakan

     NH4OH 1M dengan waktu pengadukan 60menit.

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    24/25

    23

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 KESIMPULAN

    1.  Metode yang digunakan pada regenerasi limbah SBE adalah metode Fisika

    dan Kimia.

    2.  Senyawa basa yang dapat digunakan untuk regenerasi limbah SBE adalah

    Senyawa Basa NH4OH.

    3. 

    Variabel yang paling optimum adalah menggunakan NH4OH 1M dengan

    waktu pengadukan 60menit.

    4. 

    Proses Regenerasi Bentonit pada limbah SBE yaitu Pretreatment alat dan

     bahan, Pencampuran, Pengendapan dan Pengeringan.

    5.2 Saran

    Diharapkan pada penelitian selanjutnya Dapat melakukan regenerasi

    dengan waktu aktivasi yang optimum dan dilakukan uji adsorben yang dihasilkan

    dengan menggunakan alat instrument untuk mengetahui kualitas dari adsorben

    yang dihasilkan.

  • 8/18/2019 Regenerasi Bentoni - OPM - Kel. 1

    25/25

    DAFTAR PUSTAKA

    Akbar, A. Optimasi Ekstraksi Spent Bleaching Earth dalam Recovery Minyak

    Sawit. Skripsi Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Kimia Universitas

    Indonesia.

    Anonim. 2009. MSDS Ammonium Hidroksida. Online: http://dokumen.tips/docu

    ments /msds-amonium-hidroksida.html. Diakses pada tanggal 25 maret

    2016.

    Anonim. 2009. MSDS Natrium Hidroksida. Online: www.itokindo.org. (Diakses

     pada tanggal 25 maret 2016)

    Anonim. 2011. Teknologi Pengolahan Limbah Kelapa Sawit. Online:

    http://sawitindonesia.com/inovasi/teknologi-pengolahan-limbah-pabrik-kel

    apa-sawit. (Diakses pada tanggal 25 maret 2016)

    Barkatul A., dkk. Regenerasi Spent Bleaching Earth (SBE) dan Aplikasinya pada

    Adsorbsi Ion Cu(II), Jurnal Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau.

    Daniel S Bath, Jenal M Siregar, M Turmuzi Lubis. Penggunaan Tanah Bentonit

    sebagai Adsorben Logam Cu. Jurnal Jurusan Teknik Kimia Fakultas

    Teknik Universitas Sumatera Utara.

    Masya. 2011. Recovery Limbah SBE. Online: https://callmecrysant.word

     press.com/2011/02/09/recovery-limbah-sbe/. (Diakses pada tanggal 25

    maret 2016)

    Meldia, E., dkk. Regenerasi Bentonit bekas secara Kimia Fisika dengan Aktivator

    Asam Klorida dan Pemanasan pada proses pemucatan CPO. Jurusan

    Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Lampung, Lampung.

    Ratnasari, D., dkk. 2009. Alat XRD. Online: http://kimia.ft.uns.ac.id/file

    /Kuliah/Kimia%20Fisika/Tugas%20I/XRD%20III.pdf. (Diakses pada

    tanggal 25 maret 2016)