Refrat Tht

33
 REFERAT ILMU THT Sinusitis Disusun oleh: Evan Hindoro FK UPH 071201000 Priscilia Pratami Intan FK UPH 0712009003 D!ita Permatasari FK UK"ID# 102013192 $arlina %& Damarisa 'a tlol( FK UK"ID# 11201303) Pembimbing: dr. Susilaningrum, Sp.THT-L EPA!ITERAA! LI!I "EPARTEME! TELI!#A HI"U!# "A! TE!##$R$ RUMAH SAIT PUSAT A !#AT A! "ARAT #AT$T S$E%R$T$ &AARTA PERI$"E '( $T$%ER) '*!$+EM%ER '(* 1

description

Refrat Tht

Transcript of Refrat Tht

REFERAT ILMU THTSinusitis

Disusun oleh:Evan HindoroFK UPH071201000Priscilia Pratami IntanFK UPH 07120090034Dwita PermatasariFK UKRIDA102013192Barlina S. Damarisa WatlolyFK UKRIDA112013036

Pembimbing:dr. Susilaningrum, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIKDEPARTEMEN TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKRUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTOJAKARTAPERIODE 20 OKTOBER 21NOVEMBER 20142

1

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.Atas rahmat dan ridho-NYA penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul Sinusitis. Referat yang berjudul Sinusitis ini bertujuan untuk mengetahui tentang kelainan dan mengenali tanda-tanda terjadinya sinusitis secara lebih luas melalui anatomi sinus paranasal, definisi, klasifikasi, etiologi, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis, diagnosis,penatalaksanaan, komplikasi, prognosis, dan pencegahan.Penyusun menyadari dalam penulisan referat ini masih banyak kekurangan dan masihbanyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik yangmembangun guna menambah ilmu dan pengetahuan penyusun dalam ruang lingkup IlmuTelinga, Hidung dan Tenggorokan, khususnya yang berhubungan dengan referat ini.Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih pada seluruh pembimbing di Departemen THT RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, atas ilmu dan bimbingannya selama ini, khususnyakepada dr. Susilaningrum, SpTHT. selaku pembimbing dalam penyusunan referat ini.Semoga referat ini bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, Oktober 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR2DAFTAR ISI3BAB I PENDAHULUAN4BAB II TINJAUAN PUSTAKA5Sinusitis2.1. Definisi52.2. Anatomi dan Fisiologi52.3. Etiologi122.4. Epidemiologi122.5. Patofisiologi132.6. Klasifikasi142.7. Diagnosis dan Pemeriksaan142.8. Gejala Klinis182.9. Diagnosis Banding202.10. Penatalaksanaan212.11. Komplikasi242.12. Pencegahan292.13. Prognosis30BAB III KESIMPULAN31DAFTAR PUSTAKA32

BAB IPENDAHULUAN

Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi tiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid, dan sinus sphenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang.1Dokter seringkali didatangi pasien yang mengaku menderita gangguan sinus. Orang awam sering kali menyalahkan sinus paranasal sebagai penyebab banyak gejala dibandingkan dengan stuktur anatomi tubuh lainnya tetapi, memang suatu fakta tak dapat disangkal bahwa infeksi sinus seperti yang kita ketahui, kini jauh lebih jarang dibandingkan era pra-antibiotik. Pasien sering kali masih mengaitkan gejala-gejala seperti nyeri kepala, sumbatan hidung, drainase postnasal, kelemahan, halitosis dan dyspepsia dengan disfungsi sinus. Namun demikian, penyakit sinus menimbulkan kumpulan gejala yang agak karakteristik yang hanya bervariasi sesuai beratnya penyakit dan lokasinya.3Kejadian sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sinusitis sering juga disebut dengan rhinosinusitis. Rhinosinusitis adalah penyakit inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rhinosinusitis dapat mengakibatkan gangguan kualitas hidup yang berat, sehingga penting bagi dokter umum atau dokter spesialis lain untuk memiliki pengetahuan yang baik mengenai definisi, gejala dan metode diagnosis dari penyakit rhinosinusitis ini. Penyebab utama sinusitis adalah infeksi virus, diikuti oleh infeksi bakteri. Secara epidemiologi yang paling sering terkena adalah sinus ethmoid dan maksilaris. Bahaya dari sinusitis adalah komplikasinya ke orbita dan intracranial, komplikasi ini terjadi akibat tatalaksana yang inadekuat atau faktor predisposisi yang tidak dapat dihindari. Tatalaksana dan pengenalan dini terhadap sinusitis ini menjadi penting karena hal diatas. Terapi antibiotic diberikan pada awalnya dan jika telah terjadi hipertrofi, mukosa polipoid dan atau terbentuknya polip atau kista maka dibutuhkan tindakan operasi.3

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiSinusitis berasal dari akar bahasa Latinnya sinus, akhiran umum dalam kedokteran -itis berarti peradangan karena itu sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal. Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur. Terdapat empat sinus disekitar hidung yaitu sinus maksilaris (terletak di pipi), sinus ethmoidalis (di antara kedua mata), sinus frontalis (terletak di dahi) dan sinus sphenoidalis (terletak di belakang dahi). Sinusitis adalah peradangan mukosa sinus paranasal yang dapat berupa sinusitis maksilaris, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid. Bila yang terkena lebih dari satu sinus disebut multisinusitis, dan bila semua sinus terkena disebut pansinusitis.1

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI RONGGA HIDUNG DAN SINUS PARANASALSinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsi karena bentuknya bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.1Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sphenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat anak lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sphenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian postero-superior rongga hidung. Sinus-sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 15-18 tahun.1Tulang-tulang pembentuk dinding lateral hidung dijelaskan dalam gambar 1. Gambar 1. Tulang-tulang pembentuk dinding lateral hidung (1. Nasal; 2. Frontal; 3. Etmoid; 4. Sfenoid; 5. Maksila; 6. Prosesus palatina horizontal; 7. Konka superior (etmoid); 8. Konka media (etmoid); 9. Konka inferior; 10. Foramene sfenopalatina; 11. Lempeng pterigoid media; 13. Hamulus pterigoid media)10 Gambar 2. Anatomi Sinus

Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila bervolume 6-8 mL, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 mL saat dewasa.1Sinus maksila berbentuk segitiga. Dinding anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infra temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.1Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah:11. Dasar dari sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2) kadang-kadang juga gigi taring (C) dan gigi molar M3, bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis.1. Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita.1. Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drenase kurang baik. Lagipila drenase juga harus melalui infundibulum yang sempit.Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi drenase sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan sinusitis. Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke empat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun. Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar daripada yang lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Kurang lebih 15% orang dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kurang lebih 5% sinus frontalnya tidak berkembang.1Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2 cm. Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Tidak adanya gambaran septum-septum atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto rontgen menunjukan adanya infeksi sinus. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini. Sinus frontal berdrainase melalui ostiumnya yang terletak di resesus frontal. Resesus frontal adalah bagian dari sinus etmoid anterior.1 Sinus etmoid merupakan sinus yang paling bervariasi dan akhir-akhir ini dianggap paling penting, karena dapat merupakan fokus infeksi bagi sinus-sinus lainnya. Itu dikarenakan sinus frontal dan sinus maksila mula-mula mengalirkan isinya melalui sinus etmoidalis sebelum mencapai hidung. Sehingga jka sinus etmoid tidak mengeluarkan isinya dengan lancar, sinus-sinus lain juga akan ikut tersumbat. Pada orang dewasa bentuk sinus etmoid seperti piramida dengan dasarnya di bagian posterior. Ukurannya dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2,4 cm dan lebarnya 0,5 cm di bagian anterior dan 1,5 cm di bagian posterior.1Sinus etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak di antara konka media dan dinding medial orbita. Sel-sel ini jumlahnya bervariasi antara 4-17 sel (rata-rata 9 sel). Berdasarkan letaknya sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus superior. Sel-sel etmoid anterior biasanya kecil-kecil dan banyak, letaknya di bawah perlekatan konka media, sedangkan sinus etmoid superior biasanya lebih besar dan lebih sedikit jumlahnya dan terletak di postero-superior dari perlekatan konka media.1Di bagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal yang berhubungan dengan sinus frontal. Sel etmoid terbesar disebut bula etmoid. Di daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang disebut infundibulum tempat bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan dan peradangan di resesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan di infundibulum dapat menyebabkan sinusitis maksila.1Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina kribosa, dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan membatasi sinus etmoid dari rongga orbita. Di bagian belakang sinus etmoid posterior berbatasan dengan sinus sfenoid.1 Gambar 3. Dinding lateral diperlihatkan tanpa konka. Muara sinus paranasal, demikian pula duktus lakrimalis dapat terlihat membuka pada meatus yang bersesuaian.Sinus sfenoid terletak dibagian belakang hidung, jauh di dalam tengkorak, terletak di lokasi di mana mata dan otak bertemu. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. Setiap sinus sfenoid berukuran seperti sebuah anggur besar. Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan lebarnya 1,7 cm. Volumenya bervariasi dari 5 sampai 7,5 mL. Saat sinus berkembang, pembuluh darah dan nervus di bagian lateral os sfenoid akan menjadi sangat berdekatan dengan rongga sinus dan tampak sebagai indentasi pada dinding sinus sfenoid. Arteri karotis berjalan melalui dinding luar sinus sfenoid. Batas-batasnya adalah, sebelah superior terdapat fosa serebri media dan kelenjar hipofise, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan arteri karotis interna, dan sebelah posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior di daerah pons.1Pada sepertiga tengah dinding lateral lateral hidung terdapat daerah yang rumit dan sempit disebut kompleks ostio-meatal yang merupakan muara-muara saluran dari sinus maksila, sinus frontal, dan sinus etmoid anterior. Kompleks ostio-meatal terdiri dari infundibulum etmoid yang terdapat di belakang prosesus unsinatus, resesus frontalis, bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus maksila.1Sistem MukosiliarSeperti pada mukosa hidung, didalam sinus juga terdapat mukosa bersilia dan palut lender di atasnya. Didalam sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan lender menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah tertentu polanya.1Pada dinding lateral hidung terdapat 2 aliran transpor mukosiliar dari sinus. Lendir yang berasal dari kelompok sinus anterior yang bergabung di infudibulum etmoid dialirkan ke nasofaring di depan muara tuba Eustachius. Lendir yang berasal dari kelompok sinus posterior bergabung di resessus sfenoetmoidalis, dialirkan ke nasofaring di postero-superior muara tuba. Inilah sebabnya pada sinusitis didaptkan sekret pasca-nasal (post nasal drip), tetapi belum tentu ada sekret di rongga hidung.1

FISIOLOGI SINUS PARANASALSampai saat ini belum ada kesepakatan pendapat mengenai pernyataan bahwa sinus paranasal mempunyai fungsi fisiologis yang nyata. Ada juga beberapa yang berpendapat bahwa sinusparanasal tidak mempunyai fungsi apa-apa, karena terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan tulang muka. Negus adalah salah satu pendukung opini bahwa sinus juga berfungsi sebagai indra penghidu dengan jalan memudahkan perluasan dari etmokonka, terutama sinus frontalis dan sfenoidalis. Etmoidalis yang dilapisi epitel penghidu dapat ditemukan pada beberapa binatang misalnya anjing atau kucing. Pada manusia, sinus biasanya kosong dan indra penghidu kita jauh lebih rendah dari etmokonka; etmokonka manusia jelas telah menghilang selama proses evolusi.1Ada beberapa teori yang mengatakan sinus paranasal mempunyai fungsi yaitu sebagai berikut:11. Pengatur kondisi udara ( Air Conditioning )1. Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembaban udara inspirasi.Keberatan terhadap teori ini adalah karena ternyata tidak didapati pertukaran udara yang definitive antara sinus dan rongga hidung.1. Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang lebih 1/1000 volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam sinus. Lagi pula mukosa sinus tidak mempunyai vaskularisasi dan kelenjar yang banyak mukosa hidung.2. Penahan suhu ( Thermal Insulators ) Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan ( buffer ) panas, melindungi orbita dan fossa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah ubah. Akan tetapi kenyataannya sinus sinus paranasal yang besar tidak terletak diantara hidung dan organ organ yang dilindungi.3. Membantu keseimbangan kepala Sinus paranasal membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka. Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang hanya akan memberikan pertambahan 1 % dari berat kepala, sehingga teori ini tidak dianggap bermakna.4. Membantu resonansi suara 1. Sinus paranasal mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan mempengaruhi kualitas suara. Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi sinus dan ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonator yang efektif. Lagi pula tidak ada korelasi antara resonansi suara dan besarnya sinus pada hewan hewan tingkat rendah.5. Peredam perubahan tekanan udara Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak, misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus.6. Membantu produksi mucus Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil dibandingkan dengan mucus di rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi karena mucus ini keluar dari meatus medius, tempat yang paling strategis.

2.3. ETIOLOGISinusitis akutAgen etiologi sinusitis dapat berupa virus, bakteri atau jamur. Sinusitis virus biasanya terjadi selama infeksi saluran pernafasan atas. Bakteri penyebab sinusitis akut tersering ialah Streptococcus pneumonia, dapat juga Haemofillus influenzae, Staphilococcus aureus yang ditemukan pada 70% kasus.3Dapat pula disebabkan rinitis akut : infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut; infeksi gigi molar M1, M2, M3 atas, serta premolar P1, P2; berenang dan menyelam; trauma langsung yang dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal; dan barotrauma serta adanya faktor predisposisi antara lain : Obstruksi mekanik, seperti deviasi septum, benda asing di hidung, tumor dan polip. Rinitis kronik dan rinitis alergi juga menyebabkan obstruksi ostium sinus. Lingkungan berpolusi, udara dingin serta kering yang dapat menyebabkan perubahan pada mukosa dan kerusakan silia.Sinusitis subakutEtiologi dan faktor predisposisi kurang lebih sama dengan sinusitis akut, hanya tanda-tanda radang akutnya sudah reda.Sinusitis kronikPolusi bahan, alergi, dan defisiensi imunologik menyebabakan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa hidung. Perubahan ini mempermudah terjadinya infeksi. Terdapat edema konka yang mengganggu draenase sekret, sehingga silia rusak, dan seterusnya. Jika pengobatan pada sinusitis akut tidak adekuat, maka akan terjadi infeksi kronik.

2.4. EPIDEMIOLOGISinusitis adalah penyakit yang benyak ditemukan di seluruh dunia, terutama di tempat dengan polusi udara tinggi. Iklim yang lembab, dingin, dengan konsentrasi pollen yang tinggi terkait dengan prevalensi yang lebih tinggi dari sinusitis. Sinusitis maksilaris adalah sinusitis dengan insiden yang terbesar. Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Di Amerika Serikat, lebih dari 30 juta orang menderita sinusitis. Virus adalah penyebab sinusitis akut yang paling umum ditemukan. Namun, sinusitis bakterial adalah diagnosis terbanyak kelima pada pasien dengan pemberian antibiotik. Lima milyar dolar dihabiskan setiap tahunnya untuk pengobatan medis sinusitis, dan 60 milyar lainnya dihabiskan untuk pengobatan operatif sinusitis di Amerika Serikat.4Kejadian sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sinusitis sering juga disebut dengan rhinosinusitis. Rinosinusitis adalah penyakit inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis dapat mengakibatkan gangguan kualitas hidup yang berat.

2.5. PATOFISIOLOGIKesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostiumostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar (mucociliarry clearance) di dalam KOM (kompleks osteomeatal). Mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernapasan.Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini bisa dianggap sebagai rinosinusitis non-nacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. Bila kondisi ini menetap, sekret yang berkumpul didalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Sekret menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bakterial dan memerlukan terapi antibiotik. Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor presdiposisi, inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkan dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.1

2.6. KLASIFIKASIBerdasarkan perjalanan penyakitnya terbagi atas :11. Sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai 4 minggu,1. Sinusitis subakut, bila infeksi antara 4 minggu sampai 3 bulan,1. Sinusitis kronik, bila infeksi sudah lebih dari 3 bulanBerdasarkan letaknya, sinusitis terbagi atas:31. Sinusitis maksilaris1. Sinusitis etmoidalis1. Sinusitis frontalis1. Sinusitis sphenoidalisSedangkan berdasarkan penyebabnya, sinusitis dibagi atas:31. Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala sesuatu yangmenyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis. Contohnya rinitisakut (influenza), polip, dan septum deviasi1. Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering menyebabkan sinusitis infeksi adalah pada gigi geraham atas (pre molar dan molar). Bakteri penyebabnya adalah Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenza, Steptococcusviridans, Staphylococcus aureus, Branchamella catarhatis

2.7. DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAANUntuk menegakkan diagnosis dari sinusitis adalah didasari oleh anamnesa dan adanya keluhan dan tanda klinis dari pasien dan juga didasari atas pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang tambahan seperti transluminasi sinus, pemeriksaan radiologik, nasal endoskopi, CT scan, biakan kuman, dan tes alergi.4AnamnesisPada anamnesis biasanya pasien dengan sinusitis akut datang dengan keluhan hidung tersumbat disertai nyeri atau rasa tekanan pada muka dan inggus yang purulen yang seirng kali turun ke tenggorok (post nasal drip). Perlu ditanyakan pula gejala-gejala lainnya seperti demam, lesu, nyeri kepala, hiposmia/.anosmia, dan halitosis.1,3,4Keluhanan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena merupakan ciri khas dari sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga terasa di tempat lain (referred pain). Nyeri pipi menadakan sinusitis maksila, nyeri di antara atau di belakang kedua mata menandakan sinusitis etmoid, nyeri di dahi atau seluruh kepala menandakan sinusitis frontal. Pada sinusitis sfenoid, nyeri dirasakan di verteks, oksipitalm belakang bola mata, dan daerah mastoid. Pada sinusitis maksila kadang-kadang ada nyeri laih ke gigi dan telinga.1Pada sinusitis kronik, keluhan tidak khas, sehingga sulit didiagnosis. Kadang-kadang hanya 1 atau 2 dari gejala-gejala di bawah ini yaitu sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorok, gangguan telinga akibat sumbatan kronik muara tuba eusthacius, gangguan ke paru seperti bronkitis (sino-bronkitis), bronkiektasis dan yang penting adalah serangan asma yang meningkat dan sulit diobati. Pada anak mukopus yang tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis.3

Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik sinusitis pada inspeksi didapati adanya pembengkakan di pipi sampai kelopak mata bawah, biasanya pada sinusitis maxilaris. Pembengkakkan di kelopak mata atas mungkin terjadi pada sinusitis frontalis. Pada palpasi dan perkusi, nyeri tekan dan nyeri ketuk dirasakan pada pipi dan gigi menunjukkan adanya sinusitis maxilaris, nyeri tekan pada atap orbita menunjukkan adanya sinusitis frontalis. Dan nyeri tekan di daerah kantus medius menunjukkan adanya sinusitis ethmioidalis.2Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan udem, pada sinusitis maksilaris, ethmoidalis anterior dan frontalis tampak mukopus keluar dari meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoidalis posterior dan sinusitis sphenoid keluar mukopus dari meatus superior Pada rinoskopi posterior tampak post nasal drip. Pada sinusitis kronik tampak nanah pada meatus medius atau meatus superior pada pemeriksaan rinoskopi anterior dan pada rinoskopi posterior tampak sekret purulen di nasofaring atau turun ke tenggorok.4Pada pemeriksan transluminasi sinus dilakukan di kamar gelap, dan sumber cahaya diletakkan di mulut pasien pada salah satu sisi palatum durum, maka cahaya tersebut akan dihantarkan melalui rongga sinus dan akan memberikan gambaran sinar yang samar-samar dan berbentuk bulan sabit di bawah mata. Akan tetapi pemeriksaan ini hanya terbatas pada sinus maksila dan sinus frontalis saja. Pemeriksaan ini bermakna bila hanya satu sisi sinus yang terkena, maka akan tampak lebih suram dibandingkan dengan yang normal.1,4,5Sinoskopi, merupakan pemeriksaan ke dalam sinus maksila menggunakan endoskop. Endoskop dimasukan melalui lubang yang dibuat di meatus inferior atau di fossa koana. Dengan sinoskopi dapat dilihat keadaan di dalam sinus, apakah ada sekret, polip, jaringan granulasi, massa tumor atau kista, bagaimana keadaan mukosa, apakah ostiumnya terbuka.1

Pemeriksaan penunjang Pada pemeriksaan radiologik pada sinusitis akut mula-mula berupa penebalan mukosa selanjutnya diikuti opasifikasi sinus lengkap akibat mukosa yang membengkak hebat atau akibat akumulasi cairan yang memenuhi sinus. Akhirnya tebentuk gambaran air fluid level yang khas akibat akumulasi pus yang terlihat pada foto tegak sinus maksilaris. oleh karena itu radiogram sinus harus dibuat dalam posisi waters, PA dan lateral.2,3Posisi Waters adalah untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak di bawah antrum maksila, yakni dengan cara menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Posisi ini terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal dan etmoid. Posisi Posteroanterior untuk menilai sinus frontal dan Posisi Lateral untuk menilai sinus frontal, sphenoid dan etmoid.7Gambar 4. Foto kepala posisi waters

Gambar 5. Penjelasan Anatomi Pemeriksaan pencitraan dengan menggunakan CT Scan dan MRI juga dilakukan untuk menegakkan diagnosis dari sinusitis. Cara ini mampu menggambarkan secara detail area dari sinus dan area nasal, biasanya digunakan untuk kasus yang kronis dan sinusitis akut yang rekuren serta pada kasus-kasus sulit.4,5CT Scan disarankan hanya untuk pemeriksaan sinusitis akut jika terdapat komplikasi atau beresiko tinggi terhadap terjadinya komplikasi. MRI tidak seefektif CT Scan dalam penggambaran anatomi dari sinus paranasal. Disamping harganya yang lebih mahal, biasanya MRI tidak dipakai kecuali pemeriksa menitikberatkan pada tumor, infeksi jamur, atau komplikasi yang mengenai tulang tengkorak.CT-Scan pada sinusitis akan tampak : penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan homogen atau tidak homogen pada satu atau lebih sinus paranasal, penebalan dinding sinus dengan sklerotik (pada kasus-kasus kronik).Hal-hal yang mungkin ditemukan pada pemeriksaan CT-Scan:1. Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar), licin, homogen, pada pemeriksaan CT-Scan tidak mengalami ehans. Kadang sukar membedakannya dengan polip yang terinfeksi, bila kista ini makin lama makin besar dapat menyebabkan gambaran air-fluid level.1. Polip yang mengisi ruang sinus1. Polip antrokoanal1. Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus1. Mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur-angsur oleh massa jaringan lunak mukokel yang membesar dan gambaran pada CT Scan sebagai perluasan yang berdensitas rendah dan kadang-kadang pengapuran perifer

Gold Standart untuk mendiagnosa sinusitis yang disebabkan oleh bakteri adalah pemeriksaan mikrobiologis ( pungsi sinus dan kultur bakteri). Biakan bakteri yang berasal dari hidung bagian depan hanya sedikit bernilai dalam interpretasi bakteri dalam sinus maksilaris, bahkan dapat memberikan informasi yang salah karena biakan dari hidung depan akan mengungkapkan organisme dalam vestibulum nasi termasuk flora normal seperti stafilokok dan beberapa kokus gram positif lainnya yang tidak ada kaitannya dengan bakteri yang dapat menimbulkan sinusitis. Suatu biakan dari posterior hidung atau nasofaring justru lebih memberikan banyak manfaat dan jauh lebih akurat namun sangat sulit dalam pengerjaannya. Biakan bakteri pada sinusitis kronik dapat ditemukan infeksi campuran dari berbagai macam mikroba.4,5

KRITERIA DIAGNOSISTABEL 1. Kriteria diagnosis sinusitis antara lain:4,5Kriteria mayorKriteria minor

Nyeri atau rasa tertekan pada wajahSakit kepala

Sakret nasal dan post nasa purulenRasa lelah

Kongesti nasalHalitosis

Obstruksi nasalNyeri gigi

Hiposmia atau anosmiaNyeri atau rasa tertekan/ penuh pada telinga

Diagnosis memerlukan dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dengan dua kriteria minor pada pasien dengan gejala lebih dari 7 hari.

2.8. GEJALA KLINIS2.8.1. Sinusitis AkutKeluhan utama rinosinositis akut ialah hidung tersumbat disertai nyeri/ rasa tekanan oada muka dan ingus purulen, yang sering kali turun ke tenggorok (post nasal-drip). Dapat disertai gejala sistemik seperti demam dan lesu.2Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena merupakan ciri khas sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga terasa di tempat lain (referred pain). Gejala lain adalah sakit kepala, hiposmia/ anosmia, halitosis, post nasal-drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak.2,3,7Selaput lendir hidung tampak merah dan membengkak, dari hidung mungkin keluar nanah berwarna kuning atau hijau. Demam dan menggigil menunjukkan bahwa infeksi telah menyebar ke luar sinus.7

1. Sinusitis maksilarisGejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam, malaise dan nyeri kepala yang tak jelas biasanya reda dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin. Wajah terasa bengkak penuh, dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu naik atau turun tangga. Sering kali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk serta nyeri pada palpasi dan perkusi. Pada sinusitis maksila kadang-kadang ada nyeri alih ke gigi dan maksila.Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk. Batuk iritiatif non produktif sering kali ada.31. Sinusitis etmoidalisSinusitis etmoidalalis akut terisolasi lebih lazim pada anak, seringkali bermanifestasi selulitis orbita. Pada dewasa. Sering kali bersama-sama dengan sinusitis maksilaris, serta dianggap sebagai penyerta sinusitis frontalis yang tak dapat dielakan. Gejala berupa nyeri tekan di antara kedua mata dan di atas jembatan hidung, drainase dan sumbatan hidung. Pada anak, dinding lateral labirin etmoidalis (lamina papirasea) sering kali merekah dan karena itu sering kali menimbulkan selulitis orbita.31. Sinusitis frontalisSinusitias frontalis akut hampir selalu bersama-sama dengan infeksi sinus etmoidalis anterior.penyakit ini terutama ditemukan pada dewasa, dan selain daripada gejala inferksi yang umum, pada sinusitis frontalis terdapat nyeri kepala yang khas. Nyeri berlokasi di atas alis mata, biasanya pada pagi hari dan memburuk menjelang tengah hari, kemudian perlahan-lahan mereda hingga menjelang malam.pasien biasanya menyatakan bahwa dahinya terasa nyeri bila disentuh, dan mungkin terdapat pembengkakan supraorbita. Tanda patognomotik adalah nyeri yang hebat pada palpasi atau perkusi di daerah sinus yang terinfeksi.31. Sinusitis sphenoidalisSinusitis sphenoidalis akut terisolasi amat jarang. Sinusitis ini dicirikan oleh nyeri kepala yang mengarah ke verteks kranium, oksipital, belakang bola mata, dan daerah mastoid. Namun penyakit ini lebih lazim penjadi pansinusitis dan oleh karena itu menjadi satu dengan gejala infeksi sinus lainnya.3

2.8.2. Sinusitis KronikKeluhan sinusitis kronik tidak khas sehingga sulit didiagnosis. Kadang-kadang hanya 1 atau2 dari gejala-gejala di bawah ini yaitu sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorok, gangguan telinga akibat sumbatan kronik muara tuba eusthacius, gangguan ke paru seperti bronkitis (sino-bronkitis), bronkiektasis dan yang penting adalah serangan asma yang meningkat dan sulit diobati. Pada anak mukopus yang tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis.3,7

2.9. DIAGNOSIS BANDINGDiagnosis banding untuk sinusitis dapat dilihat pada tabel di bawah ini:7GejalaSinusitis akutSinusitis kronikRhinitis alergiCommon coldISPA Bakteri

Nyeri wajahAda, beratAda, tidak terlalu dominanJarangTidak adaTidak ada

WaktuLebih dari 10-14 hari, < 4 mingguLebih dari 12 minggu, biasanya hilang timbulTidak pasti, kambuh bila terdapat pajanan alergi7-10 hari10-14 hari

SekretKental, putih- kuning- hijauKental, tebal, banyak. Putih- kuning- hijauEncer, tipis, beningAgak encer, bening- putihKental, putih; kuning- hijau

Post nasal dripAda karena sekret sangat kentalJarangJaranfAda

DemamAdaKadangTidak adaKadangAda

BatukKronikKronikKadangAdaAda

Sakit kepalaAda, bertambah ketika menunduk, nyeri spesifik sesuai sinus yang meradang, biasanya unilateral dan timbul pada pagi hari. Pada kasus sinusitis akut terasa lebih sakitTidak adaJarangKadang

Sakit gigiPada sinusitis maksilarisTidak adaTidak adaTidak ada

Napas berbauAdaKadangTidak adaTidaka adaKadang

Hidung tersumbatAdaAdaKadangAdaAda

Bersin-bersinTidak adaTidak adaKadangAdaAda

Ciri khasGejala pada hidung cenderung bilateral, inflamasi berat padan sinusitis bakteriTimbul gejala di tempat lainGejala pada hidung cenderung unilateral

2.10. PENATALAKSANAANTujuan utama penatalaksanaan sinusitis adalah:1. Mempercepat penyembuhan2. Mencegah komplikasi3. Mencegah perubahan menjadi kronik.Sinusitis akut dapat diterapi dengan pengobatan (medikamentosa) dan pembedahan (operasi). Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien sinusitis akut, yaitu:Sinusitis akut Terapi medikamentosa 1. Dapat diberikan terapi antibiotik selama 10-14 hari, namun dapat diperpanjang sampai gejala semuanya hilang. Pemilihannya hampir selalu empirik karena kultur nasal tidak dapat diandalkan dan aspirasi sinus maksila merupakan kontraindikasi.Jenis antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksisilin. Jika resisten dapat diberikan amoksisilin-klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang.2. Dekongestan lokal maupun sistemik. Dekongestan lokal berupa obat tetes hidung, untuk membantu draenase sinus selama 5 hari untuk menghindari rinitis medikamentosa. Sedangkan dekongestan sistemik hanya 2, yaitu : Pseudoefedrin dan fenilpropanolamin.3. Analgetik selain untuk menghilangkan rasa nyeri juga untuk mengencerkan sekret, meningkatkan kerja silia serta merangsang pemecahan fibrin.

Sinusitis subakut1. Antibiotik, diberikan antibiotik spektrum luas selama 10 atau 14 hari.2. Dekongestan ( Obat tetes hidung ) untuk memperlancar draenase, selama 5-10 hari, karena bila terlalu lama dapat menyebabkan rhinitis medikamentosa.3. Analgetik, antihistamin, dan mukolitik.4. Diatermi dengan sinar gelombang pendek (Ultra Short Wave Diatermy, UKG) sebanyak 5-6 kali di daerah sinus yang sakit, untuk memperbaiki vaskularisasi sinus.5. Terapi pencucian Proetz ( Proetz Displecement Therapy ), yang pada prinsipnya membuat tekanan negatif dalam rongga hidung dan sinus paranasal serta menghisap sekret ke luar. Cara ini dipakai untuk mencuci sinus etmoid dan sinus sfenoid. Untuk sinus frontal dan sinus maksila cara ini kurang efektif.6. Pada sinusitis maksila, dapat dilakukan tindakan pungsi, irigasi, atau antrostomi, yaitu lubang di meatus inferior yang menghubungkan hidung dengan sinus maksila.7. Tindakan intranasal lain yang mungkin diperlukan agar drainase sekret lancar berdasarkan kelainan yang ada pada pasien adalah operasi koreksi septum, pengangkatan polip, dan konkotomi total atau parsial.

Sinusitis kronis Terapi Medikamentosa memiliki peran terbatas karena umumnya disebabkan obstruksi sinus yang persisten1. Dapat diberikan obat-obat simtomatis dan antibiotik selama 2-4 minggu untuk mengatasi infeksinya. Antibiotik yang dipilih mencakup anaerob, seperti penisilin V, Klindamisin atau augmentin merupakan pilihan yang tepat jika penesilin tidak efektif.2. Steroid nasal topikal contohnya beklometason yang digunakan sebagai antiinflamasi dan alergi.3. Pada sinusitis maksila dapat dilakukan pungsi, atau antrostomi dan irigasi sedangkan pada sinusitis etmoidalis ,sfenoidalis dan frontalis dapat dilakukan pencucian proetz. Terapi Radikal Dilakukan dengan mengangkat mukosa yang patologik dan membuat draenase sinus yang terkena.1. Operasi Caldwell luc dapat dilakukan pada kelainan sinus maksila.2. Etmoidektomi dapat dilakukan pada kelainan sinus etmoidalis.3. Operasi Killian secara intranasal dan ekstra nasal dilakukan pada kelainan sinus frontal.4. Draenase secara intranasal juga dapat dilakukan pada kelainan sinus sfenoid.

Gambar 6. Prosedur tindakan Caldwell.

Gambar 7. Caldwell procedurePada perkembangan terakhir Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BESF) yang mempunyai prinsip membuka dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi sehingga mukosa sinus menjadi normal kembali. Bila gejala akut sinusitis tidak reda dengan pengobatan, terutama bila serangan timbul lebih dari 4-6 kali per tahun, gejala menetap di antara 2 serangan, dan diperkirakan ada masalah lain yang mendasarinya maka sebaiknya pasien juga dirujuk, karena mungkin diperlukan tindakan pembedahan.2

Gambar 8. Endoscopic sinus surgery2.11. Komplikasi SinusitisSinusitis merupakan suatu penyakit yang tatalaksananya berupa rawat jalan. Pengobatan rawat inap di rumah sakit merupakan hal yang jarang kecuali jika ada komplikasi dari sinusitis itu sendiri. Walaupun tidak diketahui secara pasti, insiden dari komplikasi sinusitis diperkirakan sangat rendah. Salah satu studi menemukan bahwa insiden komplikasi yang ditemukan adalah 3%. Sebagai tambahan, studi lain menemukan bahwa hanya beberapa pasien yang mengalami komplikasi dari sinusitis setiap tahunnya. Komplikasi dari sinusitis ini disebabkan oleh penyebaran bakteri yang berasal dari sinus ke struktur di sekitarnya. Penyebaraan yang tersering adalah penyebaran secara langsung terhadap area yang mengalami kontaminasi.3,7Komplikasi dari sinusitis tersebut antara lain :31. Komplikasi lokala) Mukokelb) Osteomielitis (Potts puffy tumor)c) Kelainan paru2. Komplikasi orbitala) Inflamatori edemab) Abses orbitalc) Abses subperiosteald) Trombosis sinus cavernosus.3. Komplikasi intrakraniala) Meningitisb) Abses SubperiostealKomplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotik. Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intracranial.7 CT scan merupakan suatu modalitas utama dalam menjelaskan derajat penyakit sinus dan derajat infeksi di luar sinus, pada orbita, jaringan lunak dan kranium. Pemeriksaan ini harus rutin dilakukan pada sinusitis refrakter, kronik atau berkomplikasi.82.11.1 Komplikasi lokalA. OsteomielitisInfeksi sinus dapat menjalar hingga struktur tulang mengakibatkan osteomielitis baik di anterior maupun posterior dinding sinus. Penyebaran infeksi dapat berasal langsung atau dari vena yang berasal dari sinus. Osteomielitis paling banyak ditemukan pada dinding sinus frontal. Sekali tulang terinfeksi, bisa menyebabkan erosi pada tulang tersebut dan mempermudah terjadinya penyebaran infeksi di bawah subperiosteum yang berujung pembentukan abses subperiosteal. Erosi bisa mempengaruhi bagian anterior atau posterior dari dasar sinus yang mempermudah terjadinya penyebaran ekstrakranial atau intrakranial. Jika abses subperiosteal berbatasan dengan dasar anterior dari tulang frontal itu disebut dengan Pott`s puffy tumor. Pasien dengan Pott`s puffy tumor selalu muncul pada usia lebih dari 6 tahun karena sinus frontalis belum terbentuk pada usia di bawah 6 tahun.3,8,9 Gambar 9. Gambaran Pott`s puffy tumor pada osteomielitisB. MukokelMukokel adalah penyakit kronis berupa lesi kistik yang mengandung mukus pada sinus paranasal. Mukokel tumbuh secara perlahan memakan waktu tahunan untuk menimbulkan keluhan. Dan keluhan berhubungan dengan bertambah besarnya mukokel. Sesuai dengan pertambahan besarnya, mukokel dapat menekan dinding sinus sehingga mengawali erosi tulang. Setelah terjadi erosi pada dinding sinus, mukokel dapat mengenai seluruh struktur. Mukokel kebanyakan terjadi pada sinus frontalis, diikuti dengan sinus etmoid dan maksila. Gejala dari sinus frontal atau etmoid dapat menyebabkan sakit kepala, diplopia dan proptosis. Bola mata yang proptosis secara khas berpindah ke arah bawah dan luar. Mukokel sinus maksilaris biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada foto rongent sinus. Mukokel pada lokasi ini jarang menyebabkan gejala karena sinus maksilaris luas dan mukokel jarang menjadi cukup besar untuk menyebabkan kelainan pada tulang. Mukokel sinus maksilaris dapat menimbulkan gejala, jika menghambat ostium sinus maksilaris. Mukokel dapat bergejala pada setiap sinus ketika mukokel terinfeksi membentuk mukopyocele. Gejalanya hampir sama dengan mukokel meskipun lebih akut dan lebih berat. Diagnosis ditegakkan oleh CT scan sinus. Mukokel yang mempunyai gejala ditata laksana dengan tindakan bedah mengangkat mukokel dan membersihkan sinus. Eksplorasi sinus secara bedah untuk mengangkat semua mukosa yang terinfeksi dan berpenyakit serta memastikan suatu drainase yang baik, atau obliterasi sinus merupakan prinsip-prinsip terapi.8 Gambar 10. Gambaran MRI mukokel sinus frontal bilateralC. Kelainan ParuSeperti bronkitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu dapat juga menyebabkan kambuhnya asma bronkial yang sukar dihilangkan sebelum sinusitisnya disembuhkan.2.11.2. Infeksi orbitaInfeksi orbita disebabkan oleh penetrasi ruang orbita saat operasi atau trauma, kebanyakan disebabkan oleh bakteri yang menyebar dari sinus yang terinfeksi. Oleh karena ruang orbita dibatasi oleh beberapa sinus, seperti sinus frontalis, etmoid, dan maksilari, infeksi dari sinus tersebut berpotensial menyebar hingga ruang orbita. Sinus etmoid sangat mempengaruhi penyebaran infeksi ke ruang orbita. Hal ini dipengaruhi karena sangat eratnya hubungan antara dinding sinus dengan orbita. Dinding yang tipis menyebabkan infeksi lebih mudah menyebar. Sinus etmoid mempunyai dinding yang paling tipis, disebut lamina papyracea yang batas lateral dan medialnya adalah orbita. Sehingga infeksi pada orbita biasanya dimulai dari bagian medial. Walaupun jarang terjadi dinding sinus yang lebih tebal dapat juga menyebabkan infeksi orbita. Sekali infeksi menyebar melalui dinding sinus, batas periosteal dinding sinus berperan sebagai barrier tambahan untuk memproteksi orbita dari penyebaran infeksi. Jika terbentuk abses di antara dinding dengan periosteum, disebut abses subperiosteal. Jika periosteum rusak maka akan terbentuk abses orbita.3 Gambar 11. Gambaran selulitis periorbita

Gambar 12. Gambar klasifikasi komplikasi infeksi orbita pada sinusitis2.10.3. Komplikasi IntrakranialKomplikasi intrakranial sangat jarang, terjadi hanya satu hingga 3 kali setiap tahunnya. Penggunaan antibiotik menurunkan insiden komplikasi ini. Komplikasi dari intrakranial meliputi (1) meningitis, (2) abses epidural, (3) abses subdural, (4) abses otak. Pasien pada umumnya memiliki lebih dari satu komplikasi intrakranial, seperti abses epidural/subdural terjadi bersamaan dengan abses otak atau meningitis. Berikut ini frekuensi relatif jumlah komplikasi intrakranial dari sinusitis.3,9Tabel 3. Frekuensi Komplikasi IntrakranialKomplikasi intracranialFrekuensi relatif (%, range)

Meningitis34 % (17 54)

Abses otak27 % (0 50)

Abses epidural23 % (0 44)

Abses subdural24 % (9 86)

Persentase pasien dengan > 1 komplikasi intracranial28 %

Banyak studi yang telah memperlihatkan bahwa sejumlah besar komplikasi ini lebih sering terjadi pada pria (lebih dari 3 : 1 pria/wanita). Penyebab hal ini tidak diketahui secara pasti , tapi berlaku bahwa pada setiap golongan umur dan mungkin terkait dengan jenis kelamin, memiliki perbedaan anatomi dan drainase vena sinus.17

Gambar 13. Lokasi komplikasi intrakranial dari sinusitisPatogenesis dari komplikasi intrakranial ini mirip dengan terjadinya komplikasi pada infeksi infraorbital. Infeksi intrakranial bisa berkembang dari penyebaran luas melalui invasi dinding sinus menuju tulang yang terkontaminasi, dan kemudian ke struktur intrakranial melalui osteitis atau cacat congenital atau defek traumatik. Berbeda dengan infeksi orbital, metode tersering dari komplikasi intrakranial ini adalah melalui penyebaran emboli septik via vena diploik kalvaria dan tidak adanya katup pada sistem vena juga bertanggung jawab terhadap drainase dari wajah bagian tengah dan sinus paranasal. 8

2.12. PENCEGAHAN Mencegah radang selaput lendir atau sinusitis : Minum banyak : membantu meringankan hidung yang tersumbat dan sekret hidung dapat mengalir. Pemberian obat yang adekuat dan dosis yang tepat. Menggonsumsi obat yang teratur sesuai petunjuk dokter. Menghindari zat-zat alergen yang mengakibatkan pembengkakan mukosa hidung.

2.13. PROGNOSIS Kira-kira 40% kasus sinusitis akut sembuh spontan tanpa antibiotik, angka kekambuhan setelah keberhasilan pengobatan adalah kurang dari 5%. Sedangkan pada sinusitis kronik, hasil akhir yang memuaskan tercapai jika pasien diobati secara dini dengan penanganan medis yang agresif, selain itu FESS dapat mengembalikan kesehatan sinus dengan meredakan gejala secara komplit atau moderat pada 80-90% pada pasien dengan sinusitis yang rekuren atau yang tidak responsif terhadap pengobatan.8,9

BAB IIIKESIMPULAN

Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Rinitis dan sinusitis biasanya terjadi bersamaan dan saling terkait pada kebanyakan individu, sehingga terminologi yang digunakan saat ini adalah rinosinusitis. Komplikasi akibat sinus paranasal sangat bervariasi, baik lokal, intra orbital maupun intra kranial. Sinusitis dengan komplikasi intra orbita adalah penyakit yang berpotensi fatal. Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Komplikasi dari sinusitis tersebut antara lain komplikasi lokal, orbital dan intrakranial. Komplikasi lokal antara lain mukokel dan osteomielitis (Potts puffy tumor). Komplikasi orbital adalah inflamatori edema, abses orbital dan trombosis sinus cavernosus. Komplikasi intrakranial antara lain meningitis dan abses subperiosteal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Endang Mangunkusumo, Damayanti Soetjipto. Sinusitis. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, editor. Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-5. Jakarta: Balai penerbit FK-UI; 2001.h.151-3.2. Damayanti Soetjipto, Endang Mangunkusumo, Sinus Paranasal. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, editor. Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-5. Jakarta: Balai penerbit FK-UI;2001.h.145-9.3. Hilger PA. Penyakit Sinus Paranasalis. Dalam: Adams GL, Boies RL, Highler PA, editor. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta ; 1997.h.240-57.4. Harvey S. How is sinusitis diagnosed?. diambil dari:http://www.umm.edu/patiented/articles/how_sinusitis_diagnosed. Diakses tanggal 10 Desember 2012.5. Sinusitis. Diambil dari www.eyeconx.com. Diakses tanggal 10 Desember 2012.6. Swatz m. Rongga mulut dan faring, dalam : Effendi H, Hartamto H.editor. Buku ajar diagnostic fisik. Cetakan pertama. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC.1995.h.125-277. Itzhak Brook. Sinusitis. Diambil dari http://emedicine.medscape.com/article/232670-overview.Diakses tanggal 10 Desember 2012.8. Chronic sinusitis, Screening and diagnosis. Diambil dari www.MayoClinic.com diakses tanggal 10 Desember 20129. Diagnosis Sinusitis. Diambil dari: http://www.sinustreatmentcenter.com/BOOK/chapter3_0109.pdf. Diakses tanggal 10 Desember 2012

32

31