REFRAT diet PGK-2 arni.doc

24
BAB I GINJAL DAN PENYAKIT GINJAL KRONIS A. Pendahuluan Penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, mulai menjadi masalah kesehatan masyarakat utama menggant penyakit menular. Salah satu komplikasi yang timbul akibat penyaki tersebut adalah Penyakit ginjal kronis di mana terjadi penurunan fungsi gin membutuhkan terapi pengganti guna mengkompensasinya. 4 Dalam pelaksanaan terapi pengganti tersebut tentunya memerlukan yang mahal dan ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pasien, s adalah pengaturan diet. Diet pada penyakit ginjal ditekankan pada pengontro asupan energi, protein, cairan, elektrolit natrium, kalium, kalsium, dan fo 1 B. Anatomi dan Fisioloi Gin!al Dua ginjal terletak di dinding posterior abdomen, di luar rongga peri Setiap ginjal kira-kira seberat 1! gram seukuran kepalan tangan. Sisi medi merupakan hilus renalis, tempat masuknya arteri dan vena renalis, cairan li suplai saraf dan ureter yang memba"a urin akhir ke kandung kemih. # $injal kanan terletak sedikit lebih rendah %kurang lebih 1 cm& diband ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal 'utub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 %vertebra thoraks 1(&, sedan atas ginjal kanan adalah tepi ba"ah iga 11 atau 1(. 'utub ba"ah ginjal kiri processus transversus vertebra )( %kira-kira cm dari krista iliaca& seda ba"ah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra )*. # Secara anatomis ginjal terbagi menjadi ( bagian yaitu korteks yang te gelap dan medula yang tercat terang dalam preparat mikroskopis ginjal. 'ort ginjal terdiri dari pars konvulata dan pars radiata. Pars konvulata tersusun dari korpuskuli ginjal dan tubuli yang membentuk labirin kortikal. Sedan radiata tersusun dari bagian-bagian lurus %segmen lurus tubulus pro 1

Transcript of REFRAT diet PGK-2 arni.doc

BAB I

BAB I

GINJAL DAN PENYAKIT GINJAL KRONISA. Pendahuluan

Penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskuler, hipertensi, dan diabetes melitus, mulai menjadi masalah kesehatan masyarakat utama menggantikan penyakit menular. Salah satu komplikasi yang timbul akibat penyakit-penyakit tersebut adalah Penyakit ginjal kronis di mana terjadi penurunan fungsi ginjal yang membutuhkan terapi pengganti guna mengkompensasinya.4Dalam pelaksanaan terapi pengganti tersebut tentunya memerlukan biaya yang mahal dan ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pasien, salah satunya adalah pengaturan diet. Diet pada penyakit ginjal ditekankan pada pengontrolan asupan energi, protein, cairan, elektrolit natrium, kalium, kalsium, dan fosfor.1B. Anatomi dan Fisiologi Ginjal

Dua ginjal terletak di dinding posterior abdomen, di luar rongga peritoneum. Setiap ginjal kira-kira seberat 150 gram seukuran kepalan tangan. Sisi medial ginjal merupakan hilus renalis, tempat masuknya arteri dan vena renalis, cairan limfatik, suplai saraf dan ureter yang membawa urin akhir ke kandung kemih.6Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra thoraks 12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau 12. Kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaca) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3.6Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks yang tercat gelap dan medula yang tercat terang dalam preparat mikroskopis ginjal. Korteks ginjal terdiri dari pars konvulata dan pars radiata. Pars konvulata tersusun dari korpuskuli ginjal dan tubuli yang membentuk labirin kortikal. Sedangkan pars radiata tersusun dari bagian-bagian lurus (segmen lurus tubulus proksimal dan segmen lurus tubulus distal) dari nefron dan duktus koligentes. Medula ginjal hanya mengandung tubuli bagian lurus dan segmen-segmen tipis nefron (Ansa Henle).6Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas korpuskel renalis, tubulus kontortus proksimal, segmen tipis dan tebal lengkung henle, tubulus kontortus distalis, tubulus dan duktus koligentes. Darah yang membawa sisa hasil metabolisme tubuh mengalami proses filtrasi, reabsorbsi dan sekresi untuk membentuk urin. 7, 14

Gambar 1. Struktur Nefron Ginjal 7Ginjal melakukan fungsinya dengan cara menyaring plasma dan memisahkan zat dari filtrat dengan kecepatan yang bervariasi tergantung dari kebutuhan tubuh dan membuang zat sisa dengan mengekskresikannya ke dalam urin. Ginjal juga menjalankan fungsi multiple antara lain6:

1. Ekskresi produk Sisa Metabolisme, bahan kimia asing, obat, dan metabolit

Ginjal membuang produk sisa metabolisme diantaranya adalah urea dari metabolisme asam amino, kreatinin dari kreatin otot, asam urat dari asam nukleat, dan bilirubin dari produk akhir dari pemecahan hemoglobin.6

2. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit

Asupan air dan elektrolit terutama ditentukan oleh kebiasaan makan dan minum seseorang, sehingga mengharuskan ginjal untuk mengatur kecepatan ekskresinya sesuai dengan asupan berbagai macam zat.63. Pengaturan tekanan arteri

Ginjal berperan penting dalam pengaturan tekanan arteri jangka panjang dengan mengekskresikan natrium dan air dan berperan dalam pengaturan tekanan arteri jangka pendek dengan mengekskresikan faktor atau zat vasoaktif seperti renin. 64. Pengaturan keseimbangan asam-basa

Bersama dengan paru dan sistem dasar cairan tubuh mengatur asam basa dengan mengekskresikan air dan asam. Ginjal juga meruapakn satu-satunya organ ekskresi untuk beberapa tipe asam dalam tubuh seperti asam sulfur dan asam fosfat yang dihasilkan dari metabolisme protein. 65. Pengaturan produksi eritrosit

Ginjal menyekresikan hampir seluruh jumlah eritropioetin yang merangsang pembentukan sel darah merah. 66. Pengaturan Produksi 1,25 Dihidroksi vitamin-D

Ginjal menghasilkan bentuk aktif vitamin D yaitu 1,25 Dihidroksi vitamin D (kalsitriol). Kalsitriol penting untuk deposit kalsium dalam tulang, reabsorpsi kalsium oleh saluran cerna serta berperan penting dalam pengaturan kalsium dan fosfat. 67. Sintesis glukosa

Ginjal menyintesis glukosa dari asam amino dan prekursor lainnya selama masa yang panjang (glukoneogenesis). 6

C. Penyakit ginjal kronisPenyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai:1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan:

Kelainan patologik Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada pemeriksaan pencitraan radiologi

2. Laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m selama > 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal.17Klasifikasi penyakit ginjal kronis,didasarkan atas 2 hal, yaitu atas derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit ditentukan oleh nilai laju filtrasi glomerulus (LFG), yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah. 12 Derajat (stage) yaitu berdasarkan LFG dengan rumus Kockroft Gault.

(Pada wanita x 0,85)

DerajatPenjelasanLFG(mL/menit/1,73m2)

1Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau 90

2Kerusakan ginjal dengan LFG ringan60-89

3Kerusakan ginjal dengan LFG sedang30-59

4Kerusakan ginjal dengan LFG berat15-29

5Penyakit ginjal2 gr/dL kurangi dosis pemberian menjadi 2 kali seminggu. Maksimum pemberian 200 u/kg dan tidak lebih dari tiga kali dalam seminggu.17Transfusi darah misalnya Packed Red Cell (PRC) merupakan salah satu pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif namun harus diberikan dengan hati-hati. Sasaran hemoglobin adalah 11-12 gr/dL.17c. Keluhan gastrointestinal

Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering dijumpai pada penyakit ginjal kronis. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan utama (chief complaint).17

d. Kelainan kulit

Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit.15e. Kelainan neuromuskular

Terapi hemodialisis reguler yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi.17

f. Hipertensi

Pemberian obat-obatan anti hipertensi terutama penghambat Enzym Konverting Angiotensin (Angiotensin Converting Enzyme/ ACE inhibitor).17

g. Kelainan sistem kardiovaskular

Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular merupakan hal yang penting, karena 40-50% kematian pada penyakit ginjal kronis disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskular yang diderita, termasuk pengendalian diabetes, hipertensi, dislipidemia, hiperfosfatemia, dan terapi terhadap kelebihan cairan dan gangguan keseimbanagan elektrolit.173. Terapi pengganti ginjal

Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronis stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal.5, 17a. HemodialisisGambar 2. Alur Hemodialisis 5Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam suatu tabung dialiser yang terdiri dari 2 kompartemen terpisah. Darah pasien dipompa dan dialirkan ke kompartemen darah yang dibatasi oleh selaput semipermeabel buatan dengan kompartemen dialisa. Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi elektif. Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis, ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%. Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m, mual, anoreksia, muntah, dan astenia berat. 5, 17b. Dialisis peritoneal Dialisis Peritoneal adalah salah satu bentuk dilisis untuk membantu penanganan pasien penyakit ginjal akut penyakit ginjal kronis, menggunakan membran peritoneum yang bersifat semipermeable. 5, 17Indikasi medik CAPD, yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskular, pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien dengan stroke, pasien GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai co-morbidity dan co-mortality. 17c. Transplantasi ginjal

Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal). Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu:

a) Kidney transplant dapat mengambil alih 100% faal ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-80% faal ginjal alamiah

b) Kualitas hidup lebih baik dan survival rate lebih lama c) Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan obat imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan

d) Biaya lebih murah dan dapat dibatasi. 5, 17BAB II

NUTRISI PADA PENYAKIT GINJAL KRONISA. Nutrisi Pada Pasien Ginjal Kronik Tanpa Dialisis / Pre-Dialisis

Tujuan Diet Penyakit ginjal kronis:1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.

2. Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia).3. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.4. Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat turunnya laju filtrasi glomerulus.1Syarat-Syarat Diet Penyakit ginjal kronis Pre Dialisis:1. Energi cukup, 30-35 kkal/kg BB.2. Protein rendah, 0,6-0,75 g/kg BB. Sebagian harus bernilai biologi tinggi. Pada pasien dengan Penyakit ginjal kronis akan terjadi intoleransi protein ketika intake protein yang terlalu banyak. Protein yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami metabolisme yaitu pertama, breakdown protein menghasilkan asam amino yang diperlukan untuk cadangan sintesis protein tubuh yang baru. Kedua, protein menghasilkan nitrogen-merupakan sisa metabolime protein yang harus diekskresikan melalui ginjal, bila terakumulasi menyebabkan gejala-gejala uremia. Sisa metabolisme protein lainnya seperti guanidine, aromatic/ aliphatic amines akan memberikan efek toksik bila kadarnya tinggi dalam darah. Urea-merupakan metabolit nitrogen yang juga merupakan petanda adanya akumulasi dari toksin-toksin yang lainnya. Secara khusus, kadar urea nitrogen yang tinggi dalam darah konsisten dengan akumulasi sisa metabolisme protein yang lainnya. Jika seorang penderita PGK makan makanan yang banyak mengandung protein, maka akan terakumulasi juga beberapa bahan yang lain seperti phenol, asam urat, asid dan fosfat. Untuk itu, intake harus dikurangi. 1, 8

Fungsi protein untuk pemeliharaan jaringan tubuh dan mengganti sel-sel yang rusak diperlukan protein sebesar 0,6 g/kg BB predialisis. Apabila asupan energi tidak tercapai, protein dapat diberikan sampai dengan 0,75 g/kg BB. Protein diberikan lebih rendah dari kebutuhan normal, oleh karena itu diet ini biasa disebut Diet Rendah Protein. Dulu anjuran protein bernilai biologi tinggi/hewani hingga 60 %, saat ini anjuran cukup 50 %. Protein hewani dapat disubstitusi dengan protein nabati untuk variasi menu dan telah terbukti mengurangi progresifitas kerusakan ginjal dibandingkan dengan protein hewani.1, 93. Lemak cukup, 20-30% dari kebutuhan energi total. Diutamakan lemak tidak jenuh ganda.14. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi energi yang berasal dari protein dan lemak.15. Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria. Natrium yang diberikan antara 1-3 gram. Natrium obat-obatan juga harus dibatasi. Obat-obatan yang mengandung Natrium misalnya penisilin, sulfonamid, dan barbiturat.16. Kalium dibatasi (40-70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq), oliguria, atau anuria.17. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan melalui keringat dan pernapasan ( 500 ml).18. Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C, dan vitamin D. Pemasukan kalsium sebanyak 1000 g/hari diperlukan untuk mencegah atau menunda perburukan dari osteodistrofi ginjal atau demineralisasi tulang, akibat dari asidosis kronis dan gangguan metabolism vitamin D. Biasanya diberikan kalsium karbonat (CaCO3). Suplemen kalsium tidak boleh diberikan bila serum fosfat tidak terkontrol. Progresivitas dari insufisiensi ginjal dapat lebih lambat dengan diet rendah fosfat kurang dari 600 mg/hari. Kalsium karbonat juga dapat digunakan sebagai pengikat fosfat. 1,11Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu 1:1. Diet Protein Rendah I : 30 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan 50 kg.2. Diet Protein Rendah II: 35 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan 60 kg.3. Diet Protein Rendah III: 40 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan 65 kg.

Tabel 3. Diet Pasien Penyakit ginjal kronis 1Bahan Makanan30 g protein35 g protein40 g protein

Berat (g)urtBerat (g)UrtBerat (g)urt

Beras1001 gls nasi1502 gls nasi1502 gls nasi

Telur ayam501 btr501 btr501 btr

Daging501 ptg sdg501 ptg sdg751 ptg bsr

Sayuran1001 gls1501 gls1501 gls

Pepaya2002 ptg sdg2002 ptg sdg2002 ptg sdg

Minyak353 sdm404 sdm404 sdm

Gula pasir606 sdm808 sdm10010 sdm

Susu bubuk102 sdm1503 sdm204 sdm

Kue RP*)1502 sdm1503 porsi1503 porsi

Madu202 sdm202 sdm302 sdm

Agar-agar-1 porsi-1 porsi-1 porsi

*)Rendah Protein, misal kue lapis, kue klepon ubi, dan kue lain dengan nilai protein rendah

Tabel 4. Contoh Pembagian Makanan Diet Rendah Protein 40 1WaktuMenuJumlah

GramURT*

Pagi Beras

Telur ayam

SayuranMinyakGula pasirMadu

Susu bubuk5050501010 30

20 gls

1 butir

gls

1 sdm

1 sdm3 sdm

4 sdm

Pk 10.00 Kue RP

Gula pasir

50

201 porsi

2 sdm

Siang Beras

Daging

Sayuran

Pepaya

Minyak

Gula pasir

50

50

50

10010 10 gls

1 ptg sdg

gls

1 ptg sdg

1 sdm

1 sdm

Pk 16.00 Kue RP

Gula pasir

50

201 porsi

2 sdm

Sore BerasAyam

SayuranPepaya

MinyakGula pasir502550

100 10

10 gls

1 ptg kcl gls

1 ptg sdg

1 sdm

1 sdm

Tabel 5. Contoh Modifikasi Menu 1,9WaktuMenuJumlah

GramURT*

Pagi Nasi

Tumis Tahu

Madu

Susu

Gula 5075

40

15

13 gls

1 ptg sdg

2 saset

3 sdm

1 sdm

Pk 10.00 Kue Talam

Teh Gula 50

13 1 porsi

1 sdm

Siang Nasi

Rolade Daging

Cap-cay Goreng

Stup Nanas 50

50

50

100 gls

1 ptg sdg

gls

1 ptg

Pk 16.00 Kue Mangkok

Fla Sirup 50

30 1 ptg sdg

3 sdm

Sore Nasi

Ayam Goreng

Stup Buncis-Wortel

Koktail Pepaya 50

40

50

100 gls

1 ptg sdg

gls

1 ptg

Pasien PGK dengan terapi konservatif komposisi protein hewani:nabati = 50%: 50%. Menu dibuat untuk pasien PGK pre HD pria 62 tahun dengan BB 66 kg dan TB 173 cm.

Nilai gizi : Energi 2000 kkal, protein 40 g, lemak 58 g, KH 335 g.

Tabel 6. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan 1,9Bahan MakananDianjurkanTidak Dianjurkan/ Dibatasi

Sumber karbohidratNasi, bihun, jagung, kentang, mi, makaroni, tepung-tepungan, singkong, ubi, selai, madu, permen-

Sumber proteinProtein bernilai biologi tinggi; Telur, daging, ikan, ayam, susuProtein bernilai biologi rendah; kacang-kacangan dan hasil olahannya, seperti tahu dan tempe.

Sumber lemakMinyak jagung, minyak kacang tanah, minyak kelapa sawit, minyak kedelai, margarin dan mentega rendah garamKelapa, santan, minyak kelapa, margarin dan mentega biasa, lemak hewan

Sumber vitamin dan mineralSemua sayuran dan buah, kecuali pasien dengan hiperkalemia dianjurkan yang mengandung kalium rendah/sedang.Sayuran dan buah tinggi kalium pada pasien dengan hiperkalemia, misalnya bayam, daun pepaya muda, peterseli, gambas, daun singkong, leci, kelapa muda, pisang, durian, avokad, dan nangka. Hindari juga makanan tinggi natrium jika pasien hipertensi, oedem dan asites. Bahan makanan tinggi natrium diantaranya adalah garam, vetsin, penyedap rasa/kaldu kering, makanan yang diawetkan, dikalengkan dan diasinkan

Nutrisi pada Pasien Penyakit ginjal kronis Berdasarkan Etiologinya

1. Penyakit ginjal kronis dengan Diabetes Melitus

Target pembatasan protein untuk penderita diabetes dan penyakit ginjal kronis stage I-IV adalah 0,8 g/kg BB/ hari. Pembatasan protein tidak hanya mengurangi kadar BUN dan mungkin juga hasil metabolisme protein toksik yang belum diketahui, tetapi juga mengurangi asupan kalium, fosfat dan produksi ion hidrogen yang berasal dari protein. Pembatasan protein telah terbukti menormalkan kembali kelainan ini dan memperlambat terjadinya gagal ginjal, asupan rendah protein mengurangi beban ekskresi sehingga menurunkan hiperfiltrasi glomerulus, tekanan intraglomerulus, dan cedera sekunder pada nefron intak.

Penting untuk mempertahankan keseimbangan protein dalam nilai biologik yang tertinggi dan kalori yang memadai dibutuhkan dalam bentuk lemak karbohidrat untuk mencegah pemecahan protein tubuh untuk memenuhi kebutuhan kalori. Pendekatan terhadap permasalahan ini adalah memberikan suplementasi diet yang mengandung protein sangat rendah dengan mengandung campuran asam amino esensial (EAA) atau kombinasi EAA dan analog asam amino alfa keto atau alfa hidroksi. Terapi ini meminimalisir gejala uremik, hiperparatiroidisme sekunder dan asidosis metabolic. Suplemen vitamin B kompleks, piridoksin dan asam askorbat juga hendaknya diberikan bersama regimen ini, akan tetapi beberapa vitamin dapat terakumulasi akibat dare menurunnya kemampuan ekskresi.

Kontrol glukosa darah membantu memperlambat progresi dari penyakit ginjal kronis. Metabolisme insulin dan beberapa obat hipoglikemik oral mengalami penurunan, sehingga akumulasi banyak di tubuh dapat menyebabkan hipoglikemik. Diet rendah protein berhubungan dalam membantu meningkatkan sensitivitas insulin, menurunkan kadar insulin yang dibutuhkan tubuh, menurunkan kadar glukosa darah dan menurunkan produksi glukosa endogen pada pasien diabetes.

Saat intake protein dibatasi, kalori dari makronutrisi sumber non protein (90%), kurang dari 30% dari lemak dan hingga 60% dari karbohidrat kompleks. Sumber karbohidrat yang direkomendasikan berasal dari gandum utuh, buah-sayur dan produk olahannya yang rendah lemak. Serat dapat membantu dan mendukung metabolisme gula dan lemak. Makanan dengan index glikemik rendah dapat menurunkan hiperglikemik postprandial dan mengontrol gula darah. Pada beberapa studi menyebutkan peningkatan asupan omega-3 dan asam lemak tak jenuh mempunyai efek yang bagus pada progresi penyakit ginjal kronis. Untuk membatasi asupan lemak jenuh, kurangi konsumsi daging merah dan gunakan produk olahan yang rendah lemak atapun non-fat.

Pembatasan asupan garam adalah 4-5 gr/hari (atau 65-85meq/hari) serta asupan protein hingga 0,8 gr/kg/berat badan ideal/ hari.

Tabel 7. Contoh Rancangan Menu Pasien Penyakit Ginjal Kronis dengan DM

Waktu MakanMenu

a. SarapanOatmeal dengan selai kacang

Buah pir

Berry Smoothie

b. Makan SiangSalmon panggang dengan roti hamburger (panggang)

Potongan nanas dengan sorbet stroberi-lemon

Asparagus panggang dengan tofu

c. SnackKacang

Timun

d. Makan MalamSayuran panggang dalam roti gandum

Potongan alpukat

Rum-Baked apples

2. Penyakit ginjal kronis non Diabetes Melitus

Tekanan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan gagal ginjal yang kronik. Dalam penanganannya, sesuai dengan kondisi yang diderita, perlu usaha untuk mengontrol tekanan darah sebagai penyebab atau akibat dari penyakit penyakit ginjal kronis yaitu pengaturan keseimbangan elektrolit darah serta asupan cairan agar tidak menimbulkan akibat yang lebih serius (komplikasi).

Elektrolit yang harus diawasi asupannya adalah kalium dan natrium. Pembatasan kalium dilakukan karena hiperklemia dapat mengakibatkan aritmia jantung yang fatal. Oleh karena itu, pada pasien penyakit ginjal kronis dengan hipertensi yang mendapat terapi antihipertensi, pemberian obat-obat yang mengandung memacu hiperkalemia (seperti ACEI) dan makanan yang tinggi kalium (seperti buah dan sayuran) harus berhati-hati. Sedangkan pasien penyakit ginjal kronis dengan pengobatan diuretik (seperti furosemid) membutuhkan asupan kalium yang lebih banyak. Kadar kalium darah yang dianjurkan adalah 3,5 5,5 Meg/Lf

Asupan natrium 40-120 mEq/hari (270-920 mg/hari) untuk mengontrol tekanan darah dan edema. Pembatasan natrium dapat membantu mengatasi rasa haus, dengan demikian dapat mencegah kelebihan asupan cairan. Bahan makanan tinggi natrium yang tidak dianjurkan antara lain : Bahan makanan yang dikalengkan. Garam natrium yang ditambahkan ke dalam makanan seperti natrium bikarbonat, atau soda kue, natrium benzoat atau pengawet buah dan sayuran, natrium nitrit atau sendawa yang digunakan sebagai pengawet daging, seperti pada cornet beef .

Selain membatasi natrium, cairan juga dapat dikontrol dari asupannya. Pembatasan kelebihan cairan tubuh sekurang-kurangnya 1,2 kg setiap hari. Konsumsi cairan baik yang berasal dari makanan maupun minuman di berikan sesuai dengan air seni yang dikeluarkan ditambah 500 cc.

Jumlah diet kalium yang dijalankan sesuai dengan terapi antihipertensi yang didapat. Berikut disajikan data obat dengan resiko hiperkalemia tinggi yang harus diimbangi dengan intake kalium yang rendah, serta terapi antihipertensif dengan kecenderungan sekresi Kalium tinggi dan harus diimbangi dengan intake kalium yang lebih dari yang pertama.

Tabel 8. Daftar Kandungan Kalium Buah dan Sayur yang Lazim Dikonsumsi

Lower Potassium Higher Potassium

Fruit Apples, Blueberries, canned (drained) fruit, Cranberries, Grapes, Mango, Peach (small), Pear, Pineapple, Plum, Watermelon Avocado, Banana, Cantaloupe melon, Dried fruit, Honeydew melon, Kiwifruit, Nectarine, Orange, Papaya

Vegetables Asparagus, Beans (green/yellow), Carrots (boiled), Cauliflower, Celery, Corn, Cucumber, Eggplant, Lettuce, Onions, Peas (green or snow, boiled), Peppers Beets, Brussels Sprouts, Mushrooms (cooked), Potato, Pumpkin, Spinach (cooked), Squash, Sweet Potato, Tomato paste and sauces, Yams

Selain hipertensi, salah satu faktor yang menyebabkan gagal ginjal adalah glomerulonefritis. Perubahan proliferative glomerulonefritis (GN) ditandai oleh hiperselularitas dan sekaligus penebalan membran dasar. Respon terhadap terapi pada berbagai jenis glomerulonefritis umumnya tidak baik dan secara progresif terjadi gagal ginjal.

Kejadian awal dari kebanyakan kasus ini merupakan suatu reaksi antigen-antibodi pada glomerulus yang meningkatkan permeabilitas Membran Dasar Glomerulus, proteinuria massif dan hipoalbumia. Pasien-pasien yang menderita sindroma nefrotik biasanya mengeluarkan 5-15 gr protein per 24 jam. Hipoalbuminemia, dengan menurunkan tekanan osmotic koloid, cendrung menimbulkan transudasi keluarnya cairan dari ruang vascular ke ruang interstisium. Ini merupakan mekanisme langsung penyebab terjadinya edema, hipovolumia akibat penurunan Aliran Plasma Ginjal (RPF) dan Kecepatan Filtrasi Glomerular (GFR) mengaktifkan reseptor volume antrium kiri. Akibatnya terjadi peningkatan produksi ADH. Garam dan air diretensi oleh ginjal, sehingga memperberat edema. Berulangnya rangkaian kejadian tersebut mengakibatkan terjadinya edema massif, tetapi jumlah protein yang dikeluarkan tidak berbanding langsung dengan beratnya edema, karena setiap orang berbeda kecepatan sintetis proteinnya untuk pengganti yang telah hilang. Penyebab hiperlipidemia yang sering menyertai sindroma nefrotik tidak jelas. Kolesterol serum, fosfolipid dan trigliserida biasanya mengalami peningkatan.

Tujuan Diet:

1. Mengganti kehilangan protein terutama albumin

2. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh

3. Memonitor hiperkolesterolimia dan penumpukan trigliserida

4. Mengontrol hipertensi

5. Mengatasi anoreksia

Syarat Diet

1. Energi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif, yaitu 35 kkal/kg BB/hari

2. Protein sedang, yaitu 1,0 g/kg BB, atau 0,8 g/kg BB ditambah dengan jumlah protein yang dikeluarkan melalui urine. Utamakan penggunaan protein yang bernilai biologi tinggi

3. Lemak sedang, yaitu 15 29 % dari kebutuhan energi total. Perbandingan lemak jenuh, lemak jenuh tunggal dan lemak jenuh ganda adalah : 1: 1:1.

4. Karbohidrat sebagai sisa kebutuhan energy. Utamakan penggunaan karbohidrat kompleks

5. Natrium dibatasi, yaitu 1- 4 g sehari, tergantung berat ringannya edema.

6. Kolesterol dibatasi < 300mg, begitu pula gula murni, bila ada peningkatan trigliserida darah.

7. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urine ditambah 500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan pernafasan.

B. Nutrisi Pasien Penyakit ginjal kronis dengan Dialisis

Tujuan Diet Pasien dengan Dialisis1:1. Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki status gizi, agar pasien dapat melakukan aktivitas normal.

2. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

3. Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolisme tidak berlebihan. 1Syarat-syarat diet penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis1:

1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB ideal/ hari.

2. Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mengganti asam amino yang hilang selama dialysis, yaitu 1-1,2 g/ kg BB ideal/ hari. 50% protein hendaknya bernilai biologi tinggi.

3. Karbohidrat cukup, yaitu 55-75% dari kebutuhan energi total.

4. Lemak normal, yaitu 15-30% dari kebutuhan energy total.5. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/ 24 jam, yaitu: 1 gram + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 gram untuk tiap liter urin.6. Kalium sesuai dengan urin yang keluar/ 24 jam, yaitu: 2 gram + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 gram untuk tiap 1 liter urin.7. Kalsium tinggi, 1000 mg/ hari. Bila perlu, diberikan suplemen kalsium.8. Fosfor dibatasi