REFLEKSI KASUS stase forensik KDRT
-
Upload
drfadli-robby-amsriza -
Category
Documents
-
view
949 -
download
17
description
Transcript of REFLEKSI KASUS stase forensik KDRT
KASUS BAYANGAN
Nama : Fadli Robby A
NIM : 20040310084
Stase : Kedokteran Forensik
Asal : FK-UMY
Pembimbing : dr. Wikan B. Sp. F
REFLEKSI KASUS
1. Pengalaman: Seorang perempuan berusia 25 tahun, menikah, dengan anak satu datang ke
IGD RSU ABC bersama kakak kandungnya pada tanggal 27 januari 2010 pukul 03.00
WIB dengan keluhan mual, pusing, dan pandangan kabur. Menurut keterangan dari kakak
pasien, pasien adalah seorang ibu dengan satu anak yang tidak bermasalah dan jarang
bertengkar dengan suami. Namun, sekitar satu minggu terakhir ini, pasien mengeluh
sering adu mulut dengan suaminya. Adu mulut tersebut disinyalir karena suami tidak
suka dengan tindakan istri yang selalu pulang diantar oleh atasan laki-laki di kantornya.
Pasien mengaku bahwa akhir-akhir ini memang sering diantar atasan laki-lakinya karena
banyak pekerjaan kantor yang harus diselesaikan bersama dan pulang larut malam.
Malam itu, pukul dua belas malam, pasien pulang dari kantor, setiba di rumah, tiba-tiba
sang suami datang menghampiri dan memaki-maki pasien. Kemudian terjadi adu mulut
antara pasien dan sang suami. Pelaku kemudian pergi dari rumah. Setelah itu, pasien
merasakan mual-mual, pusing, dan pandangan kabur. Pasien kemudian menghubungi
kakak kandung laki-lakinya dan bercerita tentang kejadian yang baru dialami. Pasien
segera dilarikan ke rumah sakit oleh kakak kandung laki-lakinya sementara anggota
keluarga yang lain melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi. Selama pemeriksaan,
kondisi mental pasien stabil dan terkendali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pada
kepala bagian belakang terdapat memar lima sentimeter dari telinga kanan berwarna
merah berukuran lima kali tiga sentimeter, tepi luka tenang,dan tidak terdapat luka lecet.
Luka disebabkan oleh kekerasan tumpul.
SKENARIO KASUS KEDOKTERAN FORENSIK
KASUS BAYANGAN
2. Masalah yang di kaji : dasar hukum yang bias di kenakan pada pelaku dalam kasus
tersebut.
3. Analisis.
Pada kasus tersebut dapat dikenakan undang-undang RI no. 23 tahun 2004 tentang
penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (UU PKDRT). Menurut undang-undang
tersebut KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hokum dalam lingkup rumah
tangga.
Ruang lingkup rumah tangga meliputi;
a. Suami, istri, dan anak (termasuk anak angkat dan anak tiri),
b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana
dimaksud huruf a karena hubungan darah, perkawinan (mertua, menantu, ipar,
besan), persusuan, pengasuhan, dan perwalian yang menetap dalam rumah
tangga; dan/atau
c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetapkan dalam rumah
tangga tersebut.
Pada BAB III tentang larangan kekerasan dalam rumah tangga dalam undang – undang
KDRT berbunyi :
Pasal 5 :
Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang
dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara :
a. kekerasan fisik;
b. kekerasan psikis;
c. kekerasan seksual; atau
d. penelantaran rumah tangga.
Pasal 6 :
Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan
yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
SKENARIO KASUS KEDOKTERAN FORENSIK
KASUS BAYANGAN
Pada BAB VIII tentang ketentuan pidana
Pasal 44
1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah
tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp.
15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
korban mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp 30.000.000,00
(tiga puluh juta rupiah).
3. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan
matinya korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima juta
rupiah).
4. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau
kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
Pada kasus tersebut suami dapat di tuntut dengan pasal 5 dan 6 undang – undang KDRT
dengan ketentuan pidana penjara 5 tahun atau denda paling banyak 15 juta seperti tertera
pada pasal 44 undang-undang KDRT tahun 2004.
4. Dokumentasi
Nama : Nabila
Jenis Kelamin: Perempuan
Umur : Dua puluh lima tahun
Status : Menikah dengan satu anak
Alamat : Gedongkiwo nomor satu Yogyakarta
Asal : Yogyakarta
Nomor Rekam Medis : 19-09-09
SKENARIO KASUS KEDOKTERAN FORENSIK
KASUS BAYANGAN
Agama : Islam
5. Referensi
Kekerasan dalam rumah tangga. Undang-undang republik Indonesia. No. 23.
2004
Idries, AM. Legowo, A. 2008. Penerapan ilmu kedokteran forensic dalam proses
penyidikan. CV. Sagung Seto. Jakarta.
SKENARIO KASUS KEDOKTERAN FORENSIK