Referat xanthelasma
description
Transcript of Referat xanthelasma
REFERAT
XANTHELASMA
Pembimbing:
dr. Retno Sawitri, SpKK
dr. Shinta J. B. R. T., SpKK
Disusun Oleh:
Joy Jesica Meindy Latuary (0961050161)
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSUD KOTA BEKASI
PERIODE 15 JUNI – 25 JULI 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Penyusunan panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yesus Maha Esa, karena rahmat dan bimbingan-Nya, penyusun dapat menyelesaikan referat berjudul Xanthelasma. Dalam laporan kasus kali ini penyusun menuliskan pembahasan terkait dengan Xanthelasma, termasuk definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, gejala klinis, diagnosa dan diagnosa banding, penatalaksanaan, komplikasi, serta prognosis.
Penyusunan laporan kasus ini tentunya tak luput dari bantuan berbagai pihak dan bimbingan para dokter di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Kota Bekasi. Terima kasih yang terutama kepada dr. Retno Sawitri, SpKK, selaku pembimbing penyusun referat ini, yang mau meluangkan waktunya bagi penulis sehingga penulisan referat dapat berjalan dengan baik.
Akhir, kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa. Karenanya, kritik dan saran yang membangun bagi penulis diharapkan dapat memberi perbaikan serta kelengkapan materi yang disusun lebih baik lagi di kemudian hari.
Jakarta, 4 Juli 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISIB. EPIDEMIOLOGIC. ETIOLOGID. PATOGENESISE. GEJALA KLINISF. PEMERIKSAAN PENUNJANGG. DIAGNOSA BANDINGH. PENATALAKSANAANI. PROGNOSIS
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Xanthelasma merupakan bentuk xanthoma yang paling sering dijumpai. Xantelasma
berasal dari kata xanthos (yellow) dan elasma (a beaten-metal plate). Xantelasma tersusun
atas sel-sel xanthoma. Sel-sel ini merupakan histiosit dengan deposit lemak intraseluler
terutama dalam retikuler dermis atas. Biasanya muncul berbentuk plak yang berwarna kuning
di kelopak mata atas dekat canthus, dengan diameter yang bervariasi dari 1-30 mm. Biasanya
soft, semi solid dan calcareous.1,2,3,4
Xanthoma biasanya berhubungan dengan gangguan metabolisme lemak. Keadaan ini
disertai dengan hiperlipoproteinemia. Tetapi dapat juga ditemukan pada keadaan di mana
kadar lemak plasma dalam batas-batas normal. Hiperlipoproteinemia ini dapat terjadi primer
yaitu hiperlipoproteinemia akibat gangguan metabolise lemak dan bersifat genetik (familial)
dan juga dapat terjadi secara sekunder di mana timbul akibat penyakit lain yang
menyebabkan hiperlipoproteneinemia.1,5,6,7,8
Prevalensi pada perempuan lebih besar dibandingkan pada laki-laki, dan
perkembangannya seiring dengan pertambahan usia. Timbulnya xantelasma merupakan salah
satu dari indikasi peningkatan kadar kolesterol terutamanya di kalangan golongan muda.
Karena itu, pemeriksaan darah akan dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol meningkat
atau pada batas normal.1
Gejala klinis xantelasma biasanya khas. Lesi permulaan berupa papula kemudian
secara bertahap membesar membentuk plak berwarna kuning. Pada perabaan konsistensinya
lunak. Terletak pada kelopak mata bagian atas dekat kantus, akan tetapi dapat juga dijumpai
pada kelopak mata bagian bawah. Xantelasma cenderung untuk berkembang, koalesen dan
permanen.1,8,9
Penggunaan chloracetic acid efektif untuk menghilangkan xantelasma. Agen ini
mengendapkan dan mengkoagulasikan protein dan lipid larut. Monochloroacetic acid,
dichloroacetic acid, dan trichloroacetic acid juga dilaporkan memberi hasil yang baik dengan
hasil akhir yang sempurna dan skor minimal.1,10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Xantelasma berasal dari kata xanthos (yellow) dan elasma (a beaten-metal plate).
Xantelasma tersusun atas sel-sel xanthoma. Sel-sel ini merupakan histiosit dengan
deposit lemak intraseluler terutama dalam retikuler dermis atas. Biasanya muncul
berbentuk plak yang berwarna kuning di kelopak mata atas dekat canthus, dengan
diameter yang bervariasi dari 1-30 mm. Biasanya soft, semi solid dan calcareous.1,2,3,4
2.2 EPIDEMIOLOGI
Xanthelasma Palpebrum merupakan xantomas yang paling sering ditemui, bersifat
asimptomatik ditandai dengan bentuk simetri, soft serta kekuningan di daerah sekitar
kelopak mata.9,11 Xantelasma merupakan kasus yang jarang ditemui pada populasi umum.
Variable incidence yang dilaporkan pada negara di bagian Barat menunjukkan hanya
0.56%-1.5 %.9 Xantomas dapat terjadi pada berbagai tingkat umur. Onset timbulnya
xantelasma berkisar antara 15 – 73 tahun dengan puncak tertinggi pada dekade 40-an dan
50-an. Menurut Marcelo, xantelasma biasanya terjadi pada golongan tua yang berusia
lebih dari 50 tahun. Berdasarkan studi yang dijalankan di India, mayoritas pasien adalah
berusia dalam lingkungan 31-50 tahun.3,9
Jumlah insiden yang terjadi pada pria dan wanita yang didiagnosa xantelasma masih
diperdebatkan. Gangopadhya dan penulis lain mengatakan bahwa kasus ini lebih sering
terjadi pada wanita. Ini disebabkan wanita lebih memperhatikan perubahan dirinya dari
sudut kosmetik. Walaupun begitu, Chhetri melaporkan bahwa pada pria insiden
xanthelasma lebih banyak, berdasarkan jumlah pasien pria yang datang ke klinik rumah
sakit luar. Marcelo pula mengatakan bahwa insiden xantelasma sama banyak pada pria
dan wanita.9
2.3 ETIOLOGI
Pada umumnya penyebab xantelasma sama dengan penyebab xantoma yaitu:1
1. Hiperlipoproteinemia1
Primer hiperlipoproteinemia
Menurut Fredeickson & Lees, hiperlipoproteinemia diklasifikasikan berdasarkan
pola electrophoretic yaitu : 1,
a. Tipe I : Kelebihan chylomicron
b. Tipe IIa: Kelebihan betalipoprotein (LDL)
c. Tipe IIb: Kelebihan betalipoprotein (LDL) disertai VLDL sedikit meningkat.
d. Tipe III: Lipoprotein intermedia meningkat.
e. Tipe IV: Prebetalipoprotein (VLDL) meningkat.
f. Tipe V: Prebetalipoprotein (VLDL) dan chylomicron meningkat. Terjadi
akibat gangguan metabolisme lemak dan bersifat genetik.1
Sekunder
Hiperlipoproteinemia sekunder timbul akibat penyakit seperti diabetes mellitus,
sirosis bilier, gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik, hipotiroid (miksedema),
multipelmieloma, limfoma, hemokromatosis, pancreatitis, obat-obat yang
menginduksi hiperlipoproteinemia, misalnya estrogen, prednisone, isotretinoin
dan etretinat.1
2. Lipoproteinemia normal
Konsentrasi lemak plasma normal (200mg/dl). Keadaan ini dijumpai pada
xantoma diseminata, xantoma generalisata, cerebrotendinous xanthomatosis,
phytostrerolemia, verruciform xanthoma.1
2.4 PATOGENESIS
Hepar mensekresi lipoprotein, partikel yang terbuat dari kombinasi cholesterol dan
triglycerides. Partikel ini bersifat larut air untuk memfasilitasi transport pada jaringan
perifer. Oleh polar phospholipids dan 12 protein spesifik yang berbeda yang dinamakan
apolipoproteins. Apolipoproteins berfungsi sebagai kofaktor untuk enzim plasma dan
berinteraksi dengan reseptor permukaan sel. Lipoprotein dibagi menjadi lima komponen,
yaitu chylomicrons, very low-density lipoproteins (VLDL), intermediate-density
lipoproteins (IDL), low-density lipoproteins (LDL), dan high-density lipoproteins (HDL).
Dyslipoproteinemia dikategorikan sebagai primer atau sekunder. Kondisi primer
ditentukan secara genetik dan dikelompokkan oleh Fredrickson menjadi lima atau enam
komponen berdasarkan peningkatan lipoprotein spesifik. Hyperlipoproteinemia sekunder
muncul sebagai akibat dari penyakit lain yang dapat memunculkan gejala, perubahan
lipoprotein, dan xanthomas yang dapat menyerupai sindrom primer.2
Meskipun telah diteliti mengenai hubungan antara xanthelasma dan hyperlipidemia,
hanya sekitar setengah pasien yang memperlihatkan adanya peningkatan lipid serum.
Pada penelitian oleh Gangopadhya didapatkan hanya 52.5% pasien xanthelasma yang
mempunyai profil lipid abnormal.6
Pada xantelasma terjadinya akumulasi kolesterol yang berawal dari darah, di mana
jumlah kolesterol yang paling banyak berasal dari LDL yang masuk melalui dinding
vaskuler. Dikatakan bahwa trauma dan inflamasi itu dapat merubah permeabilitas
vaskuler sehingga lipoprotein dapat masuk ke dalam kulit dan kemudian di fagositosis
oleh sel dermal. Normalnya LDL mempunyai nilai kebocoran kapiler yang lambat. 1
Panas lokal meningkatkan nilai kebocoran. Dapat dilihat secara eksperimen bahwa
nilai kebocoran kapiler dari LDL itu dua kali lebih besar pada daerah yang lebih sering
terekspose oleh gerakan fisik atau gesekan, dibandingkan daerah pada kulit yang
immobilisasi. Kelopak mata lebih sering mengalami pergerakan yang konstan dan
gesekan, dan hal ini mungkin alasan mengapa xantelasma berkembang pada daerah ini.1
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Xanthelasma secara klinis terlihat sebagai plak kekuningan berbentuk oval yang
berlokasi pada regio periorbital. Seringkali pada canthus medial kelopak mata bagian
atas, meskipun dapat juga terlihat pada kelopak mata bagian bawah, dan juga biasanya
bersifat bilateral. Inspeksi dan palpasi memperlihatkan tekstur yang lunak, semisolid atau
kalsifikasi.1
Gambar 1. Xanthelasma palpebrarum
Treating Eyelid Lesions with Chemical Cauterization
Pasien xanthelasma biasanya datang karena pertimbangan kosmetik, atau dideteksi pada
pemeriksaan rutin mata. Lesi ini tidak menyebabkan peradangan maupun nyeri,
meskipun lesi ini cenderung untuk membesar namun tidak terdapat kecenderungan
malignansi. Pada kasus yang sangat jarang, xanthelasma yang berukuran besar dapat
mengganggu fungsi kelopak mata, menyebabkan ptosis atau lagophthalmus.7
Gambar 2 Lagoftalmus
Xanthelasma Palpebrarum: Treatment With the Ultrapulsed CO2 Laser
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Karena 50% pasien dengan xantelasma mempunyai gangguan lipid, maka disarankan
untuk pemeriksaan plasma lipid juga HDL dan LDL.9,14 Xantelasma biasanya dapat
didiagnosa dengan jelas secara klinis dan jarang kelainan lain memberi gambaran klinis
sama. Pengamatan yang lebih lanjut bahwa pasien dengan normal cholesterol dan
trigliserida sering dtemukan peningkatan LDL dan VLDL serta penurunan HDL.2
2.7 DIAGNOSIS BANDING
a. Syringomas (hidradenomas) terletak pada kelopak mata bagian bawah lebih kecil,
datar, dan warnanya lebih putih.1
Syringomas adalah adenoma jinak pada kelenjar ekrin. Ukurannya 1-2 mm
warnanya seperti warna kulit atau agak kekuningan, papul jelas dan biasanya terjadi
pada wanita pada masa awal puberitas. Syringomas mungkin suatu penyakit
keturunan. Sering multiple daripada soliter pada periorbital bawah, simetris, dan
dapat pula terdapat pada kelopak mata, muka, aksila, umbilicus, dada, dan vulva.11
Gambar 3 Syringomas (hidradenomas)
Endocrine, Metabolic, Nutritional, and Genetic Disease
b. Sebaceous hyperplasia
Sebaceous hyperplasia tidak digambarkan dengan suatu neoplasma. Tetapi
pembesaran jinak dari sebaceous lobule di sekitar follicular infundibulum. Biasanya
ditunjukkan dengan kekuningan yang soliter maupun multiple, disertai papul yang
telengiektasis pada tengah atau bagian bawah dari wajah dan kadang juga pada badan
bagian atas.5
Gambar 4 Sebaceous hyperplasia
Endocrine, Metabolic, Nutritional, and Genetic Disease
c. Necrobiotic xanthogranuloma
Necrobiotic xanthogranuloma (NXG) adalah sebuah kelainan langka yang
ditandai dengan kulit dan subkutan xanthomatous histopatologi lesi dengan khas, dan
biasanya terkait paraproteinemia. 14
Karakteristik klinik adalah adanya nodul periorbital dan lesi ulserasi yang
berwarna kuning kemerahan. Pada badan terdapat nodul subkutan dan plak xanthoma
dengan atropi dan ulserasi. Pada mata biasa mengakibatkan kojungtivitis, keratitis,
uveitis, iritis dan proptosis. Kebutaan juga pernah dilaporkan. Gejala sistemik dapat
berupa nausea, vomiting, lemah, epistaksis, nyeri belakang. Pada xanthogranuloma
yang tidak khas redapat juga tumor soliter pada kulitnya.14
Gambar 5 Necrobiotic xanthogranuloma
Rook’s Textbook of Dermatology
2.8 PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi adalah untuk mengontrol kelainan yang mendasari untuk
mengurangi perkembangan xantelasma dan xantoma. Penatalaksaan xantelasma
diberikan sesuai dengan etiologi dan perkembangan penyakit yang dihadapi. Terapi yang
dini adalah dietetik. Pada primer hiperlipoprotein manipulasi diet sering lebih efektif
untuk menurunkan lipoprotein darah. Jika diet dibatasi dan pengurangan berat badan
tidak efektif ditambahkan dengan terapi medikamentosa. 1
Xantelasma dapat dibedah apabila mengganggu, tetapi mungkin bisa kambuh.
Xantelasma dapat dihilangkan dengan pengelupas trichloroacetic acid (TCA), bedah,
laser atau cryoterapi. Penghilangan xantelasma dapat menyebabkan timbulnya skar dan
perubahan pigmen, tetapi tidak jika menggunakan trichloroacetic acid (TCA).13
Komponen herediter yang diturunkan menyebabkan timbulnya xanthelasma ini,
mengindikasikan tingginya kolesterol dalam darah atau bisa juga tidak. Apabila tidak ada
riwayat keluarga yang menderita xantelasmata maka biasanya mengindikasikan jumlah
kolesterol yang tinggi dalam darah dan mungkin berhubungan dengan resiko timbulnya
atherosclerosis.2
a. Dietetik
Pada primer hiperlipoprotein manipulasi diet sering lebih efektif untuk menurunkan
lipoprotein darah, kecuali pada hiperkolesterol genetik. Apabila trigliserida tinggi
dikurangi total kalori. Jika kadar kolesterol tinggi, total lemak diet dikurangi sampai
35% jumlah kalori, protein meningkat sampai 20%, dan karbohidrat harus meningkat
40-50% dari diet. Gaya hidup serta pola makan diubah,agar penimbunan kolesterol
berkurang. Sebaiknya diusahakan mencapai BMI yang normal yaitu 20-25. Jika diet
dibatasi dan pengurangan berat badan tidak efektif ditambahkan dengan terapi
medikamentosa.1 Terapi yang paling sering digunakan di Amerika Serikat adalan
golongan statin sperti lovastatin, simvastatin, fluvastatin, pravastatin dan
atorvastatin.15
b. Medikamentosa. Hypertriglyceridemia memberikan respon yang baik kepada
golongan fibrat dan nicotinic acid. 1
1) Klofibrat: dosis 2 x 500 mg/hari. Obat ini baik diberikan pada hipertrigliserida.
2) Kolestiramin: dosis 12-24 gram/hari. Sering memberikan efek samping pada
saluran cerna.
3) Nicotinic acid: dosis 3- 4.5 gram/hari.1
c. Operatif
Bedah eksisi: dilakukan bila lesinya kecil, merupakan pengobatan pilihan. Dengan
cara ini kemungkinan kambuh jarang sekali dan hasil pengobatannya juga baik.
Setelah kontrol klinis dislipidemia, pasien menjalani operasi.1
Chemical cauterisation:
Gambar 6
Treating Eyelid Lesions with Chemical Cauterization
Dengan menggunakan trichloroacetic acid (TCA) 70 % lebih efektif
menghilangkan xantelasma. TCA dioleskan pada daerah kelopak mata yang
terdapat xantelasma setelah diberikan anestesi lokal pada bagian mata dan
petrolatum pada bagian sekitar xantelasma. Pasien akan merasakan hangat setelah
dioleskan TCA dan permukaan kulit beransur berwarna putih dan kelihatan seperti
mencair. Setelah beberapa jam, lesi berwarna gelap dan berbentuk skar kemudian
akan mengelupas untuk memberikan warna kulit yang normal. Keadaan ini tidak
memerlukan biaya yang mahal. 10, 16
Tetapi terapi dengan trichloroacetic acid ini memiliki kekurangan pada lesi yang
dalam dan juga beresiko rusaknya konjungtiva atau sclera jika terkena.13
Electrodesiccation dan cryotherapy dapat menghancurkan xantelasma yang ada di
superficial tetapi memerlukan pengobatan yang berulang. Cryotherapy dapat
menyebabkan skar dan hipopigmentasi.1,10,16
Laser CO2 juga merupakan terapi yang lebih bijaksana pada kasus xanthelasma.
Keuntungannya yaitu jarang terjadi rekurensi, dan resikonya kecil mengenai mata
yang dapat menggangu penglihatan.12
2.9 PROGNOSIS
Tergantung kepada penyebabnya. Apabila kadar lipid normal bila dilakukan eksisi
prognosisnya baik. Apabila disertai hiperlipidemia sekunder perlu diobati penyakit
dasarnya terlebih dahulu. Bila penyakit dasarnya dapat diobati maka prognosis
xantelasma pada keadaan ini baik. Sedangkan hiperproteinemia familier prognosisnya
kurang baik kerana sering timbul kekambuhan.1
BAB III
KESIMPULAN
Xanthelasma adalah kumpulan kolesterol di bawah kulit dengan batas tegas berwarna
kekuningan biasanya terdapat di sekitar mata. Meskipun tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan nyeri, munculnya xanthelasma dapat mengganggu penampilan. Sebagian
pasien xantelasma mempunyai kelainan lipid. Xantelasma bisa dihubungkan dengan
hiperkolesterolemia familial, type IIA atau IIB tetapi 50% dari pasien memiliki nilai
kolesterol normal. Mekasnisme patofisiologi yang pernah disarankan adalah adanya
peningkatan kadar peroksidase lipid plasma (yang diperoleh dari oksidasi LDL) bisa memicu
akumulasi kolesterol dan sel busa pada makrofag.
Gejala klinis yang muncul adalah timbul plak irregular di kulit, warna kekuningan
sering kali disekitar mata. Ukuran xantelasma bervariasi berkisar antara 2 – 30 mm,
adakalanya simetris dan cenderung bersifat permanen. Xanthelasma dapat terjadi pada
bagian atas kelopak mata atau pada bagian bawah kelopak mata atau pada kedua-dua bagian,
terutama yang berdekatan dengan hidung. Xanthelasma tersusun atas sel-sel xanthoma. Sel-
sel ini merupakan histiosit dengan deposit lemak intraseluler terutama dalam retikuler
dermis atas.
Saran awal yang diberikan adalah pembatasan makanan yang berlemak dan kolesterol
tinggi. Obat sistemik akan diberikan sesuai keadaan pasien. Penanganan xantelasma dapat
dilakukan dengan eksisi, laser CO2, kauterisasi kimia, elektrodesikasi dan krioterapi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dianawaty A, Adam AM. Xantelasma dam Milia. Dalam: Amiruddin MD, editor.
Tumor dan Bedah Kulit. Makassar: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, FKUH;
2003.
2. Habif TP. Xanthoma and Dislipoproteinemia. In: Clinical Dermatology: A Color
Guide to Diagnosis and Therapy. U.S: Mosby; 2004. p. 902-3.
3. Roy H. Xanthelasma.[online] 2008. [cited 2010 juny 1]: [1-2]. Available from URL:
http:/ /www. emedicine.medscape.com .
4. Siregar RS. Gangguan Metabolisme, Kekuranagn gizi, Autoimun,dan Miliaria.
Dalam: Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. 2003.
5. Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP. Dermatology Volume Two. U.S: Mosby. 2003.
p. 1447-54.
6. Gangopadhyay DN, Dey SK, Chanda M, Et al. Serum lipid profile in Xanthelasma
palpebrarum. Indian J Dermatol. 1998; 43(2):53-7.
7. Pereira FJ, Velasco AA, Guimarães HP, et all. Extensive Xanthelasma - a Surgical
Solution: Case Report. Arq. Bras. Bra. Oftalmol. 2008:7;1-6.
8. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Xanthoma and Abnormalities of Lipid
Metabolism Storage. In: Rook’s Textbook of Dermatology. Hongkong; Blackwell
Publishing. 2004. p.57.64-68.
9. Jain A, Goyal P, Nigram PK, Gurbaksh H, Sharma RC. Xanthelasma Palpebrarum-
Clinical and Biochemical Profile in a Tertiary Care Hospital of Delhi. Ind J .of
Clinical Biochemistry. 2007/22(2)151-3.
10. Skorin L. Treating Eyelid Lesions with Chemical Cauterization. [online]. 2001. [cited
2010 May 18]: [36-7]. Available from URL: http://www.optometry.co.uk.
11. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA. Paller AS. Leffell DJ. Endocrine,
Metabolic, Nutritional, and Genetic Disease. In: Wolff K, Johnson RA, Fitzpatrick’s
Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. U.S: McGrawHill. 2003. p. 437-
438.
12. Raulin C, Matthias P, Werner S, et all. Xanthelasma Palpebrarum: Treatment With
the Ultrapulsed CO2 Laser. [online]. 2009. [cited 2010 May 18]: 1-6. Available from
URL: http:/ /www. Ncbi.nlm.nih.
13. Dua A, Dogra A, Sood N, et all. Normolipemic Papular Xanthoma with Xanthelasma.
Pakistan J dermatol. 2006; 16:116-9.
14. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, Histiocytoses. In: Rook’s Textbook of
Dermatology. Hongkong; Blackwell Publishing. 2004. p.52.26-27..
15. Shields CL, Mashayekhi A, et al. Disappearance of Eyelid Xanthelasma Following
Oral Simvastatin (Zocor). Br J Ophthalmol. 2005; 89:639-40.
16. Nahas, Rizkallah T, et al. Treatment of Eyelid Xantelasma with 70% Trichloroacetic
Acid. 2009. [cited 2010 May 18]: [280-3]. Available from URL:
http://www.ncbi.nlm.com.