Referat Tumor Testis pada Anak.doc

24
REFERAT TUMOR TESTIS PADA ANAK Disusun oleh : Ahmad Maliki 105070107111010 Emilia Tiara S. 105070107111007 Rizky Rosita H. 115070100111075 Amirah Faridah 115070100111037 Pembimbing : dr. Widanto, Sp.B, Sp.BA dr. Devid Ruru

Transcript of Referat Tumor Testis pada Anak.doc

Page 1: Referat Tumor Testis pada Anak.doc

REFERAT

TUMOR TESTIS PADA ANAK

Disusun oleh :

Ahmad Maliki 105070107111010

Emilia Tiara S. 105070107111007

Rizky Rosita H. 115070100111075

Amirah Faridah 115070100111037

Pembimbing :dr. Widanto, Sp.B, Sp.BA

dr. Devid Ruru

LABORATORIUM ILMU BEDAHFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS B

RAWIJAYA MALANG2015

Page 2: Referat Tumor Testis pada Anak.doc

LEMBAR PERSETUJUAN

Disusun oleh :

1. Ahmad MalikiNIM :105070107111010

2. Emilia Tiara S.NIM : 105070107111007

3. Rizky Rosita H. NIM : 115070100111075

4. Amirah Faridah NIM : 115070100111075

Disetujui untuk dibacakan pada :Hari : SeninTanggal : 13 Juli 2015

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

dr. Widanto, Sp.B, Sp.BA dr. Devid Ruru

Page 3: Referat Tumor Testis pada Anak.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTumor merupakan pertumbuhan sel baru yang abnormal. Pertumbuhan

sel pada tumor biasanya lebih cepat dari sel yang normal dan akan berlanjut

pertumbuhannya jika tidak ditangani. Pada saat berkembang, jaringan sel

abnormal ini juga merusak jaringan sekitarnya. Tumor sendiri dibedakan menjadi

dua, yaitu benign (jinak) dan malignant (ganas). (Hruban R, 2012)

Tumor testis merupakan keganasan terbanyak pada pria berusia diantara

15-35 tahun dan merupakan 1-2% dari semua neoplasma pada pria. Akhir-akhir

ini terdapat perbaikan usia harapan hidup pasien yang mendapatkan terapi jika

dibandingkan dengan 30 tahun yang lalu, karena sarana diagnosis lebih baik,

diketemukan petanda tumor, diketemukan regimen kemoterapi dan radiasi, serta

teknik pembedahan yang lebih baik. Angka mortalitas menurun dari 50% (1970)

menjadi 5% (1997). (Purnomo PB, 2011)

Pada anak-anak, tumor testis terjadi pada usia 2 tahun pertama atau

selama usia remaja setelah laki-laki mengalami pubertas. Sebelum usia 2 tahun,

tumor biasanya jinak dan tidak menyebar keseluruh tubuh. Namun, tetap

membutuhkan operasi. Beberapa tumor testis yang terjadi pada usia muda

merupakan ganas, dan menyebar ke seluruh bagian tubuh yaitu paru, liver,

kelenjar limfe, otak. Pada usia setelah pubertas, sebagian besar tumor testis

merupakan ganas. (Baskin LS, et all 2013)

Para peneliti menemukan beberapa faktor resiko yang membuat

seseorang mengalami tumor testis. Walaupun seseorang memiliki satu atau

beberapa faktor resiko, namun sangat sulit untuk tau bagaimana faktor resiko

tersebut berkontribusi pada berkembangnya kanker tersebut. Baik anak atau pria

dewasa tidak dapat diketahui apa penyebab utama yang pasti dari kanker testis

tersebut. Namun ada beberapa faktor yang memungkinkan dapat terjadinya

tumor testis diantaranya adalah undescendensus testir, riwayat keluarga memiliki

tumor testis, infeksi HIV, memiliki riwayat tumor testis sebelumnya. (ACS, 2015)

Penanganan pada tumor testis jinak yaitu dengan mengambil testis

(orchiectomy) dengan melakukan insisi pada lipatan paha. Tumor testis pada

Page 4: Referat Tumor Testis pada Anak.doc

anak biasanya memiliki prognosis yang baik. Pada anak prognosis tergantung

pada lamanya penyakit dan kecepatan kita dalam mendiagnosis terjadinya tumor

testis tersebut. Sangat penting bagi anak apabila masa tersebut diketahui pada

stadium awal, sehingga dapat dilakukan tindakan dengan secepat mungkin.

Beberapa anak dapat terjadi gangguan fertilitas setelah dilakukan kemoterapi

dan radiasi. (Baskin LS, et all 2013)

Dengan kita dapat mengetahui gejala dan tanda dari tumor testis secara

dini, maka kita dapat mencegah tumor tersebut agar tidak berkembang ke

stadium lanjut. Maka dari itu, kita harus mengetahui bagaimana faktor resiko,

diagnosis, pengobatan serta bagaimana prognosis dari tumor testis tersebut.

1.2 Tujuan

1) Mengetahui apa saja yang menjadi faktor resiko tumor testis

2) Mengetahui gejala klinis dan cara mendiagnosis tumor testis

3) Mengetahui penanganan dan prognosis dari tumor testis

1.3 Manfaat

1) Dapat mendiagnosis secara dini tumor testis

2) Dapat menjelaskan pada pasien penanganan selanjutnya dan prognosisnya

serta merujuk kepada dokter spesialis yang lebih ahli

Page 5: Referat Tumor Testis pada Anak.doc

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumor Testis

Tumor merupakan sel neoplastik yang otonom dalam arti tumbuh dengan

kecepatan yang tidak terkoordinasi dengan kebutuhan hospes dan fungsi yang

sangat tidak bergantung pada pengawasan homeostasis sebagina besar sel

tubuh lainnya. Pertumbuhan sel neoplastik biasanya progresif, yaitu tidak

mencapai keseimbangan, tetapi lebih banyak mengakibatkan penambahan

massa sel yang mempunyai sifat-sifat yang sama. Neoplasma tidak melakukan

tujuan adaptif yang menguntungkan hospes, tetapi lebih membahayakan (Kumar,

2015).

Tumor testis merupakan tumor yang berasal dari sel germinal atau

jaringan stroma testis. Lebih dari 90% berasal dari sel germinal. Tumor ini

mempunyai derajat keganasan tinggi, tetapi dapat sembuh bila diberi

penanganan adekuat. Tumor ini mempunyai petanda tumor sejati yang sangat

berharga untuk diagnosis, rencana terapi dan kontrol (Wein, 2012).

2.2 Epidemiologi Tumor Testis

Menurut Purnomo, 2011 tumor testis merupakan keganasan terbanyak

pada pria yang berusia diantara 15-35 tahun, dan merupakan 1-2% semua

neoplasma pada pria. Dari semua tumor maligna pada laki-laki 1-2% terlokalisasi

di dalam testis. Kira-kira 90% dari semua tumor testis primer terdiri atas tumor sel

embrional, selanjutnya dapat dijumpai tumor sel Sertoli-Leydig dan limfoma

maligna. Insidensi tumor sel embrional maligna di Nederland adalah kira-kira 4

per 100.000 laki-laki tiap tahun. Ini berarti bahwa tiap tahun kira-kira 300

penderita baru didiagnosis dengan kelainan maligna ini. Tumor-tumor sel

embrional maligna testis merupakan tumor maligna yang paling sering terdapat

pada laki-laki usia 20-40 tahun meskipun pada penderita kurang dari 5 tahun dan

lebih dari 70 tahun juga dapat dijumpai tumor testis (Wein, 2012).

Menurut Williams dan Welser, 2014 tumor testis merupakan 1-2% pada

semua tumor solid pediatri. Insiden di Amerika Serikat adalah 1-2 banding

100.000. Mayoritas, tumor testis terjadi pada anak dengan usia <2 tahun dan

Page 6: Referat Tumor Testis pada Anak.doc

kebanyakan tumor yang terjadi adalah tumor yolk sac. Saat ini jenis tumor testis

yang paling sering adalah teratoma.

Tumor testis sel germinal lebih banyak terjadi pada penduduk asli Asia

dan Kepulauan Pasifik dengan insiden 1,4 lebih besar dari yang lain baik pada

anak berkulit putih atau berkulit hitam. Tidak ada perbedaan insiden pada anak

berkulit putih dan hitam pada usia 0-14 tahun (Walsh et al, 2010). Pada kasus

tumor testis pada anak, sekitar 38% kasus merupakan tumor jinak. Metastasis

terjadi pada < 15% kasus, dimana rinciannya adalah 28% metastasis secara

limfogen, 40% bermetastasis secara hematogen, dan 20% merupakan

keduannya (Williams dan Welser, 2014).

Gambar 2.2.1 Insiden Tumor Testis Menurut Usia (Williams dan Welser, 2014)

Gambar 2.2.2 Insiden tipe patologi tumor testis prepubertal (Pohl dkk, 2014)

Page 7: Referat Tumor Testis pada Anak.doc

2.3 Etiologi

2.3.1 Undesendensus Testis

Satu dari faktor resiko dari tumor testis adalah kondisi yang disebut

cryptorchidism atau undesendensus testis. Kondisi tersebut adalah satu atau

kedua testis gagal berpindah dari abdomen ke skrotum sebelum kelahiran. Laki-

laki dengan cryptorchidism lebih beresiko terjadi tumor testis dibandingkan pada

laki-laki dengan turunnya testis secara normal.

Normalnya, testis berkembang didalam abdomen saat fetus dan turun ke

skrotum pada saat kelahiran. Namun pada 3% laki-laki, testis tidak turun ke

scrotum pada saat kelahiran. Terkadang, testis menetap diabdomen, pada kasus

yang berbeda testis tetap turun namun berada pada lipatan paha. (ACS,2015)

2.3.2 Riwayat keluarga

Beberapa literatur menyebutkan bahwa laki-laki yang terinfeksi HIV, dapat

meningkatkan resiko terjadinya tumor testis. Tidak ada infeksi lainnya yang

terbukti meningkatkan resiko terjadinya tumor testis. (ACS,2015)

2.3.3 Riwayat menderita kanker testis sebelumnya

Seseorang dengan riwayat kanker testis sebelumnya maerupakan faktor

resiko lainnya terjadi tumor testis. Pada 3-4% pria yang menderita kanker pada

salah satu testisnya, kanker dapat berkembang pada ke testis lainnya.

(ACS,2015)

2.3.4 Usia

Usia terbanyak terdapat pada usia antara 15-35 tahun, tapi kanker dapat

menyerang semua usia, baik pada anak-anak dan orang tua. (ACS,2015)

2.3.5 Ras dan Etnik

Alasan perbedaan tersebut tidak diketahui. Namun resiko

berkembangnya tumor lebih sering pada orang yang tinggal di Amerika dan

Eropa dibandingkan dengan Afrika dan Asia. (ACS,2015)

2.4 Klasifikasi Tumor Testis

Sebagian besar (± 95%) tumor testis primer, berasal dari sel germinal,

sedangkan isinya berasal dari non germinal. Tumor germinal testis terdiri atas

seminoma dan non seminoma. Seminoma berbeda sifatnya dengan non-

seminoma, antara lain sifat keganasannya, respon terhadap radioterapi dan

prognosis tumor. Tumor yang bukan berasal dari sel-sel germinal atau non

Page 8: Referat Tumor Testis pada Anak.doc

germinal diantaranya adalah tumor sel leydig, sel sertoli, dan gonadoblastoma.

Selain berada di dalam testis, tumor sel germinal juga bisa berada di luar testis

sebagai extragonadal germ cell tumor antara lain dapat berada di mediastinum,

retroperitoneum, daerah sakrokoksigeus, dan glandula pineal (Purnomo, 2011).

Pembagian tumor testis dapat dilihat pada diagram 2.4.1 dan tabel 2.4.1

Tumor-tumor sel embrional testis merupakan satu golongan tumor yang

heterogen. Dari berbagai klasifikasi tumor testis ganas, klasifikasi organisasi

kesehatan dunia (WHO) paling sering dipakai. Disamping seminoma yang

memang berasal dari sel germinal terdapat karsinoma embrional, teratoma dan

koriokarsinoma yang digolongkan non seminoma, yang dianggap berasal dari sel

germinal pada tahap perkembangan lain histogenesis. Seminoma meliputi sekitar

40% dari tumor ganas testis. Koriokarsinoma jarang sekali ditemukan (1%).

Metastasis tumor testis kadang berbeda sekali dari tumor induk, yang berarti

tumor primer terdiri dari berbagai jenis jaringan embrional dengan daya invasi

yang berbeda (Jemal et al, 2010).

Tabel 2.4.1 Klasifikasi Tumor Testis Pediatri (Williams dan Welser, 2014)

JINAK GANAS

Sel GerminalTeratoma

Kista EpidermoidYolk Sac

Stromal GonadalSel Leydig

Sel Juvenile GranulosaSel Sertoli

Para-TesticularLipoma

LeiomyomaRhabdomyosarcoma

Page 9: Referat Tumor Testis pada Anak.doc

Diagram 2.4.1 Klasifikasi Tumor Testis (Purnomo, 2011)

Seminoma merupakan tumor maligna testis yang tersering, diikuti dengan

Karsinoma embrional, teratoma dan khoriokarsinoma. Sekresi Gonadotropin

khorionik berhubungan dengan hiperplasia sel Leydig. Tumor testis sel benigna

jarang terjadi (Thedore, 2014).

Seminoma dapat dianggap sebagai tumor pendahulu sel embrional

(gonosit) yang arah diferensiasinya berlanjut ke arah sel embrional (germ cell).

Tumor-tumor non seminoma dapat dianggap sebagai tumor sel embrional

pluripoten. Tumor yang paling tidak terdiferensiasi dalam golongan ini adalah

karsinoma sel embrional yang didalamnya tidak tampak arah diferensiasi

spesifik. Koriokarsinoma berupa produk kehamilan, Teratoma merupakan

campuran jaringan-jaringan somatik, seperti berbagai tipe epitel, tulang rawan,

jaringan otot dan saraf dan berasal dari berbagai lapisan embrional (ektoderm,

mesoderm, endoderm). Jika jaringan-jaringan ini menunjukkan struktur normal

(hampir normal) maka ini disebut teratoma matur, jika arah diferensiasi jaringan

dapat dikenal dengan baik, dan jika diferensiasinya tidak seluruhnya

dewasa/matang, maka ini disebut teratoma imatur. Tipe non-seminoma

merupakan manifestasi berbagai arah diferensiasi sel-sel embrional pluripoten,

Page 10: Referat Tumor Testis pada Anak.doc

maka tidak mengherankan bahwa suatu non seminoma hampir selalu tersusun

atas bermacam-macam komponen (Wein, 2012).

2.5 Stadium dan Penyebaran Tumor Testis

Penentuan stadium klinis yang sederhana dikemukakan oleh Boden dan

Gibb (Purnomo, 2011 dan Thedore, 2014):

1. Stadium A atau I : tumor testis terbatas pada testis, tidak ada bukti

penyebaran baik secara klinis maupun radiologis.

2. Stadium B atau II : tumor telah mengadakan penyebaran ke kelenjar

regional (para aorta) atau nodus limfatikus iliaka. Stadium II A untuk

pembesaran limfonodi para aorta yang belum teraba, stadium II B untuk

pembesaran limfonodi yang telah teraba (>10 cm).

3. Stadium C atau III : tumor telah menyebar keluar dari kelenjar

retroperitoneum atau telah mengadakan metastasis supradiafragma.

Tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe. Kelenjar limfe terletak

para aortal kiri setinggi L2 tepat dibawah hilus ginjal dan di sebelah kanan antara

aorta dan v.kava setinggi L3 dan prakava setinggi L2. Metastasis di kelenjar

inguinal hanya terjadi setelah penyusupan tumor ke dalam kulit skrotum atau

setelah dilakukan pembedahan pada funikulus spermatikus. Penyebaran

hematogen luas pada tahap dini merupakan tanda koriokarsinoma (Wein, 2012).

Rute penyebaran hematogen primer adalah melalui sirkulasi darah dari

testis ke paru, rute kedua adalah dari metastasis kelenjar retroperitoneal melalui

ductus thoracicus dan v.subclavia ke paru. Kecepatan terjadinya metastasis

sering tampak ada hubungan dengan subtipe histologiknya. Seminoma

bermetastasis lambat dan terutama ke kelenjar paralumbal, koriokarsinoma

bermetastasis cepat dan kebanyakan hematogen (Wein, 2012).

Page 11: Referat Tumor Testis pada Anak.doc

Tabel 2.5.1 Klasifikasi tingkat penyebaran, digunakan sistem TNM Karsinoma

Testis (Purnomo, 2011)

BODEN/GIBB TNM KETERANGAN

A(I)

TTisT1T2T3T4

Terbatas testisIntratubuler

Testis dan rete testisMenembus tunika albuginea/epididimis

Funikulus spermatikusSkrotum

B(II)B1B2B3

NN1N2N3

Penyebaran ke kelenjar limfe regional (retroperitoneal)Tunggal 2 cm

Tunggal 2 cm 5 cm

> 5 cm> 10 cm

C MPenyebaran di atas kelenjar retroperitoneal /

metastasis hematogen

2.6 Diagnosis

Dasar diagnosis tumor testis dapat ditegakkan melalui anamnesis,

pemeriksaan fisik dan serangkaian pemeriksaan penunjang yang terdiri dari

pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan histologi

sebagai berikut (Purnomo, 2011):

2.6.1 Manifestasi klinis

Gambaran khas tumor testis ialah adanya benjolan di dalam skrotum

yang tidak nyeri. Gejala dan tanda lain seperti nyeri pinggang, perut kembung,

sesak nafas, batuk, dan ginekomastia menunjukkan adanya metastatis yang

luas. Metastatis pada kelenjar paraaorta sering menyebabkan perut menjadi

kembung dan pasien mengeluh adanya massa di perut bagian atas. Metastatis di

paru dapat menyebar dengan cepat sehingga menimbulkan sesak nafas dan

juga batuk. Sedangkan ginekomastia adalah manifestasi dari beredarnya kadar

bHCG di dalam sirkulasi sistematik yang banyak terdapat pada koriokarsinoma.

Tidak jarang penurunan berat badan secara drastis dapat terjadi pada pasien

dengan tumor testis.

2.6.2 Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik testis didapatkan adanya benjolan padat, keras,

tidak nyeri pada palpasi dan menunjukkan tanda transiluminasi negatif. Pada

umumnya tumor terbatas di dalam testis sehingga mudah dibedakan dari

Page 12: Referat Tumor Testis pada Anak.doc

epididimis, namun perlu diperhatikan adanya infiltrasi tumor pada funikulus

maupun epididimis. Selain itu perlu dicari kemungkinan adanya massa di

abdomen, benjolan kelenjar supraklavikuler, dan ginekomastia. Pemeriksaan fisik

juga harus mampu menyingkirkan diagnosis banding tumor testis diantaranya

epididimitis, hidrokel, orkitis, hernia, dan torsio testis.

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan Laboratorium

Penanda tumor pada karsinoma testis germinal bermanfaat untuk

membantu diagnosis, penentuan stadium tumor, monitoring respons pengobatan,

dan sebagai indikator prognosis tumor testis. Penanda tumor yang paling sering

diperiksa pada tumor testis adalah :

1. aFP (Alfa Feto Protein) adalah suatu glikoprotein yang diproduksi oleh

karsinoma embrional, teratokarsinoma, atau tumor yolk sac, tetapi tidak

diproduksi oleh koriokarsinoma murni dan seminoma murni. Penanda tumor

ini mempunyai masa paruh 5-7 hari.

2. HCG (Human Chorionic Gonadotropin) adalah suatu glikoprotein yang pada

keadaan normal diproduksi oleh jaringan trofoblas. Penanda tumor ini

meningkat pada semua pasien koriokarsinoma, pada 40% - 60% pasien

karsinoma embrional, dan 5% - 10% pasien seminoma murni. HCG

mempunyai waktu paruh 24-36 jam.

Secara ringkas nilai penanda tumor pada berbagai macam jenis tumor

dapat dilihat pada tabel 2.6.1 :

Tabel 2.6.

1 Nilai

Penanda

Tumor

pada Beberapa

Jenis Tumor

Testis

B. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan ultrasonografi dapat membedakan dengan jelas lesi

intratestikuler atau ekstratestikuler pada massa padat atau kistik. Namun

Seminoma Non Seminoma

Non Chorio Ca Chorio Ca

a FP              -        40-70%               -

bHCG            7%        25-60%          100%

Page 13: Referat Tumor Testis pada Anak.doc

ultrasonografi tidak dapat memperlihatkan tunika albuginea, sehingga tidak dapat

digunakan untuk menentukan staging tumor testis. Berbeda halnya dengan

ultrasonografi, MRI dapat mengenali tunika albuginea secara terperinci sehingga

dapat dipakai untuk menentukan luas ekstensi tumor testis. Pemakaian CT Scan

berguna untuk menentukan ada tidaknya metastasis pada retroperitoneum.

Namun, pemeriksaan CT tidak mampu mendeteksi mikrometastasis pada

kelenjar limfe retroperitoneal.

C. Pemeriksaan Histologi

Setiap benjolan pada testis yang tidak hilang atau mengecil setelah

pengobatan yang adekuat dalam waktu dua minggu harus dicurigai dan

dilakukan pemeriksaan biopsi. Testis diinspeksi dan dibuat biopsi insisi setelah

funikulus ditutup dengan jepitan klem untuk mencegah penyebaran limfogen atau

hematogen. Melakukan biopsi langsung melalui kulit skrotum berbahaya karena

dapat menyebabkan pencemaran luka bedah dengan sel tumor melalui

implantasi lokal atau penyebaran ke regio inguinal. Bila hasil biopsi menunjukkan

sel-sel ganas, dilakukan orkiektomi yang diikuti dengan pemeriksaan luas untuk

menentukan jenis tumor, derajat keganasan dan luasnya penyebaran. Untuk

menentukan luas penyebaran limfogen biasanya dilakukan diseksi kelenjar limfe

retroperitoneal secara trans abdomen. Diagnosis ditentukan dengan

pemeriksaan histologik sediaan biopsi (Purnomo, 2011).

2.7 Manajemen Tumor Testis

Tumor testis adalah salah satu tumor padat yang dapat disembuhkan.

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk menyingkirkan penyakit dan mencapai

penyembuhan. Pemilihan pengobatan bergantung pada tipe sel dan keluasan

anatomi penyakit. Terdapat 3 macam pengobatan yang bisa digunakan untuk

tumor testis, yaitu:

1. Pembedahan

Pembedahan dilakukan dengan pengangkatan testis (orkiektomi).

Berbeda dengan pasien dewasa yang dilakukan “radical inguinal orchiechtomy”,

dimana pengangkatan dilakukan melalui ligasi funikulus spermatikus dengan

insisi di bawah abdomen. Pasien tumor testis pada anak-anak hanya dilakukan

pengangkatan jaringan testis yang terkena tumor. Hal ini karena sebagian besar

Page 14: Referat Tumor Testis pada Anak.doc

kasus adalah jinak dan masih ingin mempertahankan jaringan testisnya untuk

mempertahankan fungsinya. Prosedur pembedahan lainnya juga dapat dilakukan

limfadenektomi atau RPLND (Retroperitoneal Lymph Node Dissection). Terapi ini

dilakukan untuk mencegah penyebaran kanker melalui jalur limfatik mungkin

dilakukan setelah orkiektomi.

2. Terapi radiasi

Terapi radiasi langsung meradiasi sel kanker dengan kekuatan tinggi,

merusak kemampuan sel kanker untuk tumbuh dan berkembang biak. Terapi ini

meggunakan sinar-X atau sinar gamma yang memancarkan sinar elektron pada

daerah sasaran. Perkembangan terakhir pada terapi radiasi adalah lapangan

radiasi luas, dosis radiasi besar, seperti terapi pada sebagian tubuh. Lapangan

radiasi luas dan dosis radiasi besar memberikan terapi yang efektif dan diterima

dengan baik oleh penderita yang kankernya sudah menyebar.Sebelum operasi,

radiasi dapat mengecilkan tumor sehingga memungkinkan tumor diambil total.

Setelah operasi, radiasi dapat merusak sel-sel kanker yang tidak terdeteksi

selama pembedahan. Ini juga untuk menghilangkan nyeri dan meningkatkan

kualitas hidup penderita kanker terminal.

3. Kemoterapi

Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan obat-obatan (misalnya

cisplastin, bleomycin dan etoposid) untuk membunuh sel-sel kanker.Kemoterapi

telah meningkatkan angka harapan hidup penderita tumor non-seminoma. Terapi

ini dilakukan untuk :

- Menghilangkan kanker keseluruhan

- Mengendalikan kanker yang diperkirakan akan timbul kembali dan

berkembang di kemudian hari.

- Menghilangkan gejala-gejala yang disebabkan oleh kanker, seperti: nyeri.

- Pada pasien yang mengalami kekambuhan dari kanker testis sebelumnya

juga dapat diberikan obat-obat kemoterapi (ifosfamide, cisplastin dan

etoposid atau vinblastin).

Penatalaksanaan tumor seminoma berdasarkan stadiumnya, yaitu:

1. Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening

2. Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening dan

kemoterapi dengan sisplastin

3. Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.

Page 15: Referat Tumor Testis pada Anak.doc

Penatalaksanaan tumor non-seminoma berdasarkan stadiumnya, yaitu:

1. Stadium I diobati dengan orkiektomi dan kemungkinan dilakukan

limfadenektomi

2. Stadium II diobati dengan orkiektomi dan limfadenektomi, kemungkinan

diikuti dengan kemoterapi

3. Stadium III diobati dengan kemoterapi dan orkiektomi.

2.8 Prognosis

Prognosis pasien dengan tumor testis yang jinak sangat baik yaitu sekitar

99%. Bahkan pasien tumor yolk-sac dengan metastasis, memiliki angka harapan

hidup sekitar 90% dengan kemoterapi. Anak-anak yang berusia kurang dari 10

tahun memiliki angka harapan hidup sekitar 95%. Sementara anak-anak yang

berusia diatas 10 tahun terutama yang memiliki rhabdomyosarcoma memiliki

prognosis yang lebih buruk dan resiko mengenai limfo nodus retroperitoneal yang

lebih tinggi. Oleh karena itu, diseksi limfo nodus retroperitonel direkomendasikan.

Pasien dengan rhabdomyosarcoma memiliki angka harapan hidup lebih dari 70%

ketika ditangani dengan terapi multimodal. Indikator dari prognosis yang buruk

meliputi histologi alveolar, usia di atas 7 tahun, metastasis pada retroperitoneal

yang tidak direseksi, dan metastasis jauh.

Page 16: Referat Tumor Testis pada Anak.doc

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tumor merupakan sel neoplastik yang otonom dalam arti tumbuh dengan

kecepatan yang tidak terkoordinasi dengan kebutuhan hospes dan fungsi yang

sangat tidak bergantung pada pengawasan homeostasis sebagian besar sel

tubuh lainnya. Tumor testis merupakan keganasan terbanyak pada pria yang

berusia antara 15-35 tahun dan sekitar 1-2% dari semua neoplasma pada pria.

Sementara pada anak-anak, sebagian besar tumor testis terjadi pada usia

dibawah 2 tahun. Tumor testis berasal dari sel germinal atau jaringan stroma

testis. Lebih dari 90% tumor testis primer berasal dari sel germinal. Saat ini jenis

tumor testis yang paling sering terjadi pada anak adalah teratoma.

Diagnosis tumor testis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium (alfafeto

protein dan HCG), pemeriksaan radiologi (USG, MRI, dan CT scan), dan

pemeriksaan histologi (biopsy). Manajemen tumor testis yang utama adalah

pengambilan jaringan testis atau orchiectomy, kemoterapi, dan radiasi. Prognosis

tumor testis dapat ditentukan oleh jenis tumor (jinak atau ganas), usia, dan ada

tidaknya metastasis.

3.2 Saran

Dibutuhkan penegakan diagnosis yang tepat dan cepat sehingga

penanganan tumor testis dapat segera dilakukan dan prognosisnya menjadi lebih

baik.

Page 17: Referat Tumor Testis pada Anak.doc

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2015. Testicular Cancer.

Baskin LS, Copp H, Disandro M, Arnhym A, Champeau A, Kennedy C. 2013.

Testicular Tumors. UCSF Pediatric Urology.

Jemal A, Sieger R, Xu J, and Ward E. 2010. Cancer Statistic. J Clin: Ca Cancer. 60: pp.277-300.

Kumar, Vinay. 2015. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. Neoplasia. Elsevier. Chapter 7.

Pohl, Hans G; Shukla, Aseem R; Metcalf, Peter D; Cilento, Bartley G; Hetik, Alan

B; Bagil, Darius J; Huff, Dale S; dan Rushton, H Gil. 2004. Prepubertal

Testis Tumors: Actual Prevalence Rate of Histological Types. Journal of

Urology. USA: American Urological Association. Vol 172, 2370-2372.

Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-dasar Urologi Edisi Ketiga. Jakarta: Sagung

Seto. 15: 270-5.

Thedore, Schrock R. 2004. Handbook of Surgery, Urologi, Edisi 7, Jakarta: EGC,

Hlm 324-341.

Velde, Van de C.J.H., Bosman F.T., Wagener D.J. 2000. Onkologi, Tumor Testis,

Edisi Revisi, Panitia Kanker RSUP Sardjito Yogyakarta, Alih Bahasa :

Arjono, 556-563.

Walsh TJ, Davies BJ, Croughan MS, Carroll PR, Turek PJ. 2008. Racial

differences among boys with testicular germ cell tumors in the United

States. J Urol. May. 179(5):1961-5.

Williams, Mark A dan Welser, Joe. 2014. Pediatric Testicular Tumor. Presentasi

Ilmiah. Toronto, Canada.