Referat trauma kimia mata

30
BAB I PENDAHULUAN Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga sebagai kasus polisi. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau trauma mata. Di sini, kita akan membahas tentang trauma kimia pada mata yang melibatkan trauma akibat basa dan asam pada mata. (1) Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai kehilangan penglihatan. Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut. Trauma kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa pH > 7 yang dapat menyebabkan kerusakan struktur bola mata. Tingkat keparahan trauma dikaitkan dengan jenis, volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat kimia tersebut. Mekanisme cedera antara asam dan basa sedikit berbeda. Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi dalam laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan peperangan memakai bahan kimia serta paparan bahan kimia dari alat-alat rumah tangga. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera. 1

description

Referat trauma kimia mata

Transcript of Referat trauma kimia mata

BAB I

PENDAHULUAN

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan

mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga sebagai kasus polisi.

Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan

kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau trauma mata. Di

sini, kita akan membahas tentang trauma kimia pada mata yang melibatkan trauma akibat

basa dan asam pada mata. (1)

Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan oftalmologi

karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai kehilangan

penglihatan. Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat

terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola

mata tersebut. Trauma kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa pH >

7 yang dapat menyebabkan kerusakan struktur bola mata. Tingkat keparahan trauma

dikaitkan dengan jenis, volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat

kimia tersebut. Mekanisme cedera antara asam dan basa sedikit berbeda. Trauma bahan kimia

dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi dalam laboratorium, industri, pekerjaan yang

memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan peperangan memakai bahan kimia serta

paparan bahan kimia dari alat-alat rumah tangga. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan

tindakan segera. Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang harus

segera dilakukan. (1)

Berdasarkan data CDC tahun 2000 sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat mengalami

gangguan penglihatan akibat trauma. 75% dari kelompok tersebut buta pada satu mata, dan

sekitar 50.000 menderita cedera serius yang mengancam penglihatan setiap tahunnya. Setiap

hari lebih dari 2000 pekerja di amerika Serikat menerima pengobatan medis karena trauma

mata pada saat bekerja. Lebih dari 800.000 kasus trauma mata yang berhubungan dengan

pekerjaan terjadi setiap tahunnya. Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio

terkena trauma mata 4 kali lebih besar. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat

kebutaan unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan

1,6 juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Sebagian besar (84%) merupakan

trauma kimia. Rasio frekuensi  bervariasi trauma asam:basa antara 1:1 sampai 1:4. Secara

1

international, 80% dari trauma kimiawi dikarenakan oleh pajanan karena pekerjaan. Menurut

United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16 % dan

meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %)

dengan umur rata-rata 31 tahun. (2)

Pada referat ini juga, kita akan membahas tentang anatomi mata yang penting kaitannya

dengan trauma kimia pada mata ini.

2

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata

menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan

jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak. Di

sini akan di bahas struktur dan fungsi mata. Mata kita terdiri dari bermacam-macam struktur

sekaligus dengan fungsinya. Struktur dari mata itu sendiri atau bisa di sebut dengan anatomi

mata meliputi sklera, konjungtiva, kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, humor

aqueus, serta humor vitreus yang masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya sendiri. (3)

Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan

relatif kuat.

Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar

sklera.

3

Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari

iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.

Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.

Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan

di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara

merubah ukuran pupil.

Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus;

berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.

Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata;

berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.

Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke

otak.

Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea

(mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan

kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.

Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina

(mengisi segmen posterior mata).

4

Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:

1. Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus yang

merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior sendiri

terbagi menjadi 2 bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris, dan bilik

posterior : mulai dari iris sampai lensa). Dalam keadaan normal, humor aqueus

dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian

keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris.

2. Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina, berisi

humor vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata.

Otot Mata, Saraf Mata, dan Pembuluh Darah

Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama

menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang

melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu : (3)

Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak

Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata

Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot

pada tulang orbita.

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,

sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah

ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang. (3)

Fotoreseptor Mata.

Sel-sel fotoreseptor di dalam mata terdiri atas dua jenis, yaitu sel-sel batang dan sel-

sel kerucut. Pada manusia, terdapat sekitar 7 juta sel kerucut dan kurang lebih 125 juta sel

batang untuk setiap mata. Sel-sel batang merupakan sel-sel yang sangat peka terhadap cahaya

dengan intensitas rendah. Sel-sel batang berperan dalam proses penglihatan di malam hari

atau tempat-tempat gelap untuk menghasilkan ketajaman pengelihatan yang rendah.

Sayangnya, sel-sel batang tidak mampu mendeteksi warna. Sel-sel ini tersebar di seluruh

retina, kecuali di fovea. Di dalam sel-sel batang terdapat pigmen fotosensitif rodopsin (warna

merah muda atau ungu). Rodopsin hanya 1 jenis, sehingga hanya ada 1 jenis sel batang. Jika

5

rodopsin terpapar atau menyerap cahaya, rodopsin akan terurai menjadi opsin dan retinal.

Sebaliknya, jika tidak ada cahaya atau gelap, rodopsin akan terbentuk kembali. (3)

Perlu diketahui bahwa penguraian rodopsin menjadi opsin dan retinal jauh lebih cepat

ketimbang pembentukannya kembali. Pada saat rodopsin “menghilang”, sel-sel kerucutlah

yang digunakan untuk proses melihat. Dalam keadaan gelap total, butuh sekitar 30 menit

untuk membentuk kembali rodopsin sehingga kita dapat melihat. Itulah sebabnya kita tidak

dapat langsung melihat dengan jelas ketika beralih dari tempat terang ke tempat yang sangat

gelap. Berbeda dengan sel-sel batang, sel-sel kerucut peka terhadap intensitas cahaya yang

tinggi dan perbedaan panjang gelombang sehingga berperan dalam proses penglihatan di

siang hari atau di tempat-tempat terang. (3,4)

Sel-sel kerucut menghasilka  penglihatan dengan ketajaman yang tinggi. Sel kerucut

hanya terdapat di fovea. Di dalam sel-sel kerucut terdapat pigmen fotosensitif iodopsin.

Berdasarkan bentuknya, iodopsin dibagi 3. Masing-masing peka terhadap panjang gelombang

cahaya yang berbeda. Ketiga jenis iodopsin tersebut peka terhadap warna merah, miru dan

hijau. Karena itu maka sel-sel kerucut mampu mendeteksi warna. Berdasarkan iodopsin yang

dikandungnya, sel-sel kerucut terbagi atas tiga jenis, yaitu sel kerucut biru, sel kerucut hijau,

dan sel kerucut merah. Nama-nama tersebut berdasarkan warna cahaya yang diserap oleh sel-

sel kerucut. Jika ketiga sel kerucut tersebut mendapatkan stimulasi yang sama, maka kita

akan melihat warna putih. (3,4)

6

BAB III

TRAUMA KIMIA PADA MATA

Trauma Asam Pada Mata.

Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam kornea.

Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara anion

merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein

umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan

ground glass  dari stroma korneal yang mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma pada

mata yang disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang

diakibatkan oleh zat kimia basa.(2)

Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan

presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer dari jaringan

terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya cenderung

terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga terjadi

koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea terlepas. Bahan asam tidak menyebabkan

hilangnya bahan proteoglikan di kornea. Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya

mirip dengan trauma basa. (2)

Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel

kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi

maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan hanya pada

bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan

jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam. (2,5)

Bahan kimia bersifat asam contohnya asam sulfat, air accu, asam sulfit, asam

hidrklorida, zat pemutih, asam asetat, asam nitrat, asam kromat, asam hidroflorida. Akibat

ledakan baterai mobil, yang menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin merupakan

penyebab tersering dari luka bakar kimia pada mata. Asam Hidroflorida dapat ditemukan

dirumah pada cairan penghilang karat, pengkilap aluminum, dan cairan pembersih yang kuat.

Asam hidroflorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat melewati membran

sel, seperti alkali. Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan menghambat

7

enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan magnesium membentuk insoluble

complexes. Nyeri local yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium,

yang berujung pada stimulasi saraf dengan pemindahan ion potassium. Fluorinosis akut bisa

terjadi ketika ion fluoride memasuki sistem sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala pada

jantung, pernafasan, gastrointestinal, dan neurologik. (2,5)

Patofisiologi dan Gejala Trauma Asam Pada Mata. (2,5)

Bahan kimia asam

Asam cenderung berikatan dengan protein

Menyebabkan koagulasi protein plasma

Koagulasi protein ini, sebagai barrier yang membatasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut

Luka hanya terbatas pada permukaan luar saja.

Asam masuk ke bilik mata depan menimbulkan iritis dan katarak.

Gangguan persepsi penglihatan

8

Gambar menunjukkan koagulasi protein yang berlaku pada mata akibat trauma asam, dan

menimbulkan kekeruhan pada kornea, dimana yang nantinya akan cenderung untuk masuk ke

bilik depan mata dan bisa menimbulkan katarak.

Gambar menunjukkan mata yang pada bagian konjungtiva bulbi yang hiperemis dan pupil

yang melebar karena peningkatan tekanan intraokular.

Penangganan Trauma Asam.

9

Pada saat mata terkena asam di tempat kejadian, tindakan pertama yang harus diambil

adalah dengan irigasi bagian mata yang terkena dengan menggunakan air keran yang

mengalir atau menggunakan garam fisiologis jika ada selama 15-30 menit. (5)

Pada saat di rumah sakit, dapat diberikan anestesi topikal, larutan natrium bikarbonat

3% dan kemudian bisa diberi antibiotic. Pada trauma asam, karena terbentuknya barrier

proteksi, mata yang terkena pada dasarnya akan kembali normal.(5)

Trauma Basa Pada Mata.

Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa

memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat untuk penetrasi sel

membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina. Trauma basa akan

memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat pada

bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan

menembus kornea, kamera okuli anterior sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir

dengan kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea.

Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi, disertai dengan

dehidrasi. (5)

Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada

pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai dengan disosiasi asam lemak

membrane sel. Akibat safonifikasi membran sel akan mempermudah penetrasi lebih lanjut zat

alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan terjadi penggumpalan sel

kornea atau keratosis. Serat kolagen kornea akan bengkak dan stroma kornea akan mati.

Akibat edema kornea akan terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea.

Serbukan sel ini cenderung disertai dengan pembentukan pembuluh darah baru atau

neovaskularisasi. Akibat membran sel basal epitel kornea rusak akan memudahkan sel epitel

diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan berhubungan langsung dengan stroma

dibawahnya melalui plasminogen aktivator. Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen

aktivator dilepas juga kolagenase yang akan merusak kolagen kornea. (5)

Selain itu gangguan penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan ulkus kornea dan

dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan

puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus pada kornea mulai terbentuk 2

minggu setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti hanya bila terjadi epitelisasi

10

lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila alkali sudah masuk ke

dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan fungsi badan siliar. Cairan mata

susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat yang berkurang. Kedua

unsur ini memegang peranan penting dalam pembentukan jaringan kornea. (5)

Bahan kimia bersifat basa contohnya NaOH, CaOH, amoniak, Freon/bahan pendingin

lemari es, sabun, shampo, kapur gamping, semen, tiner, lem, cairan pembersih dalam rumah

tangga, soda kuat.

Patofisiologi Trauma Basa Pada Mata. (5,6)

Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu fase kerusakan yang

timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan:

Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal-hal sebagai

berikut:

Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan

oklusi pembuluh darah pada limbus.

Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak pada vaskularisasi dan

konjungtivalisasi permukaan kornea atau menyebabkan kerusakan persisten

pada epitel kornea dengan perforasi dan ulkus kornea bersih.

Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan dan

presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea.

Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan

kerusakan iris dan lensa.

Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang dibutuhkan

untuk memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.

Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi.

Penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-proses berikut:

11

Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran dari

sel-sel epitelial yang berasal dari stem cell limbus

Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratosit terjadi sintesis

kolagen yang baru.

Patofisiologi trauma basa yang merusak mata :

Bahan kimia alkali

Pecah atau rusaknya sel jaringan dan Persabunan disertai disosiasi asam lemak membran sel

→ penetrasi lebih lanjut

Mukopolisakarida jaringan menghilang & terjadi penggumpalan sel kornea

Serat kolagen kornea akan membengkak & kornea akan mati

Edema → terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma, cenderung disertai

masuknya pemb.darah (Neovaskularisasi)

Dilepaskan plasminogen aktivator & kolagenase (merusak kolagen kornea)

Terjadi gangguan penyembuhan epitel

Berkelanjutan menjadi ulkus kornea atau perforasi ke lapisan yang lebih dalam

12

Klasifikasi Trauma Basa Pada Mata. (6)

Menurut klasifikasi Thoft, trauma basa dapat dibedakan dalam :

Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus (prognosis sangat baik)

Derajat 2: kornea berkabut dengan gambaran iris yang masih terlihat dan terdapat kurang dari

1/3 iskemik limbus (prognosis baik)

Derajat 3: epitel kornea hilang total, stroma berkabut dengan gambaran iris tidak jelas dan

sudah terdapat ½ iskemik limbus (prognosis kurang)

Derajat 4: kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih dari ½ limbus (prognosis sangat

buruk)

Gambar Klasifikasi Trauma Kimia, (a) derajat 1, (b) derajat 2, (c) derajat 3, (d) derajat 4

Klasifikasi ini juga bertujuan untuk penatalaksaan yang sesuai dengan kerusakan yang

muncul serta indikasi penentuan prognosis. Klasifikasi ditetapkan berdasarkan tingkat

kejernihan kornea dan keparahan iskemik limbus.

Menurut klasifikasi Hughes :

Ringan

Prognosis baik

Terdapat erosi epitel kornea

Kekeruhan yang ringan pada kornea

13

Tidak terdapat iskemia dan nekrosis kornea ataupun konjungtiva

Sedang

Prognosis baik

Kornea keruh, sehingga sukar melihat iris dan pupil secara terperinci

Terdapat nekrosis dan iskemi ringan pada konjungtiva dan kornea

Berat

Prognosis buruk

Akibat kekeruhan kornea, pupil tidak dapat dilihat

Konjungtiva dan sklera pucat

Diagnosis dan Penangganan Trauma Kimia Pada Mata.

Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis, anamnesis dan

pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah mutlak dilakukan dikarenakan

trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat sehingga hanya diperlukan

anamnesa singkat. (6)

Gejala Klinis.

Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora,

blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya dapat

segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea. Sedangkan pada

trauma basa, kehilangan penglihatan sering bermanifestasi beberapa hari sesudah kejadian.

Namun sebenarnya kerusakan yang terjadi pada trauma basa lebih berat dibanding trauma

asam. (6)

Anamnesis.

Pada anamnesis sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan atau

tersemprot gas pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke dalam mata. Perlu diketahui apa

persisnya zat kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut (misalnya tersiram sekali atau

akibat ledakan dengan kecepatan tinggi) serta kapan terjadinya trauma tersebut. (6)

14

Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat cedera terjadi.

Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau terjadi secara tiba tiba. Nyeri,

lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan gambaran umum trauma. Dan harus dicurigai

adanya benda asing intraokular apabila terdapat riwayat salah satunya apabila trauma terjadi

akibat ledakan. (3,6)

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena zat kimia

sudah terigasi dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral. Obat anestesi topikal

atau lokal sangat membantu agar pasien tenang, lebih nyaman dan kooperatif sebelum

dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi, pemeriksaan dilakukan dengan perhatian

khusus untuk memeriksa kejernihan dan keutuhan kornea, derajat iskemik limbus, tekanan

intra okular, konjungtivalisasi pada kornea, neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek

epitel yang menetap dan berulang. (6)

Pemeriksaan Penunjang.

Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan pH bola

mata secara berkala dengan kertas lakmus. Irigasi pada mata harus dilakukan sampai tercapai

pH normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp bertujuan untuk

mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan.

Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan intraokular. (6)

Penatalaksanaan.

Tatalaksana Emergensi. (5)

1.Irigasi

Merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan bahan

kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang harus dilakukan sesegera

mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus digunakan untuk mengirigasi mata

selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya

dilakukan irigasi lebih lama, paling sedikit 2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik.

Jika perlu dapat diberikan anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik.

15

Irigasi dalam waktu yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa

yang terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang konstan.

2.Double eversi pada kelopak mata

Dilakukan untuk memindahkan material yang terdapat pada bola mata. Selain itu

tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya perlengketan antara konjungtiva palpebra,

konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.

3.Debridemen

Pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat terjadi re-

epitelisasi pada kornea.Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan

pemberian obat-obatan seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7

hari. Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk

mengurangi inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus kornea.

Medikamentosa. (5)

Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun pemberian

steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan sintesis kolagen dan

menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu steroid hanya diberikan secara inisial dan di

tappering off setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1% ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan

setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat diberikan Prednisolon IV 50-200 mg

Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior. Atropin 1%

ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.

Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan penyembuhan

luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas kornea. Natrium askorbat

10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik dapat diberikan sampai dosis 2 gr.

16

Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra okular dan

mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral asetazolamid

(diamox) 500 mg.

Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin efektif

untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan mengurangi pembentukan

ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan sistemik (doksisiklin 100 mg).

Pembedahan. (3,5)

Pembedahan Segera: sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi limbus,

mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan forniks. Prosedur berikut

dapat digunakan untuk pembedahan:

Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk mengembalikan

vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan ulkus kornea. 

Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau dar donor 

(allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi normal. 

Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosis 

Pembedahan Lanjut: pada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut:

Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands dan

simblefaron. 

Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva. 

Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata. 

Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini untuk

memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.  

Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat dikarenakan

hasil dari graft konvensional sangat buruk. 

Komplikasi. (3)

Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan jenis

trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada mata antara

lain:

17

1. Simblefaron, adalah gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus, sehingga

kornea dan penglihatan terganggu. 

2. Kornea keruh, edema, neovaskuler 

3. Sindroma mata kering 

4. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak.

Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan peningkatan pH cairan akuos dan

menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi akut ataupun perlahan-

lahan. Trauma kimia asam sukar masuk ke bagian dalam mata maka jarang terjadi

katarak traumatik. 

5. Glaukoma sudut tertutup 

6. Entropion dan phthisis bulbi

Simblefaron.

18

Ptisis Bulbi.

Prognosis. (5)

Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab trauma

tersebut. Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan salah satu

indikator keparahan trauma dan prognosis penyembuhan. Iskemik yang paling luas pada

pembuluh darah limbus dan konjungtiva memberikan prognosa yang buruk. Bentuk paling

berat pada trauma kimia ditunjukkan dengan gambaran “cooked fish eye” dimana

prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan.

Trauma kimia sedang samapai berat pada konjungtiva bulbi dan palpebra dapat menyebabkan

simblefaron (adhesi anatara palpebra dan konjungtiva bulbi). Reaksi inflamasi pada kamera

okuli anterior dapat menyebabkan terjadinya glaukoma sekunder.

19

BAB IV

KESIMPULAN

Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam dengan pH < 7

dan bahan yang bersifat basa dengan pH > 7. Trauma basa biasanya memberikan dampak

yang lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu

hidrofilik dan lipolifik dimana dapat masuk secara cepat untuk penetrasi sel membran dan

masuk ke sudut mata depan, bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan

menimbulkan koagulasi protein permukaan, dimana merupakan suatu barier pelindung

sehingga zat asam tidak penetrasi lebih dalam lagi.  Gejala utama yang muncul pada trauma

mata adalah epifora, blefarospasme dan nyaei yang hebat. Trauma kimia merupakan satu-

satunya jenis trauma yang tidak memerlukan anamnesa dan pemeriksaan yang lengkap.

Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata dengan segera

samapai pH mata kembali normal dan diikuti dengan pemberian obat terutama antibiotik,

multivitamin, antiglaukoma, Selain itu dilakukan juga upaya promotif dan preventif kepada

pasien. Menurut data statistik 90% kasus trauma dapat dicegah apabila dalam menjalankan

suatu pekerjaan menggunakan pelindung yang tepat.

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.

2. Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009. 

3. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika.

Jakarta. 2000.

4. Arthur Lim Siew Ming and Ian J. Constable. Color Atlat of Ophthalmology Third

Edition. Washington. 2005. 

5. American College of Emergency Phycisians. Management of Ocular Complaints.

Diunduh tanggal 28 Juni 2012 dari http://www.acep.org/content.aspx?id=26712 

6. Dua, H. S., King, A.J., Joseph, A. 2001 New classification for ocular surface burns,

85: 1379-1383, British Journal of Ophthalmology. Diakses 28 Juni 2012, dari

http://bjo.bmj.com/content/85/11/1379.full.pdf new classification.

21