Referat Trauma Asam Pada Mata

33
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................ 2 BAB 1 Pendahuluan......................................... 3 BAB 2 Anatomi dan Fisiologi............................... 4 BAB 3 Trauma Kimia Pada Mata.............................. 9 Trauma Asam Pada Mata................................ 9 Trauma Basa Pada Mata................................ 12 BAB 4 Kesimpulan.......................................... 23 DAFTAR PUSTAKA............................................ 24 1

description

referat

Transcript of Referat Trauma Asam Pada Mata

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2

BAB 1 Pendahuluan.......................................................................................................... 3

BAB 2 Anatomi dan Fisiologi........................................................................................... 4

BAB 3 Trauma Kimia Pada Mata..................................................................................... 9

Trauma Asam Pada Mata...................................................................................... 9

Trauma Basa Pada Mata........................................................................................ 12

BAB 4 Kesimpulan........................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 24

1

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan

hidayah-Nya telah menganugrahkan nikmat dan karunianya kepada penyusun, sehingga dapat

menyelesaikan referat yang berjudul “Tata Laksana Trauma Kimia”. Referat ini dibuat untuk

memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata RSUD Kabupaten Bekasi.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memperdalam pengetahuan tentang

penyakit Tata Laksana Trauma Kimia khususnya bagi dokter-dokter muda yang sedang

menjalankan kepaniteraan klinik di Rumah Sakit.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan referat ini tidak lepas dari bantuan,

bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Atas segala bantuan dan dorongan tersebut, penulis

ingin mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. dr. Dicky Hilarius Sp.M selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata

RSUD Kabupaten Bekasi, atas semua bantuan yang diberikan dalam penyusunan

makalah ini.

2. Rekan-rekan kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata RSUD Kabupaten Bekasi yang

telah memberikan bantuan baik secara material maupun spiritual bagi penyusun.

Penyusun menyadari pembuatan makalah ini memiliki keterbatasan dan

ketidaksempurnaan, oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk memperbaiki mutu penyusunan makalah ini di masa yang akan datang.

Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan semua pihak yang

memerlukan.

Bekasi, April 2013

Tim Penyusun

2

BAB 1

PENDAHULUAN

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata.

Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga sebagai kasus polisi.

Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan

kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau trauma mata. Di sini,

kita akan membahas tentang trauma kimia pada mata yang melibatkan trauma akibat basa dan

asam pada mata. (1)

Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan oftalmologi karena

dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai kehilangan penglihatan.

Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan

kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut. Trauma

kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa pH > 7 yang dapat

menyebabkan kerusakan struktur bola mata. Tingkat keparahan trauma dikaitkan dengan jenis,

volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat kimia tersebut. Mekanisme

cedera antara asam dan basa sedikit berbeda. Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan

yang terjadi dalam laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan

pertanian, dan peperangan memakai bahan kimia serta paparan bahan kimia dari alat-alat rumah

tangga. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera. Irigasi daerah yang terkena

trauma kimia merupakan tindakan yang harus segera dilakukan. (1)

Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19 juta

orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral

akibat cedera mata. Sebagian besar (84%) merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi  bervariasi

trauma asam:basa antara 1:1 sampai 1:4. Secara international, 80% dari trauma kimiawi

dikarenakan oleh pajanan karena pekerjaan. Pada referat ini juga, kita akan membahas tentang

anatomi mata yang penting kaitannya dengan trauma kimia pada mata ini.

3

BAB 2

ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata

menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan

jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak. Di sini

akan di bahas struktur dan fungsi mata. Mata kita terdiri dari bermacam-macam struktur

sekaligus dengan fungsinya. Struktur dari mata itu sendiri atau bisa di sebut dengan anatomi

mata meliputi sklera, konjungtiva, kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, humor aqueus,

serta humor vitreus yang masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya sendiri. (3)

Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif

kuat.

4

Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar

sklera.

Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris,

pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.

Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.

Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di

depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara

merubah ukuran pupil.

Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus;

berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.

Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata;

berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.

Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke

otak.

5

Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea

(mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan

kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.

Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina

(mengisi segmen posterior mata).

Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:

1. Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus yang merupakan

sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2

bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris, dan bilik posterior : mulai dari iris

sampai lensa). Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu

melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran

yang terletak ujung iris.

2. Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina, berisi humor

vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata.

Otot Mata, Saraf Mata, dan Pembuluh Darah

Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama

menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang

melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu : (3)

Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak

Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata

Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada

tulang orbita.

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan

darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan

keluar melalui mata bagian belakang. (3)

6

Fotoreseptor Mata.

Sel-sel fotoreseptor di dalam mata terdiri atas dua jenis, yaitu sel-sel batang dan sel-sel

kerucut. Pada manusia, terdapat sekitar 7 juta sel kerucut dan kurang lebih 125 juta sel batang

untuk setiap mata. Sel-sel batang merupakan sel-sel yang sangat peka terhadap cahaya dengan

intensitas rendah. Sel-sel batang berperan dalam proses penglihatan di malam hari atau tempat-

tempat gelap untuk menghasilkan ketajaman pengelihatan yang rendah. Sayangnya, sel-sel

batang tidak mampu mendeteksi warna. Sel-sel ini tersebar di seluruh retina, kecuali di fovea. Di

dalam sel-sel batang terdapat pigmen fotosensitif rodopsin (warna merah muda atau ungu).

Rodopsin hanya 1 jenis, sehingga hanya ada 1 jenis sel batang. Jika rodopsin terpapar atau

menyerap cahaya, rodopsin akan terurai menjadi opsin dan retinal. Sebaliknya, jika tidak ada

cahaya atau gelap, rodopsin akan terbentuk kembali. (3)

Perlu diketahui bahwa penguraian rodopsin menjadi opsin dan retinal jauh lebih cepat

ketimbang pembentukannya kembali. Pada saat rodopsin “menghilang”, sel-sel kerucutlah yang

digunakan untuk proses melihat. Dalam keadaan gelap total, butuh sekitar 30 menit untuk

membentuk kembali rodopsin sehingga kita dapat melihat. Itulah sebabnya kita tidak dapat

langsung melihat dengan jelas ketika beralih dari tempat terang ke tempat yang sangat gelap.

Berbeda dengan sel-sel batang, sel-sel kerucut peka terhadap intensitas cahaya yang tinggi dan

perbedaan panjang gelombang sehingga berperan dalam proses penglihatan di siang hari atau di

tempat-tempat terang. (3,4)

Sel-sel kerucut menghasilka  penglihatan dengan ketajaman yang tinggi. Sel kerucut

hanya terdapat di fovea. Di dalam sel-sel kerucut terdapat pigmen fotosensitif iodopsin.

7

Berdasarkan bentuknya, iodopsin dibagi 3. Masing-masing peka terhadap panjang gelombang

cahaya yang berbeda. Ketiga jenis iodopsin tersebut peka terhadap warna merah, miru dan hijau.

Karena itu maka sel-sel kerucut mampu mendeteksi warna. Berdasarkan iodopsin yang

dikandungnya, sel-sel kerucut terbagi atas tiga jenis, yaitu sel kerucut biru, sel kerucut hijau, dan

sel kerucut merah. Nama-nama tersebut berdasarkan warna cahaya yang diserap oleh sel-sel

kerucut. Jika ketiga sel kerucut tersebut mendapatkan stimulasi yang sama, maka kita akan

melihat warna putih. (3,4)

8

BAB 3

TRAUMA KIMIA PADA MATA

Trauma Asam Pada Mata.

Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam kornea.

Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara anion merusak

dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah

penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan ground glass  dari stroma

korneal yang mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh

zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa.(2)

Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan presipitasi

dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer dari jaringan terhadap bahan

asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya cenderung terlokalisir. Bahan asam

yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang

seluruh epitel kornea terlepas. Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di

kornea. Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa. (2)

Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel kornea

yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak

akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan hanya pada bagian superfisial

saja. Koagulasi protein ini terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi

protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam. (2,5)

Bahan kimia bersifat asam contohnya asam sulfat, air accu, asam sulfit, asam hidrklorida,

zat pemutih, asam asetat, asam nitrat, asam kromat, asam hidroflorida. Akibat ledakan baterai

mobil, yang menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin merupakan penyebab tersering dari

luka bakar kimia pada mata. Asam Hidroflorida dapat ditemukan dirumah pada cairan

penghilang karat, pengkilap aluminum, dan cairan pembersih yang kuat. Asam hidroflorida

adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat melewati membran sel, seperti alkali. Ion

fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan

bergabung dengan kalsium dan magnesium membentuk insoluble complexes. Nyeri local yang

9

ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi

saraf dengan pemindahan ion potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluoride

memasuki sistem sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala pada jantung, pernafasan,

gastrointestinal, dan neurologik. (2,5)

Patofisiologi dan Gejala Trauma Asam Pada Mata. (2,5)

Bahan kimia asam

Asam cenderung berikatan dengan protein

Menyebabkan koagulasi protein plasma

Koagulasi protein ini, sebagai barrier yang membatasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut

Luka hanya terbatas pada permukaan luar saja.

Asam masuk ke bilik mata depan menimbulkan iritis dan katarak.

Gangguan persepsi penglihatan

10

Gambar menunjukkan koagulasi protein yang berlaku pada mata akibat trauma asam, dan

menimbulkan kekeruhan pada kornea, dimana yang nantinya akan cenderung untuk masuk ke

bilik depan mata dan bisa menimbulkan katarak.

Gambar menunjukkan mata yang pada bagian konjungtiva bulbi yang hiperemis dan pupil yang

melebar karena peningkatan tekanan intraokular.

11

Trauma Basa Pada Mata.

Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa

memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat untuk penetrasi sel

membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina. Trauma basa akan memberikan

iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata,

trauma basa ini mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera

okuli anterior sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa

akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan

terjadi proses safonifikasi, disertai dengan dehidrasi. (5)

Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada pH

yang tinggi alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai dengan disosiasi asam lemak

membrane sel. Akibat safonifikasi membran sel akan mempermudah penetrasi lebih lanjut zat

alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan terjadi penggumpalan sel

kornea atau keratosis. Serat kolagen kornea akan bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat

edema kornea akan terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan

sel ini cenderung disertai dengan pembentukan pembuluh darah baru atau neovaskularisasi.

Akibat membran sel basal epitel kornea rusak akan memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel

epitel yang baru terbentuk akan berhubungan langsung dengan stroma dibawahnya melalui

plasminogen aktivator. Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen aktivator dilepas juga

kolagenase yang akan merusak kolagen kornea. (5)

Selain itu gangguan penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan ulkus kornea dan

dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan

puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus pada kornea mulai terbentuk 2 minggu

setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti hanya bila terjadi epitelisasi lengkap atau

vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila alkali sudah masuk ke dalam bilik mata

depan maka akan terjadi gangguan fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan berubah,

yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat yang berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan

penting dalam pembentukan jaringan kornea. (5)

12

Bahan kimia bersifat basa contohnya NaOH, CaOH, amoniak, Freon/bahan pendingin

lemari es, sabun, shampo, kapur gamping, semen, tiner, lem, cairan pembersih dalam rumah

tangga, soda kuat.

Patofisiologi Trauma Basa Pada Mata. (5,6)

Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu fase kerusakan yang

timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan:

Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal-hal sebagai berikut:

Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan oklusi

pembuluh darah pada limbus.

Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak pada vaskularisasi dan

konjungtivalisasi permukaan kornea atau menyebabkan kerusakan persisten pada

epitel kornea dengan perforasi dan ulkus kornea bersih.

Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan dan

presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea.

Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan

kerusakan iris dan lensa.

Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang dibutuhkan untuk

memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.

Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi.

Penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-proses berikut:

Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran dari sel-

sel epitelial yang berasal dari stem cell limbus

Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratosit terjadi sintesis

kolagen yang baru.

13

Patofisiologi trauma basa yang merusak mata :

Bahan kimia alkali

Pecah atau rusaknya sel jaringan dan Persabunan disertai disosiasi asam lemak membran sel →

penetrasi lebih lanjut

Mukopolisakarida jaringan menghilang & terjadi penggumpalan sel kornea

Serat kolagen kornea akan membengkak & kornea akan mati

Edema → terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma, cenderung disertai masuknya

pemb.darah (Neovaskularisasi)

Dilepaskan plasminogen aktivator & kolagenase (merusak kolagen kornea)

Terjadi gangguan penyembuhan epitel

Berkelanjutan menjadi ulkus kornea atau perforasi ke lapisan yang lebih dalam

14

Klasifikasi Trauma Basa Pada Mata. (6)

Menurut klasifikasi Thoft, truma basa dapat dibedakan dalam :

Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus (prognosis sangat baik)

Derajat 2: kornea berkabut dengan gambaran iris yang masih terlihat dan terdapat kurang dari 1/3

iskemik limbus (prognosis baik)

Derajat 3: epitel kornea hilang total, stroma berkabut dengan gambaran iris tidak jelas dan sudah

terdapat ½ iskemik limbus (prognosis kurang)

Derajat 4: kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih dari ½ limbus (prognosis sangat buruk)

Gambar Klasifikasi Trauma Kimia, (a) derajat 1, (b) derajat 2, (c) derajat 3, (d) derajat 4

Klasifikasi ini juga bertujuan untuk penatalaksaan yang sesuai dengan kerusakan yang

muncul serta indikasi penentuan prognosis. Klasifikasi ditetapkan berdasarkan tingkat kejernihan

kornea dan keparahan iskemik limbus.

Menurut klasifikasi Hughes :

Ringan

Prognosis baik

Terdapat erosi epitel kornea

Kekeruhan yang ringan pada kornea

15

Tidak terdapat iskemia dan nekrosis kornea ataupun konjungtiva

Sedang

Prognosis baik

Kornea keruh, sehingga sukar melihat iris dan pupil secara terperinci

Terdapat nekrosis dan iskemi ringan pada konjungtiva dan kornea

Berat

Prognosis buruk

Akibat kekeruhan kornea, pupil tidak dapat dilihat

Konjungtiva dan sklera pucat

Diagnosis dan Penangganan Trauma Kimia Pada Mata.

Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis, anamnesis dan

pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah mutlak dilakukan dikarenakan trauma

kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat sehingga hanya diperlukan anamnesa singkat. (6)

Gejala Klinis.

Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora,

blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya dapat segera

terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea. Sedangkan pada trauma basa,

kehilangan penglihatan sering bermanifestasi beberapa hari sesudah kejadian. Namun sebenarnya

kerusakan yang terjadi pada trauma basa lebih berat dibanding trauma asam. (6)

Anamnesis.

Pada anamnesis sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan atau tersemprot

gas pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke dalam mata. Perlu diketahui apa persisnya zat

kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut (misalnya tersiram sekali atau akibat ledakan

dengan kecepatan tinggi) serta kapan terjadinya trauma tersebut. (6)

16

Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat cedera terjadi.

Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau terjadi secara tiba tiba. Nyeri,

lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan gambaran umum trauma. Dan harus dicurigai adanya

benda asing intraokular apabila terdapat riwayat salah satunya apabila trauma terjadi akibat

ledakan. (3,6)

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena zat kimia sudah

terigasi dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral. Obat anestesi topikal atau lokal

sangat membantu agar pasien tenang, lebih nyaman dan kooperatif sebelum dilakukan

pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi, pemeriksaan dilakukan dengan perhatian khusus untuk

memeriksa kejernihan dan keutuhan kornea, derajat iskemik limbus, tekanan intra okular,

konjungtivalisasi pada kornea, neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang

menetap dan berulang. (6)

Pemeriksaan Penunjang.

Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan pH bola

mata secara berkala dengan kertas lakmus. Irigasi pada mata harus dilakukan sampai tercapai pH

normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp bertujuan untuk mengetahui

lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat

pula dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan intraokular. (6)

Penatalaksanaan.

17

Tatalaksana Emergensi. (5)

1. Irigasi

Merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan bahan

kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang harus dilakukan sesegera

mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus digunakan untuk mengirigasi mata

selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya

dilakukan irigasi lebih lama, paling sedikit 2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik.

Jika perlu dapat diberikan anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik. Irigasi

dalam waktu yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa yang

terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang konstan.

2. Double eversi pada kelopak mata

Dilakukan untuk memindahkan material yang terdapat pada bola mata. Selain itu

tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya perlengketan antara konjungtiva palpebra,

konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.

3. Debridemen

Pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat terjadi re-epitelisasi

pada kornea.Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian obat-obatan

seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7 hari. Sedangkan pada

trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi inflamasi, membantu

regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus kornea.

4. Medikamentosa

Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun pemberian steroid

dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan sintesis kolagen dan menghambat

migrasi fibroblas. Untuk itu steroid hanya diberikan secara inisial dan di tappering off setelah 7-

10 hari. Dexametason 0,1% ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila

diperlukan dapat diberikan Prednisolon IV 50-200 mg

18

Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior. Atropin 1% ED

atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.

Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan penyembuhan

luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas kornea. Natrium askorbat

10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik dapat diberikan sampai dosis 2 gr.

Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra okular dan

mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral asetazolamid (diamox)

500 mg.

Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin efektif untuk

menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan mengurangi pembentukan ulkus.

Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan sistemik (doksisiklin 100 mg).

Pembedahan. (3,5)

Pembedahan Segera: sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi limbus,

mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan forniks. Prosedur berikut

dapat digunakan untuk pembedahan:

Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk mengembalikan

vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan ulkus kornea. 

Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau dar donor 

(allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi normal. 

Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosis 

Pembedahan Lanjut: pada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut:

Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands dan simblefaron. 

Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva. 

Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata. 

19

Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini untuk

memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.  

Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat dikarenakan hasil

dari graft konvensional sangat buruk. 

Komplikasi. (3)

Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan jenis

trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada mata antara

lain:

1. Simblefaron, adalah gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus, sehingga kornea

dan penglihatan terganggu. 

2. Kornea keruh, edema, neovaskuler 

3. Sindroma mata kering 

4. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak.

Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan peningkatan pH cairan akuos dan

menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi akut ataupun perlahan-

lahan. Trauma kimia asam sukar masuk ke bagian dalam mata maka jarang terjadi

katarak traumatik. 

5. Glaukoma sudut tertutup 

6. Entropion dan phthisis bulbi

20

Simblefaron.

Ptisis Bulbi.

Prognosis. (5)

Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab trauma

tersebut. Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan salah satu

indikator keparahan trauma dan prognosis penyembuhan. Iskemik yang paling luas pada

pembuluh darah limbus dan konjungtiva memberikan prognosa yang buruk. Bentuk paling berat

pada trauma kimia ditunjukkan dengan gambaran “cooked fish eye” dimana prognosisnya adalah

yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan.

21

Trauma kimia sedang samapai berat pada konjungtiva bulbi dan palpebra dapat menyebabkan

simblefaron (adhesi anatara palpebra dan konjungtiva bulbi). Reaksi inflamasi pada kamera okuli

anterior dapat menyebabkan terjadinya glaukoma sekunder.

22

BAB 4

KESIMPULAN

Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam dengan pH < 7 dan

bahan yang bersifat basa dengan pH > 7. Trauma basa biasanya memberikan dampak yang lebih

berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan

lipolifik dimana dapat masuk secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke sudut mata

depan, bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan menimbulkan koagulasi protein

permukaan, dimana merupakan suatu barier pelindung sehingga zat asam tidak penetrasi lebih

dalam lagi.  Gejala utama yang muncul pada trauma mata adalah epifora, blefarospasme dan

nyaei yang hebat. Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak memerlukan

anamnesa dan pemeriksaan yang lengkap.

Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata dengan segera

samapai pH mata kembali normal dan diikuti dengan pemberian obat terutama antibiotik,

multivitamin, antiglaukoma, Selain itu dilakukan juga upaya promotif dan preventif kepada

pasien. Menurut data statistik 90% kasus trauma dapat dicegah apabila dalam menjalankan suatu

pekerjaan menggunakan pelindung yang tepat.

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.

2. Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009. 

3. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika. Jakarta. 2000.

4. Arthur Lim Siew Ming and Ian J. Constable. Color Atlat of Ophthalmology Third

Edition. Washington. 2005. 

5. American College of Emergency Phycisians. Management of Ocular Complaints.

Diunduh tanggal 28 Juni 2012 dari http://www.acep.org/content.aspx?id=26712 

6. Dua, H. S., King, A.J., Joseph, A. 2001 New classification for ocular surface burns, 85:

1379-1383, British Journal of Ophthalmology. Diakses 19 april 2013, dari

http://bjo.bmj.com/content/85/11/1379.full.pdf new classification.

24