referat THT.docx

35
1 OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT Tri Ana Putra, Nancy Sandra Pendahuluan Otitis media supuratif akut (OMSA) merupakan penyakit telinga yang paling sering terjadi pada anak- anak, dan merupakan diagnosis klinis yang sering pada anak dengan demam. Data dari negara-negara maju menunjukkan bahwa Otitis media akut adalah salah satu infeksi yang umumnya terjadi pada anak usia dini dan merupakan alasan umum untuk berobat . 1 Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukusa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah melalui tuba eustachius. Sebagai mana halnya dengan infeksi saluran napas atas (ISPA), otitis media juga merupakan sebuah penyakit langganan anak-anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir dari setengah mereka mengalami tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun

Transcript of referat THT.docx

Page 1: referat THT.docx

1

OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT

Tri Ana Putra, Nancy Sandra

Pendahuluan

Otitis media supuratif akut (OMSA) merupakan penyakit telinga yang

paling sering terjadi pada anak-anak, dan merupakan diagnosis klinis yang sering

pada anak dengan demam. Data dari negara-negara maju menunjukkan bahwa

Otitis media akut adalah salah satu infeksi yang umumnya terjadi pada anak usia

dini dan merupakan alasan umum untuk berobat.1

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukusa telinga

tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media sering

diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek

yang menyebar ke telinga tengah melalui tuba eustachius. Sebagai mana halnya

dengan infeksi saluran napas atas (ISPA), otitis media juga merupakan sebuah

penyakit langganan anak-anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 75%

anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan

hampir dari setengah mereka mengalami tiga kali atau lebih. Di Inggris,

setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh

tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun

.2

Otitis Media Supuratif Akut (OMSA) banyak terjadi pada anak karena

sumber infeksi dari tenggorok atau pilek yang terjadi terus menerus. Penyebab

Otitis Media Supuratif Akut dapat berupa virus atau bakteri. Pada 25% pasien,

tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus ditemukan pada 25% kasus

dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri. Bakteri Penyebab Otitis

Media Supuratif Akut tersering adalah Streptokokus pneumonia, diikuti oleh

Haemopilus influenzae dan Morexella Cattarhalis.

Sebelum kemajuan era antibiotik, Otitis media akut dapat menimbulkan

berbagai komplikasi, mulai dari abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat

seperti meningitis dan abses otak. Setelah era antibiotika berkembang, semua jenis

komplikasi tersebut jarang terjadi. Otitis media yang tidak diatasi juga dapat

Page 2: referat THT.docx

2

menyebabkan gangguan pendengaran permanen. Cairan di telinga tengah dan

otitis media kronik dapat menyebabkan gangguan pendengaran anak dan masalah

dalam kemampuan bicara dan bahasa, jika dialami oleh anak pada usia

perkembangan bicara akan mempengaruhi prestasi belajar.1

Definisi

Otitis Media Supuratif Akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga tengah

dalam waktu yang singkat yang berlangsung selama 3 minggu atau kurang,

karena infeksi bakteri piogenik dan mengeluarkan nanah. Bakteri piogenik

sebagai penyebabnya yang tersering yaitu Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus

aureus, dan Pneumokokus. Kadang-kadang bakteri penyebabnya yaitu Hemofilus

influenza, Escheria colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris,

Pseudomonas aerugenosa. Hemofilus influenza merupakan bakteri yang paling

sering kita temukan pada pasien anak berumur di bawah 5 tahun.2

Otitis Media Supuratif Akut (OMSA) didefinisikan sebagai suatu

peradangan pada telinga tengah dengan onset akut, ditandai dengan adanya cairan

dan atau inflamasi di telinga tengah. Otitis media supuratif akut dalam perjalanan

penyakitnya dibagi menjadi 5 stadium, yaitu: stadium oklusi tuba Eustachius,

hiperemis, supurasi, perforasi, dan resolusi.1,2

Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh

periosteum telinga tengah. Penyakit ini terjadi akibat terganggunya factor

pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesterilan telingah tengah. Factor

penyebab utama sumbatan tuba eustachius sehingga pencegahan invasi kuman

terganggu. Pencetusnya adalah infeksi saluran napas atas. Gejala klinis otitis

media akut tergantung pada stadium dan umur pasien. Stadium otitis media akut

berdasarkan perubahan mucosa telingah tengah.3

Page 3: referat THT.docx

3

Anatomi dan Fisiologi

Telinga secara struktur dibagi menjadi 3 bagian, yaitu telinga luar, tengah

dan dalam seperti yang terlihat dalam gambar :

Telinga Luar

Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang

rawan yang diliputi kulit. Telinga luar terdiri dari daun telinga dan

liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari

daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun

telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga

berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga

bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri

dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 ± 3 cm. Pada sepertiga

bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan

rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.Pada

duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen

.1,2

Gambar 1 : Anatomi Telinga (Dikutip dari kepustakaan 2)

Page 4: referat THT.docx

4

Telinga Tengah

Telinga tengah terdiri dari membrane timpani bagian dalam,

cavitas timpani yang berisi ossikula auditiva, muskulus, celulae

mastoid; aditus ad antrum dan tuba auditiva, telinga tengah

berbentuk kubus, dengan:

o Batas luar : membran timpani.

o Batas depan : tuba eustachius

o Batas bawah : vena jugularis

o Batas belakang : aditus ad antrum

o Batas atas : tegmen tympani (meningen/otak).

o Batas dalam : berturut-turut dari atas kebawah (kanalis

semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, oval window,

antrum dan promontorium.

Cavitas tympani berisi osikula auditiva, muskulus, celulae mastoid;

aditus ad antrum dan tuba auditiva.

1. Osikula auditiva

Berfungsi untuk menghantarkan suara dari udara ke koklea

Terdiri dari maleus, incus dan stapes.

2. Muskulus

Terdiri dari m. tensor tympani dan m. stapedius, diinervasi oleh

N.facialis dan N. trigeminus dimana berfungsi untuk membatasi

gerak dari tulang auditiva. Perlekatan dari m. tensor tympani

dan pars ossea tuba auditiva menuju kolum mallei, berfungsi

untuk mengatur keseimbangan tekanan udara antara cavum

tympani dengan dunia luar. Perlekatan dari m.stapedius dari

piramida menuju ke collom stapedius, berfungsi untuk

meredam suara yang keras, frekwensi rendah dan amplitude

yang tinggi.

3. Celulae mastoid.

Page 5: referat THT.docx

5

4. Aditus ad antrum.

Merupakan muara atau lubang yang menghubungkan cavum

tympani dengan antrum mastoid.

5. Tuba auditiva

Tuba auditiva adalah saluran yang menghubungkan rongga

telinga tengah dengan nasofaring. Tuba auditiva memiliki arti

klinis karena nasofaring memiliki banyak flora normal,

sehingga jika tekanan cavum tympani lebih rendah maka udara

akan masuk dari nasofaring ke cavum tympani sehingga flora

normal akan ikut masuk, hail ini dapat memicu infeksi diauris

media.

Tuba auditiva dibagi menjadi 2 bagian:

- 1/3 bagian superior, tersusun oleh tulang.

- 2/3 bagian inferior, tersusun oleh kartilago yang berbentuk

huruf U.

Telinga dalam

Telinga dalam terdiri dari :

- Labirin osseus: terdiri daari vestibulum, kanalis semisirkularis,

dan koklea. Labirin ini sendiri merupakan rongga-rongga pada

os temporal, petrosa dan berisi labirin membranosa.

- Labirin membranaseus, terdiri dari:

1. Labirin Vestibuler, yang terdiri dari saculus, utrikulus dan 3

buah kanalis semisirkularis.

2. Duktus koklearis, yang terdiri dari skala vestibule (berisi

perilimfe), skala media (berisi endolimpe dan terdapat bagian

yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria, dan pada

membrane basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut

dalam, sel rambut luar dan kanalis korti, yang membentuk organ

korti)dan sekala tympani (berisi perilimfe)

3. Saccus dan ductus endolimfaticus.

Page 6: referat THT.docx

6

Tuba eustachia

Tuba eustachius menghubungkan rongga telinga dengan nasofaring dan

erat sekali kaitannya dengan penyakit-penyakit di telingah tengah.

Sepertiga bagian lateral tuba yang berhubungan dengan telinga tengah

berupa tulang, sedangkan dua pertiga medial adalah fibrokartilaginosa.

Tuba eustachius bayi berbeda dengan orang dewasa. Tuba bayi pendek,

lebar dan terletak horizontal, dan ini merupakan alasan mengapa radang

pada tuba eustachius begitu lazim terjadi pada bayi. ke arah kavum

timpani dan mastoid. Bentuk TE menyerupai dua buah kerucut yang

saling bertemu di bagian puncak, tempat pertemuan ini disebut ismus.

Ismus biasanya terletak pada pertemuan antara bagian tulang dan tulang

rawan ini. Ismus memiliki ukuran tinggi 2 mm dan lebar 1mm. Ke arah

nasofaring tinggi lumen menjadi 8-10 mm, dengan lebar 1-2 mm.

Fungsi ismus ini adalah membantu melindungi telinga tengah dari

sekret nasofaring.3

Mukosa Tuba eustachia merupakan kelanjutan dari mukosa nasofaring

dan telinga tengah, yang sama dengan epitel saluran napas, yaitu terdiri

atas epitel kolumnar bersilia, sel-sel goblet dan kelenjar mukus. Lapisan

paling luar adalah epitel bersilia yang bergerak ke arah nasofaring.

Semakin dekat ke telinga tengah terlihat sel-sel goblet dan kelenjar

Gambar 2 : Tuba eustachia (Dikutip dari kepustakaan 2)

Page 7: referat THT.docx

7

mukus makin berkurang, mukosa bersilia juga menghilang. Jumlah sel

goblet pada dasar tuba lebih banyak dibandingkan dengan bagian atap,

dengan konsentrasi terbanyak berada di area tengah tuba bagian tulang

rawan. Sel-sel goblet dan kelenjar serosa pada bayi lebih sedikit

dibandingkan orang dewasa. Bayi juga memiliki lumen dengan mukosa

yang lebih berlipat-lipat dibandingkan orang dewasa. Hal ini yang

menyebabkan peningkatan compliance dari tuba yang lebih tinggi pada

bayi.

Etiologi

Faktor etiologi yang berperan dalam perkembangan otitis media ialah

adanya infeksi virus dan bakteri, gangguan fungsi Tuba Eustachius secara

mekanik atau fungsional, alergi, barotrauma atau kombinasinya. Bakteri penyebab

utama pada Otitis media akut ialah Streptococcus pneumoniae (30-40%),

Haemophilus influenzae (20%) dan Moraxella catarrhalis (7-20%), terdapat pada

95% dari seluruh kasus Otitis Media Akut. Staphylococcus aureus dapat

ditemukan pada anak, Streptococcus pyogenes ditemukan pada anak yang lebih

besar, Chlamydia pneumoniae dapat ditemukan pada anak yang lebih kecil dan

bakteri gram negative serta grup B Streptococci dapat ditemukan pada bayi baru

lahir.1

Virus merupakan penyebab dari 20% kasus Otitis Media Akut, dan lebih

sering ditemukan bersamaan dengan bakteri yaitu pada 65% kasus. Virus yang

paling sering ditemukan pada kasus infeksi efusi telinga tengah ialah RSV dan

rinovirus. Virus lainnya yang juga ditemukan ialah parainfluenza, influenza,

enterovirus, dan adenovirus.1

Kendatipun infeksi saluran napas terutama disebabkan oleh virus, namun

sebagian besar infeksi otitis media akut disebabkan oleh bakteri piogenik. Bakteri

yang sering kali ditemukan antara lain streptococcus penumoniae, Haemophilus

influenza, dan streptococcus beta hemoliticus. Sejauh ini streptococcus

penumoniae merupakan organisme penyebab tersering pada semua kelompok

Page 8: referat THT.docx

8

umur. Influenza adalah pathogen yang sering ditemukan pada anak di bawah usia

lima tahun, meskipun juga merupakan pathogen pada orang dewasa.4

Perkembangan otitis media akut adalah proses yang kompleks yang

dimulai di nasofaring, yang dihubungkan oleh Tuba eustachia ke telinga tengah.

otitis media akut sering diikuti dengan infeksi saluran napas atas, jika tejadi

kongesti pada membran nasal dan Tuba eustachia. Cairan yang keluar di telinga

tengah terjebak dan menghasilkan lingkungan yang ideal untuk terjadinya infeksi.

Patogenesis dari otitis media akut ialah kombinasi dari beberapa faktor, seperti:

disfungsi tuba eustachia, kolonisasi nasofaring dengan bakteri dan virus patogen,

meluasnya infeksi ke sepanjang tuba eustachia, imunologi, faktor lingkungan dan

predisposisi genetik.

Epidemiologi

Data dari negara-negara maju menunjukkan bahwa Otitis Media Supuratif

Akut adalah salah satu infeksi yang umumnya terjadi pada anak usia dini dan

merupakan alas an umum untuk berobat. Prevalensi Otitis Media Supuratif Akut

di setiap negara bervariasi, berkisar antara 2,3 - 20%. Berbagai studi epidemiologi

di Amerika Serikat (AS), dilaporkan prevalensi terjadinya Otitis Media Supuratif

Akut sekitar 17-20% pada 2 tahun pertama kehidupan. Biaya pemakaian

antibiotik yang digunakan untuk kasus Otitis Media Supuratif Akut di AS per

tahun sekitar 3-5 juta US dolar. Prevalensi otitis media di negara-negara maju

lainnya hampir sama dengan di AS. Studi epidemiologi Otitis Media Supuratif

Akut di negara-negara berkembang sangat jarang.1

Puncak kejadian otitis media akut terjadi pada anak usia 3-18 bulan.

Beberapa bayi mungkin mengalami serangan pertama mereka segera setelah lahir

dan dianggap otitis rawan (yaitu, pada risiko otitis media berulang). Dalam studi

Pittsburgh, kejadian itu tertinggi di antara anak-anak miskin perkotaan. Perbedaan

dalam insiden antara negara-negara yang dipengaruhi oleh faktor ras, sosial

ekonomi, dan iklim. Anak-anak berusia 6-11 bulan tampak sangat rentan terhadap

otitis media akut, dengan frekuensi menurun sekitar usia 18-20 bulan. Insiden ini

sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan. Sebagian kecil

Page 9: referat THT.docx

9

anak-anak mengembangkan penyakit ini di kemudian hari, sering pada tahun

keempat dan kelima awal. Setelah pertumbuhan gigi permanen, kejadian menurun

secara dramatis, meskipun beberapa orang otitis rentan terhadap episode akut

hingga dewasa.5

Patogenesis

Telinga tengah biasanya steril, suatu hal yang mengagumkan menimbang

banyaknya flora organisme yang terdapat di dalam nasopharing dan faring.

Gabungan aksi fisiologis silia, enzim penghasil mucus (misalnya muramidase)

dan antibodi berfungsi sebagai mekanisme petahanan bila telinga terpapar dengan

mikroba kontaminan ini saat menelan. Otitis media akut terjadi bila mekanisme

fisiologis ini terganggu. Sebagai mekanisme pelengkap pertahanan di permukaan,

suatu anyaman kapiler sub epitel yangpenting menyediakan pula faktor–faktor

humoral, leukosit polimorfonuklear dan sel fagosit lainnya. Obstruksi tuba

eustachius merupakan suatu factor penyebab dasar pada otitis media akut.5

Perkembangan Otitis Media akut merupakan proses yang kompleks yang

dimulai di nasofaring, yang dihubungkan oleh Tuba eustachia ke telinga tengah.

Otitis media akut sering diikuti dengan infeksi saluran napas atas, jika tejadi

kongesti pada membran nasal dan Tuba eustachia. Cairan yang keluar di telinga

tengah terjebak dan menghasilkan lingkungan yang ideal untuk terjadinya infeksi.

Patogenesis dari Otitis media akut ialah kombinasi dari beberapa faktor, seperti:

disfungsi Tuba eustachia, kolonisasi nasofaring dengan bakteri dan virus patogen,

meluasnya infeksi ke sepanjang Tuba eustachia, imunologi, faktor lingkungan dan

predisposisi genetik. Dua faktor yang paling penting pada anak-anak adalah

disfungsi Tuba eustachia dan anak cenderung rentan terhadap infeksi saluran

napas atas berulang. Pada anak, Tuba eustachia lebih pendek, sehingga jarak

untuk penyebaran organisme lebih pendek, letaknya horizontal, sehingga

menyebabkan drainase telinga tengah tidak adekuat dan terdapat adenoid dekat

muara tuba, yang dapat menyumbat tuba dan juga berfungsi sebagai reservoir

terhadap infeksi. Gangguan fungsi Tuba eustachia merupakan faktor yang paling

penting. Adanya obstruksi tuba, baik secara mekanik maupun fungsional dapat

Page 10: referat THT.docx

10

menyebabkan absorpsi udara, tekanan negatif dan terbentuknya cairan di dalam

telinga tengah.1

Virus pada infeksi saluran napas atas menyebabkan inflamasi sehingga

mengganggu fungsi Tuba eustachia dan meningkatkan kolonisasi bakteri pada

nasofaring. Infeksi saluran napas atas menyebabkan inflamasi, penurunan tekanan

di telinga tengah dan masuknya bakteri dan virus ke dalam telinga tengah melalui

Tuba eustachia, sehingga menyebabkan inflamasi dan efusi di telinga tengah.

Virus pada infeksi pernapasan atas menyebabkan kerusakan epitel Tuba eustachia

yang menyebabkan obstruksi, karena adanya akumulasi mukus dan sel-sel

inflamasi di dalam lumen tuba. Infeksi virus juga mengganggu mukosilia dari

epitel saluran pernapasan, yang mengganggu fungsi drainase dari Tuba eustachia.1

Manifestasi Klinik

Otitis Media Supuratif akut dalam perjalanan penyakitnya dibagi menjadi

5 stadium, yaitu: stadium oklusi tuba Eustachius, hiperemis, supurasi, perforasi,

dan resolusi.1,2

1. Stadium oklusi tuba eustachius.2,6,7

Terdapat gambaran retraksi membrane timpani akibat tekanan

negative didalam telingah tengah. Kadang berwarna normal atau keruh

pucat. Efusi tidak dapat dideteksi. Sukar dibedakan dengan otitis media

serosa akibat virus atau alergi. Akibat mukosa tuba eustachius mengalami

edema yang akan menyempitkan lumen tuba eustachius. Keadaan ini

mengakibatkan fungsi tuba eustachius terganggu (fungsi ventilasi dan

drainase). Gangguan fungsi ini antara lain menyebabkan berkurangnya

pemberian oksigen kedalam cavum tympani berkurang (hipotensi),

menjadi kurang dari 1 atm dan disebut vacum. Kondisi vakum

selanjutnya akan menyebabkan terjadinya perubahan pada mukosa

tympani, berupa:

Peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan limfe.

Peningkatan permeabilitas dinding sel.

Terjadinya proliferasi sel kelenjar mukosa.

Page 11: referat THT.docx

11

Perubahan yang terjadi pada mukosa cavum tympani tersebut,

mengakibatkan terjadinya perembesan cairan kedalam cavum tympani

(transudasi). Keadaan ini disebut sebagai Hidrops ex vacuo. Kadang-

kadang membrane tympani tampak normal (tidak ada kelainan) atau

berwarna keruh pucat. Dimana gangguan telinga yang dirasakan

akibatnya vacuum hydrops ex vacuo. Keluhan yang dirasakan: telinga

terasa penuh (seperti kemasukan air), pendengaran terganggu, nyeri pada

telinga (otalgia), tinnitus.

2. Stadium Hiperemis

Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di

membrane tympani atau seluruh membrane tympani tampak hiperemis

serta edema secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat

yang serousa sehingga masih sukar terlihat.

Gambar 3 : Stadium Oklusi Tuba. Tampak plika posterior yang memanjang, plika anterior yang memendek. Manubrium malei hampir mendatar reflex cahaya berpendar. Dikutip dari kepustakaan 7

Page 12: referat THT.docx

12

3. Stadium supurasi .6,7

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel

epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di cavum

tympani, menyebabkan membrane tympani menonjol (bulging) kearah

liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan

suhu meningkat, seerta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila

tekanan nanah di cavum tympani tidak berkurang, maka terjadi iskemia,

akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada

vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan sub mukosa.

Pada orang dewasa biasanya datang dengan keluhan otalgia hebat,

pada penderita bayi dan anak rewel dan gelisah, demam tinggi dan ISPA

Gambar 4 Stadium Hiperemis Otitis media akut. Dikutip dari kepustakaan 7

Gambar 5 Stadium supurasi. Dikutip dari kepustakaan 7

Page 13: referat THT.docx

13

yang disertai biasanya masih ada. Pada pemeriksaan otoskopi: pada

meatus akustikus externus tidak didapatkan secret, membrane timpani

tampak hiperemi, cembung kea rah lateral (bombans), Terkadang tampak

adanya pulsasi (keluar nanah dari lubang perforasi sesuai dengan

denyutan nadi.

4. Stadium perforasi.6,7

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotic

atau virulensi kuman yang tinggi, maka terjadi rupture membrane

tympani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga

luar, akibatnya nyeri yang dirasakan penderita berkurang. Selain itu

disebabkan oleh tekanan yang tinggi pada cavum tympani akibat

kumpulan mucous, ahkirnya menimbulkan perforasi pada membrane

tympani. Keluhan yang di rasakan sudah banyak berkurang, karena

tekanan di cavum tympani sudah banyak berkurang, selain itu keluar

cairan dari telinga, penurunan pendengaran dan keluhan infeksi saluran

nafas atas masih di rasakan, pada pemeriksaan otoskopi meatus externus

masih didapati banyak mukopus dan setelah dibersihkan akan tampak

membrane tympani yang hiperemis dan perforasi paling sering terletak di

Sentral

Gambar 6 stadium perforasi. Gambar kiri menunjukan secret yang mukopurulen pada liang telinga. Gambar kanan menunjukan perforasi yang menjadi sumber secret. Dikutip dari kepustakaan 7

Page 14: referat THT.docx

14

5. Stadium resolusi.6,7

Bila membrane tympani tetap utuh, maka keadaan membrane

tympani berlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi

perforasi, maka secret akan berkuran dan mongering. Bila daya tahan

tubuh baik dan virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi

walaupun tanpa pengobatan. Pada stadium ini kebanyakan yang masih

dirasakan adanya gangguan pendengaran, keluhan sebelumnya sudah

tidak dirasakan lagi. Pada pemeriksaan otoskopi meatus akustikus

externus bersih dari secret, membrane tympani tidak tampak lagi,

warnanya sudah kembali lagi seperti mutiara, yang masih tampak adalah

perforasi pars tensa.

Gejala Klinis

Gejala klinik Otitis Media Supuratif Akut (OMSA) tergantung dari

stadium penyakit dan umur penderita. Gejala stadium supurasi berupa demam

tinggi dan suhu tubuh menurun pada stadium perforasi. Gejala klinik Otitis Media

Supuratif Akut (OMSA) berdasarkan umur penderita. Khusus pada anak-anak

dapat tejadi anoreksia dan kadang-kadang mual dan muntah. Demam dapat tinggi

pada anak kecil namun dapat pula ditemukan pada 30%kasus.

Pasien kebanyakan anak-anak mengalami rasa penuh atau rasa tertekan

didalam telinga yang timbul pada malam hari, kadang-kadang siang hari, kadang

disertai dengan rasa nyeri hebat. Anak kecil yang belum dapat berbicara atau

mengatakan apa yang dirasakan memegang telinga atau menggerakan-gerakan

kepala. Kebanyakan anak tampak sakit, nyeri kepala dan terkadang disertai

demam tinggi. Terutama pada anak-anak dibawah umur satu tahun, diagnosis

otitis media seringkali sukar. Kadang diagnosis diferensial antara otitis media dan

otitis eksterna. Pada otitis media aku sering kali disertai gangguan pendengaran.8

Gejala lain dari infeksi saluran pernapasan atas seperti batuk dan rinore

atau hidung tersumbat, sering didahului atau bersamaan dengan Otitis Media

Supuratif Akut, tetapi ini juga tidak spesifik. Dengan kata lain, riwayat gejala

Page 15: referat THT.docx

15

klinis saja merupakan indicator yang kurang prediktif untuk mendiagnosis Otitis

Media Supuratif Akut khususnya pada anak yang lebih kecil.8

Diagnosis

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP) dan American Academy

of Family Physicians (AAFP), untuk mendiagnosis Otitis Media Supuratif Akut,

klinisi hendaknya mengkonfirmasi riwayat penyakit yang akut, mengidentifikasi

tanda efusi telinga tengah dan mengevaluasi keberadaan tanda dan gejala

inflamasi telinga tengah.1

Diagnosis OMSA harus memenuhi tiga hal berikut

A. Penyakitnya timbul mendadak (akut)

B. Ditemukanya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan disuatu rongga tubuh) di

telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:

1. Menggembungnya gendang telinga.

2. Terbatas/tidak gerakan gendang telinga.

3. Adanya bayangan cairan dibelakang gendang telinga.

4. Cairan yang keluar dari telinga.

C. Adanya tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan adanya

salah satu tanda berikut:

1. Kemerahan pada gendang telinga

2. Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.

Untuk mendiagnosis efusi telinga tengah umumnya digunakan pemakaian

otoskop atau otoskop pneumatik, bisa ditambah dengan timpanometri dan atau

reflektometri akustik. Otoskop pneumatik merupakan alat yang paling sering

digunakan untuk mendiagnosis Otitis Media Supuratif Akut. Dengan alat ini dapat

dinilai gambaran danmobilitas membran timpani yang merupakan indikator yang

baik.

Pada pemeriksaan otoskopi, tampak penonjolan pada kuadran belakang

atas gendang telinga dengan warna merah sampai kebiru-biruan dan kemudian

seringkali menjadi warna kekuning-kuningan. Tanda-tanda anatomis yang normal

Page 16: referat THT.docx

16

pada maleus dan reflex cahaya menghilang dan seringkali terjadi perforasi

spontan genda telinga dengan keluarnya secret encer sampai sero-purulen.8

Penemuan pada otoskopi, mengindi-kasikan keberadaan efusi telinga

tengah dan inflamasi yang berhubung-an dengan Otitis Media Akut telah

dijelaskan secara baik. Biasanya ditemukan membran timpani yang menonjol atau

bulging, dan ini memiliki nilai prediktif tertinggi atas keberadaan efusi telinga

tengah. Saat dikombinasikan dengan warna dan mobilitas dari membran timpani,

bulging juga merupakan prediktor Otitis Media Akut Yang terbaik. Absensi atau

penurunan mobilitas dari membrane timpani selama dilakukan otoskopi

pneumatik ialah bukti tambahan adanya cairan di telinga tengah. Membran

timpani yang berubah menjadi opak atau keruh, selain yang disebabkan oleh luka,

juga merupakan penemuan pada Otitis Media Akut Dan biasanya diakibatkan oleh

edema dari membran timpani. Kemerahan membran timpani disebabkan oleh

inflamasi biasanya ditemukan dan harus dibedakan dari pink erythematous flush

yang disebabkan oleh menangis atau demam tinggi, yang biasanya intensitasnya

lebih sedikit dan hilang ketika anak sudah tenang. Pada kasus miringitis bulosa,

bula dapat didapatkan pada membran timpani. Jika ditemukan kesulitan untuk

mendeteksi keberadaan cairan di telinga tengah, pemakaian timpanometri atau

reflektometri akustik bisa membantu dalam menegakan diagnosis.2

Penatalaksanaan

Pengobatan OMSA tergantung pada stadium penyakitnya.2.

A. Pada stadium oklusi tujuannya adalah mengembalikan fungsi tuba

eustachius secepatnya. Untuk itu digunakan tetes hidung yang berfungsi

sebagai vasokonstriktor untuk mengatasi penyempitan tuba akibat edema.

Obat yang dapat digunakan adalah solution efedrin 1% untuk orang

dewasa dan 0.25-0.5% untuk bayi danak-anak. Obat lain untuk mengatasi

ISPA misalnya golongan aspirin.2

B. Pada stadium hiperemis, terapi yang di berikan adalah antibiotic, obat tetes

hidung dan analgetik. Antibiotic yang dianjurkan adalah golongan

ampicillin dan penisilin. Terapi awal diberikan penisilin intramuscular

Page 17: referat THT.docx

17

agar didapatkan kosentrasi yang lebih adekuat di dalam darah, pemberian

dianjurkan selama 7 hari. Pada anak ampisilin diberikan dengan dosis

50100 mg/kgBB/hari, Dibagi dalam 4 dosis.2

C. Pada stadium supurasi, selain antibiotic, idealnya harus dilakukan

miringotomi, bila membrane masih utuh, sehingga rupture membrane

tympani dapat dihindari. Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars

tensa membrane timpani agar terjadi drainase secret dari telinga tengah ke

luar.6

D. Pada stadium perforasi sering terlihat secret banyak keluar, pengobatan

yang dilakukan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta

antibiotic yang adekuat.2

E. Pada stadium resolusi ini penderita sudah tidak memerlukan obat-obatan

lagi, karena ISPA juga sudah sembuh. Penderita disarankan untuk menjaga

kebersihan telinga, tidak boleh kemasukan air atau dikorek-korek guna

menghindari kekambuhan.2

Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Akut di Indonesia saat ini

berdasarkan algoritma penatalaksanaan yang dibuat oleh Perhati KL.

Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Akut di Amerika dibuat oleh American

Academy of Pediatrics (AAP) dan American Academy of Family Physicians

(AAFP) yang bekerja sama dengan Agency for Healthcare Research and Quality

(AHRQ).1

Page 18: referat THT.docx

18

Pengobatan otitis media akut dalam stadium awal ialah analgetik, anti

piretik dan bila perlu dekongestan. Apabila anak berusiakurang dari 18 bulan atau

disertai demam tinggi dengan keadaan umum jelek (sakit berat) boleh diberikan

antibiotika. Kadang-kadang perlu dilakukan tindakan parasentesis. Tindakan

parasentesis atau tusukan gendang telinga akan segera menghilangkan rasa nyeri.

Tindakan parasentesis dapat dilakukan dengan anastesi umum, analgetik local

atau tanpa anastesi. Tempat untuk melakukan tusukan ialah kuadraan

posteroinferior gendang telinga.8

Gambar 6 Algoritma penatalaksanaan otitis media akut Perhati KL, 2007 (dikutip dari kepustakaan 1 )

Page 19: referat THT.docx

19

Komplikasi

Pada Otitis Media Akut, komplikasi yang terjadi dapat berupa gangguan

pendengaran yang bersifat ringan dapat terjadi akibat efusi telinga tengah yang

persisten, biasanya konduktif dan bersifat sementara. Gangguan pendengaran

sensorineural dapat juga terjadi sebagai komplikasi dari Otitis Media Akut, tetapi

jarang sekali terjadi. Komplikasi lain adalah mastoiditis, petrositis, labirinitis dan

parese nervus fasialis. Di Negara-negara berkembang, infeksi supuratif seperti

mastoiditis dan meningitis tetap menjadi komplikasi yang penting Otitis Media

Akut, walaupun angka ini sudah jauh berkurang setelah adanya era antibiotik.

Pada kasus Otitis Media Akut yang telah diberi antibiotik, efusi di telinga tengah

dapat bertahan selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan , hal ini dapat

menyebabkan gangguan pendengaran yang dapat menyebabkan gangguan

perkembangan bicara, bahasa dan kognitif anak, terutama bila terjadi pada anak

usia di bawah 2 tahun.1

Komplikasi Otitis Media Supuratif Akut di bagi menjadi :

Komplikasi Intratemporal

Komplikasi di telinga tengah

Paresis nervus fasialis

Kerusakan tulang pendengaran

Perforasi membrane tymphani

Komplikasi ke ruang mastoid

Petrositis

Mastoiditis koalesen

Komplikasi ke telinga dalam

Labrinitis

Tuli saraf sensorineural

Komplikasi ekstratemporal

Komplikasi intracranial

Abses ekstradural

Abces subdural

Abses otak

Page 20: referat THT.docx

20

Meningitis

Trombloflebilitis sinus lateralis

Hidrosefalus otikus

Komplikasi ekstrakranial

Abces retroaurikuler

Abses bezold

Abces zygomaticum

DAFTAR PUSTAKA

Page 21: referat THT.docx

21

1. Umar.S, Prevalensi dan factor risiko otitis media akut pada anak-anak di

kotamadya Jakarta timur.Tesis,Fakultas kedokteran program pendidikan

dokter spesialis Bidang Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher, Jakarta,2013,1-30.

2. Wulandari Y, Perbedaan kadar interleukin 1-a serum darah vena antara

penderita otitis media supuratif kronis tipe jinak dan bahaya. Tesis, Program

pasca sarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010.

3. M. Catherine McEllistrem, Jennifer Adams1, Edward O. Mason2 and  Ellen

R. Wald, Epidemiology of Acute Otitis Media Caused by Streptococcus

pneumoniae Before and After Licensure of the 7-Valent Pneumococcal

Protein Conjugate Vaccine, The Journal of Infectious Diseases Volume 188,

Issue 11Pp. 1679-1684.

4. Boeis L, penyakit telinga tengah, dalam Buku ajar penyakit THT, ed 6,

Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta, 1994.

5. John D Donaldson, Acute Otitis Media, available :

http://emedicine.medscape.com.

6. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.

7. Sugianto, irwan A, Kelainan pada telinga, dalam Atlas berwarna Teknik

pemeriksaan kelainan hidung tenggorok, Penerbit Buku kedokteran EGC,

Jakarta, 2008.

8. Feenstra L, Van de broek P, ilmu kesehatan tenggorok hidung dan telinga

Edisi 12. Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta, 2010.

9. Priyono H, Restuti R, Iswara A, Handyastuti S, Komplikasi intratemporal

dan intracranial pada Otitis media akut anak, Departemen Ilmu Penyakit

Telinga Hidung Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

Jakarta 2010.

10. Depkes, pharmaceutical Care untuk penyaki infeksi saluran pernapasan,

direktorat bina farmasi komunitas dan klinik, direktorat jenderal bina ke

farmasian dan alat kesehatan, Departemen Kesehatan RI, 2005.

Page 22: referat THT.docx

22

Bagian Ilmu THT-KL

Fakultas Kedokteran

Universitas Halu Oleo

Referat

Januari 2014

Page 23: referat THT.docx

23

OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT

OLEH :

Tri Ana Putra, S.Ked

K1A109067

PEMBIMBING:

dr. Nancy Sendra, Sp THT-KL

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2015