referat THT.docx
-
Upload
ischiadicus -
Category
Documents
-
view
56 -
download
7
Transcript of referat THT.docx
1
OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT
Tri Ana Putra, Nancy Sandra
Pendahuluan
Otitis media supuratif akut (OMSA) merupakan penyakit telinga yang
paling sering terjadi pada anak-anak, dan merupakan diagnosis klinis yang sering
pada anak dengan demam. Data dari negara-negara maju menunjukkan bahwa
Otitis media akut adalah salah satu infeksi yang umumnya terjadi pada anak usia
dini dan merupakan alasan umum untuk berobat.1
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukusa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media sering
diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek
yang menyebar ke telinga tengah melalui tuba eustachius. Sebagai mana halnya
dengan infeksi saluran napas atas (ISPA), otitis media juga merupakan sebuah
penyakit langganan anak-anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 75%
anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan
hampir dari setengah mereka mengalami tiga kali atau lebih. Di Inggris,
setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh
tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun
.2
Otitis Media Supuratif Akut (OMSA) banyak terjadi pada anak karena
sumber infeksi dari tenggorok atau pilek yang terjadi terus menerus. Penyebab
Otitis Media Supuratif Akut dapat berupa virus atau bakteri. Pada 25% pasien,
tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus ditemukan pada 25% kasus
dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri. Bakteri Penyebab Otitis
Media Supuratif Akut tersering adalah Streptokokus pneumonia, diikuti oleh
Haemopilus influenzae dan Morexella Cattarhalis.
Sebelum kemajuan era antibiotik, Otitis media akut dapat menimbulkan
berbagai komplikasi, mulai dari abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat
seperti meningitis dan abses otak. Setelah era antibiotika berkembang, semua jenis
komplikasi tersebut jarang terjadi. Otitis media yang tidak diatasi juga dapat
2
menyebabkan gangguan pendengaran permanen. Cairan di telinga tengah dan
otitis media kronik dapat menyebabkan gangguan pendengaran anak dan masalah
dalam kemampuan bicara dan bahasa, jika dialami oleh anak pada usia
perkembangan bicara akan mempengaruhi prestasi belajar.1
Definisi
Otitis Media Supuratif Akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga tengah
dalam waktu yang singkat yang berlangsung selama 3 minggu atau kurang,
karena infeksi bakteri piogenik dan mengeluarkan nanah. Bakteri piogenik
sebagai penyebabnya yang tersering yaitu Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus
aureus, dan Pneumokokus. Kadang-kadang bakteri penyebabnya yaitu Hemofilus
influenza, Escheria colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris,
Pseudomonas aerugenosa. Hemofilus influenza merupakan bakteri yang paling
sering kita temukan pada pasien anak berumur di bawah 5 tahun.2
Otitis Media Supuratif Akut (OMSA) didefinisikan sebagai suatu
peradangan pada telinga tengah dengan onset akut, ditandai dengan adanya cairan
dan atau inflamasi di telinga tengah. Otitis media supuratif akut dalam perjalanan
penyakitnya dibagi menjadi 5 stadium, yaitu: stadium oklusi tuba Eustachius,
hiperemis, supurasi, perforasi, dan resolusi.1,2
Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh
periosteum telinga tengah. Penyakit ini terjadi akibat terganggunya factor
pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesterilan telingah tengah. Factor
penyebab utama sumbatan tuba eustachius sehingga pencegahan invasi kuman
terganggu. Pencetusnya adalah infeksi saluran napas atas. Gejala klinis otitis
media akut tergantung pada stadium dan umur pasien. Stadium otitis media akut
berdasarkan perubahan mucosa telingah tengah.3
3
Anatomi dan Fisiologi
Telinga secara struktur dibagi menjadi 3 bagian, yaitu telinga luar, tengah
dan dalam seperti yang terlihat dalam gambar :
Telinga Luar
Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang
rawan yang diliputi kulit. Telinga luar terdiri dari daun telinga dan
liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari
daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun
telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga
bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri
dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 ± 3 cm. Pada sepertiga
bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan
rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.Pada
duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen
.1,2
Gambar 1 : Anatomi Telinga (Dikutip dari kepustakaan 2)
4
Telinga Tengah
Telinga tengah terdiri dari membrane timpani bagian dalam,
cavitas timpani yang berisi ossikula auditiva, muskulus, celulae
mastoid; aditus ad antrum dan tuba auditiva, telinga tengah
berbentuk kubus, dengan:
o Batas luar : membran timpani.
o Batas depan : tuba eustachius
o Batas bawah : vena jugularis
o Batas belakang : aditus ad antrum
o Batas atas : tegmen tympani (meningen/otak).
o Batas dalam : berturut-turut dari atas kebawah (kanalis
semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, oval window,
antrum dan promontorium.
Cavitas tympani berisi osikula auditiva, muskulus, celulae mastoid;
aditus ad antrum dan tuba auditiva.
1. Osikula auditiva
Berfungsi untuk menghantarkan suara dari udara ke koklea
Terdiri dari maleus, incus dan stapes.
2. Muskulus
Terdiri dari m. tensor tympani dan m. stapedius, diinervasi oleh
N.facialis dan N. trigeminus dimana berfungsi untuk membatasi
gerak dari tulang auditiva. Perlekatan dari m. tensor tympani
dan pars ossea tuba auditiva menuju kolum mallei, berfungsi
untuk mengatur keseimbangan tekanan udara antara cavum
tympani dengan dunia luar. Perlekatan dari m.stapedius dari
piramida menuju ke collom stapedius, berfungsi untuk
meredam suara yang keras, frekwensi rendah dan amplitude
yang tinggi.
3. Celulae mastoid.
5
4. Aditus ad antrum.
Merupakan muara atau lubang yang menghubungkan cavum
tympani dengan antrum mastoid.
5. Tuba auditiva
Tuba auditiva adalah saluran yang menghubungkan rongga
telinga tengah dengan nasofaring. Tuba auditiva memiliki arti
klinis karena nasofaring memiliki banyak flora normal,
sehingga jika tekanan cavum tympani lebih rendah maka udara
akan masuk dari nasofaring ke cavum tympani sehingga flora
normal akan ikut masuk, hail ini dapat memicu infeksi diauris
media.
Tuba auditiva dibagi menjadi 2 bagian:
- 1/3 bagian superior, tersusun oleh tulang.
- 2/3 bagian inferior, tersusun oleh kartilago yang berbentuk
huruf U.
Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari :
- Labirin osseus: terdiri daari vestibulum, kanalis semisirkularis,
dan koklea. Labirin ini sendiri merupakan rongga-rongga pada
os temporal, petrosa dan berisi labirin membranosa.
- Labirin membranaseus, terdiri dari:
1. Labirin Vestibuler, yang terdiri dari saculus, utrikulus dan 3
buah kanalis semisirkularis.
2. Duktus koklearis, yang terdiri dari skala vestibule (berisi
perilimfe), skala media (berisi endolimpe dan terdapat bagian
yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria, dan pada
membrane basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut
dalam, sel rambut luar dan kanalis korti, yang membentuk organ
korti)dan sekala tympani (berisi perilimfe)
3. Saccus dan ductus endolimfaticus.
6
Tuba eustachia
Tuba eustachius menghubungkan rongga telinga dengan nasofaring dan
erat sekali kaitannya dengan penyakit-penyakit di telingah tengah.
Sepertiga bagian lateral tuba yang berhubungan dengan telinga tengah
berupa tulang, sedangkan dua pertiga medial adalah fibrokartilaginosa.
Tuba eustachius bayi berbeda dengan orang dewasa. Tuba bayi pendek,
lebar dan terletak horizontal, dan ini merupakan alasan mengapa radang
pada tuba eustachius begitu lazim terjadi pada bayi. ke arah kavum
timpani dan mastoid. Bentuk TE menyerupai dua buah kerucut yang
saling bertemu di bagian puncak, tempat pertemuan ini disebut ismus.
Ismus biasanya terletak pada pertemuan antara bagian tulang dan tulang
rawan ini. Ismus memiliki ukuran tinggi 2 mm dan lebar 1mm. Ke arah
nasofaring tinggi lumen menjadi 8-10 mm, dengan lebar 1-2 mm.
Fungsi ismus ini adalah membantu melindungi telinga tengah dari
sekret nasofaring.3
Mukosa Tuba eustachia merupakan kelanjutan dari mukosa nasofaring
dan telinga tengah, yang sama dengan epitel saluran napas, yaitu terdiri
atas epitel kolumnar bersilia, sel-sel goblet dan kelenjar mukus. Lapisan
paling luar adalah epitel bersilia yang bergerak ke arah nasofaring.
Semakin dekat ke telinga tengah terlihat sel-sel goblet dan kelenjar
Gambar 2 : Tuba eustachia (Dikutip dari kepustakaan 2)
7
mukus makin berkurang, mukosa bersilia juga menghilang. Jumlah sel
goblet pada dasar tuba lebih banyak dibandingkan dengan bagian atap,
dengan konsentrasi terbanyak berada di area tengah tuba bagian tulang
rawan. Sel-sel goblet dan kelenjar serosa pada bayi lebih sedikit
dibandingkan orang dewasa. Bayi juga memiliki lumen dengan mukosa
yang lebih berlipat-lipat dibandingkan orang dewasa. Hal ini yang
menyebabkan peningkatan compliance dari tuba yang lebih tinggi pada
bayi.
Etiologi
Faktor etiologi yang berperan dalam perkembangan otitis media ialah
adanya infeksi virus dan bakteri, gangguan fungsi Tuba Eustachius secara
mekanik atau fungsional, alergi, barotrauma atau kombinasinya. Bakteri penyebab
utama pada Otitis media akut ialah Streptococcus pneumoniae (30-40%),
Haemophilus influenzae (20%) dan Moraxella catarrhalis (7-20%), terdapat pada
95% dari seluruh kasus Otitis Media Akut. Staphylococcus aureus dapat
ditemukan pada anak, Streptococcus pyogenes ditemukan pada anak yang lebih
besar, Chlamydia pneumoniae dapat ditemukan pada anak yang lebih kecil dan
bakteri gram negative serta grup B Streptococci dapat ditemukan pada bayi baru
lahir.1
Virus merupakan penyebab dari 20% kasus Otitis Media Akut, dan lebih
sering ditemukan bersamaan dengan bakteri yaitu pada 65% kasus. Virus yang
paling sering ditemukan pada kasus infeksi efusi telinga tengah ialah RSV dan
rinovirus. Virus lainnya yang juga ditemukan ialah parainfluenza, influenza,
enterovirus, dan adenovirus.1
Kendatipun infeksi saluran napas terutama disebabkan oleh virus, namun
sebagian besar infeksi otitis media akut disebabkan oleh bakteri piogenik. Bakteri
yang sering kali ditemukan antara lain streptococcus penumoniae, Haemophilus
influenza, dan streptococcus beta hemoliticus. Sejauh ini streptococcus
penumoniae merupakan organisme penyebab tersering pada semua kelompok
8
umur. Influenza adalah pathogen yang sering ditemukan pada anak di bawah usia
lima tahun, meskipun juga merupakan pathogen pada orang dewasa.4
Perkembangan otitis media akut adalah proses yang kompleks yang
dimulai di nasofaring, yang dihubungkan oleh Tuba eustachia ke telinga tengah.
otitis media akut sering diikuti dengan infeksi saluran napas atas, jika tejadi
kongesti pada membran nasal dan Tuba eustachia. Cairan yang keluar di telinga
tengah terjebak dan menghasilkan lingkungan yang ideal untuk terjadinya infeksi.
Patogenesis dari otitis media akut ialah kombinasi dari beberapa faktor, seperti:
disfungsi tuba eustachia, kolonisasi nasofaring dengan bakteri dan virus patogen,
meluasnya infeksi ke sepanjang tuba eustachia, imunologi, faktor lingkungan dan
predisposisi genetik.
Epidemiologi
Data dari negara-negara maju menunjukkan bahwa Otitis Media Supuratif
Akut adalah salah satu infeksi yang umumnya terjadi pada anak usia dini dan
merupakan alas an umum untuk berobat. Prevalensi Otitis Media Supuratif Akut
di setiap negara bervariasi, berkisar antara 2,3 - 20%. Berbagai studi epidemiologi
di Amerika Serikat (AS), dilaporkan prevalensi terjadinya Otitis Media Supuratif
Akut sekitar 17-20% pada 2 tahun pertama kehidupan. Biaya pemakaian
antibiotik yang digunakan untuk kasus Otitis Media Supuratif Akut di AS per
tahun sekitar 3-5 juta US dolar. Prevalensi otitis media di negara-negara maju
lainnya hampir sama dengan di AS. Studi epidemiologi Otitis Media Supuratif
Akut di negara-negara berkembang sangat jarang.1
Puncak kejadian otitis media akut terjadi pada anak usia 3-18 bulan.
Beberapa bayi mungkin mengalami serangan pertama mereka segera setelah lahir
dan dianggap otitis rawan (yaitu, pada risiko otitis media berulang). Dalam studi
Pittsburgh, kejadian itu tertinggi di antara anak-anak miskin perkotaan. Perbedaan
dalam insiden antara negara-negara yang dipengaruhi oleh faktor ras, sosial
ekonomi, dan iklim. Anak-anak berusia 6-11 bulan tampak sangat rentan terhadap
otitis media akut, dengan frekuensi menurun sekitar usia 18-20 bulan. Insiden ini
sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan. Sebagian kecil
9
anak-anak mengembangkan penyakit ini di kemudian hari, sering pada tahun
keempat dan kelima awal. Setelah pertumbuhan gigi permanen, kejadian menurun
secara dramatis, meskipun beberapa orang otitis rentan terhadap episode akut
hingga dewasa.5
Patogenesis
Telinga tengah biasanya steril, suatu hal yang mengagumkan menimbang
banyaknya flora organisme yang terdapat di dalam nasopharing dan faring.
Gabungan aksi fisiologis silia, enzim penghasil mucus (misalnya muramidase)
dan antibodi berfungsi sebagai mekanisme petahanan bila telinga terpapar dengan
mikroba kontaminan ini saat menelan. Otitis media akut terjadi bila mekanisme
fisiologis ini terganggu. Sebagai mekanisme pelengkap pertahanan di permukaan,
suatu anyaman kapiler sub epitel yangpenting menyediakan pula faktor–faktor
humoral, leukosit polimorfonuklear dan sel fagosit lainnya. Obstruksi tuba
eustachius merupakan suatu factor penyebab dasar pada otitis media akut.5
Perkembangan Otitis Media akut merupakan proses yang kompleks yang
dimulai di nasofaring, yang dihubungkan oleh Tuba eustachia ke telinga tengah.
Otitis media akut sering diikuti dengan infeksi saluran napas atas, jika tejadi
kongesti pada membran nasal dan Tuba eustachia. Cairan yang keluar di telinga
tengah terjebak dan menghasilkan lingkungan yang ideal untuk terjadinya infeksi.
Patogenesis dari Otitis media akut ialah kombinasi dari beberapa faktor, seperti:
disfungsi Tuba eustachia, kolonisasi nasofaring dengan bakteri dan virus patogen,
meluasnya infeksi ke sepanjang Tuba eustachia, imunologi, faktor lingkungan dan
predisposisi genetik. Dua faktor yang paling penting pada anak-anak adalah
disfungsi Tuba eustachia dan anak cenderung rentan terhadap infeksi saluran
napas atas berulang. Pada anak, Tuba eustachia lebih pendek, sehingga jarak
untuk penyebaran organisme lebih pendek, letaknya horizontal, sehingga
menyebabkan drainase telinga tengah tidak adekuat dan terdapat adenoid dekat
muara tuba, yang dapat menyumbat tuba dan juga berfungsi sebagai reservoir
terhadap infeksi. Gangguan fungsi Tuba eustachia merupakan faktor yang paling
penting. Adanya obstruksi tuba, baik secara mekanik maupun fungsional dapat
10
menyebabkan absorpsi udara, tekanan negatif dan terbentuknya cairan di dalam
telinga tengah.1
Virus pada infeksi saluran napas atas menyebabkan inflamasi sehingga
mengganggu fungsi Tuba eustachia dan meningkatkan kolonisasi bakteri pada
nasofaring. Infeksi saluran napas atas menyebabkan inflamasi, penurunan tekanan
di telinga tengah dan masuknya bakteri dan virus ke dalam telinga tengah melalui
Tuba eustachia, sehingga menyebabkan inflamasi dan efusi di telinga tengah.
Virus pada infeksi pernapasan atas menyebabkan kerusakan epitel Tuba eustachia
yang menyebabkan obstruksi, karena adanya akumulasi mukus dan sel-sel
inflamasi di dalam lumen tuba. Infeksi virus juga mengganggu mukosilia dari
epitel saluran pernapasan, yang mengganggu fungsi drainase dari Tuba eustachia.1
Manifestasi Klinik
Otitis Media Supuratif akut dalam perjalanan penyakitnya dibagi menjadi
5 stadium, yaitu: stadium oklusi tuba Eustachius, hiperemis, supurasi, perforasi,
dan resolusi.1,2
1. Stadium oklusi tuba eustachius.2,6,7
Terdapat gambaran retraksi membrane timpani akibat tekanan
negative didalam telingah tengah. Kadang berwarna normal atau keruh
pucat. Efusi tidak dapat dideteksi. Sukar dibedakan dengan otitis media
serosa akibat virus atau alergi. Akibat mukosa tuba eustachius mengalami
edema yang akan menyempitkan lumen tuba eustachius. Keadaan ini
mengakibatkan fungsi tuba eustachius terganggu (fungsi ventilasi dan
drainase). Gangguan fungsi ini antara lain menyebabkan berkurangnya
pemberian oksigen kedalam cavum tympani berkurang (hipotensi),
menjadi kurang dari 1 atm dan disebut vacum. Kondisi vakum
selanjutnya akan menyebabkan terjadinya perubahan pada mukosa
tympani, berupa:
Peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan limfe.
Peningkatan permeabilitas dinding sel.
Terjadinya proliferasi sel kelenjar mukosa.
11
Perubahan yang terjadi pada mukosa cavum tympani tersebut,
mengakibatkan terjadinya perembesan cairan kedalam cavum tympani
(transudasi). Keadaan ini disebut sebagai Hidrops ex vacuo. Kadang-
kadang membrane tympani tampak normal (tidak ada kelainan) atau
berwarna keruh pucat. Dimana gangguan telinga yang dirasakan
akibatnya vacuum hydrops ex vacuo. Keluhan yang dirasakan: telinga
terasa penuh (seperti kemasukan air), pendengaran terganggu, nyeri pada
telinga (otalgia), tinnitus.
2. Stadium Hiperemis
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di
membrane tympani atau seluruh membrane tympani tampak hiperemis
serta edema secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat
yang serousa sehingga masih sukar terlihat.
Gambar 3 : Stadium Oklusi Tuba. Tampak plika posterior yang memanjang, plika anterior yang memendek. Manubrium malei hampir mendatar reflex cahaya berpendar. Dikutip dari kepustakaan 7
12
3. Stadium supurasi .6,7
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel
epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di cavum
tympani, menyebabkan membrane tympani menonjol (bulging) kearah
liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan
suhu meningkat, seerta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila
tekanan nanah di cavum tympani tidak berkurang, maka terjadi iskemia,
akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada
vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan sub mukosa.
Pada orang dewasa biasanya datang dengan keluhan otalgia hebat,
pada penderita bayi dan anak rewel dan gelisah, demam tinggi dan ISPA
Gambar 4 Stadium Hiperemis Otitis media akut. Dikutip dari kepustakaan 7
Gambar 5 Stadium supurasi. Dikutip dari kepustakaan 7
13
yang disertai biasanya masih ada. Pada pemeriksaan otoskopi: pada
meatus akustikus externus tidak didapatkan secret, membrane timpani
tampak hiperemi, cembung kea rah lateral (bombans), Terkadang tampak
adanya pulsasi (keluar nanah dari lubang perforasi sesuai dengan
denyutan nadi.
4. Stadium perforasi.6,7
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotic
atau virulensi kuman yang tinggi, maka terjadi rupture membrane
tympani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga
luar, akibatnya nyeri yang dirasakan penderita berkurang. Selain itu
disebabkan oleh tekanan yang tinggi pada cavum tympani akibat
kumpulan mucous, ahkirnya menimbulkan perforasi pada membrane
tympani. Keluhan yang di rasakan sudah banyak berkurang, karena
tekanan di cavum tympani sudah banyak berkurang, selain itu keluar
cairan dari telinga, penurunan pendengaran dan keluhan infeksi saluran
nafas atas masih di rasakan, pada pemeriksaan otoskopi meatus externus
masih didapati banyak mukopus dan setelah dibersihkan akan tampak
membrane tympani yang hiperemis dan perforasi paling sering terletak di
Sentral
Gambar 6 stadium perforasi. Gambar kiri menunjukan secret yang mukopurulen pada liang telinga. Gambar kanan menunjukan perforasi yang menjadi sumber secret. Dikutip dari kepustakaan 7
14
5. Stadium resolusi.6,7
Bila membrane tympani tetap utuh, maka keadaan membrane
tympani berlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi
perforasi, maka secret akan berkuran dan mongering. Bila daya tahan
tubuh baik dan virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi
walaupun tanpa pengobatan. Pada stadium ini kebanyakan yang masih
dirasakan adanya gangguan pendengaran, keluhan sebelumnya sudah
tidak dirasakan lagi. Pada pemeriksaan otoskopi meatus akustikus
externus bersih dari secret, membrane tympani tidak tampak lagi,
warnanya sudah kembali lagi seperti mutiara, yang masih tampak adalah
perforasi pars tensa.
Gejala Klinis
Gejala klinik Otitis Media Supuratif Akut (OMSA) tergantung dari
stadium penyakit dan umur penderita. Gejala stadium supurasi berupa demam
tinggi dan suhu tubuh menurun pada stadium perforasi. Gejala klinik Otitis Media
Supuratif Akut (OMSA) berdasarkan umur penderita. Khusus pada anak-anak
dapat tejadi anoreksia dan kadang-kadang mual dan muntah. Demam dapat tinggi
pada anak kecil namun dapat pula ditemukan pada 30%kasus.
Pasien kebanyakan anak-anak mengalami rasa penuh atau rasa tertekan
didalam telinga yang timbul pada malam hari, kadang-kadang siang hari, kadang
disertai dengan rasa nyeri hebat. Anak kecil yang belum dapat berbicara atau
mengatakan apa yang dirasakan memegang telinga atau menggerakan-gerakan
kepala. Kebanyakan anak tampak sakit, nyeri kepala dan terkadang disertai
demam tinggi. Terutama pada anak-anak dibawah umur satu tahun, diagnosis
otitis media seringkali sukar. Kadang diagnosis diferensial antara otitis media dan
otitis eksterna. Pada otitis media aku sering kali disertai gangguan pendengaran.8
Gejala lain dari infeksi saluran pernapasan atas seperti batuk dan rinore
atau hidung tersumbat, sering didahului atau bersamaan dengan Otitis Media
Supuratif Akut, tetapi ini juga tidak spesifik. Dengan kata lain, riwayat gejala
15
klinis saja merupakan indicator yang kurang prediktif untuk mendiagnosis Otitis
Media Supuratif Akut khususnya pada anak yang lebih kecil.8
Diagnosis
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP) dan American Academy
of Family Physicians (AAFP), untuk mendiagnosis Otitis Media Supuratif Akut,
klinisi hendaknya mengkonfirmasi riwayat penyakit yang akut, mengidentifikasi
tanda efusi telinga tengah dan mengevaluasi keberadaan tanda dan gejala
inflamasi telinga tengah.1
Diagnosis OMSA harus memenuhi tiga hal berikut
A. Penyakitnya timbul mendadak (akut)
B. Ditemukanya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan disuatu rongga tubuh) di
telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:
1. Menggembungnya gendang telinga.
2. Terbatas/tidak gerakan gendang telinga.
3. Adanya bayangan cairan dibelakang gendang telinga.
4. Cairan yang keluar dari telinga.
C. Adanya tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan adanya
salah satu tanda berikut:
1. Kemerahan pada gendang telinga
2. Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.
Untuk mendiagnosis efusi telinga tengah umumnya digunakan pemakaian
otoskop atau otoskop pneumatik, bisa ditambah dengan timpanometri dan atau
reflektometri akustik. Otoskop pneumatik merupakan alat yang paling sering
digunakan untuk mendiagnosis Otitis Media Supuratif Akut. Dengan alat ini dapat
dinilai gambaran danmobilitas membran timpani yang merupakan indikator yang
baik.
Pada pemeriksaan otoskopi, tampak penonjolan pada kuadran belakang
atas gendang telinga dengan warna merah sampai kebiru-biruan dan kemudian
seringkali menjadi warna kekuning-kuningan. Tanda-tanda anatomis yang normal
16
pada maleus dan reflex cahaya menghilang dan seringkali terjadi perforasi
spontan genda telinga dengan keluarnya secret encer sampai sero-purulen.8
Penemuan pada otoskopi, mengindi-kasikan keberadaan efusi telinga
tengah dan inflamasi yang berhubung-an dengan Otitis Media Akut telah
dijelaskan secara baik. Biasanya ditemukan membran timpani yang menonjol atau
bulging, dan ini memiliki nilai prediktif tertinggi atas keberadaan efusi telinga
tengah. Saat dikombinasikan dengan warna dan mobilitas dari membran timpani,
bulging juga merupakan prediktor Otitis Media Akut Yang terbaik. Absensi atau
penurunan mobilitas dari membrane timpani selama dilakukan otoskopi
pneumatik ialah bukti tambahan adanya cairan di telinga tengah. Membran
timpani yang berubah menjadi opak atau keruh, selain yang disebabkan oleh luka,
juga merupakan penemuan pada Otitis Media Akut Dan biasanya diakibatkan oleh
edema dari membran timpani. Kemerahan membran timpani disebabkan oleh
inflamasi biasanya ditemukan dan harus dibedakan dari pink erythematous flush
yang disebabkan oleh menangis atau demam tinggi, yang biasanya intensitasnya
lebih sedikit dan hilang ketika anak sudah tenang. Pada kasus miringitis bulosa,
bula dapat didapatkan pada membran timpani. Jika ditemukan kesulitan untuk
mendeteksi keberadaan cairan di telinga tengah, pemakaian timpanometri atau
reflektometri akustik bisa membantu dalam menegakan diagnosis.2
Penatalaksanaan
Pengobatan OMSA tergantung pada stadium penyakitnya.2.
A. Pada stadium oklusi tujuannya adalah mengembalikan fungsi tuba
eustachius secepatnya. Untuk itu digunakan tetes hidung yang berfungsi
sebagai vasokonstriktor untuk mengatasi penyempitan tuba akibat edema.
Obat yang dapat digunakan adalah solution efedrin 1% untuk orang
dewasa dan 0.25-0.5% untuk bayi danak-anak. Obat lain untuk mengatasi
ISPA misalnya golongan aspirin.2
B. Pada stadium hiperemis, terapi yang di berikan adalah antibiotic, obat tetes
hidung dan analgetik. Antibiotic yang dianjurkan adalah golongan
ampicillin dan penisilin. Terapi awal diberikan penisilin intramuscular
17
agar didapatkan kosentrasi yang lebih adekuat di dalam darah, pemberian
dianjurkan selama 7 hari. Pada anak ampisilin diberikan dengan dosis
50100 mg/kgBB/hari, Dibagi dalam 4 dosis.2
C. Pada stadium supurasi, selain antibiotic, idealnya harus dilakukan
miringotomi, bila membrane masih utuh, sehingga rupture membrane
tympani dapat dihindari. Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars
tensa membrane timpani agar terjadi drainase secret dari telinga tengah ke
luar.6
D. Pada stadium perforasi sering terlihat secret banyak keluar, pengobatan
yang dilakukan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta
antibiotic yang adekuat.2
E. Pada stadium resolusi ini penderita sudah tidak memerlukan obat-obatan
lagi, karena ISPA juga sudah sembuh. Penderita disarankan untuk menjaga
kebersihan telinga, tidak boleh kemasukan air atau dikorek-korek guna
menghindari kekambuhan.2
Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Akut di Indonesia saat ini
berdasarkan algoritma penatalaksanaan yang dibuat oleh Perhati KL.
Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Akut di Amerika dibuat oleh American
Academy of Pediatrics (AAP) dan American Academy of Family Physicians
(AAFP) yang bekerja sama dengan Agency for Healthcare Research and Quality
(AHRQ).1
18
Pengobatan otitis media akut dalam stadium awal ialah analgetik, anti
piretik dan bila perlu dekongestan. Apabila anak berusiakurang dari 18 bulan atau
disertai demam tinggi dengan keadaan umum jelek (sakit berat) boleh diberikan
antibiotika. Kadang-kadang perlu dilakukan tindakan parasentesis. Tindakan
parasentesis atau tusukan gendang telinga akan segera menghilangkan rasa nyeri.
Tindakan parasentesis dapat dilakukan dengan anastesi umum, analgetik local
atau tanpa anastesi. Tempat untuk melakukan tusukan ialah kuadraan
posteroinferior gendang telinga.8
Gambar 6 Algoritma penatalaksanaan otitis media akut Perhati KL, 2007 (dikutip dari kepustakaan 1 )
19
Komplikasi
Pada Otitis Media Akut, komplikasi yang terjadi dapat berupa gangguan
pendengaran yang bersifat ringan dapat terjadi akibat efusi telinga tengah yang
persisten, biasanya konduktif dan bersifat sementara. Gangguan pendengaran
sensorineural dapat juga terjadi sebagai komplikasi dari Otitis Media Akut, tetapi
jarang sekali terjadi. Komplikasi lain adalah mastoiditis, petrositis, labirinitis dan
parese nervus fasialis. Di Negara-negara berkembang, infeksi supuratif seperti
mastoiditis dan meningitis tetap menjadi komplikasi yang penting Otitis Media
Akut, walaupun angka ini sudah jauh berkurang setelah adanya era antibiotik.
Pada kasus Otitis Media Akut yang telah diberi antibiotik, efusi di telinga tengah
dapat bertahan selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan , hal ini dapat
menyebabkan gangguan pendengaran yang dapat menyebabkan gangguan
perkembangan bicara, bahasa dan kognitif anak, terutama bila terjadi pada anak
usia di bawah 2 tahun.1
Komplikasi Otitis Media Supuratif Akut di bagi menjadi :
Komplikasi Intratemporal
Komplikasi di telinga tengah
Paresis nervus fasialis
Kerusakan tulang pendengaran
Perforasi membrane tymphani
Komplikasi ke ruang mastoid
Petrositis
Mastoiditis koalesen
Komplikasi ke telinga dalam
Labrinitis
Tuli saraf sensorineural
Komplikasi ekstratemporal
Komplikasi intracranial
Abses ekstradural
Abces subdural
Abses otak
20
Meningitis
Trombloflebilitis sinus lateralis
Hidrosefalus otikus
Komplikasi ekstrakranial
Abces retroaurikuler
Abses bezold
Abces zygomaticum
DAFTAR PUSTAKA
21
1. Umar.S, Prevalensi dan factor risiko otitis media akut pada anak-anak di
kotamadya Jakarta timur.Tesis,Fakultas kedokteran program pendidikan
dokter spesialis Bidang Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher, Jakarta,2013,1-30.
2. Wulandari Y, Perbedaan kadar interleukin 1-a serum darah vena antara
penderita otitis media supuratif kronis tipe jinak dan bahaya. Tesis, Program
pasca sarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010.
3. M. Catherine McEllistrem, Jennifer Adams1, Edward O. Mason2 and Ellen
R. Wald, Epidemiology of Acute Otitis Media Caused by Streptococcus
pneumoniae Before and After Licensure of the 7-Valent Pneumococcal
Protein Conjugate Vaccine, The Journal of Infectious Diseases Volume 188,
Issue 11Pp. 1679-1684.
4. Boeis L, penyakit telinga tengah, dalam Buku ajar penyakit THT, ed 6,
Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta, 1994.
5. John D Donaldson, Acute Otitis Media, available :
http://emedicine.medscape.com.
6. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
7. Sugianto, irwan A, Kelainan pada telinga, dalam Atlas berwarna Teknik
pemeriksaan kelainan hidung tenggorok, Penerbit Buku kedokteran EGC,
Jakarta, 2008.
8. Feenstra L, Van de broek P, ilmu kesehatan tenggorok hidung dan telinga
Edisi 12. Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta, 2010.
9. Priyono H, Restuti R, Iswara A, Handyastuti S, Komplikasi intratemporal
dan intracranial pada Otitis media akut anak, Departemen Ilmu Penyakit
Telinga Hidung Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta 2010.
10. Depkes, pharmaceutical Care untuk penyaki infeksi saluran pernapasan,
direktorat bina farmasi komunitas dan klinik, direktorat jenderal bina ke
farmasian dan alat kesehatan, Departemen Kesehatan RI, 2005.
22
Bagian Ilmu THT-KL
Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo
Referat
Januari 2014
23
OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT
OLEH :
Tri Ana Putra, S.Ked
K1A109067
PEMBIMBING:
dr. Nancy Sendra, Sp THT-KL
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015