Referat Tenia Imbrikata

24
TINEA IMBRIKATA Di susun Oleh : Indah Rohmawati 07310119 PEMBIMBING : Dr. Filiandini prasanti, Sp. KK SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI RSUD. EMBUNG FATIMAH BATAM

Transcript of Referat Tenia Imbrikata

Page 1: Referat Tenia Imbrikata

TINEA IMBRIKATA

Di susun Oleh :

Indah Rohmawati

07310119

PEMBIMBING :

Dr. Filiandini prasanti, Sp. KK

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

RSUD. EMBUNG FATIMAH BATAM

2013

KATA PENGANTAR

Page 2: Referat Tenia Imbrikata

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin-Nya makalah ini

dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dr.

filiandini prasanti, Sp.KK yang telah memberikan bimbingan sejak penyusun masuk ke SMF

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

Seperti pepatah “tak ada gading yang tak retak”, bertolak dari pepatah tersebut penyusun

menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk ini penyusun mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun dari pembaca agar kedepanya penyusun dapat memperbaiki dan

menyempurnakan kekurangan tersebut.

Batam, Januari 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

Page 3: Referat Tenia Imbrikata

Halaman

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

Latar belakang ................................................................................................................... 1

Tujuan penulisan .............................................................................................................. 2

BAB II DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 3

Definisi ............................................................................................................................... 3

Epidemiologi ...............………....................................................................................... 4

Etiologi ................................................................................................................... 5

Faktor risiko ................................................................................................................... 6

Patogenesis ......……………………………………………………………………….. 6

Manifestasi Klinik ........………………………………………………………………… 7

Diagnosa .........…….......................................................................................................... 13

Diagnosa banding ........…………………………………………………………………. 14

Pemeriksaan penunjang ............………………………………………………………….. 16

Penatalaksanaan ...........….................................................................................................. 17

BAB III KESIMPULAN ………….........……………………………………………… 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 20

Page 4: Referat Tenia Imbrikata

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tinea imbrikata adalah dermatofitosis superfisialis yang jarang terjadi,disebabkan oleh

Trichophyton concentricum antropofilik. Dermatofitosis didefinisikansebagai penyakit pada

jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneumpada epidermis, rambut dan

kuku yang disebabkan golongan jamur dermatofita.

Dermatofita dibagi menjadi genera Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton.

Golongan jamur ini mempunyai sifat mencerna keratin. Hingga kini dikenal sekitar 40spesies

dermatofita, masing-masing dua spesies  Epidermophyton, 17 spesies Microsporum dan 21

spesiesTrichophyton.1

 Di Indonesia penyakit ini ditemukan endemis di wilayah tertentu, antara lain Papua,

Sulawesi, Sumatra dan pulau-pulau bagian tengah Indonesia Timur, beberapa pulau di Pasifik

Selatan (Polinesia), Asia Tenggara, Amerika Tengah dan Selatan, dan Meksiko, dan paling

sering terlihat pada individu yang hidup dalam kondisi primitif dan terisolasi. Kerentanan

terhadap penyakit ini diduga diturunkan secara genetik dengan pola penurunan autosomal resesif.

Angka insidensi dermatofitosis pada tahun 1998 yangtercatat melalui Rumah Sakit Pendidikan

Kedokteran di Indonesia sangat bervariasi,dimulai dari prosentase terendah sebesar 4,8 %

(Surabaya) hingga prosentase tertinggi sebesar 82,6 % (Surakarta) dari seluruh kasus

dermatomikosis.

Pengobatan topikal pada dermatofita menjadi hal penting untuk diketahui olehtenaga

medis, sehingga memerlukan informasi terapi yang tepat tehadap setiap penyakitdermatofita.

Topikal berasal dari bahasa Yunani topikos yang artinya berkaitan dengandaerah permukaan

tertentu, seperti anti infeksi topikal yang dioleskan pada daerahtertentu di kulit dan yang hanya

mempengaruhi daerah yang dioles tersebut.1.2

Page 5: Referat Tenia Imbrikata

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui definisi, insidensi,etiologi,

epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, diagnosis, diagnosis banding,penatalaksanaan,

dan prognosis dari penyakit tinea imbrikata.

Page 6: Referat Tenia Imbrikata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tinea imbrikata adalah mikosis superfisial kronis yang disebabkan oleh Trichophyton

concentricum sebuah dermatofit antropofilik. Sumber lain menyebutkan, bahwa tinea imbrikata

adalah infeksi jamur superfisial yang menyerang kulit dengan gambaran khas berupa skuama

kasar yang tersusun konsentris sehingga tampak seperti atap genting. 4,5 Sinonim dari penyakit ini

ialah Ring worm, tokelau, kaskado.5

2.2 Epidemiologi

  Di Indonesia penyakit ini ditemukan endemis di wilayah tertentu, antara lain Papua,

Sulawesi, Sumatra dan pulau-pulau bagian tengah Indonesia Timur, beberapa pulau di Pasifik

Selatan (Polinesia), Asia Tenggara, Amerika Tengah dan Selatan, dan Meksiko, dan paling

sering terlihat pada individu yang hidup dalam kondisi primitif dan terisolasi. Kerentanan

terhadap penyakit ini diduga diturunkan secara genetik dengan pola penurunan autosomal resesif.

Angka insidensi dermatofitosis pada tahun 1998 yangtercatat melalui Rumah Sakit Pendidikan

Kedokteran di Indonesia sangat bervariasi,dimulai dari prosentase terendah sebesar 4,8 %

(Surabaya) hingga prosentase tertinggi sebesar 82,6 % (Surakarta) dari seluruh kasus

dermatomikosis.

2.3 Etiologi

Tinea imbrikata atau Tokelau adalah mikosis superfisial disebabkan oleh Trichophyton

concentricum, sebuah dermatofit antropofilik. Dermatofita dibagi menjadi genera Microsporum,

Trichophyton dan Epidermophyton.6

 Pada Trichophyton secara mikroskopik ditemukan hifa bersepta / bersekat,hifa spiral,

ditemukan makrokonidia berbentuk gada berdinding tipis terdiri dari 6 – 12sel juga ditemukan

mikrokonidia yang bentuknya seperti tetes air. Secara makroskopik ditemukan koloni yang kasar

berserbuk / radier pada bagian tengah menonjol.

Page 7: Referat Tenia Imbrikata

Contoh :

Trichophyton mentagropytes.

Trichophyton rubrum.

Trichophyton concentricum adalah jamur antropofilik yang pertumbuhannya lambat dan

menyebabkan penyakit kulit kronis, luas, non-inflamasi. Tinea corporis dikenal sebagai tinea

imbrikatakarena cincin konsentris dari skuama yang dihasilkannya.7

Tabel 1. Types of Dermatophytes Based On Mode Of Transmission8

Category Mode Of Transmission Typical Clinical Features

Antropofilik Manusia ke manusia Ringan, Tanpa Inflamasi,

kronik, kambuh-kambuhan

Zoofilik Hewan ke manusia Inflamasi hebat, akut

(mungkin pustule, dan

vesikel), sembuh jarang

kambuh

Geofilik Tanah ke manusia atau hewan Akut, Inflamasi sedang,

sembuh jarang akut

Gambar 1. Trichophyton concentricum

Page 8: Referat Tenia Imbrikata

2.4. Faktor Risiko

Timbulnya kelainan-kelainan di kulit tergantung dari beberapa faktor :11

1. Faktor virulensi dari dermatofita

Virulensi ini tergantung pada afinitas jamur itu, apakah jamur Antropofilik,Zoofilik atau

Geofilik. Selain afinitas ini masing-masing jenis jamur ini berbeda pulasatu dengan yang lain

dalam afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh.

Misalnya : Trikofiton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermatofiton vlokosum

paling sering menyerang lipat pada bagian dalam.

2. Faktor trauma

Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang jamur.

3. Faktor-suhu dan kelembaban

Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak padalokalisasi atau

lokal, di mana banyak keringat seperti lipat paha dan sela-sela jari paling sering terserang

penyakit jamur ini.

4. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan

Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur di mana terlihat insidenpenyakit

jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah, penyakit ini lebihsering ditemukan

dibanding golongan sosial dan ekonomi yang lebih baik.

5. Faktor umur dan jenis kelamin

Penyakit Tinea kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkanorang dewasa,

dan pada wanita lebih sering ditemukan infeksi jamur di sela-sela jaridibanding pria dan hal ini

banyak berhubungan dengan pekerjaan. Di samping faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor

lain seperti faktor perlindungan tubuh (topi, sepatudan sebagainya) , faktor transpirasi serta

pemakaian pakaian yang serba nilan, dapatmempermudah penyakit jamur ini.

Page 9: Referat Tenia Imbrikata

2.5. Patogenesis

Transmisi dermatofit ke manusia dapat melalui 3 sumber, masing-masing memberikan

gambaran tipikal. Karena dermatofit tidak memiliki virulensi secara khusus dan khas hanya

menginvasi bagian luar stratum korneum dari kulit. Lingkungan kulit yang sesuai merupakan

faktor penting dalam perkembangan klinis dermatofitosis. Infeksi alami disebabkan oleh deposisi

langsung spora atau hifa pada permukaan kulit yang mudah dimasuki dan umumnya tinggal di

stratum korneum, dengan bantuan panas, kelembaban dan kondisi lain yang mendukung seperti

trauma, keringat yang berlebihdan maserasi juga berpengaruh.9

 Pemakaian bahan yang tidak berpori akan meningkatkan temperatur dan keringat

sehingga mengganggu fungsi barier stratum korneum. Infeksi dapat ditularkan melaluikontak

langsung dengan individu atau hewan yang terinfeksi, benda-benda seperti pakaian, alat-alat dan

lain-lain. Infeksi dimulai dari terjadinya kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya dalam jaringan

keratin yang mati. Hifa ini memproduksi enzimkeratolitik yang mengadakan difusi ke dalam

jaringan epidermis dan merusak keratinosit.10

  Setelah masa perkembangannya (inkubasi) sekitar 1-3 minggu respon jaringanterhadap

infeksi semakin jelas dan meninggi yang disebut ringworm, yang menginvasi bagian perifer

kulit. Respon terhadap infeksi, dimana bagian aktif akan meningkatkan proses proliferasi sel

epidermis dan menghasilkan skuama. Banyak individu dalam populasi yang terinfeksi

menunjukkan agen T-cell spesifik yang hiporeaktif dari jamur.

Itu juga telah mengasumsikan bahwa kerentanan dalam populasi ini dapat diwariskan

sebagai sifat resesif autosomal. Pada masa inkubasi, dermatofit tumbuh dalam stratum korneum,

kadang-kadang disertai tanda klinis yang minimal. Pada carier, dermatofit pada kulit yang

normal dapat diketahui dengan pemeriksaan KOH atau kultur.10

Page 10: Referat Tenia Imbrikata

Gambar 2. Koloni Trichophyton concentricum setelah 4 minggu pada agar

kentang dekstrosa

2.6 Manifestasi Klinis

Tinea imbrikata mulai dengan bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan-lahan menjadi

besar. Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar. Proses ini setelah

beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran skuama

yang konsentris. Bila dengan jari tangan kita meraba dari bagian tengah kea rah luar, akan teraba

jelas skuama yang menghadap kedalam. Lingkaran-lingkaran skuama konsentris bila menjadi

besar dapat bertemu dengan lingkaran-lingkaran di sebelahnya sehingga membentuk pinggir

yang polisiklik. Pada permulaan infeksi pasien dapat merasa sangat gatal, tapi bila menahun

tidak ada keluhan. Pada kasus menahun, lesi kulit kadang-kadang dapat menyerupai iktiosis.

Kulit kepala pasien dapat terserang, akan tetapi rambut biasanya tidak.12

Sumber lain menyebutkan, tinea imbrikata biasanya menyerang seluruh permukaan kulit

berupa lingkaran-lingkaran yang bersisik kasar dan tampak menyerupai lingkaran lingkaran

bermata satu (polisiklik). Sisik-sisik melingkar yang satu menutup yang lain seperti lapisan

genting, dapat disertai perasaan gatal. Lokasi yang terserang biasanya diseluruh tubuh.

Efloresensinya berupa makula berwarna seperti kulit normal,berbentuk lingkaran dan ditutupi

sisik kasar, atau beberapa lingkaran dapat menyatu(polisiklis); skuama saling menindih seperti

susunan atap genting. Khasnya polisiklik,makula papulo skuamous, tersusun cincin yang

Page 11: Referat Tenia Imbrikata

konsentris, meluas ke seluruh badan,stratum korneum terlepas dan tepi bebasnya menghadap

tengah. 10

Gambar 4. Bentuk klinis tinea imbrikata

Gambar 3. Bentuk klinis tinea imbrikata pada warga papua

Page 12: Referat Tenia Imbrikata

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Dalam patogenesisnya, jamur patogen akan menyebabkan kelainan pada kulitsehingga

atas dasar kelainan kulit inilah kita dapat membangun diagnosis. Akan tetapikadang temuan

efloresensinya tidak khas atau tidak jelas, sehingga diperlukanpemeriksaan penunjang dan

diagnosis menjadi lebih tepat. Pemeriksaan mikroskopik langsung terhadap bahan

pemeriksaan merupakan pemeriksaan yang cukup tepat,berguna dan efektif untuk

mendiagnosis infeksi jamur. Pemeriksaan KOH merupakanpemeriksaan tunggal yang paling

penting untuk mendiagnosis infeksi dermatofit secaralangsung dibawah mikroskop dimana

terlihat hifa diantara material keratin.13

 Gambar 5. Percabangan hifa dalam KOH mount, dengan pewarna biru ditambahkanuntuk

warna (pembesaran asli, X400).

2.8 Diagnosis

Diagnosis ditetapkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis dan lokasinya atau

pemeriksaan sediaan langsung kerokan lesi dengan larutan KOH 10-20%, dipanasi sebentar

tidak sampai mendidih. Dapat ditemukan hifa yaitu double counture (dua garislurus sejajar

dan transparan), dikotomi (bercabang dua) dan bersepta. Antrokonidia yaituderetan spora di

ujung hifa. KOH (-) tidak menyingkirkan diagnosis bila klinis menyokong. Kultur dilakukan

Page 13: Referat Tenia Imbrikata

dengan media Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA) + khloramfenikol + sikloheksimid

(Actidion) : Mycobiotik, Mycosel, tumbuh rata-rata 10-14 hari. Biakan skuama pada media

Sabouraud’s Dextrose Agar menghasilkan koloniragi.14

2.9 Diagnosis Banding

Tinea imbrikata merupakan varian dari tinea korporis. Gejala klinisnya sulitdibedakan

dengan beberapa kelainan kulit yang lainnya, antara lain dermatitis kontak,dermatitis

seboroik, dan psoriasis. Untuk alasan ini, tes laboratorium sebaiknyadilakukan. kelainan kulit

pada dermatitis seboroik selain dapat menyerupai tineakorporis, biasanya dapat terlihat pada

tempat-tempat predileksinya, misalnya dikulitkepala, lipatan-lipatan kulit yaitu belakang

telinga, nasolabial dan sebagainya.15

Psoriasis dapat dikenal dari kelainan kulit yang mempunyai tempat predileksiyaitu di

daerah ekstensor, misalnya lutut, siku, dan punggung. Pemeriksaanlaboratoriumlah yang

dapat memastikan diagnosisnya. 15

2.10 Penatalaksanaan

1. Obat Topikal

Pengobatan topical merupaan pilihan utama. Efektivitas obat topical dipengaruhi oleh

mekanisme kerja, viskositas, hidrofobisitas dan asiditas formulasi obat tersebut.

Ketoconazole adalah suatu derivat imidazole-dioxolane sintetis yang memiliki aktivitas

antimikotik yang poten terhadap dermatofit, misalnya Tricophyton sp,Epidermophyton

floccosum, Pityrosporum sp, dan juga terhadap Candida sp.Ketoconazole bekerja dengan

menghambat enzim sitokrom P450 jamur, dengan mengganggu sintesis ergosterol yang

merupakan komponen penting dari membran sel jamur.16

Indikasi ketoconazol adalah untuk penggunaan topikal pada pengobatan infeksi

dermatofit pada kulit, seperti tinea korporis, tinea kruris, tinea manus, dan tinea pedisyang

disebabkan oleh Tricophyton rubrum, Tricophyton mentagrophytes, Mycosporumcanis,

Epidermophyton floccosum, juga pengobatan pada kandidosis kutis dan tineaversikolor.

Page 14: Referat Tenia Imbrikata

Kontra Indikasi adalah penderita yang hipersensitif terhadap ketoconazoleatau salah satu

komponen obat ini, wanita hamil, dan anak usia di bawah 2 tahun.16

 Dioleskan 1x sehari pada daerah yang terinfeksi dan sekitarnya. Pengobatan harus

dilanjutkan untuk beberapa waktu, sedikitnya sampai beberapa hari setelah gejala-gejala

hilang. Lama pengobatan 3-4 minggu. Diagnosis harus dipertimbangkan kembali jika tidak

ada perbaikan setelah 4 minggu pengobatan. 16

Efek samping pada pemakaian ketoconazole ini adalah sedikit iritasi dan rasa panas. Atau

alergi kulit lokal, dermatitis kontak karena ketoconazole cream atau salah satu komponen

obat seperti natrium sulfit atau propilene glikol (jarang). Kemasan ketoconazole cream 2%,

tube 5 gram dan 10 gram.18

2. Terapi Oral

Terapi oral seperti yang disebut pada table dibawah ini :

Tabel 2. Pilihan terapi oral untuk infeksi jamur kutaneus.16

Infeksi Rekomendasi Alternatif

Tinea corporis - Griseovulfin 500

mg/hari sampai sembuh

(4-6 minggu) sering kali

dikombinasi dengan

agen imidazol topikal

- Terbinafin 250 mg/hari selama

2-4 minggu.

- Itraconazole 100 mg/hari

selama 2 minggu atau 200

mg/hari selama 1 minggu

- Fluconazole 150-300 mg/hari

selama 4 minggu

Page 15: Referat Tenia Imbrikata

BAB III

KESIMPULAN

Tinea imbrikata adalah mikosis superfisial kronis yang disebabkan oleh Trichophyton

concentricum sebuah dermatofit antropofilik. Transmisi dermatofit ke manusia dapat melalui

infeksi alami disebabkan oleh deposisi langsung spora atau hifa pada permukaan kulit yang

mudah dimasuki dan umumnya tinggal di stratum korneum, dengan bantuan panas,

kelembaban dan kondisi lain yang mendukung seperti trauma, keringat yang berlebihdan

maserasi juga berpengaruh.

Gejala klinis Tinea imbrikata mulai dengan bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan-

lahan menjadi besar. Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar.

Proses ini setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah, sehingga terbentuk

lingkaran-lingkaran skuama yang konsentris. Pada permulaan infeksi pasien dapat merasa

sangat gatal, tapi bila menahun tidak ada keluhan.

Diagnosis ditetapkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis dan lokasinya atau

pemeriksaan sediaan langsung kerokan lesi dengan larutan KOH 10-20%, dapat ditemukan

hifa yaitu double counture (dua garislurus sejajar dan transparan), dikotomi (bercabang dua)

dan bersepta.

Pengobatan topical merupaan pilihan utama. Efektivitas obat topical dipengaruhi oleh

mekanisme kerja, viskositas, hidrofobisitas dan asiditas formulasi obat tersebut.

Page 16: Referat Tenia Imbrikata

DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja, U.2010. Mikosis, dalam Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisah, S. (eds),Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin, 4thed, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,Jakarta :

89 – 105.

2. Adiguna, M.S.2001. Epidemiologi Dermatomikosis Di Indonesia, dalamBudimulja, U.,

Kuswadji., Bramono, K., Menaldi, S.L., Dwihastuti, P. dan Widaty,S. (eds),

Dermatomikosis Superfisialis Pedoman Untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran, Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta : 1-6.

3. Dorland, 2007.Kamus Kedokteran Dorland,dalam Harjono, R.M., Oswari, J.,Ronardy,

D.H., Santoso, K., Setio, M., Soenarno, Widianto, G., Wijaya, C. dan Winata, I. (eds),

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 2007

4. R. Non , Lemuel Benedict, 2009,Tinea Imbricata: Case Series on Three Patients

inSarangani, Philippines, The National Health Science Journal.

5.  Siregar,R.S.2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi

kedua.EGC. Jakarta.

6. Madani, F., 2000, Infeksi Jamur Kulit , dalam Harahap, M. (ed), Ilmu Penyakit

Kulit,Penerbit Hipokrates, Jakarta : 73– 87.

7. Dismukes, William E., 2003,Clinical Mycologi,Published by Oxford University Press,

Inc.198 Madison Avenue, New York, New York 10016 http://www.oup-usa.org   : 371

8. Suyoso, Sunarso. 2005.Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,

edisi ketiga. Airlangga University Press.Surabaya

9. Sobera JO, Elewski BE. Fungal Disease. In : Bolognia JL, Jorizzo JL, RaiiniRP,

editors. Dermatology. Spain : Elsevier Science; 2003. p.1174-83.

10. Rushing ME. Tinea corporis. Online journal. 2006 June 29; available

from:http://www.emedicine.com/asp/tinea corporis/article/page type=Article.htm

Page 17: Referat Tenia Imbrikata

11. Boel, Trelia, Drg. M.kes, 2003, Mikosis Superfisial, Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara, Digitized by USU Digital Library.

12. Mansjoer, arif. et al.2007. Kapita Selekta jilid 2, edisi ketiga. Media Aesculapius FKUI.

Jakarta

13.  Goedadi MH, Suwito PS. Tinea korporis dan tinea kruris. In : Budimulja U, Kuswadji,

Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors.  Dermatomikosis superfisialis.

Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2004.p.31-4

14. Barakbah,Jusuf. et al.2007. Atlas Penyakit Kulit Dan Kelamin. Airlangga

UniversityPress. Surabaya

15. Budimulja U. Mikosis. In : Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S. editors. Ilmu penyakit kulit

dan kelamin. 3rded. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2002.p.92-3

16. Micology Online . [2004] Dermatophytosis [Online]. Tersedia :http : // www .mycology

.adelaide.edu.au/ [Diakses 4 Mei 2005]17.Crissey, John Thorne, MD. 1955. Medical

Mycology. By Blackwell Science. Libraryof Congress Cataloging-in-Publication Data.