Referat Tatalaksana Gizi Buruk

download Referat Tatalaksana Gizi Buruk

of 20

description

Gibur

Transcript of Referat Tatalaksana Gizi Buruk

REFERAT

TATALAKSANA GIZI BURUK PADA ANAK

Pembimbing:

dr. Edward Surjono, Sp. A

oleh:

Clara Junita 2013.061.046

Melisa Putri 2014.061.141KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA

Periode 11 Januari 13 Maret 2016

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Malnutrisi merupakan suatu kondisi akut atau kronis dimana terjadi defisiensi atau ketidakseimbangan energi, protein dan nutrien lainnya yang menimbulkan gangguan fungsi tubuh dan menimbulkan manifestasi klinis.1 Keadaan gizi buruk berdampak terhadap angka kesakitan dan kematian serta terhadap pertumbuhan, perkembangan intelektual, produktivitas. Anak balita merupakan populasi yang paling rentan mengalami masalah gizi buruk. Pada usia tersebut anak seharusnya banyak mendapatkan asupan gizi yang cukup, karena usia ini anak sedang mengalami perkembangan. Keterlambatan dalam penanganan masalah gizi buruk pada anak dapat berakibat kerusakan yang sulit ditangani dan jika dibiarkan akan berdampak buruk terhadap tumbuh kembang.1,4 Indonesia termasuk salah satu negara yang masih dalam taraf perkembangan atau disebut dengan negara berkembang. Tidak jauh berbeda dengan negara berkembang lain di dunia, Indonesia juga sering menghadapi berbagai masalah salah satunya kesehatan dan gizi. Gizi buruk, terutama pertumbuhan yang terhambat merupakan sebuah masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia.2 Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan Laporan Survei Departemen Unicef tahun 2005, dari 343 kabupaten/kota di Indonesia penderita gizi buruk sebanyak 169 kabupaten/kota tergolong prevalensi sangat tinggi dan 257 kabupaten/kota lainnya prevalensi tinggi. 2,3 Masalah ini mendapat perhatian dari berbagai pihak, seperti pemerintah, dinas sosial, dinas kesehatan maupun masyarakat. Dalam jangka pendek penderita gizi buruk meningkatkan angka morbiditas dan dampak jangka panjang adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia generasi mendatang dilihat dari kecerdasan, kreativitas, dan produktivitas. Penelitian yang dilakukan Amelia dkk terhadap anak yang pernah mengalami gizi buruk diketahui rata-rata IQ anak yang pernah mengalami gizi buruk pada usia dini lebih rendah 13,7 poin dibandingkan anak yang tidak pernah mengalami gangguan gizi4.Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi bangsa dalam menciptakan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, produktif. Petugas kesehatan harus mampu mengatasi kasus gizi buruk secara cepat, tepat dan profesional Penulis. Mengingat pentingnya pengetahuan dan pemahaman tentang gizi buruk, terutama mengenai penatalaksanaanya, maka penulis tertarik untuk membuat referat mengenai tatalaksana gizi buruk pada anak.

1.2 Tujuan Umum

Diketahuinya tatalaksana gizi buruk pada anak

1.3 Tujuan Khusus

1.3.1 Diketahuinya definisi dan klasifikasi gizi buruk1.3.2 Diketahuinya cara menentukan status gizi pada anak

1.3.3 Diketahuinya patofisiologi dan manifestasi klinis gizi buruk pada anak

1.3.4 Diketahuinya cara mendiagnosa gizi buruk pada anak

1.3.5 Diketahuinya komplikasi gizi buruk dan penanganannya

1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kegunaan baik secara teoritis maupun praktis.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang dapat dilihat untuk mengetahui apakah seseorang tersebut normal atau bermasalah. Gizi salah adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan dan atau keseimbangan zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, kecerdasan dan aktivitas atau produktivitas5. Status gizi juga dapat merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang dimasukkan ke dalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi tersebut6. 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Status gizi buruk dapat dipengaruhi oleh asupan makanan yang kurang dan anak sering sakit atau terkena infeksi. Selain itu, gizi buruk dipengaruhi oleh faktor lain seperti sosial ekonomi, kepadatan penduduk, kemiskinan, dan lain-lain. A. Faktor utama penyebab gizi buruk pada anak1. Peranan diet

Anak sering tidak cukup mendapatkan makanan bergizi seimbang terutama dalam segi protein dan karbohidratnya. Diet yang mengandung cukup energi tetapi kurang protein akan menyebabkan anak menjadi penderita kwashiorkor, sedangkan diet kurang energi walaupun zat gizi esensialnya seimbang akan menyebabkan anak menjadi penderita marasmus. Pola makan yang salah seperti pemberian makanan yang tidak sesuai usia akan menimbulkan masalah gizi pada anak. 72. Peranan penyakit atau infeksi

Penyakit atau infeksi menjadi penyebab kedua terbesar setelah asupan makanan yang tidak seimbang. Tingkat kesadaran akan kebersihan diri di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia masih kurang. Infeksi kronik akan menyebabkan anak menjadi kurang gizi yang pada akhirnya memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan tubuh sehingga memudahkan terjadinya infeksi baru pada anak. 7B. Faktor lain penyebab gizi buruk pada anak1. Peranan Sosial EkonomiTidak tersedianya makanan yang adekuat terkait langsung dengan masalah sosial ekonomi dan kemiskinan. Data di Indonesia dan negara lain menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara kurang gizi dengan masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat terutama masalah kemiskinan yang pada akhirnya mempengaruhi ketersediaan makanan serta keragaman makanan yang dikonsumsic.7 2. Peranan Kepadatan Penduduk

Dalam kongres tahun 1974, World Food Organization memaparkan bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan bertambahnya persediaan pangan maupun bahan makanan setempat yang memadai merupakan sebab utama krisis pangan. 72.3 Patofisiologi

Malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu: tubuh sendiri (host), agent(kuman penyebab), environment (lingkungan). Faktor diet memang memegang peranan penting, namun faktor lainnya juga ikut menentukan. Marasmus adalah compensated malnutrition atau sebuah mekanisme adaptasi tubuh terhadap kekurangan energi dalam waktu yang lama. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok dan energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan. Karbohidrat dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, tetapi kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama kurangnya intake makanan, jaringan lemak akan dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Setelah lemak tidak dapat mencukupi kebutuhan energi, maka otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan. Pada akhirnya setelah semua tidak dapat memenuhi kebutuhan akan energi lagi, protein akan dipecah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Proses ini berjalan menahun, dan merupakan proses adaptasi terhadap ketidakcukupan asupan energi dan protein. 72.4 Antropometri

Pengukuran antropometri dilakukan dengan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi/panjang badan. Selanjutnya dilakukan ploting pada grafik dengan tiga indikator pertumbuhan anak (TB/U atau PB/U, BB/U, BB/PB, BB/PB atau BB/TB). 2.5Penentuan Status Gizi Anak

Penimbangan berat badan (BB) dan pengukuran panjang badan (PB)/tinggi badan(TB) dilakukan dengan cara yang benar dan menggunakan timbangan yang telah ditera secara berkala. Pemeriksaan fisik terhadap keadaan umum dan tanda spesifik khususnya defisiensi mikronutrien harus dilakukan. Penentuan status, gizi dilakukan berdasarkan BB/TB atau BB/PB. Grafik pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan ialah grafik WHO 2006 untuk anak kurang dari 5 tahun dan grafik CDC 2000 untuk anak lebih dari 5 tahun. Tabel 2.1 Penentuan status gizi menurut kriteria waterlow, WHO 2006 dan CDC 2000

Status GiziBB/TB WHO 2006BB/TB (% median)IMT CDC 2000

Obesitas> +3 SD> 120> P95

Overweight> +2 hingga +3 SD> 110P85-P99

Normal+2 SD hingga -2 SD> 90

Gizi Kurang< -2 hingga -3 SD70 90

Gizi Buruk< -3 SD< 70

2.6 Diagnosis Gizi Buruk

2.6.1 Kriteria Anak Gizi Buruk8

Gizi buruk tanpa komplikasi

a. BB/TB < -3 SD dan atau;

b. Terlihat sangat kurus dan atau;

c. Adanya edema dan atau;

d. LILA 160 x/menit (< 1 tahun)

HR > 140 x/menit ( >1 tahun)

Disertai peningkatan

Pernafasan 5 x/menitInfeksi atau gagal jantung (kemungkinan karena overhidrasi pada saat pemberian makan atau rehidrasi terlalu cepat)

PernafasanPernafasan cepat:

> 60 x/menit untuk anak usia < 2 bulan

> 50 x/menit untuk anak usia 2-12 bulan

> 40 x/menit untuk anak usia 12 bulan sampai 5 tahunPneumonia

Suhu Setiap kenaikan atau penuruann secara tiba-tibaSuhu aksiler < 36 C atau teraba dinginInfeksiHipotermia (mungkin karena infeksi atau tidak makan sama sekali atau anak tidak diselimuti)

(Sumber: Departemen Kesehatan 2011)Bila terjadi peningkatan denyut nadi, pernafasan dan suhu, lihat tanda-tanda lain seperti:

- anoreksia

- letargis

- sklera ikterik

- sianosis

- sesak nafas, nafas cuping hidung, retraksi otot-otot dada dan suprasternal

- perut kembung

- perubahan berat badan yang berlebihan (peningkatan/penurunan)

- muntah terus

- bercak merah pada kulit (ruam)

2.7 Tatalaksana Anak Gizi Buruk2.7.1 Alur Pemeriksaan dan Langkah untuk Menangani Gizi Buruk

Berikut adalah alur pemeriksaan yang dapat digunakan untuk menentukan langkah-langkah yang dilakukan dalam menangani penemuan kasus anak gizi buruk:

Gambar 2.4 Alur Pemeriksaan dan Langkah untuk Menangani Gizi Buruk(Sumber: Departemen Kesehatan 2011)2.7.2 Fase dalam Penatalaksanaan Gizi Buruk

Tatalaksana gizi buruk terdiri dari empat fase yaitu :

1. Fase stabilisasi (hari 1 2)

Pada fase stabilisasi, diberikan makanan formula 75 (F-75) dengan asupan gizi 80-100 kkal/kgBB/hari dan protein 1-1,5 g/KgBB/hari. ASI tetap diberikan pada anak yang masih mendapatkan ASI.

2. Fase transisi (hari 3 7)

Pada fase transisi ada perubahan pemberian makanan dari F-75 menjadi F-100. Diberikan makanan formula 100 (F-100) dengan asupan gizi 100-150 kkal/kgBB/ hari dan protein 2-3 g/kgBB/hari.

3. Fase rehabilitasi (minggu ke 2 6)

Pada fase rehabilitasi, diberikan makanan seperti pada fase transisi yaitu F-100, dengan penambahan makanan untuk anak dengan BB < 7 kg diberikan makanan bayi dan untuk anak dengan BB > 7 kg diberikan makanan anak. Asupan gizi 150-220 kkal/kgBB/hari dan protein 4-6 g/kgBB/hari.

4. Fase tindak lanjut (minggu ke 7 26)

Fase tindak lanjut merupakan fase yang dilakukan di rumah. Setelah anak pulang dari pusat pemulihan gizi (PPG), anak tetap dikontrol secara berkala. Anak tetap melakukan kontrol (rawat jalan) pada bulan I satu kali/ minggu, bulan II satu kali/ 2 minggu, selanjutnya sebulan sekali sampai dengan bulan ke-6.

2.7.3 Sepuluh Langkah Esensial Penanganan Gizi Buruk

Terdapat 10 langkah esensial dalam penanganan gizi buruk.

Gambar 2.4 Fase Penatalaksanaan Gizi Buruk(Sumber: Departemen Kesehatan 2011)

1. Mencegah dan mengatasi hipoglikemia

Hipoglikemia dan hipotermia biasanya muncul bersamaan, dan merupakan tanda dari infeksi. Hipoglikemia merupakan suatu keadaan dimana kadar glukosa sangat rendah ( -2 SD dan tidak ada gejala klinis dan memenuhi kriteria pulang sebagai berikut8:

Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar dan aktif

BB/PB atau BB/TB > -3 SD

Komplikasi sudah teratasi

Ibu telah mendapat konseling gizi

Ada kenaikan BB sekitar 50 g/kgBB/minggu selama2 minggu berturut-turut

Selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan.

2.8Komplikasi Gizi Buruk

2.8.1 Gangguan perkembangan

Gangguan gizi dapat menimbulkan gangguan pada perkembangan anak. Marshal dan Heywood dalam penelitiannya menunjukkan bahwa gangguan pertumbuhan pada usia anak-anak awal dapat menimbulkan gangguan perkembangan motorik.

Gambar 2. Usia Prediksi Perkembangan Motorik Menurut Milesstones(sumber: WHO 2004)

2.8.2 Penyakit penyerta

Selain mempengaruhi status perkembangan, keadaan gizi buruk dapat menyebabkan anak mendapatkan penyakit penyerta diantaranya adalah:

Gangguan pada mata akibat kekurangan vitamin A

Gangguan pada kulit (dermatosis)

Diare persisten Anemia berat

Tuberkulosis

Malaria

Beberapa penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa keadaan gizi buruk dapat meningkatkan angka kematian pada beberapa penyakit infeksi.

Gambar Proporsi angka mortalitas pada anak balita (Sumber: WHO 2004)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gizi buruk merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak ditemukan pada negara-negara berkembang seperti Indonesia. Prevalensi tertinggi adalah pada anak-anak di bawah umur lima tahun (Balita) dan ibu yang sedang mengandung atau menyusui. Pada kondisi ini ditemukan berbagai macam keadaan patologis yang disebabkan oleh kekurangan energi dan protein dalam tingkat yang bermacam-macam. Akibat dari kondisi tersebut, ditemukan malnutrisi dari derajat yang ringan hingga berat. Pada keadaan yang sangat ringan tidak ditemukan kelainan dan hanya terdapat pertumbuhan yang kurang atau tidak sesuai usia. Pada keadaan yang berat ditemukan gejala-gejala klinis. Dalam menentukan status gizi tersebut dilakukan pengukuran antropometri terhadap BB dan TB atau PB. Berdasarkan pengukuran tersebut makan derajat malnutrisi dapat dikalsifikasikan. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk pada anak-anak, terutama adalah peranan diet sehari-hari yang tidak mencukupi kebutuhan gizi sseimbang anak pada usia pertumbuhan, adanya penyakit penyerta yang memperburuk keadaan gizi serta peranan sosial ekonomi terutama kemiskinan dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Terdapat empat fase dalam tatalaksana gizi buruk, yaitu fase stabilisasi (hari ke 1-2), fase transisi (hari ke 3-7), fase rehabilitasi (minggu ke2-6) dan fase tindak lanjut (minggu ke 7-26). Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan anak dengan gizi buruk. Sepuluh langkah penting dalam penatalaksanaan gizi buruk adalah: (1) mencegah dan mengatasi hipoglikemia; (2) mencegah dan mengatasi hipotermia; (3) mencegah dan mengatasi dehidrasi; (4) memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit; (5) mengobati infeksi; (6) memperbaiki kekurangan zat gizi mikro; (7) memberikan makanan untuk stabilisasi dan transisi; (8) memberikan makanan untuk tumbuh kejar; (9) memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang; (10) mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah. Kondisi gizi buruk dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak serta munculnya penyakit penyerta yang tidak ringan dan dapat meningkatkan angka mortalitas pada penyakit-penyakit tertentu.3.2 Saran

Anak-anak dalam masa tumbuh kembang, terutama balita harus mendapatkan gizi yang cukup dan seimbang untuk tumbuh kembangnya.

Petugas kesehatan bersama pemerintah harus berusaha meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai gizi seimbang dan tumbung kembang, baik melalui promosi kesehatan ataupun edukasi kepada orang tua. Orang tua harus lebih memperhatikan asupan anak-anaknya apakah makanan yang diberikan sudah mencukupi nutrisi yang dibutuhkan dalam masa tumbuh kembangnya. Selain itu, orang tua sebaiknya memeriksakan anak-anaknya ke pusat kesehatan terdekat seperti posyandu atau puskesmas secara rutin untuk memantau tumbuh kembang anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Jonkers C, Kouwenoord K, et al. Guideline screening and treatment of malnutrition. Dutch Malnutrition Steering Group: Amsterdam; 2011

2. UNICEF Indonesia. Laporan Tahunan 2012.

3. Badan Pusat Statistik (BPS). Balita (0-59) bulan menurut status gizi, tahun 1998-2005. available from www.bps.go.id [diunduh tanggal 26 Januari 2016]

4. Amelia, Karyadi L, Muljati S, dkk. Dampak kekurangan gizi terhadap kecerdasan anak SD pasca pemulihan gizi buruk. The Journal of Nutririon and Food Research. 1995; 8:1-16

5. Siswanto, Hadi, et al. Berapa besar masalah gizi di Indonesia dan bagaimana menanggulanginya?. Jurnal data dan informasi kesehatan: 2011; vol 1(1):9

6. Supriasa, I Dewa Nyoman, Bakri B, Fajar I. Penilaian Status Gizi. Jakarta; EGC: 2001.

7. Behrman RE, RM Kliegman, HB Jenson. Food Insecurity, Hunger, and Undernutrition in Nelson Textbook of Pediatric. Ed ke-18:2004;225-232

8. Kemenkes RI. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Buku I. Depkes RI: Jakarta; 2011

9. Kemenkes RI. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Buku II. Depkes RI: Jakarta; 2003

10. Guidelines for the inpatient treatment of severly malnourished children [intenet]. WHO.[cited 2016 Jan 22]. Available from: http://www.who.int/nutrition/publications/guide_inpatient_text.pdf11. Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Depkes RI: Jakarta; 2011