Referat Talak Ileus Obst- Revisi Dr Ferdi

download Referat Talak Ileus Obst- Revisi Dr Ferdi

of 30

description

jkajdndjad

Transcript of Referat Talak Ileus Obst- Revisi Dr Ferdi

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGHambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen atau oleh gangguan peristaltik. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik. Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada obstruksi usus harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi adhesi, dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau askariasis adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi.1Pada bayi dan neonatus, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh cacat lahir massa yang keras dari isi usus (mekonium) dan volvulus. Invaginasi merupakan penyebab tersering dari obstruksi usus akut pada anak, dan sumbatan usus akut ini merupakan salah satu tindakan bedah darurat yang sering terjadi pada anak.1Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma terutama pada daerah rectosigmoid dan kolon kiri distal. Tanda obstruksi usus merupakan tanda lanjut (late sign) dari karsinoma kolon. Obstruksi ini adalah obstruksi usus mekanik total yang tidak dapat ditolong dengan cara pemasangan pipa lambung, puasa dan rehidrasi. Indikasi relaparatomi karena obstruksi usus akibat adhesi sebesar 17,7%. Walaupun di negara berkembang seperti di Indonesia, adhesi bukanlah sebagai penyebab utama terjadinya obstruksi usus. Penyebab tersering obstruksi usus di Indonesia, khususnya di RSUPNCM, adalah hernia, baik sebagai penyebab obstruksi sederhana (51%) maupun obstruksi usus strangulasi (63%).1World Health Organization (WHO) tahun 1998 memperkirakan penyakit pada saluran pencernaan akan tergolong 10 besar penyakit penyebab kematian di dunia pada tahun 2020 mendatang. Diantara Negara SEAMIC (Southern Asian Medical Information Center) tahun 2008, indonesia menempati urutan ke-2 negara yang memiliki angka insiden rate akibat penyakit saluran pencernaan, dengan rincian: di Jepang tercatat 30 per 10.000 penduduk, di Indonesia tercatat 25 per 100.000 penduduk, di Filipina 24 per 100.000 penduduk. Di Vietnam tercatat 22 per 100.000 penduduk, Malaysia tercatat 21 per 100.000 penduduk, di Singapura tercatat 8 per 100.000 pendudul dan di Brunei Darussalam tercatat 5 per 100.000 penduduk.3

B. TUJUANReferat ini bertujuan untuk membahas mengenai ileus obstruksi meliputi diagnosis, etiologi, serta penatalaksanaannya. Penulisan referat ini juga membahas mengenai tata laksana kasus ileus obstruksi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo pada Januari 2008 Agustus 2013.

C.MANFAATPenulisan referat ini diharapkan dapat memberi data ilmiah terkait dengan jumlah pasien ileus obstruksi dan distribusinya menurut usia, jenis kelamin serta penatalaksanaan pasien ileus obstruksi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto periode Januari 2008 - Agustus 2013.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISIIleus obstruksi atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.4Ada dua tipe obstruksi yaitu :1. Ileus Obstruksi Letak Tinggi : obstruksi terjadi pada usus halus2. Ileus Obstruksi Letak Rendah: obstruksi terjadi setelah ileocekal juntion.5

B. ANATOMI USUSUsus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari pylorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada cadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis tengah akan berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.5Usus halus adalah saluran yang memiliki panjang 6 m. Fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorpsi chyme dari lambung. Usus halus memanjang dari pyloric sphincter lambung sampai sphincter ileocaecal, tempat bersambung dengan usus besar. Usus halus terdiri atas tiga bagian , yaitu: duodenum, jejunum, ileum.6Duodenum, bagian terpendek (25cm), yang dimulai dari pyloric sphincter di perut sampai jejunum. Berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pancreas dan duodenal papilla, tempat bermuaranya pancreas dan kantung empedu. Empedu berfungsi mengemulsikan lemak dengan bantuan lipase. Pankreas menghasilkan amilase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida dan tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino/albumin dan polipeptida. Dinding usus halus mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar brunner yang berfungsi memproduksi getah intestinum.6

Gambar1. Letak duodenum (4)Jejunum memiliki panjang antara 1,5 m 1,75 m. Di dalam usus ini, makanan mengalami pencernaan secara kimiawi oleh enzim yang dihasilkan dinding usus. Getah usus yang dihasilkan mengandung lendir dan berbagai macam enzim yang dapat memecah makanan menjadi lebih sederhana. Di dalam jejunum, makanan menjadi bubur yang lumat yang encer.6

Usus penyerapan (ileum), panjangnya antara 0,75m 3,5m terjadi penyerapan sarisari makanan. Permukaan dinding ileum dipenuhi oleh jonjot-jonjot usus/vili. Adanya jonjot usus mengakibatkan permukaan ileum menjadi semakin luas sehingga penyerapan makanan dapat berjalan dengan baik. Dinding jonjot usus halus tertutup sel epithelium yang berfungsi untuk menyerap zat hara. Terdapat sekitar 1000 mikrovili (gambar 3) dalam tiap sel. Dinding tersebut juga mengeluarkan mucus. Enzim pada mikrovili menghancurkan makanana menjadi partikel yang cukup kecil untuk diserap. Di dalam setiap jonjot terdapat pembuluh darah halus dan saluran limfa yang menyerap zat hara dari permukaan jonjot. Vena porta mengambil glukosa dan asam amino, sedangkan asam lemak dan gliserol masuk ke sel limfa.8

Gambar2. Mikrovilli (6)

Lapisan usus halus (gambar 4) terdiri atas 4 lapisan yang sama dengan lambung, yaitu81. Lapisan luar adalah membran serosa, yaitu peritoneum yang melapisi usus halus dengan erat.2. Lapisan otot polos terdiri atas 2 lapisan serabut, lapisan luar yang memanjang (longitudinal) dan lapisan dalam yang melingkar (serabut sirkuler). Kontraksi otot polos dan bentuk peristaltik usus yang turut serta dalam proses pencernaan mekanis, pencampuran makanan dengan enzim-enzim pencernaan dan pergerakkan makanan sepanjang saluran pencernaan.. Diantara kedua lapisan serabut berotot terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, dan pleksus syaraf.3. Submukosa terdiri dari jaringan ikat yang mengandung syaraf otonom, yaitu plexus of meissner yang mengatur kontraksi muskularis mukosa dan sekresi dari mukosa saluran pencernaan. Submukosa ini terdapat diantara otot sirkuler dan lapisan mukosa. Dinding submukosa terdiri atas jaringan alveolar dan berisi banyak pembuluh darah, sel limfe, kelenjar, dan pleksus syaraf yang disebut plexus of meissner. Pada duodenum terdapat kelenjar blunner yang berfungsi untuk melindungi lapisan duodenum dari pengaruh isi lambung yang asam. Sistem kerjanya adalah kelenjar blunner akan mengeluarkan sekret cairan kental alkali.4. Mukosa dalam terdiri dari epitel selapis kolumner goblet yang mensekresi getah usus halus (intestinal juice). Intestinal juice merupakan kombinasi cairan yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar usus (glandula intestinalis) dari duodenum, jejunum, dan ileum. Produksinya dipengaruhi oleh hormon sekretin dan enterokrinin. Pada lapisan ini terdapat vili (gambar 3) yang merupakan tonjolan dari plica circularis (lipatan yang terjadi antara mukosa dengan submukosa). Lipatan ini menambah luasnya permukaan sekresi dan absorpsi serta memberi kesempatan lebih lama pada getah cerna untuk bekerja pada makanan. Lapisan mukosa berisi banyak lipatan Lieberkuhn yang bermuara di atas permukaan, di tengah-tengah villi. Lipatan Lieberkuhn diselaputi oleh epithelium silinder. 11

Gambar3. Colon (4)Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil.5Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus semakin kecil. 2,3 Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid. Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan hepar, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hepar, kolon ascendens membelok ke kiri membentuk fleksura coli dekstra (fleksura hepatik). Kolon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai fleksura koli sinistra.Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah, membentuk fleksura kolisinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon descendens. Ia tergantung kebawah dalam rongga pelvis dalam bentuklengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Disini rektum melanjutkan diri sebagai anus dalam perineum.11

Suplai darahkolon disuplai oleh arteri mesenterika superior melalui cabang arteri colica dextra dan cabang arteri colica media dan oleh arteri mesenterika inferior melalui arteri colica sinistra dan cabang sigmoid ganda. Cabang terminal arteri ini yang memasuki dinding disebut vasa recta.5Serangkaian terus anastomosis antara cabang distal dari arteri proksimal dan cabang proksimal dari arteri distal berjalan di sepanjang perbatasan mesenterika dari kolon dan disebut arteri marjinal. Arteri marjinal memungkinkan panjang panjang usus harus dimobilisasi (misalnya, yang akan diambil sampai ke dada untuk menggantikan kerongkongan).5Persimpangan dua pertiga proksimal dan distal sepertiga dari kolon transversum, di mana cabang-cabang terminal dari arteri mesenterika superior dan inferior bertemu, adalah daerah aliran yang rentan terhadap iskemia.5Vena mesenterika superior menyertai arteri mesenterika superior, tetapi vena mesenterika inferior mengalir lebih tinggi dari asal dari arteri mesenterika inferior; berjalan vertikal ke atas ke kiri dari persimpangan duodenojejunalis dan memasuki vena lienalis atau persimpangan dengan yang vena mesenterika superior untuk membentuk vena portal.11

C. ETIOLOGI ILEUS OBSTRUKSI5

Gambar 4 Etiologi Ileus Obstruksi (6)

a. Adhesi ( perlekatan usus halus ) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak.b.Hernia inkarserata eksternal ( inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau parastomal ) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa menyebabkan hernia.c.Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor intra abdominal dapat menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal.d. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.e. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.f.Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti malrotasi usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.g. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.h. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi radiasi, atau trauma operasi.i.Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan cairan.k. Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia Littrel.

D. PATOFISIOLOGIPerubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus adalah adanya lumen usus yang tersumbat, ini menjadi tempat perkembangan bakteri sehingga terjadi akumulasi gas dan cairan (70% dari gas yang tertelan). Akumulasi gas dan cairan dapat terjadi di bagian proksimal atau distal usus. Apabila akumulasi terjadi di daerah distal mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intra abdomen dan intra lumen. Hal ini dapat meningkatkan terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler dan ekstravasasi air dan elektrolit di peritoneal. Dengan peningkatan permeabilitas dan ekstravasasi menimbulkan retensi cairan di usus dan rongga peritoneum mengakibatakan terjadi penurunan sirkulasi dan volume darah. Akumulasi gas dan cairan di bagian proksimal mengakibatkan kolapsnya usus sehingga terjadi distensi abdomen. Terjadi penekanan pada vena mesenterika yang mengakibatkan kegagalan oksigenasi dinding usus sehingga aliran darah ke usus menurun, terjadilah iskemi dan kemudian nekrotik usus. Pada usus yang mengalami nekrotik terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan pelepasan bakteri dan toksin sehingga terjadi perforasi. Dengan adanya perforasi akan menyebabkan bakteri masuk ke dalam sirkulasi sehingga terjadi sepsis dan peritonitis. 5Masalah lain yang timbul dari distensi abdomen adalah penurunan fungsi usus dan peningkatan sekresi sehingga terjadi peminbunan di intra lumen secara progresif yang akan menyebabkan terjadinya retrograde peristaltic sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Bila hal ini tidak ditangani dapat menyebabkan syok hipovolemik. Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebih berdampak pada penurunanan curah jantung sehingga darah yang dipompakan tidak dapat memenuhi kebutuhan seluruh tubuh sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan pada otak, sel dan ginjal. Penurunan perfusi dalam sel menyebabkan terjadinya metabolisme anaerob yang akan meningkatkan asam laktat dan menyebabkan asidosis metabolic. Bila terjadi pada otak akan menyebabkan hipoksia jaringan otak, iskemik dan infark. Bila terjadi pada ginjal akan merangsang pertukaran natrium dan hydrogen di tubulus prksimal dan pelepasan aldosteron, merangsang sekresi hidrogen di nefron bagian distal sehingga terjadi peningaktan reabsorbsi HCO3- dan penurunan kemampuan ginjal untuk membuang HCO3. Hal ini akan menyebabkan terjadinya alkalosis metabolik. 5

E. DIAGNOSIS ILEUS OBSTRUKSIPada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnyaberupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejalaumum berupa syok,oliguri dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukanmeteorismus dan kelebihan cairan diusus, hiperperistaltis berkala berupakolik yang disertai mual dan muntah. Kolik tersebut terlihat pada inspeksiperut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktuserangan kolik,hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Penderitatampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu dua kali defekasitidak ada lagi flatus atau defekasi. Pemeriksaan dengan meraba dinding perut bertujuanuntuk mencari adanya nyeri tumpul dan pembengkakan atau massa yang abnormal. Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan kebiasaan buang air besarterutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai kolik padaperut bagian bawah. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang tidakpada tempatnya misalnya pembesaran setempat karena peristaltis yanghebat sehingga terlihat gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut.Biasanya distensi terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena bagian ini mudahmembesar.5,6Pada auskultasi dengan stetoskop, diperiksa suara normal dari fungsi usus (bising usus). Dengan adanya obstruksi, bising usus mungkin terdengar sangat keras dan bernada tinggi seperti gemerincing logam (metallic sound), atau tidak terdengar sama sekali.11,12Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi hemokonsentrasi,leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada pemeriksaan radiologis, dengan posisi tegak,terlentang dan lateral dekubitus menunjukkan gambaran anak tangga dari usus kecil yang mengalami dilatasi dengan air fluidlevel. Pemberian kontras akan menunjukkan adanya obstruksi mekanis danletaknya. pemeriksaan rektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok dubur dan bariuminloop) untuk mencari penyebabnya.11Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Pada urinalisa, berat jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan adanya dehidrasi dan asidosis metabolik. Leukosit normal atau sedikit meningkat, jika sudah tinggi kemungkinan sudah ter jadi peritonitis. Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit.10Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakkan diagnosaileus obstruksi.Sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinarmendatar. Posisi datar perlu untuk melihat distribusi gas, sedangkan sikaptegak untuk melihat batas udara dan air serta letak obstruksi. Secara normal lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas tetapi pada usus halus biasanya tidak tampak.2,3Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple air fluid level,distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus halus. Obstruksi kolon biasanya terlihat sebagai distensi ususyang terbatas dengan gambaran haustra, kadang-kadang gambaran massa dapat terlihat. Pada gambaran radiologi, kolon yang mengalami distensi menunjukkan gambaran seperti pigura dari dinding abdomen.2,3

GAMBARAN RADIOLOGIUntuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif dilakukan foto abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini antara lain :1. Ileus obstruksi letak tinggi :- Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecaljunction) dankolaps usus di bagian distal sumbatan.- Coil spring appearance- Herring bone appearance- Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)2. Ileus obstruksi letak rendah :- Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi- Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepiabdomen- Air fluid level yang panjang-panjang di kolon. Sedangkan pada ileus paralitik gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang menyeluruh dari gaster sampai rectum.Gambaran radiologis ileus obstruktif dibandingkan dengan ileus paralitik :

Gambar 5. Ileus Obstruktif . Tampak coil spring dan herring bone appearance8

Gambar 6. Ileus Paralitik. Tampak dilatasi usus keseluruhan8

DIAGNOSIS BANDING1. Ileus Paralitik

2. Volvulus

3. Invaginasi / Intususepsi

4. Hernia Inkarserata

5. Hernia strangulata

6. Crohn Disease

7. Divertikulum Meckel

8. TBC Usus

9. Ca Recti

10. Tumor intraluminer / ekstraluminer

KOMPLIKASI

Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang berakhir dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut dengan akibat peritonitis umum.6PENATALAKSANAAN ILEUS OBSTRUKTIFTujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatupenyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh adhesi. 121. PersiapanPipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi danmengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum.Setelah keadaanoptimum tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksiparsial atau karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif. Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organvital stabil. Tetapi yang paling sering dilakukan adalahpembedahan sesegera mungkin.

2. Operasi

Tindakan bedah dilakukan bila sudah terjadi keadaan seperti: Strangulasi, Obstruksi lengkap, Hernia inkarserata Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT, infus, oksigen dan kateter). Tindakan yang terlibat dalam terapi bedahnya masuk kedalam beberapakategori mencakup:(5,6,7)1. Reseksi usus2. By pass usus3. Kolostomi4. Ileostomi

3 . Pasca BedahPengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan danelektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup

PROGNOSISMortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi,tempatdan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus halus.12,13

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Rancangan PenelitianPenelitian yang dilakukan merupakan penelitian non-eksperimental menggunakan metode survei deskriptif dengan pendekatan deskriptif retrospektif untuk mengetahui distribusi frekuensi dan penatalaksanaan ileus obstruksi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto periode Januari 2008- Agustus 2013. Subjek penelitian adalah pasien dengan diagnosis ileus obstruksi yang masuk ke RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, periode Januari 2008 sampai Agustus 2013.

B. Populasi dan Sampel1. Populasia. Populasi targetPopulasi yang menjadi target penelitian kali ini adalah semua pasien dengan ileus obstruksi.b. Populasi terjangkauPopulasi terjangkau pada penelitian adalah pasien dengan ileus obstruksi yang mengunjungi RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto.2. SampelSampel adalah sebagian atau wakil populasi dari keseluruhan populasi yang diteliti dan dianggap mewakili.9Sampel penelitian merupakan populasi terjangkau yaitu pasien dengan ileus obstruksi yang mengunjungi RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.a. Kriteria inklusi dan eksklusi1) Kriteria inklusi meliputi:Pasien ileus obstruksi yang mengunjungi RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto pada periode Januari 2008- Agustus 20132) Kriteria eksklusia. Pasien yang data rekam mediknya tidak ditemukan3) Teknik pengambilan sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling, yaitu pengambilan seluruh sampel pada populasi terjangkau.9b. Besar sampelBerdasarkan informasi dari rekam medik, diperoleh data bahwa populasi terjangkau sebesar 175 pasien.

C.Pengumpulan DataPendekatan penelitian yang digunakan adalah deskriptif retrospektif dengan cara melihat data sekunder dari rekam medik pasien ileus obstruksi yang masuk ke RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto selama periode Januari 2008 sampai Agustus2013. Data rekam medik pasien diambil dari bagian Rekam Medik RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.Pengambilan data dilakukan pada bulan September 2013.Rekam medis dikumpulkan, dianalisis, dan dilakukan tabulasi sehingga dapat diketahui distribusi frekuensi jenis kelamin, dan penatalaksanaan.

D.Tata Urutan Kerja1. Pengambilan data sekunder pasien dengan diagnosis ileus obstruksidi rekam medik pasien di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.2. Tahap pengolahan dan analisis data.3. Tahap penyusunan laporan.

E.Analisis DataAnalisis data merupakan bagian dari suatu penelitian, di mana tujuan dari analisis data adalah agar diperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti. Data yang telah terkumpul dari bagian rekam medik akan diolah dan dianalisis secara deskriptif.Analisis data yang digunakan adalah metode analisis univariat.Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel berupa distribusi frekuensi dan persentase pada setiap variabel seperti jenis kelamin, dan penatalaksanaan.Analisa data secara deskriptif disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.

F.Waktu dan Tempat PenelitianPengambilan data dilakukan pada bulan September 2013 di bagian Rekam Medik RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Puwokerto.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. HasilData hasil penelitian menunjukkan jumlah pasien Ileus obstruksi di RSUD. Prof. dr. Margono Soekarjo pada bulan Januari 2008- Agustus 2013 sebanyak 175 kasus. Dari 175 kasus tersebut, 80 kasus tidak ditemukan data rekam medisnya, sehingga hanya terdapat 95 kasus yang dapat diteliti pada studi ini. Berikut gambaran data penderita ileus obstruksi berdasarkan jenis kelamin, usia, keadaan pasien dan penatalaksanaan di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo bulan Januari 2008- Agustus 2013.Tabel 1. Distribusi frekuensi penderita Ileus obstruksidi RSUD. Prof.dr. Margono Soekarjo bulan Januari 2008- Agustus 2013TahunJumlah kasusPresentase

20081414,74 %

20091616,84 %

20101616,84 %

20112021,05 %

20121818,95%

20131111,58 %

Jumlah95100 %

1. Persentase distribusi frekuensi penderita ileus obstruksi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo bulan Januari 2008- Agustus 2013.

2. Presentase distribusi frekuensi penderita oileus obstruksi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo bulan Januari 2008- Agustus 2013.200820092010201120122013Jumlah (persentase)

Laki-laki5810128548 (51%)

Perempuan 986810647 (49 %)

14161620181195 (100 %)

Diagram 2. Distribusi frekuensi penderita ileus obstruksi berdasarkan jenis kelamin di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo bulan Januari 2008- Agustus 2013

Tabel 3. Distribusi frekuensi penderita ileus obstruksi berdasarkan usia di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo bulan Januari 2008- Agustus 2013

UsiaJumlah (persentase)

0-18 tahun5 (5,28 %)

19-35 tahun 45 (47,36 %)

36-80 tahun45 (47,36 %)

Jumlah95 (100%)

Diagram 3. Presentase distribusi frekuensi penderita ileus obstruksi berdasarkan usia di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo bulan Januari 2008-Agustus 2013

Tabel 4. Persentase jenis penatalaksanaan ileus obstruksidi RSUD. Prof.dr. Margono Soekarjo bulan Januari 2008- Agustus 2013Penatalaksanaan ileus ObstruksiJumlah (persentase)

Operatif70 (74 %)

Konservatif25 (26 %)

Jumlah95 (100%)

Diagram 4. Persentase jenis penatalaksanaan ileus obstruksi di RSUD. Prof.dr. Margono Soekarjo bulan Januari 2008- Agustus 2013

Tabel 5. Etiologi Terbanyak yang Ditemukan Pada Tindakan Operatif Ileus Obstruksi di Rumah Sakit Prof.Dr. Margono Soekarjo Periode Januari 2008- Agustus 2013Etiologi Terbanyak yang Ditemukan pada Tindakan Operatif Ileus ObstruksiJumlah (persentase)

Adhesi45 (53 %)

Volvulus25 (19 %)

Intususepsi9 (8 %)

Tumor10(9 %)

lainnya6 (6 %)

Jumlah95 (100 %)

Tabel 6. Persentase Keadaan Pasien Post Perawatan atas indikasi ileus obstruksi di RSUD. Prof.dr. Margono Soekarjo bulan Januari 2008- Agustus 2013Keadan Pasien Post Perawatan Ileus ObstruksiJumlah (persentase)

Hidup85(90 %)

Meninggal2 (2 %)

Pulang atas permintaan sendiri8 (8 %)

Jumlah95 (100%)

Diagram 7. Persentase Keadaan Pasien Post Perawatan atas indikasi Ileus obstruksi di RSUD. Prof.dr. Margono Soekarjo bulan Januari 2008- Agustus 2013

B. PembahasanJumlah penderita ileus obstruksi di RSUD.Prof.dr. Margono Soekarjo pada bulan Januari 2008- Agustus 2013 sebanyak175 orang. Namun hanya 95 orang yang ditemukan rekam medisnya. Penderita ileus obstruksi terbanyak terjadi pada tahun 2011 yaitu sebanyak 20 orang dan paling sedikit terjadi pada tahun 2013 yakni 11 orang. Pada tahun 2009 penderita ileus obstruksi sebanyak 16 orang, pada tahun 2010 sebanyak 16 orang, pada tahun 2012 sebanyak 18orang.Data yang didapatkan dari RSUD. Prof. dr. Margono Soekarjo menunjukkan bahwa persentase kejadian ileus obstruksi pada laki-laki sebesar 51 % yaitu 48 kasus sedangkan pada perempuan sebesar 49 % yaitu 47 kasus atau perbandingan antara laki-laki dengan perempuan sekitar 50: 50. Hasil inisesuai dengan Eijk (2011) dan yang menyatakan bahwa perbandingan kejadian ileus obstruksi antara laki-laki dengan perempuan sama yakni 1:1. Penderita ileus obstruksi di RSUD. Prof.dr. Margono Soekarjo pada bulan Januari 2008- Agustus 2013 terbanyak berusia 19-80 tahundengan perbandingan 19 35 tahun berjumlah 45 orang (47,36 %) dan 36-80 tahun berjumlah 45 orang 47,36 %. Sedangkan usia 0-18 tahun sebanyak yaitu sebanyak 5 orang (5,28 %).Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa distribusi penderita ileus obstruksi yang terbanyak yaitu pada kelompok usia 19-80 tahun yaitu hampir mencapai 95 %.Keterlambatan diagnosis jarang terjadi, sedangkan keterlambatan penanganan dapat terjadi karena faktor eksternal seperti keadaan sosial ekonomi keluarga, pendidikan keluarga, akses pelayanan kesehatan dan lain-lain. Penatalaksanaan kasus ileus obstruksi di RSUD. Prof.dr. Margono Soekarjo berdasarkan data didapatkan bahwa tindakan yang dilakukan adalah operatif yaitu sebanyak 70 kasus (74%), sedangkan untukperawatan konservatif didapatkan sebanyak 25 kasus (26 %). Operatif merupakantindakan meliputi colostomy, release dan membuat anastomose.7,8,14Etiologi atau diagnosis pasca pembedahan yang dapat dideskriptifkan dalam referat ini yaitu terdiri dari Adhesi sebanyak 45 kasus (53 %), Volvulus 25 kasus (18%), intususepsi 9 kasus (8%), sedangkan Tumor sebanyak 10 kasus (9%) dan lainnya yang tidak dapat teridentifikasi sebanyak 6 kasus (6 %). Hal ini sesuai dengan referensi Sabiston, Shrock dan Himawan yang menyatakan bahwa Adhesi dan Volvulus diikuti oleh Invaginasi menempati posisi tertinggi berurutan sebagai etiologi dari ileus obtruksi yang didapatkan pasca pembedahan dengan eksplorasi laparotomi. (5,10,11)Data yang didapatkan dari RSUD. Prof. dr. Margono Soekarjo menunjukkan bahwa persentase keadaan pasien post perawatan atas indikasi ileus obstruksi yang tercatat keluar dari rumah sakit dalam kondisi hidup sebesar 90% yaitu 85 kasus, 2 (2 %) kasus yang tercatat meninggal selama perawatan, dan yang tercatat pulang atas permintaan sendiri sebesar 8% yaitu 8 kasus. Menurut Ledbetter (2006), pasien dengan ileus obstruksi akan sangat mudah menginfeksi organ intraabdomen jika tidak segera ditangani. Infeksi dapat disertai sepsis dan kekurangan nutrisi. Kondisi ini yang sering menyebabkan kematian pada penderita ileus obstruksi.9,14,15

BAB VKESIMPULAN

1. Ileus obstruksi atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.2. Dasar diagnosis ileus obstruksi dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi dan laboratorium.3. Penatalaksanaan dari ileus obstruksi dapat berupa operatif dan konservatif. Operatif dilakukan bila sudah ada indikasi untuk pembedahan seperti Strangulasi, Obstruksi lengkap, Hernia inkarserata, Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (denganpemasangan NGT, infus, oksigen dan kateter).4. Tindakan pembedahan dapat berupa: reseksi usus, by-pass usus, kolostomi dan ileostomi.5. Data penelitian ini diambil dengan pendekatan deskriptif retrospektif dengan cara melihat data sekunder dari rekam medik pasien ileus obstruksi yang masuk ke RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto selama periode Januari 2008 sampai Agustus 2013.6. Jumlah penderita ileus obstruksi di RSUD.Prof.dr. Margono Soekarjo pada bulan Januari 2008- Agustus 2013 sebanyak 175 orang. Sedangkan subyek dalam penelitian ini sebanyak 95 orang.7. Berdasarkan jenis kelamin didapatkan data penderita ileus obstruksi di RSUD.Prof.dr. Margono Soekarjo selama periode Januari 2008- Agustus 2013 :1. Laki-laki : 48 (51 %)1. Perempuan : 47 (49 %)8. Data penderita ileus obstruksi menurut usia di RSUD.Prof.dr. Margono Soekarjo selama periode Januari 2008- Juni 2013 :1. 0 18 tahun: 5 kasus (5,28 %)1. 18 -35 tahun: 45 kasus (47,36 %)1. 36 80 tahun: 45 kasus (47,36 %)9. Data jenis penatalaksanaan ileus obstruksi di RSUD. Prof.dr. Margono Soekarjo bulan Januari 2008- Agustus2013 :1. Operatif: 70 kasus (74 %)1. Konservatif: 25 kasus (26%)10. persentase keadaan pasien post perawatan atas indikasi ileus obstruksi di RSUD. Prof.dr. Margono Soekarjo bulan Januari 2008- Agustus 2013:1. hidup: 85 (90 %)1. mati: 2 (2 %)1. pulang APS: 8 (8 %)

DAFTAR PUSTAKA

1. Akcakaya A, Alimoglu O, Hevenk T, Bas G, Sahin M. 2010. Mechanical intestinal obstruction caused by abdominal wall hernias.Ulus Travma Derg;6: 260-265. Pubmed Journal.2. Bissett, IP; Parry, BR (2005 Jan 25). "Oral water soluble contrast for the management of adhesive small bowel obstruction.". Cochrane database of systematic reviews (Online) (1): CD004651.3. Eijk FCV. 2011. Strategies and Trends in The Treatment of Mechanic Bowel Obstruction. Erasmus Universiteit Rotterdam. Optima Grafische Communicatie, Rotterdam, The Netherlands4. Khan AN., Howat J. Small-Bowel Obstruction. Last Updated: May 10, 2008. In: http://www.yahoo.com/search/cache?/ileus_obstructif/Article:By:eMedicine.com.5. Harjono RM., Oswari J., dkk. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1996; 906. 6. Himawan S. Gannguan Mekanik Usus (Obstruksi). Dalam: Patologi. Penerbit Staf Pengajar bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 1996; 204 7. Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani WI., Setiowulan W. Ileus Obstruktif. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000; 318 20. 8. Middlemiss, J.H. 1949. Radiological Diagnosis of Intestinal Obstruction by Means of Direct Radiography. Volume XXII No. 253.9. Mosler, P; KD Mergener, JJ Brandabur, DB Schembre, RA Kozarek (February 2005). "Palliation of Gastric Outlet Obstruction and Proximal Small Bowel Obstruction With Self-Expandable Metal Stents: A Single Center Series10. Notoatmodjo S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.11. Rice, Amanda D.; Richard King, Evette DAvy Reed, Kimberley Patterson, Belinda Wurn, Lawrence J. Wurn (2013). "Manual Physical Therapy for Non-Surgical Treatment of Adhesion-Related Small Bowel Obstructions: Two Case Reports"12. Sabiston. 18th ed. Textbooks of Surgery. The biological Basis of Modern Surgical Practice.13. Schrock TR. Obstruksi Usus. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery). Alih Bahasa: Adji Dharma, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1993; 239 42. 14. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hambatan Pasase Usus. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1997; 841 5. 15. World Journal of Gastroententerology. 2007. January 21; 13(3) ;432-437

14