Referat spirometri
-
Upload
anita-mayasari -
Category
Documents
-
view
90 -
download
10
description
Transcript of Referat spirometri
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faal paru berarti kerja atau fungsi paru dan uji faal paru mempunyai arti
menguji apakah fungsi paru seseorang berada dalam keadaaan normal atau
abnormal. Pemeriksaan faal paru biasanya dikerjakan berdasarkan indikasi atau
keperluan tertentu. Penurunan fungsi paru yang terjadi secara mendadak dapat
menimbulkan keadaan yang disebut gagal napas dan dapat mendatangan kematian
kepada penderita.
Sejumlah gangguan dapat menyebabkan perubahan yang berbahaya di
paru-paru dan saluran pernafasan. Efek yang paling penting adalah pada saluran
napas dan elastisitas paru-paru. Pengujian Spirometri adalah penting dalam
mendeteksi beberapa kelainan yang berhubungan dengan gangguan pernapasan.
Spirometri merupakan alat skrining untuk penyakit paru dan paling sering
dilakukan untuk menguji fungsi paru serta mendeteksi kelainan pada saluran
pernapasan. Spirometri adalah tes fungsi paru yang paling sering digunakan untuk
menapis (screening) penyakit paru. Indikasi lain penggunaan spirometri adalah
untuk menentukan kekuatan dan fungsi dada, mendeteksi berbagai penyakit
saluran pernapasan terutama akibat pencemaran lingkungan dan asap rokok.
Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menentukan diagnosis
tetapi juga penting untuk menilai beratnya obstruksi, berat restriksi dan efek
pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya
menunjukkan obstruksi atau restriksi dan hal ini dapat dijadikan peringatan dini
terhadap gangguan fungsi paru yang kemungkinan dapat terjadi sehingga dapat
ditentukan tindakan pencegahan secepatnya. Spirometri merekam secara grafis
atau digital volume ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fisiologi Pernapasan
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan
normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga
paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan
antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer. Paru-paru
teregang dan berkembang pada waktu bayi baru lahir. Pada akhir ekspirasi tenang,
cenderung terjadi “recoil” dinding dada yang diimbangi olehkecenderungan
dinding dada berkerut kearah yang berlawanan
Otot diafragma yang terletak di bagian dalam dan luar interkostalis
kontraksinya bertambah dalam. Rongga toraks menutup dan mengeras ketika
udara masuk ke dalam paru-paru, diluar muskulus interkostalis menekan tulang
iga dan mengendalikan luas rongga toraks yang menyokong pada saat ekspirasi
sehingga bagian luar interkostalis dari ekspirasi menekan bagian perut. Kekuatan
diafragma kearah atas membantu mengembalikan volume rongga pleura
Pada waktu menarik napas dalam, maka otot berkontraksi, tetapi pengeluaran
pernapasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup dalam, penarikan
napas melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-paru dan dinding badan
bergerak hingga diafragma dan tulang dada menutup ke posisi semula. Aktivitas
bernapas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu bernapas
dalam dan volume udara bertambah. 2
Paru-paru merupakan struktur elastik yang mengempis seperti balon yang
mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk
mempertahankan pengembangannya, tidak terdapat perlengketan antara paru-paru
dan dinding rongga dada. Paru-paru mengapung dalam rongga dada dan
dikelilingi lapisan tipis berisi cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan
paru-paru dalam rongga dada. Ketika melakukan pengembangan dan berkontraksi
maka paru-paru dapat bergeser secara bebas karena terlumas dengan rata. Inspirasi
merupakan proses aktif kontraksi otot-otot. Inspirasi menaikkan volume
intratoraks. Selama bernapas tenang, tekanan intrapleura kira-kira 2,5mmHg
relatif terhadap atmosfer. Pada permulaan, inspirasi menurun sampai -6mmHg
dan paru-paru ditarik ke posisi yang lebih mengembang dan tertanam dalam jalan
udara sehingga menjadi sedikit negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru.
Pada akhir inspirasi, recoil menarik dada kembali ke posisi ekspirasi dimana
tekanan recoil paru-paru dan dinding dada seimbang. Tekanan dalam jalan
pernapasan seimbangmenjadi sedikit positif sehingga udara mengalir ke luar dari
paru-paru .
Pada saat inspirasi, pengaliran udara ke rongga pleura dan paru-paru berhenti
sebentar ketika tekanan dalam paru-paru bersamaan bergerak mengelilingi
atmosfer. Pada waktu penguapan, pernapasan volume sebuah paru-paru berkurang
karena naiknya tekanan udara untuk memperoleh dorongan keluar pada sistem
pernapasan .Selama pernapasan tenang, ekspirasi adalah pasif, dalam arti bahwa
tidak ada otot-otot yang menurunkan volume unuk toraks berkontraksi. Pada
permulaan ekspirasi, kontraksi ini menimbulkan kerja yang menahan kekuatan
recoil dan melambatkan ekspirasi. Insiprasi yang kuat berusaha mengurangi
tekanan intrapleura sampai 30mmHg sehingga menimbulkan pengembangan paru-
paru dengan derajat yang lebih besar. Bila ventilasi meningkat seluas deflasi maka
paru-paru meningkat dengan kontraksi otot-otot pernapasan yang menurunkan
volume intratoraks .
Gbr. Fisiologi sistem pernapasan
B. Uji Faal Paru
Uji faal paru bertujuan untuk mengetahui apakah fungsi paru seseorang
individu dalam keadaan normal atau abnormal. Pemeriksaan faal paru biasanya
dikerjakan berdasarkan indikasi atau keperluan tertentu, misalnya untuk
menegakkan diagnosis penyakit paru tertentu, evaluasi pengobatan asma, evaluasi
rehabilitasi penyakit paru, evaluasi fungsi paru bagi seseorang yang akan
mengalami pembedahan toraks atau abdomen bagian atas, penderita penyakit paru
obstruktif menahun, akan mengalami anestasi umum sedangkan yang
bersangkutan menderita penyakit paru atau jantung dan keperluan lainnya.
Secara lengkap uji faal paru dilakukan dengan menilai fungsi ventilasi, difusi
gas, perfusi darah paru dan transport gas O2 dan CO2 dalam peredaran darah.
Fungsi paru disebut normal apabila PaO2 lebih dari 50mmHg dan PaCO2 kurang
dari 50mmHg dan disebut gagal napas apabila PaCO2 kurang dari 50mmHg dan
PaCO2 lebih dari 50mmHg. Apabila PaO2 lebih dari 50mmHg dan PaCO2 kurang
dari 50mmHg, dikatakan bahwa fungsi difusi gas berlangsung normal.
Untuk mendiagnosis gangguan paru-paru dan seberapa parah gangguan
tersebut, terdapat beberapa macam test :
-spirometri rutin
- gas diffusion test
- residual volume measurement
- body plethysmography, dll.
Untuk keperluan praktis dan uji skrining, biasanya penilian faal paru
seseorang cukup dengan melakukan uji fungsi ventilasi paru. Apabila fungsi
ventilasi nilainya baik, dapat mewakili keseluruhan fungsi paru dan biasanya
fungsi-fungsi paru lainnya juga baik. Penilaian fungsi ventilasi berkaitan erat
dengan penilaian mekanika pernapasan. Untuk menilai fungsi ventilasi digunakan
spirometer untuk mencatat grafik pernapasan berdasarkan jumlah dan kecepatan
udara yang keluar atau masuk ke dalam spirometer .
C. Spirometri
Gbr 2. Spirometri
Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur sebagian
terbesar volume dan kapasitas paru-paru. Spirometri merekam secara grafis atau
digital volume ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa. Volume Ekspirasi Paksa
(VEP) atau Forced Expiratory Volume (FEV) adalah volume dari udara yang
dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi maksimum dengan usaha paksa
minimum, diukur pada jangka waktu tertentu. Biasanya diukur dalam 1 detik
(VEP1). Kapasitas Vital paksa atau Forced Vital Capacity (FVC) adalah volume
total dari udara yg dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi maksimum yang
diikuti oleh ekspirasi paksa minimum. Pemeriksaan dengan spirometer ini penting
untuk pengkajian fungsi ventilasi paru secara lebih mendalam. Jenis gangguan
fungsi paru dapat digolongkan menjadi dua yaitu gangguan fungsi paru obstruktif
(hambatan aliran udara) dan restriktif (hambatan pengembangan paru). Seseorang
dianggap mempunyai gangguan fungsi paru obstruktif bila nilai VEP1/KVP
kurang dari 70% dan menderita gangguan fungsi paru restriktif bila nilai kapasitas
vital kurang dari 80% dibanding dengan nilai standar.
Prosedur yang paling umum digunakan adalah subyek menarik nafas
secara maksimal dan menghembuskannya secepat dan selengkap mungkin dan
Nilai VEP1 dibandingkan terhadap nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan
usia, tinggi badan dan jenis kelamin. Spirometer menggunakan prinsip salah satu
hukum dalam fisika yaitu hukum Archimedes. Hal ini tercermin pada saat
spirometer ditiup, ketika itu tabung yang berisi udara akan naik turun karena
adanya gaya dorong ke atas akibat adanya tekanan dari udara yang masuk ke
spirometer. Spirometer juga menggunakan hukum newton yang diterapkan dalam
sebuah katrol. Bandul ini kemudian dihubungkan lagi dengan alat pencatat yang
bergerak diatas silinder berputar. Pemeriksaan dengan spirometer ini penting
untuk pengkajian fungsi ventilasi paru secara lebih mendalam.
Melalui spirometri ini, bisa diketahui gangguan obstruksi ,sumbatan dan
restriksi atau pengembangan paru.
D. Faktor yang perlu dipertimbangkan ketika Memilih sebuah spirometer
Mudah digunakan
Penyediaan mudah dibaca menampilkan real-time grafis dari manuver
Pemberian umpan balik langsung tentang kualitas penerimaan termasuk
reproduktifitas
Penyediaan laporan spirometri disesuaikan akhir
Harga dan biaya operasional
Keandalan dan kemudahan pemeliharaan
Pelatihan, pelayanan dan perbaikan spirometer disediakan
Kemampuan untuk percobaan spirometer dalam pengaturan sebelum
membeli
Penyediaan sensor sekali pakai atau sirkuit pernapasan yang dapat dengan
mudah dibersihkan dan didesinfeksi
Penyediaan sesuai nilai normal dengan batas bawah normal
Penyediaan sebuah manual yang komprehensif yang menjelaskan operasi
spirometer itu pemeliharaan dan kalibrasi
Kalibrasi persyaratan
Kesesuaian dengan standar kinerja spirometri diterima
Sesuai standar keselamatan listrik
E. . Indikasi Spirometri
Ada beberapa indikasi-indikasi dari pemeriksaan spirometri seperti:
Diagnostik :
Untuk mengevaluasi gejala dan tanda
Untuk mengukur efek penyakit pada fungsi paru
Untuk menilai resiko pra-operasi
Untuk menilai prognosis
Untuk menilai status kesehatan sebelum memulai aktivitas fisik berat
program
Monitoring-
Untuk menilai intervensi terapeutik
Untuk menggambarkan perjalanan peyakit yang mempengaruhi fungsi
paru-paru
Untuk memantau efek samping obat dengan toksisitas paru diketahui
Untuk memantau orang terkena agen merugikan
Penurunan Nilai Evaluasi-
Untuk menilai pasien sebagai bagian dari program rehabilitasi
Untuk menilai resiko seb agai bagian dari evaluasi asuransi
F. Volume Statik Dan Volume Dinamik
Dibawah ini adalah jenis-jenis volume statik dan volume dinamik yang dapat
diukur dengan menggunakan spirometri kecuali Volume Residu, Kapasitas Total
paru dan Kapasitas Residu Fungsional
Volume Statik-
Volume Tidal ( VT )
Volume Cadangan Inspirasi ( VCI )
Volume Cadangan Ekspirasi ( VCE )
Volume Residu ( VR )
Kapasiti Vital ( KV )
Kapasiti Vital Paksa ( KVP )
Kapasiti Residu Fungsional ( KRF )
Kapasiti Paru Total ( KPT )
Penjelasan Volume statis paru-paru:
Volume tidal (VT)= jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali
bernafas pada saat istirahat. Volume tidal normal bagi 350-400 ml.
Volume residu (RV)= jumlah gas yang tersisa di paru-paru setelah
menghembuskan nafas secara maksimal atau ekspirasi paksa. Nilai
normalnya adalah 1200 ml.
Kapasitas vital (VC)= jumlah gas yang dapat diekspirasi setelah inspirasi
secara maksimal. VC = VT + IRV + ERV (seharusnya 80 % TLC) Besarnya
adalah 4800 ml.
Kapasitas total paru-paru (TLC)= yaitu jumlah total udara yang dapat
dimasukkan ke dlm paru-paru setelah inspirasi maksimal. TLC = VT + IRV +
ERV + RV. Besarnya adalah 6000 ml.
Kapasitas residu fungsional (FRC)= jumlah gas yang tertinggal di paru-paru
setelah ekspirasi volume tidal normal. FRC = ERV + RV. Besarnya berkisar
2400 ml.
Kapasitas inspirasi (IC)= jumlah udara maksimal yang dapat diinspirasi
setelah ekspirasi normal. IC = VT + IRV. Nilai normalnya sekitar 3600 ml.
Volume cadangan inspirasi (IRV)= jumlah udara yang dapat diinspirasi
secara paksa sesudah inspirasi volume tidal normal
Volume cadangan ekspirasi (ERV)= jumlah udara yang dapat diekspirasi
secara paksa sesudah ekspirasi volume tidal normal.
Volume Dinamik-
Parameter: FVC, FEV1 menentukan fungsi paru
.
Pada orang sehat dapat menghembuskan 75-80% atau lebih FVC-nya dalam satu
detikrasio FEV1/FVC = 75-80%.
Klasifikasi Tes Fungsi Paru :
1. Obstructive Lung Disease (tidak dapat menghembuskan udara (unable to get air
out) dengan FEV1/FVC < 75% )
Obstructive :
Jalan nafas yang menyempit akan mengurangi voulume udara yang dapat
dihembuskan pada satu detik pertama ekspirasi.
Amati bahwa FVC hanya dapat dicapai setelah ekshalasi yang panjang.
Rasio FEV1/FVC berkurang secara nyata. Ekspirasi diperlama dgn
peningkatan perlahan pada kurva, dan plateau tidak tercapai sampai waktu
15 detik
Semakin rendah rasionya, semakin parah obstruksinya
FEV1: 60-75% = mild
FEV1: 40-59% = moderate
FEV1: <40% = severe
2. Restrictive Lung Disease (tidak dapat menarik napas (unable to get air in))
FEV1 dan FVC menurun. Karena jalan nafas tetap terbuka, ekspirasi bisa
cepat dan selesai dlm waktu 2-3 detik.
Rasio FEV1/FVC tetap normal atau malah meningkat, tetapi volume
udara yang terhirup dan terhembus lebih kecil dibandingkan normal.
FVC rendah; FEV1/FVC normal atau meningkat
TLC berkurang sebagaiGold Standard
3. Mixed
Ekspirasi diperlama dengan peningkatan kurva perlahan mencapai plateau.
Kapasitas vital berkurang signifikan dibandingkan gangguan obstruktif.
Pola campuran ini, jika tidak terlalu parah sulit dibedakan dengan
obstruktif.
G. Cara Pengunaan Spirometri
Siapkan alat spirometer, dan kalibrasi harus dilakukan sebelum
pemeriksaan.
Pasien harus dalam keadaan sehat, tidak ada flu atau infeksi saluran napas
bagian atas dan hati-hati pada penderita asma karena dapat memicu
serangan asma.
Pasien harus menghindari memakai pakaian yang ketat dan makan -
makanan berat dalam waktu 2 jam.
Pasien juga tidak harus merokok dalam waktu 1 jam dan menkonsumsi
alkohol dalam waktu 4 jam.
Masukkan data yang diperlukan , yaitu umur, jenis kelamin, tinggi badan,
berat badan, dan ras untuk megetahui nilai prediksi.
Beri pentunjuk dan demonstrasikan maneuver pada pasien, yaitu
pernafasan melalui mulut, tanpa ada udara lewat hidung dan celah bibir
yang mengatup mouth piece.
Pasien dalam posisi duduk atau berdiri, lakukan pernapasan biaa tiga kali
berturut-turut, dan langsung menghisap sekuat dan sebanyak mungkin
udara ke dalam paru-paru, dan kemudian dengan cepat dan sekuat-
kuatnya dihembuskan udara melalui mouth piece. Manuver dilakukan 3
kali untuk mendapatkan hasil terbaik
H. Cara Melakukan Pemeriksaan Spirometri (British Thoracic Society)
Beberapa Masalah yang berkaitan dengan pemeriksaan spirometri:
1. Submaksimal usaha
2. Kebocoran antara bibir dan mulut
3. Tidak lengkap inspirasi atau ekspirasi (sebelum atau selama manuver
paksa)
4. Ragu-ragu pada awal pemeriksaan
5. Batuk (terutama dalam hitungan detik pertama ekspirasi)
6. Penutupan Glotis
7. Obstruksi corong dengan lidah
8. Fokalisasi selama manuver dipaksa
9. Buruknya postur tubuh.
Sekali lagi, demonstrasi prosedur akan mencegah banyak masalah yang
berkaitan dengan pemeriksaan spirometri dan, mengingat bahwa semua upaya
pengukuran tergantung akan variabel pada pasien yang tidak kooperatif atau
mencoba untuk menghasilkan nilai-nilai rendah.
Penutupan glotis harus dicurigai jika aliran berhenti tiba-tiba selama tes
bukan menjadi halus terus menerus kurva. Rekaman dengan batuk, terutama jika
ini terjadi dalam hitungan detik pertama, atau ragu-ragu di awal harus ditolak.
Fokalisasi selama pengujian akan mengurangi arus dan tidak bisa melakukan
manuver dengan leher diperpanjang sering membantu. Upaya yang kuat
diperlukan untuk spirometri sering difasilitasi dengan menunjukkan tes sendiri.
Instrumen-Terkait Masalah Ini sangat tergantung pada jenis spirometer yang
digunakan. Pada volume-perpindahan spirometer mencari kebocoran pada koneksi
selang; pada aliran-sensing spirometer mencari robekan dan air mata dalam
tabung konektor flowhead, di spirometer elektronik sangat berhati-hati tentang
kalibrasi, akurasi dan linearitas. Standar menyarankan memeriksa kalibrasi
setidaknya setiap hari dan diri-tes sederhana spirometer merupakan pemeriksaan,
tambahan sehari-hari berguna bahwa instrumen berfungsi dengan benar.
I. Prediksi Normal
Prediksi Nilai normal Untuk menginterpretasikan tes fungsi ventilasi dalam
setiap individu, bandingkan hasilnya dengan nilai-nilai referensi yang diperoleh
dari yang jelas populasi subyek normal cocok untuk jenis kelamin, umur, tinggi
dan asal etnis dan menggunakan tes serupa protokol, dan instrumen hati-hati
dikalibrasi dan divalidasi. Nilai diprediksi Normal untuk fungsi ventilasi
umumnya bervariasi sebagai berikut:
1) Jenis Kelamin: Untuk ketinggian tertentu dan usia, laki-laki memiliki
VEP1, KVP, FEF25%-75% dan PEF yang lebih besar tetapi memiliki
VEP1/KVP yang relatif lebih kecil.
2) Umur: VEP1, KVP, FEF25-75% dan PEF meningkat sementara
penurunan VEP1/ KVP dengan usia sampai sekitar 20 tahun pada wanita
dan 25 tahun pada pria. Setelah ini,semua indeks bertahap turun, meskipun
kadar penurunan yang tepat tidak diketahui karena keterkaitan antara usia
dan tinggi badan. Penurunan VEP1/ KVP dengan usia pada orang dewasa
karena penurunan yang lebih besar pada VEP1 dari KVP.
3) Tinggi:Semua indeks selain VEP1/ KVP meningkat.
4) Etnis asal: Polinesia termasuk yang paling rendah memiliki VEP1 dan
KVP dari berbagai kelompok etnis seperti kaukasia dan afrika.
J. Interpretasi Fungsi Ventilasi
Pengukuran fungsi ventilasi sangat berguna dalam arti diagnostik dan juga
berguna dalam mengikuti riwayat alami penyakit selama periode waktu, menilai
risiko pra operasi dan dalam mengukur dampak pengobatan. Kelainan ventilasi
dapat disimpulkan jika ada VEP1, KVP, PEF atau VEP1/KVP adalah luar kisaran
normal.
• Normal: KVP≥ 80%, VEP1/KVP≥75%
• Gangguan Obstruksi: VEP1< 80% nilai prediksi, VEP1/KVP< 70% nilai
prediksi
• Gangguan Restriksi: Kapasitas Vital (KV)< 80% nilai prediksi, KVP<80%
• Gangguan Campuran: KVP< 80% nilai prediksi, VEP1/KVP< 75% nilai
prediksi
K. Cek Kalibrasi
Dari sudut pandang praktis maka perlu melakukan pemeriksaan kalibrasi pada
spirometer jarum suntik kalibrasi biasanya dibutuhkan. Frekuensi melakukan
pemeriksaan akan berbeda dengan setting klinis dan jenis instrumen yang
digunakan, dan kebutuhan untuk menyesuaikan kalibrasi akan tergantung pada
apakah itu adalah di luar batas kontrol. Spirometer yang dikenali sebagai Flow
spirometer umumnya memerlukan pemeriksaan kalibrasi sehari-hari. Faktor
penting adalah stabilitas kalibrasi dari waktu ke waktu dan ini hanya dapat
dibentuk dengan tabir, setelah dilakukan pemeriksaan kalibrasi banyak pada
instrumen. Semua spirometer harus dikalibrasi ulang setelah pembersihan atau
disinfeksi, atau jika hasil yang tidak biasa atau tidak diharapkan menunjukkan
masalah. Biasanya, spirometer harus akurat (volume ke dalam ± 0,05 L atau ± 3%,
mana yang lebih besar; mengalir ke dalam ± 0,2 L/detik atau ± 5%, mana yang
lebih besar) dan dikalibrasi secara berkala dengan jarum suntik (bersertifikat)
yang akurat 3L. Ketika sebuah spirometer akan dipindahkan ke lingkungan yang
lebih dingin atau lebih panas, penting untuk memberikan waktu untuk itu untuk
mencapai baru suhu dan mengukurnya.
Demikian pula, kalibrasi jarum suntik harus pada suhu yang sama seperti
spirometer dan untuk alasan ini biasanya disimpan di dekat spirometer. Untuk
mendeteksi perubahan kinerja spirometer keseluruhan, fungsi ventilasi dari satu
atau lebih subyek dengan fungsi pernafasan yang stabil harus diukur dan dicatat
secara teratur sebagai bagian dari kualitas yang sedang berlangsung
mengendalikan program. Rekaman pemeriksaan kalibrasi, kontrol kualitas dan
sejarah pelayanan harus disimpan dengan peralatan. Dalam operasi, menguji diri
sendiri (jika Anda memiliki fungsi stabil) pada spirometer Anda setiap minggu
atau dua adalah cara yang praktis memastikan kontrol kualitas. Sebuah variasi
dari> 5% pada VEP1 atau KVP harus mengingatkan Anda untuk masalah dan
kebutuhan untuk memiliki instrumen Anda dengan benar diperiksa dan diservis
Perangkat pengukuran aliran (pneumotachographs misalnya, turbinometers) harus
diperiksa secara teratur untuk linearitas selama rentang fisiologis arus (0-14 L per
detik). Sebuah tes yang baik dari linearitas adalah untuk memberikan volume
tertentu (misalnya dengan jarum suntik 3L) di berbagai arus, memastikan bahwa
volume dicatat oleh instrumen dekat dengan 3,00 L selama rentang seluruh arus.
Ketika 3L dilewatkan ke dalamspirometer harus merekam volume ke dalam ±
3,5%; yaitu, spirometer adalah akurat jika volume tercatat adalah antara 2,895 L
dan 3.105 L. Peak flow meter umumnya dapat diharapkan aus setelah sekitar 12
sampai 24 bulan penggunaan berat, meskipun ada ini sedikit dipublikasikan data
untuk mendukung ini, sedangkan spirometer volume perpindahan akan biasanya
tahun terakhir jika benar service dan pemeliharaan.
BAB II
KESIMPULAN
Faal paru berarti kerja atau fungsi paru dan uji faal paru mempunyai arti
menguji apakah fungsi paru seseorang berada dalam keadaaan normal atau
abnormal. Spirometri adalah tes fungsi paru yang paling sering digunakan untuk
menapis (screening) penyakit paru. Indikasi penggunaan spirometri adalah untuk
menentukan kekuatan dan fungsi dada, mendeteksi berbagai penyakit saluran
pernapasan terutama akibat pencemaran lingkungan dan asap rokok.
Volume statis dinamis
Obstr dn retrk
Daftar Pustaka