Referat OMA

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis media akut adalah infeksi akut pada telinga tengah dan merupakan infeksi paling sering dan membutuhkan terapi antibiotik pada anak usia kurang dari 5 tahun di Amerika Serikat. 1,2 Otitis media sering disebabkan karena infeksi virus yang mengenai saluran nafas atas seperti radang tenggorokan dan common cold yang menyebar ke telinga tengah melalui tuba eustachius, dan pada akhirnya dapat menimbulkan infeksi sekunder oleh bakteri yang bersifat supuratif. 3 Prevalensi terjadinya otitis media di seluruh dunia untuk usia 1 tahun sekitar 62%, sedangkan pada anak berusia 3 tahun sekitar 83%. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. 4

description

Referat OMA

Transcript of Referat OMA

Page 1: Referat OMA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otitis media akut adalah infeksi akut pada telinga tengah dan merupakan infeksi

paling sering dan membutuhkan terapi antibiotik pada anak usia kurang dari 5 tahun di

Amerika Serikat.1,2 Otitis media sering disebabkan karena infeksi virus yang mengenai

saluran nafas atas seperti radang tenggorokan dan common cold yang menyebar ke

telinga tengah melalui tuba eustachius, dan pada akhirnya dapat menimbulkan infeksi

sekunder oleh bakteri yang bersifat supuratif.3

Prevalensi terjadinya otitis media di seluruh dunia untuk usia 1 tahun sekitar 62%,

sedangkan pada anak berusia 3 tahun sekitar 83%. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75%

anak mengalami minimal satu episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir

setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris setidaknya 25% anak

mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun.4

Mengingat masih tingginya angka kejadian otitis media pada anak-anak, maka

diagnosis dini yang tepat dan pengobatan secara tuntas mutlak diperlukan untuk

mengurangi angka kejadian komplikasi dan perkembangan penyakit menjadi otitis media

kronik.

1.2 Batasan Masalah

Referat ini membahas tentang definisi, patogenesis, diagnosis, tatalaksana, dan

komplikasi otitis media akut.

Page 2: Referat OMA

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk menambah wawasan penulis mengenai definisi, patogenesis, diagnosis,

tatalaksana, dan komplikasi otitis media akut.

1.4 Metode Penulisan

Referat ini merupakan tinjauan kepustakaan yang dirujuk dari berbagai literatur.

Page 3: Referat OMA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Otitis media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,

tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Banyak ahli membuat pembagian

dan klasifikasi otitis media. Secara mudah, otitis media terbagi atas otitis media supuratif

dan otitis media nonsupuratif (otitis media serosa/efusi). Masing-masing golongan

mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut (otitis media akut =

OMA) dan otitis media supuratif kronis (OMSK). Begitu pula otitis media serosa terbagi

menjadi otitis media serosa akut dan otitis media serosa kronis.4

Otitis media supuratif akut adalah otitis media yang berlangsung selama tiga

minggu atau kurang karena infeksi bakteri piogenik. Bakteri piogenik sebagai

penyebabnya yang tersering yaitu Streptococcus hemolitikus, Stafilococcus aureus, dan

Pneumococcus. Kadang-kadang bakteri penyebabnya yaitu Haemofilus influenzae,

Escherichia colli, Streptococcus anhemoliticus, Proteus vulgaris, Pseudomonas

aeroginosa. Haemofilus influenzae merupakan bakteri yang paling sering kita temukan

pada pasien anak berumur dibawah 5 tahun. Otitis media yang berlangsung selama tiga

minggu hingga tiga bulan dinamakan otitis media subakut, dan bila berlangsung lebih

dari tiga bulan disebut otitis media kronis.4

Page 4: Referat OMA

2.2 Anatomi Telinga 4,5

Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar

terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri

dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka

tulang rawan pada sepertiga bagan luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya

terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½ - 3 cm.

Page 5: Referat OMA

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen

dan rambut. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.

Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas luar membran timpani, batas depan

tuba eustachius, batas bawah vena jugularis (bulbus jugularis), batas belakang aditus ad

antrum, kanalis fasialis pars vertikalis, batas atas tegmen timpani (meningen/otak), batas

dalam berturut-turut dari atas ke bawah yaitu kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis

fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window), dan

promontorium.

Membran timpani berbentuk bundar dan ckung bila dilihat dari arah liang telinga

dan terlihat obliq terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida

(membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah disebut pars tensa (membran propria).

Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga

dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran nafas.

Pars tensa memiliki satu lapisan lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat

kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler

pada bagian dalam. Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini

terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan

antrum mastoid.

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut umbo.

Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah yaitu pada pukul 7

untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan. Refleks cahaya

adalah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran timpani. Di membran timpani

Page 6: Referat OMA

terdapat dua macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan

timbulnya refleks cahaya yang berupa kerucut itu. Secara klinis refleks cahaya ini dinilai,

misalnya bila letak refleks cahaya ini mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba

eustachius.

Membran timpani dibagi dalam empat kuadran, dengan menarik garis searah

dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo,

sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan, dan bawah-

belakang untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.

Bila melakukan miringotomi atau parasentesis, dibuat insisi di bagian bawah

belakang membran timpani, sesuai dengan arah serabut membran timpani. Di daerah ini

tidak terdapat tulang pendengaran.

Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari

luar ke dalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang pendengaran di dalam telinga

tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani,

maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap

lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran

merupakan persendian.

Tuba eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring.

Bagian lateral tuba eustachius adalah bagian yang bertulang sedangkan dua pertiga

bagian medial bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani terletak di sebelah atas

bagian bertulang sementara kanalis karotikus terletak di bagian bawahnya. Bagian

Page 7: Referat OMA

bertulang rawan berjalan melintasi dasar tengkorak untuk masuk ke faring di atas otot

konstriktor superior. Bagian ini biasanya tertutup tapi dapat dibuka melalui kontraksi otot

levator palatinum dan tensor palatinum yang masing-masing disarafi oleh pleksus

faringealis dan saraf mandibularis. Tuba eustachius berfungsi untuk menyeimbangkan

tekanan udara pada kedua sisi membran timpani.

Telinga dalam terdiri dri koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan

vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea

disebut helikotrema, menghubungkan perilimfe skala timpani dengan skala vestibuli.

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk

lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli

sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah, dan skala media diantaranya. Skala

vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe, sedangkan skala media media berisi

endolimfe. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai

membran vestibuli (Reissner’s membran) sedangkan dasar skala media adalah membran

basalis. Pada membran ini terdapat organ corti. Pada skala media terdapat bagian yang

berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel

rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis corti yang membentuk organ corti.

2.3 Fisiologi Pendengaran 4

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga

dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran

tersebut menggetarkan membran timpani dan diteruskan ke telinga tengah melalui

Page 8: Referat OMA

rangkaian tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan

tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang

menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfe pada skala vestibuli bergerak. Getaran

diteruskan melalui membran reissner yang mendorong endolimfe, sehingga akan

menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membran tektoria. Proses ini

merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi strereosilia sel-sel

rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan

sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan

neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf

auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area

39-40) di lobus temporalis.

2.4 Otitis Media Akut

2.4.1 Patogenesis Otitis Media Akut

Page 9: Referat OMA

Telinga tengah biasanya steril, meskipun banyak terdapat flora organisme di

nasofaring dan faring. Gabungan aksi fisiologis silia, enzim penghasil mukus (seperti

muramidase), dan antibodi berfungsi sebagai mekanisme pertahanan bila telinga terpapar

dengan mikroba kontaminan ini pada saat menelan. Selain itu juga terdapat anyaman

kapiler subepitel yang akan membawa faktor-faktor humoral, leukosit polimorfonuklear,

dan sel-sel fagosit lainnya.5

Obstruksi tuba eustachius merupakan suatu faktor penyebab dasar pada otitis

media akut.5,1 Mayoritas episode otitis media akut dipicu oleh infeksi saluran nafas atas

yang melibatkan nasofaring. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh infeksi virus, namun

penyebab lain seperti alergi dan proses inflamasi lainnya dapat melibatkan tuba

eustachius dan menyebabkan berkembangnya infeksi menjadi otitis media akut. Infeksi

pada nasofaring dapat meluas ke tuba eustachius dan menyebabkan edema mukosa dan

perubahan tekanan dalam telinga tengah yang diatur oleh tuba eustachius.1 Pada keadaan

ini tekanan menjadi negatif di telinga tengah sehingga terjadi transudasi cairan dari

pembuluh kapiler mukosa ke dalam telinga tengah.4 Keadaan stasis di tuba eustachius

akan memudahkan koloni kuman-kuman patogen yang meluas dari nasofaring dengan

cara refluks, aspirasi, atau insuflasi aktif. Agar bersifat patogen di organ berongga seperti

liang telinga dan sinus, bakteri harus melekat pada permukaan mukosa. Infeksi virus

sebelumnya dapat menyerang dan merusak permukaan mukosa saluran nafas atas

sehingga akan memfasilitasi kemampuan bakteri untuk menjadi patogen di nasofaring,

tuba eustachius, dan liang telinga tengah. Selain itu endotoksin yang disekresikan oleh

bakteri juga dapat merusak permukaan mukosa dan memudahkan perlengketan kuman

pada mukosa.1 Kemudian akan terjadi akumulasi sel-sel PMN yang akan menimbulkan

Page 10: Referat OMA

kematian bakteri dan PMN itu sendiri sehingga akan terbentuk pus di liang telinga telinga

tengah. Cairan ini akan semakin banyak dan menyebabkan gangguan pendengaran karena

membran timpani dan tulang-tulang pendengaran tidak dapat bergerak bebas seperti

dalam keadaan normal. Peningkatan jumlah cairan di telinga tengah akan menaikkan

tekanan pada membran timpani sehingga dapat terjadi perforasi.6

Otitis media lebih sering terjadi pada anak-anak. Hal ini disebabkan karena:

Sistem imun pada anak yang belum berkembang sempurna sehingga lebih rentan

terhadap infeksi

Anatomi tuba eustachius pada anak cenderung lebih pendek dan datar sehingga

infeksi pada saluran nafas atas lebih mudah menyebar ke telinga tengah

Adanya hipertrofi adenoid pada anak yang terletak dekat dengan tuba eustachius

akan menghambat pembukaan dan drainase tuba, selain itu infeksi pada adenoid

juga dapat meluas ke telinga tengah melalui tuba eustachius.6

Istilah otitis-prone children digunakan pada anak yang telah mengalami enam kali

serangan otitis media atau lebih.5 Kelainan anatomis pada anak-anak ini dapat berupa

tuba eustachius yang terlalu datar ataupun adanya kelainan neuromuskular yang

menyebabkan tuba selalu terbuka sehingga menjadi faktor predisposisi refluks bakteri

dari nasofaring, dan seringkali berkembang menjadi otitis media kronis.1,7

2.4.2 Etiologi dan Mikrobiologi Otitis Media Akut

Infeksi virus di nasofaring yang menyebabkan inflamasi pada orifisium dan

mukosa tuba eustachius telah lama dianggap sebagai bagian dari patogenesis otitis media

Page 11: Referat OMA

akut. Infeksi saluran nafas atas sebelumnya mendahului otitis media akut pada anak,

namun virus itu sendiri jarang dapat diisolasi sebagai patogen di telinga tengah. Dari hasil

kultur langsung, kurang dari 10% virus ditemukan sebagai virus penyebab otitis media

akut. Namun dari hasil penelitian, vaksinasi influenza A dapat menurunkan frekuensi

otitis media akut.

Respiratory Syncytial Virus dikenal sebagai penyebab bronkhiolitis dan

pneumonia pada anak, namun virus ini juga dapat menginfeksi saluran nafas atas pada

semua golongan umur. Di negara barat, RSV diidentifikasi selama epidemi pada musim

dingin dan awal musim semi, dan dapat menimbulkan gejala pada bayi berupa letargi,

iritabilitas, hingga apnea dengan atau tanpa gejala otitis media. Gejala pada anak yang

lebih besar biasanya lebih jelas dan lebih mudah didiagnosis.1

Meskipun infeksi saluran nafas atas terutama disebabkan oleh virus, namun

sebagian besar infeksi otitis media akut disebabkan oleh bakteri piogenik. Bakteri yang

seing ditemukan antara lain Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan

Streptococcus beta hemoliticus. Sejauh ini Streptococcus pneumoniae merupakan

organisme penyebab tersering pada semua kelompok umur. H. influenzae adalah patogen

yang sering ditemukan pada anak di bawah usia lima tahun, meskipun juga merupakan

patogen pada dewasa. 5

2.4.3 Imunologi pada Otitis Media Akut 1

Aktivitas imunologis berperan penting pada frekuensi dan keparaham otitis

media. Pertama, produksi antibodi dapat merangsang klirens efusi telinga tengah pada

Page 12: Referat OMA

serangan akut. Kedua, paparan terhadap antigen sebelumnya maupun imunisasi bersifat

preventif dengan menekan kolonisasi kuman patogen di nasofaring. Ketiga, pembentukan

antibodi selama serangan akut dapat mencegah infeksi berikutnya. Antigen S.

Pneumoniae dan H. Influenzae bersifat polisakarida dan secara spesifik tubuh berespon

dengan melepaskan Imunoglobulin G2 dan Imunoglobulin G4. Keadaan defisiensi IgG2

dan IgG4 seperti pada Sindrom Down lebih rentan terhadap timbulnya otitis media akut

yang disebabkan oleh bakteri-bakteri penghasil polisakarida tersebut.

Nasofaring juga berperan penting dalam imunitas terhadap otitis media. Jaringan

limfoid yang terdapat di sekitar nasofaring dapat mencegah perlekatan kuman pada

permukaan mukosa. Selain itu jaringan limfoid tersebut menghasilkan Imunoglobulin A

yang dapat melawan toksin pneumolysin yang dihasilkan oleh bakteri Pneumococcus.

Namun tidak semua immunoglobulin di nasofaring bersifat protektif. Adanya

Imunoglobulin E pada reaksi hipersensitivitas / respon alergi dapat menimbulkan edema

mukosa tuba eustachius sehingga dapat berperan dalam patogenesis otitis media.

2.4.4 Stadium Otitis Media Akut 4

Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5

stadium : (1) stadium oklusi tuba eustachius, (2) stadium hiperemis, (3) stadium supurasi,

(4) stadium perforasi, dan (5) stadium resolusi. Keadaan ini berdasarkan pada gambaran

membran timpani yang diamati melalui liang telinga luar.

Page 13: Referat OMA

Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membrane timpani

akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara. Kadang-

kadang membrane timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh

pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar

dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.

Stadium Hiperemis (Stadium Pre-supurasi)

Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membrane

timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis dan edem. Sekret yang telah

terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.

Page 14: Referat OMA

Stadium Supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel

superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan

membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.

Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa

nyeri di telinga bertambah berat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak

berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul

tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini

pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna

kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur.

Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini,

maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga

luar. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan

apabila terjadi ruptur maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak mudah menutup

kembali.

Page 15: Referat OMA

Stadium Perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi

kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar

mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang

menjadi tenang, suhu badan turun, dan anak dapat tertidur nyenyak.

Stadium Resolusi

Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan

akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan

akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi

dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. Otitis media akut berubah menjadi otitis media

supuratif kronis bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus menerus atau

hilang timbul. Otitis media akut dapat menyebabkan gejala sisa (sekuele) berupa otitis

media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.

Page 16: Referat OMA

2.4.5 Diagnosis

a. Gejala klinis

Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut.8

1.  Penyakitnya muncul mendadak (akut)

2.  Ditemukannya tanda efusi di telinga tengah.

Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:

a.    menggembungnya gendang telinga

b.    terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga

c.    adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga

d.    cairan yang keluar dari telinga

3.  Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah

satu di antara tanda berikut:

a.    kemerahan pada gendang telinga

b.    nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal 

Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien :

- Pada usia anak – anak umumnya keluhan berupa rasa nyeri di telinga dan demam.

Biasanya ada riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya.

Page 17: Referat OMA

- Pada remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri terdapat gangguan pendengaran

dan telinga terasa penuh.

- Pada bayi gejala khas Otitis Media akut adalah panas yang tinggi, anak gelisah dan

sukar tidur, diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga yang sakit.

b. Pemeriksan fisik9

Efusi telinga tengah dapat diperiksa dengan otoskop. Dengan otoskop dapat

dilihat adanya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga

menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.9

Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi pneumatik

(pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi

dengan pompa udara kecil untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan

tekanan udara). Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali

Page 18: Referat OMA

dapat dilihat dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas

diagnosis OMA. Namun umumnya diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan otoskop

biasa.9

Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis (penusukan

terhadap gendang telinga). Namun timpanosentesis tidak dilakukan pada sembarang

anak. Indikasi perlunya timpanosentesis antara lain adalah OMA pada bayi di bawah usia

enam minggu dengan riwayat perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan

kekebalan tubuh, anak yang tidak memberi respon pada beberapa pemberian antibiotik,

atau dengan gejala sangat berat dan komplikasi.9

OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA. Untuk membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut.8

Gejala dan tanda OMA Otitis media dengan efusi

Nyeri telinga, demam, rewel + -

Efusi telinga tengah + +

Gendang telinga suram + +/-

Gendang yang menggembung +/- -

Gerakan gendang berkurang + +

Berkurangnya pendengaran + +

Penampakan otoskopi pada tiap stadium otitis media akut :4

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Page 19: Referat OMA

Stadium oklusi tuba Eustachius ditandai oleh retraksi membrana timpani akibat tekanan

negatif dalam telinga tengah karena terjadinya absorpsi udara. Selain retraksi, membrana

timpani kadang-kadang tetap normal atau hanya berwarna keruh pucat atau terjadi efusi.

Stadium oklusi tuba Eustachius dari otitis media supuratif akut (OMA) sulit kita bedakan

dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan virus dan alergi.

2. Stadium Hiperemis (Pre Supurasi)

Stadium hiperemis ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa

dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat.

3. Stadium Supurasi

Stadium supurasi ditandai oleh terjadinya bulging (penonjolan) membrana timpani ke

arah liang telinga luar.

4. Stadium Perforasi

Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa

nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar.

Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut).

5. Stadium Resolusi

Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga

perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi.

Page 20: Referat OMA

Penatalaksanaan

Terapi otitis media supuratif akut (OMA) tergantung stadium penyakit, yaitu :4

1. Stadium Oklusi tuba Eustachius. Terapinya : obat tetes hidung & antibiotik.

2. Stadium Hiperemis (pre supurasi). Terapinya : antibiotik, obat tetes hidung,

analgetik & miringotomi.

3. Stadium Supurasi. Terapinya : antibiotik & miringotomi

4. Stadium Perforasi. Terapinya : antibiotik & obat cuci telinga.

5. Stadium Resolusi. Terapinya : antibiotik.

Pemberian obat tetes hidung : 4

Bahan yang digunakan HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia

dibawah 12 tahun. HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia diatas 12

tahun dan orang dewasa.

Tujuan penggunaan untuk membuka kembali tuba Eustachius yang tersumbat sehingga

tekanan negatif dalam telinga tengah akan hilang.

Pemberian obat antibiotik : 8

Page 21: Referat OMA

- Stadium oklusi. Berikan pada otitis media yang disebabkan kuman bukan otitis

media yang disebabkan virus dan alergi (otitis media serosa).

- Stadium hiperemis (pre supurasi). Berikan golongan penisilin atau ampisilin

selama minimal 7 hari. Golongan eritromisin dapat kita gunakan jika terjadi alergi

penisilin. Penisilin intramuskuler (IM) sebagai terapi awal untuk mencapai

konsentrasi adekuat dalam darah. Hal ini untuk mencegah terjadinya mastoiditis,

gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Berikan ampisilin

50-100 mg/kgbb/hr yang terbagi dalam 4 dosis, amoksisilin atau eritromisin

masing-masing 50 mg/kgbb/hr yang terbagi dalam 3 dosis pada pasien anak.

- Stadium resolusi. Lanjutkan pemberiannya sampai 3 minggu bila tidak terjadi

resolusi. Tidak terjadinya resolusi dapat disebabkan berlanjutnya edema mukosa

telinga tengah. Curigai telah terjadi mastoiditis jika sekret masih banyak setelah

kita berikan antibiotik selama 3 minggu.

OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya. Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik. Penggunaan

antibiotik tidak mengurangi komplikasi yang dapat terjadi, termasuk berkurangnya pendengaran.Observasi dapat dilakukan pada sebagian besar kasus.

Jika gejala tidak membaik dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotik diberikan. American Academy of Pediatrics (AAP) mengkategorikan

OMA yang dapat diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut:8

Usia Diagnosis pasti Diagnosis meragukan

< 6 bln Antibiotik Antibiotik6 bln – 2 th Antibiotik Antibiotik jika gejala berat; observasi jika

gejala ringan 2 thn Antibiotik jika gejala berat;

observasi jika gejala ringanObservasi

Page 22: Referat OMA

 

Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam

<39°C dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang – berat

atau demam 39°C.

Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam

bulan – dua tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada

anak di atas dua tahun. Untuk dapat memilih observasi, follow-up harus dipastikan dapat

terlaksana. Analgetik tetap diberikan pada masa observasi.

British Medical Journal memberikan kriteria yang sedikit berbeda untuk

menerapkan observasi ini.Menurut BMJ, pilihan observasi dapat dilakukan terutama pada

anak tanpa gejala umum seperti demam dan muntah.

Jika diputuskan untuk memberikan antibiotik, pilihan pertama untuk sebagian

besar anak adalah amoxicillin.

Sumber seperti AAFP (American Academy of Family Physician) menganjurkan

pemberian 40 mg/kg berat badan/hari pada anak dengan risiko rendah dan 80 mg/kg berat

badan/hari untuk anak dengan risiko tinggi. Risiko tinggi yang dimaksud antara lain

adalah usia kurang dari dua tahun, dirawat sehari-hari di daycare, dan ada riwayat

pemberian antibiotik dalam tiga bulan terakhir. WHO menganjurkan 15 mg/kg berat

badan/pemberian dengan maksimumnya 500 mg. AAP menganjurkan dosis 80-90 mg/kg

berat badan/hari. Dosis ini terkait dengan meningkatnya persentase bakteri yang tidak

Page 23: Referat OMA

dapat diatasi dengan dosis standar di Amerika Serikat. Sampai saat ini di Indonesia tidak

ada data yang mengemukakan hal serupa, sehingga pilihan yang bijak adalah

menggunakan dosis 40 mg/kg/hari. Dokumentasi adanya bakteri yang resisten terhadap

dosis standar harus didasari hasil kultur dan tes resistensi terhadap antibiotik.

Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam 48-72 jam. Dalam

24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua mulai terjadi perbaikan.

Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam, kemungkinan ada penyakit lain atau

pengobatan yang diberikan tidak memadai.

Dalam kasus seperti ini dipertimbangkan pemberian antibiotik lini kedua. Misalnya:8

- Pada pasien dengan gejala berat atau OMA yang kemungkinan disebabkan

Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis, antibiotik yang kemudian

dipilih adalah amoxicillin-clavulanate. Sumber lain menyatakan pemberian

amoxicillin-clavulanate dilakukan jika gejala tidak membaik dalam tujuh hari atau

kembali muncul dalam 14 hari.

- Jika pasien alergi ringan terhadap amoxicillin, dapat diberikan cephalosporin

seperti cefdinir, cefpodoxime, atau cefuroxime.

- Pada alergi berat terhadap amoxicillin, yang diberikan adalah azithromycin atau

clarithromycin.

- Pilihan lainnya adalah erythromycin-sulfisoxazole atau sulfamethoxazole-

trimethoprim. Namun kedua kombinasi ini bukan pilihan pada OMA yang tidak

membaik dengan amoxicillin.

Page 24: Referat OMA

- Jika pemberian amoxicillin-clavulanate juga tidak memberikan hasil, pilihan yang

diambil adalah ceftriaxone selama tiga hari.

Perlu diperhatikan bahwa cephalosporin yang digunakan pada OMA umumnya

merupakan generasi kedua atau generasi ketiga dengan spektrum luas. Demikian juga

azythromycin atau clarythromycin. Antibiotik dengan spektrum luas, walaupun dapat

membunuh lebih banyak jenis bakteri, memiliki risiko yang lebih besar. Bakteri normal

di tubuh akan dapat terbunuh sehingga keseimbangan flora di tubuh terganggu. Selain itu

risiko terbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik akan lebih besar. Karenanya,

pilihan ini hanya digunakan pada kasus-kasus dengan indikasi jelas penggunaan

antibiotik lini kedua.  

Pemberian antibiotik pada otitis media dilakukan selama sepuluh hari pada anak

berusia di bawah dua tahun atau anak dengan gejala berat. Pada usia enam tahun ke atas,

pemberian antibiotik cukup 5-7 hari. Pemberian antibiotik dalam waktu yang lebih lama

meningkatkan risiko efek samping dan resistensi bakteri.

Tindakan miringotomi :

Page 25: Referat OMA

- Stadium hiperemis (pre supurasi). Bisa kita lakukan bila terlihat hiperemis difus.

- Stadium supurasi. Lakukan jika membran timpani masih utuh. Keuntungannya

yaitu gejala klinik lebih cepat hilang dan ruptur membran timpani dapat kita

hindari.

Pemberian obat cuci telinga :

- Dapat diberikan H2O2 3% selama 3-5 hari.

- Bersama pemberian antibiotik yang adekuat, sekret akan hilang dan perforasi membran

timpani akan menutup kembali dalam 7-10 hari.

Pemberian Analgetik/pereda nyeri :

Selain antibiotik, penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri

(analgesia). Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia sederhana seperti

paracetamol atau ibuprofen. Namun perlu diperhatikan bahwa pada penggunaan

ibuprofen, harus dipastikan bahwa anak tidak mengalami gangguan pencernaan seperti

muntah atau diare karena ibuprofen dapat memperparah iritasi saluran cerna.  

Page 26: Referat OMA

Komplikasi4,5

Komplikasi otitis media supuratif akut (OMA), yaitu :

- Abses subperiosteal.

- Paralisis saraf facialis. Pada kasus otitis media akut , saraf terkena akibat kontak

langsung dengan materi purulen. Dengan adanya celah-celah tulang alami yang

menyebabkan hubungan antara saraf dengan telinga tengah, maka produk-produk

infeksi toksik dapat menimbulkan paralisis wajah.

- Meningitis. Terapi meningitis adalah dengan kemoterapi dan pasien diobati

secara intensif dengan antibiotik yang sesuai. Mula-mula atasi meningitisnya,

kemudian bila perlu atasi infeksi telinga dengan pembedahan

- Abses otak. Abses otak dapat timbul pada serebelum di fossa kranii posterior atau

pada lobus temporal di fissa kranii media, biasanya terbentuk sebagai akibat

perluasan langsung infeksi telinga atau trombiflebitis. Suatu abses ekstradural

biasanya terbentuk mendahului abses otak.

Dewasa ini, ketiga komplikasi diatas lebih banyak disebabkan oleh otitis media supuratif

kronik (OMSK) karena maraknya pemberian antibiotik pada pasien otitis media supuratif

akut (OMA).

Pencegahan8

Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:

- Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak

- Pemberian ASI minimal selama 6 bulan,

Page 27: Referat OMA

- Penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring,

- Penghindaran pajanan terhadap asap rokok.

Kesimpulan

Otitis media akut adalah infeksi akut pada telinga tengah dan merupakan infeksi

paling sering dan membutuhkan terapi antibiotik pada anak usia kurang dari 5 tahun.

Otitis media lebih sering terjadi pada anak-anak. Hal ini disebabkan karena sistem imun

pada anak yang belum berkembang sempurna, anatomi tuba eustachius pada anak

cenderung lebih pendek dan datar, serta adanya hipertrofi adenoid pada anak yang

terletak dekat dengan tuba eustachius akan menghambat pembukaan dan drainase tuba.

OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya. Sekitar 80%

OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik. Jika diputuskan untuk memberikan

antibiotik, pilihan pertama untuk sebagian besar anak adalah amoxicillin. Antibiotik pada

OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam 48-72 jam. Dalam 24 jam pertama

terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua mulai terjadi perbaikan. Jika pasien tidak

membaik dalam 48-72 jam, kemungkinan ada penyakit lain atau pengobatan yang

diberikan tidak memadai. Komplikasi otitis media supuratif akut (OMA) dapat berupa

abses subperiosteal, paralisis saraf facialis, meningitis dan abses otak. Namun, dewasa

ini, komplikasi tersebut lebih banyak disebabkan oleh otitis media supuratif kronik

Page 28: Referat OMA

(OMSK) karena maraknya pemberian antibiotik pada pasien otitis media supuratif akut

(OMA). Risiko terjadinya OMA tampaknya dapat dikurangi dengan melakukan tindakan

preventif sebagai berikut : pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak, pemberian ASI

minimal selama 6 bulan, penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring,

penghindaran pajanan terhadap asap rokok.

Daftar Pustaka

1. (OMA emedicine,

2. Dx n management of OMA)

3. OtitisMedia(EarInfection).Availablefrom

4. . (Djaafar, Zainul, dkk. 2007. Kelainan Telinga Tengah. Dalam : Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi keenam. Jakarta :

FKUI)

5. Boeis

6. otitis media(ear infection)-NIDCD)

7. wikipedia

8. Diagnosis and Management of Acute Otitis Media. PEDIATRICS Vol. 113 No. 5

May 2004, pp. 1451-1465. available

from http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics;113/5/145

1

9. Otitis media – acute. Available from  http://www.prodigy.nhs.uk/guidance.asp?

gt=Otitis%20media%20-%20acute

Page 29: Referat OMA