Referat MOW

23
Chalix Chassreen 4061380 28 BAB I PENDAHULUAN Pencegahankematiandan kesakitan ibu merupakan alasanutama diperlukannya pelayanan keluarga berencana, selain membebaskan wani rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, gangguan fisik atau psikologik akibat tindakan abortus yang tidak tuntutan perkembangansosial terhadap peningkatan status perempuan di masyarakat. Banyak perempuan mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, metode kontrasepsi sederhana dan modern, tetapi juga oleh ketidaktahuan t persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Banyak sekali yang dipertimbangkan untuk dapat memilih alat kontrasepsi yang aman dan efekti seperti, status kesehatan, efek samping, konsekuensi kegagalan atau keham yang tidak diinginkan, dll (Abdul, 2!". #leh karena itu diperlukan kons mengenai pelayanan keluargaberencana dengan menggunakan metode kontrasepsi. $etode operasi wanita ($#%" atau tubektomi merupakan metode kontrasepsi yang palingefektif, murah, aman dan permanen.&ubektomi merupakan tindakan operasi dengan memotong atau mengikat bagian saluran y dilalui sel telur, untuk mencegah agar tidak terjadi pembuahan. Ada beber macam operasi pada organ kelamin wanita yang dapat mempengaruhi fisiologis yaitu' tubektomi, o ario histerektomi (#H", dan histerektomi (Archibald, )*+ " &ubektomi (begitu juga asektomi" tidak ada hubungannya dengan naik atau turunnya gairah seksual pada wanita. Prosedur tubektomi dilakukan me laparotomi dengan anestesi umum. -aparotomi juga memerlukan fasilitas rua operasi dan peralatan medis yang lengkap (Anonimus, 2)". epaniteraan linik /lmu ebidanan dan Penyakit andungan 1 0umah 1akit mum 3aerah 4ibinong 5akultas edokteran ni ersitas &arumanagara Periode 2 #ktober 6 2+ 3esember 2)

description

obgyn

Transcript of Referat MOW

Andrea Evans Khosasih

Chalix Chassreen406138028

BAB I

PENDAHULUAN

Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan keluarga berencana, selain membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, terjadinya gangguan fisik atau psikologik akibat tindakan abortus yang tidak aman serta tuntutan perkembangan sosial terhadap peningkatan status perempuan di masyarakat.

Banyak perempuan mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, yaitu metode kontrasepsi sederhana dan modern, tetapi juga oleh ketidaktahuan tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Banyak sekali yang harus dipertimbangkan untuk dapat memilih alat kontrasepsi yang aman dan efektif, seperti, status kesehatan, efek samping, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, dll (Abdul, 2005). Oleh karena itu diperlukan konseling mengenai pelayanan keluarga berencana dengan menggunakan metode kontrasepsi.

Metode operasi wanita (MOW) atau tubektomi merupakan metode kontrasepsi yang paling efektif, murah, aman dan permanen. Tubektomi merupakan tindakan operasi dengan memotong atau mengikat bagian saluran yang dilalui sel telur, untuk mencegah agar tidak terjadi pembuahan. Ada beberapa macam operasi pada organ kelamin wanita yang dapat mempengaruhi fungsi fisiologis yaitu : tubektomi, ovario histerektomi (OH), dan histerektomi (Archibald, 1974)

Tubektomi (begitu juga vasektomi) tidak ada hubungannya dengan naik atau turunnya gairah seksual pada wanita. Prosedur tubektomi dilakukan melalui laparotomi dengan anestesi umum. Laparotomi juga memerlukan fasilitas ruang operasi dan peralatan medis yang lengkap (Anonimus, 2001).Pada tulisan ini penulis ingin memaparkan pemahaman tentang metode operasi wanita (MOW) secara lebih terperinci, menambah pengetahuan mengenai berbagai aspek dalam metode kontrasepsi ini bagi dokter dan mahasiswa kedokteran, agar dapat membantu dalam merencanakan prosedur metode operasi wanita tersebut, sehingga dokter dapat menjadi tenaga terdepan dalam melakukan MOW.

BAB IIMETODE OPERASI WANITA2.1. DefinisiTubektomi / MOW adalah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba Fallopii seorang wanita, yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi.MOW (Metode Operatif Wanita) / Tubektomi atau juga dapat disebut dengan sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan. (BKKBN, 2006)

Tubekomi atau Sterilisasi merupakan metodekontrasepsipermanen yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin atau tidak boleh memiliki anak (karena alasan kesehatan). Disebut permanen karena metode kontrasepsi ini hampir tidak dapat dibatalkan (reversal) bila kemudian ingin memiliki anak.2.2. Epidemiologi

Dalam tahun-tahun terakhir ini tubektomi telah menjadi bagian yang penting dalam program keluarga berencana di banyak negara di dunia. Di Indonesia sejak tahun 1974 telah berdiri perkumpulan yang sekarang bernama Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI), yang membina perkembangan sterilisasi atau kontrasepsi mantap secara sukarela, tetapi secara resmi tubektomi tidak masuk kedalam program nasional keluarga berencana di Indonesia.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) memperlihatkan bahwa pencapaian peserta KB mantap/sterilisasi wanita (tubektomi) hingga saat ini masih belum menggembirakan. Sejak tahun 1987 saat pelaksanaan SDKI yang pertama hingga SDKI tahun 2007, peserta KB sterilisasi wanita (tubektomi) tercatat hanya berkisar antara 2,7 persen hingga 3,7 persen. Gambaran pada SDKI 2007, juga mengalami penurunan bila dibandingkan dengan data sebelumnya (SDKI 2002/2003) yaitu dari 3,7 persen menjadi 3,1 persen. Hasil survei berskala nasional lain, yaitu Pemantauan PUS Melalui Mini Survei Tahun 2010 juga menunjukan pencapaian peserta KB sterilisasi yang masih rendah yaitu 2,2 persen untuk tubektomi.Data SDKI tahun 2007 memperlihatkan bahwa peserta sterilisasi paling banyak dilakukan oleh mereka yang berusia 45-49 tahun (sebanyak 7,4 persen), dan tertinggi pada mereka yang telah memiliki anak lebih dari 5 (sebanyak 0,5 persen). Hasil analisis lanjut Pola Pemakaian Kontrasepsi berdasarkan data dari Pemantauan PUS Melalui Mini Survei tahun 2009 juga memperkuat temuan di atas, bahwa proporsi terbesar peserta MOW adalah mereka yang berusia 40 tahun ke atas, dan telah memiliki 3 anak bahkan lebih. Kenyataan ini menggambarkan bahwa saat disterilisasi umumnya para akseptor memang telah memiliki jumlah anak banyak dan berumur relatif tua, sehingga secara demografis kurang memberikan kontribusi terhadap penurunan angka kelahiran.

2.3. Keuntungan dan Kerugian

Sama seperti metode kontrasepsi lainnya, metode operasi wanita ini juga memiliki keuntungan dan kerugian.

Keuntungan dari tubektomi adalah sebagai berikut:

Motivasi hanya dilakukan 1 kali saja, sehingga tidak diperlukan motivasi yang berulang-ulang Efektivitas hampir 100%

Tidak mempengaruhi libido seksual. Kegagalan dari pihak pasien tidak ada. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breast feeding). Baik bagi pasien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius. Merupakan suatu pembedahan sederhana, dapat dilakukan anestesi lokal.

Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium).

Ada pula ditemukan kerugian dari tubektomi adalah sebagia berikut:

Tidak reversible, walaupun sekarang ada kemungkinan untuk membuka kembali pada mereka yang akhirnya masih menginginkan anak lagi dengan operasi rekanalisasi. Oleh karena itu, penutupan tuba hanya dapat dikerjakan pada mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu.

Risiko dan efek samping pembedahan.

Risiko sterilisasi, seperti halnya operasi lainnya, terutama berkaitan dengan anestesi. Ahli bedah juga dapat tanpa sengaja merusak ligamen peritoneal selama operasi. Jika ligamen peritoneal rusak, produksi hormon pada ovarium menurun dan menopause bisa dimulai dini.

Kadang-kadang sedikit merasakan nyeri pada saat operasi.

Infeksi mungkin saja terjadi bila prosedur operasi tidak benar.

Kesuburan sulit kembali

Karena metode tubektomi merupakan kontrasepsi permanen, sebelum mengambil keputusan untuk dilakukan tubektomi, istri dan suami terlebih dahulu mempertimbangkannya secara matang. Meskipun saluran telur yang tadinya di potong atau diikat dapat disambung kembali, namun tingkat keberhasilan untuk hamil lagi sangat kecil.2.4. Syarat MOW

Syarat-syarat untuk menjadi akseptor kontap meliputi syarat sukarela, syarat bahagia, dan syarat medik.

Syarat sukerala dipenuhi apabila pada konseling telah dibicarakan hal-hal berikut:

1. Bahwa pada saat ini selain kontap masih ada kontrasepsi lainnya yang dapat digunakan untuk menjarangkan kehamilan, tetapi mereka tetap memilih kontap untuk menciptakan keluarga kecil.2. Telah dijelaskan bahwa kontap merupakan tindakan bedah dan setiap tindakan bedah selalu risikonya, walaupun dalam hal ini kecil, tetapi mereka yakin akan kemampuan dokter yang melaksanakannya, dan faktor risiko dianggap oleh mereka hanya sebagai faktor kebetulan saja.

3. Bahwa kontap adalah kontrasepsi permanen yang tidak dapat dipulihkan kembali, oleh karena itu mereka sulit untuk mempunyai keturunan lagi, tetapi mereka dengan sadar memang tidak ingin untuk menambah jumlah anak lagi untuk selamanya.

4. Bahwa mereka telah diberi kesempatan untuk mempertimbangkan maksud pilihan kontrasepsinya, tetapi tetap memilih kontap ini sebagai kontrasepsi bagi mereka.

Setelah keempat syarat sukarela terpenuhi, belum berarti mereka dapat segera dilakukan kontap. Nilai ukur untuk dikatakan bahwa keluga tersebut adalah keluarga bahagia pun harus dipenuhi pula. Nilai ukur ini dapat diketahui pada saat konseling dengan wawancara tertentu, antara lain diketahui bahwa suami-istri ini terikat dalam perkawinan yang sah, harmonis, dan telah mempunyai sekurang-kurangnya 2 orang anak hidup, dengan umur anak terkecil 2 tahun dan umur istri sekurang-kurangnya 25 tahun. Ditetapkan umur anak terkecil disebabkan angka kematian anak di Indonesia masih tinggi, dan ditetapkannya umur istri disebabkan pada beberapa daerah tertentu angka perceraian masih tinggi.

Setelah syarat bahagia ini terpenuhi, syarat medik kemudian dipertimbangkan, termasuk pemeriksaan fisik, ginekologik dan laboratorik.

2.5. IndikasiPada konferensi Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia di Medan (3-5 juni 1976) dianjurkan wanita umur 25-40 tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut:

Umur antara 25-30 tahun dengan 3 anak atau lebih Umur antara 0-35 tahun dengan 2 anak atau lebih Umur antara 35-40 tahun dengan 1 anak atau lebih

Umur suami hendaknya sekurang-kurangnya 30 tahun, kecuali apabila jumlah anak telah melebihi jumlah yang diinginkan pasangan suami istri

Menurut Mochtar (1998) indikasi dilakukan MOW yaitu sebagai berikut:

Indikasi medis umumAdanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat bila wanita ini hamil lagi.

a. Gangguan fisik yang dialami seperti tuberculosis pulmonum, penyakit jantung dan sebagainya.

b. Gangguan psikis yang dialami yaitu seperti skizofrenia (psikosis), sering menderita psikosa nifas, dan lain lain. Indikasi medik obstetri yaitu toksemia gravidarum yang berulang, seksio sesarea yang berulang, histerektomi obstetri, dan sebagainya. Indikasi medisginekologik. Pada waktu melakukan operasi ginekologik dapat pula dipertimbangkan untuk sekaligus melakukan sterilisasi. Indikasi sosial ekonomi adalahindikasi berdasarkan beban sosial ekonomi yang sekarang ini terasa bertambah lama bertambah berat.

2.6. KontraindikasiMenurut Mochtar(1989)kontraindikasi dalam melakukan MOW yaitu dibagi menjadi 2 yang meliputi kontraindikasi mutlak dan kontraindikasi relatif.1. Kontraindikasi mutlaka. Peradangan dalam rongga panggulb. Peradangan liang senggama akut (vaginitis, servisitis akut)c. Kavum Douglas tidakbebas, ada perlekatan2. Kontraindikasi relatifa. Obesitas berlebihanb. Bekas laparotomiSedangkan menurut Noviawati dan Sujiyati (2009) yang sebaiknya tidakmenjalani Tubektomi yaitu: Wanita yang hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai) Wanita dengan perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya Wanita dengan infeksi sistemik atau pelvis yang akut Wanita yang tidak boleh menjalani proses pembedahan Wanita yang kurang pasti mengenai keinginan fertilitas dimasa depan Wanita yang belum memberikan persetujuan tertulis2.7. Waktu Pelaksanaan TubektomiAdapun waktu pelaksanaan tubektomi adalah:1. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional wanita yang akan menjalani tubektomi tidak hamil.2. Harike-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi).3. Pascapersalinan.Pasca persalinan dianjurkan 24 jam atau selambat-lambatnya dalam 48 jam setelah bersalin.

4. Pasca keguguran.2.8. Persiapan Pra-OperasiLangkah-langkah persiapan untuk calon akseptor adalah sebagai berikut:

1. Sebelum menjalani tindakan, lakukan puasa 6-8 jam.

2. Malam sebelumnya perlu diberi obat pencahar ringan dulcolax sebanyak 2 tablet, apabila operasi akan dilakukan pada pagi hari. Hal ini bertujuan agar usus-usus dalam keadaan kosong dan tidak mengganggu jalannya operasi.3. Mencukur rambut kemaluan dan rambut di perut bagian bawah antara pusat dan tulang kemaluan kemudian dibersihkan dengan sabun.4. Sebelum datang ke rumah sakit atau klinik KB, diminta untuk buang air besar terlebih dahulu.

5. Bawa surat persetujuan dari suami yang telah di tandatangani atau di cap jempol.6. Menjelang operasi diharuskan buang air kecil terlebih dahulu.Selain calon akseptor, operator yang akan melakukan operasi juga harus dipersiapkan. Tim operator harus merupakan tim yang sudah terlatih untuk melaksanakan tindakan metode operasi wanita tersebut. Operator dapat seorang Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Spesialis Bedah atau dokter umum yang telah dilatih khusus untuk hal ini. Asisten operator dapat sekaligus merangkap sebagai instrumentator. Diperlukan juga seorang Spesialis Anestesi atau penata anestesi yang sudah dilatih untuk membantu pelaksanaan operasi ini. Tim operator terutama operator dan asisten operator harus mencuci tangan seperti halnya akan melakukan operasi lainnya, untuk mencegah kejadian infeksi. Demikian halnya mereka diharuskan memakai gaun bedah, topi, masker dan sarung tangan steril.2.9. Cara Tubektomi2.9.1. Cara Mencapai Tuba

Tindakan untuk mencapai tuba dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :1. LaparotomiTindakan ini tidak dilakukan lagi sebagai tindakan khusus untuk tubektomi. Cara mencapai tuba melalui laparotomi biasa, terutama pada masa pasca persalinan, merupakan cara yang banyak dilakukan di Indonesia sebelum tahun 70an. Disini penutupan tuba dijalankan sebagai tindakan tambahan apabila wanita yyang bersangkutan perlu dibedah untuk keperluan lain. Tubektomi juga dilakukan bersamaan dengan seksio sesarea, dimana kehamilan selanjutnya tidak diinginkan lagi, sebaiknya setiap laparotomi harus dijadikan kesempatan untuk menawarkan tubektomi.

Gambar 2.1. Laparotomi

2. Laparotomi postpartum

Laparoromi ini dilakukan satu hari postpartum. Keuntungannya ialah bahwa waktu perawatan nifas sekaligus dapat digunakan untuk perawatan pascaoperasi, dan oleh karena uterus masih besar, cukup dilakukan sayatan kecil dekat fundus uteri untuk mencapai tuba kanan dan kiri. Sayatan dilakukan dengan sayatan semi lunar (bulan sabit) di garis tengah distal dari pusat dengan panjang kurang-lebih 3 cm dan penutupan tuba biasanya diselenggarakan dengan cara Pomeroy.3. MinilaparotomiLaparatomi mini dilakukan dalam masa interval. Laparotomi khusus tubektomi ini paling mudah dilakukan 48 jam pasca persalinan. Uterus yang masih besar, tuba yang masih panjang, dan dinding perut yang masih longgar memudahkan mencapai tuba dengan sayatan kecil sepanjang 2 cm setinggi fundus hingga menembus peritoneum. Apabila fundus uteri setinggi pusat, sayatan dilakukan di lipatan kulit bawah pusat. Tetapi bila lebih tinggi (pada persalinan ganda atau anak kembar), sayatan dilakukan di lipatan kulit di atas pusat.Bila tubektomi dilakukan pada 3-5 hari postpartum, jika fundus uteri terletak di bawah pusat karena uterus dan tuba telah berinvolusi maka dapat dilakukan insisi mediana setinggi 2 jari dibawah fundus uteri sepanjang 2 cm.Infeksi lebih sering terjadi pada minilaparotomi yang dilakukan lebih dari 48 jam pasca persalinan karena lokia merupakan media untuk tumbuhnya infeksi.

Untuk menampilkan tuba dapat dilakukan dengan salah satu cara berikut :

1. Retraktor abdomen ditarik ke arah tuba yang akan dicapai. Dengan cara ini saja kadangkala bagian proksimal tuba sudah terlihat dan dapat dijepit dengan pinset atau klem dan ditarik perlahan-lahan keluar lubang sayatan.

2. Dengan jari lewat lubang sayatan, uterus dan tuba didorong kearah lubang sayatan. Pada saat tuba tampak segera dijepit dengan pinset atau klem.

Penutupan tuba biasanya dilakukan dengan cara Pomeroy atau modifikasinya.

4. LaparoskopiMula- mula dipasang cunam serviks pada bibir depan portio uteri, dengan maksud supaya kelak dapat menggerakkan uterus jika hal itu diperlukan pada waktu laparaskopi. Setelah dilakukan persiapan seperlunya, dibuat sayatan kulit di bawah pusat sepanjang lebih 1 cm. Kemudian di tempat luka tersebut dilakukan pungsi sampai rongga perineum dengan jarum khusus (jarum Veres), dan melalui jarum itu dibuat pneumoperitoneum dengan memasukkan CO2sebanyak 1 sampai 3 liter dengan kecepatan sekitar 1 liter per menit. Setelah pneumoperitoneum di rasa cukup, jarum Veres dikeluarkan dan sebagai gantinya di masukkan trokar (dengan tabungnya). Sesudah itu, trokar di angkat dan dimasukkan laparaskop melalui tabung. Untuk memudahkan penglihatan uterus dan adneks, penderita di letakkan dalam posisi trendelenburg dan uterus di gerakkan melalui cunam serviks pada portio uteri.Kemudian, dengan cunam yang masuk dalam rongga peritoneum bersama dengan laparaskop, tuba di jepit dan dilakukan penutupan tuba dengan kauterisasi, atau memasang pada tuba cincin yoon atau cincin falope atau clip hulka. Berhubungan dengan kemungkinan komplikasi yang lebih besar pada kauterisasi, sekarang lebih banyak di lakukan cara-cara yang lain. Teknik ini dapat dilakukan pada 6-8 minggu pascapersalinan atau setelah abortus (tanpa komplikasi).

Gambar 2.2. Laparoskopi

5. Kuldoskopi

Rongga pelvis dapat dilihat melalui alat kuldoskop yang dimasukkan kedalam kavum Douglas. Adanya laparoskopi trans-abdominal, maka kuldoskopi kurang mendapat perhatian/minat dan sekarang sudang jarang dikerjakan. Wanita ditempatkan pada posisi menungging (posisi genupektoral) dan setelah spekulum dimasukkan dan bibir belakang serviks uteri dijepit dan uterus ditarik keluar dan agak ke atas, tampak kavum Douglas mekar di antara ligamentum sakro-uterinum kanan dan kiri sebagai tanda tidak ada perlekatan. Dilakukan pungsi dengan menggunakan jarum Touhy di belakang uterus, dan melalui jarum tersebut udara masuk dan usususus terdorong ke rongga perut. Dan setelah jarum di angkat, lubang di perbesar, sehingga dapat di masukkan kuldoskop. Melalui kuldoskop dilakukan pengamatan adneksa dan cunam khusus tuba di jepit dan di tarik keluar untuk dilakukan penutupannya dengan cara Pomeroy, cara Kroener, kauterisasi, atau pemasangan cincin Falope.2.9.2. Cara Penutupan TubaCara tubektomi yang dapat dilakukan adalah cara Pomeroy, Madlener, Irving, Aldrige, Uchida, Kroener, pemasangan cincin folope, klip filshie, dan elektro-koagulasi disertai pemutusan tuba.

1. Cara PomeroyCara pomeroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian tengah tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya diikat dengan benang yang dapat diserap (Catgut biasanya no. 0 atau no. 1), lipatan tuba kemudian dipotong di atas ikatan catgut tadi. Tujuan pemakaian catgut biasa ini ialah lekas diabsorpsi, sehingga kedua ujung tuba yang di potong terpisah satu sama lain, dengan demikian rekanalisasi tidak dimungkinkan. Angka kegagalan berkisar antara 0-0,4%.

Gambar 2.3. Cara Pomeroy2. Cara MadlenerBagian tengah dari tuba di angkat dengan cunam Pean, sehingga terbentuk suatu lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut di jepit dengan cunam kuat- kuat, dan selanjutnya dasar itu di ikat dengan benang yang tidak dapat di serap. Pada cara ini tidak dilakukan pemotongan tuba. Sekarang cara Madlener tidak dilakukan lagi karena angka kegagalannya relatif tinggi, yaitu 1 % sampai 3%.

Gambar 2.4. Cara Madlener

3. Cara IrvingPada cara ini tuba dipotong di antara dua ikatan benang yang dapat di serap (biasa dengan benang chromic catgut no. 0 atau no. 00), ujung proksimal dari tuba di tanamkan ke dalam miometrium, sedangkan ujung distal di tanamkan ke dalam ligamentum latum. Dengan cara ini rekanalisasi spontan tidak mungkin terjadi. Cara tubektomi ini hanya dapat dilakukan pada laparotomi besar seperti seksio sesarea.

Gambar 2.5. Cara Irving

4. Cara AldrigePeritoneum dari ligamentum dibuka dan kemudian tuba bagian distal bersama- sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.

Gambar 2.6. Cara Aldrige

5. Cara UchidaPada cara ini tuba ditarik keluar abdomen melalui suatu insisi kecil (minilaparatomi) di atas simpisis pubis. Kemudian di daerah ampula tuba di lakukan suntikan dengan larutan adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosapling di daerah tersebut mengembung. Lalu, dibuat sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut, Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira- kira 4- 5 cm, tuba dicari dan setelah ditemukan, dijepit, diikat, lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya di bawah serosa, sedangkan ujung tuba yang distal di biarkan berada di luar serosa. Luka sayatan di jahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0.

Gambar 2.7. Cara Uchida6. Cara Kroener

Bagian fimbria dari tuba di keluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping di bawah fimbria. Jahitan ini diikat 2 kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria di potong. Setelah pasti tidak ada pendarahan, maka tuba dikembalikan ke dalam rongga perut. Teknik ini banyak yang digunakan. Keuntungan cara ini antara lain ialah sangat kecil kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan 0,19%.

Gambar 2.8. Cara Kroener

7. Pemasangan cincin falope

Cincin falope (yoon ring) terbuat dari silikon, dewasa ini banyak digunakan.Dengan aplikator bagian isthmus tuba ditarik dan cincin dipasang pada bagian tuba tersebut. Sesudah terpasang lipatan tuba tampak keputih-putihan oleh karena tidak mendapat suplai darah lagi dan akan menjadi fibrotik. Cincin falope dapat dipasang pada laparotomi mini, laparoskopi atau dengan laprokator.8. Pemasangan KlipBerbagai jenis klip telah dikembangkan untuk memperoleh kerusakan minimal agar dapat dilakukan rekanalisasi bila diperlukan kelak. Klip filshie mempunyai keuntungan dapat digunakan pada tuba yang edema. Klip Hulka-clemens digunakan dengan cara menjepit tuba.Oleh karena klip tidak memperpendek panjang tuba, maka rekanalisasi lebih mungkin dikerjakan.

2.9. Pemasangan Klip9. Elektro koagulasi dan pemutusan tubaCara ini dahulu banyak dikerjakan pada tubektomi laparaskopi. Dengan memasukkan grasping forceps melalui laparoskop, tuba fallopii dijepit kurang lebih 2 cm dari kornu kemudian diangkat menjauhi uterus dan alat-alat panggul lainnya, kemudian dilakukan kauterisasi.Tuba dibakar kurang lebih 1 cm ke proksimal dan distal serta mesosalping dibakar sejauh 2 cm. Pada waktu kauterisasi tuba tamapak menjadi putih, menggembung, lalu putus. Cara ini sekarang banyak ditinggalkan.

2.10. Anestesi pada TubektomiTujuan anastesi pada tubektomi adalah menghindarkan nyeri dan rasa tidak nyaman serta mengurangi kecemasan dan ketegangan.Anastesi lokal yang menggunakan lidokain 1 % dianggap lebih aman dibandingkan dengan anastesi umum atau konduksi (spinal/epidural) terutama bila dilaksanakan / diperlakukan sebagai pasien rawat jalan. Penggunaan anastesi umum mungkin akan meningkatkan komplikasi respiratory depression (misalnya aspirasi atau henti jantung) akibat kesalahan pemberian bahan anastesi, teknik yang tidak tepat, pemantauan yang kurang baik, dan gagal melakukan intubasi.2.11. Tindak Lanjut Post-OperasiAkseptor yang telah selesai menjalani pemasangan kontap wanita / MOW harus melakukan hal sebagai berikut :

Setelah pasien berada di ruang pulih, harus dipantau tensi, nadi dan pernapasan tiap 10 menit pada 1 jam pertama, tiap 30 menit pada 1 jam kedua dan selanjutnya tiap 60 menit pada jam-jam berikutnya.

Pantau keluhan pasien, perdarahan, baik pada luka operasi maupun dari kemaluan, dan suhu badan.

Sering pasien muntah pasca operasi. Untuk itu dijaga jangan terjadi henti napas karena obstruksi jalan napas. Miringkan kepala pasien ke arah lateral. Mobilisasi, duduk dan mencoba berdiri apabila tidak ada keluhan pusing. Biasanya 4-6 jam pasca operasi pasien sudah dapat dipulangkan dengan ditemani oleh suami atau keluarganya.

Beberapa nasehat yang perlu disampaikan kepada mereka antara lain : Perawatan luka, agar luka tetap kering, jangan sampai infeksi.

Segera kembali ke klinik apabila ada keluhan muntah yang hebat, nyeri perut, sesak napas, perdarahan, dan demam.

Minum antibiotika dan analgetika sesuai anjuran. Hubungan seks jangan dilakukan kira-kira 1 minggu setelah operasi.

Pasien pada esok harinya dapat makan dan bekerja seperti biasa lagi (tidak bekerja berat 7 hari pasca operasi)

Diingatkan untuk memeriksakan diri kembali; 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun pasca kontap.

1 minggu pasca operasi perlu diperiksa luka operasi, perdarahan dan keluhan-keluhan yang dialaminya.

1 bulan pasca operasi, diperlukan pemeriksaan tentang haid, pemeriksaan dalam , untuk menilai adanya kelainan ginekologik yang mungkin dapat dijumpai, dan bila perlu dilakukan patensi tuba. Pemeriksaan 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun pasca operasi adalah untuk mengetahui keadaan haid, kemungkinan komplikasi, kemungkinan hamil, keehatan badan, hubungan seks dan perkawinan.

2.12. Komplikasi dan Penanganan

Terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi setelah dilakukannya tubektomi tersebut, antara lain:1. Infeksi luka. Apabila terlihat luka, obati dengan antibiotika. Lakukan drainase dan pengobatan bila terdapat abses.2. Demam pasca operasi. Cari penyebab demam dan obati berdasarkan penyebab yang ditemukan.

3. Perlukaan kandung kemih saat operasi (jarang terjadi). Langsung diperbaiki dengan jahitan kontinu dengan catgut halus dan dilakukan jahitan lapis kedua dengan simpul. Pasien dirawat kurang lebih selama 5 hari dan diberikan antibitok profilaksis.4. Emboli gas yang diakibatkan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi). Rujuk ke tingkat asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi intensif, termasuk cairan intravena, resusitasi kardiopulmonar dan tindakan penunjang kehidupan lainnya.

5. Rasa sakit pada lokasi pembedahan. Pastikan apakah ada infeksi atau abses dan obati berdasarkan penyebab yang ditemukan.

6. Perdarahan superficial (tepi-tepi kulit atau subkutan). Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan penyebab yang ditemukan.

BAB IIIRESUMEKontrasepsi mantap adalah satu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran telur (pada perempuan) atau saluran sperma (pada lelaki). Kontrasepsi mantap (Kontap) dikenal ada dua macam, yaitu Kontap Pria dan Kontap Wanita.Kontap Wanita atau merupakan metode sterilisasi pada wanita dikenal dengan MOW atau tubektomi.MOW (Metode Operasi Wanita) atautubektomi merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba uterineyang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati sel telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak terjadi kahamilan dalamjangka panjang sampai seumur hidup.Ada dua langkah tindakan penting dalam tubektomi yaitu tindakan pendahuluan mencapai tuba fallopi dan penutupan tuba fallopi.

Dahulu Tubektomi dilakukan dengan jalan laparotomi atau pembedahan vaginal. Sekarang, dengan alat-alat dan teknik baru, tindakan ini diselenggarakan secara lebih ringan dan tidak memerlukan perawatan di rumah sakit.

Dalam tahun-tahun terakhir ini tubektomi telah merupakan bagian yang penting dalam program keluarga berencana di banyak negara di dunia. Di indonesia sejak tahun 1974 telah berdiri Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI), yang membina perkembangan metode dengan operasi (M.O) atau kontrasepsi mantap secara sukarela, tetapi secara resmi tubektomi tidak termasuk ke dalam program nasional keluarga berencana indonesia.

Adapun keuntungan tubektomi adalah lebih aman, efektifitas hampir 100%, tidak mempengaruhi libido seksualis dan kegagalan dari pihak pasien tidak ada.DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar, Rustam, Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC, 2008.2. Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, Departemen Kesehatan dan Macro International Inc. (MI), 2008. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Columbia, Maryland, USA : BPS dan MI.3. Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi, 2010. Pemantauan PUS Melalui Mini Survei di Indonesia Tahun 2009.Asih L, Juliaan F, 2010. Pola Pemakaian Kontrasepsi. Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi 2010.4. Sri H, Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Rihama: 2010.5. Bari A, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Prawirohadjo S. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.6. Noviawati, Sujiyawati, Panduan Lengkap KB Terkini, 2009:p.165-166.7. Prawirohardjo S, Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka, 2008.8. Hartanto, Hanafi, KB dan Kontrasepsi. Jakarta: Sinar Harapan, 2004.9. Meilani, Niken, Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: 2010.10. Rabe, Thomas, Ilmu Kandungan. Jakarta: Hipokrates, 2003.11. Schmidt, E, Diedrich J, et al. Surgical Procedures of Tubal Sterilization. In: The Global Library of Womens Medicine. 2014. http://www.glowm.com/section_view/heading/Surgical%20Procedures%20for%20Tubal%20Sterilization/item/399 (Updated 2014, Accessed on December 2014)Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

21Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Periode 20 Oktober 27 Desember 2014