Referat Mata Keratitis dan ulkus Kornea.doc
-
Upload
lisna-elisabeth -
Category
Documents
-
view
228 -
download
24
description
Transcript of Referat Mata Keratitis dan ulkus Kornea.doc
Referat
Ulkus Kornea dan Keratitis
Ker
Pembimbing:
dr. Rastri Paramita, SpM
Oleh:
Devina Martina Adisusilo 11 2012 044
Jasep Darmaji 11 2012
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT MATA DR. YAP YOGYAKARTA
PERIODE 2 SEPTEMBER-5 OKTOBER 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus karena atas rahmat dan karunia-Nya
referat ini dapat terselesaikan. Tujuan penulisan referat ini adalah untuk menambah pengetahuan
mengenai Ilmu Penyakit Mata, terutama tentang ulkus kornea dan keratitis.
Penulis menyadari sebagai seorang co-ass yang pengetahuannya masih sangat terbatas
dan masih perlu banyak belajar, penulisan referat ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Tetapi demi memenuhi kewajiban dan tugas penulis, maka penulis mencoba
memberanikan diri menyusun referat ini sebaik mungkin. Perbaikan-perbaikan akan penulis
lakukan pada penulisan referat yang akan datang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran yang positif dan membangun agar referat ini menjadi lebih baik dan berrguna di
masa yang akan datang.
Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Rastri
Paramita, SpM sebagai dokter pembimbing dan teman-teman co-ass yang sedang menjalani
kepaniteraan di Rumah Sakit Mata Dr. Yap Yogyakarta.
Dengan segala kekurangan dan ketidak sempurnaan penulis mengharapkan referat ini
dapat membawa manfaat dan keuntungan yang berarti untuk semua pembaca.
Yogyakarta, September 2013
Penulis
The eye is the window of the human body through which it feels its way and enjoys the beauty of the world. Owing to the
eye the soul is content to stay in its bodily prison, for without it such bodily prison is torture. Leonardo da Vinci (1452-1519)
2
Ulkus Kornea dan Keratitis
BAB I
PENDAHULUAN
Organ visual terdiri atas bola mata dengan berat 7,5 gram dan panjang 24 mm, adnexa
atau alat-alat tambahan, serta otot-otot ekstraokular. Mata merupakan organ perifer system
penglihatan, karenanya perlindungan organ ini amat penting. Untuk menciptakan suatu rongga
skeletal yang disebut orbita. Di dalam rongga skeletal yang memainkan fungsi proteksi tulang
yang keras, terdapat kumpulan lemak yang memainkan peran sebagai bantalan yang meredam
getaran-getaran yang mungkin menciderai mata, Selain itu, system kavitas orbita ini juga
merupakan tempat terstrukturnya system lokomotor bola mata dan adnexa-nya.
Bola mata terletak hamper terbenam di dalam lemak orbita. Namun bola mata tak
memiliki hubungan langsung dengan lemak ini karena keduanya dipisahkan oleh suatu selubung
berwujud fascia yang disebut sebagai kapsul Tenon. Sementara itu, bola mata juga berhubungan
dengan dunia luat melalui celah yang terbentuk oleh tepi bawah kelompak mata atas dan tepi atas
kelopak mata bawah; celah ini disebut dengan rima palpebra. Walaupun demikian, tertutupnya
rima palpebral adalah suatu cara kelopak mata untuk memisahkan bola mata dari dunia luar.
Bola mata dapat dipandang sebagai organ akhir saraf optic yang merupakan saraf
sensoris. Mata menerima rangsang sinar dan mengubahnya menjadi impuls saraf yang berjalan di
sepanjang lintasan visual yang terdiri atas retina, nervus optikus, khiasma optikum, traktus
optikus, dan radiasio optika; yang akhirnya akan mencapai korteks visual di fissure kalkarina
sehingga timbul sensai melihat.
3
Ulkus Kornea dan Keratitis
BAB II
PEMBAHASAN
Anatomi dan Fisiologi Kornea
Kornea merupakan didnding depan bola mata, berupa jaringan transparan dan avascular,
dengan bentuk seperti kaca arloji. Bentuk kornea agak elips dengan diameter horizontal 12,6 mm
dan diameter vertical 11, 7 mm. Jari-jari kurvatura depan 7,84 mm dan jari-jari kurvatura
belakang 7 mm. Sepertiga radius tengah disebut zona optic dan lebih cembung, sedangkan
tepiannya lebih datar. Tebal korna bagian pusat 0,6 mm dan tebal bagian tepi 1 mm. Korna
melajutkan diri sebagai sclera kea rah belakang, dan perbatasan antara kornea dan sclera ini
disebut limbus.
Kornea merupakan suatu lensa cembung dengan kekuatan refraksi (bias) sebesar +43
dioptri. Kalau kornea mengalami sembab karena satu dan lain hal, maka kornea berubah sifat
menjadi prisma yang dapat menguraikan cahaya sehingga penderita akan melihat halo.
Berbeda dengan sclera yang berwarna putih, kornea ini jernih. Faktor-faktor yang
menyebabkan kejernihan kornea adalah: (i) letak epitel kornea yang tertata sangat rapi; (ii) letak
serabut kolagen yang tertata sangat rapi dan padat; (iii) kadar airnya yang konstan; dan (iv) tidak
adanya pembuluh darah.
Kornea terdiri dari lima lapisan. Lapisan yang terluar adalah lapisan epitel (kira-kira 6
lapis). Lapisan ini sangat halus dan tidak mengandung lapisan tanduk sehingga sangat peka
terhadap trauma walaupun kecil. Sebenarnya hal ini berlawanan dengan nama “kornea” yang
berarti selaput tanduk. Namun penamaan ini diberikan karena pada jenazah kornea ini putih,
tidak jernih, dan karenanya seperti selaput tanduk. Lapisan berikutnya adalah membran Bowman
(lamina elastika anterior). Ini merupakan selaput tipis yang terbentuk dari jaringan ikat fibrosa.
Lapisan ketiga yang terletak di sebelah dalam mebran Bowman adalah stroma. Lapisan
ini merupakan lapisan yang paling tebal, yang terdiri atas serabut kolagen yang susunannya amat
teratur dan padat. Susunan kolagen yang demikian menyebabkan kornea avascular dan jernih.
4
Ulkus Kornea dan Keratitis
Setelah stroma, lapisan berikutnya adalah membran Descemet, atau yang disebut sebagai lamina
elastika posterior.
Lapisan terdalam kornea adalah lapisan endotel. Lapisan ini terdiri atas satu lapis endotel
yang sel-selnya tak bias membelah. Kalau ada endotel yang rusak, maka endotel di sekitarnya
akan mengalami hipertrofi untuk menutup defek yang ditinggalkan oleh endotel yang rusak tadi.
Endotel berperan penting dalam mengatur kadar air kornea dengan cara mengeluarkan air dari
kornea ke kamera okuli anterior dengan enzim Na+-K+ ATP-ase.
Defek epitel kornea cepat menutup dengan cara migrasi dan mitosis sel. Kornea
divaskularisasi oleh arteria siliares yang membentuk arkade. Inervasinya oleh n.siliaris (cabang
nervus trigeminus). Saraf kornea sensitive untuk rasa nyeri dan dingin. Kornea berfungsi sebagai
alat transmisi sinar sehingga berfungsi sebagai alat refraksi (kekuatan refraksinya sangat besar).
Karena kornea secara normal bersifat avascular, maka pemberian makan kornea akan melalui air
mata (terutama untuk penyediaan oksigen), humor aquous, dan pembuluh darah limbus (secara
difusi). Sifat avascular kornea penting dalam transplantasi kornea oleh resipien dari donor
siapapun tanpa memandang sifat dan perbedaan genetis.1,2
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata
yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan
terdiri dari 5 lapis:
1. Epitel
Tebalnya 50 µm, terdiri atas lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih, satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi
lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi gepeng, sel basal berikatan erat
dengan sel basal disampingnya dan sel poligonal didepannya melalui desmosom dan
macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang
merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membran Bowman
5
Ulkus Kornea dan Keratitis
Terletak dibawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun
tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya,
pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen
ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang
kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang
merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah
stroma.
4. Membran Descement
Merupakan membran aseluler dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan
sel endotel dan merupakan membran basalnya.
Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20 – 40 µm. Endotel
melekat pada membrane descement melalui hemidesmosom dan zonula okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus,
saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjala suprakoroid, masuk ke dalam stroma
kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel
dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi
dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus
terjadi dalam w aktu 3 bulan.
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel
terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunyai
daya regenerasi.
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutupu bola mata di sebelah
depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dari 50 dioptri pembiasan sinar
masuk kornea dilakukan oleh kornea.3
6
Ulkus Kornea dan Keratitis
Fisiologi Kornea
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas cahaya
menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskuler dan
deturgesensi. Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh
“pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel.
Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel, dan
kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada
epitel. Kerusakan sel–sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan.
Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang
akan menghilang bila sel–sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata
prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin
merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan membantu
mempertahankan keadaan dehidrasi.
Kornea merupakan suatu lensa cembung dengan kekuatan refraksu (bias) sebesar +43
dipotri. Kalau korena mengalami sembab karena satu dan lain hal, maka kornea berubah sifat
menjadi seperti prisma yang dapat menguraikan cahaya sehingga penderita akan melihat halo.4
Ulkus Kornea
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan
kornea.
Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase
yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal dua bentuk ulkus pada kornea yaitu
sentral dan marginal atau perifer.
Ulkus kornea perifer dapat disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi.
Infeksi pada kornea perifer biasanya oleh kuman Staphylococcus aureus, H.influenzae, dan
M.lacunata.
Beratnya penyakit juga ditentukan oleh keadaan fisik pasien, besar dan virulensi
inokolum. Selain radang dan infeksi penyebab lain ulkus kornea ialah defisiensi vitamin A,
lagoftalmos akibat parese saraf ke VIII, lesi saraf ke III atau neurotrofik dan ulkus Mooren.
Penyebab ulkus kornea adalah bakteri, jamur, akanatamuba, dan herpes simpleks.
7
Ulkus Kornea dan Keratitis
Perjalanan penyakit ulkus kornea dapat progresif, regresi atau membentuk jaringan parut.
Pada proses kornea yang progesif dapat terlihat infiltrasi sel leukosit dan limfosit yang menekan
bakteri atau jaringan nekrotik yang terbentuk.
Pada pembentukan jaringan parut akan terdapat epitel, jaringan kolagen baru dan fibrolas.
Dengan pemeriksaan biomikrosopi tidak mungkin mengetahui diagnosis kausa ulkus
kornea.
Ulkus kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma enteng yang merusak epitel
kornea.5
Etiologi
a. Infeksi
Bakteri: Pseudomonas aeruginosa, Streptococcus pneumonia dan Moraxella sp.
merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis
yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat
khas menunjukkan infeksi P. aeruginosa.
Jamur: disebabkan oleh Candida sp. , Fusarium sp. , Aspergilus sp. , Cephalosporum sp.
, dan spesies mikosis fungoides.
Virus: Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas
dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan
menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami
nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).
Acanthamoeba: Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air
yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh
acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak
lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya
ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.
b. Non infeksi
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung pH. Bahan asam yang dapat merusak
mata terutama bahan anorganik, organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai
mata maka akan terjadi pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya
8
Ulkus Kornea dan Keratitis
tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial
saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung
kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen
kornea.
Radiasi atau suhu. Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang
akan merusak epitel kornea.
Sindrom Sjorgen. Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca
yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film
air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang
menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut
dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan flurosein.
Defisiensi vitamin A. Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan
vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun
pemanfaatan oleh tubuh.
Obat-obatan. Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid,
IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.
Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
Pajanan (exposure)
Neurotropik
c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
Granulomatosa wagener
Rheumathoid arthritis4-6
Gejala Klinis
Ulkus kornea akan memberikan gejala mata merah sakit mata ringan hingga berat,
fotofobia, penglihatan menurun, dan kadang kotor.
Ulkus kornea akan memberikan kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek
epitel yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan berwarna hijau ditengahnya. Iris sukar dilihat
karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi sel radang pada kornea.
9
Ulkus Kornea dan Keratitis
Gejala yang dapat menyertai adalah terdapat penipisan kornea, lipatan Descement, reaksi
jaringan uvea (akibat gangguan vaskularisasi iris), berupa suar, hiponion, hifema, sinekia
posterior.5
Pemeriksaan Kornea
Pemeriksaan kornea penting dilakukan dalam semua kasus, karena fungsi kornea sebagai
alat transmisi, alat refraksi, dan dinding bola mata. Mencari letak kelainan di kornea sangat
penting karena penyakit kornea sangat serius akibatnya, dari pengurangan penglihatan sampai
kebutaan yang permanen. Pemeriksaan ini dilakukan di ruang gelap (dengan loupe binokular,
dll).
Keratoskop placido, untuk melihat kerataan lengkungan kornea. Alat ini berbentuk
piringan dengan dasar hitam dan ada garis melingkar berwarna putih setebal 0,5 cm konsentris,
ditengahnya berlubang untuk pemeriksa melihat bayangan garis konsentris. Jarak pemeriksa dan
pasien 0,5 m. Interpretasi hasil antara lain: ulkus (bayangan garis putih pad kornea tampak
terputus), edema (bayangan garis putih pada kornea bergerigi), sikatriks (bayangan garis putih
pada kornea penyok ke arah lokasi sikatriks).
Uji fluoresensi (larutan fluoresen 2%), untuk memeriksa kontinuitas kornea, seperti
adanya ulkus. Kornea dioles cairan fluoresens yang berwarna hijau kekuningan dengan strip
streil, lalu disinari dengan slitlamp yang telah diberi filter biru, permukaan kornea yang rusak
akan terlihat lebih terfloresensi karena area tersebut terisi cairan fluoresin.
Pemeriksaan sensitifitas kornea dilakukan dengan menyentuhkan kapas pada kornea
dengan lembut. Pada kornea yang normal akan terjadi refleks mengedip. Refleks kornea yang
negatif diakibatkan menurunnya sensitifitas saraf sensoris setelah infeksi, biasanya oleh karena
virus.
Pada pemeriksaan dengan senter (sinar senter disorot dari samping), atau biomikroskop
diperhatikan mengenai bentuk, kecembungan limbus, permukaan kornea, parenkim kornea, dan
permukaan belakang kornea.6
Klasifikasi Ulkus Kornea
1. Ulkus kornea yang disebabkan oleh infeksi:
a. Ulkus kornea bakterialis
b. Ulkus kornea jamur
10
Ulkus Kornea dan Keratitis
c. Ulkus kornea virus
d. Ulkus kornea Acanthamoeba
2. Ulkus kornea yang tidak disebabkan infeksi (non-infeksi):
a. Ulkus marginal
b. Ulkus Mooren
c. Keratokonjungtivitis Phlyctenular
d. Ulkus kornea akibat defisiensi Vitamin A
e. Ulkus neuropatik4
Ulkus Kornea Bakterial
Ulkus sentral (etiologi: Staphylococcus aureus, Streptococcus, Pneumococcus,
Pseudomonas, dan Moraxella). Apabila disebabkan oleh Pneumococcus maka ulkusnya tampak
menggaung (berbatas tegas berwarna abu-abu) disertai hipopion (adanya pada kamera okuli
anterior). Apabila penyebabnya Pseudomonas, nekrosis cepat terjadi karena bakteri ini
menghasilkan enzim proteolitik dengan eksudat mukopurulen berwarna hijau kebiruan (eksudat
patogonomik infeksi P.aeruginosa) disertai nyeri hebat.
Ulkus marginal, biasanya karena Staphylococcus, ada kemungkinan karena reaksi
hipersensitivitas antara antigen produk bakteri dengan antibody dari vasa limbal. Pada
pemriksaan kerokan kornea tidak ditemukan bakteri penyebabnya. Ulkus kornea marginal harus
dibedakan dengan ulkus Mooren.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan secara rutin pada ulkus kornea, dengan pengecatan
Gram atau Giemsa. Medium kulturnya berupa agar darah, agar coklat atau Sobouraud, dan
penting dilakukan uji sensitifitas. TIndakan awal pada kasus ulkus kornea.
Penanganan ulkus bacterial sebaiknya dilakukan segera, dan pengobatan dapat berubah
apabila terdapat hasil kultur bakteri. Kasus ulkus kornea bacterial apabila masih ringan biasanya
cukup diberikan tetes mata kloramfenikol 6 kali sehari selam kurang lebih 3 hari. Selain itu,
dapat juga dilakukan terapi awal ulkus bacterial dengan pemberian antibiotic berspektrum luas.
Pemberian Ofloksasin 0,3% juga efektif untuk ulkus kornea yang disebabkan oleh
Pseudomonas.6
Ulkus Streptococcus. Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah
kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan
11
Ulkus Kornea dan Keratitis
tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan
perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh Streptococcus pneumonia.
Ulkus Staphylococcus. Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putih kekuningan
disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara
adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel
leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya
minimal.
Ulkus Pseudomonas. Berawal sebagai infiltrat kelabu atau kuning di tempat epitel
kornea yang retak. Nyeri yang sangat biasanya menyertainya. Lesi ini cenderung cepat
menyebar ke segala arah karena pengaruh enzim proteolitik yang dihasilkan organisme
ini. Meskipun pada awalnya superfisial, ulkus ini dapat mengenai seluruh kornea.
Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam.
Umumnya terdapat hipopion besar yang cenderung membesar dengan berkembangnya
ulkus. Infiltrat dan eksudat mungkin berwarna hijau kebiruan. Ini akibat pigmen yang
dihasilkan organisme dan patognomonik untuk infeksi P.aeruginosa.
Kasus ulkus kornea Pseudomonas dapat terjadi pada abrasi kornea minor atau
penggunaan lensa kontak lunak terutama yang dipakai agak lama. Organisme itu
ditemukan melekat pada permukaan lensa kontak lunak. Beberapa kasus dilaporkan
setelah penggunaan larutan fluorescein atau obat tetes mata yang terkontaminasi.
Obat yang disarankan dalam terapi Tobramycin atau Gentamicin atau Polymyxin B
yang diberikan secara topikal.
Ulkus Pneumococcus. Ulkus serpenginosa akut atau ulkus pneumokokus ini
berbentuk tukak kornea sentral yang menjalar dengan bentuk khusus seperti binatang
melata pada kornea. Ulkus serpens adalah ulkus kornea sentral yan berjalan cepat
kebanyakan disebabkan kuman pneumokokus.
Penyakit ini banyak dijangkiti oleh petani, buruh tambang, orang-orang jompo, atau
pecandu alkohol dan obat bius. Biasanya ulkus ini terjadi didahului oleh trauma yang
merusak epitel kornea dan akibat cacat pada kornea tersebut maka mudah terjadi
invasi kuman ke dalam kornea.
Gejala yang timbul adalah nyeri pada mata dan kelopak, silau, lakrimasi dan
pandangan kabur. Tanda infeksi ini adalah:
12
Ulkus Kornea dan Keratitis
Kekeruhan kornea mulai dari sentral dengan ciri khas ulkus yang berbatas tegas
pada sisi-sisi yang aktif disertai infiltrate yang berwarna kekuningan yang
mudah pecah dan menyebabkan pembentukan ulkus.
Hipopion steril akibat rangsangan toksin kuman pada badan siliar.
Injeksi konjungtiva dan injeksi siliar4,7
Ulkus Kornea Jamur
Banyak dijumpai pada para pekerja di sektor pertanian. Biasanya dimulai dengan suatu
rudapaksa pada kornea oleh ranting pohon, daun dan bagian tumbuh-tumbuhan. Setelah lima hari
rudapaksa atau tiga, minggu kemudian pasien akan merasa sakit hebat pada mata dan silau.
Tetapi dengan semakin maraknya pemakaian kortikosteroid pada pengobatan mata, maka kasus
ini juga banyak dijumpai pada masyarakat perkotaan. Tanda-tanda infeksi akibat jamur meliputi:
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering.
Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel
yang baik.
Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-
satelit disekitarnya.
Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi
kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik.
Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang.
Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.
Pada pemeriksaan laboratorium, dilakukan pemeriksaan KOH basah, Calcoflour white,
Gram dan giemsa ditemukan hifa fungi serta kultur pada Saboraud’s agar.4,7
Ulkus Kornea Virus
Ulkus Kornea Herpes Zoster. Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan
perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada
mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea
keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk
dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes
zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi
dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi
13
Ulkus Kornea dan Keratitis
sekunder.
Ulkus Kornea Herpes Simplex. Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes
simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda
injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel
kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada
kornea secara lokal kemudian menyeluruh. Lesi paling khas adalah ulkus dendritik.
Ini terjadi pada epitel kornea, memiliki pola percabangan linear khas dengan tepian
kabur, memiliki bulbus-bulbus terminalis pada ujungnya. Bentuk dendrit herpes
simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya.
Pada pemerikasaan laboratorium dilakukan kerokan dari lesi epitel keratitis HSV dan
cairan lesi mengandung sel-sel raksasa multinuklear. Virus ini dapat dibiakkan pada
membran korio-allantois embrio telur ayam dan sel jaringan lain seperti sel Hela
dengan bentuk plak-plak khusus.4,8
Ulkus Kornea Acanthamoeba.
Awal dirasakan sakit lebih hebat yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya,
kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan
infiltrat perineural. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:
KOH menunjukkan adanya bentukan amoeba (kista atau trofozoit).
Calcofluor white stain
Lactophenol cotton blue stained film
Kultur di agar nor nutrient4,7
Ulkus Marginal
Merupakan peradangan kornea bagian perifer berbentuk khas yang biasanya terdapat
daerah jernih antara limbus kornea dengan tempat kelianannya. Dasar kelainannya adalah suatu
reaksi hipersensitivitas terhadap eksotoksin stafilokokus. (blefarokonjungtivitis stafilokokus).
Etiologi:
Alergi, toksik, infeksi dan penyakit kolagen vaskular.
Pada infeksi lokal dapat mengakibatkan keratitis kataral marginal, yang biasanya
terdapat pada pasien setengah umur dengan adanya blefarokonjungtivitis.
14
Ulkus Kornea dan Keratitis
Dapat juga terjadi bersama-sama dengan radang konjungtiva yang disebabkan
Moraxella (disebut konjungtivitis angular), basil Koch Weeks atau Proteus
vulgaris.
Perjalanan penyakitnya dapat berubah-ubah, dapat sembuh cepat dapat pula timbul atau
kambuh dalam waktu singkat. Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri, antibodi
dari pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi melalui epitel kornea.
Infiltrat dan ulkus marginal mulai berupa infiltrat linier atau lonjong terpisah dari limbus oleh
interval bening dan hanya pada akhirnya menjadi ulkus dan mengalami vaskularisasi. Proses ini
sembuh sendiri umumnya setelah 7 sampai 10 hari.
Manifestasi klinis:
Biasanya bersifat recurrent dengan kemungkinan terdapatnya streptococcus pneumonie,
hemophillus aegepty, Moraxella Lacunata dan Esrichia.
Gejala dan tanda :
Subjektif: penglihatan menurun, rasa sakit pada mata, fotofobia dan lakrimasi.
Objektif:
Infiltrat dan tukak yang diduga kompleks antigen-antibodi yang secara
histoptologik terlihat sebagai ulkus atau abses.
Terdapat satu mata blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus
yang memanjang dan dangkal. Dapat terbentuk neovaskularisasi dari arah
limbus.
Pada konjungtivitis angular yang disebabkan oleh Moraxella (diplobasil),
menghasilkan bahan-bahan proteoitik yang mengakibatkan defek epitel.
Terapi dengan antibiotik dengan steroid lokal dapat diberikan sesudah kemungkinan
infeksi virus herpes simpleks disingkirkan. Pemberian steroid sebaiknya dalam waktu yang
singkat disertai dengan pemberian vitamin B dan C dosis tinggi.4,5
Ulkus Mooren
Albert Mooren adalah seorang dokter Jerman pada tahun 1928-1899 yang menguraikan
tukak serpingiosa kronik yang terdapat pada lansia.
Ulkus Mooren merupakan suatu ulkus menahun superfisial yang dimulai dari tepi kornea,
dengan bagian tepinya bergaung dan berjalan progresif tanpa kecenderungan perforasi. Lambat
15
Ulkus Kornea dan Keratitis
laun ulkus ini akan mengenai seluruh kornea. Diduga akibat reaksi hipersensitivitas terhadap
protein tuberculosis, virus, autoimun,dan alergi terhadap toksin ankilostoma.
Merupakan tukak kornea idiopatik unilateral ataupun bilateral. Pada usia lanjut, biasanya
unilateral, sering disertai rasa sakit dan merah. Penyakit ini sering terdapat pada wanita usia
pertengahan. Pasien terlihat sakit berat dan 25% mengalami billateral.
Tukak ini menghancurkan membran Bowman dan stroma kornea, tidak terdapat
neovaskularisasi pada bagian yang sedang aktif, bila kronik akan terlihat jaringan parut dan
vaskularisasi. Jarang terjadi perforasi ataupun hipopion. Proses yang terjadi kemungkinan
kematian sel yang disusul dengan pengeluaran kolagenase.
Di klinik dikenal dua bentuk:
Pasien tua terutama laki-laki, 75 %, unilateral dengan rasa sakit yang tidak berat,
prognosis sedang, dan jarang perforasi.
Pasien muda laki-laki, 75 % binokular, dengan rasa sakit dan berjalan progresif.
Prognosis buruk, 1/3 kasus terjadi perforasi kornea.
Banyak pengobatan yang dicoba seperti steroid, antibiotika, anti virus, anti jamur,
kolagenase inhibitor, heparin, dan pembedahan keratektomi, lameler keratoplasti dan eksisi
konjungtiva. Semau cara pengobatan biasanya belum memberi hasil yang memuaskan.5
Keratokonjungtivitis Phlyectenular
Penyakit ini akibat hipersensitivitas tipe lambat terhadap produk bakteri. Phlycten adalah
akumulasi setempat limfosit, monosit, makrofag, dan akhirnya neutrofil. Lesi ini mula-mula
muncul dilimbus, namun pada serangan-serangan berikutnya akan mengenai konjungtiva bulbi
dan kornea.
Phlyctenular kornea, umumnya bilateral, berakibat sikatriks dan vaskularisasi namun phlyctenul
konjungtiva tidak menimbulkan bekas. Pada jenis tuberkulosa, serangan dapat dipicu oleh
kojungtivitis bakteri akut, namun secara khas terkait dengan peningkatan sementara aktivitas
tuberkulosis pada anak. Phlyctenular yang tidak diobati akan menyembuh dalam 10-14 hari,
namun terapi topikal dengan kortikosteroid memperpendek proses ini menjadi satu atau dua hari
dan sering mengurangi timbulnya parut dan vaskularisasi. Respon kortikosteroid terutama
ditujukan untuk mengatasi infeksi bakteri penyebab.4
Ulkus Kornea akibat Defisiensi Vitamin A
16
Ulkus Kornea dan Keratitis
Ulkus kornea tipikal avitaminosis A terletak di pusat dan bilateral, berwarna kelabu dan
indolen, disertai kehilangan kilau kornea di daerah sekitarnya. Kornea melunak dan nekrotik
(keratomalacia), dan sering timbul perforasi. Epitel konjungtiva berlapis keratin, yang terlihat di
bintik bitot. Bintik bitot adalah daerah berbentuk baji pada konjungtiva, biasanya pada tepi
temporal, dengan limbus dan apeksnya melebar ke arah katus lateral. Di dalam segitiga ini
konjungtiva berlipat-lipat konsentris terhadap limbus, dan materi kering bersisik dapat rontok
dari daerah ini ke dalam cul-de-sac inferior. Kerokan konjungtiva dari bintik bitot, setelah
dipulas menampakkan banyak basil xerosis saprofitik (Corynebacterium xerosis; batang-batang
berlengkung pendek) dan sel-sel epitel berkeratin.
Ulserasi kornea akibat avitaminosis A terjadi karena kekurangan vitamin A dari makanan
atau gangguan absorbsi saluran cerna dan gangguan pemanfaatan oleh tubuh. Ulkus dapat terjadi
pada bayi yang mempunyai masalah makanan; pada orang dewasa dengan diet ketat atau tidak
adekuat; atau pada orang dengan obstruksi bilier, karena empedu dalam saluran cerna diperlukan
dalam penyerapan vitamin A. Kekurangan vitamin A menyebabkan keratinisasi umum pada
epitel di seluruh tubuh. Perubahan pada konjungtiva dan kornea bersama-sama dikenal sebagai
xeropthalmia. Karena epithel jalan nafas juga terkena, banyak pasien, bila tidak diobati, akan
meninggal karena pneumonia. Avitaminosis A juga menghambat pertumbuhan tulang. Ini
terutama penting pada bayi; misalnya jika tulang-tulang tengkorak tidak tumbuh dan otak
tumbuh terus, timbullah peningkatan tekanan intrakranial dan papiledema.
Defisiensi vitamin A ringan harus diterapi; pada orang dewasa dengan dosis 30.000
unit/hari selama 1 minggu. Kasus-kasus berat mula-mula memerlukan dosis yang jauh lebih
tinggi (20.000/kg/hari). Salep sulfonamida atau antibiotika dapat digunakan secara lokal pada
mata untuk mencegah infeksi bakteri sekunder. Rata-rata keperluan harian vitamin A adalah
1500-5000 IU untuk anak-anak, menurut usia, dan 5000 IU untuk dewasa.4
Ulkus Neuroparalitik
Ulkus yang terjadi akibat gangguan nervus trigeminus atau ganglion Gaseri yang
mempersarafi kornea terputus karena trauma, tindakan bedah, tumor, peradangan, atau karena
cara lain. Akibatnya adalah kornea kehilangan kepekaan (anastetik) dan refleks berkedip. Benda
asing pada kornea bertahan tanpa memberikan keluhan selain daripada itu kuman dapat
berkembang biak tanpa ditahan daya tahan tubuh. Gejala yang khas adalah tidak didapatkan rasa
17
Ulkus Kornea dan Keratitis
nyeri, tidak ada lakrimasi dan kehilangan sensari kornea total. Tanda-tanda ulkus neuroparalitik
adaalah didapatkan kongesti siliar dan perubahan awal kornea berupa erosi pungtata epitel pada
daerah interpalpebral diikuti dengan ulserasi karena eksfoliasi epitel kornea. Terjadi
pengelupasan epitel dan stroma kornea sehingga terjadi ulkus kornea.
Pengobatan dengan melindungi mata dan sering memerlukan tindakan blefarorafi.4,5
Patogenesis Ulkus Kornea
Epithelium yang rusak terinfeksi oleh agen patologik yang muncul pada perkembangan
ulkus kornea dapat dideskripsikan menjadi empat stadium, yaitu infiltrasi, ulkus aktif, regresi,
dan sikatrik. Hasil akhir dari ulkus kornea tergantung kepada virulensi agen infektif, mekanisme
daya tahan tubuh, dan terapi yang diberikan. Bergantung kepada tiga faktor tersebut, maka ulkus
kornea dapat menjadi:
a. ulkus terlokalisir dan sembuh
b. penetrasi lebih dalam sampai dapat terjadi perforasi, atau
c. Menyebar secara cepat pada seluruh kornea dalam bentuk ulkus kornea.9
Patologi Ulkus Kornea yang Terlokalisir
1. Stadium infiltrasi progresif
Karakteristik yang menonjol adalah infiltrasi dari polymorphonuklear dan atau
limfosit ke epithelium dari suplementasi sirkulasi perifer melalui stroma jika jaringan
ini juga terkena. Nekrosis pada jaringan juga dapat terjadi, tergantung pada virulensi
agen dan ketahanan daya tahan tubuh pasien.
2. Stadium ulkus aktif
Ulkus aktif adalah suatu hasil dari nekrosis dan pelepasan epithelium, lapisan
Bowman dan stroma. Dinding dari ulkus aktif membengkak pada lamella dengan
menginhibisi cairan dan sel-sel leukosit yang ada diantara lapisan bowman dan
stroma. Zona infiltrasi memberikan jarak antara jaringan sekitar dan tepi ulkus. Pada
stadium ini, sisi dan dasar ulkus tampak infiltrasi keabu-abuan dan pengelupasan.
Pada stadium ini, akan menimbulkan hiperemia pada pembuluh darah jaringan
circumcorneal yang menimbulkan eksudat purulen pada kornea. Muncul juga
kongesti vaskular pada iris dan badan silier dan beberapa derajat iritis yang
disebabkan oleh absorbsi toksin dari ulkus. Eksudasi menuju kamera okuli anterior
18
Ulkus Kornea dan Keratitis
melalui pembuluh darah iris dan badan silier dapat menimbulkan hipopion.
Ulserasi mungkin terjadi kemajuan dengan penyebaran ke lateral yang ditunjukkan
pada ulkus superfisial difus atau kemajuan itu lebih ke arah dalam dan dapat
menyebabkan pembentukan desmetocele dan dapat menyebabkan perforasi. Bila
agen infeksius sangat virulen dan/atau daya tahan tubuh menurun maka dapat
penetrasi ke tempat yang lebih dalam pada stadium ulkus aktif.
3. Stadium regresi
Regresi dipicu oleh daya tahan tubuh natural (produksi antibodi dan immune
selular) dan terapi yang dapat respon yang baik. Garis demarkasi terbentuk
disekeliling ulkus, yang terdiri dari leukosit yang menetralisir dan phagosit yang
menghambat organisme dan debris sel nekrotik. Proses ini didukung oleh
vaskularisasi superfisial yang meningkatkan respon imun humoral dan seluler.
Ulkus pada stadium ini mulai membaik dan epithelium mulai tumbuh pada
sekeliling ulkus.
4. Stadium sikatrik
Stadium ini, proses penyembuhan berlanjut dengan semakin progresifnya
epithelisasi yang membentuk lapisan terluar secara permanen. Selain epithelium,
jaringan fibrous juga mengambil bagian dengan membentuk fibroblast pada
kornea dan sebagian sel endotelial untuk membentuk pembuluh darah baru.
Stroma yang menebal dan mengisi lapisan bawah epithelium , mendorong epithel
ke anterior.
Derajat jaringan parut (scar) pada penyembuhan bervariasi. Jika ulkus sangat
superfisial dan hanya merusak epithelium saja, maka akan sembuh tanpa ada
kekaburan pada kornea pada ulkus tersebut. Bila ulkus mencapai lapisan Bowman
dan sebagian lamella stroma, jaringan parut yang terbentuk disebut dengan
nebula. Makula dan leukoma adalah hasil dari proses penyembuhan pada ulkus
yang lebih dari 1/3 stroma kornea.9
Patologi Ulkus Kornea yang Perforasi
Perforasi ulkus kornea dapat terjadi bila proses ulkus lebih dalam dan mencapai
membrana descemet. Membran ini keluar sebagai descemetocele. Pada stadium ini, tekanan yang
19
Ulkus Kornea dan Keratitis
meningkat pada pasien secara tiba-tiba seperti batuk, bersin, mengejan, dan lain-lain akan
menyebabkan perforasi, kehilangan aqueous, tekanan intraokuler yang menurun dan dispraghma
iris dan lensa yang pindah ke anterior. Efek dari perforasi ini tergantung pada posisi dan ukuran
perforasi. Bila perforasi kecil, dapat terjadi proses penyembuhan dan pembentukan sikatrik yang
cepat. Leukoma adheren adalah tampilan yang paling sering terdapat pada kondisi akhir ini.9
Diagnosis
Diagnosis laboratorium ulkus kornea dapat ditemukan keratomalasia dan sisa karat benda
asing.
Pemeriksaan laboratorium sangat berguna untuk membantu membuat diagnosis kausa.
Pemeriksaan jamur dilakukan sediaan hapus yang memakai larutan KOH.
Sebaiknya pada setiap ulkus kornea harus dilakukan pemeriksaan agar darah, Sabouraud,
triglikolat, dan agar coklat.5
Penatalaksanaan
Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar
tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea tergantung
penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur,
sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengan steroid. Pasien dirawat bila mengancam
perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat
sistemik.
a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah
Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya
Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang
Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan
mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
Berikan analgetik jika nyeri
b. Penatalaksanaan medis
Pengobatan konstitusi. Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan
keadaan umum yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus
diperbaiki dengan makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat,
20
Ulkus Kornea dan Keratitis
pemberian roboransia yang mengandung vitamin A, vitamin B kompleks dan
vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang disebabkan kuman yang virulen, yang tidak
sembuh dengan pengobatan biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc
susu steril yang disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan
penyuntikan ini suhu badan akan naik, tetapi jangan sampai melebihi 39,5°C.
Akibat kenaikan suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya antibodi dalam badan
dan menjadi lekas sembuh.
Pengobatan lokal. Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera
dihilangkan. Lesi kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-
baiknya. Konjungtivitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal
pada hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.
Infeksi pada mata harus diberikan:
Sulfas atropine sebagai salap atau larutan. Kebanyakan dipakai sulfas
atropine karena bekerja lama 1-2 minggu. Efek kerja sulfas atropine :
o Sedatif, menghilangkan rasa sakit.
o Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.
o Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.
Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya
akomodsi sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan
lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehinggga
sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah
pembentukan sinekia posterior yang baru
Skopolamin sebagai midriatika.
Analgetik. Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes
pantokain, atau tetrakain tetapi jangan sering-sering.
Antibiotik. Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang
berspektrum luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi
subkonjungtiva.Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salap
mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat
menimbulkan erosi kornea kembali.
Anti jamur. Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya
21
Ulkus Kornea dan Keratitis
preparat komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi
bisa dibagi:
o Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya: topikal amphotericin
B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan
Imidazole
o Jamur berfilamen: topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin,
Imidazol
o Ragi (yeast): amphotericin B, Natamicin, Imidazol
o Actinomyces yang bukan jamur sejati: golongan sulfa, berbagai jenis
antibiotik.
Antiviral. Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid
lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi
sekunder analgetik bila terdapat indikasi.Untuk herpes simplex diberikan
pengobatan IDU, ARA-A, PAA, interferon inducer.
Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena dapat
menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik
terhadap perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan
pada ulkus yang bersih tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.
c. Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan:
i. Kauterisasi.
Dengan zat kimia: Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni
trikloralasetat.
Dengan panas (heat cauterisasion): memakai elektrokauter atau
thermophore. Dengan instrumen ini dengan ujung alatnya yang
mengandung panas disentuhkan pada pinggir ulkus sampai berwarna
keputih-putihan.
ii. Pengerokan epitel yang sakit.
Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak
menunjukkan perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama
dengan yang baru yang banyak mengandung antibodi dengan harapan luka
cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan
22
Ulkus Kornea dan Keratitis
melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik
menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada
ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap
konjungtiva ini dapat dilepaskan kembali.
Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan
sulfas atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan
jangan melakukan gerakan-gerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris
dan terjadinya baru saja, maka dapat dilakukan:
o Iridektomi dari iris yang prolaps
o Iris reposisi
o Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva
o Beri sulfas atropin, antibiotik dan balut yang kuat.
Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita
obati seperti ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai
akhirnya sembuh menjadi leukoma adherens.Antibiotik diberikan juga
secara sistemik.
iii. Keratoplasti
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak
berhasil. Terdapat dua jenis keratoplasti yaitu:
Keratoplasti penetrans, berarti penggantian kornea seutuhnya. Donor lebih
muda lebih disukai untuk keratoplasti penetrans; terdapat hubungan
langsung antara umur dengan kesehatan dan jumlah sel endotel. Karena
sel endotel sangat cepat mati, mata hendaknya diambil segerea setelah
donor meninggal dan segera dibekukan. Mata utuh harus dimanfaatkan
dalam 48 jam. Media penyimpan modern memungkinkan penyimpanan
lebih lama. Tudung korneo sklera yang disimpan dalam media nutrien
boleh dipakai sampai 6 hari setelah donor meninggal dan pengawetan
dalam media biakan jaringan dapat tahan sampai 6 minggu.
Keratoplasti lamelar, berarti penggantian sebagian dari ketebalan kornea.
Untuk keratoplasti lamelar kornea itu dapat dibekukan, didehidrasi, atau
23
Ulkus Kornea dan Keratitis
disimpan dalam lemari es selama beberapa minggu; sel endotel tidak
penting untuk prosedur ini.Tindakan ini dilakukan apabila lapisan endotel
penderita masih dapat menjalankan fungsi pompanya dengan baik. Selain
itu, lapisan membran Descemet dan lapisan kornea yang lebih dalam juga
masih intak dan harus dalam keadaan baik. Indikasi keratoplasti adalah
bila:
o Dengan pengobatan tidak sembuh.
o Terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan.
o Lokasi parut atau kekeruhan terletak di sentral.
o Kedalaman ulkus yang mengancam terjadinya perforasi.
o Kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam
penglihatan.
o Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita
o Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
o Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.4,5,7
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat
Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
Prolaps iris
Sikatrik kornea
Katarak
Glaukoma sekunder5
Pencegahan
Perlindungan terhadap mata di tempat kerja, atau dimanapun dimana terdapat partikel
kecil beterbangan sangat penting. Pelindung ultraviolet pada kacamata atau kaca mata hitam
dapat membantu melindungi mata dari cahaya matahari. Kacamata dengan pelindung UV harus
digunakan saat bermain ski atau saat berada di salon untuk membakar kulit untuk melindungi
24
Ulkus Kornea dan Keratitis
mata dari sinar UV. Memberikan perhatian pada mata merah dapat mencegah kerusakan yang
progresif. Untuk orang yang tidak memiliki air mata yang adekuat, penggunaan tetes mata
buatan dapat mencegah kerusakan akibat kekeringan. Pergi ke dokter spesialis mata pada awal-
awal terdapatnya tanda infeksi dapat mencegah pemburukan kondisi pada ulkus kornea.4
Prognosis
Apabila ulkus kornea segera diterapi, infeksi pada kornea biasanya dapat sembuh,
mungkin bahkan tanpa terjadinya ulkus pada kornea. Bagaimanapun, infeksi yang tidak diterapi
dapat menyebabkan ulkus kornea yang dapat menimbulkan scar atau bahkan perforasi pada
kornea. Masalah lainnya dapat muncul termasuk glaucoma. Pasien dengan penyakit sistemik
dapat menghambat proses peyembuhan (seperti diabetes mellitus atau rheumatoid arthritis) yang
membutuhkan terapi agresif. Semakin lambat terapi yang diberikan, akan semakin menambah
kerusakan yang terjadi dan scar yang lebih luas. Transplantasi kornea adalah standar terapi yang
memiliki kemungkinan keberhasilan yang besar.4
Keratitis
Radang kornea biasanya diklasifikasi dalam lapis kornea yang terkena, seperti keratitis
superfisial dan interstitial atau profunda. Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti
kurangnya ari mata, keracunan obat, reaksi alergi terhadap yang diberi topical, dan reaksi
terhadap konjungtivitis menahun.
Keratitis akan memberikan gejala mata merah, rasa silau, dan merasa kelilipan.
Pengobatan dapat diberikan antibiotika, air mata buatan dan sikloplegik.5
BAB III
25
Ulkus Kornea dan Keratitis
KESIMPULAN
Daftar Pustaka
26
Ulkus Kornea dan Keratitis
1. Hartono, Hernowo AT, Sasongko MB. Anatomi mata dan fisiologi penglihatan. Dalam:
Ilmu Kesehatan Mata. Edisi pertama, cetakan pertama. Bagian Ilmu Penyakit Mata.
Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada; November 2007. h.3-4.
2. Hartono. Ringkasan anatomi & fisiologi mata. Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas
Kedokteran Unviersitas Gajah Mada. Yogyakarta: Rasmedia Grafika; 2012. h. 3-7.
3. Ilyas HS.Anatomi dan fisiologi mata. Dalam: Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2005. h. 4-6.
4. Biswell R. Cornea. In: Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 17th ed. McGraw-
Hill Companies; 2008. p.126-49.
5. Ilyas HS. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak. Dalam: Ilmu Penyakit Mata.
Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2005.h.
159-67.
6. Suhardjo SU, Sundari S, Sasongko B. Kelainan palpebral, konjungtiva, kornea, sclera dan
sistem lakrimal. Dalam: Ilmu Kesehatan Mata. Edisi pertama, cetakan pertama. Bagian
Ilmu Penyakit Mata. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada;
November 2007. h. 41-49.
7. Grayson M. Keratitis. In: Diseases of The Cornea. 2nd ed. St. Louis, Missouri: The C.V.
Mosby Company; 1983. p. 44-101.
8. Grayson M. Viral diseases. In: Diseases of The Cornea. 2nd ed. St. Louis, Missouri: The
C.V. Mosby Company; 1983. p. 157-92.
9. Sharma R, Brunette DD. Ophthalmology. Mark JA, ed. In: Rosen's Emergency Medicine:
Concepts and Clinical Practice. 7th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2009. Chap. 9.
10.
27
Ulkus Kornea dan Keratitis