Referat KSS-Abdul Jafar

18
REFERAT KARSINOMA SEL SKUAMOSA Oleh : Abdul Jafar Sidik NIM:1111103000099 Pembimbing : dr. Retno Sawitri, SpKK dr. Shinta JBTR, SpKK KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BEKASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

description

n

Transcript of Referat KSS-Abdul Jafar

Page 1: Referat KSS-Abdul Jafar

1

REFERAT

KARSINOMA SEL SKUAMOSA

Oleh :

Abdul Jafar Sidik

NIM:1111103000099

Pembimbing :

dr. Retno Sawitri, SpKK

dr. Shinta JBTR, SpKK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BEKASI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015

Page 2: Referat KSS-Abdul Jafar

2

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Abdul Jafar Sidik

NIM : 1111103000099

Judul Referat : Karsinoma Sel Skuamosa

Telah menyelesaikan tugas referat dalam kegiatan Kepaniteraan Klinik di bagian

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bekasi, Juli 2015

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Retno Sawitri, SpKK dr. Shinta JBTR, SpKK

Page 3: Referat KSS-Abdul Jafar

3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah referat di

bidang ilmu penyakit kulit dan kelamin yang berjudul Karsinoma Sel Skuamosa.

Salawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang

senantiasa dinantikan syafa’atnya di hari akhir kelak.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dr. Retno Sawitri, SpKK yang telah

memberikan kesempatan dan waktunya untuk menjadi pembimbing penulis dalam

menyelesaikan penulisan referat ini.

Penulis menyadari bahwa referat yang berjudul Karsinoma Sel Skuamosa ini

masih terlalu jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, karena

memang tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini kecuali Tuhan semesta alam.

Oleh karena itu penulis memohon maaf jika terdapat banyak kesalahan dan

kekeliruan dalam penulisan referat ini. Kritik dan saran yang membangun selalu

penulis tunggu demi perbaikan penulisan referat ini.

Demikian semoga referat ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang

membacanya dan terutama bagi penulis sendiri yang sedang menempuh

kepaniteraan klinik ilmu penyakit kulit dan kelamin di RSUD kota Bekasi.

Bekasi, Juli 2015

Penulis

Page 4: Referat KSS-Abdul Jafar

4

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………2

KATA PENGANTAR ……………………………………………………........3

DAFTAR ISI …………………………………………………………………...4

BAB 1 PENDAHULUAN …..…………..…………………………………....5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………..7

2.1 Definisi ……………………………………………………………7

2.2 Epidemiologi ……………………………………………………...8

2.3 Etiologi ……………………………………………………………9

2.4 Klasifikasi …………………………………………………………9

2.5 Gambaran Klinis ………………………………………………….12

2.6 Patogenesis ……………………………………………………….12

2.7 Pemeriksaan Penunjang …………………………………………..12

2.8 Diagnosis Banding ………………………………………………..13

2.9 Penatalaksanaan …………………………………………………..15

2.10 Komplikasi dan Prognosis …..……………………………………16

BAB 3 KESIMPULAN ……………………………………………………...17

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….18

Page 5: Referat KSS-Abdul Jafar

5

BAB I

PENDAHULUAN

Karsinoma sel skuamosa merupakan suatu keganasan dari keratinosit yang

terbentuk dari sel-sel epidermis yang lebih berdiferensiasi. Keratinosit yang

merupakan tipe sel epidermis terbanyak mengalami proliferasi yang tidak terkontrol

sehingga terjadi proses keganasan. Karsinoma sel skuamosa merupakan salah satu

kanker kulit yang paling sering dijumpai setelah karsinoma sel basal.1

Sinar matahari merupakan faktor etiologi utama yang menyebabkan

karsinoma sel skuamosa. Seperti pada karsinoma sel basal, bagian sinar matahari

yang menyebabkan timbulnya kanker ini adalah sinar ultraviolet dengan panjang

gelombang antara 280 sampai 320 nm (spektrum UVB). Tetapi penelitian terakhir

yang menggunakan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang berkisar antara 320

sampai 400 nm (spektrum UVA), yang dikombinasi dengan psoralen oral dalam

pengobatan prosiasis, membuktikan bahwa pasien yang terpapar UVA dengan

psoralen secara kronik dan lama juga dapat menderita karsinoma sel skuamosa.

Penyebab lain dari karsinoma sel skuamosa adalah menelan arsenik, radiasi sinar x,

luka bakar, jaringan parut, dan beberapa kelainan genetik.1,2

Orang-orang berkulit terang yang terpapar sinar matahari secara kronik

seperti petani dan pelaut memiliki insidens karsinoma sel skuamosa yang tinggi.

Karsinoma sel basal maupun karsinoma sel skuamosa lebih sering ditemukan pada

daerah yang kaya akan sinar matahari seperti di daerah tropis. Insidens karsinoma

sel skuamosa dan karsinoma sel basal pada orang berkulit gelap sangat rendah.1

Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul dengan nodul yang menebal,

bersisik dan berulserasi serta kadang-kadang berdarah. Nodul-nodul ini biasanya

timbul pada kulit yang rusak karena sinar matahari di daerah wajah, kulit kepala,

telinga, leher, tangan, atau lengan. Seringkali nodul ini dikelilingi oleh keratosis

aktinik multipel, yang apabila tidak diobati dapat berdegenerasi menjadi karsinoma

sel skuamosa. Suatu varian dari karsinoma sel skuamosa yang hanya terlokalisasi

pada epidermis saja disebut karsinoma Bowen akibat pajanan kronik sinar matahari

atau akibat menelan arsenik. Karsinoma Bowen memiliki gambaran berupa plak

Page 6: Referat KSS-Abdul Jafar

6

eritematosa, dengan tepi yang berundulasi, bersisik, dan sering terdapat erosi di

bagian tengahnya.2,3

Karsinoma sel skuamosa yang terjadi pada kulit yang rusak akibat sinar

matahari biasanya tidak bermetastasis dan jarang menimbulkan kematian. Namun,

karsinoma yang terjadi pada daerah-daerah yang tidak terpapar sinar matahari

seperti bibir, bokong, dan lipat paha, setelah menelan arsenik atau pada jaringan

parut lama mempunyai resiko metastasis yang lebih besar.1,3

Penanganan karsinoma sel skuamosa terutama berupa pembedahan.

Radioterapi, krioterapi, dan kemoterapi memiliki angka kesembuhan sekitar 95%

hingga 98%. Lesi metastasis karsinoma sel skuamosa tidak berespons baik terhadap

kemoterapi. Sama seperti pasien karsinoma sel basal, pasien karsinoma sel

skuamosa juga harus diperiksa secara terus-menerus karena adanya resiko tinggi

terjadinya karsinoma sel skuamosa yang baru.1

Page 7: Referat KSS-Abdul Jafar

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Karsinoma adalah istilah yang digunakan untuk sebuah keganasan yang

berasal dari sel epitel. Sel epitel tubuh berasal dari ketiga lapisan germinativum

yaitu epitel usus (endoderm), epitel tubulus renal (mesoderm), dan epitel kulit

(ektoderm). Proses neoplasma yang tumbuh pada ketiga tempat tersebut disebut

karsinoma, termasuk neoplasma atau keganasan yang terjadi pada epidermis kulit.3

Karsinoma sel skuamosa adalah salah satu jenis neoplasma yang terjadi

pada organ kulit. Karsinoma sel skuamosa merupakan suatu keganasan dari

keratinosit yang terbentuk dari sel-sel epidermis yang lebih terdiferensiasi.

Keratinosit yang merupakan tipe sel epidermis terbanyak tersebut mengalami

proliferasi yang tidak terkontrol sehingga terjadi proses keganasan.4

Gambar 2.1: sel skuamosa merupakan bagian dari lapisan sel-sel epidermis yang

mengalami keratinisasi menjadi keratinosit.5

Karsinoma sel skuamosa dapat terjadi pada setiap epitel berlapis skuamosa

atau mukosa yang mengalami metaplasia skuamosa. Jadi bentuk kanker ini dapat

Page 8: Referat KSS-Abdul Jafar

8

terjadi misalnya di lidah, bibir, esofagus, serviks, vulva, vagina, bronkus atau

kandung kemih, tetapi paling sering karsinoma sel skuamosa terjadi di daerah kulit.5

Nama lain dari karsinoma sel skuamosa adalah epitelioma sel skuamosa

(Prickle), karsinoma sel prickle, karsinoma epidermoid, pavement epithelioma,

spinalioma, karsinoma Bowen dan cornified epithelioma.4

2.2 Epidemiologi

Karsinoma sel skuamosa merupakan salah satu kanker kulit yang paling

sering dijumpai setelah karsinoma sel basal dan insidensinya meningkat di seluruh

dunia. Dalam waktu 10 tahun dari 2001 hingga 2011, insidens karsinoma sel

skuamosa di Sklotlandia mengalami peningkatan hingga 50%, mencapai 2900

kasus baru pertahun.2

Karsinoma sel skuamosa lebih sering terjadi pada orang berkulit terang

daripada kulit berwarna. Orang-orang berkulit terang yang terpapar sinar matahari

secara kronik seperti petani dan pelaut memiliki insidens karsinoma sel skuamosa

yang tinggi. Insidens karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel basal pada orang

berkulit gelap sangat rendah.6

Karsinoma sel basal maupun karsinoma sel skuamosa lebih sering

ditemukan pada daerah yang kaya sinar matahari seperti di daerah tropis.

Karsinoma sel skuamosa juga lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan

wanita, terutama pada usia diatas 40 tahun. Insiden karsinoma sel skuamosa

semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia.6

Lebih dari 90% kanker rongga mulut adalah karsinoma sel skuamosa.

Memang, insidensi karsinoma sel skuamosa rongga mulut sangat tinggi di daerah

tertentu di India, tempat orang sering mengunyah buah pinang. Setiap tahun kurang

dari 3% kejadian kanker terjadi di Amerika Serikat, di negara-negara berkembang

jumlah tersebut bisa lebih besar dan lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita

dengan perbandingan 6:1 pada tahun 1976, dan 2:1 pada tahun 2003. Perubahan

tersebut dikarenakan peningkatan jumlah perokok wanita pada 3 dekade terakhir.6,7

Page 9: Referat KSS-Abdul Jafar

9

2.3 Etiologi

Sinar matahari merupakan faktor etiologi utama yang menyebabkan

karsinoma sel skuamosa. Sinar matahari yang menyebabkan timbulnya kanker ini

adalah sinar ultraviolet dengan panjang gelombang antara 280 sampai 320 nm

(spektrum UVB). Tetapi penelitian terakhir yang menggunakan sinar ultraviolet

dengan panjang gelombang berkisar antara 320 sampai 400 nm (spektrum UVA),

yang dikombinasi dengan psoralen oral dalam pengobatan prosiasis, membuktikan

bahwa pasien yang terpapar UVA dengan psoralen secara kronik dan lama juga

dapat menderita karsinoma sel skuamosa.1,2

Penyebab lain dari karsinoma sel skuamosa adalah karsinogen industri (tar

dan minyak), ulkus kronis dan osteomyelitis yang membasah, menelan arsenik,

radiasi sinar x, luka bakar lama, jaringan parut, kelainan genetik yang jarang (albino

dan xeroderma pigmentosum), dan karsinoma sel skuamosa di rongga mulut akibat

tembakau dan mengunyah buah pinang.1

Pasien yang pernah menjalani pengobatan akne atau hemangioma dengan

radioterapi beberapa tahun sebelumnya dapat mengalami karsinoma sel basal dan

karsinoma sel skuamosa. Individu yang 50 tahun yang lalu diobati dengan arsenik

karena menderita psoriasis atau asma, baik dengan cara menelan arsenik yang

berada dalam air minum atau dengan menghirup tanaman berbau arsenik, memiliki

kecenderungan untuk menderita karsinoma sel skuamosa. Pemakaian alat untuk

membuat kulit menjadi coklat seperti terbakar sinar matahari yang berlebihan juga

dapat meningkatkan insidens karsinoma sel skuamosa di masa depan.1,3

2.4 Klasifikasi

Karsinoma sel skuamosa dapat dibedakan menjadi dua bentuk secara

histopatologik, yaitu bentuk intraepidermal dan bentuk invasif.4

2.4.1 Bentuk intraepidermal

Bentuk intraepidermal ditemukan pada keratosis solaris, kornu kutanea,

keratosis arsenikal, karsinoma Bowen, eritroplasia (Queyrat), eptelioma Jadassohn.

Penyakit ini dapat menetap dalam jangka waktu yang lama ataupun menembus

Page 10: Referat KSS-Abdul Jafar

10

lapisan basal sampai ke dermis dan selanjutnya bermetastasis melalui saluran

kelenjar getah bening.4

Gambar 2.2: karsinoma sel skuamosa in situ (karsinoma Bowen) dengan lesi mirip

seperti psoriasis atau eczema.8

Gambar 2.3: karsinoma sel skuamosa yang berkembang dari lesi keratosis solaris.8

2.4.2 Bentuk invasif

Karsinoma sel skuamosa bentuk invasif ini dapat terjadi dari bentuk

intraepidermal, bentuk prakanker, ataupun dari de novo (kulit normal). Mula-mula

tumor ini berupa nodus yang keras dengan batas-batas yang tidak tegas,

permukaannya mula-mula licin seperti kulit normal yang akhirnya berkembang

Page 11: Referat KSS-Abdul Jafar

11

menjadi verukosa atau menjadi papilloma. Pada keadaan ini biasanya tampak

skuamasi yang menonjol.4

Pada perkembangan lebih lanjut tumor ini biasanya menjadi keras,

bertambah besar ke amping maupun kea rah jaringan yang lebih dalam. Invasi ke

arah jaringan lunak maupun otot serta tulang akan memberikan perabaan yang sulit

digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Ulserasi dapat terjadi, umumnya mulai dari

tengah dan dapat timbul saat nodus masih berukuran 1-2 cm. Ulserasi tersebut

diikuti pembentukan krusta dengan pinggir yang keras dan mudah berdarah.4,9

Gambar 2.4: karsinoma sel skuamosa invasif berbentuk nodul dengan potensi

metastasis.8

Urutan kecepatan invasif dan metastasis dari karsinoma sel skuamosa adalah

sebagai berikut:4

1. Tumor yang tumbuh diatas kulit normal (de novo): 30%

2. Tumor yang didahului oleh kelainan prakanker seperti radiodermatitis, sikatriks,

ulkus, sinus fistula: 25%

3. Tumor yang tumbuh dari bentuk intraepidermal seperti karsinoma Bowen dan

eritroplasia Queyrat (20%), dan keratosis solaris (2%).

Page 12: Referat KSS-Abdul Jafar

12

2.5 Gambaran Klinis

Karsinoma sel skuamosa yang belum menginvasi menembus membran

basal taut dermoepidermis (bentuk intraepidermal) tampak sebagai plak

eritematosa, berskuama, berbatas tegas dan seringkali ada erosi di bagian

tengahnya. Lesi tahap selanjutnya yang invasif tampak sebagai nodular keras

dengan batas tidak tegas yang memperlihatkan produksi keratin dalam jumlah

bervariasi yang secara klinis tampak sebagai hiperkeratosis, mungkin mengalami

ulserasi, biasanya tampak skuamasi, dan sulit digerakkan jika sudah menginvasi

jaringan lunak, otot maupun tulang yang berada di bawahnya.9,10

2.6 Patogenesis

Karsinoma sel skuamosa biasanya timbul pada kulit yang terpapar sinar

matahari, tetapi bisa juga tumbuh di kulit manapun atau di tempat-tempat tertentu.

Karsinoma sel skuamosa ini bisa tumbuh pada kulit normal maupun pada kulit yang

rusak akibat pemaparan sinar matahari (keratosis aktinik).3

Karsinoma sel skuamosa berawal sebagai daerah kemerahan yang bersisik

dengan permukaan berkeropeng yang tidak kunjung sembuh. Kemudian tumor akan

tumbuh menonjol, kadang permukaannya menyerupai kutil. Pada akhirnya tumor

menjadi sebuah luka terbuka dan tumbuh ke dalam jaringan di bawahnya.

Kebanyakan karsinoma sel skuamosa hanya mempengaruhi daerah di sekitarnya,

yaitu menembus ke dalam jaringan di sekitarnya. Tetapi kadang terjadi penyebaran

ke tempat yang jauh (metastasis) melalui kelenjar getah bening yang bisa berakibat

fatal.9,11

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis karsinoma sel skuamosa ditegakkan melalui anamnesis,

pemeriksaan fisik status dermatologi dan pemeriksaan penunjang mikroskopis

melalui biopsi. Seringkali, biopsi ditunda karena keputusan dari dokter maupun

Page 13: Referat KSS-Abdul Jafar

13

pasien, karena terdapat infeksi atau iritasi lokal. Tetapi, penundaan tersebut tidak

boleh lebih dari 3-4 minggu. Kadang luasnya lesi menyulitkan untuk melakukan

biopsi yang tepat untuk membedakan displasia atau kanker. Oleh sebab itu

tambahan penilaian klinis lainnya dapat membantu mempercepat biopsi dan

memilih daerah yang tepat untuk melakukan biopsi.11,12

Penggunaan cairan toluidine blue sangat berguna sekali, karena

keakuratannya (lebih dari 90%), murah, cepat, sederhana dan tidak invasif.

Mekanisme kerjanya dengan afinitas atau menempelnya toluidine blue dengan

DNA dan sulfat mukopolisakarida (salah satu bahan penyusun matriks

ekstraselular), sehingga dapat dibedakan apakah terjadi displasia atau keganasan.

Toluidine blue berikatan dengan membran mitokondria, yang terikat lebih kuat

pada epitel sel displasia dan sel kanker daripada dengan jaringan normal.12

Sitologi eksfoliatif telah membantu dalam menentukan diagnosa. Namun,

kesulitan pengumpulan sel, waktu yang lama dan biaya yang mahal telah membatasi

penggunaannya. Teknik brush biopsy secara luas digunakan pada sitologi dengan

pengumpulan sel yang mewakili keseluruhan epitel berlapis skuamosa.

Prosedurnya tidak menyebabkan sakit, oleh sebab itu tidak perlu penggunaan

anestesi.12

2.8 Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari karsinoma sel skuamosa adalah:

1. Karsinoma sel basal

Tumor ini berasal dari sel epidermis pluripotensial, atau dari epidermis dan

adneksanya. Secara klinis tumor ini tampak sebagai papula berkilap mirip

mutiara yang mengandung pembuluh darah subepidermis yang melebar dan

mencolok (telangiektasis). Tumor ini dapat dijumpai pada pasien yang lebih

mudah dari pasien karsinoma sel skuamosa, dan jika disertai ulserasi akan sulit

dibedakan dengan karsinoma sel skuamosa.8,10

Page 14: Referat KSS-Abdul Jafar

14

Gambar 2.5: perbandingan lesi karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel

basal.2

2. Keratoacanthoma

Lesi ini juga sulit dibedakan dengan karsinoma sel skuamosa secara klinis dan

histopatologi. Tumor ini tampak memiliki kawah atau lubang tipikal di tengah

lesi dan berkembang lebih cepat daripada karsinoma sel skuamosa.8

Gambar 2.6: keratoacanthoma.2

3. Melanoma

Melanoma yang berulserasi atau melanoma amelanotik (tanpa pigmentasi

tipikal) sangat sulit dibedakan dengan karsinoma sel skuamosa.8

Gambar 2.7: melanoma maligna.8

Page 15: Referat KSS-Abdul Jafar

15

4. Psoriasis/Eczema

Gambaran klinis karsinoma Bowen berupa plak eritematosa, dengan tepi yang

berundulasi, bersisik, dan sering terdapat erosi di bagian tengahnya (gambar

2.2). Penyakit ini tidak dapat dibedakan dengan psoriasis atau eczema. Suatu

lesi psoriasis atau eczema yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan

harus dibiopsi untuk menegakkan suatu keganasan.8

2.9 Penatalaksanaan

Karsinoma sel skuamosa dan penyakit Bowen ditangani dengan

mengangkat tumor, baik dengan cara kuretasi dan elektrodesikasi maupun

memotongnya dengan pisau bedah. Keratosis aktinik bisa berubah menjadi

karsinoma sel skuamosa. Keratosis aktinik dihancurkan dengan larutan nitrogen

atau krim fluorourasil. Keratoakantoma adalah lesi yang menyerupai karsinor sel

skuamosa, yang dapat sembuh spontan. Pengangkatan dengan pembedahan atau

terapi radiasi. Pengangkatan kelenjar regional dilakukan bila terdapat kecurigaan

keganasan. Selain itu pengobatan dapat dilakukan bedah listrik, bedah eksisi,

kemoterapi dan radiasi.13,14

Terapi yang potensial diantaranya pembedahan ataupun terapi radiasi.

Kadang kemoterapi digunakan sebagai tambahan, namun beberapa tumor kurang

responsif terhadap kemoterapi. Pemilihan terapi tergantung dari stadium kanker,

stadium dini (kecil dan terlokalisasi), stadium lanjut (besar dan menyebar). Evaluasi

menggunakan teknik pencitraaan yang lebih baik kualitasnya seperti MRI

(magnetic resonance imaging) dan CT (computed tomography) sangat dibutuhkan.

Teknik terbaru yaitu menggunakan PET (positron emission tomography), bisa

menentukan metastase ke kelenjar limfe. Teknik ini berguna bagi klinisi untuk

membedakan batas dan rencana terapi, juga menentukan prognosisnya.13,14

Pencegahan menggunakan analog vitamin A (retinoid) dan antioksidan lain

(beta karoten, vitamin C, E) kurang efektif, berdasarkan teori, antioksidan tersebut

dapat membantu menjaga sel-sel tubuh dari radikal bebas, yang merupakan

promotor terjadinya mutagenesis kromosom dan karsinogenesis. Namun yang

menjadi permasalahan pada penggunaan antioksidan ini adalah toksisitasnya dan

Page 16: Referat KSS-Abdul Jafar

16

rekurensinya ketika antioksidan ini tidak dilanjutkan. Efektifitas antioksidan

tergantung pada dosis, regimen dan individu pasien.14

Dapat pula dengan pendekatan nutrisional dengan diet kaya buah-buahan

dan sayur-sayuran, karena banyak mengandung antioksidan dan protein supresor-

sel yang membantu mengurangi aktifitas mutagenesis dan karsinogenesis.14

Selain itu lindungi kulit dari sinar matahari dengan menggunakan topi, baju

lengan panjang, celana panjang atau rok panjang. Cahaya matahari yang paling kuat

adalah di siang hari, karena itu hindari cahaya matahari pada siang hari. Gunakan

tabir surya yang berkualitas tinggi (dengan SPF minimal 15). Oleskan tabir surya

minimal setengah jam sebelum terkena cahaya matahari dan ulangi sesering

mungkin.13

2.10 Komplikasi dan Prognosis

Komplikasi karsinoma sel skuamosa yang paling ditakuti adalah metastasis

yang umumnya melalui kelenjar getah bening menuju organ lain. Tumor yang

terletak di daerah bibir, anus,vulva, penis lebih cepat mengadakan invasi dan

bermetastasis dibandingkan dengan daerah lainnya. Metastasis umumnya melalui

kelenjar getah bening dengan perkiraan kurang dari 50% semua kasus. Perbedaan

metastasis bergantung pada diagnosis dini, cara pengobatan dan pengawasan

setelah terapi.4

Prognosis karsinoma sel skuamosa sangat bergantung kepada diagnosis

dini, cara pengobatan dan keterampilan dokter, serta kerjasama antara pasien

dengan dokter. Prognosis yang paling buruk adalah apabila tumor tumbuh di atas

kulit normal (de novo), sedangkan tumor yang ditemukan di kepala dan leher

prognosisnya lebih baik daripada tempat lainnya. Demikian juga prognosis yang

ditemukan pada ekstremitas bawah lebih buruk daripada di ekstremitas atas.4

Page 17: Referat KSS-Abdul Jafar

17

BAB 3

KESIMPULAN

Karsinoma sel skuamosa merupakan suatu keganasan dari keratinosit yang

terbentuk dari sel-sel epidermis yang lebih terdiferensiasi. Karsinoma sel skuamosa

merupakan salah satu kanker kulit yang paling sering dijumpai setelah karsinoma

sel basal dan insidensinya meningkat di seluruh dunia. Insidensinya lebih tinggi

pada orang berkulit terang daripada orang berkulit gelap, lebih banyak dijumpai

pada laki-laki daripada perempuan, dan resiko meningkat dengan bertambahnya

usia di atas 40 tahun.

Sinar matahari spektrum ultraviolet merupakan faktor etiologi utama yang

menyebabkan karsinoma sel skuamosa. Penyebab lain dapat karena zat karsinogen,

ulkus kronis, menelan arsenik, radiasi sinar-x, luka bakar, jaringan parut, dan

kelainan genetik seperti albino dan xeroderma pigmentosum.

Karsinoma sel skuamosa dapat dijumpai dalam bentuk intraepidermal dan

bentuk invasif lebih berat dan memiliki resiko metastasis melalui kelenjar getah

bening. Diagnosis karsinoma sel skuamosa ditegakkan melalui anamnesis,

pemeriksaan fisik status dermatologi dan pemeriksaan penunjang melalui

mikroskopis biopsi atau pemeriksaan sitologi eksfoliatif. Beberapa kelainan kulit

yang sulit dibedakan dengan karsinoma sel skuamosa adalah karsinoma sel basal,

keratoacanthoma, melanoma dan psoriasis atau eczema.

Penanganan karsinoma sel skuamosa terutama berupa pembedahan.

Radioterapi, krioterapi, dan kemoterapi memiliki angka kesembuhan sekitar 95%

hingga 98%. Prognosis karsinoma sel skuamosa sangat bergantung kepada

diagnosis dini, cara pengobatan dan keterampilan dokter, serta kerjasama antara

pasien dengan dokter.

Page 18: Referat KSS-Abdul Jafar

18

DAFTAR PUSTAKA

1. Price, Sylvia A; Patophysiology: Clinical Concepts of Diseases Processes, 6th

edition, New York: Elsevier, 2009

2. Stanley B, Lorainne Wilson, et al; Skin Cancer: Basal and Squamous Cell

Carcinoma, New York: American Cancer Society, 2013

3. Vinay, Kumar, Cotran, et al; Robbin’s Basic Pathology, 7th edition, New York:

Elsevier Science, 2010

4. Djuanda, Adhi; Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 7th edition, Jakarta: FKUI,

2015

5. Motley R, Preston P, Lawrence C; Squamous Cell Carcinoma, London: British

Association of Dermatologist, 2012

6. Gregoire, Felip N, et al; Squamous Cell Carcinoma of the Head and Neck,

Annals of Oncology 21 supp(5), 2010

7. Lebwohl Mark D, et al; Treatments of Skin Diseases, 3rd edition, British:

Graphicraft Limited, 2010

8. Goodheart, Herbert P; Goodheart,s Photoguide to Common Skin Disorder:

Diagnosis and Managements, 3rd edition, USA: Lippincott, 2009

9. Goldsmith Lowell A; Fitzpatrick’s: Dermatology in General Medicine, 8th

edition, New York: 2011

10. Wollf Klaus et al; Fitzpatrick’s: Color Atlas and Synopsis of Clinical

Dermatology 6th edition, USA: 2009

11. William J, Timothy G, et al; Andrews’ Diseasesof the Skin: Clinical

Dermatology, 10th edition, 2006

12. Richard Turner, et al; Squamous Cell Carcinoma, Department of Dermatology

Churchill Hospital, 2011

13. Sajjad Rajpar, et al; Squamous Cell Carcinoma, Queen Elizabeth Hospital

Birmingham, 2014

14. Emert-Buck, Michael R; Squamous Cell Carcinoma: Diagnosis and

Managements, Am J Cancer Res, 2011