Referat KSS-Abdul Jafar
-
Upload
nurcahyo-tri-utomo -
Category
Documents
-
view
252 -
download
1
description
Transcript of Referat KSS-Abdul Jafar
1
REFERAT
KARSINOMA SEL SKUAMOSA
Oleh :
Abdul Jafar Sidik
NIM:1111103000099
Pembimbing :
dr. Retno Sawitri, SpKK
dr. Shinta JBTR, SpKK
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BEKASI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015
2
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:
Nama : Abdul Jafar Sidik
NIM : 1111103000099
Judul Referat : Karsinoma Sel Skuamosa
Telah menyelesaikan tugas referat dalam kegiatan Kepaniteraan Klinik di bagian
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bekasi, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
dr. Retno Sawitri, SpKK dr. Shinta JBTR, SpKK
3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah referat di
bidang ilmu penyakit kulit dan kelamin yang berjudul Karsinoma Sel Skuamosa.
Salawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
senantiasa dinantikan syafa’atnya di hari akhir kelak.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dr. Retno Sawitri, SpKK yang telah
memberikan kesempatan dan waktunya untuk menjadi pembimbing penulis dalam
menyelesaikan penulisan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat yang berjudul Karsinoma Sel Skuamosa ini
masih terlalu jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, karena
memang tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini kecuali Tuhan semesta alam.
Oleh karena itu penulis memohon maaf jika terdapat banyak kesalahan dan
kekeliruan dalam penulisan referat ini. Kritik dan saran yang membangun selalu
penulis tunggu demi perbaikan penulisan referat ini.
Demikian semoga referat ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya dan terutama bagi penulis sendiri yang sedang menempuh
kepaniteraan klinik ilmu penyakit kulit dan kelamin di RSUD kota Bekasi.
Bekasi, Juli 2015
Penulis
4
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………2
KATA PENGANTAR ……………………………………………………........3
DAFTAR ISI …………………………………………………………………...4
BAB 1 PENDAHULUAN …..…………..…………………………………....5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………..7
2.1 Definisi ……………………………………………………………7
2.2 Epidemiologi ……………………………………………………...8
2.3 Etiologi ……………………………………………………………9
2.4 Klasifikasi …………………………………………………………9
2.5 Gambaran Klinis ………………………………………………….12
2.6 Patogenesis ……………………………………………………….12
2.7 Pemeriksaan Penunjang …………………………………………..12
2.8 Diagnosis Banding ………………………………………………..13
2.9 Penatalaksanaan …………………………………………………..15
2.10 Komplikasi dan Prognosis …..……………………………………16
BAB 3 KESIMPULAN ……………………………………………………...17
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….18
5
BAB I
PENDAHULUAN
Karsinoma sel skuamosa merupakan suatu keganasan dari keratinosit yang
terbentuk dari sel-sel epidermis yang lebih berdiferensiasi. Keratinosit yang
merupakan tipe sel epidermis terbanyak mengalami proliferasi yang tidak terkontrol
sehingga terjadi proses keganasan. Karsinoma sel skuamosa merupakan salah satu
kanker kulit yang paling sering dijumpai setelah karsinoma sel basal.1
Sinar matahari merupakan faktor etiologi utama yang menyebabkan
karsinoma sel skuamosa. Seperti pada karsinoma sel basal, bagian sinar matahari
yang menyebabkan timbulnya kanker ini adalah sinar ultraviolet dengan panjang
gelombang antara 280 sampai 320 nm (spektrum UVB). Tetapi penelitian terakhir
yang menggunakan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang berkisar antara 320
sampai 400 nm (spektrum UVA), yang dikombinasi dengan psoralen oral dalam
pengobatan prosiasis, membuktikan bahwa pasien yang terpapar UVA dengan
psoralen secara kronik dan lama juga dapat menderita karsinoma sel skuamosa.
Penyebab lain dari karsinoma sel skuamosa adalah menelan arsenik, radiasi sinar x,
luka bakar, jaringan parut, dan beberapa kelainan genetik.1,2
Orang-orang berkulit terang yang terpapar sinar matahari secara kronik
seperti petani dan pelaut memiliki insidens karsinoma sel skuamosa yang tinggi.
Karsinoma sel basal maupun karsinoma sel skuamosa lebih sering ditemukan pada
daerah yang kaya akan sinar matahari seperti di daerah tropis. Insidens karsinoma
sel skuamosa dan karsinoma sel basal pada orang berkulit gelap sangat rendah.1
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul dengan nodul yang menebal,
bersisik dan berulserasi serta kadang-kadang berdarah. Nodul-nodul ini biasanya
timbul pada kulit yang rusak karena sinar matahari di daerah wajah, kulit kepala,
telinga, leher, tangan, atau lengan. Seringkali nodul ini dikelilingi oleh keratosis
aktinik multipel, yang apabila tidak diobati dapat berdegenerasi menjadi karsinoma
sel skuamosa. Suatu varian dari karsinoma sel skuamosa yang hanya terlokalisasi
pada epidermis saja disebut karsinoma Bowen akibat pajanan kronik sinar matahari
atau akibat menelan arsenik. Karsinoma Bowen memiliki gambaran berupa plak
6
eritematosa, dengan tepi yang berundulasi, bersisik, dan sering terdapat erosi di
bagian tengahnya.2,3
Karsinoma sel skuamosa yang terjadi pada kulit yang rusak akibat sinar
matahari biasanya tidak bermetastasis dan jarang menimbulkan kematian. Namun,
karsinoma yang terjadi pada daerah-daerah yang tidak terpapar sinar matahari
seperti bibir, bokong, dan lipat paha, setelah menelan arsenik atau pada jaringan
parut lama mempunyai resiko metastasis yang lebih besar.1,3
Penanganan karsinoma sel skuamosa terutama berupa pembedahan.
Radioterapi, krioterapi, dan kemoterapi memiliki angka kesembuhan sekitar 95%
hingga 98%. Lesi metastasis karsinoma sel skuamosa tidak berespons baik terhadap
kemoterapi. Sama seperti pasien karsinoma sel basal, pasien karsinoma sel
skuamosa juga harus diperiksa secara terus-menerus karena adanya resiko tinggi
terjadinya karsinoma sel skuamosa yang baru.1
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Karsinoma adalah istilah yang digunakan untuk sebuah keganasan yang
berasal dari sel epitel. Sel epitel tubuh berasal dari ketiga lapisan germinativum
yaitu epitel usus (endoderm), epitel tubulus renal (mesoderm), dan epitel kulit
(ektoderm). Proses neoplasma yang tumbuh pada ketiga tempat tersebut disebut
karsinoma, termasuk neoplasma atau keganasan yang terjadi pada epidermis kulit.3
Karsinoma sel skuamosa adalah salah satu jenis neoplasma yang terjadi
pada organ kulit. Karsinoma sel skuamosa merupakan suatu keganasan dari
keratinosit yang terbentuk dari sel-sel epidermis yang lebih terdiferensiasi.
Keratinosit yang merupakan tipe sel epidermis terbanyak tersebut mengalami
proliferasi yang tidak terkontrol sehingga terjadi proses keganasan.4
Gambar 2.1: sel skuamosa merupakan bagian dari lapisan sel-sel epidermis yang
mengalami keratinisasi menjadi keratinosit.5
Karsinoma sel skuamosa dapat terjadi pada setiap epitel berlapis skuamosa
atau mukosa yang mengalami metaplasia skuamosa. Jadi bentuk kanker ini dapat
8
terjadi misalnya di lidah, bibir, esofagus, serviks, vulva, vagina, bronkus atau
kandung kemih, tetapi paling sering karsinoma sel skuamosa terjadi di daerah kulit.5
Nama lain dari karsinoma sel skuamosa adalah epitelioma sel skuamosa
(Prickle), karsinoma sel prickle, karsinoma epidermoid, pavement epithelioma,
spinalioma, karsinoma Bowen dan cornified epithelioma.4
2.2 Epidemiologi
Karsinoma sel skuamosa merupakan salah satu kanker kulit yang paling
sering dijumpai setelah karsinoma sel basal dan insidensinya meningkat di seluruh
dunia. Dalam waktu 10 tahun dari 2001 hingga 2011, insidens karsinoma sel
skuamosa di Sklotlandia mengalami peningkatan hingga 50%, mencapai 2900
kasus baru pertahun.2
Karsinoma sel skuamosa lebih sering terjadi pada orang berkulit terang
daripada kulit berwarna. Orang-orang berkulit terang yang terpapar sinar matahari
secara kronik seperti petani dan pelaut memiliki insidens karsinoma sel skuamosa
yang tinggi. Insidens karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel basal pada orang
berkulit gelap sangat rendah.6
Karsinoma sel basal maupun karsinoma sel skuamosa lebih sering
ditemukan pada daerah yang kaya sinar matahari seperti di daerah tropis.
Karsinoma sel skuamosa juga lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan
wanita, terutama pada usia diatas 40 tahun. Insiden karsinoma sel skuamosa
semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia.6
Lebih dari 90% kanker rongga mulut adalah karsinoma sel skuamosa.
Memang, insidensi karsinoma sel skuamosa rongga mulut sangat tinggi di daerah
tertentu di India, tempat orang sering mengunyah buah pinang. Setiap tahun kurang
dari 3% kejadian kanker terjadi di Amerika Serikat, di negara-negara berkembang
jumlah tersebut bisa lebih besar dan lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita
dengan perbandingan 6:1 pada tahun 1976, dan 2:1 pada tahun 2003. Perubahan
tersebut dikarenakan peningkatan jumlah perokok wanita pada 3 dekade terakhir.6,7
9
2.3 Etiologi
Sinar matahari merupakan faktor etiologi utama yang menyebabkan
karsinoma sel skuamosa. Sinar matahari yang menyebabkan timbulnya kanker ini
adalah sinar ultraviolet dengan panjang gelombang antara 280 sampai 320 nm
(spektrum UVB). Tetapi penelitian terakhir yang menggunakan sinar ultraviolet
dengan panjang gelombang berkisar antara 320 sampai 400 nm (spektrum UVA),
yang dikombinasi dengan psoralen oral dalam pengobatan prosiasis, membuktikan
bahwa pasien yang terpapar UVA dengan psoralen secara kronik dan lama juga
dapat menderita karsinoma sel skuamosa.1,2
Penyebab lain dari karsinoma sel skuamosa adalah karsinogen industri (tar
dan minyak), ulkus kronis dan osteomyelitis yang membasah, menelan arsenik,
radiasi sinar x, luka bakar lama, jaringan parut, kelainan genetik yang jarang (albino
dan xeroderma pigmentosum), dan karsinoma sel skuamosa di rongga mulut akibat
tembakau dan mengunyah buah pinang.1
Pasien yang pernah menjalani pengobatan akne atau hemangioma dengan
radioterapi beberapa tahun sebelumnya dapat mengalami karsinoma sel basal dan
karsinoma sel skuamosa. Individu yang 50 tahun yang lalu diobati dengan arsenik
karena menderita psoriasis atau asma, baik dengan cara menelan arsenik yang
berada dalam air minum atau dengan menghirup tanaman berbau arsenik, memiliki
kecenderungan untuk menderita karsinoma sel skuamosa. Pemakaian alat untuk
membuat kulit menjadi coklat seperti terbakar sinar matahari yang berlebihan juga
dapat meningkatkan insidens karsinoma sel skuamosa di masa depan.1,3
2.4 Klasifikasi
Karsinoma sel skuamosa dapat dibedakan menjadi dua bentuk secara
histopatologik, yaitu bentuk intraepidermal dan bentuk invasif.4
2.4.1 Bentuk intraepidermal
Bentuk intraepidermal ditemukan pada keratosis solaris, kornu kutanea,
keratosis arsenikal, karsinoma Bowen, eritroplasia (Queyrat), eptelioma Jadassohn.
Penyakit ini dapat menetap dalam jangka waktu yang lama ataupun menembus
10
lapisan basal sampai ke dermis dan selanjutnya bermetastasis melalui saluran
kelenjar getah bening.4
Gambar 2.2: karsinoma sel skuamosa in situ (karsinoma Bowen) dengan lesi mirip
seperti psoriasis atau eczema.8
Gambar 2.3: karsinoma sel skuamosa yang berkembang dari lesi keratosis solaris.8
2.4.2 Bentuk invasif
Karsinoma sel skuamosa bentuk invasif ini dapat terjadi dari bentuk
intraepidermal, bentuk prakanker, ataupun dari de novo (kulit normal). Mula-mula
tumor ini berupa nodus yang keras dengan batas-batas yang tidak tegas,
permukaannya mula-mula licin seperti kulit normal yang akhirnya berkembang
11
menjadi verukosa atau menjadi papilloma. Pada keadaan ini biasanya tampak
skuamasi yang menonjol.4
Pada perkembangan lebih lanjut tumor ini biasanya menjadi keras,
bertambah besar ke amping maupun kea rah jaringan yang lebih dalam. Invasi ke
arah jaringan lunak maupun otot serta tulang akan memberikan perabaan yang sulit
digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Ulserasi dapat terjadi, umumnya mulai dari
tengah dan dapat timbul saat nodus masih berukuran 1-2 cm. Ulserasi tersebut
diikuti pembentukan krusta dengan pinggir yang keras dan mudah berdarah.4,9
Gambar 2.4: karsinoma sel skuamosa invasif berbentuk nodul dengan potensi
metastasis.8
Urutan kecepatan invasif dan metastasis dari karsinoma sel skuamosa adalah
sebagai berikut:4
1. Tumor yang tumbuh diatas kulit normal (de novo): 30%
2. Tumor yang didahului oleh kelainan prakanker seperti radiodermatitis, sikatriks,
ulkus, sinus fistula: 25%
3. Tumor yang tumbuh dari bentuk intraepidermal seperti karsinoma Bowen dan
eritroplasia Queyrat (20%), dan keratosis solaris (2%).
12
2.5 Gambaran Klinis
Karsinoma sel skuamosa yang belum menginvasi menembus membran
basal taut dermoepidermis (bentuk intraepidermal) tampak sebagai plak
eritematosa, berskuama, berbatas tegas dan seringkali ada erosi di bagian
tengahnya. Lesi tahap selanjutnya yang invasif tampak sebagai nodular keras
dengan batas tidak tegas yang memperlihatkan produksi keratin dalam jumlah
bervariasi yang secara klinis tampak sebagai hiperkeratosis, mungkin mengalami
ulserasi, biasanya tampak skuamasi, dan sulit digerakkan jika sudah menginvasi
jaringan lunak, otot maupun tulang yang berada di bawahnya.9,10
2.6 Patogenesis
Karsinoma sel skuamosa biasanya timbul pada kulit yang terpapar sinar
matahari, tetapi bisa juga tumbuh di kulit manapun atau di tempat-tempat tertentu.
Karsinoma sel skuamosa ini bisa tumbuh pada kulit normal maupun pada kulit yang
rusak akibat pemaparan sinar matahari (keratosis aktinik).3
Karsinoma sel skuamosa berawal sebagai daerah kemerahan yang bersisik
dengan permukaan berkeropeng yang tidak kunjung sembuh. Kemudian tumor akan
tumbuh menonjol, kadang permukaannya menyerupai kutil. Pada akhirnya tumor
menjadi sebuah luka terbuka dan tumbuh ke dalam jaringan di bawahnya.
Kebanyakan karsinoma sel skuamosa hanya mempengaruhi daerah di sekitarnya,
yaitu menembus ke dalam jaringan di sekitarnya. Tetapi kadang terjadi penyebaran
ke tempat yang jauh (metastasis) melalui kelenjar getah bening yang bisa berakibat
fatal.9,11
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis karsinoma sel skuamosa ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik status dermatologi dan pemeriksaan penunjang mikroskopis
melalui biopsi. Seringkali, biopsi ditunda karena keputusan dari dokter maupun
13
pasien, karena terdapat infeksi atau iritasi lokal. Tetapi, penundaan tersebut tidak
boleh lebih dari 3-4 minggu. Kadang luasnya lesi menyulitkan untuk melakukan
biopsi yang tepat untuk membedakan displasia atau kanker. Oleh sebab itu
tambahan penilaian klinis lainnya dapat membantu mempercepat biopsi dan
memilih daerah yang tepat untuk melakukan biopsi.11,12
Penggunaan cairan toluidine blue sangat berguna sekali, karena
keakuratannya (lebih dari 90%), murah, cepat, sederhana dan tidak invasif.
Mekanisme kerjanya dengan afinitas atau menempelnya toluidine blue dengan
DNA dan sulfat mukopolisakarida (salah satu bahan penyusun matriks
ekstraselular), sehingga dapat dibedakan apakah terjadi displasia atau keganasan.
Toluidine blue berikatan dengan membran mitokondria, yang terikat lebih kuat
pada epitel sel displasia dan sel kanker daripada dengan jaringan normal.12
Sitologi eksfoliatif telah membantu dalam menentukan diagnosa. Namun,
kesulitan pengumpulan sel, waktu yang lama dan biaya yang mahal telah membatasi
penggunaannya. Teknik brush biopsy secara luas digunakan pada sitologi dengan
pengumpulan sel yang mewakili keseluruhan epitel berlapis skuamosa.
Prosedurnya tidak menyebabkan sakit, oleh sebab itu tidak perlu penggunaan
anestesi.12
2.8 Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari karsinoma sel skuamosa adalah:
1. Karsinoma sel basal
Tumor ini berasal dari sel epidermis pluripotensial, atau dari epidermis dan
adneksanya. Secara klinis tumor ini tampak sebagai papula berkilap mirip
mutiara yang mengandung pembuluh darah subepidermis yang melebar dan
mencolok (telangiektasis). Tumor ini dapat dijumpai pada pasien yang lebih
mudah dari pasien karsinoma sel skuamosa, dan jika disertai ulserasi akan sulit
dibedakan dengan karsinoma sel skuamosa.8,10
14
Gambar 2.5: perbandingan lesi karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel
basal.2
2. Keratoacanthoma
Lesi ini juga sulit dibedakan dengan karsinoma sel skuamosa secara klinis dan
histopatologi. Tumor ini tampak memiliki kawah atau lubang tipikal di tengah
lesi dan berkembang lebih cepat daripada karsinoma sel skuamosa.8
Gambar 2.6: keratoacanthoma.2
3. Melanoma
Melanoma yang berulserasi atau melanoma amelanotik (tanpa pigmentasi
tipikal) sangat sulit dibedakan dengan karsinoma sel skuamosa.8
Gambar 2.7: melanoma maligna.8
15
4. Psoriasis/Eczema
Gambaran klinis karsinoma Bowen berupa plak eritematosa, dengan tepi yang
berundulasi, bersisik, dan sering terdapat erosi di bagian tengahnya (gambar
2.2). Penyakit ini tidak dapat dibedakan dengan psoriasis atau eczema. Suatu
lesi psoriasis atau eczema yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan
harus dibiopsi untuk menegakkan suatu keganasan.8
2.9 Penatalaksanaan
Karsinoma sel skuamosa dan penyakit Bowen ditangani dengan
mengangkat tumor, baik dengan cara kuretasi dan elektrodesikasi maupun
memotongnya dengan pisau bedah. Keratosis aktinik bisa berubah menjadi
karsinoma sel skuamosa. Keratosis aktinik dihancurkan dengan larutan nitrogen
atau krim fluorourasil. Keratoakantoma adalah lesi yang menyerupai karsinor sel
skuamosa, yang dapat sembuh spontan. Pengangkatan dengan pembedahan atau
terapi radiasi. Pengangkatan kelenjar regional dilakukan bila terdapat kecurigaan
keganasan. Selain itu pengobatan dapat dilakukan bedah listrik, bedah eksisi,
kemoterapi dan radiasi.13,14
Terapi yang potensial diantaranya pembedahan ataupun terapi radiasi.
Kadang kemoterapi digunakan sebagai tambahan, namun beberapa tumor kurang
responsif terhadap kemoterapi. Pemilihan terapi tergantung dari stadium kanker,
stadium dini (kecil dan terlokalisasi), stadium lanjut (besar dan menyebar). Evaluasi
menggunakan teknik pencitraaan yang lebih baik kualitasnya seperti MRI
(magnetic resonance imaging) dan CT (computed tomography) sangat dibutuhkan.
Teknik terbaru yaitu menggunakan PET (positron emission tomography), bisa
menentukan metastase ke kelenjar limfe. Teknik ini berguna bagi klinisi untuk
membedakan batas dan rencana terapi, juga menentukan prognosisnya.13,14
Pencegahan menggunakan analog vitamin A (retinoid) dan antioksidan lain
(beta karoten, vitamin C, E) kurang efektif, berdasarkan teori, antioksidan tersebut
dapat membantu menjaga sel-sel tubuh dari radikal bebas, yang merupakan
promotor terjadinya mutagenesis kromosom dan karsinogenesis. Namun yang
menjadi permasalahan pada penggunaan antioksidan ini adalah toksisitasnya dan
16
rekurensinya ketika antioksidan ini tidak dilanjutkan. Efektifitas antioksidan
tergantung pada dosis, regimen dan individu pasien.14
Dapat pula dengan pendekatan nutrisional dengan diet kaya buah-buahan
dan sayur-sayuran, karena banyak mengandung antioksidan dan protein supresor-
sel yang membantu mengurangi aktifitas mutagenesis dan karsinogenesis.14
Selain itu lindungi kulit dari sinar matahari dengan menggunakan topi, baju
lengan panjang, celana panjang atau rok panjang. Cahaya matahari yang paling kuat
adalah di siang hari, karena itu hindari cahaya matahari pada siang hari. Gunakan
tabir surya yang berkualitas tinggi (dengan SPF minimal 15). Oleskan tabir surya
minimal setengah jam sebelum terkena cahaya matahari dan ulangi sesering
mungkin.13
2.10 Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi karsinoma sel skuamosa yang paling ditakuti adalah metastasis
yang umumnya melalui kelenjar getah bening menuju organ lain. Tumor yang
terletak di daerah bibir, anus,vulva, penis lebih cepat mengadakan invasi dan
bermetastasis dibandingkan dengan daerah lainnya. Metastasis umumnya melalui
kelenjar getah bening dengan perkiraan kurang dari 50% semua kasus. Perbedaan
metastasis bergantung pada diagnosis dini, cara pengobatan dan pengawasan
setelah terapi.4
Prognosis karsinoma sel skuamosa sangat bergantung kepada diagnosis
dini, cara pengobatan dan keterampilan dokter, serta kerjasama antara pasien
dengan dokter. Prognosis yang paling buruk adalah apabila tumor tumbuh di atas
kulit normal (de novo), sedangkan tumor yang ditemukan di kepala dan leher
prognosisnya lebih baik daripada tempat lainnya. Demikian juga prognosis yang
ditemukan pada ekstremitas bawah lebih buruk daripada di ekstremitas atas.4
17
BAB 3
KESIMPULAN
Karsinoma sel skuamosa merupakan suatu keganasan dari keratinosit yang
terbentuk dari sel-sel epidermis yang lebih terdiferensiasi. Karsinoma sel skuamosa
merupakan salah satu kanker kulit yang paling sering dijumpai setelah karsinoma
sel basal dan insidensinya meningkat di seluruh dunia. Insidensinya lebih tinggi
pada orang berkulit terang daripada orang berkulit gelap, lebih banyak dijumpai
pada laki-laki daripada perempuan, dan resiko meningkat dengan bertambahnya
usia di atas 40 tahun.
Sinar matahari spektrum ultraviolet merupakan faktor etiologi utama yang
menyebabkan karsinoma sel skuamosa. Penyebab lain dapat karena zat karsinogen,
ulkus kronis, menelan arsenik, radiasi sinar-x, luka bakar, jaringan parut, dan
kelainan genetik seperti albino dan xeroderma pigmentosum.
Karsinoma sel skuamosa dapat dijumpai dalam bentuk intraepidermal dan
bentuk invasif lebih berat dan memiliki resiko metastasis melalui kelenjar getah
bening. Diagnosis karsinoma sel skuamosa ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik status dermatologi dan pemeriksaan penunjang melalui
mikroskopis biopsi atau pemeriksaan sitologi eksfoliatif. Beberapa kelainan kulit
yang sulit dibedakan dengan karsinoma sel skuamosa adalah karsinoma sel basal,
keratoacanthoma, melanoma dan psoriasis atau eczema.
Penanganan karsinoma sel skuamosa terutama berupa pembedahan.
Radioterapi, krioterapi, dan kemoterapi memiliki angka kesembuhan sekitar 95%
hingga 98%. Prognosis karsinoma sel skuamosa sangat bergantung kepada
diagnosis dini, cara pengobatan dan keterampilan dokter, serta kerjasama antara
pasien dengan dokter.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Price, Sylvia A; Patophysiology: Clinical Concepts of Diseases Processes, 6th
edition, New York: Elsevier, 2009
2. Stanley B, Lorainne Wilson, et al; Skin Cancer: Basal and Squamous Cell
Carcinoma, New York: American Cancer Society, 2013
3. Vinay, Kumar, Cotran, et al; Robbin’s Basic Pathology, 7th edition, New York:
Elsevier Science, 2010
4. Djuanda, Adhi; Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 7th edition, Jakarta: FKUI,
2015
5. Motley R, Preston P, Lawrence C; Squamous Cell Carcinoma, London: British
Association of Dermatologist, 2012
6. Gregoire, Felip N, et al; Squamous Cell Carcinoma of the Head and Neck,
Annals of Oncology 21 supp(5), 2010
7. Lebwohl Mark D, et al; Treatments of Skin Diseases, 3rd edition, British:
Graphicraft Limited, 2010
8. Goodheart, Herbert P; Goodheart,s Photoguide to Common Skin Disorder:
Diagnosis and Managements, 3rd edition, USA: Lippincott, 2009
9. Goldsmith Lowell A; Fitzpatrick’s: Dermatology in General Medicine, 8th
edition, New York: 2011
10. Wollf Klaus et al; Fitzpatrick’s: Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology 6th edition, USA: 2009
11. William J, Timothy G, et al; Andrews’ Diseasesof the Skin: Clinical
Dermatology, 10th edition, 2006
12. Richard Turner, et al; Squamous Cell Carcinoma, Department of Dermatology
Churchill Hospital, 2011
13. Sajjad Rajpar, et al; Squamous Cell Carcinoma, Queen Elizabeth Hospital
Birmingham, 2014
14. Emert-Buck, Michael R; Squamous Cell Carcinoma: Diagnosis and
Managements, Am J Cancer Res, 2011