Referat karsinoma kolorektal

download Referat karsinoma kolorektal

of 48

description

tugas

Transcript of Referat karsinoma kolorektal

REFERATKARSINOMA KOLOREKTAL DAN PENANGANANNYA

Disusun Oleh:Rizweta Destin (1102009253)

Pembimbing :Dr. Herry Setya Yudha Utama, Sp.B, MH.Kes, FInaCS, ICS.

Kepaniteraan Klinik Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Bagian Ilmu Bedah RSUD ArjawinangunJuli 2013

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulisan referat dengan judul Karsinoma Kolorektal dan Penanganannya dapat terselesaikanReferat ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kepaniteraan di bagian neurologi RSUD Arjawinangun. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:1. Dr. Herry Setya Yudha Utama, Sp.B, MH.Kes, FInaCS, ICS. sebagai pembimbing2. Perawat SMF bedah yang telah membantu dan berbagi ilmu dengan penulis3. Ayahanda dan ibunda yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat yang tiada henti kepada penulis4. Rekan-rekan kepaniteraan SMF bedah, terima kasih atas kerjasama dan dukungannya.Penulis menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan penulis. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan referat ini.Akhir kata, penulis mengharapkan semoga referat ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Arjawinangun, Juli 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1Daftar Isi.. 2

I. BAB IA. Pendahuluan. 3

II. BAB IIA. Anatomi. 4- 7B. Definisi.. 7C. Epidemiologi. 8-9D. Etiologi.. 9-11E. Faktor Predisposisi. 11-17F. Patogenesis.... 18-21G. Klasifikasi . .. 21-22H. Manifestasi Klinis............ 22-25I. Diagnosis.............. 25-33J. Diagnosis Banding........... 33K. Tatalaksana .. 34-44L. Komplikasi 44M. Prognosis.. 44-45III. BAB IIIA. Kesimpulan. 46

Daftar Pustaka 47

BAB IPENDAHULUAN

Pada awalnya, insiden dari keganasan kolon dan rektal tidak diperhitungkan sebelum tahun 1900. Akan tetapi, sejak kemajuan ekonomik dan industri berkembang, angka kejadian keganasan ini meningkat. Pada saat ini, kanker kolorektal merupakan penyebab ketiga kematian dari pria dan wanita akibat kanker di Amerika Serikat.Insidens kanker kolorektal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya. Pada tahun 2002 kanker kolorektal menduduki peringkat kedua pada kasus kanker yang terdapat pada pria, sedangkan pada wanita kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga dari semua kasus kanker. Meskipun belum ada data yang pasti, tetapi dari berbagai laporan di Indonesia terdapat kenaikan jumlah kasus, data dari Depkes didapati angka 1,8 per 100.000 penduduk.1,4Pada kebanyakan kasus kanker, terdapat variasi geografik pada insiden yang ditemukan, yang mencerminkan perbedaan sosial ekonomi dan kepadatan penduduk, terutama antara negara maju dan berkembang. Demikian pula antara Negara Barat dan Indonesia, terdapat perbedaan pada frekuensi kanker kolorektal yang ditemukan. Di Indonesia frekuensi kanker kolorektal yang ditemukan sebanding antara pria dan wanita; banyak terdapat pada seseorang yang berusia muda; dan sekitar 75% dari kanker ditemukan pada kolon rektosigmoid, sedangkan di Negara Barat frekuensi kanker kolorektal yang ditemukan pada pria lebih besar daripada wanita; banyak terdapat pada seseorang yang berusia lanjut; dan dari kanker yang ditemukan hanya sekitar 50% yang berada pada kolon rektosigmoid.2Letak kanker kolorektal paling sering terdapat pada kolon rektosigmoid. Keluhan pasien karena kanker kolorektal tergantung pada besar dan lokasi dari tumor. Keluhan dari lesi yang erada pada kolon kanan dapat berupa perasaan penuh di abdominal, anemia simptomatik dan perdarahan, sedangkan keluhan yang berasal dari lesi pada kolon kiri dapat berupa perubahan pada pola defekasi, perdarahan, konstipasi sampai obstruksi.Pembagian tahapan berdasarkan klasifikasi Duke yaitu tes darah lengkap, digital dubur, barium enema, sigmoidoskopi, kolonoskopi. Terapi terdiri dari kuratif dan terapi paliatif. Pengobatan kuratif adalah dengan operasi. Terapi paliatif dengan kemoterapi dan radiasi.5BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi dan HistologiUsus besar terdiri dari caecum, appendix, kolon ascendens, kolon transversum, kolon descendens, kolon sigmoideum dan rektum serta anus. Mukosa usus besar terdiri dari epitel selapis silindris dengan sel goblet dan kelenjar dengan banyak sel goblet, pada lapisan submukosa tidak mempunyai kelenjar. Otot bagian sebelah dalam sirkuler dan sebelah luar longitudinal yang terkumpul pada tiga tempat membentuk taenia koli. Lapisan serosa membentuk tonjolan tonjolan kecil yang sering terisi lemak yang disebut appendices epiploicae. Didalam mukosa dan submukosa banyak terdapat kelenjar limfa, terdapat lipatan-lipatan yaitu plica semilunaris dimana kecuali lapisan mukosa dan lapisan submukosa ikut pula lapisan otot sirkuler. Diantara dua plica semilunares terdapat saku yang disebut haustra coli, yang mungkin disebabkan oleh adanya taenia coli atau kontraksi otot sirkuler. Letak haustra in vivo dapat berpindah pindah atau menghilang.Vaskularisasi kolon dipelihara oleh cabang-cabang arteri mesenterica superior dan arteri mesenterica inferior, membentuk marginal arteri seperti periarcaden, yang memberi cabang-cabang vasa recta pada dinding usus. Yang membentuk marginal arteri adalah arteri ileocolica, arteri colica dextra, arteri colica media, arteri colica sinistra dan arteri sigmoidae. Hanya arteri ciloca sinistra dan arteri sigmoideum yang merupakan cabang dari arteri mesenterica inferior, sedangkan yang lain dari arteri mesenterica superior. Pada umumnya pembuluh darah berjalan retroperitoneal kecuali arteri colica media dan arteri sigmoidae yang terdapat didalam mesocolon transversum dan mesosigmoid. Seringkali arteri colica dextra membentuk pangkal yang sama dengan arteri colica media atau dengan arteri ileocolica. Pembuluh darah vena mengikuti pembuluh darah arteri untuk menuju ke vena mesenterica superior dan arteri mesenterica inferior yang bermuara ke dalam vena porta. Aliran limfe mengalir menuju ke nn. ileocolica, nn. colica dextra, nn. colica media, nn. colica sinistra dan nn. mesenterica inferior. Kemudian mengikuti pembuluh darah menuju truncus intestinalis.Colon transversum panjangnya sekitar 38 cm, berjalan dari flexura coli dextra sampai flexura coli sinistra. Bagian kanan mempunyai hubungan dengan duodenum dan pankreas di sebelah dorsal, sedangkan bagian kiri lebih bebas. Flexura coli sinistra letaknya lebih tinggi daripada yang kanan yaitu pada polus cranialis ren sinistra, juga lebih tajam sudutnya dan kurang mobile. Flexura coli dextra erat hubunganya dengan facies visceralis hepar (lobus dextra bagian caudal) yang terletak di sebelah ventralnya. Arterialisasi didapat dari cabang cabang arteri colica media. Arterialisasi colon transversum didapat dari arteri colica media yang berasal dari arteri mesenterica superior pada 2/3 proksimal, sedangkan 1/3 distal dari colon transversum mendapat arterialisasi dari arteri colica sinistra yang berasal dari arteri mesenterica inferior .

Gambar 2.1. Arteri Mesenterica SuperiorMesokolon transversum adalah duplikatur peritoneum yang memfiksasi colon transversum sehingga letak alat ini intraperitoneal. Pangkal mesokolon transversa disebut radix mesokolon transversa, yang berjalan dari flexura coli sinistra sampai flexura coli dextra. Lapisan cranial mesokolon transversa ini melekat pada omentum majus dan disebut ligamentum gastro (meso) colica, sedangkan lapisan caudal melekat pada pankreas dan duodenum, didalamnya berisi pembuluh darah, limfa dan syaraf. Karena panjang dari mesokolon transversum inilah yang menyebabkan letak dari colon transversum sangat bervariasi, dan kadangkala mencapai pelvis.

Gambar 2.2. Arteri Mesenterica Inferior

Colon descendens panjangnya sekitar 25 cm, dimulai dari flexura coli sinistra sampai fossa iliaca sinistra dimana dimulai colon sigmoideum. Terletak retroperitoneal karena hanya dinding ventral saja yang diliputi peritoneum, terletak pada muskulus quadratus lumborum dan erat hubungannya dengan ren sinistra. Arterialisasi didapat dari cabang-cabang arteri colica sinistra dan cabang arteri sigmoid yang merupakan cabang dari arteri mesenterica inferior.Colon sigmoideum mempunyai mesosigmoideum sehingga letaknya intraperi toneal, dan terletak didalam fossa iliaca sinistra. Radix mesosigmoid mempunyai perlekatan yang variabel pada fossa iliaca sinistra. Colon sigmoid membentuk lipatan-lipatan yang tergantung isinya didalam lumen, bila terisi penuh dapat memanjang dan masuk ke dalam cavum pelvis melalui aditus pelvis, bila kosong lebih pendek dan lipatannya ke arah ventral dan ke kanan dan akhirnya ke dorsal lagi. Colon sigmoid melanjutkan diri kedalam rectum pada dinding mediodorsal pada aditus pelvis di sebelah depan os sacrum. Arterialisasi didapat dari cabang- cabang arteri sigmoidae dan arteri haemorrhoidalis superior cabang arteri mesenterica inferior. Aliran vena yang terpenting adalah adanya anastomosis antara vena haemorrhoidalis superior dengan vena haemorrhoidalis medius dan inferior, dari ketiga vena ini yang bermuara kedalam vena porta melalui vena mesenterica inferior hanya vena haemorrhoidalis superior, sedangkan yang lain menuju vena iliaca interna. Jadi terdapat hubungan antara vena parietal (vena iliaca interna) dan vena visceral (vena porta) yang penting bila terjadi pembendungan pada aliran vena porta misalnya pada penyakit hepar sehingga mengganggu aliran darah portal. Mesosigmoideum mempunyai radix yang berbentuk huruf V dan ujungnya letaknya terbalik pada ureter kiri dan percabangan arteri iliaca communis sinistra menjadi cabang-cabangnya, dan diantara kaki-kaki huruf V ini terdapat reccessus intersigmoideus.1,4,5

Gambar 2.3 anatomi kolon dan rektumII. II Karsinoma KolorektalII. II. 1 Definisi Karsinoma Kolorektal Karsinoma kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum.1II. II. 2 Epidemiologi Karsinoma KolorektalSecara epidemiologis, angka kejadian kanker kolorektal mencapai urutan ke-4 di dunia dengan jumlah pasien laki-laki sedikit lebih banyak daripada perempuan dengan perbandingan 19.4 dan 15.3 per 100.000 penduduk. Angka insiden tertinggi terdapat pada Eropa, Amerika, Australia dan Selandia baru, sedangkan angka insiden terendah terdapat pada India, Amerika Selatan dan Arab Israel. Di Eropa, penyakit ini menempati urutan kedua sebagai kanker yang paling sering terjadi pada pria dan wanita pada tingkat insidensi dan mortalitas.Perkiraan insiden kanker di Indonesia adalah 100 per 100.000 penduduk. Dewasa ini kanker kolorektal telah menjadi salah satu dari kanker yang banyak terjadi di Indonesia, data yang dikumpulkan dari 13 pusat kanker menunjukkan bahwa kanker kolorektal merupakan salah satu dari lima kanker yang paling sering terdapat pada pria maupun wanita.1,4

Gambar 2. 4 Kasus kanker di Indonesia

Distribusi kanker kolorektal menurut lokasinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:1

6.8%11.7%51.5%Sigmoid9.7%8.7%Sekum1.9%

Gambar 2. 5 Distribusi kanker kolorektal menurut lokasi

II. II. 3 Etiologi Karsinoma KolorektalPenyebab dari keganasan kolorektal memiliki faktor genetik dan lingkungan : Sindroma kanker familialTerdapat berbagai faktor genetik yang berkaitan dengan keganasan kolorektal. Sebanyak 10-15 % kasus kanker kolorektal disebabkan oleh faktor ini.

Syndrome% of total CRC burdenGenetic basisPhenotypeExtracolonic manifestationsTreatmentNotes

Familial adenomatous polyposis (FAP)90

B1T2N0M0IIKanker mencapai muskularis85

B2T3N0M0IIIKanker cenderung masuk/melewati mukosa70-80

CTxN1M0IVTumor melibatkan KGB regional35-65

DTxN2M1VMetastasis 5

BAB IIIKESIMPULAN

Insidensi kolorektal di Indonesia cukup tinggi, serta mortalitas tinggi pada pria dibandingkan dengan wanita. Sekitar 75% ditemukan di rektosigmoid. Pemeriksaan colok dubur merupakan penentu karsinoma rektum.Faktor risiko karsinoma kolorektal adalah degenerasi polip kolon, faktor genetik, kurangnya makan makanan berserat seperti sayuran dan buah-buahan bsayur, dan konsumsi tinggi lemak hewani.Derajat keganasan karsinoma kolon dan rektum berdasarkan keganasan histologis dibagi menurut klasifikasi Dukes dilihat dari infiltrasi karsinoma. Penyebaran karsinoma kolorektal secara hematogen, limfogen dan perkontinuitatum.Gejala klinis karsinoma usus besar di sebelah kiri berbeda dengan kanan. Karsinoma kolon kiri menyebabkan stenosis dan obstruksi. Stenosis tinja pada karsinoma kolon kanan jarang terjadi dan tinja masih berbentuk cair sehingga tidak ada obstruksi. Gejala pertama biasanya timbul karena komplikasi, yaitu gangguan usus fisiologi, obstruksi, perdarahan, atau akibat dari penyebaran. Karsinoma kolon kiri dan rektum menyebabkan perubahan buang air besar. Perdarahan akut jarang dialami. Nyeri pada kolon kiri lebih nyata daripada usus besar kanan. Rasa sakit dari usus besar kiri dimulai di bawah umbilikus, sedangkan dari usus besar tepat di epigastrium.Diagnosa karsinoma kolorektal ditegakkan berdasarkan anammesis, pemerikssan fisik, colok dubur, dan rektosigmoidiskopi atau kolon dengan kontras gambar ganda. Komplikasi yang dapat terjadi pada karsinoma kolorektal adalah obstruksi dan perforasi. Terapi terdiri dari kuratif dan terapi paliatif. Terapi kuratif adalah operasi n terapi premises.Palliative dengan kemoterapi dan radiasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah, Murdani. 2006. Tumor Kolorektal dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV jilid I. FKUI : Jakarta hal: 373-3782. Jones & Schofield. 1996. Neoplasia Kolorektal dalam Petunjuk Penting Penyakit Kolorektal. EGC : Jakarta hal :58-653. Roediger, WEW. 1994. Cancer of the Colon, rectum and Anus in Manual of Clinical Oncology Sixth edition. UICC : Germany p:336-3474. Sabiston, David C. 1994. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal: 14-18, 36-42.5. Sjamsuhidajat. R, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. Hal: 658-6676. Schwartz. 2000.Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 7. Doherty GM. 2006. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : McGraw Hill. Hal: 658-668.8. Utama HSY. 2012. Carcinoma Colorectal (CANCER) / Keganasan (KANKER) Kolon dan Rektum (definition, sign, symptom, etiology, diagnosis and management). Available online at : http://www.dokterbedahherryyudha.com/2012/04/carsinoma-colorectal-defition-sign.html (diakses tanggal 30 Juni 2013)9. Zieve, D. 2009.Colon Cancer. Available online at: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/colorectalcancer.html (diakses 30 Juni 2013)10. Mohammad, Wehbi. 2011. Familial Adenomatous Polyposis. Available online at: www.emedicine.medscape.com (diakses 30 Juni 2013)11. Fingerote, Robert J. 2011. Colon Cancer. Available online at : http://www.emedicinehealth.com/colon_cancer/article_em.htm (diakses 30 Juni 2013)