Referat Hearing Aids
-
Upload
hardy-jeff -
Category
Documents
-
view
330 -
download
10
Transcript of Referat Hearing Aids
DEFINISI ALAT BANTU DENGAR (ABD)
Alat Bantu Dengar adalah suatu perangkat elektronik yang berguna untuk memperkeras
(mengamplifikasi) suara yang masuk ke dalam telinga, sehingga si pemakai dapat mendengar
lebih jelas suara yang ada di sekitarnya (Buku ijo)
MEKANISME KERJA
Mekanisme kerja ABD berbeda-beda tergantung jenisnya, akan tetapi pada umumnya ABD
bekerja dengan menggunakan 4 bagian pokok berikut:
1. Mikrofon : Bagian yang berperan menerima suara dari
luar dan mengubah sinyal suara menjadi
energi listrik, kemudian meneruskannya ke
amplifier
2. Amplifier: Berfungsi memperkeras suara
dengan cara memperbesar
energi listrik yang selanjutnya
mengirimkannya ke receiver
3. Receiver / Loudspeaker : Mengubah energi listrik yang
telah diperbesar amplifier
menjadi energi bunyi kembali dan meneruskannya ke liang
telinga
4. Batere : Sebagai sumber tenaga
Selain 4 komponen diatas, beberapa jenis ABD memiliki fungsi-fungsi tambahan dan
Assisstive Listening Device (ALD) yang akan dibahas lebih lanjut di bawah
KLASIFIKASI
Menurut sistim kerjanya
Secara umum sistim kerja ABD dibedakan menjadi:
a. Analog
Prinsip sistem analog adalah memperkeras suara yang masuk telinga melalui
komponen mekanik dasar yang sederhana. Sirkuit ABD ini telah diatur dari pabrik
sehingga kemampuan pengaturan yang lebih individual sangat terbatas atau kurang
fleksibel. Sistim ini mudah mengalami distorsi, terjadi noise (bising) pada rangkaian
komponen dan rentan terhadap bising di sekitarnya
b. Digital
Sistem analog merupakan ABD yang menggunakan chip komputer yang
menganalisa suara yang masuk. Setelah suara diamplifikasi, teknologi digital akan
memilih suara yang perlu diteruskan ke dalam telinga dan menyingkirkan suara yang
tidak diharapkan (noise). ABD Sistim digital bisa menerima program komputer
tertentu yang dapat memilih frekuensi syang spesifik sesuai dengan kebutuhan. ABD
Sistim digital menjadi sangat fleksibel karena secara otomatis dapat beradaptasi
dengan suara yang keras atau halus, sehingga tidak terjadi perkerasan yang berlebihan
Menurut hantarannya
Berdasarkan jenis hantaran suaranya, ABD dapat dibedakan menjadi 2 macam:
a. ABD Jenis hantaran tulang
Bone conduction aid digunakan pada gangguan pendengaran jenis hantaran
(konduktif). Biasanya dimanfaatkan pada kasus atresia liang telinga. Selain itu, jenis
ini juga digunakan pada kasus dimana sewaktu-waktu liang telinga terisi cairan yang
berasal dari infeksi telinga tengah. ABD jenis hantaran tulang dibedakan menjadi:
1. ABD hantaran tulang konvensional
Suara dari luar akan yang ditangkap akan mengaktifkan bone vibrator.
Getaran tulang dihasilkan oleh bone vibrator yang ditempelkan pada tulang mastoid
dengan bantuan ikat kepala khsus, kaca mata, atau plastik mirip bando. Kerugian
ABD jenis ini adalah tidak praktis, penampulan kurang menarik (kosmetik), butuh
amplifikasi besar dan timbul lecet pada kulit yang menempel dengan bone vibrator.
Pilihan model ABD pada sistim ini adalah jenis saku atau BTE
2. ABD jenis BAHA (Bone Anchored Hearing AID)
ABD yang mirip jenis saku
dihubungkan melalui kabel dengan
penggetar tulang (bone vibrator) yang
dapat dipasang dan dilepas melalui
sistim sekrup-baut dengan lempengan
logam dari bahan titanium yang telah ditanam ke dalam tulang mastoid melalui
tindakan operasi. Hantaran tulang lebih efektif dibandingkan ABD jenis hantaran
tulang.
b. ABD Jenis hantaran udara
ABD jenis hantaran udara merupakan ABD yang lebih lazim ditemukan dan
tersedia dalam berbagai bentuk. ABD jenis ini bekerja dengan prinsip mengurangi
jarak dari sumber suara dengan cara meletakkan loudspeaker di telinga penderita.
Menurut bentuknya
Setiap bentuk ABD memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Berikut
adalah pembahasan beberapa jenis ABD yang ada saat ini:
a. ABD Jenis Saku (Pocket / Body Worn Type)
ABD jenis ini dapat dianggap sebagai
ABD jenis terbesar. Mikrofon dan amplifier
berada dalam satu unit berbentuk kotak;
sedangkan receiver terpisah dan berada di liang
telinga. Antara kotak (mikrofon, amplifier, dan
baterai) dengan receiver dihubungkan melalui
kabel. Biasanya kotak ditempatkan pada saku
baju atau kantung khusus yang digantungkan
pada dada.
Pada ABD jenis saku penempatan terpisah ini dimaksudkan agar pengguna
dapat leluasa memperbesar output tanpa khawatir timbulnya bunyi feedback. Jadi
ABD jenis saku ini diperlukan oleh penderita tuli berat atau sangat berat yang
membutuhkan perkerasan bunyi atau output yang besar. Hal ini dianggap sebagai
faktor yang menguntungkan untuk ABD jenis saku. Keuntungan lain adalah dapat
menggunakan baterai silinder biasa (ukuran AAA) yang selain murah juga mudah
didapat. Selain itu, tombol pengatur juga mudah disesuaikan.
Faktor yang merugikan dari ABD jenis saku:
Penampilan kosmetik kurang baik
Kemampuan mikrofon melokalisir bunyi dari belakang terhalang oleh
tubuh
Tidak praktis karena ukuran relatif besar
Kabel dapat putus
Dapat timbul bunyi gesekan antara ABD dengan kain saku
b. ABD jenis Belakang Telinga (BT) / Behind The Ear (BTE)
ABD ini dipasang pada lekukan daun telinga bagian belakang, dengan
mikrofon mengarah ke depan. Posisi ini cukup baik karena selain selalu mengikuti
gerakan kepala juga menghadap lawan bicara. Suara yang telah diperkeras (output)
disalurkan melalui pipa plastik (tubing) yang terhubung dengan ear mould di concha
daun telinga, untuk selanjutnya diteruskan ke liang telinga.
Kemampuan amplifikasinya cukup besar, juga tersedia jenis super power.
Dalam hal mencegah bunyi feedback masih sedikit dibawah jenis saku. Sumber
tenaga berupa batere yang bentuknya pipih dan tipis (disc). Penyetelan tombol
pengatur juga relatif lebih mudah dibandingkan ABD jenis lain yang lebih kecil.
c. Open-fit mini BTE
ABD jenis ini merupakan abd yang paling baru dikembangkan. ABD jenis ini
mengkombinasikan keelebihan akustik dari ABD berukuran besar dan kelebihan
kosmetik dari ABD berukuran kecil. Open-fit mini BTE terdiri dari alat BTE yang
kecil, tuba kurus tersembunyi yang berfungsi sebagai pengait daun telinga, dan
receiver yang halus dan tidak sampai menutupi liang telinga. Hasilnya, efek oklusi
yang dialami pasien berkurang, baterai dan amplifier yang lebih baik dibandingkan
tipe yang lebih kecil, tampilan kosmetik yang lebih baik dibanding ABD tipe besar
lainnya, dan pemakaian yang lebih singkat karena tidak memerlukan cetakan personal
yang presisi sebagaimana ABD tipe BTE dan ITE butuhkan
d. ABD Jenis Dalam Telinga (DT) / In The Ear (ITE)
ABD jenis ITE ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan BTE. Dipasang
pada bagian concha daun telinga. Komponen ABD menyatu dengan ear mould.
Karena ukurannya yang relatif kecil berarti jarak antara mikrofon dengan receiver
juga lebih pendek, akibatnya kemampuan amplifikasinya terbatas sehingga hanya
cocok untuk ketulian derajat sedang.
e. ABD tipe kanalis / In The Canal (ITC) & Completely In Canal (CIC)
ABD jenis ini dibedakan menjadi dua macam: ITC dan CIC. ABD jenis ITC
ukurannya lebih kecil lagi daripada jenis ITE. Pemasangan sampai setengah bagian
luar liang telinga. Amplifikasi suara baik untuk frekuensi tinggi, karena dipasang
cukup dalam pada liang telinga. Akan tetapi karena keterbatasan ukuran, hanya
bermanfaat untuk tuli derajat sedang. Selain itu juga terdapat jenis CIC yang
merupakan ABD terkecil dan dipasang pada sisi dalam liang telinga, jadi lebih dekat
dengan gendang telinga. Permukaan luar dilengkapi dengan tangkai plastik untuk
mempermudah memasang dan melepaskan ABD. Sebagaimana halnya dengan jenis
ITC, pengaturan secara manual lebih sulit. Namun hal ini dapat diatasi pada model
terbaru yang telah dilengkapi dengan remote control
f. ABD jenis kacamata / Spectacle Aid
ABD ditempatkan pada tangkai kaca mata
bagian belakang. Umumnya jenis BTE, namun
dapat juga jenis bone conduction, meskipun
emanfaatan cara ini untuk ABD jenis hantaran
tulang kurang efektif karena tekanan bone
vibrator tidak stabil
PEMAKAIAN ALAT BANTU DENGAR
Kandidat pemakai alat bantu dengar
Setiap orang dengan kesulitan mendengar atau memahami pembicaraan harus
mempertimbangkan penggunaan alat amplifikasi pendengaran. Hal ini terutama sangat
dianjurkan untuk anak-anak dengan gangguan pendengaran, dimana intervensi harus
dianjurkan sedini mungkin. Gangguan pendengaran dapat secara umum dikelompokkan
menjadi:
1. Mild Hearing Loss (20-40 dB)
Penggunaan alat bantu dengar dapat membantu kemampuan komunikasi pasien.
Beberapa pasien dapat mempertimbangkan pemakaian alat bantu dengar paruh
waktu / pada kondisi-kondisi tertentu saja
2. Moderate Hearing Loss (45-65 dB)
Penggunaan alat bantu dengar sudah menjadi kebutuhan bagi pasien dalam kategori
ini. Pada umumnya alat bantu dengar memberikan hasil yang baik bila dipakai dengan
strategi pemakaian yang sesuai
3. Severe Hearing Loss (70-85 dB)
Alat bantu dengar harus digunakan bila pasien masih ingin berkomunikasi dengan
suara sebagai media penerimaan primernya. Pada beberapa kasus pasien dengan
tingkat gangguan pendengaran ini membutuhkan implantasi koklea
4. Profound Hearing Loss (>85 dB)
Keberhasilan penggunaan alat bantu dengar pada pasien ini berbeda-beda tergantung
umur dan berbagai faktor lainnya. Pada kasus yang baik, kemampuan komunikasi
pasien dapat membaik, dan pada kasus terburuk pun, setidaknya alat bantu dengar
masih dapat membantu sebagai warning device. Pasien dengan gangguan
pendengaran jenis ini merupakan kandidat kuat untuk implantasi koklea
Selain tipe dan derajat ketulian, ada beberapa faktor lainnya yang perlu diperhitungkan
mengenai apakah seorang pasien membutuhkan alat bantu dengar, antara lain:
1) Umur dan kondisi kesehatan mental dan fisik pasien secara umum;
2) Motivasi pasien (Bukan keluarga atau pihak lain);
3) Kondisi keuangan pasien;
4) Pertimbangan kosmetis;
5) Kebutuhan pasien akan komunikasi, terutama dalam kehidupan dan pekerjaan
(CURRENT ebook)
Pemilihan alat bantu dengar
Setelah ditentukan bahwa kandidat akan sangat tertolong dengan pemakaian alat bantu
dengar, maka harus diseleksi spesifikasi alat tersebut. Untuk tujuan ini telah dikembangkan
sejumlah metode dan rumusan. Umumnya tiap prosedur pemilihan membutuhkan informasi
audiometrik berupa:
1) Ambang pendengaran / Threshold (T)
2) Tingkat Pendengaran paling nyaman / Most Comfortable Level (MCL)
3. Tingkat kekerasan yang mengganggu / Loudness Discomfort Level (LDL) (BOIES)
Setelah itu, klinisi harus menentukan apakah pasien membutuhkan alat bantu pendengaran
pada satu atau kedua telinga. Bilamana mungkin sangat dianjurkan menggunakan alat bantu
pada kedua telinga (binaural).
Keuntungan amplifikasi binaural antara lain(CURRENT ebook):
1. Minimalisasi / Eliminasi efek bayangan kepala (Head Shadow)
Efek bayangan kepala adalah berkurangnya intensitas sinyal dari sisi kepala yang
berlawanan dari lokasi pemakaian alat bantu dengar. Dengan pemakaian binaural, hal
ini dapat membaik atau bahkan hilang seluruhnya
2. Peningkatan kemampuan lokalisasi
Dengan perbedaan intensitas dan waktu masuknya sinyal ke alat bantu dengar
binaural, penderita dapat dengan lebih mudah menentukan lokasi sumber suara
(lokalisasi)
3. “Efek peredam” atau penekanan bising latar belakang (Binaural squelch)
Binaural squelch adalah kemampuan otak untuk memisahkan suara dengan bising.
Hal ini disebut juga sebagai central masking dan dapat bekerja dengan lebih baik
dengan membandingkan suara dari dua telinga
4. Sumasi binaural (Binaural loudness summation)[ Durlach, N.i. & Colburn, H.S. Binaural phenomena. In: E.C.
Carterette & M.P. Friedman (Eds.), Handbook of Perception, Volume IV 1978;365-466]
Sumasi binaural adalah kemampuan otak untuk memproses suara dengan lebih baik
melalui informasi yang repetitif, dalam hal ini melalui sinyal suara yang serupa dari
kedua telinga
Paham yang dianut sekarang adalah bilamana mungkin sangat dianjurkan menggunakan
pendengaran binaural. Akan tetapi, untuk alasan pribadi ataupun audiologik, pada beberapa
pasien tidak dapat dilakukan amplifikasi binaural. Dengan demikian perlu dilakukan
pemilihan salah satu telinga yang paling diuntungkan dengan teknik amplifikasi. Secara
umum dapat dikatakan bahwa telinga yang terpilih adalah telinga dengan diskriminasi bicara
yang lebih baik dan dengan rentang dinamik yang lebih luas. Rentang dinamik adalah
perbedaan antara tingkat ambang pendengaran dengan ambang ketidaknyamanan
pendengaran.
Gangguan pendengaran unilateral
Untuk pasien dengan gangguan pendengaran unilateral, diberlakukan penanganan yang
berbeda. Bila ketulian unilateral tidak melampaui kehilangan sebesar 60-70 dB, atau bila
diskriminasi bicara relatif baik dan jika bunyi yang diperbesar ditoleransi dengan baik, maka
dapat dilakukan amplifikasi pada telinga yang terganggu. Akan tetapi bila telinga yang
terganggu tidak memenuhi kriteria diatas, dapat digunakan alat bantu dengar CROS
(Contralateral Routing Of Signals = Pengalihan sinyal kontralateral). Mikrofon diletakkan
pada satu alat bantu sementara amplifier dan penerima ditempatkan pada alat bantu kedua.
Penataan seperti ini dapat pula diterapkan pada kacamata. Maka sinyal akan dihantarkan dari
telinga yang terganggu ke telinga dengan pendengaran normal. Suatu sirkuit frekuensi radio
dapat digunakan untuk menghantarkan bunyi dari satu sisi ke sisi lainnya. Meskipun alat
bantu dengar CROS hanya sedikit membantu dalam memperbaiki lokalisasi, namun alat ini
kadang-kadang terbukti bermanfaat pada beberapa kondisi mendengar suara bising dan juga
meminimalkan efek bayangan kepala.
Berbagai variasi CROS yang disebut Bi-CROS atau Multi-CROS dapat digunakan bila
terdapat gangguan pendengaran yang cukup bermakna pada telinga yang lebih baik,
sedangkan telinga yang lebih buruk tidak sesuai untuk teknik amplifikasi. Tipe Bi-CROS
memiliki mikrofo pada masing-masing alat bantu dan suatu pemasok bunyi amplifier pada
telinga yang lebih baik [BOIES]
Setelah itu, klinisi menentukan jenis alat bantu pendengaran yang sesuai dengan jenis
gangguan pendengaran pasien dan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari
berbagai jenis alat bantu pendengaran, baik dari aspek medis maupun pribadi pasien.
Berikut tabel ringkas keuntungan dan kerugian macam-macam ABD:
Jenis alat bantu pendengaran Keuntungan Kerugian
Body Worn Type Harga murah
Baterai tahan lama dan
mudah didapat
Bentuk besar
Ada kabel
Feedback tidak ada
Amplifikasi lebih kuat
Pengaturan manual mudah
Bunyi gesekan dengan kain
Selit menangkap suara dari
belakang
Dapat rusak oleh sekret
telinga pasien
Behind-the-ear type Amplifikasi kuat
Feedback minimal
Pengaturan manual relatif
Membutuhkan ear mould
Memberikan efek oklusi
Dapat rusak oleh sekresi
telinga pasien
In-the-ear type Sulit terlihat Amplifikasi terbatas
Membutuhkan ear mould
In-the-canal type Sulit terlihat
Amplifikasi cukup baik
karena terpasang dalam
Rentan terhadap feedback
Pengaturan manual sulit
Completely-in-canal Tidak terlihat kecuali melihat
langsung ke liang telinga
pemakai
Pengaturan manual sulit
Rentan feedback
Fitur tertentu tidak dapat
digunakan
Spectacle aid Secara kosmetik lebih dapat
diterima
Letak receiver menjadi relatif
tidak stabil
Open-fit mini BTE Baterai relatif lebih tahan
Amplifikasi kuat
Feedback minimal
Pengaturan mudah
Sulit terlihat
Tidak perlu ear mould
Tidak menimbulkan efek
oklusi
Memungkinkan keluarnya
sekret telinga pasien
Harga mahal
Ketersediaan masih terbatas
karena merupakan teknologi
baru
PELENGKAP ALAT BANTU PENDENGARAN
Assistive Listening Device
Seorang pengguna APD membutuhkan kemampuan pendengarannya dalam berbagai situasi,
akan tetapi secara garis besar kebutuhan utama seorang pengguna APD adalah:
1. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain secara langsung
2. Kemampuan menggunakan media telekomunikasi
3. Kemampuan mendengarkan sinyal tertentu seperti alarm kebakaran, bunyi bel, dll
Sayangnya, tidak semua APD dapat mencakup ketiga kebutuhan tersebut, terutama
kebutuhan nomor 2 dan 3. Karenanya, dibutuhkan Assistive Listening Device (ALD)
ALD adalah perangkat elektronik untuk meningkatkan kenyamanan mendengar pada kondisi
lingkungan pendengaran tertentu seperti menonton televisi, mendengarkan telepon,
mendengar suara bel rumah, dan pada saat berada di ruang aula / auditorium. ALD dapat
dipergunakan tersendiri atau dipasang pada ABD dengan maksud mengoptimalkan kerja
ABD.
Untuk ALD yang dihubungkan dengan ABD, dikenal beberapa jenis:
1. Sistim kabel
Receiver ABD dihubungkan melalui kabel dengan mikrofon yang digunakan oleh
lawan bicara. Cara ini dapat membantu pada pembicaraan jangka pendek. Juga dapat
dihubungkan dengan pesawat televisi, radio, walkman, pemutar CD dan perangkat audio
lainnya. Sistim ini memiliki keterbatasan karena ditentukan oleh panjangnya kabel
2. Sistim FM (Frequency Modulation)
ABD dihubungkan dengan sumber suara tanpa mempergunakan kabel (wireless).
Suara dari lawan bicara dipancarkan melalui sinyal/gelombang radio FM menuju ABD yang
digunakan. Cara ini lebih fleksibel dibandingkan dengan sistem kabel
3. Sistim Infra merah
Sinyal dari sumber bunyi dipancarkan melalui gelombang sinar infra merah, seperti
halnya dengan remote control. Sistem infra merah ini memerlukan jalan sinyal bebas
hambatan antara transmitter dengan receiver
4. Induction loops
Perangkat ini menghasilkan suatu medan magnet yang akan meningkatkan
kenyamanan mendengar. Medan magnet tersebut akan ditangkap oleh receiver yang ada pada
suatu headphone atau ABD. Rangkaian yang luas dapat dipasang disekitar leher dan
dihubungkan denagn telepon, pemutar CD, dan lain-lain
Sedangkan ALD yang tidak terhubung pada ABD antara lain: Internal telephone amplifier,
external telephone amplifier, TV/radio/tape audio input, Telephone signal amplifier, High-
intensity doorbell, Visual alert device, Tactile alert device, dan lain-lain.
Fitur Tambahan ABD
Selain dengan menggunakan ALD, peneliti juga kerap berusaha memperbaiki performa ABD
melalui penemuan demi penemuan teknologi baru yang dapat menyokong penggunaan ABD.
Teknologi tersebut antara lain:
1. Compression
Kebanyakan pengguna ABD adalah penderita tuli sensorineural, yang pada dasarnya
memiliki sifat recruitment. ABD yang lebih modern memperkenalkan fitur comperssion
(non-linear amplification), yaitu kemampuan ABD untuk mengeraskan suara dengan gain
yang berbeda. Pada linear amplification, gain (Selisih suara asli dengan suara amplifikasi)
akan tetap, akan tetapi dengan implementasi sistem compression, ketika suara asli mencapa
titik tertentu (kneepoint) gain yang dihasilkan akan dikurangi agar tidak memberikan suara
yang terlalu besar pada penderita dengan efek recruitment. Hasilnya, suara yang kurang keras
akan dikeraskan tetapi suara yang sudah keras tidak akan dikeraskan terlalu banyak. Variasi
lainnya adalah multi-band compression, yang pada intinya adalah compression dengan
kneepoint yang berbeda-beda pada frekuensi tertentu
2. Directional & Dual Microphones
Salah satu keluhan utama pengguna ABD adalah ketidakmampuan berkomunikasi
dalam suasana yang ramai. Hal ini disebabkan karena suasana yang ramai seringkali ikut
diamplifikasi bersama dengan suara lawan bicara, sehingga membingungkan pengguna. Hal
ini dapat diatasi dengan menggunakan Directional atau Dual Microphones. Mikrofon jenis ini
terdiri dari dua buah port atau mic, di depan dan dibelakang alat bantu dengar. Fitur
tambahan ini dapat mengurangi masukan bising melalui perhitungan akurat dari selisih waktu
masuknya bunyi yang diterima mic belakang dengan mic depan, dimana lawan bicara
diasumsikan berada. Fitur ini juga mengurangi masukan suara dari arah selain depan
pengguna sehingga dapat meminimalisir bising sekitar. Akan tetapi, fitur ini meningkatkan
kemungkinan menangkap noise pada lingkungan pendengaran yang sunyi, sehingga
kebanyakan fitur ini dapat dimatikan dan dinyalakan pada kondisi pendengaran yang bising.
Kekurangan dari fitur ini adalah memerlukan jarak minimal 3mm antara kedua mic, sehingga
tidak memungkinkan untuk dipasang pada ABD yang berukuran kecil
3. Multiple Programs
Berbagai jenis ABD menyajikan fitur multiple program, dimana setiap program
menyimpan setting yang disesuaikan untuk digunakan pada kondisi tertentu. Misalnya, pada
kondisi pesta dan kondisi sendiri di rumah, program yang digunakan berbeda dimana pada
kondisi pesta lebih diutamakan gungsi noise-masking, sedangkan pada kondisi sunyi di
rumah lebih diutamakan fungsi amplifikasi suara sehingga pengguna dapat lebih mudah
menyadari peringatan tertentu. Fungsi lainnya adalah pada penderita dengan gangguan
pendengaran yang berubah-ubah, misalnya pada penderita Meniere’s disease, dimana
settingan yang lebih kuat dapat diaktifkan hanya pada saat serangan. Beberapa ABD modern
bahkan dapat mengubah programnya secara otomatis dengan menyesuaikan diri pada kondisi
suara yang didapat.
4. Telecoils
Salah satu keluhan utama pengguna ABD adalah bahwa mereka tidak dapat
mendengarkan telefon dengan baik ketika mereka mengenakan ABD mereka. Hal ini
disebabkan adanya bunyi berdenging akibat feedback yang muncul karena dekatnya receiver
telefon dengan mikrofon ABD. Untuk mengatasi masalah ini, banyak ABD menggunakan
telecoils yang berfungsi sebagai inductance loop, dimana telecoils ini akan secara otomatis
mengamplifikasi gelombang electromagnetic yang memang dihasilkan oleh benda-benda
elektronik seperti telefon, dimana gelombang tersebut akan mengurangi / menghentikan kerja
dari mikrofon ABD, sehingga pengguna dapat berkomunikasi seperti biasa.
Implan Koklea
Implan koklea merupakan perangkat elektronik yang mempunyai kemampuan
menggantikan fungsi koklea untuk meningkatkan kemampuan mendengar dan berkomunikasi
pada pasien tuli saraf berat dan total bilateral. Implan koklea sudah mulai dimanfaatkan
semenjak 25 tahun yang lalu dan berkembang pesat di negara maju. Implantasi koklea
pertama kali dikerjakan di Indonesia pada bulan Juli 2002. Selama 4 tahun terakhir telah
dilakukan implantasi koklea pada 27 anak dan 1 orang dewasa.
Indikasi dan Kontra Indikasi pemasangan implan koklea
Indikasi pemasangan implan koklea adalah keadaan tuli saraf berat bilateral atau tuli total
bilateral (anak maupun dewasa) yang tidak / sedikit mendapat manfaat dengan alat bantu
dengar konvensional, usia 12 bulan sampai 17 tahun, tidak ada kontraindikasi medis dan
calon pengguna mempunyai perkembangan kognitif yang baik.
Sedangkan kontra indikasi pemasangan implan koklea antara lain tuli akibat kelainan pada
jalur saraf pusat (tuli sentral), proses penulangan koklea, dan koklea tidak berkembang
Cara kerja implan koklea
Perangkat implan koklea terdiri dari:
1. Komponen luar: Mikrofon, Speech processor, kabel pengubung, dan transmitter
2. Komponen dalam: Receiver dan Multi-channel electrode
Impuls suara ditangkap oleh mikrofon dan diteruskan
menuju speech processor melalui kabel penghubung.
Speech processor akan melakukan seleksi informasi suara
yang sesuai dan mengubahnya menjadi kode suara yang
akan disampaikan ke transmitter. Kode suara akan
dipancarkan menembus kulit menuju receiver atau
stimulator. Pada bagian ini kode suara akan dibah menjadi
sinyal listrik dan akan dikirim menuju elektroda-elektroda
yang sesuai di dalam koklea sehingga menimbulkan
stimulasi serabut-serabut saraf. Pada speech processor
terdapat sirkuit listrik khusus yang berfungsi meredam bising lingkungan.
Persiapan implantasi koklea
Untuk mendapatkan hasil optimal dari implantasi koklea perlu dilakukan persiapan yang
matang mencakup konsultasi dengan orang tua untuk memperoleh informasi tentang riwayat
penyakit anak serta harapan orang tua terhadap implantasi koklea. Pemeriksaan fisik meliputi
pemeriksaan THT, radiologik CT Scan untuk melihat keadaan koklea, dan laboratorium
darah.
Tes pendengaran yang harus dilakukan antara lain Behavioral Observation Audiometry
(BoA), timpanometri, OAE, BERA, dan ASSR (Auditory Steady State Response) bila
diperlukan serta audiometri nada murni untuk anak yang lebih besar dan kooperatif. Tes
kemampuan wicara dan berbahasa perlu dinilai sebelum menggunakan ABD. Sebelum
operasi dianjurkan untuk menggunakan ABD selama 8-10 minggu bersamaan dengan terapi
audio verbal untuk menilai manfaatnya. Tes psikologi dilakukan untuk menilai kemampuan
anak untuk belajar setelah dilakukan implantasi koklea.
Program rehabilitasi pasca bedah
Switch on yaitu pengaktifan alat, dilakuakn 2-4 minggu pasca bedah. Pemeriksaan CR Scan
pasca bedah untuk menilai keadaan elektroda yang telah terpasang di dalam koklea. Pada
anak yang tidak kooperatif data awal dapat diperoleh dengan melakukan NRT (Neural
Response Telemetry) terlebih dahulu kemudian menetapkan C (Comfortable) level yaitu
suara keras yang dapat ditoleransi tanpa menimbulkan rasa sakit dan T (Threshold) level
yaitu suara terkecil yang dapat dideteksi. Uang dimaksud dengan pemetaan (mapping) adalah
proses untuk menetapkan dan mengatur sejumlah aliran listrik yang disampaikan ke koklea.
Program yang dibuat disimpan pada speech processor dan jumlahnya tergantung pad ajenis
implan yang digunakan dan berbeda untuk setiap orang. Selanjutnya anak mengikuti program
terapi audio verbal secara teratur disertai pemetaan berkala.
Keberhasilan implantasi koklea ditentukan dengan menilai kemampuan mendengar,
pertambahan kosa kata dan pemahaman bahasa.
VERIFIKASI PEMASANGAN
Peraturan dari FDA (Foods and Drugs Administration) mengharuskan masa uji coba selama
30 hari untuk alat bantu dengar yang baru, suatu masa untuk mengetahui apakah alat tersebut
cocok dan efektif bagi pemakai.
Prosedur verifikasi pemasangan ABD pada pasien tersebut antara lain:
1. Assessment of Word Recognition & Sound Quality
Tujuan utama dari ABD adalah untuk memperbaiki fungsi komunikasi penderita. Bagi
beberapa penderita, hal ini berarti kemampuan untuk mengenali dan membedakan berbagai
kata dalam berbicara. Bagi beberapa pendengar, hal ini berarti kejelasan dan kejernihan suara
yang cukup. Karenanya, klinisi harus melakukan penilaian peningkatan kemampuan
pengenalan kata penderita dan kualitas suara ABD baik dalam kondisi yang ramai dan dalam
kondisi yang tenang
2. Probe Tube Measure
Pengukuran dengan probe tube merupakan tindakan noninfasif yang secara cepat menilai
kekuatan suara yang diterima pada jarak 5mm dari membran timpani. Karena penilaian
dilakukan di dalam liang teling pasien, maka hasilnya juga akan dipengaruhi oleh kondisi
liang telinga pasien. Yang akan dinilai melalui pemeriksaan ini adalah Dynamic Range dari
penderita, yaitu rentang antara Threshold Level dan Loudness Discomfort Level dari
penderita. Bila alat pemeriksaan ini tidak ada, dapat juga dilakukan pemeriksaan Functional
Gain, yakni selisih dari Threshold penderita tanpa dan dengan ABD
3. Subjective Scaling
Pada akhirnya pemasangan ABD mengutamakan kualitas dan kenyamanan pendengaran dari
penggunanya. Hal ini seringkali digunakan sebagai faktor utama untuk menentukan apakah
pemakaian ABD pada suatu individu dianggap sukses atau kurang berhasil. Karenanya, perlu
dilakukan penilaian subyektif kepuasan pengguna, baik dengan metode menjawab pertanyaan
yang sudah disediakan, atau menggambarkan sendiri kondisi dan apa yang dirasakan
pengguna setelah pemakaian ABD.
KESIMPULAN
Alat Bantu Dengar (ABD) adalah Alat suatu perangkat elektronik yang berguna untuk
memperkeras (mengamplifikasi) suara yang masuk ke dalam telinga, sehingga si pemakai
dapat mendengar lebih jelas suara yang ada di sekitarnya
Pada umumnya, mekanisme kerja ABD berupa: masuknya suara melalui mikrofon,
pengerasan suara oleh amplifier, dan penyampaian ulang suara oleh receiver / loudspeaker
yang mana keseluruhan sistemnya diperdayai oleh suatu komponen baterai
Terdapat berbagai macam jenis ABD: Menurut sistem kerjanya, Menurut jenis hantarannya,
dan Menurut bentuknya yang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Untuk pemakaian alat bantu pendengaran, pertama-tama klinisi harus mengidentifikasi
derajat ketulian penderita, mengenali jenis ketuliannya, menentukan TL, MCL, dan LDL,
menentukan jumlah alat bantu dengar yang sebaiknya digunakan oleh pasien, baru kemudian
bersama pasien mempertimbangkan bentuk ABD yang akan digunakan beserta kelebihan,
kekurangan, dan faktor-faktor lain dari diri pasien.
Seringkali ABD sendiri tidak cukup untuk mengembalikan kualitas hidup pasien secara
sempurna. Karenanya dibutuhkan pelengkap dari ABD yang bisa berupa: ALD, baik ALD
yang dihubungkan ke ABD maupun tidak; Fitur-fitur tambahan; dan Implantasi koklea bila
ABD tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan
Setelah Pemakaian ABD, perlu dilakukan penilaian ulang untuk menentukan keberhasilan
pemakaian ABD dengan beberapa tes, seperti Assessment of Word Recognition & Sound
Quality, Probe Tube Measure, dan Subjective Scaling