Referat Demensia Vas
Embed Size (px)
description
Transcript of Referat Demensia Vas

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO, demensia adalah sindrom neurodegeneratif yang
timbul karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progresif disertai
dengan gangguan fungsi luhur multipel seperti kalkulasi, kapasitas belajar,
bahasa, dan mengambil keputusan. Kesadaran pada demensia tidak terganggu.
Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai dengan perburukan kontrol
emosi, perilaku dan motivasi. Merosotnya fungsi kognitif ini harus cukup
berat sehingga mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan individu.
Demensia adalah suatu kondisi klinis yang perlu didiagnosis dan
ditelusuri penyebabnya. Penyebab demensia sangat banyak, namun tampilan
gejala klinis umumnya hampir sama. Enam puluh persen demensia adalah
irreversibel (tidak dapat pulih ke kondisi semula), 25% dapat dikontrol, dan
15% reversibel (dapat pulih kembali). Penyakit penyebab demensia yang
dapat diobati harus dapat diidentifikasi dan dikelola sebaik-baiknya.
Prevalensi demensia pada populasi lanjut usia (> 65 tahun) berkisar 3-
30%. Demensia tipe Alzheimer dilaporkan bertumbuh 2 kali lipat setiap
pertambahan usia 5 tahun, yaitu bila prevalensi demensia pada usia 65 tahun
3% maka menjadi 6% pada usia 70 tahun, 12% pada 75 tahun dan 24% pada
usia 80 tahun. Di Indonesia pada tahun 2006 diperkirakan ada 1 juta orang
dengan demensia untuk jumlah lanjut usia 20 juta orang.
Demensia vaskular adalah bentuk demensia kedua terbanyak setelah
penyakit Alzheimer. Demensia vaskular merupakan sindrom yang
berhubungan dengan mekanisme vaskular yang berbeda. Pasien yang pernah
mengalami stroke mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk demensia
vaskular. Baru-baru ini, lesi vaskular diduga telah memainkan peran dalam
penyakitAlzheimer.Untuk mengetahui perbedaan kedua tipe demensia
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 1

tersebut, pada referat ini akan dibahas mengenai demensia Alzheimer dan
demensia vaskular.
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Demensia merupakan salah satu penyakit yang paling sering terjadi
pada orang-orang dengan usia lanjut. Demensia adalah suatu sindroma
penurunan kemampuan intelektual secara progresif yang menyebabkan
kemunduran kognitif dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan
fungsi sosial pekerjaan, dan aktivitas harian. Demensia vaskuler merupakan
suatu kelompok kondisi heterogen yang meliputi semua sindroma demensia
akibat iskemik, perdarahan, anoksik atau hipoksik otak dengan penurunan
fungsi kognitif mulai dari yang ringan sampai paling berat dan tidak harus
dengan gangguan memori yang menonjol.(4)
Demensia vaskular terdiri dari tiga subtipe yaitu :
1. Demensia vaskular pasca stroke yang mencakup demensia akibat
infark lokal, demensia multi-infark, dan stroke akibat perdarahan.
Biasanya mempunyai korelasi waktu yang jelas antara stroke dengan
terjadinya demensia.
2. Demensia vaskular subkortikal, yang meliputi infark lakuner dan
penyakit Binswanger dengan kejadian Transient Ischemic Attack
(TIA) atau stroke yang sering tidak terdeteksi namun memiliki faktor
resiko vaskular.
3. Demensia tipe campuran, yaitu demensia dengan patologi vaskuler
dalam kombinasi dengan demensia Alzheimer (AD).
Tipe demensia yang paling sering selain akibat penyakit Alzheimer
adalah demensia vaskular, yaitu demensia yang secara kausatif berhubungan
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 3

dengan penyakit serebrovaskular. Demensia vaskular berjumlah 15-30 persen
dari semua kasus demensia. Demensia vaskular paling sering ditemukan pada
orang yang berusia antara 60-70 tahun dan lebih sering pada laki-laki
dibandingkan wanita. Hipertensi merupakan predisposisi seseorang terhadap
penyakit ini.(1,2,3,4,6)
Adapun pembagian demensia vaskular secara klinis adalah sebagai
berikut :
1. Demensia vaskular pasca stroke
Untuk demensia karena adanya infark tertentu akan ditemukan lesi
pada girus angularis, thalamus, basal forebrain, daerah sekitar arteri serebri
posterior, dan arteri serebri anterior. Sedangkan untuk Multiple Infark
Dementia (MID) akan didapatkan adanya perdarahan intraserebral.
2. Demensia vaskular subkortikal
Terdapat lesi iskemik pada substansia alba, infark lakuner subkortikal,
infark non-lakuner subkortikal.
3. Demensia vaskular tipe campuran penyakit Alzheimer dan penyakit
serebrovaskular
2.2 ETIOLOGI
Penyebab demensia yang paling sering adalah penyakit Alzheimer,
stroke, dan berbagai penyakit yang menyebabkan gangguan serebrovaskular.
Penyebab timbulnya penyakit Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga
melibatkan faktor genetik karena penyakit ini ditemukan banyak disebabkan
atau dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu.
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 4

Pada serangan stroke yang berturut-turut atau berulang akan
menimbulkan demensia. Demensia juga bisa terjadi setelah seseorang
mengalami cedera otak atau cardiac arrest. Penyebab lain dari demensia
adalah penyakit pick, parkinson, dan AIDS.(5)
Demensia vaskular diakibatkan oleh adanya penyakit pembuluh darah
serebral. Adanya infark tunggal di lokasi tertentu, episode hipotensi,
leukoaraiosis, infark komplit, dan perdarahan juga dapat menyebabkan
timbulnya kelainan kognitif. Sindrom demensia yang terjadi pada demensia
vaskular merupakan konsekuensi dari lesi hipoksia, iskemia, atau adanya
perdarahan di otak.(6)
Studi tentang penyebab kematian pada pasien dengan demensia
menunjukkan bahwa gangguan sistem peredaran darah (misalnya, penyakit
jantung iskemik) adalah penyebab langsung kematian paling umum pada
demensia vaskular, diikuti oleh penyakit sistem pernapasan (misalnya,
pneumonia). Prevalensi demensia vaskular terjadi lebih tinggi pada pria
dibandingkan pada wanita dan insidensi meningkat dengan usia.(3)
2.3 EPIDEMIOLOGI
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 5

Di negara-negara barat, demensia vaskular menduduki urutan kedua
terbanyak setelah penyakit Alzheimer. Tetapi karena demensia vaskular
merupakan tipe demensia yang terbanyak pada beberapa negara Asia dengan
populasi penduduk yang besar maka demensia vaskular merupakan tipe
demensia yang terbanyak di dunia.
Prevalensi demensia vaskular bervariasi antar negara, tetapi prevalensi
terbesar ditemukan di negara-negara maju. Tingkat prevalensi demensia
adalah 9 kali lebih tinggi pada pasien yang telah mengalami stroke. Satu tahun
setelah stroke, 25% pasien masuk dengan onset baru dari demensia.(4) Di
Kanada, insiden rate pada usia ≥ 65 tahun besarnya 2,52 per 1000 penduduk,
sedangkan di Jepang prevalensi demensia vaskular besarnya 4,8%.(1,5)The
European Community Concerted Action on Epidemiology and Prevention of
Dementia mendapatkan prevalensi berkisar dari 1,5/100 wanita usia 75-79
tahun di Inggris hingga 16,3/100 laki-laki usia di atas 80 tahun di Italia.(6)
Demensia vaskular merupakan demensia yang dapat dicegah sehingga
mempunyai peranan yang besar dalam menurunkan angka kejadian demensia
dan perbaikan kualitas hidup orang-orang dengan usia lanjut.(2)
2.4 FAKTOR RESIKO
Prevalensi demensia vaskular akan semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya usia seseorang, dan lebih sering dijumpai pada laki-laki.
Sebuah penelitian di Swedia menunjukkan resiko terjadinya demensia
vaskular pada laki-laki sebesar 34,5% dan perempuan sebesar 19,4%.(1,4,7,)
Selain itu, faktor yang harus ditelusuri adalah riwayat penyakit
terdahulu. Dari penelitian penderita stroke didapatkan prevalensi demensia
yang cukup tinggi. Dari evaluasi 252 penderita yang 3 bulan sebelumnya
menderita stroke, didapatkan hasil bahwa 26,3% dari mereka menderita
demensia. Angka ini cukup signifikan karena sangat jauh dari kelompok
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 6

pembanding (kontrol) yaitu 3,2%. Pada pasien-pasien dengan Transient
Ischemic Attack (TIA) didapatkan 23,5% menderita demensia, 23,5%
menderita demensia borderline, dan 53% tidak ditemukan gejala demensia.
2.5 PATOGENESIS
Demensia vaskular, atau gangguan kognitif vaskular, adalah hasil
akhir dari kerusakan otak yang disebabkan oleh penyakit serebrovaskular.
Adanya infark multiple, infark lakunar, infark tunggal di daerah tertentu pada
otak, sindrom Binswanger, angiopati amiloid serebral, hipoperfusi,
perdarahan, dan berbagai mekanisme lain menjadi patogenesis timbulnya
demensia vaskular.
1. Infark Multiple
Demensia multi infark merupakan akibat dari infark multipel dan
bilateral. Terdapat riwayat satu atau beberapa kali serangan stroke dengan
gejala fokal seperti hemiparesis/hemiplegi, afasia, hemianopsia.
Pseudobulbar palsy sering disertai disartria, gangguan berjalan (small step
gait), forced laughing/crying, refleks Babinski dan inkontinensia. Computed
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 7

tomography imaging (CT scan) otak menunjukkan hipodensitas bilateral
disertai atrofi kortikal, kadang-kadang disertai dilatasi ventrikel.(6,7)
2. Infark Lakunar
Lakunar adalah infark kecil, diameter 2-15 mm, disebabkan kelainan
pada small penetrating arteries di daerah diencephalon, batang otak dan sub
kortikal akibat dari hipertensi. Pada sepertiga kasus, infark lakunar bersifat
asimptomatik. Apabila menimbulkan gejala, dapat terjadi gangguan sensorik,
transient ischaemic attackhemiparesis atau ataksia. Bila jumlah lakunar
bertambah maka akan timbul sindrom demensia, sering disertai pseudobulbar
palsy. Pada derajat yang berat terjadi lacunar state. CT scan otak
menunjukkan hipodensitas multipel dengan ukuran kecil, dapat juga tidak
tampak pada CT scan otak karena ukurannya yang kecil atau terletak di
daerah batang otak. Magnetic resonance imaging (MRI) otak merupakan
pemeriksaan penunjang yang lebih akurat untuk menunjukkan adanya lakunar
terutama di daerah batang otak (pons).(6,7,13)
3. Infark Tunggal di Daerah Strategis
Strategic single infarct dementia merupakan akibat lesi iskemik pada
daerah kortikal atau subkortikal yang mempunyai fungsi penting. Infark girus
angularis menimbulkan gejala afasia sensorik, aleksia, agrafia, gangguan
memori, disorientasi spasial dan gangguan konstruksi. Infark daerah distribusi
arteri serebri posterior menimbulkan gejala amnesia disertai agitasi, halusinasi
visual, gangguan visual dan kebingungan. Infark daerah distribusi arteri
serebri anterior menimbulkan abulia, afasia motorik dan apraksia. Infark lobus
parietalis menimbulkan gangguan kognitif dan tingkah laku yang disebabkan
gangguan persepsi spasial. Infark pada daerah distribusi arteri paramedian
thalamus menghasilkan thalamic dementia.(6,7,13)
4. Sindrom Binswanger
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 8

Sindrom Binswanger menunjukkan demensia progresif dengan riwayat
stroke, hipertensi dan kadang-kadang diabetes melitus. Sering disertai gejala
pseudobulbar palsy, kelainan piramidal, gangguan berjalan (gait) dan
inkontinensia. Terdapat atrofi white matter, pembesaran ventrikel dengan
korteks serebral yang normal. Faktor risikonya adalah small artery diseases
(hipertensi, angiopati amiloid), kegagalan autoregulasi aliran darah di otak
pada usia lanjut, hipoperfusi periventrikel karena kegagalan jantung, aritmia
dan hipotensi.(6,7,13-15)
5. Angiopati Amiloid Serebral
Terdapat penimbunan amiloid pada tunika media dan adventisia
arteriola serebral. Insidensinya meningkat dengan bertambahnya usia.
Kadang-kadang terjadi demensia dengan onset mendadak.(6,7)
6. Hipoperfusi
Demensia dapat terjadi akibat iskemia otak global karena henti
jantung, hipotensi berat, hipoperfusi dengan/tanpa gejala oklusi karotis,
kegagalan autoregulasi arteri serebral, kegagalan fungsi pernafasan. Kondisi-
kondisi tersebut menyebabkan lesi vaskular di otak yang multipel terutama di
daerah white matter.(6,7)
7. Perdarahan
Demensia dapat terjadi karena lesi perdarahan seperti hematoma
subdural kronik, gejala sisa dari perdarahan sub arachnoid dan hematoma
serebral. Hematoma multipel berhubungan dengan angiopati amiloid serebral
idiopatik atau herediter.
8. Mekanisme Lain
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 9

Mekanisme lain dapat mengakibatkan demensia termasuk kelainan
pembuluh darah inflamasi atau non inflamasi (poliartritis nodosa, limfomatoid
granulomatosis, giant-cell arteritis,
dan sebagainya).
2.6 MANIFESTASI KLINIK
Serangan demensia vaskular terjadi secara mendadak, dengan
didahului oleh Transient Ischemic Attack (TIA) atau stroke, risiko terjadinya
demensia vaskular 9 kali pada tahun pertama setelah serangan dan semakin
menurun menjadi 2 kali selama 25 tahun kemudian. Adanya riwayat dari
faktor risiko penyakit sebero vaskular harus disadari tentang kemungkinan
terjadinya demensia vaskular.(16)
Gambaran klinik penderita demensia vaskular menunjukkan
kombinasi dari gejala fokal neurologik, kelainan neuropsikologik dan gejala
neuropsikiatrik. Gejala fokal neurologik dapat berupa gangguan motorik,
gangguan sensorik, dan hemianopsia. Kelainan neuropsikologik berupa
gangguan memori disertai dua atau lebih kelainan kognitif lain seperti atensi,
bahasa, visuospasial dan fungsi eksekutif.
Gejala neuropsikiatrik sering terjadi pada demensia vaskular, dapat
berupa perubahan kepribadian (paling sering), depresi, mood labil, delusion,
apati, abulia, tidak adanya spontanitas. Depresi berat terjadi pada 25-50%
pasien dan lebih dari 60% mengalami sindrom depresi dengan gejala paling
sering yaitu kesedihan, ansietas, retardasi psikomotor atau keluhan somatik.
Psikosis dengan ide-ide seperti waham terjadi pada ± 50%, termasuk pikiran
curiga, sindrom Capgras. Waham paling sering terjadi pada lesi yang
melibatkan struktur temporoparietal.(17)
2.7 DIAGNOSIS
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 10

A. Kriteria Diagnostik
Diagnosis demensia vaskular ditegakkan melalui dua tahap, pertama
menegakkan diagnosis demensia itu sendiri, kedua mencari proses vaskular
yang mendasari.(7) Terdapat beberapa kriteria diagnostik untuk menegakkan
diagnosis demensia vaskular, yaitu:(5,12)
1. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi ke empat
(DSM- IV)
2. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
3. International Classification of Diseases (ICD-10)
4. The state of California Alzheimer’s Disease Diagnostic and Treatment
Centers (ADDTC)
5. National Institute of Neurological Disorders and Stroke and the
Association Internationale pour la Recherche Et l’enseignement en
Neurosciences (NINDS-AIREN)
Diagnosis demensia vaskular menurut DSM-IV adalah menggunakan
kriteria sebagai berikut.
a) Adanya defisit kognitif multipleks yang dicirikan oleh gangguan
memori dan satu atau lebih dari gangguan kognitif berikut ini:
1) Afasia (gangguan berbahasa)
2) Apraksia (gangguan kemampuan untuk mengerjakan aktivitas
motorik, sementara fungsi mototik normal).
3) Agnosia (tidak dapat mengenal atau mengidentifikasi suatu
benda walaupun fungsi sensoriknya normal).
4) Gangguan dalam fungsi eksekutif (merancang,
mengorganisasikan, daya abstraksi, dan membuat urutan).
b) Defisit kognitif pada kriteria a) yang menyebabkan gangguan fungsi
sosial dan okupasional yang jelas.
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 11

c) Tanda dan gejala neurologik fokal (refleks fisiologik meningkat,
refleks patologik positif, paralisis pseudobulbar, gangguan langkah,
kelumpuhan anggota gerak) atau bukti laboratorium dan radiologik
yang membuktikan adanya gangguan peredaran darah otak (GPOD),
seperti infark multipleks yang melibatkan korteks dan subkorteks,
yang dapat menjelaskan kaitannya dengan munculnya gangguan.
d) Defisit yang ada tidak terjadi selama berlangsungnya delirium.
Dengan menggunakan kriteria diagnostik yang berbeda
didapatkan prevalensi demensia vaskular yang berbeda, dimana prevalensi
tertinggi didapatkan bila menggunakan kriteria DSM-IV dan terendah bila
menggunakan kriteria NINDS-AIREN. Consortium of Canadian Centers for
Clinical Cognitive Research menyatakan bahwa tidak ada kriteria diagnostik
yang lebih baik dari berbagai kriteria yang ada.(12) DSM-IV mempunyai
sensitivitas yang tinggi tetapi spesifitasnya rendah. ADDTC penggunaanya
lebih terbatas pada demensia vaskular jenis iskemik sedangkan NINDS-
AIREN dapat digunakan untuk semua mekanisme demensia vaskular
(hipoksia, iskemik, atau perdarahan). Kriteria ADDTC dan NINDS-AIREN
mempunyai tiga tingkat kepastian (probable, possible, definite), memerlukan
hubungan waktu antara stroke dan demensia serta bukti morfologi adanya
stroke.
B. Identifikasi Demensia Vaskular
Mengidentifikasi demensia vaskular tidak selalu mudah. Looi et al.(2)
mendapatkan bahwa pasien demensia vaskular relatif memiliki memori verbal
jangka panjang yang lebih baik tetapi fungsi eksekutif lobus frontal lebih
buruk dibandingkan pasien dengan demensia Alzheimer. Dapat pula
digunakan sistem skor misalnya skor iskemik Hachinski dan skor demensia
oleh Loeb dan Gondolfo.(3) Diakui bahwa sistem skor ini belum memadai,
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 12

kemungkinan terjadinya kesalahan masih ada dan cara ini tidak dapat
menentukan adanya demensia campuran (vaskular dan Alzheimer).(3)
P e n d e r i t a d e n g a n D V a a t a u d e m e n s i a m u l t i i n f a r k m e m p u n y a i s k o r
l e b i h d a r i 7 , s e d a n g y a n g s k o r n y a k u r a n g d a r i 4 m u n g k i n m e n d e r i t a
Alzheimer.
Skor Demensia oleh Loeb dan Gondolfo Skor
Mulanya mendadak 2
Permulaannya dengan riwayat stroke 1
Gejala fokal neurologik 2
Keluhan fokal 2
CT scan terdapat:
- Daerah hipodens tunggal
- Daerah hipodens multiple
2
3
Bila skornya 0 – 2, kemungkinan menderita demensia karena penyakit
Alzheimer, bila skornya 5 – 10 maka kemungkinan menderita demensia
vaskular.
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 13
Skor Iskemik Hachinski Skor
Permulaan mendadak 2
Progresifnya bertahap 1
Perjalanan berfluktuasi 2
Malam hari bengong atau kacau 1
Kepribadian terpelihara 1
Depresi 1
Keluhan somatik 1
Inkontinesia emosional 1
Riwayat hipertensi 1
Riwayat stroke 2
Ada bukti aterosklerosis 1
Keluhan neurologik fokal 2
Tanda neurologik fokal 2

C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendapatkan data yang dapat
memberi nilai tambah dalam menunjang diagnosis.
1. Pencitraan
Dengan adanya fasilitas pemeriksaan CT scan kepala atau MRI dapat
dipastikan adanya perdarahan atau infark (tunggal atau multipel) yang besar
serta lokasinya. Juga dapat disingkirkan kemungkinan gangguan struktur lain
yang dapat memberikan gambaran mirip dengan demensia vaskular, misalnya
metastasis dari neoplasma.
Adapun gambaran yang didapatkan dari pemeriksaan CT scan dan
MRI adalah sebagai berikut:
a. Tidak adanya lesi serebrovaskular pada CT scan atau MRI adalah
bukti terhadap etiologi vaskular.
b. Gambaran CT scan atau MRI yang mendukung demensia vaskular
adalah infark multiple bilateral yang terletak pada hemisfer yang
dominan dan struktur limbik, stroke lacunar multipel atau adanya lesi
periventricula yang meluas sampai ke daerah substansia alba.
c. Pasien dengan mild cognitive impairment (MCI) vaskular, yang
merupakan stadium prodromal untuk demensia vaskular subkorteks,
memiliki gambaran MRI yang berbeda dari pasien dengan MCI
amnestik, sebagai tahap prodromal untuk penyakit Alzheimer. MCI
vaskular menunjukkan lesi infark lacunar yang lebih luas, adanya
leukoaraiosis, atrofi yang minimal pada hippocampal dan entorhinal
cortikal, sedangkan untuk MCI amnestik menunjukkan keadaan yang
sebaliknya.Menurut studi tahun 2000 oleh Nagata et al,(18) positron
emission tomography (PET) dapat digunakan untuk membedakan
demensia vaskular dengan penyakit Alzheimer. Pada pasien dengan
demensia vaskular terjadi hipoperfusi dan hipometabolisme pada lobus
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 14

frontal, sedangkan pada penyakit Alzheimer dapat ditemukan adanya
hipoperfusi dan hipometabolisme tanda parietotemporal.
2. Laboratorium
Digunakan untuk menentukan penyebab atau faktor resiko
yang mengakibatkan timbulnya stroke dan demensia. Selain itu,
pengujian laboratorium juga dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis
selain demensia. Pemeriksaan darah tepi, laju endap darah (LED),
kadar glukosa, glycosylated Hb, tes serologi untuk sifilis, HIV,
kolesterol, trigliserida, fungsi tiroid, profil koagulasi, kadar asam urat,
lupus antikoagulan, antibodi antikardiolipin dan pemeriksaan lain yang
dianggap perlu.
3. Pemeriksaan Lainnya
Pemeriksaan yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi
untuk kasus demensia vaskular adalah echocardiography, pemeriksaan
Doppler, potensial cetusan, arteriografi, dan EEG.
2.8 DIAGNOSIS BANDING
Penurunan kognitif akibat usia
Apabila usia meningkat, terjadi kemunduran memori yang ringan.
Volume otak akan berkurang dan beberapa sel saraf atau neurons akan
hilang.
Depresi
Biasanya orang yang depresi akan pasif dan tidak berespon.
Kadang-kadang keliru dan pelupa.
Delirium
Adanya kekeliruan dan perubahan status mental yang cepat. Individu
ini disorientasi, pusing, inkoheren. Delirium disebabkan keracunan atau
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 15

infeksi yang dapat diobati.Biasanya sembuh sempurna setelah penyebab yang
mendasari diatasi
Kehilangan memori
Antara penyebab kehilangan memori yang lain adalah malnutrisi,
dehidrasi, fatigue, depresi, efek samping obat, gangguan metabolik,
trauma kepala, tumor otak jinak, infeksi bakteri atau virus dan Parkinson
2.9 PENATALAKSANAAN
Terapi untuk demensia vaskular ditujukan kepada penyebabnya,
mengendalikan faktor risiko (pencegahan sekunder) serta terapi untuk gejala
neuropsikiatrik dengan memperhatikan interaksi obat. Selain itu diperlukan
terapi multimodalitas sesuai gangguan kognitif dan gejala perilakunya.(1)
Banyak obat sudah diteliti untuk mengobati demensia vaskular, tetapi belum
banyak yang berhasil dan tidak satupun obat dapat direkomendasikan secara
postif. Vasodilator seperti hidergine mempunyai efek yang postif dan
pemberian secara oral active haemorheological agent seperti pentoxiylline
mampu memperbaik fungsi kognitif penderita. Pemberian
acetylcholineesretarse inhibito seperti donepezil, rivastigmine and galantiamin
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 16

mampu meperbaiki fungsi kognitif penderita. Akhir-akhir ini sedang diteliti
memantine untuk pengobatan demensia vaskular. Efektifitas dari memantine
terhadap demensia vaskuler diteliti menggunakan rancangan randomised,
double-blind, placebo controlled yang mengikut sertakan 321 penderita di
Perancis dan 579 penderita di Inggris. Hasil penelitian menunjukkan
perbaikan fungsi kognitif yang bermakna pada kelompok yang diberikan
memantine.(1,2)
Penelitian di Inggris yang meliputi 54 pusat studi melakukan
penelitian untuk menilai efektifitas dan keamanan dari memantine terhadap
penderita demensia vaskular ringan dan sedang. Rancangan penelitian double-
blind, parallel, randomised menggunakan kontrol mengikut sertakan 579
penderita. Dosis memantine sebesar 20 mg diberikan setiap hari selama 28
minggu. Hasil penelitian menunjukkan penderita yang diberikan memantine
menunjukkan perbaikan fungsi kognitif. Efek samping yang ditemukan adalah
pusing dan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
kedua kelompok pelakuan. Ternyata memantine aman dan dapat diterima oleh
penderita.
Tatalaksana Demensia Vaskular
a. Tatalaksana komprehensif
- Terapi Suportif
Berikan perawatan fisik yang baik, misalnya nutrisi yang bagus,
kacamata, alat bantu dengar, alat proteksi (untuk anak tangga, kompor, obat-
obatan) dan lain-lain. Sewaktu-waktu mungkin perlu pembatasan/pengekangan
secara fisik.
Pertahankan pasien berada dalam lingkingan yang sudah dikenalnya dengan
baik, jika memungkinkan. Usahakan pasien dikelilingi oleh teman-teman
lamanya dan benda-benda yang biasa ada di dekatnya. Tingkatkan daya
pengertian dan partisipasi anggota keluarga.
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 17

Pertahankan keterlibatan pasien melalui kontak personal, orientasi
yang sering (mengingatkan nama hari, jam, dsb). Diskusikan berita aktual
bersama pasien. Pergunakan kalender, radio, televisi. Aktifitas harian dibuat
terstruktur dan terencana.
Bantulah untuk mempertahankan rasa percaya diri pasien. Rawatlah
mereka sebagai orang dewasa (jangan perlakukan sebagai anak kecil, jaga
dignity dari pasien-komentar penerjemah). Rencana diarahkan kepada
kekuatan/kelebihan pasien. Bersikaplah menerima dan menghargai pasien.
Hindari suasana yang remang-remang, terpencil; juga hindari stimulasi yang
berlebihan.
- Terapi Simtomatik
Kondisi pasien psikiatrik memerlukan obat-obatan dengan dosis yang sesuai :
Ansietas akut, kegelisahan, agresi, agitasi: Haloperidol 0,5 mg per oral
3 kali sehari (atau kurang); Risperidon 1 mg peroral sehari. Hentikan
setelah 4-6 minggu.
Ansietas non psikotik, agitasi: Diazepam 2 mg per oral dua kali sehari,
venlafaxin XR. Hentikan setelah 4-6 minggu.
Agitasi kronik: SSRI (misal Fluozetine 10-20 mg/hari) dan atau
Buspiron (15 mg dua kali sehari); juga pertimbangkan Beta Blocker
dosis rendah.
Depresi: pertimbangkan SSRI dan anti depresan baru lainnya dahulu;
dengan Trisiklik mulai perlahan-lahan dan tingkatkan sampai ada efek
– misal Desipramin 75-150 mg per oral sehari.
Insomnia: hanya untuk penggunaan jangka pendek.
- Terapi Khusus :
Identifikasi dan koreksi semua kondisi yang dapat diterapi. Tidak ada
terapi obat khusus untuk demensia yang ditemukan bermanfaat secara
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 18

konsisten, walaupun banyak yang sedang diteliti (misal vasodilator serebri,
antikoagulan, stimulan metabolik serebri, oksigen hiperbarik).
Perubahan perilaku dan berbagai aspek psikologis pada orang dengan
demensia merupakan problem tersendiri bagi keluarga. Tidak jarang hal ini
membuat suasana kacau dan mengakibatkan stres bagi pelaku rawat
(caregiver). Untuk itu perlu adanya strategi penanganan yang tepat agar
gangguan perilaku pada demensia seperti agitasi, wandering, depresi, delusi
paranoid, apatis, halusinasi, dan agresivitas (verbal/fisik) dapat diatasi.
Strategi tatalaksana meliputi pengembangan program aktivitas dan
pemberian obat bila perlu. Program aktivitas meliputi stimulasi kognitif,
mental, dan afektif yang dikemas dalam bentuk yang sesuai untuk pasien
tersebut.
Tatalaksana demensia harus disesuaikan dengan tahapan demensia,
kondisi lingkungan, dan sumber-sumber dukungan yang ada (fisik maupun
finansial), sarana terapi yang tersedia, serta harapan pasien dan keluarganya.
Pemberian obat untuk gangguan perilaku pada demensia bersifat simtomatik,
dapat dipergunakan beberapa jenis psikotropik dalam dosis kecil. Pemeilihan
jenis terapi harus sesuai dengan target terapi berdasarkan hasil pengkajian
yang cermat dan menyeluruh.
b. Prevensi dan Rehabilitasi
Di tingkat sekunder, pencegahan progresivitas penyakit dilakukan
dengan pemberian obat yang dapat menahan laju perkembangan demensia.
Dalam hal ini diperlukan keteraturan dan kesinambungan obat dalam jangka
waktu lama.
Pada tingkat tersier, upaya pencegahan perburukan fungis kognitif
dilakukan dengan program aktivitas dan stimulasi (jangan berlebihan atau di
luar batas kemampuan individu), terapi kenangan (reminiscence), validation,
snoezelen, penyesuaian lingkungan dan latihan orientasi realitas. Rehabilitasi
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 19

kognitif dalma hal ini bererti mengawetkan (preserve) fungsi-fungsi (aset)
kognitif yang masih ada, bukan mengembalikan kepada fungsi semula.
2.10 PROGNOSIS
Prognosis demensia vaskular lebih bervariasi dari penyakit
Alzheimer . Pasien dengan penyakitalzheimer mempunyai angka harapan
hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis dan biasanya meninggal dunia
akibat infeksi sekunder.Penyebab kematian lainnya untuk demensia secara
umum adalah komplikasi dari demensia, penyakit kardiovaskular dan berbagai
lagi faktor seperti keganasan.
2.11 PENCEGAHAN
Demensia vaskular dapat dicegah dengan mengatasi penyakit yang
merupakan faktor resiko. Menurut Sachdev, ada beberapa strategi pencegahan
demensia vaskular yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Obati hipertensi secara optimal
2. Obati diabetes mellitus
3. Tanggulangi hiperlipidemia
4. Anjurkan pasien untuk berhenti merokok dan batasi alkohol
5. Beri antikoagulan bila ada atrial fibrilasi
6. Beri terapi antiagregasi trombosit pada yang beresiko tinggi
7. Lakukan carotid endarterectomy pada stenosis yang berat
(>70%)
8. Gunakan diet untuk mengontrol diabetes, obesitas, dan
hiperlipidemia
9. Anjurkan mengubah gaya hidup (misalnya: mengurangi
kegemukan,olahraga, mengurangi stres, dan mengurangi
konsumsi garam)
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 20

10. Intervensi dini pada stroke dan TIA dengan obat neuroprotektif
(misalnya: propentofylline, calcium antagonist, N-methyl-D-
aspartate receptor antagonists, antioxidants)
11. Sediakan rehabilitasi intensif setelah stroke
BAB III
KESIMPULAN
Demensia vaskular adalah penurunan kognitif dan kemunduran fungsional
yangdisebabkan oleh penyakit serebrovaskuler, biasanya stroke hemoragik dan
iskemik, jugadisebabkan oleh penyakit substansia alba iskemik atau sekuale dari
hipotensi atau hipoksia.
Baru-baru ini terdapat kontroversi dalam diagnosis demensia vaskuler. Pada
abad ke 20,demensia pada orang lanjut usia diduga berasal dari vaskular tetapi
penelitian autopsi dan neuroimaging menunjukkan banyak kasus demensia pada
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 21

orang lanjut usia di Eropa dan Amerika Utara adalah dampak dari penyakit
Alzheimer. Walaupun begitu, beberapa individu mengalami gangguan kognitif
sebagai akibat dari stroke. Kebanyakan dari pasien inimenunjukkan tanda klinis
seperti afasia atau disfungsi visual dan defisit neurologis ini jarang dikelirukan
dengan penurunan kognitif karena demensia
Penatalaksanaan demensia vascular
Terapi Suportif1. Berikan perawatan fisik yang baik, misalnya nutrisi yang bagus. Pertahankan
pasien berada dalam lingkungan yang sudah dikenalnya dengan
baik.Tingkatkan daya pengertian dan partisipasi anggota keluarga.
2. Pertahankan keterlibatan pasien melalui kontak personal, orientasi yang sering
(mengingatkan nama hari, jam, dsb).
3. Bantulah untuk mempertahankan rasa percaya diri pasien. Rencana diarahkan
kepada kekuatan/kelebihan pasien. Bersikaplah menerima dan menghargai
pasien.
4. Hindari suasana yang remang-remang, terpencil; juga hindari stimulasi yang
berlebihan.
Terapi Simtomatik
1. Kondisi pasien psikiatrik memerlukan obat-obatan dengan dosis yang sesuai :
2. Ansietas akut, kegelisahan, agresi, agitasi: Haloperidol 0,5 mg per oral 3 kali
sehari (atau kurang); Risperidon 1 mg peroral sehari. Hentikan setelah 4-6
mgg
3. Ansietas non psikotik, agitasi: Diazepam 2 mg per oral dua kali sehari,
venlafaxin XR. Hentikan setelah 4-6 minggu.
4. Agitasi kronik: SSRI (misal Fluozetine 10-20 mg/hari) dan atau Buspiron (15
mg dua kali sehari); juga pertimbangkan Beta Blocker dosis rendah.
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 22

5. Depresi: pertimbangkan SSRI dan anti depresan baru lainnya dahulu, dengan
Trisiklik mulai perlahan-lahan dan tingkatkan sampai ada efek – misal
Desipramin 75-150 mg per oral sehari.
SARAN
Demensia vaskular dapat dicegah dengan mengatasi penyakit yang merupakan
faktor resiko
DAFTAR PUSTAKA
1. Leys D, Parnetti L, Pasquier F. Vascular dementia. In: Fisher M, Bogousslavsky J, editors. Current review of cerebrovascular disease. 3th ed. Philadelphia: Current Medicine Inc; 1999. p. 137- 47.
2. Looi JCL, Sachder PS. Differentiation of vascular dementia from AD on neuropsychological tests. Neurology 1999; 53: 670-80.
3. Lumbantobing SM. Neurogeriatri. Balai Penerbit FKUI; Jakarta; 2001.4. Multi-infarct dementia [monograph on CD-Room].Bowler JV, Hachinski VC.
Neurobase; 1999.
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 23

5. Ikeda M, Hokoishi K, Maki N, Nebu A, Tachibanan N, Komori K, et al. Increased prevalence of vascular dementia in Japan: a community-based epidemiological study. Neurology 2001; 11:839-44.
6. Roman GC, TatemichiTK, ErkinjunttiT, Cummings JL, Masdeu JC, Garcia JH, et al. Vascular dementia: diagnostic criteria for research studies. Report of the NINDS-AIREN International Workshop. Neurology 1993; 43: 250-60
7. Forrete F, Rigaud AS, Morin M, Gissebrecht M, Bert P. Assesing vascular dementia. Neth J Med 1995; 47: 185-94.
8. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV). 4th ed. Washington; 1994.
9. Lopez OL, Larumbe MR, Becker JT, Rezek D, Rosen J, Klunk W, et al. Reliability of NINDSAIREN clinical criteria for the diagnosis of vascular dementia. Neurology 1994; 44: 1240-5.
10. Chui HC, Victoroff J, Margolin D, Jagust W, Shankle R, Katzman R. Criteria for the diagnosis of ischemic vascular dementia proposed by the State of California Alzheimer’s Disease Diagnostic and Treatment Centers. Neurology 1992; 42: 473-80.
11. Gold G, Giannakopolous P, Montes-Paixao C, Herman FR, Mulligan R, Michel JP, et al. Sensitivity and specificity of newly proposed clinical criteria for possible vascular dementia. Neurology 1997; 49: 690-4.
12. Chui HC, Mack W, Jackson JE, Mungas D, Reed BR, Tinklenberg J, et al. Clinical criteria for the diagnosis of vascular dementia. A multi-center study of comparability and inter rater reliability. Arch Neurol 2000; 57: 191-6.
13. Chui HC. Dementia associated with subcortical ischemic vascular disease (SIVD). Ann Am Neurol 2001: 2FC.005-89-107.
14. Caplan LR, Schoene WC. Clinical features of subcortical arteriosclerotic encephalopathy (Binswanger disease). Neurology 1978;28:1206-15.
15. Roman GC. Senile dementia of the Binswanger type. A vascular form of dementia in the elderly. JAMA 1987; 258: 1782-8.
16. Sachdev PS, Brodaty H, Looi JCL. Vascular dementia: diagnosis, management and possible prevention. Med J Aust 1999; 170: 81-5.
17. Cummings JL. Neuropsychiatric aspects of Alzheimer’s disease and other dementing illnesses. In: Yudofsky SC, Hales RE, editors. Textbook of Neuropsychiatry. 2nd ed. Washington: The American Psychiatric Press; 1992. p. 612-4.
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 24

18. Ross GW, Petrovicth H, White LR, Masaki KH, Li CY, Curb JD, et al. Characterization of risk factors for vascular dementia. The Honolulu Asia Aging Study. Neurology 1999; 53: 337-43.
19. Knopman D, Boland LL, MosleyT, Howard G, Liao D, Szklo M, et al. Cardiovascular risk factors and cognitive decline in middle-aged adults. Neurology 2001; 56: 42-8.
20. Tatemichi TK, Desmond DW, Mayeux R, Paik M, Stern Y, Sano M, et al. Dementia after stroke: baseline frequency, risks and clinical features in a hospitalized cohort. Neurology 1992; 42: 1185-93.
21. Stewart R. Vascular dementia: a diagnosis running out of time. Br J Psychiatry 2002; 180:152-6.
22. Hebert R, Lindsay J, Verrault R, Rockwood K, Hill G, Dubois M-F. Vascular dementia: incidence and risk factors in the Canadian study of health and aging. Stroke 2000; 31: 1487-93
23. Sachdev PS, Brodaty H, Looi JCL. Vascular dementia: diagnosis, management and possible prevention. Med J Aust 1999; 170: 81-5.
24. Orgogozo JM, Forette F. Efficacy of memantine in mild to moderate vascular dementia (the MMM trial). Presented at the 6th International Springfield on advancec in Alzheimer’s Therapy. Stockholm, April 5-8, 2000.
25. Wilcock G, Mobius HJ, Stoffler A. A double-blind, placebo-controlled multicentre study of memantine in mild and moderate vascular dementia (MMM500). Int Clin Psychopharmacol 2002; 17: 297-305
REFERAT DEMENSIA VASKULAR 25