referat bedah katarak (Autosaved).doc
-
Upload
febbi-iral-bin-agus -
Category
Documents
-
view
79 -
download
3
Transcript of referat bedah katarak (Autosaved).doc
Telaah Ilmiah
BEDAH KATARAK
Disusun oleh :
Mohd. Nasir bin Mohd. Jaafar
04061001144
Pembimbing :
dr. H. E. Iskandar, SpM
DEPARTMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT MOHAMMAD HOESIN
1
PALEMBANG
BAB I
PENDAHULUAN
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yag dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa,denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya yang biasanya
mengenai kedua mata dan berjalan progesif.1,2,3 Penelitian-penelitian di Amerika Serikat
mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10% orang, dan angka kejadian ini meningkat
hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar
70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun. Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa
katarak ditemukan lebih sering pada wanita dibanding pria. Pada penelitian lain oleh
Nishikori dan Yamomoto, rasio pria dan wanita adalah 1:8 dengan dominasi pasien wanita
yang berusia lebih dari 65 tahun dan menjalani operasi katarak.4
Cara terbaik untuk mengobati katarak adalah dengan tindakan bedah, yaitu dengan
mengeluarkan lensa mata yang keruh, kemudian menggantinya dengan lensa buatan. Operasi
katarak mempunyai tingkat keberhasilan yang lumayan tinggi. Menurut laporan, 9 dari 10
orang yang menjalani bedah katarak, pulih penglihatannya seperti sedia kala. Walaupun,
beberapa diantaranya masih memerlukan kacamata. Bedah katarak dilakukan di rumah sakit
atau pada fasilitas kesehatan mata lainnya. Operasi berlangsung singkat, dan biasanya
penderita tidak perlu menjalani rawat inap.5 Saat ini, setidaknya ada tiga macam teknik
operasi katarak, yaitu:
1. Fakoemulsifikasi. Teknik operasi ini paling banyak digunakan. Keuntungannya
adalah lama operasi lebih singkat, yaitu kurang dari 30 menit. Selain itu,
membutuhkan obat pemati rasa lebih sedikit dan tidak perlu penjahitan. Pada
fakoemulsifikasi, dengan menggunakan mikroskop operasi, ahli bedah mata akan
melakukan sayatan yang sangat kecil pada permukaan mata, dekat dengan kornea.
Kemudian, melalui sayatan tersebut dimasukkan bilah ultrasonik. Bilah tersebut akan
bergetar dan menghancurkan lensa mata yang telah mengeruh. Lensa yang telah
hancur berkeping-keping kemudian diisap keluar, juga melalui bilah ultrasonik
2
tersebut. Setelah semua sisa lensa dikeluarkan, dipasang sebuah lensa buatan pada
posisi yang sama dengan posisi lensa mata sebelumnya.5
2. Pembedahan ekstrakapsuler. Cara ini umumnya dilakukan pada katarak yang sudah
parah, dimana lensa mata sangat keruh sehingga sulit dihancurkan dengan teknik
fakoemulsifikasi. Selain itu, juga dilakukan pada tempat-tempat dimana teknologi
fakoemulsifikasi tidak tersedia. Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebih lebar,
karena lensa harus dikeluarkan dalam keadaan utuh. Setelah lensa dikeluarkan, lensa
buatan dipasang untuk menggantikan lensa asli, tepat di posisi semula. Teknik ini
membutuhkan penjahitan untuk menutup luka. Selain itu perlu penyuntikan obat
pemati rasa di sekitar mata.5
3. Pembedahan intrakapsuler. Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebih besar lagi
dibandingkan dengan teknik ekstrakapsuler. Pada teknik ini, ahli bedah akan
mengeluarkan lensa mata besarta selubungnya. Berbeda dengan kedua teknik
sebelumnya, pemasangan lensa mata buatan pada teknik pembedahan intrakapsuler
bukan pada tempat lensa mata sebelumnya, tapi ditempat lain yaitu di depan iris.
Teknik ini sudah jarang digunakan. Walaupun demikian, masih dilakukan pada kasus
trauma mata yang berat.5
Tujuan
Tujuan dari penulisan telaah ilmiah ini adalah untuk menjelaskan secara singkat
mengenai beberapa teknik bedah karatak yang dipakai sebagai tindakan penatalaksanaan
katarak.
3
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Lensa mata berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk dan memfokuskan
cahaya pada retina. Lensa berada tepat di belakang iris dan tergantung pada ligamen
suspensori. Bentuk lensa dapat berubah-ubah, diatur oleh otot siliaris. Ruang yang terletak
diantara lensa mata dan retina disebut ruang vitreus, berisi cairan yang lebih kental (humor
vitreus), yang bersama dengan humor akueus berperan dalam memelihara bentuk bola mata.2
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan hamper transparan
sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris, lensa digantung
oleh zonula, yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa
terdapat humor aqaueus; di sebelah posteriornya, vitrous. Kapsul lensa adalah suatu 4
membrane yang semipermeabel (sedikit lebih permeable daripada dinding kapiler) yang
memperbolehkan air dan elektrolit masuk.2
Di sebelah depan terdapat lapisan epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras
daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus
diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus
dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang. Garis-garis persambungan yang
terbentuk dengan persambungan lamellae ini ujung-ke-ujung berbentuk {Y} bila dilihat
dengan slitlamp. Bentuk {Y} ini tegak di anterior dan terbalik di posterior.2
Masing-masing serat lamellar mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan
mikroskop, inti ini jelas di bagian perifer lensa di dekat ekuator dan bersambung dengan
lapisan epitel subkapsular.2
Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum yang dikenal sebagai zonula (zonula
Zinnii), yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan menyisip ke
dalam ekuator lensa.2
Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein (kandungan protein
tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di
jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan
jaringan lain. Asam askorbat dan gluatation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun
tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau saraf di lensa.2
Kemampuan menyesuaikan lensa sehingga baik sumbar cahaya dekat maupun jauh
dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa bergantung pada
bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris.2
Otot siliaris adalah bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di
sebelah anterior. Korpus siliaris memiliki dua komponen utama yaitu otot siliaris dan
jaringan kapiler (yang menghasilkan aqueous humor). Otot siliaris adalah otot polos
melingkar yang melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium.2
Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium tegang dan menarik lensa
sehingga lensa berbentuk gepeng dengan kekuatan refraksi minimal. Ketika berkontraksi,
garis tengah otot ini berkurang dan tegangan di ligamentum suspensorium mengendur.
Sewaktu lensa kurang mendapat tarikan dari ligamentum suspensorium, lensa mengambil
5
bentuk yang lebih sferis (bulat) karena elastisitas inherennya. Semakin besar kelengkungan
lensa (karena semakin bulat), semakin besar kekuatannya, sehingga berkas cahaya lebih
dibelokkan.2
Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh,
tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan lebih
dekat untuk penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem syaraf otonom. Serat–serat
saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara sistem
syaraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat.2
Lensa adalah suatu struktur elastis yang terdiri dari serat–serat transparan. Kadang–
kadang serat ini menjadi keruh (opaque), sehingga berkas cahaya tidak dapat menembusnya,
suatu keadaan yang dikenal dengan katarak. Lensa detektif ini biasanya dapat dikeluarkan
dengan secara bedah dan penglihatan dipulihkan dengan memasang lensa buatan atau
kacamata kompensasi.1
Seumur hidup hanya sel–sel ditepi luar lensa yang diganti. Sel–sel di bagian tengah
lensa mengalami kesulitan ganda. Sel–sel tersebut tidak hanya merupakan sel tertua, tetapi
juga terletak paling jauh dari aquoeus humor, sumber nutrisi bagi lensa. Seiring dengan
pertambahan usia, sel–sel di bagian tengah yang tidak dapat diganti ini mati dan kaku.
Dengan berkurangnya kelenturan, lensa tidak lagi mampu mengambil bentuk sferis yang
diperlukan untuk akomodasi saat melihat dekat. Penurunan kemampuan akomodasi yang
berkaitan dengan usia ini, presbiopia, yang mengenai sebagian besar orang pada usia
pertengahan (45 sampai 50 tahun), sehingga mereka memerlukan lensa korektif untuk
penglihatan dekat.1
BAB III
KATARAK
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkan
penurunan/gangguan penglihatan.Seseorang yang mengalami katarak penglihatannya menjadi
berkabut/buram. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat
6
disebabkan oleh pelbagai hal, tetapi biasanya sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh
berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan. Penelitian-penelitian potong lintang
mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10% orang Amerika Serikat, dan prevalensi ini
meningkat sampai sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65 dan 74 tahun dan sekitar
70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun. Sebagian besar kasus bersifat bilateral
walaupun kecepatan perkembangan pada masing-masing mata jarang sama. Katarak
traumatika, katarak kongenital, dan jenis-jenis lain lebih jarang dijumpai.2
Biasanya katarak mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak umumnya merupakan penyakit pada
usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata
local menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti
glaucoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubung proses penyakit
intraokuler lainnya.1
Lensa karatak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein, peningkatan
proliferasi dan kerusakan kontinuitas normal serat-serat lensa. Secara umum, edema lensa
bervariasi sesuai stadium perkembangan katarak. Katarak imatur (isipien) hanya sedikit opak.
Katarak matur yang keruh total (menengah lanjut) mengalami sedikit edema. Apabila
kandungan air maksimum dan kapsul lensa teregang, katarak tersebut mengalami intumensi
(membengkak). Pada katarak hipermatur (sangat lanjut), air telah keluar dari lensa dan
meninggalkan lensa yang sangat keruh, relatif mengalami dehidrasi, dengan kapsul keriput.2
2.1 Katarak Kongenital
7
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan
bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebabkan kebutaan pada
bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya dalam katarak1 :
1. Kapsulolentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan
katarak Polaris.
2. Katarak lentukular termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks
atau nukleus lensa.
Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian promer
atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin local atau umum
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat
prenatal infeksi ibu seperti rubella pada kehamilan trisemester pertama dan pemakaian obat
selama kehamilan. Kadang-kadang pada ibu hamil terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus
atau hapatosplenomegali. Bila katarak disertai dengan uji reduksi pada urine yang positif,
mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada
bayi premature dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.1
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan
katarak kongenital dengan diabetes mellitus, kalsium dan fosfir.1
Kekeruhan lensa kongenital sering dijumpai dan sering decara bisual tidak bermakna.
Kekeruhan partial atau kekeruhan di luar sumbu penglihantan – atau tidak cukup padat untuk
mengganggu transmisi cahaya – tidak memerlukan terapi sealing pengamatan untuk menilai
perkembangannya. Katarak kongenital sentral yang padat memerlukan tindakan bedah2
Katarak kongenital yang menyebabkan penurunan penglihatan yang bermakna harus
dideteksi secara dini – sebaiknya di ruang bayi baru lahir oleh dokter anak atau dokter
keluarga. Katarak putih yang padat dan besar dapat tampak sebagai leukokoria yang dapat
dlihat oleh orang tua. Katarak infantilis unilateral yang padat, terletak di tengah, dan garis
tengahnya lebih besar dari 2 mm akan menimbulkan ambliopia deprivasi permanen apabila
tidak deterapi dalam 2 bulan pertama kehidupan sehingga mungkin memerlukan tindakan
bedah segera. Katarak bilateral simetrik memerlukan penatalaksanaan yang tidak terlalu
8
segera, tetapi apabila penanganan di tunda tanpa alasan dapat terjadi ambliopia deprivasi
bilateral.1
Penanganan tergantung pada unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata lain, dan
saat terjadinya katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang memuaskan karena
bergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut telah terjadi
ambliopia. Bila terjadi nistigmus maka keadaan ini menunjukkan hal yang buruk pada
katarak kongenital.
Di kenal bentuk-bentuk katarak kongenital1 :
- Katarak piramidalis atau Polaris anterior
- Katarak piramidalis atau Polaris posterior
- Katarak zonularis atau lamelaris
- Katarak pungtata dan lain-lain.
Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih
atau suatu leukokoria. Pada setiap leukokoria diperlukan pemeriksaan yang lebih teliti untuk
menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Pemeriksaan leukokoria dilakukan dengan
melebarkan pupil. Pengobatan katarak kongenital bergantung pada :1
1. Katarak total bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya segera
katarak terlihat
2. Katarak total unilareral, yang biasanya diakibatkan trauma, dilakukan pembedahan 6
bulan sesudah terlihat atau segera sebelum terjadinya juling; bila terlalu muda akan
mudah terjadi ambliopia bila tidak dilakukan tindakan segera; perawatan untuk
ambliopia sebaiknya dilakukan sebaik-baiknya.
3. Katarak total atau kongenital unilateral, mempunyai prognosis yang buruk, karena
mudah sekali terjadi ambliopia; karena itu sebaiknya dilakukan pembedahan secepat
mungkin, dan diberikan kacamata segera dengan latihan bebat mata.
4. Katarak bilateral partial, biasanya pengobatan lebih konservatif sehingga sementara
dapat di coba dengan kacamata atau midriatika; bila terjadi kekeruhan yang progresif
9
disertai dengan mulainya tanda-tanda juling dan ambliopia maka dilakukan
pembedahan, biasanya mempunyai prognosis yang lebih baik
2.2 Katarak Juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada
usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile biasanya merupakan
kelanjutan katarak kongenital.1
Katarak juvenile biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolic
dan penyakit lainnya seperti :
1. Katarak metabolic
a. Katarak diabetic dan galaktosemik (gula)
b. Katarak hipokalsemik (tetanik)
c. Katarak defisiensi gizi
d. Katarak amniasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosis-tinuria)
e. Penyakit Wilson
f. Katarak berhubung dengan kelainan metabolik lain
2. Otot
a. Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
2.3 Katarak Senilis (Katarak Terkait Usia)
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut yaitu
usia di atas 40 tahun. Katarak senilis adalah jenis katarak yang sering dijumpai. Satu-satunya
gejala adalah distosi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur. Secara paradoks,
walaupun, pada stadium insipient pembentukan katarak, penglihatan jauh kabur, penglihatan
dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih baik tanpa kacamata.
10
Miopia artificial ini disebabkan oleh peningkatan indeks refraksi lensa pada stadium
insipient.2
Tidak ada terapi medis untuk katarak. Ekstraksi lensa diindikasikan apabila
penurunan penglihatan mengganggu aktivitas normal pasien. Apabila timbul glaucoma akibat
pembengkakan lensa (intumesensi lensa), diindikasikan ekstraksi lensa secara bedah.2
Glaucoma dan uveitis terinduksi lensa adalah penyulit katarak yang jarang terjadi.
Uveitis terinduksi lensa memerlukan tindakan ekstraksi lensa secara bedah untuk
mengeluarkan sumber peradangan.2
Katarak senilis biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, dan pasien
mungkin meninggal sebelum timbul indikasi pembedahan. Apabila diindikasikan
pembedahan, maka ekstraksi lensa akan secara definitive memperbaiki ketajaman penglihatan
pada lebih dari 90% kasus. Sisanya (10% pasien) mungkin mengalami penyulit pasca-bedah
serius misalnya glaucoma, ablasio retina, perdarahan korpus vitreum, infeksi atau
pertumbuhan epitel ke bawah ke kamera anterior yang menghambat pemulihan visual. Lensa
intraocular dan lensa kontak kornea menyebabkan penyesuaian setelah operasi katarak
menjadi lebih mudah di bandingkan sewaktu hanya tersedia kacamata katarak yang lebih
tebal. Katarak senilis secara klinis dikenal dalam 5 stadium yaitu insipien, imatur, intumesen,
matur, hipermatur (Morgagni).2
Perbedaan stadium katarak senilis1
Insipien Imatur Matur HipermaturKekeruhan Ringan Sebagian Seluruh MasifCairan lensa Normal Bertambah (air
masuk)Normal Berkurang
(air+masa lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal TremulansBilik mata depan
Normal Dangkal Normal Dalam
11
Sudut bilik mata
Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test Negative Positif Negative PseudoposPenyulit - Glaukoma - Uveitis +
glaukoma
Katarak insipien. Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut : kekeruhan mulai
dari tepi ekuator berbentu jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal).
Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.1
Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan koteks berisi jaringan degenerative (benda
Morgagni) pada katarak insipient.1
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refaksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degenerative menyerap air.1
Masukan air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar
yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal disbanding dengan keadaan
normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak
intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan myopia
lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan
daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi.1
Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel
serat lensa.
Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai
seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degenerative. Pada keadaan lensa
mencembung akan menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.1
Katarak matur. Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak di keluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa yang bila lama
akan mengakibatkan klasifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negative.1
12
Katarak hipermatur. Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses
degenerative lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair.1
Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan
lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan
zonula Zinni menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang
tebal maka kortek akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan
nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut
katarak Morgagni.1
Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra)
terutama pada nukleus lensa, juga terdapat pada katarak pasien diabetes mellitus dan myopia
tinggi. Sering tajam penglihatan pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum
memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior1
Pengobatan katarak senilis yang pernah dipakai adalah1 :
- Iodium tetes, salep, injeksi dan iontoforesis, tidak jelas efektif, sedang beberapa
pasien puas
- Kalsium sistein
- Imunisasi dengan yang memperbaiki cacat metabolism lensa
- Dipakai lentokalin dan kataraktolisin dari lensa ikan
- Vitamin dosis tinggi juga dipergunakan
Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan apabila
tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu perkerjaan sehari-
hari atau bila katarak ini menimbulkan penulit seperti glaukoma dan uveitis.1
Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan sosial atau
indikasi medis lainnya.1
2.4 Katarak Traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan ileh cedera benda asing di lensa atau
trauma tumpul terhadap bola mata. Tembakan BB seting merupakan penyebab; penyebab lain
yang lebih jarang adalah anak panah, batu, kontusio, pajanan berlebih terhadap panas
(glassblower cataract), sinar-X, dan bahan radioaktif. Sebagian besar katarak traumatik dapat
dicegah. Di dunia industri, tindakan pengamanan terbaik adalah sepasang kacamata
13
pelindung yang bermutu baik. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya bensa asing,
karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang korpus
vitreum masuk ke dalam struktur lensa. Pasien sering adalah seorang pekerja industry yang
pekerjaannya memukulkan baja ke baja lain. Potongan kecil palu baja misalnya, dapat
menembus kornea dan lensa dengan kecepatan yang sangat tinggi dan tersangkut di korpus
vitreum. Benda tersebut biasanya dapat dilihat dengan oftalmoskop.2
Pasien mengeluh penglihatan kabur secara mendadak. Mata menjadi merah, lensa
opak, dan mungkin terjadi perdarahan intraocular. Apabila humor aqueus atau korpus vitreum
keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak. Penyulit adalah infeksi, uveitis, ablatio retina
dan glaukoma.2
Harus diberikan antibiotika sistemik dan topical serta kortikosteroid topical dalam
beberapa hari untuk memperkecilkan kemungkinan infeksi dan uveitis. Atropin sulfat 1%, 1
tetes tiga kali sehari, dianjurkan untuk menjaga pupil tetap berdilatasi dan untuk mencegah
pembentukan sinekia posterior. Katarak dapat dikeluarkan pada saat pengeluaran benda asing
atau setelah peradangan mereda. Apabila terjadi glaukoma selama periode menunggu, bedah
katarak jangan ditunda walaupun masih terdapat peradangan. Beberapa waktu setelah
tindakan bedah katarak, mungkin masih terdapat suatu membrane opak tipis; yang mungkin
memerlukan disisi dengan laser neodymium atau pisau untuk memperbaiki penglihatan.
Untuk mengeluarkan katarak traumatika, biasanya digunakan teknik yang sama dengan yang
digunakan untuk mengeluarkan katarak kongenital, terutama pada pasien berusia kurang dari
30 tahun.2
2.5 Katarak Komplikata
Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan
proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor intra ocular,
iskemia ocular, nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca bedah
mata. Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin (diabetes
mellitus, hipoparatiroid, galaktosemia dan miotonia distrofi) dan keracunan obat (tiotepa intra
vena, steroid local lama, steroid sistemik, oral kontra septik dan miotika antikolinesterase).
Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak selamanya di daerah
bawah kapsul atau pada lapis kortek, kekeruhan dapat difus, pungtata ataupun linear. Dapat
berbentuk rosete, reticulum dan biasanya terlihat vakuol.1
14
Dikenal 2 bentuk yaitu yang disebabkan kelainnan pada polus posterior mata dan
akibat kelainan pada polus anterior bola mata.1
Katarak pada polus posterior terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis pigmentosa,
ablasi retina, kontusio retina dan myopia tinggi yang mengakibatkann kelainan pada badan
kaca. Biasanya kelainan ini berjalan aksial yang biasanya tidak berjalan cepat di dalam
nukleus, sehingga sering terlihat lensa tetap jernih. Katarak akibat myopia tinggi dan ablasi
retina memberikan gambaran agak berlainan.1
Katarak akibat kelainan polus anterior bola mata biasanya akibat kelainan kornea
berat, iridosiklitis, kelainan neoplasma dan glaukoma. Pada iridoksiklitis akan mengakibatkan
katarak subkapsularis anterior. Pada katarak akibat glaukoma akan terlihat katarak disminata
pungtata subkapsular anterior (katarak Vogt).1
BAB IV
BEDAH KATARAK
4.1 SEJARAH BEDAH KATARAK
Sejak zaman kedokteran purba katarak telah dikenal oleh para tabib kuno. Dengan
berkembangnya teknologi dan ilmu kedokteran maka teknik dan cara operasi katarak pun
mengalami perubahan demi perubahan. Susruta dan Characa ahli pengobatan India kuno
melakukan operasi penusukan katarak dengan jarum dan mendorong lensa yang katarak
tersebut ke rongga vitreous sehingga pupil menjadi bebas. Demikian juga Celsus seorang
tabib Yunani kuno dalam bukunya "De Medicina libri octo" mengemukakan teknik operasi
15
yang hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Susruta. Cara ini masih tetap dianut
berabab-abad kemudian misalnya oleh Johann Christian Juengken di Charite Hospital Berlin
(1863).3,4
Awal dari pembedahan katarak modern dimulai oleh Jaques Daviel (1696 - 1762)
dimana ia memperkenalkan teknik sayatan pada limbus kornea bagian bawah dan dengan
pinset yang halus katarak tersebut diekstraksi keluar. Iridektomi hanya dilakukannya jika
lensa dianggapnya terlalu besar. Hal ini dilakukan tanpa mengindahkan dasar-dasar aseptic
maupun antiseptik sehingga sudah tentu banyak terjadi penyulit-penyulit pasca bedah.3,4
Cara-cara pembedahan yang asepsis dan penggunaan obatobat antiseptik pada
pembedahan katarak pertama kali diperkenalkan oleh Alfred Carl Graefe (1830 - 1899)
seorang kemenakan dari Prof. Albrecht von Graefe. Dari 1074 operasi katarak yang
dilakukannya hanya ditemukan 10 kasus dengan penyulit infeksi pasca bedah.3,4
Sangat sulit mengetahui siapa yang sesungguhnya menjadi pelopor pembedahan
katarak intra-kapsuler, sebab pada masa sebelumnya biasanya operasi katarak intra- maupun
ekstra-kapsuler dilakukan para pembedah tergantung pada keadaan dan ketrampilan
pembedahnya. Georg Joseph Beer (1795) secara rutin melakukan pembedahan katarak
intrakapsuler.3,4
Albert Terson (1870) adalah yang pertama menggunakan forceps lensa untuk
mengeluarkan lensa. Alat ini diperbaiki oleh berbagai ahli yang kemudian disempurnakan
oleh Arruga sehingga menjadi sangat terkenal di Eropa pada saat itu.3,4
Ignacio Barraquer memperkenalkan alat yang dinamakannya erisiphake yaitu suatu
alat yang memegang lensa dengan daya vakum. Lensa yang terhisap dengan cara ini dapat
ditarik keluar. Operasi ini dinamakannya phacoerisis.3,4
Pada tahun 1961 terjadi revolusi dalam cara melakukan ekstraksi katarak. Tadeuz
Krwawics memperkenalkan cara ekstraksi dengan pendinginan ("cryoextraction"). Alat ini
disempurnakan oleh Dutch & Bellow. Mula-mula pendinginan dilakukan dengan CO2
kemudian dipergunakan juga N2 cair dan Freon, sebagai gas pendingin. Cara ekstraksi lensa
ini banyak dipakai oleh dokter mata saat ini dalam melakukan pembedahan katarak. Alat ini
terdiri dari suatu tabung berisi gas pendingin dengan pipa yang menyalurkan gas pendingin
tersebut ke sebuah jarum ekstraksi. Sesudah dilakukan sayatan sehingga kornea terbuka,
maka jarum pendingin dilekatkan pada permukaan lensa sambil gas pendingin dialirkan.
16
Beberapa saat kemudian sebagian lensa yang bersentuhan dengan jarum menjadi turut
membeku dan lekat pada jarum.3,4 Dengan cara ini lensa tersebut diekstraksi keluar.
Teknik-teknik bedah katarak adalah :
1. Ekstraksi intrakapsular (ICCE, Intra Capsular Cataract Extraction)
2. Ekstraksi ekstrakapsular (ECCE, Extra Capsular Cataract Extraction)
3. Insersi IOL (Intra Ocular Lens)
4. Phacofragmentation (Fakofragmentasi)
4.2 TEKNIK BEDAH KATARAK
4.2.1 EKSTRAKSI INTRAKAPSULAR
Ekstraksi intrakapsular yang sangat jarang digunakan lagi sekarang, adalah
mengangkat lensa in toto, yakni di dalam kapsulnya, melalui insisi limbus superior 140
hingga 160 derajat.2 Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat
dilakukan pada zonula Zinni yang telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus. Pada
katarak ekstraksi intrakapsular tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan
pembedahan yang sangat lama popular. Pembedahan ini dilakukan dengan menggunakan
mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga penyulit tidak banyak seperti sebelumnya.
Katarak ekstraksi intrakapsular ini tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun yang mempunyai ligament hialoidea kapsular. Penyulit dapat
terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glaukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.1
Keuntungan :
1. Mengeluarkan seluruh lensa tanpa meninggalkan kapsul sehingga tidak memerlukan
operasi tambahan
2. Tidak memerlukan peralatan yang canggih sehingga pembedahan ekstraksi
intrakapsuler dapat dilakukan hamper semua kondisi
3. Rehabilitasi penglihatan dapat dilakukan setelah pembedahan dengan lensa kacamata
sementara +10.00 D
Kekurangan
17
Kekurangan pada ICCE yang signifikan jika dibandingkan dengan ECCE menyebabkan
teknik pembedahan ini tidak lagi diguna pakai. Insisi yang besar pada ICCE, yaitu sekitar
160°-180°, bisa menyebabkan terjadinya risiko tersebut :
1. Proses pemulihan yang lambat
2. Proses rehabilitasi penglihatan yang lambat
3. Berisiko terjadinya astigmatisme
4. Iris dan vitreous akan terkurung
5. Bisa terjadi luka pasca operasi dengan filtrasi secara tidak sengaja
Indikasi
Pada daerah yang mempunyai peralatan bedah yang terbatas ICCE biasanya dilakukan. ICCE
sangat berguna pada kasus dimana pasien tidak stabil, intumescent, hipermatur dan luxated
katarak. Jika zonula tidak cukup untuk menampung daya tahan pada pembedahan nukleus
dan cortex lensa melalui teknik ECCE, ICCE dapat dikerjakan.3
Kontraindikasi
Kontraindikasi absolut ICCE adalah pada anak, dan yang berusia dibawah 40 tahun dan pada
kasus traumatic rupture kapsular. Disamping itu, kontraindikasi relatif adalah pada pasien
myopia berat, Marfan syndrome, katarak morgagnian dan vitreous pada kamar anterior.3
Prosedur
Dilakukan insisi pada daerah periferal kornea atau limbus dengan kelepak konjungtiva
hendaklah besar untuk mengakomodasi keutuhan lensa dan ekstraksi instrument. Biasanya
diperkirakan sekitar 160°-180° (12-14 mm panjang). Letak luka bervariasi tergantung ahli
bedahnya dan kehendak pasien. Insisi pada daerah anterior atau kornea berkemungkinan
memerlukan insisi yang lebih pendek dan kurang pendarahan. Tetapi, penutupannya bisa
mengakibatkan peningian pada central kornea. Insisi pada daerah posterior memberi
penyembuhan yang lebih cepat dan dilindungi oleh konjungtiva, serta member kenyamanan
pada pasien. Insisi posterior juga mengurangkan terjadinya astigmatism dan mengurangkan
kerusakan endothelium kornea, tetapi menyebabkan perdarahan yang hebat.3
18
Iridektomi perifer dilakukan pada ICCE bertujuan untuk mengelakkan terjadinya
papillary block pasca operasi pada vitreous atau pada angle-supported lens implant. Assistant
mungkin diperlukan untuk mengelevasi sudut kornea yang cedera dan pada iris yang telah
dilepaskan, untuk menghadap daerah superior lensa. Cellulose sponge digunakan untuk
mengeringkan permukaan lensa anterior.3
4.2.2. EKSTRAKSI EKSTRAKAPSULAR
Pada ekstraksi ekstrakapsular, juga dilakukan insisi limbus superior; bagian anterior
kapsul dipotong dan diangkat; nukleus diekstraksi; dan korteks lensa dibuang dari mata
dengan irigasi dengan atau tanpa aspirasi, sehingga menyisakan kapsul posterior. Termasuk
dalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi. Pembedahan ini dilakukan pada
pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi
lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan
akan dilakukan bedah glaukoma, mata sebelahnya telah mengalami prolaps badan kaca,
sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macula edema, pasca bedah
ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps
badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak
sekunder.2
Indikasi
Ekstraksi ekstrakapsuler dengan nukleus expression adalah perkembangan modern
yang major pada pembedahan katarak. Pemilihan teknik ini tergantung pada instrument yang
ada, kemahiran ahli bedah, dan densitas nukleus lensa.3
Pada pembedahan ECCE, lensa dan cortex dilepaskan melalui pembukaan pada
kapsul anterior, meninggalkan capsular bag. Teknik ini mempunyai banyak keuntungan jika
dibandingkan dengan ICCE karena teknik ini melakukan insisi yang lebih kecil berbanding
ECCE. Antara lain keuntungan ICCE adalah3 :
1. Kurang trama pada endothelium kornea
2. Dapat mengelak terjadi astigmatisme
19
3. Lebih stabil dan aman
4. Mengurangkan risiko terjadinya kehilangan cairan vitreous saat operasi
5. Posisi anatomi yang lebih baik untuk tindakan fiksasi IOL
6. Mengurangkan insiden CME, pelepasan retina dan edema kornea
7. Mengurangkan mobilitas iris dan vitreous yang terjadi dengan endophthalmodonesis
8. Membentuk lapisan yang menghalang terjadinya pertukaran molekul antara aqueous
dan vitreous
9. Mengurangkan akses bakteri ke vitreous pada endophthalmitis
10. Mengleliminasi komplikasi jangka masa pendek dan jangka masa panjang.
Kontraindikasi
ECCE memerlukan keutuhan zonula sewaktu pelepasan nukleus dan bahan kortikal.
Jika zonula tidak cukup untuk menampung daya tahan pada pembedahan nukleus dan cortex
lensa melalui teknik ECCE, teknik bedah katarak yang lain harus dipertimbangkan.3
Prosedur
Dilatasi pupil perlu dilakukan pada ECCE, mydiatic/cycloplegic tetes mata digunakan
sebelum operasi, bertujuan untuk mendilatasi pupil. Nonsteroid topical anti-inflammatory
tetes mata digunakan untuk mempertahankan supaya pupil tetap berdilatasi sepanjang
operasi.3
Insisi
Sebelum melakukan ekspresi nukleus perlu dilakukan insisi sekitar 8-12 mm pada
midlimbal (lebih kecil dari ICCE). Pada permulaan insisi biasanya memerlukan alur pada
limbal. Insisi dilakukan dengan menggunakan round-tipped steel blade, microknife atau
diamond knife. Insisi ini biasanya pada superior. Satu tusukan insisi dilakukan kedalam bilik
mata depan untuk persiapan anterior capsulotomy, cystotome dimasukkan untuk memulakan
operasi.3
Anterior capsulotomy
Tujuan utama anterior capsulotomy adalah untuk melepaskan kararak tetapi
meninggalkan kapsular, bertujuan untuk menstabilisasi IOL yang akan ditanam. Terdapat
pelbagai teknik untuk membuka anterior kapsul. Jarum cystotome yang tajam atau tumpul
20
diperlukan untuk membuat lubang koneksi untuk membuat capsulotomy. Selain itu, lubang
yang dibentuk dapat digunakan untuk membuat capsulorrhexis. Pada tepi robekan ini
kemudiannya dibersihkan dengan cytotome tip atau forceps dan ditarik sekitarnya dengan
lembut, untuk melepaskan circular portion pada kapsul anterior. Teknik ini menghasilkan
gabungan structural yang lebih utuh pada kapsul lensa untuk mempertahankan stabilitas dan
centrasi implant.3
Nucleus removal
Terdapat perbagai teknik untuk mengeluarkan nukleus. Pengungkapan manual
memerlukan penekanan pada inferior limbus hingga ke bahagian superior dan nukleus
diangkat dan dikeluarkan. Penekanan tambahan dari instrument yang memegang sclera
posterior akan membantu mengeluarkan nukleus dari ruangan tersebut. Nukleus dikeluarkan
dengan dilonggarkan dan diangkat dari kapsul dengan menggunakan gantungan (hook) dan di
sokong dengan menggunakan lens loop, spoon, atau vectis yang akan mendorong nukleus
keluar. Nukleus juga dapat dikeluarkan dengan menggunakan forceps atau nucleus splitter.3
Robekan dijahit sedikit untuk memperdalamkan ruangan dengan irigasi. Korteks
lensa dibersihkan dan diaspirasi. Posterior kapsular digosok dengan menggunakan abrasive-
tipped irrigation cannacula, menyeka dengan silicone-lined “squeegee” atau vacuum dengan
menggunakan aspirasi rendah untuk mengeluarkan jaringan epitel dan cortical dari
permukaan kapsul.3
Insersi IOL
Insersi IOL, pada kamar anterior biasanya terisi dengan viscoelastic. Viscoelastics
menyediakan perawatan pada kamar anterior dengan proteksi corneal endothelium. Kamar
posterior IOL dimasukkan pada sulkus atau kapsular. Fiksasi sulkus biasanya memerlukan
lensa intraocular yang besar (sekurang-kurangnya 12.5 mm) dan diameter optik yang besar
(sekurang-kurangnya 6.0 mm). Jika ahli bedah ingin memasukan IOL ke dalam
kapsular,viskoelastik diinjeksi ke dalam kapsul. Diameter IOL yang lebih kecil digunakan
(kurang dari 12.5 mm) dan diameter optik yang lebih kecil (5.0 mm, 5.5 mm lingkaran dan
5.0 x 6.0 mm bujur). Namun hasil studi melaporkan terdapat permasalahan jika menggunakan
optik IOLs yang lebih kecil diameternya terutama pada penderita yang midriasis dalam
gelap.3
Penutupan
21
Bekas robekan pada pasien yang melakukan teknik bedah ECCE biasanya ditutup
dengan 10 jahitan atau dengan satu alir jahitan yang panjang. Tenggangan jahitan yang baik
dapat membantu mengurangkan terjadinya pasca-operasi astigmatisml; jahitan yang longgar
akan menyebabkan astigmatism perpendicular ke arah axis jahitan, dan jahitan yang tegang
akan menyebabkan astigmatism ke dalam axis jahitan.3
4.2.3. LENSA INTRA OKULAR (INSERSI IOL)
Lebih dari 90% dari semua operasi katarak di Amerika Serikat – atau lebih dari 1 juta
per tahun – diikuti dengan implantasi lensa intraokuler. Membaiknya teknik bedah dan
implant lensa yang semakin baik memainkan peranan yang besar dalam kemajuan ini. Akan
tetapi, perangsang utama adalah kerugian yang ditimbulkan oleh kacamata afakia, antara lain
pembesaran bayangan, aberasi sferik, lapangan pandang terbatas, dan tidak ada kemungkinan
menggunakan lensa binokuler bila mata lainnya fakik.2
Sekitar 90% implant berada di kamera posterior dan 10% di kamera anterior. Ada
banyak jenis lensa, tetapi semuanya terdiri dari dua bagian dasar: optic sferis, biasanya dibuat
dari polimertimetakrilat; dan “foot plates” atau haptik untuk menahan lensa pada posisinya.
Lensa kamera posterior umumnya digunakan pada prosedur ekstrakapsular.
Kombinasi ini lebih disukai daripada lensa kamera anterior karena insidensi komplikasi yang
mengganggu pandangan lebih kecil, seperti hyphema, glaukoma sekunder, edema macula,
blok pupil. Insidensi kerusakan endotel kornea dan keratopati bulosa pseudofakik pada pasien
dengan lensa kamera posterior juga lebih kecil. Akan tetapi, jenis lensa kamera anterior yang
lebih baru sudah menurunkan insidensi komplikasi-komplikasi ini. Lensa kamera anterior
digunakan untuk pasien-pasien yang menjalani bedah intrakapsular atau kalau kapsul
posterior sudah ruptur tanpa sengaja pada saat pembedahan ekstrakapsular.2
Kontraidikasi untuk implantasi lensa intraocular antara lain, uveitis berulang,
retinomati, diabetik proliferatif, rubeosis iridis, dan glaukoma neovaskular. Pasien dengan
glaukoma sudut terbuka dan hipertensi okular dapat menerima lensa intraocular, tetapi lensa
kamera posterior lebih disukai. Usia dianggap merupakan kontraindikasi relatif, tetapi
semakin muda saja, pasien yang menerima lensa intraocular setiap tahunnya.2
22
Sebagai ganti lensa intraokuler adalah lensa kontak, tetapi banyak pasien lanjut usia
tidak dapat menerima atau memasangnya dengan mudah. Pada keadaan-keadaan tertentu,
kalau tidak dapat digunakan lensa intraokuler atau lensa kontak, dipakai kacamata afakia.2
Prosedur
Prosedur IOL di jelaskan di prosedur ECCE
4.2.4. PHACOFRAGMENTATION AND IRRIGATION
Metoda pembedahan katarak yang paling mutakhir dan masih terus diteliti hingga saat
ini adalah penggunaan getaran suara ultra untuk menghancurkan nukleus lensa, dikombinasi
dengan penghisapan atau irigasi massa lensa. Cara ini dikenal dengan nama "Phaco
emulsification and aspiration" atau "Phacofragmentation and irrigation". Pelopor teknik
operasi ini antara lain Kelman di Amerika Serikat dan Dardenne di Eropah. Mereka
menggunakan jarum yang dapat menimbulkan getaran ultra sonik yang dapat menghancurkan
nukleus lensa yang padat. Sebelum itu dengan pisau yang tajam, kapsul anterior lensa
dikoyak. Lalu jarum ultrasonic ditusukkan ke dalam lensa, sekaligus menghancurkan dan
menghisap massa lensa keluar. Cara ini dapat dilakukan sedemikian halus dan teliti sehingga
kapsul posterior lensa dapat dibiarkan tanpa cacat. Dengan teknik ini maka luka sayatan dapat
dibuat sekecil mungkin sehingga penyulit maupun iritasi pasca bedah sangat kecil.4
Berbagai teknik telah dikembangkan oleh para ahli sesuai dengan kemajuan
teknologi, dimana semakin lama operasi katarak semakin baik hasilnya. Kelak pada suatu
ketika mungkin operasi katarak hanyalah merupakan- operasi ringan dimana penderita setelah
dioperasi dapat langsung pulang dan dapat bekerja kembali tanpa perawatan di rumah sakit.4
HASIL BEDAH KATARAK
Keberhasilan bedah katarak sangat baik. Bedah katarak dapat meningkatkan
ketajaman penglihatan dan fungsi penglihatan. Lebih dari 90% pasien membaik dengan
koreksi mata meningkat 20/40 ke atas setelah operasi. Studi prospektif menunjukkan bahwa
pasien yang melakukan bedah katarak mempunyai peningkatan kualitas hidup, antara lain
komunitas dan aktivitas rumah, kesehatan mental, menyetir dan kepuasan hidup.3
PERAWATAN PASCA-OPERASI23
Kalau digunakan teknik insisi-kecil, masa penyembuhan pasca-operasi biasanya lebih
pendek. Pasien dapat bebas dari rawat jalan pada hari operasi itu juga, tetapi dianjurkan untuk
bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama
sekitar satu bulan. Matanya dapat dibalut selama beberapa hari, tetapi kalau matanya terasa
nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca-operasi dan matanya dilindungi
dengan kacamata atau dengan pelindung sehari-harian. Pelindungan pada malam hari dengan
pelindung logam diperlukan selama beberapa minggu. Kacamata sementara dapat digunakan
beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien melihat dengan cukup baik melalui lensa
intraocular sambil menantikan kacamata permanen (biasanya disediakan 6-8 minggu setelah
operasi).3
BAB V
KESIMPULAN
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yag dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa,denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya yang biasanya
mengenai kedua mata dan berjalan progesif. Katarak dapat dikelasifikasi menjadi beberapa
jenis antara lain :
1. Katarak kongenital
2. Katarak juvenile
3. Katarak senilis
4. Katarak sekunder
5. Katarak traumatika
24
Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh penglihatan awam sampai menjadi
cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun, katarak pada
stadium perkembangannya yang paling dini dapat diketahui melalui pupil yang didilatasi
maksimum dengan oftalmoskop, kaca pembesar, atau slitlamp. Fundus okuli menjadi
semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa, sampai reaksi fundus
yang sama sekali hilang. Pada stadium ini katarak biasanya telah matang dan pupil mungkin
tampak putih.
Penatalaksanaan bagi penyakit katarak adalah dengan tindakan bedah, yaitu dengan
mengeluarkan lensa mata yang keruh, kemudian menggantinya dengan lensa buatan. Operasi
katarak mempunyai tingkat keberhasilan yang lumayan tinggi. Studi prospektif menunjukkan
bahwa pasien yang melakukan bedah katarak mempunyai peningkatan kualitas hidup, antara
lain komunitas dan aktivitas rumah, kesehatan mental, menyetir dan kepuasan hidup.teknik
insisi pada katarak mempengaruhi masa penyembuhan pasca-operasi. semakin kecil insisi
semakin cepat penyembuhan. Teknik-teknik bedah katarak adalah :
1. Ekstraksi intrakapsular (ICCE, Intra Capsular Cataract Extraction)
2. Ekstraksi ekstrakapsular (ECCE, Extra Capsular Cataract Extraction)
3. Insersi IOL (Intra Ocular Lens)
4. Phacofragmentation (Fakofragmentasi)
DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. dr. H. Sidarta Ilyas DSM : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta 1990, Fakultas
Kedokteran Indonesia.
2. Daniel G. Vaughan, MD, Taylor Asbury, MD : Oftalmologi Umum. San Francisco,
Widya Medika.
3. The Eye M.D Assosiation. American Academy of Ophthhalmology. 2007-2008.
Lifelong Education for Opthalmology(LEO). San Francisco
4. dr. S.M. Akmam, dr. Zainal Azhar : Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta, Pusat
Penelitian dan Pengembangan P.T. Kalbe Farm
25
5. Warta Medika. Operasi Katarak. 2010.
http://www.wartamedika.com/2008/09/operasi-katarak.html
26