Referat Alzheimer
-
Upload
hilyajae-hee -
Category
Documents
-
view
67 -
download
4
description
Transcript of Referat Alzheimer
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan kesehatan pada golongan lansia terkait erat dengan proses degenerasi
yang tidak dapat dihindari. Seluruh system, cepat atau lambat akan mengalami
degenerasi. Dari aspek medik, demensia merupakan masalah yang tak kalah rumitnya
dengan masalah yang terdapat pada penyakit kronis lainnya. Ilmu kedekteran dan
kesehatan mengemban misi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Seseorang yang
mengalami demensia pasti akan mengalami penurunan kualitas hidup. Keberadaannya
dalam lingkungan keluarga dan masyarakat menjadi beban bagi lingkungannya, tidak
mandiri lagi. Demensia adalah hilangnya fungsi kognisi secara multidimensional dan
terus-menerus, disebabkan oleh kerusakan organik system saraf pusat, tidak disertai oleh
penurunan kesadaran akut seperti halnya yang terjadi pada delirium, Jenis-jenis demensia
yaitu demensia Alzheimer, demensia vascular, demensia karena kondisi medik umum
lainnya.(2)
Demensia merupakan masalah besar dan serius yang dihadapi oleh negara-negara
maju, dan telah pula menjadi masalah kesehatan yang mulai muncul di negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Hal ini disebabkan oleh makin mengemukanya penyakit-
penyakit degenerative serta meningkatnya usia hatapan hidup hamper di seluruh dunia.
Studi prevalensi menunjukkan bahwa di Amerika Serikat, pada populasi di atas umur 65
tahun presentase orang dengan penyakit Alzheimer meningkat dua kali lipat setiap
pertambahan umur 5 tahun. Sebagian besar 10% dari semua orang yang berusia di atas 70
tahun mempunyai kehilangan memori yang signifikan dan lebih dari setengahnya
disebabkan oleh Penyakit Alzheimer. Diestimasikan total pengeluaran untuk perawatan
pasien Alzheimer adalah >$50.000. Penyakit Alzheimer dapat terjadi pada setiap dekade
dewasa, tetapi penyakit ini merupakan penyebab utama demensia pada lanjut usia.
Penyakit Alzheimer lebih sering dengan gambaran hilang ingatan yang lambat diikuti
oleh demensia dengan progresifitas yang lambat dalam beberapa tahun(2,5)
Penyakit Alzheimer merupakan sebuah kelainan otak yang bersifat irreversible
dan progresif yang terkait dengan perubahan sel-sel saraf sehingga menyebabkan
1
kematian sel otak. Penyakit Alzheimer terjadi secara bertahap, dan bukan merupakan
bagian dari proses penuaan normal dan merupakan penyebab paling umum dari
demensia. Demensia merupakan kehilangan fungsi intelektual, seperti berpikir,
mengingat, dan berlogika, yang cukup parah untuk mengganggu aktifitas sehari-hari.
Demensia bukan merupakan sebuah penyakit, melainkan sebuah kumpulan gejala yang
menyertai penyakit atau kondisi tertentu. Gejala dari demensia juga dapat termasuk
perubahan kepribadian, mood, dan perilaku.(4)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI
Susunan saraf terdiri dari dua bagian (1):
1. Susunan saraf sentral/ pusat :
Otak besar (Cerebrum)
Otak kecil (Cerebellum)
Batang otak (Truncus cerebri)
2. Susunan saraf tepi/ perifer
2
Susunan saraf somatik
Susunan saraf otonom (simpatis dan parasimpatis)
KORTEKS CEREBRI
Menunjukkan korteks cerebri, lobus, girus
Cerebrum dilapisi oleh lapisan yang terdiri dari kumpulan sel-sel yang disebut
Korteks cerebri. Lapisan ini terdiri dari 6 lamina, yaitu : Lamina Molekularis, lamina
granularis eksterna, lamina piramidalis eksterna, lamina granularis interna, lamina
piramidalis interna dan lamina fusiformis.(1)
Korteks Cerebri mempunyai fungsi-fungsi motorik, yakni gerakan (pre centralis),
sensorik = perasaan (post centralis), bicara (area broca), audiotorik (temporalis), dan
visual (oksipitalis)(1)
SINDROM LOBUS
1. Lobus Frontalis antara lain :
Hal ikhwal tingkah laku (kurang kontrol, agresif, anti sosial)
Demensia
Gerakan halus yang kurang lancar
3
Gerakan yang kurang ritmis
Afasia
2. Lobus Parietalis
Apraksia
Agnosia
Disorientasi
Gangguan body image
Hemipareses, hemihipestesia dan hemianopsia
3. Lobus Temporalis
Afasia
Amnesia
Gangguang penghidu
SISTEM LIMBIK
4
Sistem Limbik
Suatu rangkaian struktur yang terletak di dienchepalon dan sekitarnya. Sistem
limbik merupakan pusat emosi yang terdiri dari : hipokampus, amigdala, stria terminalis,
girus subkalosus, hipotalamus bagian depan, korpus mamilare, hipotalamus, girus cinguli,
sistem retikularis dan forniks.(3)
DIENCHEPALON
5
Cerebrum potongan media dan bagian-bagian dienchepalon
Struktur ini penting dalam fungsi luhur karena mengandung (1,3):
1. Talamus yang menjadi relay station bagi semua rangsang sensorik
2. Hipotalamus yang merupakan pusat untuk mengendalikan kandung kencing,
pengaturan suhu tubuh, rasa mengantuk, rasa lapar dan haus, kelakuan seksual dan
kewaspadaan (Pusat susunan saraf otonom)
3. Struktur yang ikut membentuk sistem limbik sebagai pusat emosi
II. DEFINISI
Penyakit Alzheimer adalah merupakan gangguan fungsi kognitif yang onsetnya
lambat dan gradual, degenerative, sifatnya progresif dan permanen. Merupakan penyebab
terbesar terjadinya demensia. Dimana demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan
6
memori didapat yang disebabkan oleh penyakit otak,yang tidak berhubungan dengan
gangguan tingkat kesadaran. Pasien dengan demensia harus mempunyai gangguan
memori selain kemampuan mental lain seperti berpikir abstrak, penilaian, kepribadian,
bahasa, praksis dan visuospasial. Defisit yang terjadi harus cukup berat sehingga
mempengaruhi aktivitas kerja dan sosial secara bermakna(1).
III. EPIDEMIOLOGI
Hal yang terpenting yang merupakan faktor resiko dari penyakit Alzheimer adalah
umur yang tua dan positive pada riwayat penyakit keluarga. Frekuensi dari penyakit
Alzheimer akan meningkat seiring bertambahnya dekade dewasa. Mencapai sekitar 20-
40% dari populasi lebih dari 85 tahun. Wanita merupakan faktor resiko gender yang lebih
beresiko terutama wanita usia lanjut. Lebih dari 35 juta orang di dunia, 5,5 juta di
Amerika Serikat yang mengalami penyakit Alzheimer, penurunan ingatan dan gangguan
kognitif lainnya dapat mengarahkan pada kematian sekitar 4 – 10 tahun ke setelah
didiagnosis. Penyakit Alzheimer merupakan jenis yang terbanyak dari demensia, dihitung
berdasarkan 50 – 56 % kasus dari autopsy dan kasus klinis. Insiden dari penyakit ini dua
kali lipat setiap 5 tahun setelah usia 65 tahun, dengan diagnosis baru 1275 kasus per
tahun per 100.000 orang lebih tua dari 65 tahun. Kebanyakan orang-orang dengan
penyakit Alzheimer merupakan wanita dan berkulit putih. Karena sangat dihubungkan
dengan usia, dan wanita mempunyai ekspektasi kehidupan yang lebih panjang dari pria,
maka wanita menyumbangkan sebesar 2/3 dari total orang tua dengan penyakit ini.( 3, 5)
7
Epidemiologi penderita Penyakit Alzheimer
IV. ETIOLOGI
Meskipun penyebab Alzheimer disease belum diketahui, sejumlah faktor yang
saat ini berhasil diidentiifikasi yang tampaknya berperan besar dalam timbulnya penyakit
ini. (10)
Faktor genetik berperan dalam timbulnya Alzheimer Disease pada beberapa kasus,
seperti dibuktikan adanya kasus familial. Penelitian terhadap kasus familial telah
memberikan pemahaman signifikan tentang patogenesis alzheimer disease familial,
dan , mungkin sporadik. Mutasi di paling sedikit empat lokus genetik dilaporkan
berkaitan secara eksklusif dengan AD familial. Berdasarkan keterkaitan antara
trisomi 21 dan kelainan mirip AP di otak yang sudah lama diketahui, mungkin
tidaklah mengherankan bahwa mutasi pertama yang berhasil diidentifikasi adalah
suatu lokus di kromosom 21 yang sekarang diketahui mengkode sebuah protein
yang dikenal sebagai protein prekursor amiloid (APP). APP merupakan sumber
endapan amiloid yang ditemukan di berbagai tempat di dalam otak pasien yang
menderita Alzheimer disease. Mutasi dari dua gen lain, yang disebut presenilin 1
8
dan presenilin 2, yang masing- masing terletak di kromosom 14 dan 1 tampaknya
lebih berperan pada AD familial terutama kasus dengan onset dini
Pengendapan suatu bentuk amiloid, yang berasal dari penguraian APP merupakan
gambaran yang konsisten pada Alzheimer disease. Produk penguraian tersebut yang
dikenal sebagai β- amiloid (Aβ) adalah komponen utama plak senilis yang
ditemukan pada otak pasien Alzheimer disease, dan biasanya juga terdapat di dalam
pembuluh darah otak.
Hiperfosforilisasi protein atau merupakan keping lain teka-teki Alzheimer disease.
Tau adalah suatu protein intra sel yang terlibat dalam pembentukan mikrotubulus
intra akson. Selain pengendapan amiloid, kelainan sitoskeleton merupakan
gambaran yang selalu ditemukan pada AD. Kelainan ini berkaitan dengan
penimbunan bentuk hiperfosforilasi tau, yang keberadaanya mungkin menggaggu
pemeliharaan mikrotubulus normal.
Ekspresi alel spesifik apoprotein E (ApoE) dapat dibuktikan pada AD sporadik dan
familial. Diperkirakan ApoE mungkin berperan dalam penyaluran dan pengolahan
molekul APP. ApoE yang mengandung alel ε4 dilaporkan mengikat Aβ lebih baik
daripada bentuk lain ApoE, dan oleh karena itu, bentuk ini mungkin ikut
meningkatkan pembentukan fibril amiloid.
Faktor Risiko Terkena Alzheimer(6)
• Faktor UsiaPenderita Alzhaimer biasanya diderita oleh orang yang berusia lebih dari 65 tahun, tetapi juga dapat menyerang orang yang berusia dibawah 40. Sedikitnya 5 persen orang berusia di antara 65 dan 74 memiliki Alzheimer. Pada orang berusia 85 keatas jumlahnya meningkat menjadi 50 persen.
• KeturunanRisiko Alzheimer yang muncul sedikit lebih tinggi jika hubungan keluarga tingkat pertama – orangtua dan saudara sekandung - memiliki Alzheimer.
• Jenis kelaminWanita lebih mudah terkena daripada laki-laki, hal ini karena umumnya wanita hidup lebih lama daripada laki-laki.
• Penurunan kognitif ringanOrang yang memiliki penurunan kognitif ringan memiliki masalah ingatan yang memburuk daripada apa yang mungkin diekspektasikan pada usianya dan belum cukup
9
buruk untuk mengklasifikasikan sebagai dementia. Banyak dari mereka yang berada pada kondisi ini berlanjut memiliki penyakit Alzheimer.
• Gaya hidupFaktor sama yang membuat Anda berada pada risiko yang sama dengan penyakit jantung juga meningkatkan kemungkinan anda akan terkena penyakit Alzheimer. Contohnya adalah:
• Stress• Tekanan darah tinggi • Kolestrol tinggi • Kurang dalam mengontrol gula darah• Menjaga tubuh agar tetap fit penting bagi anda – anda harus dapat melatih pikiran
dengan baik. Beberapa studi menunjukkan bahwa aktif dalam melatih pikiran dan mental disepanjang hidup anda khususnya pada usia lanjut akan mengurangi risiko penyakit Alzheimer.
• Tingkat pendidikanStudi menemukan hubungan antara rendahnya pendidikan dan risiko Alzheimer. Tetapi alasan tepat yang mendasarinya tidak diketahui. Beberapa ilmuwan berteori, makin sering anda menggunakan otak akan lebih banyak sinapsis yang anda buat dimana akan tersedia banyak cadangan di hari tua. Akan sulit untuk menemukan Alzheimer pada orang yang melatih otaknya secara rutin, atau mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
V. KLASIFIKASI
Berdasarkan hereditas, penyakit Alzheimer dapat diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu (4):
1. Familial Autosomal Dominant adalah Alzheimer yang muncul karena keturunan.
Jumlahnya 5-10 % dari penderita Alzheimer. Alzheimer yang bersifat keturunan
diasosiasikan dengan onset yang cepat, progresi yang lebih cepat, sejarah gangguan
kejiwaan dalam keluarga dan kesulitan dalam berbicara.
2. Sporadic Alzheimer’s Disease adalah penyakit Alzheimer yang muncul karena usia
tua. Jumlahnya 90-95 % dari penderita Alzheimer.
Berdasarkan waktu munculnya penyakit, Alzheimer juga dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu :
1. Penyakit Alzheimer onset dini, yang terjadi pada orang dengan usia di bawah 65 tahun,
disebut juga dementia pre-senile. Jenis ini sekitar 5-10 % dari kasus yang terjadi, dan
terjadi pada usia antara 30-65 tahun.10
2. Penyakit Alzheimer onset lambat (Late Onset Alzheimer’s Disease, LOAD), yang
merupakan jenis paling umum dari penyakit ini, biasanya terjadi pada orang usia di
atas 65 tahun, disebut juga senile dementia Alzheimer’s Type, SDAT.
VI. PATOFISIOLOGI
a) Perubahan struktural
Secara neuropatologi, Alzheimer merusak neuron dalam struktur kortex dan
limbic di otak, khususnya pada basal otak depan, amigdala, hippocampus, dan korteks
serebral yang bertanggung jawab dalam kontrol memori, proses belajar (learning),
kewarasan (reasoning), tingkah laku (behaviour), dan emosional. Secara anatomi,
terlihat 4 gangguan utama yaitu atropi kortikal, degenerasi kolinergik dan neuron lain,
munculnya kekacauan neurofibrilasi (NFTs), dan akumulasi plak neuritis. NFTs dan
plak neuritis dianggap sebagai lesi penanda Alzheimer, tanpa keduanya Alzheimer
tidak terjadi. Tapi kedua hal tersebut juga dapat terjadi pada penyakit lain dan bahkan
pada proses penuaan yang normal.(5)
NFTs adalah pasangan filament heliks yang berkumpul dalam bungkusan padat.
Secara mikroskop terlihat sebagai kilauan kecil yang mengisi badan sel saraf.
Pasangan filament heliks dibentuk dari protein tau yang merupakan struktur
penyokong mikrotubulus, transport sel, dan sistem skelet. Jika posforilasi filament tau
abnormal pada sisi spesifiknya, mereka tidak dapat berikatan secara efektif dengan
mikrotubulus, menyebabkan kollaps mikrotubul, sehingga sel tidak dapat berfungsi
dan akhirnya mati. Over aktivitas kinase seperti microtubule affinity-regulating kinase
(MARK) atau penurunan aktivitas fosfat secara teoritis mengakibatkan (mencegah
pemecahan) fosforilasi abnormal protein tau. NFTs juga ditemukan pada penyakit
dementia lain dan merupakan pemicu umum kematian sel.(9)
11
Plak neuritis (amiloid/plak senile) adalah lesi ekstrasel yang ditemukan di otak
dan vascular serebral (amiloid angiopati). Plak ini berisi βAP dan sebuah massa
anyaman dari neuritis yang pecah (akson dan dendrit). Beberapa neurit yang pecah ini
berisi filament neutrofil yang mengakibatkan fosforilasi abnormal protein tau yang
disintesis di NFTs. 2 jenis sel glial, astrosit dan mikroglia juga ditemukan pada plak.
Sel glial mensekresi mediator inflamasi dan bertindak sebagai sel scavenger yang
penting dalam proses inflamasi pada Alzheimer. Inti dari plak neuritis terbentuk dari
agregasi 39-43 asam amino dari protein yang disebut βAP. Amiloidosis adalah
penyakit yang ditandai dengan deposisi protein amiloid dalam beberapa organ target .
βAP yang terakumulasi di otak dan pembuluh darah otak pada Alzheimer berbeda
dengan penyakit lain yang juga meangakumulasi protein amiloid. Protein βAP terpisah
dari protein APA (protein transmembran) oleh protease melalui berbagai cara. Pada
jalur sekretori normal, APA dipisah melalui daerah βAP, pertama dengan
menggunakan enzim α sekkretase, kemudian dengan enzim φ sekretase, menghasilkan
Neurofibrilari tangle yang terbentuk di dalam sel
Courtesy of the Alzheimer's Disease Education and Referral Center, a service of the National Institute on Aging.
12
produk yang terlarut dan tidak merugikan (P3). Dalam jalur patologik, jalur
endosomal memecah di kedua sisi βAP, pertama dengan β-sekretase dan kemudian
dengan φ-sekretase membentuk βAP (Cpp-bAPP) yang dilepaskan ke ruang ekstra sel.
Kebanyakan βAP terdiri dari 40 asam amino tetapi penelitian baru-baru ini
menemukan βAP yang terdiri dari 42 asam amino. Asam amino ini merusak saraf
pusat, meskipun mekanisme belum jelas. Selain itu juga menyebabkan disregulasi
kalsium dan kerusakan mitokondria yang bisa saja menstimulasi mediator inflamasi.
Hal ini membuktikan bahwa deposisi βAP terjadi pada tahap awal proses penyakit,
bukan merupakan produk akhir dari kematian neuronal dan sepertinya menginisiasi
pembentukan plak dan perusakan sel saraf.(8)
a) Mediflamasi
b) Mediator Inflamasi
Mediator inflamasi dan komponen sistem imun lain ditemukan pada area di
sekitar pembentukan plak. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa sistem imun
memegang peranan penting dalam patogenesis Alzheimer. Meski mungkin bukan yang
menginisiasi penyakit, respon imun yang timbul untuk melawan kerusakan otak akan
Beta Amiloid pada sel
yang sehat
Beta amiloid dipotong
oleh alfa dan gama
sekretase
Plak beta amiloid
terbentuk di luar sel
Dari PPA ke beta amiloid.
Pictures courtesy of the Alzheimer's Disease Education and Referral Center, a
service of the National Institute on Aging.
13
memfasilitasi destruksi neuron. Kejadian yang mendorong keterlibatan sistem imun
adalah keberadaan protein fase akut seperti α1-antikromotripsin (ACT) dan α2-
makroglobulin di dalam serum dan plak amiloid pada Alzheimer. Sel glial (astrosit dan
mikroglial), sitokin (interleukin 1 dan 6), dan komponen komplemen dari jalur klasik
juga meningkat dalam daerah yang ada plaknya. Mediator inflamasi ini meningkatkan
toksisitas dan agregasi βAP. Produk kronik agen sitotoksik dan radikal bebas yang
diaktivasi oleh mikroglia juga dapat mempercepat degenerasi neuron.(10)
c) Sistem kolinergik
Berbagai jalur neuronal dirusak pada Alzheimer. Kerusakan terjadi di beberapa
sel saraf yang terletak di dalam/ dilewati oleh plak. Kerusakan sel menyebabkan
penurunan berbagai neurotransmitter. Mayoritas kerusakan paling parah terjadi di jalur
kolinergik, khususnya di sistem neuron yang terletak di dasar otak depan pada basal
nucleus Mynert, yakni bagian otak yang dipercaya terlibat dalam integrasi berpikir.
Akson neuron kolinergik ini terarah ke korteks depan dan hippocampus, yaitu area
yang berhubungan erat dengan memori dan kognisi.(11)
Fakta adanya kehilangan saraf kolinergik besar-besaran ini, menimbulkan
hipotesis kolinergik yang menyatakan bahwa kehilangan sel kolinergik adalah sumber
kerusakan memori dan kognisi pada Alzheimer, sehingga diduga bahwa peningkatan
fungsi kolinergik akan memperbaiki simptom kehilangan memori.(9)
d) Abnormalitas neurotransmitter lain
Sistem neuron serotonergik dari nucleus Raphe dan sel noradrenergik dari locus
ceruleus juga hilang pada Alzheimer. Sementara itu aktivitas monoamine oksidase B
juga meningkat. MAO B ditemukan sebagian besar di otak dan platelet, dan
bertanggung jawab untuk metabolisme dopamine. Abnormalitas lain muncul pada jalur
glutamate dalam struktur korteks dan limbic. Glutamate adalah neurotransmitter
eksitatorik utama pada korteks dan hippocampus. Banyak jalur neuronal yang penting
untuk proses belajar dan memori menggunakan glutamate sebagai meurotransmiter,
14
meliputi neuron pyramidal (lapisan neuron dengan akson panjang yang membawa
informasi keluar dari korteks), hippocampus, dan korteks entorhinal. Glutamate dan
neurotransmitter asam amino eksitatori lain diimplikasikan sebagai neurotoksin
potensial pada Alzheimer. Jika glutamate dibiarkan dalam sinaps pada waktu yang
lama, dapat menjadi racun dan merusak sel saraf. Efek toksin ini diduga dimediasi
melalui peningkatan kalsium intrasel dan akumulasi radikal bebas. Kehadiran βAP
akan membuat sel lebih rentan pada glutamate. Disregulasi glutamate diduga sebagai
satu dari mediator primer kerusakan neuronal setelah stroke/cedera otak akut.
Meskipun terlibat dalam kerusakan sel, peranan asam amino eksitatori dalam
Alzheimer belum jelas.(11)
15
VII. GEJALA KLINIS
16
Orang dengan alzheimer disease mengalami gangguan progresif daya ingat dan
fungsi kognitif lainnya. Gangguan mula-mula mungkin samar dan mudah disalah-sangka
sebagai depresi, penyakit penting lain pada usia lanjut. Gangguan kognitif berlanjut terus,
biasanya dalam waktu 5 hingga 15 tahun, yang menyebabkan disorientasi total dan
hilangnya fungsi bahasa dan fungsi luhur korteks lainnya. Pada sebagian kecil pasien,
dapat muncul kelainan gerakan khas parkinsonisme, biasanya berkaitan dengan adanya
pembentukan badan lewy. (2)
Tabel 1. Manifestasi Demensia Jenis Alzheimer(2)
17
VIII. DIAG
NOSI
S
Bagian yang
DipengaruhiPeran/Fungsi Perubahan
Sistem
Limbik
Daya ingat, emosi kontrol
kebutuhan dasar
Kesulitan menemukan objek
dan tempat berada
Mudah tersinggung, depresi
Curiga barangnya hilang
HipocampusTempat proses ingatan
verbal dan visual
Lupa jangka pendek
Lupa ingatan masa lalu
Hidup hanya pada saat itu
saja
Kehilangan kosakata
Tidak bisa membedakan
wajah seseorang benda atau
tempat
Lobus
Temporal
Kontrol pelajaran baru dan
memori jangka pendek
Lobus
Parietal
“Sequence activities”
Pemahaman informasi
ruang
Penggunaan kata tidak tepat
Sulit mengerti perkataan
orang lain
Bicara terus menerus
Tidak mampu
mengekspresikan ide dalam
tulisan yang jelas
Mudah tersesat
Sulit memakai pakaian
Sulit berjalan dengan
seimbang
Lobus
Frontal
Inisiasi aktivitas dan
perencanaan
Mengatur kebiasaan sosial
Tidak punya
kepedulian/ketertarikan
Menghentikan hobi
Cepat bosan
Kemunduran dalam
bersosialisasi
Mengulang-ngulang
aktivitas
Lobus
Occipital
Kontrol penglihatan,
mengkombinasikan warna,
bentuk, sudut, dan gerakan
Kesulitan persepsi
pandangan, tidak mampu
melihat gerakan
18
Telah dijelaskan bahwa penyakit Alzheimer merupakan salah satu jenis demensia yang terbanyak pada orang dewasa. Demensia sudah sering
dikenal dengan menggunakan kritera DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, fourth edition). Menegakkan penyakit Alzheimer
dengan menggunakan kriteria oleh the National Institute of Neurological and Communicative Disorders and Stroke (NINCDS) dan the Alzheimer’s
Disease and Related Disorders Association (ADRDA) dengan menggunakan klasifikasi definite (diagnosis klinis dengan gambaran histologic), probable
(sindrom klinik tipikal tanpa gambaran histologic) dan possible ( gambaran klinis atipikal tetapi tidak ada diagnosis alternative dan tidak ada gambaran
histologi)(6)
Kriteria untuk Diagnosis Klinis Penyakit Alzheimer(7)
Kriteria diagnosis klinis untuk probable penyakit Alzheimer mencakup:
- Demensia yang tidtegakkan oleh pemeriksaan klinis dan tercatat dengan
pemeriksaan the mini-mental test,Blessed Dementia Scale,atau pemeriksaan
sejenis,dan dikonfirmasi oleh tes neuropsikologis
- Defisit pada dua atau lebih area kognitif
- Tidak ada gangguan kesadaran
- Awitan antara umur 40 dan 90,umunya setelah umur 65 tahun
- Tidak adanya kelinan sistemik atau penyakit otak lain yang dapat menyebabkan
defisit progresif pada memori dan kognitif
Diagnosis probable penyakit Alzheimer didukung oleh:
- Penurunan progresif fungsi kognitif spesifik seperti afasia,apraksia,dan agnosia
- Gangguan aktivitas hidup sehari-hari dan perubahan pola perilaku
- Riwayat keluarga dengan gangguan yang sama,terutama bila sudah dikonfirmasi
secara neuropatologi
- Hasil laboratorium yang menunjukkan
- Pungsi lumbal yang normal yang dievaluasi dengan teknik standar
Pola normal atau perubahan yang nonspesifik pada EEG,seperti peningkatan
atktivitas slow-wave
- Bukti adanya atrofi otak pada pemeriksaan CT yang progresif dan terdokumentasi
oleh pemeriksaan serial
19
Gambaran klinis lain yang konsisten dengan diagnosis probable penyakit
Alzheimer,setelah mengeksklusi penyebab demensia selain penyakit Alzheimer:
- Perjalanan penyakit yang progresif namun lambat (plateau)
- Gejala-gejala yang berhubungan seperti depresi,insomnia,inkontinensia,delusi,
halusinasi,verbal katastrofik,emosional,gangguan seksual,dan penurunan berat
badan
- Abnormalitas neurologis pada beberapa pasien,terutama pada penyakit tahap
lanjut,seperti peningkatan tonus otot,mioklunus,dan gangguan melangkah
- Kejang pada penyakit yang lanjut
- Pemeriksaan CT normal untuk usianya
Gambaran yang membuat diagnosis probable penyakit Alzheimer menjadi tidak
cocok adalah:
- Onset yang mendadak dan apolectic
- Terdapat defisit neurologis fokal seperti hemiparesis,gangguan sensorik,defisit
lapang pandang,dan inkoordinasi pada tahap awal penyakit;dan kehang atau
gangguan melangkah pada saat awitan atau tahap awal perjalanan penyakit
Diagnosis possible penyakit Alzheimer:
- Dibuat berdasarkan adanya sindrom demensia,tanpa adanya gangguan neurologis
psikiatrik,atau sistemik alin yang dapat menyebabkan demensia,dan adandya
variasi pada awitan,gejala klinis,atau perjalanan penyakit
- Dibuat berdasarkan adanya gangguan otak atau sistemik sekunder yang cukup
untuk menyebabkan demensia,namun penyebab primernya bukan merupakan
penyabab demensia
Kriteria untuk diagnosis definite penyakit Alzheimer adalah:
- Kriteria klinis untuk probable penyakit Alzheimer
- Bukti histopatologi yang didapat dari biopsi atau atutopsi
Klasifikasi penyakit Alzheimer untuk tujuan penelitian dilakukan bila terdapat
gambaran khusus yang mungkin merupakan subtipe penyakit Alzheimer,seperti:
- Banyak anggota keluarga yang mengalami hal yang sama
20
- Awitan sebelum usia 65 tahun
- Adanya trisomi-21
- Terjadi bersamaan dengan kondisi lain yang relevan seperti penyakit Parkinson
Stadium I (lama penyakit 1-3 tahun)
Memory : new learning defective, remote recall mildly impaired
Visuospatial skills : topographic disorientation, poor complex contructions
Language : poor woordlist generation, anomia
Personality : indifference,occasional irritability
Psychiatry feature : sadness, or delution in some
Motor system : normal
EEG : normal
CT/MRI : normal
PET/SPECT : bilateral posterior hypometabolism/hyperfusion
Stadium II (lama penyakit 3-10 tahun)
Memory : recent and remote recall more severely impaired
Visuospatial skills : spatial disorientation, poor contructions
Language : fluent aphasia
Calculation : acalculation
Personality : indifference, irritability
Psychiatry feature : delution in some
Motor system : restlessness, pacing
EEG : slow background rhythm
CT/MRI : normal or ventricular and sulcal enlargeent
PET/SPECT : bilateral parietal and frontal hypometabolism/hyperfusion
Stadium III (lama penyakit 8-12 tahun)
Intelectual function : severely deteriorated
Motor system : limb rigidity and flexion poeture
Sphincter control : urinary and fecal
21
EEG : diffusely slow
CT/MRI : ventricular and sulcal enlargement
PET/SPECT : bilateral parietal and frontal hypometabolism/hyperfusion
IX. DIAGNOSIS BANDING
Differential klinis pada Alzheimer (8)
22
Penyakit Gejala Awal Status Mental Neuropskiatri Neurologi Gambaran
ADPenurunan daya
ingat
Episodic
memory loss
Umumnya
normal
Umumnya
normal
Entorhinal
cortex dan
atrofi
hippocampus
FTD
Apati;
penilaian/wawa
san buruk, cara
bicara/bahasa,
hyperorality
Frontal/
executive,
bahasa; spares
drawing
Apati,
disinhibisi,
euphoria,
depresi
Gelisah,
dystonia,
Alien
hand¸vertic
al gaze
palsy
Atrofi frontal
dan/atau
temporal
DLB
Halusinasi
visual,
gangguan tidur
REM, delirium,
Sindrom
Capgras’,
Parkinsonisme
Drawing and
frontal/executiv
e; spares
memory;
delirium
Halusinasi
visual, depresi,
gangguan
tidur, delusi
Parkinsonis
me
Atrofi parietal
posterior;
hippocampus
lebih besar
dibandingkan
pada AD
CJD
Demensia,
mood, gelisah,
gangguan
pergerakan
Bervariasi,
frontal/executiv
e, focal
cortical,
memori
Depresi,
gelisah
Mioklonus,
parkinsonis
me, kaku
Cortical
ribboning dan
hiperintensitas
basal ganglia
atau thalamus
pada
gambaran
MRI
Vascular
Sering tapi
tidak selalu
mendadak;
bervariasi;
apati,
kelemahan
fokal
Frontal/
executive,
kognitif yang
melambat
Apati, delusi,
gelisah
Umumnya
keterlambat
an motoric,
spastik,
namun bisa
normal
Infark kortikal
dan/atau
subkortikal23
AD : Alzheimer’s
FTD : Frontotemporal Dementis
DLB : Dementia with Lewy Bodies
CJD : Creutzfeldt-Jakob Disease
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi
neuropatologi. Secara umum didapatkan atrofi yang bilateral, simetris, sering kali
berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).Beberapa penelitian mengungkapkan
atropi lebih menonjol pada lobus temporoparietal, anterior frontal, sedangkan korteks
oksipital, korteks motorik primer, sistem somatosensorik tetap utuh. Kelainan-kelainan
neuropatologi pada penyakit Alzheimer terdiri dari(10,11,12):
a. Neurofibrillary Tangles (NFT)
Merupakan sitoplasma neuronal yang terbuat dari filamen-filamen abnormal
yang berisi protein neurofilamen, ubiquine, epitoque. NFT ini juga terdapat pada
neokorteks, hipokampus, amigdala, substansia alba, lokus seruleus, dorsal raphe
dari inti batang otak. NFT selain didapatkan pada penyakit Alzheimer, juga
ditemukan pada otak manula, down syndrome, parkinson, SSPE, sindroma
ektrapiramidal, supranuklear palsy. Densitas NFT berkolerasi dengan beratnya
demensia.(10)
b. Senile Plaque (SP)
Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat degenerasi nerve ending
yang berisi filamen-filamen abnormal, serat amiloid ektraseluler, astrosit,
mikroglia. Protein prekursor amiloid yang terdapat pada SP sangat berhubungan
dengan kromosom 21. Senile plaque ini terutama terdapat pada neokorteks,
amygdala, hipokampus, korteks piriformis, dan sedikit didapatkan pada korteks
motorik primer, korteks somatosensorik, korteks visual, dan auditorik. Senile
plaque ini juga terdapat pada jaringan perifer. Perry (1987) mengatakan densitas 24
Senile plaque berhubungan dengan penurunan kolinergik. Kedua gambaran
histopatologi (NFT dan senile plaque) merupakan gambaran karakteristik untuk
penderita penyakit Alzheimer. (12)
c. Degenerasi neuron
Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan kematian neuron pada
penyakit Alzheimer sangat selektif. Kematian neuron pada neokorteks terutama
didapatkan pada neuron piramidal lobus temporal dan frontalis. Juga ditemukan
pada hipokampus, amigdala, nukleus batang otak termasuk lobus serulues, raphe
nukleus, dan substanasia nigra. Kematian sel neuron kolinergik terutama pada
nukleus basalis dari meynert, dan sel noradrenergik terutama pada lokus seruleus
serta sel serotogenik pada nukleus raphe dorsalis, nukleus tegmentum dorsalis.
Telah ditemukan faktor pertumbuhan saraf pada neuron kolinergik yang
berdegenerasi pada lesi eksperimental binatang dan ini merupakan harapan dalam
pengobatan penyakit Alzheimer. (11)
d. Perubahan vakuoler
Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat
menggeser nukleus. Jumlah vakuoler ini berhubungan secara bermakna dengan
jumlah NFT dan SP , perubahan ini sering didapatkan pada korteks
temporomedial, amygdala dan insula. Tidak pernah ditemukan pada korteks
frontalis, parietal, oksipital, hipokampus, serebelum dan batang otak. (9)
e. Lewy body
Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat pada
enterhinal, gyrus cingulate, korteks insula, dan amygdala. Sejumlah kecil pada
korteks frontalis, temporal, parietalis, oksipital. Lewy body kortikal ini sama
dengan immunoreaktivitas yang terjadi pada lewy body batang otak pada
gambaran histopatologi penyakit parkinson. Hansen et al menyatakan lewy body
merupakan varian dari penyakit Alzheimer. (11)
2. Pemeriksaan neuropsikologik
Penyakit Alzheimer selalu menimbulkan gejala demensia. Fungsi pemeriksaan
neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya gangguan fungsi kognitif 25
umum dan mengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi. Tes psikologis ini juga
bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa bagian otak yang
berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian, dan
pengertian berbahasa. Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi
diagnostik yang penting karena:
a. Adanya defisit kognisi yang berhubungan dengan demensia awal yang dapat
diketahui bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal.
b. Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif memungkinkan untuk
membedakan kelainan kognitif pada global demensia dengan defisit selektif yang
diakibatkan oleh disfungsi fokal, faktor metabolik, dan gangguan psikiatri.
c. Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan oleh
demensia karena berbagai penyebab.
1. Mini Mental Status Examination
MMSE dapat mengukur orientasi nyata seseorang, kemampuan registrasi, perhatian dan kemampuan berhitung, mengingat, bahasa, dan kemampuan visuokonstruksi (melihat dan membuat kopi design). Nilai tertinggi adalah 30. seseorang dengan nilai kurang dari 24 memerlukan evaluasi lebih jauh untuk kemungkinan terkena Alzheimer atau dementia yang lain, depresi, delirium atau schizoprenia. Seseorang dengan nilai kurang dari 20 secara umum memiliki salah satu dari gangguan tersebut.(11)
The Mini-Mental Status Exam (from Folstein, MF, Folstein, S and McHugh, PR:
Mini-mental state: a practical method for grading the cognitive state of patients
for the clinincian, J Psychiatr Res 12:189, 1975.)
Indikasi
Penilaian kemampuan kognitif
Dokumentasi penurunan kemampuan kognitif
26
Pertanyaan (Total 30 poin)
Kategori Poin Pertanyaan
Orientasi10 Tahun, Musim, tanggal, hari, dan bulan
Negara bagian, negara, kota
Rumah sakit atau klinik, lantai
Registrasi 3 Nama tiga objek: Apel, Meja, uang
Setiap benda diucapkan perlahan dan dengan
jeda waktu
Pasien mengulangi setiap benda yang
diucapkan)
Ulangi proses hingga ketiga objek dapat
diingat
Catat waktu yang dibutuhkan untuk mengingat
ketiga benda
Perhatian dan
hitungan
5 Eja WORLD dari arah belakang: DLROW
Poin diberikan pada setiap huruf yang salah
meletakkan
Contoh: DLORW dihitung sebagai 2 poin saja
Menyebutkan
kembali (recall)
3Ulangi proses no.2 dengan ketiga objek yang telah
27
diingat.
Bahasa 9 Pasien memberi nama 2 benda
Contoh: Pensil dan Jam ( masing-masing 1
poin)
Ulangi kalimat: 'No ifs ands or buts'
Mengikuti tiga petunjuk berikut:
Ambil kertas dengan tangan kanan
Lipat menjadi dua
Simpan di lantai
Membaca dan mengikuti petunjuk:
Tutup matamu
Tulis sebuah kalimat
Mengkopi design
Diagnosa lain bisa dengan menggunakan skala seperti Global Deterioritation
Scale (GDS), seperti berikut:
TahapKondisi Keterangan
1 NormalTidak ada perubahan subjektif atau
objektif dalam fungsi intelektual
2 Forgetfullness Keluhan kelupaan sesuatu atau lupa
nama kenalan, tetapi tidak sampai
mengganggu pekerjaan dan fungsi sosial.
Secara umum merupakan kondisi
28
penuaan normal
3 Early confusion
Penurunan kognitif yang mempengaruhi
pekerjaan dan fungsi sosial. Anomia,
kesulitan mengingat kata yang tepat
dalam percakapan, dan kesulitan
mengingat yang sampai menarik
perhatian keluarga. Kehilangan memori
dapat menyebabkan kecemasan pada
pasien
4 Late confusion (early AD)
Pasien tidak dapat menangani keuangan
dan pekerjaan rumah sehari-hari.
Kesulitan mengingat kejadian yang baru
saja berlangsung. Mulai mundur dari
tugas yang sulit dan hobi. Pasien
mungkin mengingkari masalah memori
ini.
5Early dementia (moderate
AD)
Pasien tidak dapat bertahan lama tanpa
bantuan. Sering disorientasi waktu
(tanggal, tahun, musim). Kesulitan
memilih baju. Kerusakan parah dalam
mengingat kejadian yang baru
berlangsung, dapat melupakan beberapa
detail kehidupan masa lalu (seperti
sekolah). Fungsi dapat berfluktuasi dari
hari ke hari. Pasien secara umum
memungkiri masalah ini. Dapat menjadi
sangat curiga atau sedih. Kehilangan
kemampuan untuk hidup aman.
6 Middle dementia Pasien membutuhkan pertolongan untuk 29
(moderately severe AD)
melakukan aktivitas sehari-hari (mandi,
berpakaian, ke toilet), kesulitan
menginterpretasikan sekelilingnya, lupa
nama anggota keluarga dan
pengasuhnya, lupa hampir semua detail
kehidupan masa lalunya, sulit
menghitung mundur dari angka 10,
agitasi, paranoid, dan delusi (berkhayal)
7 Late dementia
Kehilangan kemampuan berbicara
(hanya dapat menjerit dan bersungut-
sungut), jalan-jalan dan makan sendiri,
buang air kecil dan besar sembarangan,
tidak sadar sampai koma.
Tujuh poin tersebut sangat umum digunakan dan telah divalidasi dengan
mengkorelasikan dengan pengukuran psikometrik dan perubahan dalam CT/PET scan
dan berguna untuk memonitor perubahan menyeluruh pada pasien Alzheimer.
Penentuan tipe gen pada penderita tidak signifikan dalam memperbaiki akurasi
diagnosa dibanding dengan diagnosa klinik berdasarkan kriteria yang ada, sehingga
tidak direkomendasikan sebagai alat skrining.
Sejalan dengan perkembangan penyakit Alzheimer, gangguan kognisi tiba-tiba
dapat terjadi. Evaluasi diagnosa dengan delirium harus dipertimbangkan karena
gejalanya sama. Delirium adalah gangguan kesadaran yang disertai oleh perubahan
kognisi dan dapat timbul bersamaan dengan demensia sehingga dapat mengacaukan
gambaran klinik pasien. Gejala-gejala yang terjadi pada delirium sama dengan
demensia. Satu-satunya gambaran yang dapat menolong membedakan delirium dari
demensia Alzheimer adalah penurunan kesadaran akan lingkungan, kejadian yang
30
berfluktuasi, dan keberadaan onset yang perlahan. Delirium delirium berkembang
dalam waktu yang sangat singkat yaitu dari jam sampai hari, dan melibatkan
perubahan akut dalam tingkat kesadaran di samping penurunan kognisi. Delirium
biasanya tidak permanen, tetapi gejala biasanya bisa bertahan sampai beberapa hari
bahkan minggu. Faktor penyebabnya antara lain gangguan metabolik
(ketidakseimbangan elektrolit dan fluktuasi glukosa), infeksi, dan alkohol. (4)
3. CT Scan dan MRI
Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat kuantifikasi
perubahan volume jaringan otak pada penderita Alzheimer antemortem. Pemeriksaan
ini berperan dalam menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya
selain Alzheimer seperti multi infark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh
dan pembesaran ventrikel keduanya merupakan gambaran marker dominan yang
sangat spesifik pada penyakit ini. Tetapi gambaran ini juga didapatkan pada demensia
lainnya seperti multi infark, parkinson, binswanger sehingga kita sukar untuk
membedakan dengan penyakit Alzheimer. (9)
Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel berkorelasi dengan
beratnya gejala klinik dan hasil pemeriksaan status mini mental. Pada MRI ditemukan
peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler (Capping anterior horn
pada ventrikel lateral). Capping ini merupakan predileksi untuk demensia awal. Selain
didapatkan kelainan di kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah subkortikal
seperti adanya atropi hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna basalis dan
fissura sylvii.(10)
Seab et al, menyatakan MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari
penyakit Alzheimer dengan penyebab lain, dengan memperhatikan ukuran (atropi) dari
hipokampus.(11)
31
4. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada
penyakit Alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang
non spesifik.(8)
5. PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita Alzheimer, hasil PET ditemukan penurunan aliran darah,
metabolisme O2, dan glukosa di daerah serebral. Uptake I. 123 sangat menurun pada
regional parietal, hasil ini sangat berkorelasi dengan kelainan fungsi kognisi dan selalu
sesuai dengan hasil observasi penelitian neuropatologi.(9)
32
6. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Aktivitas I. 123 terendah pada regio parieral penderita Alzheimer. Kelainan ini
berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua
pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.
XI. KOMPLIKASI
Komplikasi yang akan muncul seperti pneumonia dan infeksi saluran napas bagian atas, septicemia,ulkus dekubitus, fraktur, dan berbagai masalah nutrisi.
XII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya
memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga. Tidak ada pengobatan spesifik untuk
penyakit Alzheimer. Pengobatan secara simptomatik, sosial, terapi psikiatri dan dukungan
33
keluarga menjadi pilihan terapi yang digunakan saat ini. Acetylcholinesterase inhibitors
atau N-methyl-D-aspartate (NMDA) inhibitor (Memantin) dapat meningkatkan fungsi
kognitif pada penyakit Alzheimer stadium awal.(7)
1. Kolinesterase inhibitor
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor untuk pengobatan
simptomatik penyakit Alzheimer, dimana pada penderita Alzheimer didapatkan
penurunan kadar asetilkolin. Cholinesterase inhibitor telah diakui untuk pengobatan
penyakit Alzheimer ringan sampai sedang yang juga dapat dijadikan standar perawatan
untuk pasien dengan penyakit Alzheimer. Kerja farmakologis dari Donepezil,
rivastigmine, dan galantamine adalah menghambat cholinesterase, dengan
menghasilkan peningkatan kadar asetilkolin di otak .Untuk mencegah penurunan kadar
asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase. Pemberian obat ini dikatakan dapat
memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian berlangsung. 4 jenis
kolinesterase inhibitor yang paling sering digunakan adalah5,7)
a. Donepezil (merk dagang ARICEPT®) disetujui untuk pengobatan semua tahap
Alzheimer disease.
b. Galantamine (merk dagang RAZADYNE®) disetujui untuk tahap ringan sampai
sedang.
c. Rivastigmine (merk dagang EXELON®) untuk tahap ringan sampai sedang.
d. Tacrine (COGNEX®) merupakan kolinesterase inhibitor pertama yang disetujui untuk
digunakan sejak tahun 1993, namun sudah jarang digunakan saat ini karena faktor
resiko efek sampingnya, salah satunya adalah kerusakan hati.(7
Pemberian dosis dari ketiga cholinesterase inhibitor yang umum digunakan adalah
sebagai berikut :(6)
a. Donepezil dimulai dengan dosis 5 mg per hari, kemudian dosis ditingkatkan menjadi
10 mg per hari setelah satu bulan.
34
b. Dosis rivastigmine ditingkatkan dari 1,5 mg dua kali sehari sampai 3 mg dua kali
sehari, kemudian menjadi 4,5 mg dua kali sehari, dan untuk maksimal dosis 6 mg dua
kali sehari.
c. Galantamine dimulai dengan dosis 4 mg dua kali sehari. Pertama-tama, dosis
ditingkatkan menjadi 8 mg dua kali sehari dan akhirnya sampai 12 mg dua kali sehari.
Seperti rivastigmine, waktu yang lebih lama antara peningkatan dosis berhubungan
dengan penurunan efek samping.
Pengobatan sehari-hari dengan donepezil memberikan hasil yang efektif dalam kisaran
dosis 5 sampai 10 mg; Rivastigmine, dalam kisaran 6 sampai 12 mg; serta
galantamine , dalam kisaran dari 16 sampai 24 mg.
2. Memantin
Memantin merupakan obat yang telah diakui oleh Food and Drug Administration
(FDA) untuk pengobatan penyakit Alzheimer sedang sampai berat. Dosis awal untuk
penggunaan Memantin adalah 5 mg perhari, kemudian dosis ditingkatkan berdasarkan
penelitian, hingga 10 mg dua kali sehari. Memantine tampaknya bekerja dengan cara
memblok saluran N-methyl-D-aspartate (NMDA) yang berlebihan. Memantine yang
dikombinasikan dengan cholinesterase inhibitor maupun yang tidak, tampaknya dapat
memperlambat kerusakan kognitif pada pasien dengan AD yang moderat.(6,9)
3. Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita Alzheimer didapatkan penurunan
thiamin pyrophosphatase dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan
transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada nukleus basalis.
Pemberian thiamin hydrochlorida dengan dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral,
menunjukkan perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo
selama periode yang sama.
35
4. Haloperiodol
Pada penderita Alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan
tingkah laku. Pemberian oral Haloperiod 1-5 mg/hari selama 4 minggu akan
memperbaiki gejala tersebut. Bila penderita Alzheimer menderita depresi sebaiknya
diberikan tricyclic anti depresant (Amitryptiline 25-100 mg/hari)(7)
5. Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu subtrat endogen yang disintesa didalam mitokondria dengan bantuan
enzim ALC transferase. Penelitian ini menunjukkan bahwa ALC dapat meningkatkan
aktivitas asetilkolinesterase, kolin asetiltransferase. Pada pemberian dosis 1-2
gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan, disimpulkan bahwa dapat
memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi kognitif.(7)
6. Antioksidan
Pada pasien dengan AD sedang-berat, penggunaan antioksidan selegiline, α-tokoferol
(vitamin E), atau keduanya, memperlambat proses kematian. Karena vitamin E
memiliki potensi yang rendah untuk toksisitas dari selegiline, dan juga lebih murah,
dosis yang digunakan dalam penelitian untuk diberikan kepada pasien AD adalah 1000
IU dua kali sehari. Namun, efek yang menguntungkan dari vitamin E tetap
kontroversial, dan sebagian peneliti tidak lagi memberikan dalam dosis tinggi.(8)
Non FarmakologiTerapi nonfarmakologi merupakan kunci utama dalam menangani Alzheimer,
diantaranya:
Buatlah permintaan dan perintah pada pasien Alzheimer sesederhana mungkin, dan
hindari tugas yang rumit yang dapat menyebabkan frustasi
Hindari konfrontasi dan penolakan yang bias menyebabkan frustasi
Tetap tenang, dan selalu mendukung jika pasien menjadi sangat membingungkan
36
Jagalah kondisi lingkungan tempat tinggal tetap konsisten dan hindari perubahan yang
tidak perlu
Sediakan alat bantu untuk mengingatkan, menjeklaskan, dan menunjuk arah pada
pasien Alzheimer
Sadarilah penurunan kapasitas dan tingkatkan harapan untuk performans pasien yang
lebih baik
Jika terjadi penurunan fungsi yang tiba-tiba dan gejala yang darurat, segera bawa ke
tenaga profesional
Algoritma Penanganan AD
37
XIII. PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit demensia Alzheimer dapat dilakukan dengan :
a) Sering melakukan kegiatan yang melibatkan kemampuan kognitif.
38
Pasien didiagnose AD
Jika tidak ada gangguan psikiatrik
Evaluasi adanya penyakit lain dan obat yang mempengaruhi kognitif
Moderae-severe
ChE inhibitor,memantin, atau kombinasi ChEl dan memantin = vit E
Mild
ChE inhibitor atau Memantin = vit E
Stabil
Teruskan regimen pengobatanMemburuk
Berikan alternative ChE inhibitor atau memantin+Vit E
b) Penyakit demensia-alzheimer menyerang bagian otak yang mengatur fungsi kognitif.
Dengan
c) lebih sering melakukan kegiatan yang melibatkan kemampuan kognitif, akan semakin
mengurangi risiko terjadinya degenerasi bagian ini
d) Melakukan olah raga ringan sebagai salah satu pola hidup sehat.
XIV. PROGNOSIS
Dari pemeriksaan klinis pada 42 penderita probable Alzheimer menunjukkan
bahwa nilai prognostik tergantung pada 3 faktor yaitu: (2)
Derajat beratnya penyakit
Variabilitas gambaran klinis
Perbedaan individual seperti usia, keluarga demensia, dan jenis kelamin.
Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling
mempengaruhi prognostik penderita Alzheimer. Pasien dengan penyakit Alzheimer
mempunyai angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis dan biasanya
meninggal dunia akibat infeksi sekunder.(12)
BAB III
KESIMPULAN
39
Penyakit Alzheimer adalah merupakan gangguan fungsi kognitif yang onsetnya
lambat dan gradual, degenerative, sifatnya progresif dan permanen. Merupakan penyebab
terbesar terjadinya demensia. Insiden dari penyakit ini dua kali lipat setiap 5 tahun setelah
usia 65 tahun.Faktor penyebab penyakit ini belum di ketahui secara pasti, namun ada
beberapa factor resiko pada penyakit ini factor usia,keturunan,jenis kelamin,kognitif
menurun,gaya hidup,dan tingkat pendidikan. Komponen utama patologi penyakit
Alzheimer adalah plak senilis dan neuritik, neurofibrillary tangles, dan hilangnya
neuron/sinaps. Orang dengan alzheimer disease mengalami gangguan progresif daya
ingat dan fungsi kognitif lainnya. Gangguan mula-mula mungkin samar dan mudah
disalah-sangka sebagai depresi, penyakit penting lain pada usia lanjut. Gangguan kognitif
berlanjut terus, biasanya dalam waktu 5 hingga 15 tahun, yang menyebabkan disorientasi
total dan hilangnya fungsi bahasa dan fungsi luhur korteks lainnya. Pada sebagian kecil
pasien, dapat muncul kelainan gerakan khas parkinsonisme, biasanya berkaitan dengan
adanya pembentukan badan lewy. Menegakkan penyakit Alzheimer dengan
menggunakan kriteria oleh the National Institute of Neurological and Communicative
Disorders and Stroke (NINCDS) dan the Alzheimer’s Disease and Related Disorders
Association (ADRDA) dengan menggunakan klasifikasi definite (diagnosis klinis dengan
gambaran histologic), probable (sindrom klinik tipikal tanpa gambaran histologic) dan
possible ( gambaran klinis atipikal tetapi tidak ada diagnosis alternative dan tidak ada
gambaran histologi). Atropi kortikal menyeluruh dan pembesaran ventrikel keduanya
merupakan gambaran marker dominan yang sangat spesifik pada penyakit ini.
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya
memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga. Tidak ada pengobatan spesifik untuk
penyakit Alzheimer. Pengobatan secara simptomatik, sosial, terapi psikiatri dan
dukungan keluarga menjadi pilihan terapi yang digunakan saat ini. Acetylcholinesterase
inhibitors atau N-methyl-D-aspartate (NMDA) inhibitor (Memantin) dapat meningkatkan
fungsi kognitif pada penyakit Alzheimer stadium awal. Pasien dengan penyakit
40
Alzheimer mempunyai angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis dan
biasanya meninggal dunia akibat infeksi sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
1. Reinhard Rohkamm MD. Color Atlas of Neurology Germany: Thieme; 2004.41
2. Bird TD, Miller BL. Alzheimer's Disease and Other Dementias. Harrison’s
Principles of Internal Medicine. New York: McGraw-Hill Medical Publishing
Division; 2005. p. 1-22.
3. Silbernagl, Stevan, et al. Teks dan atlas berwarna Patofisiologi. Penerbit Buku
Kedokteran. Hal. 348-349
4. Harsono. Kapita Selekta Neurologi Edisi kedua. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta:2009.p3-35
5. Society NAOAA. Alzheimer’s Disease and Dementia : A Growing
Challenge2000:[1-6 pp.]
6. Henry W. Querfurth MD, Ph.D, Frank M. LaFerla PD. Mechanisms of Disease :
Alzheimer’s Disease. NEJM. 2011;362:1-16.
7. Jeffrey L. Cummings MD. Drug Therapy : Alzheimer's Disease. NEJM.
2004;351:56-67.
8. Mark Mumenthaler MD, Heinrich Mattle MD. Neurology. Germany: Thieme;
2004.
9. Association As. FDA-Approved Treatments for Alzheimers2012:[1-3 pp.].
10. Solomon PR, Murphy CA. Early diagnosis and Treatment of Alzheimer's disease.
Expert Reviews. 2008:1-12.
11. Japardi I. Penyakit Alzheimer. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.
2002. pp.1-11.
12. Robbins, Stanley. L et all. Buku Ajar Patologi edis 7.Buku Kedokteran ECG:2007
42