Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

download Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

of 18

Transcript of Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

  • 7/30/2019 Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

    1/18

    BAGIAN RADIOLOGI REFARAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2012

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    ATELEKTASIS

    OLEH :

    STEVEN S. KATUUKC111 09 884

    PEMBIMBING

    dr. Juanita Rante Labi Sulle

    KONSULEN

    Prof. Dr.dr. Bachtiar Murtala, Sp.Rad (K)

    DISUSUN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

    PADA BAGIAN RADIOLOGY

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2012

  • 7/30/2019 Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

    2/18

    HALAMAN PENGESAHAN

    Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

    Nama : Steven S. Katuuk

    Stambuk : C111 09 884Judul Refarat : Atelektasis

    Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Radiologi

    Fakultas Kedokteran Universitas Hassanuddin.

    Makassar, November 2012

    Penguji \ Konsulen Pembimbing

    Prof. Dr. dr. Bachtiar Murtala Sp.Rad (K) dr. Juanita

    Mengetahui,

    Ketua Bagian Radiologi FK-UH

    Prof. Dr. dr. Muhammad Ilyas, Sp.Rad(K)

  • 7/30/2019 Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

    3/18

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul.................................................................................................... i

    Lembar Pengesahan...............................................................................................ii

    Daftar isi.............................................................................................................. iii

    I. Pendahuluan ................................................................................................. 1

    II. Insidens......................................................................................................... 2

    III. Anatomi...................................................................................................... ........ 3

    IV. Patofisiologi................................................................................................ ........ 5

    V. Diagnosis.................................................................................................... ........ 6

    a. Gambaran klinis............................................................................................6

    b. Gambaran radiologi.......................................................................................7

    VI. Differensial diagnosis................................................................................. ....... 10

    a. Efusi Pleura......................................................................................... ........10

    b. Tumor Paru.......................................................................................... ....... 11

    c. TB Lama aktif...............................................................................................11

    VII. Penatalaksanaan......................................................................................... ........ 12

    VIII. Prognosis.................................................................................................... ....... 13

    IX. Kesimpulan............................................................................................................13

    X. Daftar Pustaka........................................................................................................14

    XI. Lampiran pustaka

  • 7/30/2019 Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

    4/18

    ATELEKTASIS

    I. PENDAHULUAN

    Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami

    hambatan berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru berkurang atau sama sekali

    tidak berisi udara. Biasanya atelektasis merupakan akibat suatu kelainan paru yang dapat

    disebabkan oleh bronkus tersumbat yang berasal dari dalam seperti tumor, cairan, atau

    pembesaran kelenjar/Sebagian besar gambaran radiologic pada atelektasis adalah

    pengurangan volume bagian lobaris, segmental, atau seluruh paru, dan akibatnya member

    gambaran kurangnya aerasi sehingga member gambaran radiopaque dengan penarikan

    mediastinum ke arah atelektasis, sedangkan diagfragma tertarik ke atas dan sela iga

    menyempit. Dengan adanya atelektasis, maka bagian paru sekitarnya mengalami suatu

    emfisema kompensasi yang kadang-kadang begitu hebat sehingga terjadi herniasi

    hemitorak yang sehat kearah hemitoraks yang atelektasis. 1

    Himpitan saluran pernapasan yang disebabkan oleh pembesaran limfe nodus,

    tumor, dan juga aneurysma yang mengakibatkan atelektasis obstruktif. Tetapi terdapat

    juga atelektasis nonobstruktif. Tidak tercukupinya surfaktan juga dapat menyebabkan

    atelektasis, maupun adanya kompresi paru dari luar, seperti pada pneumotoraks dan efusi

    pleura. Dalam hal ini, disebut sebagai atelektasis pasif. Atelektasis juga dapat menjadi

    akut dan kronik. Atelektasis akut dan massive tidak jarang terjadi pada kasus pasca bedah

    toraks maupun bedah rongga abdomen bagian atas. Pemberian obat narkotik dan sedative

    dalam dosis tinggi juga dapat menimbulkan atelektasis akut massive. 2

    Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps ini dapat

    meliputi sub segmen paru atau seluruh paru. Atelektasis dapat terjadi pada wanita

    atau pria dan dapat terjadi pada semua ras. Atelektasis lebih sering terjadi pada

    anak yang lebih muda dari pada anak yang lebih tua dan remaja. Stenosis dengan

    penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar mengakibatkan atelektasis (kolaps)

    dari suatu lobus, dan radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen

    dengan tanda pengempisan lobus.4

  • 7/30/2019 Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

    5/18

    II. INSIDENS

    Insiden dari post operative atelectasis adalah 80%, tetapi hanya 20% yang secara

    klinis signifikan. Dari hasil 200 pasien chest radiographs yang diperiksa secara berturut-

    turut pada ICU, ditemukan 18 kasus dari kolaps lobaris (8,5%). Sebagian besar kasus

    melibatkan lobus kuru bawah (66%), tetapi kolaps lobus kanan bawah (22%) dan lobuskanan atas (11%) juga tercatat. 3

    Atelektasis pascaoperasi sangat umum. Atelektasis lobar juga umum. Insiden dan

    prevalensi gangguan ini tidak terdokumentasi dengan baik. Mortalitas Morbiditas pasien

    tergantung pada penyebab yang mendasari atelektasis. Dalam atelektasis pasca operasi,

    kondisi umumnya membaik. Prognosis atelektasis lobar sekunder untuk obstruksi

    endobronkial tergantung pada pengobatan keganasan.4,6,17

    Menurut penelitian pada tahun 1994, secara keseluruhan terdapat 74,4 jutapenderita penyakit paru yang mengalami atelektasis. Di Inggris sekitar 2,1 juta

    penderita penyakit paru yang mengalami atelektasis yang perlu pengobatan dan

    pengawasan secara komprehensif. Di Amerika serikat diperkirakan 5,5 juta

    penduduk menderita penyakit paru yang mengalami atelektasis. Di Jerman 6 jutapenduduk. Ini merupakan angka yang cukup besar yang perlu mendapat perhatian

    dari perawat di dalam merawat klien dengan penyakit paru yang mengalami

    atelektasis secara komprehensif bio psiko sosial dan spiritual.4,6,17

    Penderita penyakit paru yang mengalami atelektasis pertama kali di

    Indonesia ditemukan pada tahun 1971. Sejak itu penyakit tersebut menyebar keberbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia. Sejak

    pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat

    baik dalam jumlah maupun luas wilayah. Di Indonesia insiden terbesar terjadipada 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR =

    2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun

    berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001);19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003). 6,17

  • 7/30/2019 Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

    6/18

    III. ANATOMI

    Gambar dibawah ini menunjukkan anatomi dari system respirasi:

    Gambar 1.1 Anatomi Paru-paru normal (dikutip dari kepustakaan 5)

    Dari gambar dapat kita lihat bahwa cabang utama bronkus kanan dan kiri akan

    bercabang menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis. Percabangan ini

    berjalan terus-menerus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai

    akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu bronkiolus yang tidak mengandung

    alveoli. Bronkiolus terminalis mempunyai diameter kurang lebih 1 mm. Bronkiolus

    tidak diperkuat oleh kartilago tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya

    dapat berubah. Seluruh saluran udara sampai pada tingkat ini disebut saluran

    penghantar udara karena fungsinya menghantarkan udara ke tempat pertukaran gas

    terjadi. 4

    Setelah bronkiolus terdapat asinus yang merupakan unit fungsional dari paru-

    paru. Asinus terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan sakkusalveolaris terminalis. Asinus atau kadang disebut lobulus primer memiliki diameter

    0,5 sampai 1 cm. Terdapat sekitar 23 percabangan mulai dari trakea sampai sakkus

    alveolaris terminalis. Alveolus dipisahkan dari alveolus di dekatnya oleh septum.

    Lubang pada dinding ini dinamakan pori-pori Kohn yang memungkinkan komunikasi

    antara sakkus. Alveolus hanya selapis sel saja, namun jika seluruh alveolus yang

  • 7/30/2019 Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

    7/18

    berjumlah sekitar 300 juta itu dibentangkan akan seluas satu lapangan tennis.4

    Alveolus pada hakikatnya merupakan gelembung yang dikelilingi oleh

    kapiler-kapiler darah. Batas antara cairan dengan gas akan membentuk suatu

    tegangan permukaan yang cenderung mencegah ekspansi pada saat inspirasi dan

    cenderung kolaps saat ekspirasi. Di sinilah letak peranan surfaktan sebagai

    lipoprotein yang mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi saat

    inspirasi sekaligus mencegah kolaps saat ekspirasi.4

    Pembentukan surfaktan oleh sel pembatas alveolus dipengaruhi oleh

    kematangan sel-sel alveolus, enzim biosintetik utamanya alfa anti tripsin, kecepatan

    regenerasi, ventilasi yang adekuat serta perfusi ke dinding alveolus. Defisiensi

    surfaktan, enzim biosintesis serta mekanisme inflamasi yang berjung pada pelepasan

    produk yang mempengaruhi elastisitas paru menjadi dasar patogenesis emphysema,

    dan penyakit lainnya.Bronkus merupakan percabangan dari trachea. Terdiri dari bronkus

    dextra dan bronchus sinistra. 4

    Bronkus Dextra, mempunyai bentuk yang lebih besar, lebih pendek dan

    letaknya lebih vertikal daripada bronkus sinistra. Hal ini disebabkan oleh desakan dari

    arcus aortae pada ujung caudal trachea ke arah kanan, sehingga benda-benda

    asing mudah masuk ke dalam bronkus dextra. Panjangnya kira-kira 2,5 cm dan

    masuk kedalam hilus pulmonis setinggi vertebra thoracalis VI. Vena Azygos

    melengkung di sebelah cranialnya. Ateria pulmonalis pada mulanya berada di sebelah

    inferior, kemudian berada di sebelah ventralnya. Membentuk tiga cabang (bronkus

    sekunder), masing-masing menuju ke lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior.

    Bronkus sekunder yang menuju ke lobus superior letaknya disebelah cranial

    a.pulmonalis . Cabang bronkus yang menuju ke lobus medius dan lobus inferior

    berada di sebelah caudal a.pulmonalis. Selanjutnya bronkus sekunder tersebut

    mempercabangkan bronkus tertier yang menuju ke segmen pulmo.4

    Bronkus Sinistra , mempunyai diameter yang lebih kecil, tetapi bentuknya

    lebih panjang daripada bronkus dextra.Berada disebelah caudal arcus aortae, menyilang

    di sebelah ventral oesophagus, ductus thoracicus, dan aorta thoracalis. Pada mulanya

    berada disebelah superior arteri pulmonalis, lalu di sebelah dorsalnya dan akhirnya

    berada di sebelah inferiornya sebelum bronkus bercabang menuju ke lobus superior

    dan lobus inferior, disebut letak bronkus hyparterialis .Pada tepi lateral batas trachea

    dan bronkus terdapat lymphonodus tracheobronchialis superior dan pada bifurcatio

    trachea (di sebelah caudal) terdapat lymphonodus tracheobronchialis inferior.4

  • 7/30/2019 Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

    8/18

    IV. PATOFISIOLOGI

    Atelektasis Obstruktif

    Berhubungan dengan obstruksi bronkus, kapiler darah akan mengabsorbsi

    udara di sekitar alveolus, dan menyebabkan retraksi paru dan akan terjadi kolaps

    dalam beberapa jam. Pada stadium awal, darah melakukan perfusi paru tanpa

    udara, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi sehingga

    arterial mengalami hipoksemia. Jaringan hipoksia hasil dari transudasi cairan ke

    dalam alveoli menyebabkan edema paru, yang mencegah atelektasis komplit.

    Ketika paru paru kehilangan udara, bentuknya akan menjadi kaku dan

    mengakibatkan dyspnea, jika obstruksi berlanjut dapat mengakibatkan fibrosis dan

    bronkiektasis.5,6,16

    Atelektasis Non-Obstruktif

    Penyebab utama yaitu oleh karena tidak adanya hubungan antara pleura

    viseralis dan pleura parietalis. Efusi pleura maupun pneumothorax menyebabkan

    atelektasis pasif. Efusi pleura yang mengenai lobus bawah lebih sering dibanding

    dengan pneumothorax yang sering menyebabkan kolaps pada lobus atas.

    Atelektasis adhesive lebih sering dihubungkan dengan kurangnya surfaktan.

    Surfaktan mengandung phispolipid dipalmitoy phosphatidyicholine, yang

    mencegah kolaps paru dengan mengurangi tegangan permukaan alveoli.

    Berkurang atau tidaknya produksi surfaktan biasanya terjadi pada ARDS,

    pneumonitis radiasi, ataupun akibat trauma paru sehingga alveoli tidak stabil dan

    kolaps. Kerusakan parenkim paru pun dapat menyebabkan atelektasis sikatrik

    yang membuat tarikan tarikan yang bila terlalu banyak membuat paru kolaps,

    sedangkan replacement atelektasis dapat disebabkan oleh tumor seperti

    bronchialveolar carcinoma.5,6,16

    Platlike atelektasis (Focal atelectasis)

    Disebut juga discoid atau subsegmental atelektasis, tipe ini sering

    ditemukan pada penderita obstruksi bronkus dan didapatkan pada keadaan

    hipoventilasi, emboli paru, infeksi saluran pernafasan bagian bawah dengan

    horizontal atau platlike. Atelektasis minimal dapat terjadi karena ventilasi

  • 7/30/2019 Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

    9/18

    regional yang tidak adekuat dan abnormalitas formasi surfaktan akibat hipoksia,

    iskemia, hiperoxia, dan ekspos berbagai toksin.5,6,16

    Postoperative atelektasis

    Atelektasis merupakan komplikasi yang umum terjadi pada pasien yang

    melakukan anastesi ataupun bedah dapat mengakibatkan atelektasis karena

    disfungsi dari diafragma dan berkurangnya aktivitas surfaktan. Atelektasis ini

    biasanya pada bagian basal (bawah) paru ataupun segmen tertentu.5,16

    V. DIAGNOSIS

    1. Gambaran Klinis

    Manifestasi Klasis dari atelektasis, pasien bisa datang dengan keadaan low-grade fever,

    leukositosis ringan dan tachypnea. Pada atelektasis ringan. Perubahan dalam oxigenasi

    dan ventilasi mungkin tidak terlihat. Dalam atelektasis yang akibat dari obstruksi

    bronchial dengan kehilangan yang signifikan dari parenkim paru, pasien biasanya dating

    dengan tachypnea dan hypoxia.12

    Atelektasis dapat terjadi pasca operasi mengikuti prosedur perut toraks atau atas.

    Meskipun atelektasis dianggap menjadi penyebab paling umum dari demam pasca operasi

    awal, bukti yang ada bertentangan, dalam sebuah studi oleh Mavros et al, mereka tidak

    menemukan bukti klinis yang mendukung konsep bahwa atelektasis berhubungan dengandemam pasca operasi awal Kebanyakan gejala dan tanda-tanda yang ditentukan oleh

    kecepatan dengan yang terjadi oklusi bronkial, ukuran daerah yang terkena paru-paru, dan

    ada tidaknya komplikasi infeksi. Oklusi bronkial yang cepat dengan area besar kolaps

    paru menyebabkan nyeri pada sisi yang terkena, tiba-tiba mengalami dyspnea, dan

    sianosis. Hipotensi, takikardia, demam, dan syok juga dapat terjadi. Perlahan-lahan

    berkembang atelektasis mungkin asimtomatik atau mungkin hanya menyebabkan gejala

    ringan. Sindrom lobus tengah sering asimtomatik. 3,5

    Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus. Bronkus adalah 2

    cabang utama dari trakea yang langsung menuju ke paru-paru. Penyumbatan juga bisa

    terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan oleh

    adanya gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau

    bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau

    pembesaran kelenjar getah bening. Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam

  • 7/30/2019 Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

    10/18

    alveoli akan terserap ke dalam aliran darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat.

    Jaringan paru-paru yang mengkerut biasanya terisi dengan sel darah, serum, lendir dan

    kemudian akan mengalami infeksi. 3,5

    Faktor resiko terjadinya atelektasis:

    - Pembiusan (anestesia)/pembedahan

    - Tirah baring jangka panjang tanpa perubahan posisi

    - Pernafasan dangkal5

    - Penyakit paru-paru.

    Manifestasi klinis atelektasi :

    - Berkurangnya breathing sound

    - demam- sulit bernapas (dyspneu)

    - Peningkatan denyut jantung (tachycardia)

    - peningkatan tekanan darah.

    - Peningkatan frequensi pernapasan (tachypneu).6

    2. Gambaran Radiologis

    Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan dari hasil pemeriksaan fisik. Foto

    thorax x-ray menunjukan adanya daerah bebas udara diparu-paru yang perlu dilakukanpemeriksaan lebih lanjut seperti CT Thorax untuk mengetahui penyebab sumbatan. 1,3

    Atelektasis dapat didiagnosa dengan adanya :

    Direct Sign :

    Vascular crowding

    Peningkatan densitas

    Pergeseran septum mendekati lesi

    Indirect Sign :

    Pergeseran hilusDiagfragma terangkat

    Narrowing of rib cag

    Gambar 2.2 Tampak perselubungan homogen pada seluruh hemitoraks dextra, pada gambar diatas

    adalah atelektasis subsegmental menunjukkan gambaran kolaps dari paru akibat kompresi

    tumor. (dikutip dari kepustakaan 3)

  • 7/30/2019 Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

    11/18

    Gambar 3.1. Atelectasis. (A) Postoperative. Characteristic bibasilar platelike atelectasis (arrows).(Dikutip Dari Kepustakaan 3)

    Gambar 3.2 (B) Lobar collapse. Perhatikan peningkatan densitas pada lobus kiri atas

    (Dikutip dari kepustakaan 3)

    Sindroma Lobus Medialis

    Sindroma lobus medialis merupakan atelektasis jangka panjang, dimana lobus media

    (tengah) dari paru-paru kanan mengkerut. Penyebabnya biasanya adalah penekanan

    bronkus oleh suatu tumor atau pembesaran kelenjar getah bening. Paru-paru yang

    tersumbat dan mengkerut, dapat berkembang menjadi pneumonia yang tidak dapat

    sembuh total dan peradangan kronis, jaringan parut dan bronkiektasis.8,9

    Atelektasis Percepatan

    Atlektasis percepatan biasanya terjadi pada pilot pesawat tempur. Penerbangan dengan

    kecepatan tinggi akan menutup saluran pernafasan yang kecil, menyebabkan alveoli

    (kantong udara kecil di paru-paru) menciut.8

  • 7/30/2019 Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

    12/18

    Mikroatelektasis Tersebar Atau Terlokalisasi

    Pada keadaan ini, sistem surfaktan paru terganggu. Surfaktan adalah zat yang melapisi

    alveoli dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan, sehingga mencegah pengkerutan.

    Bila bayi prematur kekurangan surfaktan, mereka akan mengalami sindroma

    gawat pernafasan.8

    Gambaran CT Thorax Atelektasis dapat dilihat sebagai berikut:

    Gambar 3.2 Gambaran Atelektasis Hasil CT Scan menunjukkan adanya kanker paru-paru, genangan cairandan paru yang mengkerut (atelektasis). Perhatikan anak panah berwarna merah.

    (Dikutip dari kepustakaan 18)

    Gambar 3.3 CT scan thorax memperlihatkan efusi bilateral. (Dikutip dari kepustakaan 18)

  • 7/30/2019 Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

    13/18

    Gambar 3.4 gambaran CT thorax menunjukkan adanya atelektasis (dikutip dari kepustakaan 18)

    VI. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

    1. Efusi Pleura

    Pada foto thorax yang mengalami efusi pleura dan atelektasis mempunyai beberapa

    perbedaan dan persamaan, yaitu pada gambaran radiologis efusi pleura masif dapat

    terjadi shift kearah yang berlawanan dari yang sakit sedangkan pada atelektasis

    tertarik ke bagian yang sakit.1,3,5,7

    Contoh gambaran radiologis pada efusi pleura :- Tampak perselubungan homogen

    setinggi ICS 4 pada hemitoraks sinistra,

    yang menutupi sinus, diagfragma, dan

    batas Sinistra jantung

    - Cor Sulit dinilai

    - Tulang-tulang intake

    Usul : Foto thorax Lateral Sinistra

    CT Thorax

    Gambar 4.1 Foto Efusi pleura dari cairan pleural yang bermanifestasi pada hemitoraks sinistra dan

    membentuk meniscus sign berupa sinus kostoprenicus yang tumpul pada foto thorax PA diatas

    (Dikutip dari kepustakaan 1)

  • 7/30/2019 Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

    14/18

    2. Tumor Paru

    Perbedaan mendasar antara atelektasis dan tumor pada gambaran radiologis tumor

    paru menyebabkan penekanan dan shifting ke arah pembesaran tumor dan dapat

    dilihat pada gambar radiologi dibawah ini:1,3,10

    - Tampak perselubungan homogen yang berbatas tegas pada daerah paru dextra

    - Cor : Bentuk dan ukuran dalam batas

    normal

    - Kedua sinus intake dan diagfragma

    baik

    - Tulang-tulang intak

    DD : Pneumonia / Atelektasis

    Usul : CT Thorax

    Gambar 4.2 Tampak bayangan radiopaque berbatas tegas

    pada bagian lobus tengah dextra paru. Tumor paru yang berasal dari jaringan paru

    (Dikutip dari kepustakaan 9)

    3. TB Lama aktif

    Gambaran Radiologi TB Lama aktif:

    - Tampak Bercak berawan pada lapangan paru dextra atas yang disertai cavitas, bintik-bintik kalsifikasi, garis fibrosis yang menyebabkan retraksi hilus ke atas

    - Cor : bentuk dan ukuran dalam batas

    normal

    - Kedua sinus dan diagfragma baik

    - Tulang-tulang intak

    Kesan : KP dupleks lama aktif1,3

    Gambar 4.3 pada gambar radiologi diatas tampak

    perselubungan homogen pada paru sinistra disertai dengan kavitas dan garis-garis fibrotik

    kesan kp dextra lama aktif

    (Dikutip dari kepustakaan 1)

  • 7/30/2019 Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

    15/18

    VII. PENATALAKSANAAN

    Terapi konservatif :

    Secara Umum, Tujuan pengobatan adalah untuk memperbaiki kualitas hidup, untuk

    memperlambat kemajuan proses penyakit, dan untuk mengatasi, obstruksi jalan napas

    untuk menghilangkan hipoksia.14

    Secara Khusus, Pendekatan terapeutik mencakup:

    a.Tindakan pengobatan untuk memperbaiki ventilasi dan menurunkan upaya bernapas

    b.Pencegahan dan pengobatan cepat terhadap infeksi

    c.Teknik terapi fisik untuk memelihara dan meningkatkan ventilasi pulmonari

    d.Pemeliharaan kondisi lingkungan yang sesuai untuk memudahkan pernapasan

    e.Dukungan psikologis

    f.Penyuluhan pasien dan rehabilitasi yang berkesinambungan

    g.Bronkodilator7,9,11,14

    Terapi simptomatik :

    - Bronkodilator

    berfungsi untuk mendilatasi jalan nafas karena sediaan ini melawan edema mukosa

    maupun spasme muskular dan membantu mengurangi obstruksi jalan nafas serta

    memperbaiki pertukaran gas.Medikasi ini mencakup antagonis -adrenergik

    (metoproterenol, isoproterenol) dan metilxantin (teofilin, aminofilin), yang menghasilkan

    dilatasi bronkial. Bronkodilator mungkin diresepkan per oral, subkutan, intravena, per

    rektal atau inhalasi. Medikasi inhalasi dapat diberikan melalui aerosol bertekanan,

    nebuliser.Bronkodilator mungkin menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan

    termasuk takikardia, disritmia jantung, dan perangsangan sisten saraf pusat. Metilxantin

    dapat juga menyebabkan gangguan gastrointestinal seperti mual dan muntah.9,11

    - Pengobatan Infeksi

    Pasien dengan emfisema rentan dengan infeksi paru dan harus diobati pada saat awal

    timbulnya tanda-tanda infeksi seperti sputum purulen, batuk meningkat dan demam.

    Organisme yang paling sering adalah S. pneumonia, H. influenzae, dan Branhamella

    catarrhalis. Terapi antimikroba dengan tetrasiklin, ampisilin, amoksisilin atau

    trimetoprim-sulfametoxazol (Bactrim) mungkin diresepkan.7,9,11

    - Oksigenasi

    Terapi oksigen dapat meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien dengan emfisema

  • 7/30/2019 Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

    16/18

    berat. Hipoksemia berat diatasi dengan konsentrasi oksigen rendah untuk meningkatkan

    tekanan oksigen hingga antara 65 dan 80 mmHg.7,9,11

    VIII. PROGNOSIS

    Kelangsungan Hidup

    Prognosis pasien atelektasis tergantung pada berat-ringannya serta luasnya penyakit

    waktu pasien beroba t pertama kali. Pemilihan pengobatan se cara tepat

    (konservatif atau pembedahan) dapat memperbaiki prognosis penyakit. Pada kasus-kasus

    yang berat dan tidak diobati, prognosisnya jelek, survivalnya tidak akan lebih dari 5-10

    tahun. Kematian pasien tersebut biasanya karena pneumonia, empiema, payah jantung,

    hemoptisis, dan lain-lain.12,13,15

    Kelainan Organ

    Kelainan organ pada atelektasis biasanya terjadi akibat shift dari organ mediastinum serta

    trakea ke arah yang sakit, kelainan yang biasa mengikutinya kausa dari Post TB Lama,

    Efusi pleura massive, serta tumor paru yang menjadi faktor pencetus dari atelektasis

    tersebut.13,15

    IX. KESIMPULAN

    Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat

    penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yangdangkal.1,2

    Penyebab dari atelektasis bisa bersifat obstruktif maupun non-obstruktif.

    Penyebab obstruktif bisa berasal dari dalam saluran pernapasan maupun luar saluran

    pernapasan. Sedangkan penyebab non-obstruktif adalah oleh adanya kompresi jaringan

    paru atau pengembangan alveoli yang tidak sempurna dan akhirnya mengalami kolaps.2

    Diagnosa atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan

    fisil. Secara radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tandapengempisan dari lobus.

    2,3

  • 7/30/2019 Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

    17/18

    X. DAFTAR PUSTAKA

    1. Rasad, S. Efusi Pleura, Atelektasis, dan Tumor Paru. Dalam Radiologi diagnostik

    Edisi Kedua. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.2010. Hal 108-16.

    2. Djojodibroto, D.Penyakit yang sering melibatkan paru-paru. Dalam Respiratory

    Medicine. Jakarta:Penerbit buku kedokteran EGC.2005. Hal 231-233

    3. Tsuei, J. Betty. Athelectasis. In Chest radiography.2008. Lexington:University of

    Kentucky. Page 1-5

    4. Price, Sylvia A. Gangguan Sistem pernapasan : Penyakit paru restriktif dalam

    Patofisologi dan konsep klinis penyakit Edisi 6 vol.2. Jakarta: EGC.2006. Hal 802-804

    5. Ali, J, et.al. Disease of pleura. In Pulmonary pathophysiologi. New York: McGraw

    Gill Lange.2008. Page 189-207

    6. Ahuja, Anil T. Pleural Effusion. In Case study in Medical Imaging.United

    Kingdom:University of Cambrigde. 2006. Page 35.

    7. Patel, Pradip R. Efusi Pada foto saluran pernapasan. Dalam Lecture Notes Radiologi

    Edisi kedua. Jakarta:Erlangga. 2007.Hal. 43,60-3.

    8. Maria M. Atelectasis. Free Medical and health journal.2011.

    http://liburanrame.blogspot.com/2010/02/atelektasis-atelectasis.html

    9. Anonymous, Blog Gambaran tumor dan kanker paru-paru.2012.

    http://rsudcurup.blogspot.com/2011/10/tumor-paru.html

    10.Sudoyo, Aru W. Pulmonologi : Tumor Paru. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam

    FKUI Edisi V Jilid III. Jakarta:Interna Publishing. Hal. 2254

    11.Gunawan, S. Saluran Napas:Bronkodilator. Dalam Farmakologi dan terapi FKUI

    Edisi V. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.2009.hal 92

    12.Maddapa, T.Journal of Atelectasis Clinical Presentation.2012..

    http://emedicine.medscape.com/article/296468-clinical#a0218

    13.Anonymous. Medical Surgical and emergency. 2012.

    http://webhome.broward.edu/~jlarson/EmergencyNursing/04MedSurg/02_Respiratory

    /25ClinicalManifestationsofAtelectasis.htm

    14.Maddapa T.Atelectasis differential diagnosis.2012

    http://emedicine.medscape.com/article/296468-differential

    15.Monsenifar, Z.Overview of atelectasis.2012.

    http://emedicine.medscape.com/article/296468-overview

    16.Adnan,Misbahuddin, Frans Liyadi S. Radiologi 3. Makassar ; Bagian Radiologi

    FKUH.1980. hal 6

    http://liburanrame.blogspot.com/2010/02/atelektasis-atelectasis.htmlhttp://liburanrame.blogspot.com/2010/02/atelektasis-atelectasis.htmlhttp://rsudcurup.blogspot.com/2011/10/tumor-paru.htmlhttp://rsudcurup.blogspot.com/2011/10/tumor-paru.htmlhttp://emedicine.medscape.com/article/296468-clinical#a0218http://emedicine.medscape.com/article/296468-clinical#a0218http://webhome.broward.edu/~jlarson/EmergencyNursing/04MedSurg/02_Respiratory/25ClinicalManifestationsofAtelectasis.htmhttp://webhome.broward.edu/~jlarson/EmergencyNursing/04MedSurg/02_Respiratory/25ClinicalManifestationsofAtelectasis.htmhttp://webhome.broward.edu/~jlarson/EmergencyNursing/04MedSurg/02_Respiratory/25ClinicalManifestationsofAtelectasis.htmhttp://emedicine.medscape.com/article/296468-differentialhttp://emedicine.medscape.com/article/296468-differentialhttp://emedicine.medscape.com/article/296468-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/296468-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/296468-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/296468-differentialhttp://webhome.broward.edu/~jlarson/EmergencyNursing/04MedSurg/02_Respiratory/25ClinicalManifestationsofAtelectasis.htmhttp://webhome.broward.edu/~jlarson/EmergencyNursing/04MedSurg/02_Respiratory/25ClinicalManifestationsofAtelectasis.htmhttp://emedicine.medscape.com/article/296468-clinical#a0218http://rsudcurup.blogspot.com/2011/10/tumor-paru.htmlhttp://liburanrame.blogspot.com/2010/02/atelektasis-atelectasis.html
  • 7/30/2019 Refarat Atelektasis Final Cess Selesai Mi + CT

    18/18

    17.Madappa Tarun. Atelectasis. Available from

    http://emedicine.medscape.com/article/296468-overview. Last update : August

    25,2009. Accesed on December 25,2011.

    18.D, Theodorou. International Journal of Surgery Case Reports. 2012. Page 74-77/

    http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2210261211001271

    http://emedicine.medscape.com/article/296468-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/296468-overviewhttp://www.sciencedirect.com/science/journal/22102612http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2210261211001271http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2210261211001271http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2210261211001271http://www.sciencedirect.com/science/journal/22102612http://emedicine.medscape.com/article/296468-overview