Ref. tonsilitis kronik.odt

download Ref. tonsilitis kronik.odt

If you can't read please download the document

Transcript of Ref. tonsilitis kronik.odt

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer yang disebabkan oleh infeksi (virus atau bakteri) dan inflamasi pada tonsil.Fungsi cincin waldeyer adalah sebagai benteng bagi saluran makanan maupun saluran napas terhadap serangan kuman-kuman yang ikut masuk bersama makanan/minuman dan udara pernapasan. Selain itu, anggota-anggota cincin waldeyer ini dapat menghasilkan antibodi dan limfosit.1Tonsilitis kronik merupakan kondisi dimana terjadi pembesaran tonsil yang disertai dengan serangan infeksi yang berulang-ulang. Tonsilitis juga menjadi salah satu penyakit yang paling umum ditemukan pada masa anak-anak. Angka kejadian tertinggi terutama pada anak-anak dalam kelompok usia antara 5-10 tahun dimana penyebab dari radang tersebut paling banyak diakibatkan dari infeksi bakteri.2Berdasarkan survey epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi (Indonesia) tahun 1994-1996, prevalensi tonsilitis kronis sebesar 3,8% tertinggi kedua setelah nasofaring akut (4,6%).Berdasarkan data medical record tahun 2010 di RSUP dr. M. Djamil padang bagian THT-KL sub bagian laring faring ditemukkan tonsilitis sebanyak 465 dari 1110 kunjungan di poliklinik sub bagian laring faring dan menjalani tonsilektomi sebanyak 163 kasus,sedangkan jumlah kunjungan baru penderita tonsilitis kronik di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Juni 2008-Mei 2009 sebanyak 63 orang.Dibandingkan dengan jumlah kunjungan baru pada periode yang sama, maka angka ini merupakan 4,7% dari seluruh jumlah kunjungan baru. Insiden tonsilitis kronis di RS. Dr. Kariadi Semarang 23,26%.1Sedangkan penelitian yang dilakukan di Malaysia pada Poli THT Rumah Sakit Sarawak selama 1 tahun dijumpai 8.118 pasien, dalam jumlah pen-derita penyakit tonsilitis kronis menempati urutan keempat yakni sebanyak 657 (81%) penderita.1

1.2 Tujuan dan Manfaat Studi KasusPrinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah menatalaksana masalah kesehatan dengan memandang pasien sebagai individu yang utuh terdiri dari unsur biopsikososial, serta penerapan prinsip pencegahan penyakit promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Proses pelayanan dokter keluarga dapat lebih berkualitas bila di dasarkan pada hasil penelitian ilmu kedokteran terkini (evidence based medicine)

1.2.1 Tujuan UmumTujuan dari penulisan laporan studi kasus ini adalah untuk mendapatkan pelayanan dokter keluarga secara paripurna (komprehensif) dan holistic, sesuai dengan standar kompetensi dokter Indonesia (SKDI), berbasis evidence base medicine (EBM) pada pasien dengan mengidentifikasi faktor resiko dan masalah klinis serta prinsip penatalaksanaan pasien tonsillitis berdasarkan kerangka penyelesaian masalah pasien (problem oriented)

1.2.2 Tujuan Khususuntuk mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan etika dalam pengendalian tonsillitis secara individual, masyarakat maupun pihak terkait

untuk melakukan pengendalian tonsillitis dan melakukan rujukan bagi kasus tonsillitis, sesuai dengan SKDI yang berlaku

untuk melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada level individu, keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian tonsillitis

untuk memanfaatkan sumber informasi terkini dan melakukan kajian ilmiah dari data di lapangan untuk melakukan pengendalian tonsillitis

untuk menggunakan landasan ilmu kedokteran klinis dan kesehatan masyarakat dalam melakukan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative dalam pengendalian tonsillitis

untuk dapat menggunakan dan menjelaskan epidemiologi, transmisi dan pathogenesis tonsillitis

untuk melakukan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang, serta menginterpretasikan hasilnya dalam mendiagnosis tonsillitis

untuk melakukan prosedur tatalaksana tonsillitis sesuai standar kompetensi dokter Indonesia

1.2.3 Manfaat Studi KasusBagi institusi pendidikan

Dapat dijadikan acuan (referensi) bagi studi kasus lebih lanjut sekaligus sebagai bahan atau sumber bacaan diperpustakaanBagi penderita (pasien)

Menambah wawasan akan tonsillitis yang meliputi proses penyakitnya dan pencegahan menyeluruh, sehingga dapat memberikan keyakinan untuk tetap berobat secara teraturBagi tenaga kesehatan

Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah daerah dan instansi kesehatan beserta paramedic yang terlibat di dalamnya mengenai pendekatan diagnosis holistik penderita tonsillitisBagi pembelajar studi kasus ( Mahasiswa)

Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai evidence based dan pendekatan diagnosis holistik tonsillitis serta dalam hal penulisan studi kasus

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan krypte didalamnya.Tonsila palatina terdiri atas 2 buah. Setiap tonsil berbentuk massa bulat seperti telur dari jaringan limfoid yang terletak di dinding lateral oropharynx yaitu diantara pilar anterior dan posterior.3,4Berdasarkan lokasinya, tonsil dibagi menjadi :Tonsila lingualis, terletak pada radix linguae.

Tonsila palatina (tonsil), terletak pada isthmus faucium antara arcus glossopalatinus dsan arcus glossopharingicus.

Tonsila pharingica (adenoid), terletak pada dinding dorsal dari nasofaring.

Tonsila tubaria, terletak pada bagian lateral nasofaring di sekitar ostium

tuba auditiva.Plaques dari Peyer (tonsil perut), terletak pada ileum.4

Jaringan limfoid yang tersebar di seluruh pharynx pada lapisan subepitel yang kemudian berkumpul membentuk suatu massa secara kolektif disebut cincin Waldeyer. Adapun jaringan limfoid yang dimaksud adalah :4Tonsila nasopharynx atau adenoid

Tonsila palatina

Tonsila lingualis

Tonsila tubaria dalam fosa Rosenmuller

Lateral pharyngeal band

Nodul-nodul pada dinding posterior pharyngeal4

Jaringan limfoid pada Cincin Waldeyer berperan penting pada awal kehidupan, yaitu sebagai daya pertahanan lokal yang setiap saat berhubungan dengan agen dari luar (makan, minum, bernafas), dan sebagai surveilen imun. Fungsi ini didukung secara anatomis dimana di daerah faring terjadi tikungan jalannya material yang melewatinya disamping itu bentuknya tidak datar, sehingga terjadi turbulensi khususnya udara pernafasan. Dengan demikian kesempatan kontak berbagai agen yang ikut dalam proses fisiologis tersebut pada permukaan penyusun cincin Waldeyer itu semakin besar.4Tonsila palatina merupakan suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fossa tonsil pada sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Didalam kryptus biasanyaa ditemukan leukosit,limfosit,epitel yang terlepas,bakteri dan sisa makanan. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fossa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fossa supratonsil.4Adapun struktur yang terdapat disekitar tonsila palatina adalah : Anterior : arcus palatoglossus

Posterior : arcus palatopharyngeus

Superior : palatum mole

Inferior : 1/3 posterior lidah

Medial : ruang orofaring

Lateral : terdapat kapsul fibrousyang dipisahkan dari m.constrictor pharyngis superior olehjaringan areolar longgar. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot pharynx sehingga mudah dilakukan diseksi pada tonsilektomi.2,3

VaskularisasiTonsila diperdarahi oleh 5 arteri yaitu :Cabang tonsil dari arteri facialis yang merupakan arteri utama.

Arteri pharyngeal ascendens dari arteri carotis externa

Cabang ascendens tonsila palatina dari arteri facialis

Cabang lingualis bagian dorsal dari arteri lingual

Cabang descendens tonsila palatina berasal dari arteri maxillaris4

Vena dari aliran tonsil masuk ke vena paratonsila yang akan bergabung menjadi vena facialis dan plexus vena pharyngeal.4

InnervasiCabang tonsila palatina dari ganglion sphenopalatine (CN V) dan nervus glossopharyngeal yaang berfungsi sebagai sensorik.4

LimfatikAliran limfe pembuluh-pembuluh limfe tonsil bergabung dengan nodi lymphoidei profundi. Nodus yang terpenting dari kelompok ini adalah nodus jugulodigastricus, yang terletak di bawah dan belakang angulus mandibulae.42.2 FISIOLOGISeperti organ limfoid lainnya pada cincin Waldeyer, tonsila palatina berfungsi sebagai proteksi dan menangkap bahan asing dari udara maupun dari bahan makanan. Krypte tonsil akan melebar jika terdapat kontak area terhadap benda asing. Tonsil tampak lebih besar pada anak-anak dan mengecil saat pubertas.Tonsil dapat diangkat jika terdapat indikasi terhadap penyakit tonsil.4Selain itu tonsil membentuk zat zat antibodi yang terbentuk di dalam sel plasma saat reaksi seluler.Infeksi bakterial kronik pada tonsil akan menyebabkan terjadinya antibodi lokal, perubahan ratio sel B dan sel T.5

2.3 ETIOLOGITonsilitis bisa disebabkan oleh beberapa jenis bakteri dan virus.Antara tonslitis akut dan tonsilitis kronik memiliki perbedaan penyebabnya yaitu tonsilitis akut lebih sering disebabkan oleh kuman grup A streptococus -hemolyticus, pneumococcus, streptococcuc viridans dan streptococcuc pyrogenes, sedangkan tonsilitis kronik kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif.Infiltrasi bakteri pada lapisanepitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus ini merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas. Secara klinis detritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak kekuningan.Tonsilitis kronis pada anak dapat disebabkan karena anak sering menderita ISPA atau tonsilitis akut yang tidak diterapi adekuat.1

2.4 PATOGENESISTonsilits berawal dari penularan yang terjadi melalui droplet dimana kuman menginfiltrasi lapisan epitel. Adanya infeksi berulang pada tonsil menyebabkan pada suatu waktu tonsil tidak dapat membunuh semua kuman sehingga kuman kemudian bersarang di tonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi (fokal infeksi) dan suatu saat kuman dan toksin dapat menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada saat keadaan umum tubuh menurun.Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga krypte melebar.3,5Secara klinik krypte ini tampak diisi oleh detritus(akumulasi epitel yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi krypte berupa eksudat yang berwarna kekuning-kuningan).Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa jugulodigastricus.3

2.5 TANDA DAN GEJALA KLINIS Tonsilitis kronis dapat terjadi akibat infeksi yang berulang dari sakit tenggorokan atau tonsillitis akut.4

Iritasi kronik dari tenggorokan dan batuk4

Pembesaran tonsil dapatmengakibatkan terjadinya obstruksi sehingga timbulgangguan menelan, obstruksi sleep apnue dan gangguansuara4

Rasa tidak enak atau mengganjal di tenggoroka, nafas berbau busuk (halitosis) dan lesu.6

Derajat tonsillitis: 7

Grade tonsilitis

Tonsilitis grade 1Tonsilitis grade 2

Tonsilitis grade 3Tonsilitis grade 4

DerajatInterpretasiTOTonsil sudah diangkatT1Tonsil masih dalam fossa tonsilarisT2Tonsil melewati arkus posterior hinggamencapai linea paramedian.T3Tonsil melewati linea paramediana hingga mencapai linea mediana (pertengahan uvula)T4Tonsil melewati lineamedia(uvula)7

Gambaran klinis tonsilitis bervariasi, dan diagnosis sebagian besar tergantung pada inspeksi. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata. Umumnya, terdapat dua gambaran secara menyeluruh berbeda yang tampaknya cocok dimasukkan ketegori tonsilitis kronis. Satu jenis tonsila membesar, dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut. Sebagian kripta tampak mengalami stenosis, tapi eksudat yang sering kali purulen, dapat diperhatikan dari kripta-kripta tersebut dan pada beberapa kasus kripta membesar,suatu bahan seperti keju atau seperti dempul amat banyak dapat diperlihatkan dari kripta. Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari tonsil yang kecil, biasanya membuat lekukan dan seringkali dianggap sebagi kuburan di mana tepinya adalah hiperemis, dan sejumlah kecil sekret purulen yang tipis, seringkali dapat diperlihatkan dari kripta.8

2.6 PENGOBATANPengobatan tonsilitis meliputi medikamentosa danpembedahan. Terapi medikamentosa ditujukan untukmengatasi infeksi yang terjadi baik pada tonsilitis akutmaupun tonsilitis kronik. Antibiotik jenis penisilin merupakanantibiotik pilihan utama pada kasus tonsillitis akut. Pada kasus tonsilitis kronis dan obstruksi hiperplasia tonsilar, antibiotik yang stabil terhadap bakteri penghasilenzim laktamase perlu yang perlu diberikan seperti amoksisilin clavulanat atau clindamicin selama 3-6 minggu.9Terapi lokal untuk hygiene mulut serta diet diperlukan.4Tindakan pembedahan tonsilektomi untuk:Indikasi Absolut

Hal yang paling umum, infeksi berulang dari sakit tenggorokan

Tujuh atau lebih episode dalam satu tahun, atau

Lima episode pertahun selama 2 tahun, atau

Tiga episode pertahun selama 3 tahun, atau

Dua minggu atau lebih tidak dapat bekerja ataupun sekolah dalam satu tahun.4

Abses peritonsilar pada anak-anak, dilakukan tonsilektomi jika 4-6 minggu setelah abses diobati. Pada orang dewasa apabila serangan kedua abses peritonsilar.4

Tonsilitis menyebabkan kejang demam4

Hipertropi tonsil menyebabkan:

Obstruksi jalan napas (sleep apnoea)

Kesusahan dalam menelan

Kelainan dalam bersuara4

Dilakukan biopsi eksisi apabila dicurigai keganasan. Salah satu pembesaran tonsil mungkin limfoma pada anak dan karsinoma epidermoid pada remaja.4

Indikasi Relatif :Carrier difteri, yang tidak berespon dengan antibiotic

Carrier streptococcus, yang mungkin menjadi sumber infeksi kepada orang lain.

Tonsilitis kronis yang tidak berespon terhadap pengobatan, rasa tidak enak pada tenggorokan dan napas berbaau (halitosis)

Tonsilitis berulang yang diakibatkan streptococcus pada penyakit jantung katup.4

Kontraindikasi:Hemoglobin kurang dari 10 g %

Adanya infeksi pada saluran pernapasan atas, tonsillitis akut, dan perdarahan.

Anak dibawah usia 3 tahun

Adanya penyakit gangguan perdarahan seperti pupura, leukemia, hemophilia, dan anemia aplastik.4

2.7 KOMPLIKASI Tonsillitisdapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa:Otitis media akut

Infeksis dapat menyebarke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustachi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada rupture spontan gendang telinga.4Abses Peritonsillar

Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil dan penjalaran dari infeksi gigi.4Abses Parapharyngeal

Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah bening atau pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os petrosus.4Tonsilloliths

Tonsilloliths ( kalkulus tonsil ) . Hal ini terlihat pada tonsilitis kronis ketika crypt yang diblok dengan debris. Garam anorganik kalsium dan magnesium yangkemudian disimpan mengarah ke pembentukan batu mungkinsecara bertahap membesar dan kemudian akan menyebabkan ulcus pada tonsil.4Kista Tonsillar .

Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa dan ini menimbulkan krista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih dan berupa cekungan, biasanya kecil dan multiple.4

2.7 PROGNOSISTonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristrahat dan pengobatan suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat penderita Tonsilitis lebih nyaman. Bila antibiotika diberikan untuk mengatasi infeksi, antibiotika tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi penatalaksanaan yang lengkap, bahkan bila penderita telah mengalami perbaikan dalam waktu yang singkat. Gejala-gejala yang tetap ada dapat menjadi indikasi bahwa penderita mengalami infeksi saluran nafas lainnya, infeksi yang sering terjadi yaitu infeksi pada telinga dan sinus. Pada kasus-kasus yang jarang, Tonsilitis dapat menjadi sumber dari infeksi serius seperti demam rematik atau pneumonia.4

BAB IIILAPORAN KASUS

3.1 Identitas pasienNama : An. J

Umur : 7 tahun 5 bulan

Jenis Kelamin: Laki-laki

Suku: Makassar

Agama: Islam

Pekerjaan: -

Alamat : Jl. Daeng Tata 3

3.2 AnamnesisKeluhan utamaDemamRiwayat Penyakit SekarangPasien datang ke Puskesmas Tamalate dibawa oleh ibunya dengan keluhan utama demam sejak 1 hari yang lalu. Demam dialami terus menerus, tidak ada kejang, batuk ada, beringus ada, lendir ada, disertai nyeri saat menelan, sesak tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada, nyeri perut tidak ada, perdarahan gusi tidak ada, mimisan tidak ada. Buang air kecil lancar dan kuning. Buang air besar kesan biasa , kuning dan tidak ada riwayat buang air besar hitamRiwayat Penyakit SebelumnyaRiwayat sakit yang serupa : pernah

Riwayat kejang demam: disangkal

Riwayat difteri: disangkal

Riwayat tetanus: disangkal

Riwayat pertusis: disangkal

Riwayat Asma bronchial: disangkal

Riwayat diare: pernah

Riwayat alergi: disangkal

Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat keluarga dengan penyakit serupa: disangkal

Riwayat tuberculosis: disangkal

Riwayat asma bronchial: disangkal

3.3 Pemeriksaan FisisVital sign

Kesadaran: Compos MentisGCS: 15Tek. Darah: 120/70 mmHgFrek. Nadi:90x/menitFrek Pernapasan: 20 x/menitSuhu: 38,1 CBB: 20 kgTinggi Badan: 120 cmStatus Generalis :

Kepala: Normocephal

Mata: Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (- /-), Pupil bulat, isokor

THT (tonsil): hiperemis T2-T2

Leher : Pembesaran KGB dan tiroid (-)

Paru-paru

Inspeksi: pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri Palpasi: fremitus taktil dan vokal simetris kanan dan kiriPerkusi: sonor seluruh lapang paruAuskultasi: vesikuler kanan dan kiri, rhonki halus (-/-),wheezing (-/-)Jantung

Inspeksi: iktus kordis tidak terlihatPalpasi:iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistraPerkusi: batas jantung kanan ICS IV linea sternalisdextrabatasjantung kiri ICS V linemidklavikula sinistraAuskultasi: bunyi jantung I dan II normal, murmur(-)Abdomen

Inspeksi:simetris, datar, kelainan kulit (-), pelebaran vena (-)Auskultasi: bising usus normalPalpasi:nyeri lepas (-), nyeri ketuk (-),hepatomegali(-),spleenomegali (-) Perkusi: timpani di semua lapang abdomen, nyeri ketuk (-)

Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema

3.4Latar belakang social Ekonomi Demografi Lingkungan keluargaRiwayat sosial dan eksposure

- Komunitas Pasien dalam kesehariannya tinggal bersama kakak dan kedua orang tuanya. Rumah pasien berada di perkotaan dan merupakan lokasi yang padat penduduk. Jarak antara rumah satu dengan yang lainnya berdekatan. Bagian depan rumah pasien merupakan gang kecil yang hanya bisa dilalui oleh motor.- RumahPasien tinggal di sebuah rumah permanen dengan jumlah penghuni 5 orang. Terdiri dari : bapak, ibu, dan 2 orang saudara kandung. Dinding rumah terbuat dari tembok, lantai terbuat dari keramik. Terdapat jendela, namun pencahayaan masih kurang. Walaupun siang hari lampu rumah harus di nyalakan untuk mendapatkan penerangan yang cukup. Dalam rumah terdapat 4 ruangan yaitu ruang tamu sekaligus ruang keluarga, kamar tidur, dapur dan 1 WC. Sumber air bersih yang digunakan pasien untuk kebutuhan sehari-hari berasal dari sumur yang terhubung mesin pompa. - Kebiasaan personalPasien memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur, Pasien bermain dengan anak umur sebayanya di halaman maupun di dalam rumah.- MakananPasien lebih senang jajan di warung. Biasanya pasien membeli minuman dingin dengan bahan pewarna yang cerah, permen, dan makanan ringan dengan bumbu MSG yang banyak. - ObatPasien tidak memiliki alergi obat dan belum mengkonsumsi obat sejak demam 1 hari yang lalu. Riwayat psikologi

Pasien mendapat kasih sayang dan perhatian yang besar dari kedua orangtuanya. Orang tua pasien selalu merawat dan menjaga pasien ketika pasien sakit.Riwayat ekonomi

Pasien dirawat oleh keluarga dengan status ekonomi menengah ke bawah. Bapaknya bekerja sebagai supir dan ibunya adalah ibu rumah tangga.Riwayat demografi

Hubungan pasien dengan keluarganya harmonis. Hal ini dapat dilihat dari keluarga pasien yang menemani pasien saat di puskesmas dan di rumahnya.Riwayat sosial

Penyakit yang di derita pasien membuat pasien terlihat lemah dan lesu padahal pasien merupakan anak yang aktif bergerak.

3.5 Diagnosa HolistikAspek personal

An. J, usia 7 tahun hidup dalam satu keluarga yang terdiri dari pasien, kedua orang tuanya dan ketiga saudaranya. Sehingga bentuk keluarga nuclear family, an.J menderita tonsillitis.idea: orangtua pasien berpikir bahwa dengan berobat penyakit yang diderita anaknya bisa sembuh total

concern : orangtua pasien merasa anaknya tidak bisa beraktivitas seperti biasa

ekspektasi: orangtua pasien mempunyai harapan penyakit anaknya dapat segera sembuh dan bisa bermain seperti biasa

anxiety : orangtua khawatir jika penyakit anaknya menjadi lebih parah

Aspek klinis

Diagnosis kerja : TonsilitisDiagnosis banding: Difteri, demam dengueAspek faktor intrinsik

Perilaku pasien juga mendukung penyebaran kuman dengan kebiasaan makan yang tidak teratur dan kurang, serta jajan di warung yang banyak bahan pewarna dan pengawet.Aspek faktor ekstrinsik

Lingkungan sekitar rumah pasien dengan kepadatan penduduk yang cukup padat.

Ventilasi yang kurang dan jendela rumah yang kurang sehingga pencahayaan dan pertukaran udara menjadi kurang

Seringnya pasien jajan makanan ringan dan minuman yang memiliki bahan pewarna dan bahan pengawet yang tinggi.

3.6 Penatalaksanaan KomprehensifPersonal care

Initial planning : usulan pemeriksaan darah lengkap

Non medika mentosa

- istirahat (bedrest)- pengaturan pola makan dan jenis asupan makan Medika mentosa

- Amoksisilin tab 250 mg 3x1tab- Paracetamol tab 250 mg 3x1tabKonseling, informasi dan edukasi

- edukasi untuk minum obat secara teratur dan penggunaan antibiotik sesuai yang dianjurkan walaupun gejala sudah membaik- penjelasan kepada keluarga pasien tentang tonsillitis dan edukasi- edukasi tanda-tanda kegawatan dan kapan di bawa ke rumah sakitedukasi pola makan dan jajanan sehat untuk anak

Monitoring

Pasien rutin memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan terutama jika tidak ada perbaikan gejala klinisFamily focus

Memberikan pengetahuan kepada keluarga pasien pentingnya penerapan PHBS

Meningkatkan imunitas keluarga dengan makan makanan bergizi

Memberikan dukungan psikologis dari keluarga

Community focus

Pasien mendapatkan dukungan psikologis dari dokter dan tenaga medis lainnya

Menjaga kebersihan lingkungan sekitar oleh seluruh warga sekitar

3.7 PrognosisAd vitam : ad bonamAd fungsionam: ad bonamAd sanationam: ad bonam

3.8 EdukasiOrang tua harus menjaga daya tahan tubuh anak dengan pola makan yang baik. Dianjurkan untuk mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.

Memperhatikan jajanan anak, untuk tidak membeli jajanan yang banyak mengandung MSG dan pewarna buatan.

Meminum obat secara teratur, pemberian antibiotik harus dihabiskan walaupun gejala sudah membaik.

BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanDiagnosa HolistikAn. J, usia 7 tahun hidup dalam satu keluarga yang terdiri dari pasien, kedua orang tuanya dan ketiga saudaranya. Sehingga bentuk keluarga nuclear family, an.J menderita tonsillitis.idea: orangtua pasien berpikir bahwa dengan berobat penyakit yang diderita anaknya dapat sembuh.

concern : orangtua pasien merasa anaknya tidak bisa beraktivitas seperti biasa

ekspektasi: orangtua pasien mempunyai harapan penyakit anaknya dapat segera sembuh dan bisa bermain seperti biasa

anxiety : orangtua khawatir jika penyakit anaknya lebih parah

Aspek klinisDiagnosis kerja : TonsilitisDiagnosis banding: Difteri, demam dengue

Aspek faktor intrinsicPerilaku pasien juga mendukung penyebaran kuman dengan kebiasaan makan yang tidak teratur dan kurang, serta jajan di warung yang banyak bahan pewarna dan pengawet.

Aspek faktor ekstrinsikLingkungan sekitar rumah pasien dengan kepadatan penduduk yang cukup padat.

Ventilasi yang kurang dan jendela rumah yang kurang sehingga pencahayaan dan pertukaran udara menjadi kurang

Seringnya pasien jajan makanan ringan dan minuman yang memiliki bahan pewarna dan bahan pengawet yang tinggi.

4.2 SaranPersonal careInitial planning : usulan pemeriksaan darah lengkap

Non medika mentosa

- istirahat (bedrest)- pengaturan pola makan dan jenis asupan makan Medika mentosa

- Amoksisilin tab 250 mg 3x1 tab- Paracetamol tab 250 mg 3x1tabKonseling, informasi dan edukasi

- edukasi untuk minum obat secara teratur dan penggunaan antibiotik sesuai yang dianjurkan walaupun gejala sudah membaik- penjelasan kepada keluarga pasien tentang tonsillitis dan edukasi- edukasi tanda-tanda kegawatan dan kapan di bawa ke rumah sakit- edukasi pola makan dan jajanan sehat untuk anakMonitoring

Pasien rutin memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan terutama tidak ada perbaikan gejala klinisFamily focusMemberikan pengetahuan kepada keluarga pasien pentingnya penerapan PHBS

Meningkatkan imunitas keluarga dengan makan makanan bergizi

Memberikan dukungan psikologis dari keluarga Community focus

Pasien mendapatkan dukungan psikologis dari dokter dan tenaga medis lainnya

Menjaga kebersihan lingkungan sekitar oleh seluruh warga sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

Rinny dkk.Identifikasi Bakteri dan Uji Kepekaan Antibiotik pada Penderita Tonsilitis.Jurnal e-Biomedik volume 1 No.2.2013

Kunsantri dr.Tonsilitis Kronis. Komunitas Ukhuwah DokterOnline.dr.Kuro:Jakarta:2015

https://kunsantori.wordpress.com/kedokteran/tht/infeksi/tonsilitis-kronis/ 2015/05/25Rusmar Jono, dkk. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid. Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher ed 6. Jakarta: Balai Penerbit FK UI hal : 223-224. 2010

Dhingra PL, Diseases of Ear, Nose, and Throat. Acute And Chronic Tonsillitis. 4th edition. Elsevier. New Delhi, p: 222-390. 2014

Sandurezu.Tonsilitis Kronis.Sanderezu dsyandrez (cited 20 Mei 2015) https://sandurezu.wordpress.com/2014/07/19/tonsilitis-kronik

Jamaes B. Snow Jr,MD. Ballengers manual of otorhinolaryology head and neck surgery. Disease of the oral cavity, oropharynx, and nasopharynx Hamilton London, p: 369. 2002.

The Leading Online Gallery of Otolaryngology and Head & Neck Surgery Specialty https://drrahmatorlummc2010.wordpress.com//kedokteran/tht/tonsilitis-kronis/2015/05/25

Adams, George L. Boies: Buku Ajar Penyakit THT (Boeis fundamentals of otolaryngology). Edisi ke-6. Jakarta: EGC, hal; 263-340.2014.

Bailey J. Byron. Head and Neck Surgery. Tonsillitis, tonsillectomy, and adenoidectomy. Volume One. Philadelphia, p: 1194. 2006