Ref. tonsilitis kronik.docx
-
Upload
nur-farmawati-humayrah-hassani -
Category
Documents
-
view
83 -
download
1
Transcript of Ref. tonsilitis kronik.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin waldeyer yang disebabkan oleh infeksi (virus atau bakteri) dan inflamasi
pada tonsil.Fungsi cincin waldeyer adalah sebagai benteng bagi saluran makanan
maupun saluran napas terhadap serangan kuman-kuman yang ikut masuk
bersama makanan/minuman dan udara pernapasan. Selain itu, anggota-anggota
cincin waldeyer ini dapat menghasilkan antibodi dan limfosit.1
Tonsilitis kronik merupakan kondisi dimana terjadi pembesaran tonsil
yang disertai dengan serangan infeksi yang berulang-ulang. Tonsilitis juga
menjadi salah satu penyakit yang paling umum ditemukan pada masa anak-anak.
Angka kejadian tertinggi terutama pada anak-anak dalam kelompok usia antara 5-
10 tahun dimana penyebab dari radang tersebut paling banyak diakibatkan dari
infeksi bakteri.2
Berdasarkan survey epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi (Indonesia)
tahun 1994-1996, prevalensi tonsilitis kronis sebesar 3,8% tertinggi kedua setelah
nasofaring akut (4,6%).Berdasarkan data medical record tahun 2010 di RSUP dr.
M. Djamil padang bagian THT-KL sub bagian laring faring ditemukkan tonsilitis
sebanyak 465 dari 1110 kunjungan di poliklinik sub bagian laring faring dan
menjalani tonsilektomi sebanyak 163 kasus,sedangkan jumlah kunjungan baru
penderita tonsilitis kronik di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Juni
2008-Mei 2009 sebanyak 63 orang.Dibandingkan dengan jumlah kunjungan baru
pada periode yang sama, maka angka ini merupakan 4,7% dari seluruh jumlah
kunjungan baru. Insiden tonsilitis kronis di RS. Dr. Kariadi Semarang 23,26%.1
Sedangkan penelitian yang dilakukan di Malaysia pada Poli THT Rumah
Sakit Sarawak selama 1 tahun dijumpai 8.118 pasien, dalam jumlah pen-derita
penyakit tonsilitis kronis menempati urutan keempat yakni sebanyak 657 (81%)
penderita.1
1
1.2 Tujuan dan Manfaat Studi Kasus
Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah menatalaksana
masalah kesehatan dengan memandang pasien sebagai individu yang utuh terdiri
dari unsur biopsikososial, serta penerapan prinsip pencegahan penyakit promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative. Proses pelayanan dokter keluarga dapat lebih
berkualitas bila di dasarkan pada hasil penelitian ilmu kedokteran terkini
(evidence based medicine)
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan laporan studi kasus ini adalah untuk mendapatkan
pelayanan dokter keluarga secara paripurna (komprehensif) dan holistic, sesuai
dengan standar kompetensi dokter Indonesia (SKDI), berbasis evidence base
medicine (EBM) pada pasien dengan mengidentifikasi faktor resiko dan masalah
klinis serta prinsip penatalaksanaan pasien tonsillitis berdasarkan kerangka
penyelesaian masalah pasien (problem oriented)
1.2.2 Tujuan Khusus
a. untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan etika dalam
pengendalian tonsillitis secara individual, masyarakat maupun pihak
terkait
b. untuk melakukan pengendalian tonsillitis dan melakukan rujukan bagi
kasus tonsillitis, sesuai dengan SKDI yang berlaku
c. untuk melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada
level individu, keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam
pengendalian tonsillitis
d. untuk memanfaatkan sumber informasi terkini dan melakukan kajian
ilmiah dari data di lapangan untuk melakukan pengendalian tonsillitis
e. untuk menggunakan landasan ilmu kedokteran klinis dan kesehatan
masyarakat dalam melakukan upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitative dalam pengendalian tonsillitis
2
f. untuk dapat menggunakan dan menjelaskan epidemiologi, transmisi dan
pathogenesis tonsillitis
g. untuk melakukan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan
penunjang, serta menginterpretasikan hasilnya dalam mendiagnosis
tonsillitis
h. untuk melakukan prosedur tatalaksana tonsillitis sesuai standar
kompetensi dokter Indonesia
1.2.3 Manfaat Studi Kasus
a. Bagi institusi pendidikan
Dapat dijadikan acuan (referensi) bagi studi kasus lebih lanjut sekaligus
sebagai bahan atau sumber bacaan diperpustakaan
b. Bagi penderita (pasien)
Menambah wawasan akan tonsillitis yang meliputi proses penyakitnya
dan pencegahan menyeluruh, sehingga dapat memberikan keyakinan
untuk tetap berobat secara teratur
c. Bagi tenaga kesehatan
Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah
daerah dan instansi kesehatan beserta paramedic yang terlibat di
dalamnya mengenai pendekatan diagnosis holistik penderita tonsillitis
d. Bagi pembelajar studi kasus ( Mahasiswa)
Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka
memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai evidence based dan
pendekatan diagnosis holistik tonsillitis serta dalam hal penulisan studi
kasus
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan ikat dengan krypte didalamnya.Tonsila palatina terdiri atas 2 buah. Setiap
tonsil berbentuk massa bulat seperti telur dari jaringan limfoid yang terletak di
dinding lateral oropharynx yaitu diantara pilar anterior dan posterior.3,4
Berdasarkan lokasinya, tonsil dibagi menjadi :
1. Tonsila lingualis, terletak pada radix linguae.
2. Tonsila palatina (tonsil), terletak pada isthmus faucium antara arcus
glossopalatinus dsan arcus glossopharingicus.
3. Tonsila pharingica (adenoid), terletak pada dinding dorsal dari nasofaring.
4. Tonsila tubaria, terletak pada bagian lateral nasofaring di sekitar ostium
tuba auditiva.
5. Plaques dari Peyer (tonsil perut), terletak pada ileum.4
Jaringan limfoid yang tersebar di seluruh pharynx pada lapisan subepitel
yang kemudian berkumpul membentuk suatu massa secara kolektif disebut cincin
Waldeyer. Adapun jaringan limfoid yang dimaksud adalah :4
1) Tonsila nasopharynx atau adenoid
2) Tonsila palatina
3) Tonsila lingualis
4
4) Tonsila tubaria dalam fosa Rosenmuller
5) Lateral pharyngeal band
6) Nodul-nodul pada dinding posterior pharyngeal4
Jaringan limfoid pada Cincin Waldeyer berperan penting pada awal
kehidupan, yaitu sebagai daya pertahanan lokal yang setiap saat berhubungan
dengan agen dari luar (makan, minum, bernafas), dan sebagai surveilen imun.
Fungsi ini didukung secara anatomis dimana di daerah faring terjadi tikungan
jalannya material yang melewatinya disamping itu bentuknya tidak datar,
sehingga terjadi turbulensi khususnya udara pernafasan. Dengan demikian
kesempatan kontak berbagai agen yang ikut dalam proses fisiologis tersebut pada
permukaan penyusun cincin Waldeyer itu semakin besar.4
Tonsila palatina merupakan suatu massa jaringan limfoid yang terletak di
dalam fossa tonsil pada sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval
dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang
meluas ke dalam jaringan tonsil. Didalam kryptus biasanyaa ditemukan
leukosit,limfosit,epitel yang terlepas,bakteri dan sisa makanan. Tonsil tidak selalu
mengisi seluruh fossa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai
fossa supratonsil.4
Adapun struktur yang terdapat disekitar tonsila palatina adalah :
1. Anterior : arcus palatoglossus
2. Posterior : arcus palatopharyngeus
3. Superior : palatum mole
5
4. Inferior : 1/3 posterior lidah
5. Medial : ruang orofaring
6. Lateral : terdapat kapsul fibrousyang dipisahkan dari m.constrictor pharyngis
superior olehjaringan areolar longgar. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot
pharynx sehingga mudah dilakukan diseksi pada tonsilektomi.2,3
Vaskularisasi
Tonsila diperdarahi oleh 5 arteri yaitu :
1) Cabang tonsil dari arteri facialis yang merupakan arteri utama.
2) Arteri pharyngeal ascendens dari arteri carotis externa
3) Cabang ascendens tonsila palatina dari arteri facialis
4) Cabang lingualis bagian dorsal dari arteri lingual
5) Cabang descendens tonsila palatina berasal dari arteri maxillaris4
Vena dari aliran tonsil masuk ke vena paratonsila yang akan bergabung
menjadi vena facialis dan plexus vena pharyngeal.4
Innervasi
Cabang tonsila palatina dari ganglion sphenopalatine (CN V) dan
nervus glossopharyngeal yaang berfungsi sebagai sensorik.4
6
Limfatik
Aliran limfe pembuluh-pembuluh limfe tonsil bergabung dengan
nodi lymphoidei profundi. Nodus yang terpenting dari kelompok ini
adalah nodus jugulodigastricus, yang terletak di bawah dan belakang
angulus mandibulae.4
2.2 FISIOLOGI
Seperti organ limfoid lainnya pada cincin Waldeyer, tonsila
palatina berfungsi sebagai proteksi dan menangkap bahan asing dari udara
maupun dari bahan makanan. Krypte tonsil akan melebar jika terdapat kontak area
terhadap benda asing. Tonsil tampak lebih besar pada anak-anak dan mengecil
saat pubertas.Tonsil dapat diangkat jika terdapat indikasi terhadap penyakit
tonsil.4
Selain itu tonsil membentuk zat – zat antibodi yang terbentuk di dalam sel
plasma saat reaksi seluler.Infeksi bakterial kronik pada tonsil akan menyebabkan
terjadinya antibodi lokal, perubahan ratio sel B dan sel T.5
2.3 ETIOLOGI
Tonsilitis bisa disebabkan oleh beberapa jenis bakteri dan virus.Antara
tonslitis akut dan tonsilitis kronik memiliki perbedaan penyebabnya yaitu
tonsilitis akut lebih sering disebabkan oleh kuman grup A streptococus β-
hemolyticus, pneumococcus, streptococcuc viridans dan streptococcuc pyrogenes,
sedangkan tonsilitis kronik kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi
kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif.Infiltrasi
bakteri pada lapisanepitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa
keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus ini
merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas. Secara
klinis detritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak
kekuningan.Tonsilitis kronis pada anak dapat disebabkan karena anak sering
menderita ISPA atau tonsilitis akut yang tidak diterapi adekuat.1
7
2.4 PATOGENESIS
Tonsilits berawal dari penularan yang terjadi melalui droplet dimana
kuman menginfiltrasi lapisan epitel. Adanya infeksi berulang pada tonsil
menyebabkan pada suatu waktu tonsil tidak dapat membunuh semua kuman
sehingga kuman kemudian bersarang di tonsil. Pada keadaan inilah fungsi
pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi (fokal infeksi) dan
suatu saat kuman dan toksin dapat menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada saat
keadaan umum tubuh menurun.Karena proses radang berulang yang timbul maka
selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses
penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami
pengerutan sehingga krypte melebar.3,5
Secara klinik krypte ini tampak diisi oleh detritus(akumulasi epitel yang
mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi krypte berupa eksudat
yang berwarna kekuning-kuningan).Proses berjalan terus sehingga menembus
kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fosa
tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa
jugulodigastricus.3
2.5 TANDA DAN GEJALA KLINIS
1. Tonsilitis kronis dapat terjadi akibat infeksi yang berulang dari sakit
tenggorokan atau tonsillitis akut.4
2. Iritasi kronik dari tenggorokan dan batuk4
3. Pembesaran tonsil dapatmengakibatkan terjadinya obstruksi sehingga
timbulgangguan menelan, obstruksi sleep apnue dan gangguansuara4
4. Rasa tidak enak atau mengganjal di tenggoroka, nafas berbau busuk
(halitosis) dan lesu.6
Derajat tonsillitis: 7
8
Grade tonsilitis
Tonsilitis grade 1 Tonsilitis grade 2
Tonsilitis grade 3 Tonsilitis grade 4
9
Derajat Interpretasi
TO Tonsil sudah diangkat
T1 Tonsil masih dalam fossa tonsilaris
T2 Tonsil melewati arkus posterior
hinggamencapai linea paramedian.
T3 Tonsil melewati linea paramediana
hingga mencapai linea mediana
(pertengahan uvula)
T4 Tonsil melewati lineamedia(uvula)7
Gambaran klinis tonsilitis bervariasi, dan diagnosis sebagian besar
tergantung pada inspeksi. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan
permukaan yang tidak rata. Umumnya, terdapat dua gambaran secara menyeluruh
berbeda yang tampaknya cocok dimasukkan ketegori tonsilitis kronis. Satu jenis
tonsila membesar, dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut. Sebagian kripta
tampak mengalami stenosis, tapi eksudat yang sering kali purulen, dapat
diperhatikan dari kripta-kripta tersebut dan pada beberapa kasus kripta
membesar,suatu bahan “seperti keju” atau “seperti dempul” amat banyak dapat
diperlihatkan dari kripta. Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari tonsil
yang kecil, biasanya membuat lekukan dan seringkali dianggap sebagi “kuburan”
di mana tepinya adalah hiperemis, dan sejumlah kecil sekret purulen yang tipis,
seringkali dapat diperlihatkan dari kripta.8
2.6 PENGOBATAN
Pengobatan tonsilitis meliputi medikamentosa danpembedahan. Terapi
medikamentosa ditujukan untukmengatasi infeksi yang terjadi baik pada tonsilitis
akutmaupun tonsilitis kronik. Antibiotik jenis penisilin merupakanantibiotik
pilihan utama pada kasus tonsillitis akut. Pada kasus tonsilitis kronis dan obstruksi
hiperplasia tonsilar, antibiotik yang stabil terhadap bakteri penghasilenzim β
laktamase perlu yang perlu diberikan seperti amoksisilin clavulanat atau
clindamicin selama 3-6 minggu.9Terapi lokal untuk hygiene mulut serta diet
diperlukan.4
10
Tindakan pembedahan tonsilektomi untuk:
1. Indikasi Absolut
a. Hal yang paling umum, infeksi berulang dari sakit tenggorokan
Tujuh atau lebih episode dalam satu tahun, atau
Lima episode pertahun selama 2 tahun, atau
Tiga episode pertahun selama 3 tahun, atau
Dua minggu atau lebih tidak dapat bekerja ataupun sekolah
dalam satu tahun.4
2. Abses peritonsilar pada anak-anak, dilakukan tonsilektomi jika 4-6
minggu setelah abses diobati. Pada orang dewasa apabila serangan kedua
abses peritonsilar.4
3. Tonsilitis menyebabkan kejang demam4
4. Hipertropi tonsil menyebabkan:
Obstruksi jalan napas (sleep apnoea)
Kesusahan dalam menelan
Kelainan dalam bersuara4
5. Dilakukan biopsi eksisi apabila dicurigai keganasan. Salah satu
pembesaran tonsil mungkin limfoma pada anak dan karsinoma epidermoid
pada remaja.4
Indikasi Relatif :
1. Carrier difteri, yang tidak berespon dengan antibiotic
2. Carrier streptococcus, yang mungkin menjadi sumber infeksi kepada orang
lain.
3. Tonsilitis kronis yang tidak berespon terhadap pengobatan, rasa tidak enak
pada tenggorokan dan napas berbaau (halitosis)
4. Tonsilitis berulang yang diakibatkan streptococcus pada penyakit jantung
katup.4
Kontraindikasi:
1. Hemoglobin kurang dari 10 g %
11
2. Adanya infeksi pada saluran pernapasan atas, tonsillitis akut, dan
perdarahan.
3. Anak dibawah usia 3 tahun
4. Adanya penyakit gangguan perdarahan seperti pupura, leukemia,
hemophilia, dan anemia aplastik.4
2.7 KOMPLIKASI
Tonsillitisdapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa:
1. Otitis media akut
Infeksis dapat menyebarke telinga tengah melalui tuba auditorius
(eustachi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah
pada rupture spontan gendang telinga.4
2. Abses Peritonsillar
Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi
berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus
kapsul tonsil dan penjalaran dari infeksi gigi.4
3. Abses Parapharyngeal
Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah bening
atau pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus
paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os petrosus.4
4. Tonsilloliths
Tonsilloliths ( kalkulus tonsil ) . Hal ini terlihat pada tonsilitis kronis
ketika crypt yang diblok dengan debris. Garam anorganik kalsium dan
magnesium yangkemudian disimpan mengarah ke pembentukan batu
mungkinsecara bertahap membesar dan kemudian akan menyebabkan
ulcus pada tonsil.4
5. Kista Tonsillar .
12
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan
fibrosa dan ini menimbulkan krista berupa tonjolan pada tonsil berwarna
putih dan berupa cekungan, biasanya kecil dan multiple.4
2.7 PROGNOSIS
Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristrahat dan
pengobatan suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat
penderita Tonsilitis lebih nyaman. Bila antibiotika diberikan untuk mengatasi
infeksi, antibiotika tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi penatalaksanaan
yang lengkap, bahkan bila penderita telah mengalami perbaikan dalam waktu
yang singkat. Gejala-gejala yang tetap ada dapat menjadi indikasi bahwa penderita
mengalami infeksi saluran nafas lainnya, infeksi yang sering terjadi yaitu infeksi
pada telinga dan sinus. Pada kasus-kasus yang jarang, Tonsilitis dapat menjadi
sumber dari infeksi serius seperti demam rematik atau pneumonia.4
13
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas pasien
a. Nama : An. J
b. Umur : 7 tahun 5 bulan
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Suku : Makassar
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan : -
g. Alamat : Jl. Bonto duri 6 Lrg. 6
3.2 Anamnesis
Keluhan utama
Demam
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Tamalate dibawa oleh ibunya dengan keluhan
utama demam sejak 1 hari yang lalu. Demam dialami terus menerus, tidak
ada kejang, batuk ada, beringus ada, lendir ada, disertai nyeri saat
menelan, sesak tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada, nyeri perut
tidak ada, perdarahan gusi tidak ada, mimisan tidak ada. Buang air kecil
lancar dan kuning. Buang air besar kesan biasa , kuning dan tidak ada
riwayat buang air besar hitam
Riwayat Penyakit Sebelumnya
a. Riwayat sakit yang serupa : pernah
b. Riwayat kejang demam : disangkal
c. Riwayat difteri : disangkal
d. Riwayat tetanus : disangkal
e. Riwayat pertusis : disangkal
f. Riwayat Asma bronchial : disangkal
g. Riwayat diare : pernah
h. Riwayat alergi : disangkal
14
Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal
b. Riwayat tuberculosis : disangkal
c. Riwayat asma bronchial : disangkal
3.3 Pemeriksaan Fisis
1. Vital sign
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15
Tek. Darah : 120/70 mmHg
Frek. Nadi :90x/menit
Frek Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 38,1 C
BB : 20 kg
Tinggi Badan : 120 cm
2. Status Generalis :
- Kepala : Normocephal
- Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik
(- /-), Pupil bulat, isokor
- THT (tonsil) : hiperemis T2-T2
- Leher : Pembesaran KGB dan tiroid (-)
- Paru-paru
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris kanan
dan kiri
Palpasi : fremitus taktil dan vokal simetris kanan
dan kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler kanan dan kiri, rhonki halus (-/-),
wheezing (-/-)
- Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
15
Palpasi :iktus kordis teraba di ICS V linea
midklavikula sinistra
Perkusi : batas jantung kanan ICS IV linea
sternalisdextra batasjantung kiri ICS V
linemidklavikula sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, murmur(-)
- Abdomen
Inspeksi :simetris, datar, kelainan kulit (-),
pelebaranvena ()
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi :nyeri lepas (-), nyeri ketuk
(-),hepatomegali(-),spleenomegali (-)
Perkusi : timpani di semua lapang abdomen,
nyeriketuk (-)
- Ekstremitas : akral hangat, edema (− −− − )
3.4Latar belakang social – Ekonomi – Demografi – Lingkungan keluarga
a. Riwayat sosial dan eksposure
- Komunitas
Pasien dalam kesehariannya tinggal bersama kakak dan kedua
orang tuanya. Rumah pasien berada di perkotaan dan merupakan lokasi
yang padat penduduk. Jarak antara rumah satu dengan yang lainnya
berdekatan.
- Rumah
Pasien tinggal di sebuah rumah permanen dengan jumlah penghuni
5 orang. Terdiri dari : bapak, ibu, dan 2 orang saudara kandung. Dinding
rumah terbuat dari tembok, lantai terbuat dari keramik. Terdapat jendela,
namun pencahayaan masih kurang. Walaupun siang hari lampu rumah
harus di nyalakan untuk mendapatkan penerangan yang cukup. Dalam
rumah terdapat 4 ruangan yaitu ruang tamu sekaligus ruang keluarga,
kamar tidur, dapur dan 1 WC. Sumber air bersih yang digunakan pasien
16
untuk kebutuhan sehari-hari berasal dari sumur yang terhubung mesin
pompa.
- Kebiasaan personal
Pasien memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur, Pasien
bermain dengan anak umur sebayanya di halaman maupun di dalam rumah.
- Makanan
Pasien lebih senang jajan di warung. Biasanya pasien membeli
minuman dingin dengan bahan pewarna yang cerah, permen, dan makanan
ringan dengan bumbu MSG yang banyak.
- Obat
Pasien tidak memiliki alergi obat dan belum mengkonsumsi obat
sejak demam 1 hari yang lalu.
b.Riwayat psikologi
Pasien mendapat kasih sayang dan perhatian yang besar dari kedua
orangtuanya. Orang tua pasien selalu merawat dan menjaga pasien ketika
pasien sakit.
c. Riwayat ekonomi
Pasien dirawat oleh keluarga dengan status ekonomi menengah ke bawah.
Bapaknya bekerja sebagai Office Boy dan ibunya adalah ibu rumah
tangga.
d.Riwayat demografi
Hubungan pasien dengan keluarganya harmonis. Hal ini dapat dilihat dari
keluarga pasien yang menemani pasien saat di puskesmas dan di
rumahnya.
17
e. Riwayat sosial
Penyakit yang di derita pasien membuat pasien terlihat lemah dan lesu
padahal pasien merupakan anak yang aktif bergerak.
3.5 Diagnosa Holistik
a. Aspek personal
An. J, usia 7 tahun hidup dalam satu keluarga yang terdiri dari pasien,
kedua orang tuanya dan ketiga saudaranya. Sehingga bentuk keluarga
nuclear family, an.J menderita tonsillitis.
idea : orangtua pasien berpikir bahwa dengan berobat penyakit
yang diderita anaknya bisa sembuh total
concern : orangtua pasien merasa anaknya tidak bisa beraktivitas
seperti biasa
ekspektasi : orangtua pasien mempunyai harapan penyakit anaknya
dapat segera sembuh dan bisa bermain seperti biasa
anxiety : orangtua khawatir jika penyakit anaknya lebih parah
b. Aspek klinis
Diagnosis kerja : Tonsilitis
Diagnosis banding : Difteri, demam dengue
c. Aspek faktor intrinsic
Perilaku pasien juga mendukung penyebaran kuman dengan kebiasaan
makan yang tidak teratur dan kurang, serta jajan di warung yang banyak
bahan pewarna dan pengawet
d. Aspek faktor ekstrinsik
Lingkungan sekitar rumah pasien dengan kepadatan penduduk yang
cukup padat.
Ventilasi yang kurang dan jendela rumah yang kurang sehingga
pencahayaan dan pertukaran udara menjadi kurang
Seringnya pasien jajan makanan ringan dan minuman yang memiliki
bahan pewarna dan bahan pengawet yang tinggi.
18
3.6 Penatalaksanaan Komprehensif
a. Personal care
Initial planning : usulan pemeriksaan darah lengkap
Non medika mentosa
- istirahat (bedrest)
- pengaturan pola makan dan jenis asupan makan
Medika mentosa
- Amoksisilin tab 250 mg 3x1tab
- Paracetamol tab 250 mg 3x1tab
Konseling, informasi dan edukasi
- edukasi untuk minum obat secara teratur dan penggunaan antibiotik
sesuai yang dianjurkan walaupun gejala sudah membaik
- penjelasan kepada keluarga pasien tentang tonsillitis dan edukasi
- edukasi tanda-tanda kegawatan dan kapan di bawa ke rumah sakit
- edukasi pola makan dan jajanan sehat untuk anak
Monitoring
Pasien rutin memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan terutama
jika tidak ada perbaikan gejala klinis
b. Family focus
Memberikan pengetahuan kepada keluarga pasien pentingnya
penerapan PHBS
Meningkatkan imunitas keluarga dengan makan makanan bergizi
Memberikan dukungan psikologis dari keluarga
c. Community focus
Pasien mendapatkan dukungan psikologis dari dokter dan tenaga medis
lainnya
Menjaga kebersihan lingkungan sekitar oleh seluruh warga sekitar
19
3.7 Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
3.8 Edukasi
Orang tua harus menjaga daya tahan tubuh anak dengan pola makan yang
baik. Dianjurkan untuk mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.
Memperhatikan jajanan anak, untuk tidak membeli jajanan yang banyak
mengandung MSG dan pewarna buatan.
Meminum obat secara teratur dan menghabiskannya.
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diagnosa Holistik
An. J, usia 7 tahun hidup dalam satu keluarga yang terdiri dari pasien,
kedua orang tuanya dan ketiga saudaranya. Sehingga bentuk keluarga nuclear
family, an.J menderita tonsillitis.
idea : orangtua pasien berpikir bahwa dengan berobat penyakit
yang diderita anaknya bisa sembuh total
concern : orangtua pasien merasa anaknya tidak bisa beraktivitas
seperti biasa
ekspektasi : orangtua pasien mempunyai harapan penyakit anaknya
dapat segera sembuh dan bisa bermain seperti biasa
anxiety : orangtua khawatir jika penyakit anaknya lebih parah
Aspek klinis
Diagnosis kerja : Tonsilitis
Diagnosis banding : Difteri, demam dengue
Aspek faktor intrinsic
Perilaku pasien juga mendukung penyebaran kuman dengan kebiasaan
makan yang tidak teratur dan kurang, serta jajan di warung yang banyak bahan
pewarna dan pengawet.
Aspek faktor ekstrinsik
Lingkungan sekitar rumah pasien dengan kepadatan penduduk yang
cukup padat.
Ventilasi yang kurang dan jendela rumah yang kurang sehingga
pencahayaan dan pertukaran udara menjadi kurang
21
Seringnya pasien jajan makanan ringan dan minuman yang memiliki
bahan pewarna dan bahan pengawet yang tinggi.
4.2 Saran
Personal care
Initial planning : usulan pemeriksaan darah lengkap
Non medika mentosa
- istirahat (bedrest)
- pengaturan pola makan dan jenis asupan makan
Medika mentosa
- Amoksisilin tab 250 mg 3x1 tab
- Paracetamol tab 250 mg 3x1tab
Konseling, informasi dan edukasi
- edukasi untuk minum obat secara teratur dan penggunaan antibiotik
sesuai yang dianjurkan walaupun gejala sudah membaik
- penjelasan kepada keluarga pasien tentang tonsillitis dan edukasi
- edukasi tanda-tanda kegawatan dan kapan di bawa ke rumah sakit
- edukasi pola makan dan jajanan sehat untuk anak
Monitoring
Pasien rutin memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan terutama
tidak ada perbaikan gejala klinis
Family focus
Memberikan pengetahuan kepada keluarga pasien pentingnya
penerapan PHBS
Meningkatkan imunitas keluarga dengan makan makanan bergizi
Memberikan dukungan psikologis dari keluarga
Community focus
Pasien mendapatkan dukungan psikologis dari dokter dan tenaga medis
lainnya
22
Menjaga kebersihan lingkungan sekitar oleh seluruh warga sekitar
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Rinny dkk.Identifikasi Bakteri dan Uji Kepekaan Antibiotik pada
Penderita Tonsilitis.Jurnal e-Biomedik volume 1 No.2.2013
2. Kunsantri dr.Tonsilitis Kronis. Komunitas Ukhuwah
DokterOnline.dr.Kuro:Jakarta:2015
https://kunsantori.wordpress.com/kedokteran/tht/infeksi/tonsilitis-kronis/
2015/05/25
3. Rusmar Jono, dkk. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid. Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher ed 6. Jakarta: Balai Penerbit FK UI
hal : 223-224. 2010
4. Dhingra PL, Diseases of Ear, Nose, and Throat. Acute And Chronic
Tonsillitis. 4th edition. Elsevier. New Delhi, p: 222-390. 2014
5. Sandurezu.Tonsilitis Kronis.Sanderezu d’syandrez (cited 20 Mei 2015)
https://sandurezu.wordpress.com/2014/07/19/tonsilitis-kronik
6. Jamaes B. Snow Jr,MD. Ballengers manual of otorhinolaryology head and
neck surgery. Disease of the oral cavity, oropharynx, and nasopharynx
Hamilton London, p: 369. 2002.
7. The Leading Online Gallery of Otolaryngology and Head & Neck Surgery
Specialty
https:// ©drrahmatorlummc2010. wordpress.com//kedokteran/tht/tonsilitis-
kronis/2015/05/25
8. Adams, George L. Boies: Buku Ajar Penyakit THT (Boeis fundamentals of
otolaryngology). Edisi ke-6. Jakarta: EGC, hal; 263-340.2014.
9. Bailey J. Byron. Head and Neck Surgery. Tonsillitis, tonsillectomy, and
adenoidectomy. Volume One. Philadelphia, p: 1194. 2006
24