Ref. tonsilitis kronik.docx

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer yang disebabkan oleh infeksi (virus atau bakteri) dan inflamasi pada tonsil.Fungsi cincin waldeyer adalah sebagai benteng bagi saluran makanan maupun saluran napas terhadap serangan kuman-kuman yang ikut masuk bersama makanan/minuman dan udara pernapasan. Selain itu, anggota-anggota cincin waldeyer ini dapat menghasilkan antibodi dan limfosit. 1 Tonsilitis kronik merupakan kondisi dimana terjadi pembesaran tonsil yang disertai dengan serangan infeksi yang berulang-ulang. Tonsilitis juga menjadi salah satu penyakit yang paling umum ditemukan pada masa anak- anak. Angka kejadian tertinggi terutama pada anak-anak dalam kelompok usia antara 5-10 tahun dimana penyebab dari radang tersebut paling banyak diakibatkan dari infeksi bakteri. 2 Berdasarkan survey epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi (Indonesia) tahun 1994-1996, prevalensi tonsilitis kronis sebesar 3,8% tertinggi kedua setelah nasofaring akut (4,6%).Berdasarkan data medical record tahun 2010 di RSUP dr. M. Djamil padang bagian THT-KL 1

Transcript of Ref. tonsilitis kronik.docx

Page 1: Ref. tonsilitis kronik.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari

cincin waldeyer yang disebabkan oleh infeksi (virus atau bakteri) dan inflamasi

pada tonsil.Fungsi cincin waldeyer adalah sebagai benteng bagi saluran makanan

maupun saluran napas terhadap serangan kuman-kuman yang ikut masuk

bersama makanan/minuman dan udara pernapasan. Selain itu, anggota-anggota

cincin waldeyer ini dapat menghasilkan antibodi dan limfosit.1

Tonsilitis kronik merupakan kondisi dimana terjadi pembesaran tonsil

yang disertai dengan serangan infeksi yang berulang-ulang. Tonsilitis juga

menjadi salah satu penyakit yang paling umum ditemukan pada masa anak-anak.

Angka kejadian tertinggi terutama pada anak-anak dalam kelompok usia antara 5-

10 tahun dimana penyebab dari radang tersebut paling banyak diakibatkan dari

infeksi bakteri.2

Berdasarkan survey epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi (Indonesia)

tahun 1994-1996, prevalensi tonsilitis kronis sebesar 3,8% tertinggi kedua setelah

nasofaring akut (4,6%).Berdasarkan data medical record tahun 2010 di RSUP dr.

M. Djamil padang bagian THT-KL sub bagian laring faring ditemukkan tonsilitis

sebanyak 465 dari 1110 kunjungan di poliklinik sub bagian laring faring dan

menjalani tonsilektomi sebanyak 163 kasus,sedangkan jumlah kunjungan baru

penderita tonsilitis kronik di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Juni

2008-Mei 2009 sebanyak 63 orang.Dibandingkan dengan jumlah kunjungan baru

pada periode yang sama, maka angka ini merupakan 4,7% dari seluruh jumlah

kunjungan baru. Insiden tonsilitis kronis di RS. Dr. Kariadi Semarang 23,26%.1

Sedangkan penelitian yang dilakukan di Malaysia pada Poli THT Rumah

Sakit Sarawak selama 1 tahun dijumpai 8.118 pasien, dalam jumlah pen-derita

penyakit tonsilitis kronis menempati urutan keempat yakni sebanyak 657 (81%)

penderita.1

1

Page 2: Ref. tonsilitis kronik.docx

1.2 Tujuan dan Manfaat Studi Kasus

Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah menatalaksana

masalah kesehatan dengan memandang pasien sebagai individu yang utuh terdiri

dari unsur biopsikososial, serta penerapan prinsip pencegahan penyakit promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitative. Proses pelayanan dokter keluarga dapat lebih

berkualitas bila di dasarkan pada hasil penelitian ilmu kedokteran terkini

(evidence based medicine)

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan laporan studi kasus ini adalah untuk mendapatkan

pelayanan dokter keluarga secara paripurna (komprehensif) dan holistic, sesuai

dengan standar kompetensi dokter Indonesia (SKDI), berbasis evidence base

medicine (EBM) pada pasien dengan mengidentifikasi faktor resiko dan masalah

klinis serta prinsip penatalaksanaan pasien tonsillitis berdasarkan kerangka

penyelesaian masalah pasien (problem oriented)

1.2.2 Tujuan Khusus

a. untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan etika dalam

pengendalian tonsillitis secara individual, masyarakat maupun pihak

terkait

b. untuk melakukan pengendalian tonsillitis dan melakukan rujukan bagi

kasus tonsillitis, sesuai dengan SKDI yang berlaku

c. untuk melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada

level individu, keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam

pengendalian tonsillitis

d. untuk memanfaatkan sumber informasi terkini dan melakukan kajian

ilmiah dari data di lapangan untuk melakukan pengendalian tonsillitis

e. untuk menggunakan landasan ilmu kedokteran klinis dan kesehatan

masyarakat dalam melakukan upaya promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitative dalam pengendalian tonsillitis

2

Page 3: Ref. tonsilitis kronik.docx

f. untuk dapat menggunakan dan menjelaskan epidemiologi, transmisi dan

pathogenesis tonsillitis

g. untuk melakukan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan

penunjang, serta menginterpretasikan hasilnya dalam mendiagnosis

tonsillitis

h. untuk melakukan prosedur tatalaksana tonsillitis sesuai standar

kompetensi dokter Indonesia

1.2.3 Manfaat Studi Kasus

a. Bagi institusi pendidikan

Dapat dijadikan acuan (referensi) bagi studi kasus lebih lanjut sekaligus

sebagai bahan atau sumber bacaan diperpustakaan

b. Bagi penderita (pasien)

Menambah wawasan akan tonsillitis yang meliputi proses penyakitnya

dan pencegahan menyeluruh, sehingga dapat memberikan keyakinan

untuk tetap berobat secara teratur

c. Bagi tenaga kesehatan

Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah

daerah dan instansi kesehatan beserta paramedic yang terlibat di

dalamnya mengenai pendekatan diagnosis holistik penderita tonsillitis

d. Bagi pembelajar studi kasus ( Mahasiswa)

Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka

memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai evidence based dan

pendekatan diagnosis holistik tonsillitis serta dalam hal penulisan studi

kasus

3

Page 4: Ref. tonsilitis kronik.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI

Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh

jaringan ikat dengan krypte didalamnya.Tonsila palatina terdiri atas 2 buah. Setiap

tonsil berbentuk massa bulat seperti telur dari jaringan limfoid yang terletak di

dinding lateral oropharynx yaitu diantara pilar anterior dan posterior.3,4

Berdasarkan lokasinya, tonsil dibagi menjadi :

1. Tonsila lingualis, terletak pada radix linguae.

2. Tonsila palatina (tonsil), terletak pada isthmus faucium antara arcus

glossopalatinus dsan arcus glossopharingicus.

3. Tonsila pharingica (adenoid), terletak pada dinding dorsal dari nasofaring.

4. Tonsila tubaria, terletak pada bagian lateral nasofaring di sekitar ostium

tuba auditiva.

5. Plaques dari Peyer (tonsil perut), terletak pada ileum.4

Jaringan limfoid yang tersebar di seluruh pharynx pada lapisan subepitel

yang kemudian berkumpul membentuk suatu massa secara kolektif disebut cincin

Waldeyer. Adapun jaringan limfoid yang dimaksud adalah :4

1) Tonsila nasopharynx atau adenoid

2) Tonsila palatina

3) Tonsila lingualis

4

Page 5: Ref. tonsilitis kronik.docx

4) Tonsila tubaria dalam fosa Rosenmuller

5) Lateral pharyngeal band

6) Nodul-nodul pada dinding posterior pharyngeal4

Jaringan limfoid pada Cincin Waldeyer berperan penting pada awal

kehidupan, yaitu sebagai daya pertahanan lokal yang setiap saat berhubungan

dengan agen dari luar (makan, minum, bernafas), dan sebagai surveilen imun.

Fungsi ini didukung secara anatomis dimana di daerah faring terjadi tikungan

jalannya material yang melewatinya disamping itu bentuknya tidak datar,

sehingga terjadi turbulensi khususnya udara pernafasan. Dengan demikian

kesempatan kontak berbagai agen yang ikut dalam proses fisiologis tersebut pada

permukaan penyusun cincin Waldeyer itu semakin besar.4

Tonsila palatina merupakan suatu massa jaringan limfoid yang terletak di

dalam fossa tonsil pada sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot

palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval

dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang

meluas ke dalam jaringan tonsil. Didalam kryptus biasanyaa ditemukan

leukosit,limfosit,epitel yang terlepas,bakteri dan sisa makanan. Tonsil tidak selalu

mengisi seluruh fossa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai

fossa supratonsil.4

Adapun struktur yang terdapat disekitar tonsila palatina adalah :

1. Anterior : arcus palatoglossus

2. Posterior : arcus palatopharyngeus

3. Superior : palatum mole

5

Page 6: Ref. tonsilitis kronik.docx

4. Inferior : 1/3 posterior lidah

5. Medial : ruang orofaring

6. Lateral : terdapat kapsul fibrousyang dipisahkan dari m.constrictor pharyngis

superior olehjaringan areolar longgar. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot

pharynx sehingga mudah dilakukan diseksi pada tonsilektomi.2,3

Vaskularisasi

Tonsila diperdarahi oleh 5 arteri yaitu :

1) Cabang tonsil dari arteri facialis yang merupakan arteri utama.

2) Arteri pharyngeal ascendens dari arteri carotis externa

3) Cabang ascendens tonsila palatina dari arteri facialis

4) Cabang lingualis bagian dorsal dari arteri lingual

5) Cabang descendens tonsila palatina berasal dari arteri maxillaris4

Vena dari aliran tonsil masuk ke vena paratonsila yang akan bergabung

menjadi vena facialis dan plexus vena pharyngeal.4

Innervasi

Cabang tonsila palatina dari ganglion sphenopalatine (CN V) dan

nervus glossopharyngeal yaang berfungsi sebagai sensorik.4

6

Page 7: Ref. tonsilitis kronik.docx

Limfatik

Aliran limfe pembuluh-pembuluh limfe tonsil bergabung dengan

nodi lymphoidei profundi. Nodus yang terpenting dari kelompok ini

adalah nodus jugulodigastricus, yang terletak di bawah dan belakang

angulus mandibulae.4

2.2 FISIOLOGI

Seperti organ limfoid lainnya pada cincin Waldeyer, tonsila

palatina berfungsi sebagai proteksi dan menangkap bahan asing dari udara

maupun dari bahan makanan. Krypte tonsil akan melebar jika terdapat kontak area

terhadap benda asing. Tonsil tampak lebih besar pada anak-anak dan mengecil

saat pubertas.Tonsil dapat diangkat jika terdapat indikasi terhadap penyakit

tonsil.4

Selain itu tonsil membentuk zat – zat antibodi yang terbentuk di dalam sel

plasma saat reaksi seluler.Infeksi bakterial kronik pada tonsil akan menyebabkan

terjadinya antibodi lokal, perubahan ratio sel B dan sel T.5

2.3 ETIOLOGI

Tonsilitis bisa disebabkan oleh beberapa jenis bakteri dan virus.Antara

tonslitis akut dan tonsilitis kronik memiliki perbedaan penyebabnya yaitu

tonsilitis akut lebih sering disebabkan oleh kuman grup A streptococus β-

hemolyticus, pneumococcus, streptococcuc viridans dan streptococcuc pyrogenes,

sedangkan tonsilitis kronik kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi

kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif.Infiltrasi

bakteri pada lapisanepitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa

keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus ini

merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas. Secara

klinis detritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak

kekuningan.Tonsilitis kronis pada anak dapat disebabkan karena anak sering

menderita ISPA atau tonsilitis akut yang tidak diterapi adekuat.1

7

Page 8: Ref. tonsilitis kronik.docx

2.4 PATOGENESIS

Tonsilits berawal dari penularan yang terjadi melalui droplet dimana

kuman menginfiltrasi lapisan epitel. Adanya infeksi berulang pada tonsil

menyebabkan pada suatu waktu tonsil tidak dapat membunuh semua kuman

sehingga kuman kemudian bersarang di tonsil. Pada keadaan inilah fungsi

pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi (fokal infeksi) dan

suatu saat kuman dan toksin dapat menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada saat

keadaan umum tubuh menurun.Karena proses radang berulang yang timbul maka

selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses

penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami

pengerutan sehingga krypte melebar.3,5

Secara klinik krypte ini tampak diisi oleh detritus(akumulasi epitel yang

mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi krypte berupa eksudat

yang berwarna kekuning-kuningan).Proses berjalan terus sehingga menembus

kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fosa

tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa

jugulodigastricus.3

2.5 TANDA DAN GEJALA KLINIS

1. Tonsilitis kronis dapat terjadi akibat infeksi yang berulang dari sakit

tenggorokan atau tonsillitis akut.4

2. Iritasi kronik dari tenggorokan dan batuk4

3. Pembesaran tonsil dapatmengakibatkan terjadinya obstruksi sehingga

timbulgangguan menelan, obstruksi sleep apnue dan gangguansuara4

4. Rasa tidak enak atau mengganjal di tenggoroka, nafas berbau busuk

(halitosis) dan lesu.6

Derajat tonsillitis: 7

8

Page 9: Ref. tonsilitis kronik.docx

Grade tonsilitis

Tonsilitis grade 1 Tonsilitis grade 2

Tonsilitis grade 3 Tonsilitis grade 4

9

Page 10: Ref. tonsilitis kronik.docx

Derajat Interpretasi

TO Tonsil sudah diangkat

T1 Tonsil masih dalam fossa tonsilaris

T2 Tonsil melewati arkus posterior

hinggamencapai linea paramedian.

T3 Tonsil melewati linea paramediana

hingga mencapai linea mediana

(pertengahan uvula)

T4 Tonsil melewati lineamedia(uvula)7

Gambaran klinis tonsilitis bervariasi, dan diagnosis sebagian besar

tergantung pada inspeksi. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan

permukaan yang tidak rata. Umumnya, terdapat dua gambaran secara menyeluruh

berbeda yang tampaknya cocok dimasukkan ketegori tonsilitis kronis. Satu jenis

tonsila membesar, dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut. Sebagian kripta

tampak mengalami stenosis, tapi eksudat yang sering kali purulen, dapat

diperhatikan dari kripta-kripta tersebut dan pada beberapa kasus kripta

membesar,suatu bahan “seperti keju” atau “seperti dempul” amat banyak dapat

diperlihatkan dari kripta. Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari tonsil

yang kecil, biasanya membuat lekukan dan seringkali dianggap sebagi “kuburan”

di mana tepinya adalah hiperemis, dan sejumlah kecil sekret purulen yang tipis,

seringkali dapat diperlihatkan dari kripta.8

2.6 PENGOBATAN

Pengobatan tonsilitis meliputi medikamentosa danpembedahan. Terapi

medikamentosa ditujukan untukmengatasi infeksi yang terjadi baik pada tonsilitis

akutmaupun tonsilitis kronik. Antibiotik jenis penisilin merupakanantibiotik

pilihan utama pada kasus tonsillitis akut. Pada kasus tonsilitis kronis dan obstruksi

hiperplasia tonsilar, antibiotik yang stabil terhadap bakteri penghasilenzim β

laktamase perlu yang perlu diberikan seperti amoksisilin clavulanat atau

clindamicin selama 3-6 minggu.9Terapi lokal untuk hygiene mulut serta diet

diperlukan.4

10

Page 11: Ref. tonsilitis kronik.docx

Tindakan pembedahan tonsilektomi untuk:

1. Indikasi Absolut

a. Hal yang paling umum, infeksi berulang dari sakit tenggorokan

Tujuh atau lebih episode dalam satu tahun, atau

Lima episode pertahun selama 2 tahun, atau

Tiga episode pertahun selama 3 tahun, atau

Dua minggu atau lebih tidak dapat bekerja ataupun sekolah

dalam satu tahun.4

2. Abses peritonsilar pada anak-anak, dilakukan tonsilektomi jika 4-6

minggu setelah abses diobati. Pada orang dewasa apabila serangan kedua

abses peritonsilar.4

3. Tonsilitis menyebabkan kejang demam4

4. Hipertropi tonsil menyebabkan:

Obstruksi jalan napas (sleep apnoea)

Kesusahan dalam menelan

Kelainan dalam bersuara4

5. Dilakukan biopsi eksisi apabila dicurigai keganasan. Salah satu

pembesaran tonsil mungkin limfoma pada anak dan karsinoma epidermoid

pada remaja.4

Indikasi Relatif :

1. Carrier difteri, yang tidak berespon dengan antibiotic

2. Carrier streptococcus, yang mungkin menjadi sumber infeksi kepada orang

lain.

3. Tonsilitis kronis yang tidak berespon terhadap pengobatan, rasa tidak enak

pada tenggorokan dan napas berbaau (halitosis)

4. Tonsilitis berulang yang diakibatkan streptococcus pada penyakit jantung

katup.4

Kontraindikasi:

1. Hemoglobin kurang dari 10 g %

11

Page 12: Ref. tonsilitis kronik.docx

2. Adanya infeksi pada saluran pernapasan atas, tonsillitis akut, dan

perdarahan.

3. Anak dibawah usia 3 tahun

4. Adanya penyakit gangguan perdarahan seperti pupura, leukemia,

hemophilia, dan anemia aplastik.4

2.7 KOMPLIKASI

Tonsillitisdapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa:

1. Otitis media akut

Infeksis dapat menyebarke telinga tengah melalui tuba auditorius

(eustachi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah

pada rupture spontan gendang telinga.4

2. Abses Peritonsillar

Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi

berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus

kapsul tonsil dan penjalaran dari infeksi gigi.4

3. Abses Parapharyngeal

Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah bening

atau pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus

paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os petrosus.4

4. Tonsilloliths

Tonsilloliths ( kalkulus tonsil ) . Hal ini terlihat pada tonsilitis kronis

ketika crypt yang diblok dengan debris. Garam anorganik kalsium dan

magnesium yangkemudian disimpan mengarah ke pembentukan batu

mungkinsecara bertahap membesar dan kemudian akan menyebabkan

ulcus pada tonsil.4

5. Kista Tonsillar .

12

Page 13: Ref. tonsilitis kronik.docx

Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan

fibrosa dan ini menimbulkan krista berupa tonjolan pada tonsil berwarna

putih dan berupa cekungan, biasanya kecil dan multiple.4

2.7 PROGNOSIS

Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristrahat dan

pengobatan suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat

penderita Tonsilitis lebih nyaman. Bila antibiotika diberikan untuk mengatasi

infeksi, antibiotika tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi penatalaksanaan

yang lengkap, bahkan bila penderita telah mengalami perbaikan dalam waktu

yang singkat. Gejala-gejala yang tetap ada dapat menjadi indikasi bahwa penderita

mengalami infeksi saluran nafas lainnya, infeksi yang sering terjadi yaitu infeksi

pada telinga dan sinus. Pada kasus-kasus yang jarang, Tonsilitis dapat menjadi

sumber dari infeksi serius seperti demam rematik atau pneumonia.4

13

Page 14: Ref. tonsilitis kronik.docx

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas pasien

a. Nama : An. J

b. Umur : 7 tahun 5 bulan

c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Suku : Makassar

e. Agama : Islam

f. Pekerjaan : -

g. Alamat : Jl. Bonto duri 6 Lrg. 6

3.2 Anamnesis

Keluhan utama

Demam

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Puskesmas Tamalate dibawa oleh ibunya dengan keluhan

utama demam sejak 1 hari yang lalu. Demam dialami terus menerus, tidak

ada kejang, batuk ada, beringus ada, lendir ada, disertai nyeri saat

menelan, sesak tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada, nyeri perut

tidak ada, perdarahan gusi tidak ada, mimisan tidak ada. Buang air kecil

lancar dan kuning. Buang air besar kesan biasa , kuning dan tidak ada

riwayat buang air besar hitam

Riwayat Penyakit Sebelumnya

a. Riwayat sakit yang serupa : pernah

b. Riwayat kejang demam : disangkal

c. Riwayat difteri : disangkal

d. Riwayat tetanus : disangkal

e. Riwayat pertusis : disangkal

f. Riwayat Asma bronchial : disangkal

g. Riwayat diare : pernah

h. Riwayat alergi : disangkal

14

Page 15: Ref. tonsilitis kronik.docx

Riwayat Penyakit Keluarga

a. Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal

b. Riwayat tuberculosis : disangkal

c. Riwayat asma bronchial : disangkal

3.3 Pemeriksaan Fisis

1. Vital sign

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : 15

Tek. Darah : 120/70 mmHg

Frek. Nadi :90x/menit

Frek Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 38,1 C

BB : 20 kg

Tinggi Badan : 120 cm

2. Status Generalis :

- Kepala : Normocephal

- Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik

(- /-), Pupil bulat, isokor

- THT (tonsil) : hiperemis T2-T2

- Leher : Pembesaran KGB dan tiroid (-)

- Paru-paru

Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris kanan

dan kiri

Palpasi : fremitus taktil dan vokal simetris kanan

dan kiri

Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : vesikuler kanan dan kiri, rhonki halus (-/-),

wheezing (-/-)

- Jantung

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

15

Page 16: Ref. tonsilitis kronik.docx

Palpasi :iktus kordis teraba di ICS V linea

midklavikula sinistra

Perkusi : batas jantung kanan ICS IV linea

sternalisdextra batasjantung kiri ICS V

linemidklavikula sinistra

Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, murmur(-)

- Abdomen

Inspeksi :simetris, datar, kelainan kulit (-),

pelebaranvena ()

Auskultasi : bising usus normal

Palpasi :nyeri lepas (-), nyeri ketuk

(-),hepatomegali(-),spleenomegali (-)

Perkusi : timpani di semua lapang abdomen,

nyeriketuk (-)

- Ekstremitas : akral hangat, edema (− −− − )

3.4Latar belakang social – Ekonomi – Demografi – Lingkungan keluarga

a. Riwayat sosial dan eksposure

- Komunitas

Pasien dalam kesehariannya tinggal bersama kakak dan kedua

orang tuanya. Rumah pasien berada di perkotaan dan merupakan lokasi

yang padat penduduk. Jarak antara rumah satu dengan yang lainnya

berdekatan.

- Rumah

Pasien tinggal di sebuah rumah permanen dengan jumlah penghuni

5 orang. Terdiri dari : bapak, ibu, dan 2 orang saudara kandung. Dinding

rumah terbuat dari tembok, lantai terbuat dari keramik. Terdapat jendela,

namun pencahayaan masih kurang. Walaupun siang hari lampu rumah

harus di nyalakan untuk mendapatkan penerangan yang cukup. Dalam

rumah terdapat 4 ruangan yaitu ruang tamu sekaligus ruang keluarga,

kamar tidur, dapur dan 1 WC. Sumber air bersih yang digunakan pasien

16

Page 17: Ref. tonsilitis kronik.docx

untuk kebutuhan sehari-hari berasal dari sumur yang terhubung mesin

pompa.

- Kebiasaan personal

Pasien memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur, Pasien

bermain dengan anak umur sebayanya di halaman maupun di dalam rumah.

- Makanan

Pasien lebih senang jajan di warung. Biasanya pasien membeli

minuman dingin dengan bahan pewarna yang cerah, permen, dan makanan

ringan dengan bumbu MSG yang banyak.

- Obat

Pasien tidak memiliki alergi obat dan belum mengkonsumsi obat

sejak demam 1 hari yang lalu.

b.Riwayat psikologi

Pasien mendapat kasih sayang dan perhatian yang besar dari kedua

orangtuanya. Orang tua pasien selalu merawat dan menjaga pasien ketika

pasien sakit.

c. Riwayat ekonomi

Pasien dirawat oleh keluarga dengan status ekonomi menengah ke bawah.

Bapaknya bekerja sebagai Office Boy dan ibunya adalah ibu rumah

tangga.

d.Riwayat demografi

Hubungan pasien dengan keluarganya harmonis. Hal ini dapat dilihat dari

keluarga pasien yang menemani pasien saat di puskesmas dan di

rumahnya.

17

Page 18: Ref. tonsilitis kronik.docx

e. Riwayat sosial

Penyakit yang di derita pasien membuat pasien terlihat lemah dan lesu

padahal pasien merupakan anak yang aktif bergerak.

3.5 Diagnosa Holistik

a. Aspek personal

An. J, usia 7 tahun hidup dalam satu keluarga yang terdiri dari pasien,

kedua orang tuanya dan ketiga saudaranya. Sehingga bentuk keluarga

nuclear family, an.J menderita tonsillitis.

idea : orangtua pasien berpikir bahwa dengan berobat penyakit

yang diderita anaknya bisa sembuh total

concern : orangtua pasien merasa anaknya tidak bisa beraktivitas

seperti biasa

ekspektasi : orangtua pasien mempunyai harapan penyakit anaknya

dapat segera sembuh dan bisa bermain seperti biasa

anxiety : orangtua khawatir jika penyakit anaknya lebih parah

b. Aspek klinis

Diagnosis kerja : Tonsilitis

Diagnosis banding : Difteri, demam dengue

c. Aspek faktor intrinsic

Perilaku pasien juga mendukung penyebaran kuman dengan kebiasaan

makan yang tidak teratur dan kurang, serta jajan di warung yang banyak

bahan pewarna dan pengawet

d. Aspek faktor ekstrinsik

Lingkungan sekitar rumah pasien dengan kepadatan penduduk yang

cukup padat.

Ventilasi yang kurang dan jendela rumah yang kurang sehingga

pencahayaan dan pertukaran udara menjadi kurang

Seringnya pasien jajan makanan ringan dan minuman yang memiliki

bahan pewarna dan bahan pengawet yang tinggi.

18

Page 19: Ref. tonsilitis kronik.docx

3.6 Penatalaksanaan Komprehensif

a. Personal care

Initial planning : usulan pemeriksaan darah lengkap

Non medika mentosa

- istirahat (bedrest)

- pengaturan pola makan dan jenis asupan makan

Medika mentosa

- Amoksisilin tab 250 mg 3x1tab

- Paracetamol tab 250 mg 3x1tab

Konseling, informasi dan edukasi

- edukasi untuk minum obat secara teratur dan penggunaan antibiotik

sesuai yang dianjurkan walaupun gejala sudah membaik

- penjelasan kepada keluarga pasien tentang tonsillitis dan edukasi

- edukasi tanda-tanda kegawatan dan kapan di bawa ke rumah sakit

- edukasi pola makan dan jajanan sehat untuk anak

Monitoring

Pasien rutin memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan terutama

jika tidak ada perbaikan gejala klinis

b. Family focus

Memberikan pengetahuan kepada keluarga pasien pentingnya

penerapan PHBS

Meningkatkan imunitas keluarga dengan makan makanan bergizi

Memberikan dukungan psikologis dari keluarga

c. Community focus

Pasien mendapatkan dukungan psikologis dari dokter dan tenaga medis

lainnya

Menjaga kebersihan lingkungan sekitar oleh seluruh warga sekitar

19

Page 20: Ref. tonsilitis kronik.docx

3.7 Prognosis

Ad vitam : ad bonam

Ad fungsionam : ad bonam

Ad sanationam : ad bonam

3.8 Edukasi

Orang tua harus menjaga daya tahan tubuh anak dengan pola makan yang

baik. Dianjurkan untuk mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.

Memperhatikan jajanan anak, untuk tidak membeli jajanan yang banyak

mengandung MSG dan pewarna buatan.

Meminum obat secara teratur dan menghabiskannya.

20

Page 21: Ref. tonsilitis kronik.docx

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Diagnosa Holistik

An. J, usia 7 tahun hidup dalam satu keluarga yang terdiri dari pasien,

kedua orang tuanya dan ketiga saudaranya. Sehingga bentuk keluarga nuclear

family, an.J menderita tonsillitis.

idea : orangtua pasien berpikir bahwa dengan berobat penyakit

yang diderita anaknya bisa sembuh total

concern : orangtua pasien merasa anaknya tidak bisa beraktivitas

seperti biasa

ekspektasi : orangtua pasien mempunyai harapan penyakit anaknya

dapat segera sembuh dan bisa bermain seperti biasa

anxiety : orangtua khawatir jika penyakit anaknya lebih parah

Aspek klinis

Diagnosis kerja : Tonsilitis

Diagnosis banding : Difteri, demam dengue

Aspek faktor intrinsic

Perilaku pasien juga mendukung penyebaran kuman dengan kebiasaan

makan yang tidak teratur dan kurang, serta jajan di warung yang banyak bahan

pewarna dan pengawet.

Aspek faktor ekstrinsik

Lingkungan sekitar rumah pasien dengan kepadatan penduduk yang

cukup padat.

Ventilasi yang kurang dan jendela rumah yang kurang sehingga

pencahayaan dan pertukaran udara menjadi kurang

21

Page 22: Ref. tonsilitis kronik.docx

Seringnya pasien jajan makanan ringan dan minuman yang memiliki

bahan pewarna dan bahan pengawet yang tinggi.

4.2 Saran

Personal care

Initial planning : usulan pemeriksaan darah lengkap

Non medika mentosa

- istirahat (bedrest)

- pengaturan pola makan dan jenis asupan makan

Medika mentosa

- Amoksisilin tab 250 mg 3x1 tab

- Paracetamol tab 250 mg 3x1tab

Konseling, informasi dan edukasi

- edukasi untuk minum obat secara teratur dan penggunaan antibiotik

sesuai yang dianjurkan walaupun gejala sudah membaik

- penjelasan kepada keluarga pasien tentang tonsillitis dan edukasi

- edukasi tanda-tanda kegawatan dan kapan di bawa ke rumah sakit

- edukasi pola makan dan jajanan sehat untuk anak

Monitoring

Pasien rutin memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan terutama

tidak ada perbaikan gejala klinis

Family focus

Memberikan pengetahuan kepada keluarga pasien pentingnya

penerapan PHBS

Meningkatkan imunitas keluarga dengan makan makanan bergizi

Memberikan dukungan psikologis dari keluarga

Community focus

Pasien mendapatkan dukungan psikologis dari dokter dan tenaga medis

lainnya

22

Page 23: Ref. tonsilitis kronik.docx

Menjaga kebersihan lingkungan sekitar oleh seluruh warga sekitar

23

Page 24: Ref. tonsilitis kronik.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Rinny dkk.Identifikasi Bakteri dan Uji Kepekaan Antibiotik pada

Penderita Tonsilitis.Jurnal e-Biomedik volume 1 No.2.2013

2. Kunsantri dr.Tonsilitis Kronis. Komunitas Ukhuwah

DokterOnline.dr.Kuro:Jakarta:2015

https://kunsantori.wordpress.com/kedokteran/tht/infeksi/tonsilitis-kronis/

2015/05/25

3. Rusmar Jono, dkk. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid. Telinga

Hidung Tenggorok Kepala dan Leher ed 6. Jakarta: Balai Penerbit FK UI

hal : 223-224. 2010

4. Dhingra PL, Diseases of Ear, Nose, and Throat. Acute And Chronic

Tonsillitis. 4th edition. Elsevier. New Delhi, p: 222-390. 2014

5. Sandurezu.Tonsilitis Kronis.Sanderezu d’syandrez (cited 20 Mei 2015)

https://sandurezu.wordpress.com/2014/07/19/tonsilitis-kronik

6. Jamaes B. Snow Jr,MD. Ballengers manual of otorhinolaryology head and

neck surgery. Disease of the oral cavity, oropharynx, and nasopharynx

Hamilton London, p: 369. 2002.

7. The Leading Online Gallery of Otolaryngology and Head & Neck Surgery

Specialty

https:// ©drrahmatorlummc2010. wordpress.com//kedokteran/tht/tonsilitis-

kronis/2015/05/25

8. Adams, George L. Boies: Buku Ajar Penyakit THT (Boeis fundamentals of

otolaryngology). Edisi ke-6. Jakarta: EGC, hal; 263-340.2014.

9. Bailey J. Byron. Head and Neck Surgery. Tonsillitis, tonsillectomy, and

adenoidectomy. Volume One. Philadelphia, p: 1194. 2006

24