Reddy, Madhuri - Digital Repository - Universitas ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t35405.docx · Web...
Click here to load reader
-
Upload
truongkhanh -
Category
Documents
-
view
215 -
download
2
Transcript of Reddy, Madhuri - Digital Repository - Universitas ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t35405.docx · Web...
Pencegahan Pressure Ulcer Dalam Peningkatan Patient Safety di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Naskah Publikasi
Untuk memenuhi syarat memperoleh derajatMagister Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
MUSKHAB EKO RIYADI20121050004
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATANPROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2013
1
HALAMAN PENGESAHAN
Naskah Publikasi
PENCEGAHAN PRESSURE ULCER DALAM PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Telah diseminarkan dan diujikan pada tanggal20 Desember 2013
OlehMUSKHAB EKO RIYADI
20121050004
Penguji
MengetahuiKetua Program Studi Magister Keperawatan
Program Pasca SarjanaUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
Yuni Permatasari I., S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. Kep.MB., CWCS
2
DR. Elsye Maria Rosa, M.Kep. (………………………)
Azizah Khoiriyati, S.Kep., Ns., M.Kep. (………………………)
Falasifah Ani Yuniarti, S.Kep., Ns., MAN (………………………)
Prevention of Pressure Ulcers in Improving Patient Safety on Panembahan Senopati General Hospital of Bantul
Pencegahan Pressure Ulcer Dalam Peningkatan Patient Safety di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Muskhab Eko Riyadi, S.Kep., Ns. ¹, DR. Elsye Maria Rosa, M.Kep. ²
Mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta *¹, Dosen Pembimbing Program Studi Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta *²
Korespondensi :Muskhab Eko Riyadi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jl. Lingkar Selatan Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183. Email : [email protected]
Abstract
Pencegahan pressure ulcer adalah prioritas dalam perawatan pasien dan merupakan indikator kualitas pelayanan. Walaupun usaha – usaha peningkatan mutu tindakan pencegahan pressure ulcer telah dilakukan, gejala – gejala menunjukkan bahwa permasalahan yang terjadi dalam usaha pencegahan luka tekan masih cukup komplek dan rumit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pelaksanaan pencegahan luka tekan dan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap tindakan pencegahan luka tekan di Rumah Sakit.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan Studi Kasus. Teknik pengambilan sampel dengan teknik Purposive Sampling. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 29 partisipan yang terdiri dari perawat ruang rawat inap dan manajemen RSUD Panembahan Senopati. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, studi dokumentasi, focus group discussion (FGD) dan wawancara mendalam. Analisis data menggunakan teknik analisa data menurut Miles & Huberman.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan kesimpulan bahwa tindakan pencegahan pressure ulcer yang dilakukan di ruang rawat inap antara lain, penilaian resiko, pergantian posisi, penilaian kulit, perawatan kulit, peningkatan nutrisi, dukungan permukaan dan pendokumentasian. Kepatuhan pelaksanaan pencegahan luka tekan dalam peningkatan keselamatan pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati dalam kategori tidak patuh. Faktor yang berpengaruh terhadap pencegahan pressure ulcer dalam peningkatan keselamatan pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati antara lain, kebijakan manajemen, kebijakan pengadaan sarana prasarana, keterbatasan sarana prasarana, sistim pelaporan, standar minimal angka kejadian dan keselamatan pasien rumah sakit.
Kata kunci : pencegahan, pressure ulcer, patient safety
3
Abstract
Pressure ulcer prevention is a priority in the care of patient and is an indicator of the quality nursing care. Although efforts to improve the quality of pressure ulcer prevention measures have been carried out, the symptoms indicate that the problem occurs in the prevention of pressure ulcer is still quite complex and complicated. The purpose of this study was to identify the implementation of pressure ulcer prevention and factors that have affect to pressure ulcer prevention in hospital.
The design of the study is a qualitative research with case study approach. The sampling technique is purposive sampling. Participants in this study amounted to 29 participants that consisting nurses and management of Panembahan Senopati Hospital. Data was collected through by observation, documentation studies, focus group discussions (FGD) and in-depth interviews. Analysis of the data using a data analysis technique according to Miles & Huberman.
Based on the analysis was concluded that the pressure ulcer prevention in the inpatient wards is risk assessment, reposition, skin assessment, skin care, improved nutrition, support surfaces and documentation. Obedience in the implementation prevention of pressure ulcer in a patient safety improvement in the Ward of Panembahan Senopati Hospital is non adherent. The factors that influence to the prevention of pressure ulcer in a patient safety improvement in the ward of Panembahan Senopati Hospital is management policies, infrastructure procurement policies, infrastructure limitations, reporting system, minimum standards of incidence and patient safety.
Keywords : prevention, pressure ulcer, patient safety
Pendahuluan
Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah
mempertahankan integritas kulit. Perawat dengan teratur mengobservasi
kerusakan atau gangguan integritas kulit pada klien. Gangguan integritas kulit
terjadi akibat tekanan yang lama, iritasi kulit atau imobilisasi sehingga
menyebabkan terjadinya dekubitus (Potter & Perry, 2006). Usaha – usaha untuk
meningkatkan mutu pencegahan luka tekan juga ditempuh oleh National Pressure
Ulcers Advisory Panel (NPUAP) melalui pembuatan Quick Reference Guide
pencegahan luka tekan yang merupakan pedoman berbasis bukti pada pencegahan
luka tekan. Walaupun usaha – usaha peningkatan mutu tindakan pencegahan luka
4
tekan telah dilakukan, gejala – gejala menunjukkan bahwa permasalahan yang
terjadi dalam usaha pencegahan luka tekan oleh perawat masih cukup komplek
dan rumit.
Rogenski (2012) mengemukakan bahwa meskipun luka tekan (pressure
ulcers) telah banyak dibahas, luka tekan masih merupakan masalah yang parah
bagi pasien di rumah sakit. Teknik untuk pencegahan dan deteksi luka tekan
masih tetap sangat terbatas, dengan demikian, pendeteksian dan pencegahan
kejadian luka tekan terutama hanya didasarkan pada pengalaman dari perawat
(Deprez et al, 2011). Bogie (2011) menyampaikan bahwa tegangan gaya robek
(shear) secara luas diakui sebagai faktor risiko terjadinya atau perkembangan luka
tekan. Akan tetapi kehandalan dan teknik yang efektif untuk mengevaluasi
tegangan gaya robek (shear) belum dapat dilaksanakan. Miyazaki (2010)
mengemukakan bahwa dalam prakteknya perawat sangat sering tidak
mendasarkan intervensi keperawatan pada bukti (evidence-based,) tetapi pada
mitos, tradisi dan berdasarkan pengalaman diri sendiri atau pengalaman perawat
lain. Studi pendahuluan di lokasi penelitian, peneliti mendapati masalah yang
hampir mirip dengan apa yang sudah disampaikan sebelumnya seperti, tindakan
pencegahan kejadian luka tekan yang tidak dilakukan sejak dini, pengkajian resiko
hanya dengan berdasarkan pengalaman yang pernah dialami oleh perawat,
kurangnya kekonsistenan dalam pencegahan luka tekan maupun
pendokumentasian yang kurang dari hasil pengkajian resiko.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pelaksanaan pencegahan
luka tekan dan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap tindakan pencegahan
luka tekan di Rumah Sakit. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan tentang
perihal yang berkenaan dengan pencegahan luka tekan yang dilakukan oleh
perawat dan dapat dijadikan bahan masukan atau sumber data bagi peneliti lain
yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor – faktor yang
berpengaruh terhadap pencegahan luka tekan oleh perawat.
5
Metode
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan Studi Kasus. Sampel dalam penelitian ini adalah 9 Perawat Pelaksana
di ruang rawat inap, 8 Perawat Primer di ruang rawat inap, 5 Kepala Ruang di
ruang rawat inap, Kepala Seksi Keperawatan & Kebidanan, Kepala Bidang
Keperawatan & Mutu, Kepala Seksi Mutu & Audit Klinik, Kepala Seksi
Pelayanan Medik Penunjang & Bedah Sentral, Infection Prevention & Control
Nurse (IPCN), Kepala Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit dan Wakil Direktur
Pelayanan & Penunjang. Teknik pengambilan sampel dengan teknik Purposive
Sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, studi dokumentasi, focus
group discussion (FGD) dan wawancara mendalam (in-depth interview). Teknik
analisa data berdasarkan teknik Miles & Huberman yang dalam penelitian ini
meliputi data collection, data reduction, data display dan conclusion. Pengujian
keabsahan data dalam penelitian ini meliputi pengujian credibility ; yaitu, dengan
mentriangulasi (triangulate) data hasil focus group discussion (FGD) &
wawancara mendalam (in-depth interview) dengan hasil observasi dan studi
dokumentasi. Pengujian transferability ; pembuatan laporan penelitian secara
jelas, rinci, sistematis dan dapat dipercaya. Pengujian dependability ; dilakukan
dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian oleh auditor
yang berkompeten di bidangnya. Pengujian confirmability ; pengujian dilakukan
dengan membicarakan hasil penelitian dengan auditor yang berkompeten di
bidangnya.
6
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui pelaksanaan pencegahan pressure
ulcer di ruang rawat inap RSUD Panembahan Senopati sebagai berikut :
Tabel 1. Kepatuhan Pencegahan Pressure Ulcer di Ruang Rawat Inap Penyakit
Dalam dan Bedah RSUD Panembahan Senopati
No Ruang Rawat Inap Nilai KepatuhanPersentase (%) Interpretasi
1 Nusa Indah 43% Tidak Patuh2 Melati 52% Tidak Patuh3 Flamboyan 47% Tidak Patuh4 Cempaka 57% Tidak Patuh5 Bakung 47% Tidak Patuh
Rata – rata 49% Tidak Patuh
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan pencegahan
pressure ulcer dalam peningkatan keselamatan pasien/patient safety di ruang rawat
inap RSUD Panembahan Senopati dalam kategori tidak patuh. Selain itu dari hasil
observasi dan focus group discussion (FGD) dengan perawat pelaksana, perawat
primer dan kepala ruang dapat diketahui bahwa pelaksanaan pencegahan pressure
ulcer di ruang rawat inap RSUD Panembahan Senopati antara lain, penilaian
resiko, pergantian posisi, penilaian kulit, perawatan kulit, peningkatan nutrisi,
dukungan permukaan dan pendokumentasian.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam (indepth-interview) dengan Kepala
Seksi Keperawatan & Kebidanan, Kepala Bidang Keperawatan & Mutu, Kepala
Seksi Mutu & Audit Klinik, Kepala Seksi Pelayanan Medik Penunjang & Bedah
Sentral, Infection Prevention & Control Nurse (IPCN), Kepala Tim Keselamatan
Pasien Rumah Sakit dan Wakil Direktur Pelayanan & Penunjang, peneliti
menemukan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pencegahan pressure
ulcer dalam peningkatan keselamatan pasien di Ruang Rawat Inap RSUD
Panembahan Senopati, antara lain :
7
1. Kebijakan pencegahan pressure ulcer ; antara lain, adanya SPO, revisi SPO,
pelatihan, meeting morning serta keterlibatan tim PPI dan tim Patient Safety.
Terdapat beberapa kendala dalam hal kebijakan pencegahan luka tekan di
rumah sakit yang antara lain, belum adanya kebijakan khusus untuk
pencegahan luka tekan dan hanya evaluasi SPM, belum ada tim khusus untuk
pencegahan luka tekan, IPCN tidak purna waktu, belum adanya kesepahaman
antara manajer dengan IPCN, belum adanya IPCLN, tidak ada rapat gabungan
antara ketua PPI dengan ketua Keselamatan Pasien. Hal tersebut terlihat seperti
dalam kutipan berikut ini :“tapi sudah ada evaluasi .. hehehe … evaluasi .. programnya ya hanya evaluasi SPM itu
… tapi program yang spesifik yang khusus untuk pencegahan itu mungkin secara eksplisit
belum bisa dibuat .. “ (P23,W1,36)
“ selama ini memang dari kepala seksi mutu masih bekerjasama dengan kepala ruang
dan PN yang ada di ruangan .. jadi belum ada tim khusus …” (P23,W1,46)
“kebetulan kan karena kendalanya karena tidak purna waktu ..” (P29,W7,2)
“jadi nyuwun sewu mungkin manajer kurang bisa menggambarkan bahwa sebetulnya
yang dikerjakan itu banyak .. jadi masih dianggap oh disambi saja .. bisa .. mungkin ya ..
jadi kadangkala masih butuh kesepahaman “ (P29,W7,4)
“yang jelas koordinasi .. karena dari IPCN ke ruangan .. itu kan seolah – olah tidak
punya taring ya .. dan tidak ada link yang dihubungi siapa .. setidaknya yang sama –
sama mempunyai persepsi yang sama .. diruangan kan nggak ada ..” (P29,W7,10)
“memang selama ini antara kalau dari ketua tidak ada rapat gabungan “ (P29,W7,18)
Lyder et al cit. Lyder & Ayello (2008), menyampaikan bahwa timbulnya
luka tekan bukan hanya kesalahan dari asuhan keperawatan, melainkan
kegagalan seluruh sistem perawatan kesehatan.
2. Kebijakan pengadaan sarana prasarana ; pengadaan sarana prasarana
berdasarkan usulan dari ruangan, pengadaan berdasarkan prioritas,
perencanaan pengadaan dilakukan di akhir tahun, pemenuhan sarana prasarana
dilakukan secara bertahap, adanya proses peminjaman sarana prasarana antar
ruangan dan diperlukan inovasi terkait keterbatasan sarana prasarana di
ruangan. Terdapat kendala dalam hal kebijakan pengadaan sarana prasarana
antara lain, dikarenakan RSUD Panembahan Senopati berstatus BLUD dan
adanya keterbatasan anggaran maka proses penggalian anggaran bersifat
8
mencari dulu dan bertahap sehingga pemenuhan sarana prasarana berdasarkan
prioritas. Secara spesifik hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini :“karena ya karena rumah sakit kami BLUD sehingga itu memang betul – betul … ee..
kita .. kita pikirkan betul .. mana – mana yang betul – betul prioritas untuk pemenuhan ..
karena memang terus terang … kita karena keterbatasan anggaran ..” (P27,W5,8)
“terkait dengan pemenuhan sarana dan prasarana memang sesuai dengan misi kami
memang kan secara bertahap … tidak bisa kemudian pure semua terpenuhi ” (P27,W5,8)
Bagaimanapun juga pemenuhan sarana prasarana dalam program
pencegahan luka tekan dalam peningkatan keselamatan pasien yang dalam hal
ini bed dekubitus tetap harus mempertimbangkan beberapa hal, seperti yang
disampaikan oleh Lyder (2008), bahwa perawat harus memilih sarana
prasarana (bed dekubitus) yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
pasien serta institusi rumah sakit (misalnya, kemudahan penggunaan maupun
ketersediaan biaya atau anggaran).
3. Keterbatasan sarana prasarana ; sarana prasarana terkait pencegahan dekubitus
yaitu bed dekubitus di RSUD Panembahan Senopati masih terbatas dan
terdapat ketidaksesuaian antara jumlah pasien dengan ketersediaan bed
dekubitus di rumah sakit seperti dalam kutipan berikut ini :“ kita terbatas akan adanya kasur dekubitus … kalau itu dimungkinkan setiap ruangan
itu bisa menyediakan itu alangkah baiknya …” (P2,F3,42)
“ terbatasnya kasur dekubitus ya … kalau di rumah sakit ini tidak semua ruangan
memiliki.. “ (P10,F2,32)
“kalau dirumah sakit ini mungkin kasur dekubitus terbatas ya … jadi mungkin kita
mobilisasi miring terus diganjel sama pakai bantal …” (P19,F1,87)
Bagaimanapun penggunaan bed dekubitus sangatlah dibutuhkan dalam
pencegahan luka tekan dalam peningkatan keselamatan pasien di rumah sakit,
seperti yang disampaikan oleh Reddy et al (2006) dari sistematis review
dengan 49 penelitian RCT (Randomized Control Trial) yang meneliti peran
dukungan permukaan dalam mencegah terjadinya luka tekan, menyimpulkan
bahwa tidak ada satu kategori dari dukungan permukaan telah ditemukan
untuk menjadi unggul dari yang lain namun bed dekubitus lebih
menguntungkan daripada kasur standar rumah sakit.
9
4. Sistim pelaporan ; sistem pelaporan yang berjalan terkait pencegahan luka
tekan adalah pelaporan adanya kasus dekubitus langsung dilaporkan oleh
kepala ruang kepada bagian mutu dalam hal ini adalah Kepala Seksi Mutu dan
Audit Klinik yang selanjutnya akan dilakukan analisis setiap 3 bulan dengan
bidang – bidang terkait. Terdapat kendala dalam sistem pelaporan antara lain,
ketidaksiapan untuk proses analisis laporan, belum adanya tindak lanjut,
pelaporan dari kepala ruang langsung ke bidang mutu dikarenakan belum
adanya IPCLN, tidak adanya pengolahan data oleh IPCN, pelaporan sudah
berjalan tetapi monitoring dan evaluasi belum berjalan. Hal tersebut terlihat
seperti dalam kutipan berikut ini :“ memang saat ini … untuk analisisnya sendiri kita juga belum siap ..” (P24,W2,24)
“tetapi juga belum .. apa ya .. belum … sama sekali sih .. tapi belum – belum juga hehe
…” (P24,W2,24)
“laporan itu jalan .. cuma langsung ke bidang mutu .. jadi tidak ada pengolahan disitu ..
jadi bentuknya hanya laporan saja” (P29,W7,6)
“walaupun untuk saat ini .. memang laporan sudah masuk .. tapi untuk monitoring
evaluasi nanti sampai sejauh mana itu memang kita belum ke sana … “ (P29,W7,20)
Menurut Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2008), bahwa metode
yang digunakan untuk mengidentifikasi resiko salah satu caranya adalah
dengan mengembangkan sistim pelaporan dan sistim analisis. Dapat
dipastikan bahwa sistim pelaporan akan mengajak semua orang dalam
organisasi untuk peduli akan bahaya / potensi bahaya yang dapat terjadi
kepada pasien.
5. Standar minimal angka kejadian pressure ulcer ; RSUD Panembahan Senopati
mematok angka standar minimal kejadian pressure ulcer sebesar 0% menurut
Kepala Seksi Bidang Mutu dan Audit Klinik sedangkan menurut Wakil
Direktur Pelayanan dan Penunjang Medik sebesar kurang dari 2%. Seperti
dalam kutipan berikut :“ kalau standarnya zero … nol .. seharusnya” (P24,W2,12)
“standarnya .. itu kalau angka dekubitus itu .. kalau nggak salah kurang dari 2 % apa
ya .. (P27,W5,12)
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) angka
kejadian pressure ulcer dalam Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
10
adalah sebesar kurang dari 1.5%. Selayaknya standar menurut Departemen
Kesehatan ini diikuti oleh semua rumah sakit di Indonesia akan tetapi karena
perbedaan pengelolaan maka ada beberapa hal yang dijadikan patokan oleh
manajer, seperti dalam kutipan berikut :“kurang dari 2% kalau tidak salah .. ya kita ini kan tergantung dari laporan juga ya dari
teman – teman di bawah ya .. “ (P27,W5,12)
6. Keselamatan pasien rumah sakit ; pencegahan dekubitus di rumah sakit juga
masuk ke dalam mutu keselamatan pasien rumah sakit sehingga dalam
aplikasinya di dalam pencegahan luka tekan dari tim keselamatan pasien akan
lebih memperhatikan bagaimana keamanan pasien, sedangkan tim PPI lebih
memperhatikan bagaimana teknik yang harus dilakukan dalam pencegahan
dekubitus. Oleh karena itu program keselamatan pasien terintegrasi dengan
program pencegahan luka tekan di rumah sakit. Seperti dalam kutipan berikut “didalam program – program patient safety itu ada yang terkait dengan program PPI ..
makanya ini tidak bisa dipisahkan … “(P29, W7, 14)
“kalau itu hubungannya karena itu lebih ke arah mutu patient safety … jadi nanti .. di
dalam pencegahan .. dari tim patient safety kan dia lebih memperhatikan bagaimana
keamanan .. lalu kalau PPI nya .. lebih memperhatikan bagaimana ke teknik yang harus
dilakukan ..”
“tapi harus ada koordinasi dengan PPI .. tidak bisa dipisahkan .. termasuk dalam
penilaian itu pun .. bahwa ada pertemuan yang menggambarkan bahwa ada koordinasi
dengan tim PPI dengan patient safety itu ada ..”
(P29, W7, 16)
“ kalau menurut saya harus terintegrasi tho .. pencegahan infeksi … keselamatan pasien
… dan segala macem harus terintegrasi … rumah sakit … pelayanannya kan dalam
bentuk team work kan … tidak bisa sendiri – sendiri … masing – masing saling
berhubungan … kan gitu .. ya thoo … “
(P28, W6, 40)
Menurut Ling cit. Jarvis (2007), bahwa keselamatan pasien dan
pengendalian infeksi (pencegahan luka tekan) berbagi tujuan untuk
melindungi pasien dari bahaya. Keterkaitan yang kuat antara keselamatan
pasien, pengendalian infeksi dan kualitas pelayanan diperlukan untuk hasil
yang optimal yaitu memastikan keselamatan pasien dan kualitas pelayanan
yang lebih baik kepada pasien sementara mereka berada di rumah sakit.
11
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka bisa diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pencegahan pressure ulcer di ruang rawat inap RSUD Panembahan Senopati
antara lain, penilaian resiko, pergantian posisi, penilaian kulit, perawatan kulit,
peningkatan nutrisi, dukungan permukaan dan pendokumentasian. Kepatuhan
pelaksanaan pencegahan pressure ulcer dalam peningkatan keselamatan
pasien/patient safety di ruang rawat inap RSUD Panembahan Senopati dalam
kategori tidak patuh.
2. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap pencegahan pressure ulcer dalam
peningkatan keselamatan pasien/patient safety di RSUD Panembahan Senopati
antara lain :
a. Kebijakan manajemen di RSUD Panembahan Senopati.
b. Kebijakan pengadaan sarana prasarana di RSUD Panembahan Senopati.
c. Sistem pelaporan di RSUD Panembahan Senopati.
d. Keterbatasan sarana prasarana di RSUD Panembahan Senopati.
e. Standar minimal angka kejadian pressure ulcer di RSUD Panembahan
Senopati.
f. Keselamatan pasien rumah sakit/patient safety di RSUD Panembahan
Senopati.
12
Saran
1. Perlunya pengkajian/assesment resiko pasien pressure ulcer (Braden Scale) di
ruang rawat inap RSUD Panembahan Senopati.
2. Perlunya promosi kesehatan tentang pressure ulcer terhadap pasien di RSUD
Panembahan Senopati.
3. Perlunya keberadaan Infection Prevention and Control Nurse (IPCN)
paripurna dan Infection Prevention and Control Link Nurse (IPCLN) di RSUD
Panembahan Senopati sehingga proses monitoring dan pelaporan terkait
pressure ulcer bisa berjalan dengan baik.
4. Perlunya sosialisasi dan pelatihan program pencegahan pressure ulcer di
RSUD Panembahan Senopati.
5. Perlunya penambahan sarana prasarana terkait pencegahan pressure ulcer di
RSUD Panembahan Senopati.
6. Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit dan Tim Pencegahan & Pengawasan
Infeksi harus lebih berperan aktif pada program pencegahan pressure ulcer di
RSUD Panembahan Senopati.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. DR. Elsye Maria Rosa, M.Kep. atas masukan dan arahannya.
2. Azizah Khoiriyati, S.Kep., Ns., M.Kep. dan Falasifah Ani Yuniarti, S.Kep.,
Ns., MAN atas saran dan kritik membangunnya.
3. Direksi & Manajemen, Kepala Ruang beserta Staf Keperawatan Ruang Rawat
Inap Penyakit Dalam dan Bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul yang
telah bersedia menjadi informan dan partisipan dalam penelitian ini.
13
Gambar
Gambar 1. Bagan Hasil Penelitian
14
Pencegahan Pressure Ulcer
Kebijakan Pencegahan- SPO- Forum- Pelatihan- Meeting morning- Tim PPI & PS- Perlunya sosialisasi
pencegahan- Perlunya pelaporan,
monitoring dan tindak lanjut
Sistem Pelaporan- Pelaporan di Bidang
Mutu- Proses pelaporan
dari kepala ruang ke Bidang Mutu
- Analisa tiap 3 bulan- Tim survey dari tim
PPI & PS
Standar Angka Minimal Kejadian- Angka standar
kejadian adalah 2%- Terdapat kejadian
dekubitus di Rumah Sakit
Kebijakan Pengadaan Sarana Prasarana- Pengadaan sarana prasarana
berdasarkan usulan ruangan- Pengadaan berdasarkan
prioritas - Perencanaan pengadaan
dilakukan di akhir tahun- Pemenuhan sarana
prasarana dilakukan secara bertahap
- Adanya proses peminjaman sarana prasarana antar ruangan
- Diperlukan inovasi di ruangan terkait keterbatasan sarana prasarana
- Pengadaan jumlah bed dekubitus berdasarkan kasus yang ada
Penilaian Resiko- Identifikasi resiko
berdasarkan kasus pasien
- Dampak Potensial berdasarkan kondisi pasien dan lingkungan
- Pengkajian Resiko dengan pemeriksaan fisik
Pergantian Posisi- Mika – miki- Frekuensi mika –
miki- Edukasi mika -
miki
Perawatan Kulit- Personal hygiene- Menjaga
kelembaban- Masase
Penilaian Kulit- Tanda – tanda
kemerahan- Kelembaban- Iritasi- Tanda – tanda
kehitaman
Peningkatan Nutrisi- Pengkajian status
nutrisi berkolaborasi- Monitor status nutrisi
berkolaborasi- Estimasi oleh tim gizi
Dukungan Permukaan- Bed dekubitus- Cincin- Handscoen- Bantal- Plabot- Donat
Pendokumentasian- Pengkajian kulit- Perawatan kulit- Reposisi &
Edukasi
Sarana Prasarana- Keterbatasan
bed dekubitus- Ketidaksesuaian
jumlah pasien dengan bed dekubitus
PatientSafety
Tindakan pencegahan pressure ulcer di ruang rawat inap
Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap pencegahan pressure ulcer
Rujukan
1. Baranosky, Sharon., Ayello, Elizabeth A. (2012). Wound Care Essentials
Practice Principles 3rd Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia
2. Baumgarten, Mona., Shardell, Michelle & Rich, Shayna. (2009).
Methodological Issues in Studies of the Effectiveness of Pressure Ulcer
Prevention Interventions. Adv Skin Wound Care. 2009 April ; 22(4): 180–
190. Diakses 3 November 2012 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2841287/pdf/nihms-
172471.pdf
3. Bluestin, Daniel., Javaheri, Askan. (2008). Pressure Ulcers: Prevention,
Evaluation, and Management. American Family Physician 2008;78(10):1186-
1194. Diakses 14 November 2013 dari
http://www.aafp.org/afp/2008/1115/p1186.pdf
4. Bogie, Kath M. (2011). Evidence-Based Practice in Wound Care : Toward
Addressing Our Knowledge Gaps. JRRD, Volume 48, Number 3, 2011.
Diakses 1 November 2012 dari
http://www.rehab.research.va.gov/jour/11/483/pdf/pagevii.pdf
5. Bryant, Ruth A. (2000). Acute & Chronic Wounds, Nursing Management 2nd
Edition. Mosby Inc. St. Louis Missouri
6. Cox, Jill. (2011). Predictors of Pressure Ulcers in Adult Critical Care
Patients. AJCC American Journal of Critical Care, September 2011, Volume
20, No. 5. Diakses 3 November 2012 dari
http://ajcc.aacnjournals.org/content/20/5/364.full.pdf+html
7. Dahlstrom, Marcus et al. (2011). Improving Identication and Documentation
of Pressure Ulcers at an Urban Academic Hospital. Jt Comm J Qual Patient
Saf. 2011 March ; 37(3): 123–130. Diakses 1 November 2012 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3278963/pdf/nihms352592.pd
f
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Jakarta
15
9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Pedoman Manajerial
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta
10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) Edisi 2. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
11. Deprez, Jean-Francoiz et al. (2011). On the Potential of Ultrasound
Elastography for Pressure Ulcer Early Detection. Med Phys. 2011 April ;
38(4). Diakses 30 Oktober 2012 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3337043/pdf/halms598688.pdf
12. Gude, Dilip. (2011). Management of Pressure Ulcers – What is new. Journal
of Mid-life Health. Juli-Dec-2011 Vol 2 Issue 2. Diakses 17 November 2013
dari http://www.jmidlifehealth.org/temp/JMid-lifeHealth2291-
1678373_043943.pdf
13. Ignatavicius & Workman. (2006). Medical Surgical Nursing ; Critical
Thinking for Collaborative Care. 5th Edition. Sounders Company. Philadelphia
14. Joint Commision International. (2010). Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi
4. PT. Gramedia. Jakarta
15. Joint Commision International. (2013). 2014 Hospital National Patient Safety
Goals. The Joint Commision Accreditation Hospital. Diakses 4 November
2013 dari
http://www.jointcommission.org/assets/1/6/2014_HAP_NPSG_E.pdf
16. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit. (2008). Pedoman Pelaporan
Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety Incident Report) Edisi 2.
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS). Jakarta
17. Krasner, Diane L., Rodeheaver, George T., Sibbald, Gary. (2007). Chronic
Wound Care : a Clinical Source Book for Healthcare Professionals 4th
Edition. HMP Communications. Malvern
18. Lehrer, Michael (2008). Bedsore ; Decubitus Ulcer. Diakses 15 Oktober 2012
dari http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007071.htm
16
19. Lewis, Sharon Mantik et al. (2004). Medical Surgical Nursing, Assessment
and Management of Clinical Problems Vol. 1. 6th Edition. Mosby Publisher.
St. Louis, Missouri
20. Ling, Moi Lin cit. Jarvis, William R. (2007). Bennett & Brachman’s Hospital
Infection 5th Edition ; Patient Safety. Lippincott Williams & Wilkins.
Philadelphia
21. Lyder, Courtney H., Ayello, Elizabeth A. (2008). Pressure Ulcers : a Patient
Safety Issue in Patient Safety and Quality : An Evidence-Based Handbook for
Nurses. AHRQ Publisher. Diakses 8 November 2012 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2650/pdf/ch12.pdf
22. Mitchell, Pamela H. (2008). Defining Patient Safety and Quality Care in
Patient Safety and Quality : An Evidence-Based Handbook for Nurses. AHRQ
Publisher. Diakses 8 November 2012 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2681/pdf/ch1.pdf
23. Miyazaki, Margareth Yuri., Calin, Maria Helena Larcher & Benedita dos
Santos, Claudia. (2010). Knowledge on Pressure Ulcer Prevention Among
Nursing Professionals. Rev. Latino-Am. Enfermagem 2010 Nov-
Dec;18(6):1203-11. Diakses 30 Oktober 2012 dari
http://www.scielo.br/pdf/rlae/v18n6/22.pdf
24. National Pressure Ulcers Advisory Panel (NPUAP). (2010). Pressure Ulcers
Prevention Quick Reference Guide. Diakses 29 Oktober 2012 dari
http://www.npuap.org/wp.content/uploads/2012/03/Final_Quick_Prevention_f
or_web_2010.pdf
25. Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan ; Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Professional Edisi 3. Penerbit Salemba Medika. Jakarta
26. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 / Menkes /
Per /VIII / 2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Diakses 18
Desember 2012 dari
http://manajemenrumahsakit.net/wp-content/uploads/2012/09/PMK-No.-1691-
ttg-Keselamatan-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
17
27. Petterson, Matthew J. et al. (2013). Patient Repositioning and Pressure Ulcer
Risk—Monitoring Interface Pressures of At-Risk Patients. JRRD Volume 50,
Number 4. Diakses 12 November 2013 dari
http://www.rehab.research.va.gov/jour/2013/504/pdf/page477.pdf
28. Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin. (2006). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 Volume 2. Penerbit EGC.
Jakarta
29. Reddy, Madhuri et al. (2006). Preventing Pressure Ulcers: A Systematic
Review. The Journal of the American Medical Association. 2006;296(8):974-
984. Diakses 19 November 2013 dari
http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=203227
30. Rich, E. Shayna et al. (2009). Pressure Ulcer Preventive Device Use Among
Elderly Patients Early in The Hospital Stay. Nurs Res. 2009 ; 58(2): 95–104.
Diakses 4 November 2012 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2832670/pdf/nihms172462.pd
f
31. Rogenski, Noemi Marisa Brunet & Kurcgant, Paulina. (2012). The Incidence
of Pressure Ulcers After The Implementation of a Prevention Protocol. Rev.
Latino-Am. Enfermagem. 2012 Mar. - Apr. ; 20 (2) : 333 - 9. Diakses 30
Oktober 2012 dari http://www.scielo.br/pdf/rlae/v2on2/16.pdf
32. Sanada, Hiromi. (2005). Pressure Ulcer Management ; Pressure Distribution.
Pressure Ulcer Research Group, Department of Gerontological Nursing,
University of Tokyo & Department of Clinical Nursing, Kanazawa University.
Diakses 16 November 2013 dari
http://square.umin.ac.jp/sanada/english/admin/3-2.html
33. Smeltzer, SC., Bare, BG., Hinkle, JL. & Cheever, KH. (2008). Textbook of
Medical-Surgical Nursing : Brunner & Suddarth’s. 11th Edition. Lippincott
Williams & Wilkins. Philadelphia
18
34. Sprigle, Stephen., Sonenblum, Sharon. (2011). Assessing Evidence Supporting
Redistribution of Pressure for Pressure Ulcer Prevention : A Review. JRRD
Volume 48, Number 3, Pages 203–214. Diakses 14 November 2013 dari
http://www.rehab.research.va.gov/jour/11/483/pdf/page203.pdf
35. Suriadi, et al. (2002). Study of Reliability and Validity of The Braden Scale
Translated Into Indonesian. Diakses 20 November 2012 dari
http://square.umin.ac.jp/sanada/japanese/group/04Paris.pdf/04Paris-10.pdf
36. Suriadi, Sanada H., Sugama, J., Thigpen B., Subuh, M. (2008). Development
of a New Risk Assessment Scale For Predicting Pressure Ulcer In an Intensive
Care Unit. Nursing in Critical Care 2008. Jan-Feb;13(1):34-43.
Diakses 2 November 2012 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18226053#
37. Teno, Joan M et al. (2012). Feeding Tubes and the Prevention or Healing of
Pressure Ulcers. Arch Intern Med. 2012 May 14; 172(9): 697–701. Diakses
14 November 2013 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3555136/pdf/nihms431338.pd
f
38. Walton - Geer, Patina S. (2009). Prevention of Pressure Ulcers in the Surgical
Patient. AORN Journal, March 2009, Vol 89, No 3. Diakses 29 Oktober 2012
dari http://www.isgwed.aorn.org/ISGweb/downloads/CEA09100-1115.pdf
19