Rebt kel.4

21
MAKALAH TEORI DAN TEKNIK KONSELING “PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF BEHAVIOR THERAPY (REBT)Dosen : Dra.Hj.Ani Wardah,S.Pd.M.Pd Asisten dosen : Akhmad Sugiyanto,S.Pd.M.Pd DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2 : SITI AISYAH ( 13.22.0076 ) ASTRIANA (13.22.0012) FAKHRI ANANDA (13.22.0006) DEWI DAHMILASANTI ASTUTI (14.22.0148) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( FKIP ) PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN ( UNISKA ) MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARY BANJARMASIN 2015

Transcript of Rebt kel.4

Page 1: Rebt kel.4

MAKALAH

TEORI DAN TEKNIK KONSELING

“PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF BEHAVIOR THERAPY (REBT)”

Dosen :

Dra.Hj.Ani Wardah,S.Pd.M.Pd

Asisten dosen :

Akhmad Sugiyanto,S.Pd.M.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2 : SITI AISYAH ( 13.22.0076 )

ASTRIANA (13.22.0012)

FAKHRI ANANDA (13.22.0006)

DEWI DAHMILASANTI ASTUTI (14.22.0148)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( FKIP )

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN ( UNISKA )

MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARY

BANJARMASIN

2015

Page 2: Rebt kel.4

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-

Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat

menyelesaikankan makalah mata kuliah “Teori dan Teknik

Konseling”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar

Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan

sunnah untuk keselamatan umat islam di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok “PENDEKATAN REBT

(Rational Emotif Behavior Therapy)” pada mata kuliah teori dan teknik konseling

di program studi bimbingan dan konseling Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

pada Universitas Islam Kalimantan (uniska).

Kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam

penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang

konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 05 November 2015

Tim penyusun

Page 3: Rebt kel.4

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ............................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................... 1

C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................. 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN REBT ..................................................... 3

B. HAKIKAT MANUSIA .............................................................................. 5

C. PERKEMBANGAN PERILAKU .............................................................. 7

D. HAKIKAT KONSELING .......................................................................... 9

E. KONDISI PENGUBAHAN ..................................................................... 10

F. MEKANISME PENGUBAHAN ............................................................. 13

G. HASIL PENELITIAN .............................................................................. 15

H. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN REBT ............................................ 15

BAB III : PENUTUP

A. KESIMPULAN ........................................................................................ 17

B. SARAN .................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

Page 4: Rebt kel.4

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rational Emotive Behaviour Therapy di kembangkan sejak pertengahan

tahun 1950-an oleh Albert Ellis. Dalam formulasi awalnya, dia menekankan

terapi rasional, yaitu unsur kognitif dari perilaku manusia. Asumsi ini sangat

bertentangan dengan asumsi yamg populer pada pertengahan tahun 1950-an.

Kemudian pendekatan ini diperluas dengan memasukan unsur perilaku

disamping unsur kognitif (Ellis,1962).

Modifikasi selanjutnya dari RET ini mencakup penerapan teknik-teknik

konseling perilaku. Pendekatan ini telah mengalami evolusi sedemikian rupa,

yang pada akhirnya menjelma menjadi pendekatan yang komprehensif dan

ekletik yang menekankan unsur-unsur berfikir, menimbang, memutuskan dan

melakukan.

Tujuan pendekatan ini dalam konseling adalah mencangkup konsep-

konsep pokok, penerapan prinsip-prinsip pendekatan REBT dalam konseling

kelompok, tujuan konseling dengan pendekatan ini, peranan dan fungsi

konselor, tahap-tahap konseling dan mampu merancang praktek konseling

berdasarkan pendekatan ini.

B. RUMUSAN MASALAH

I. Apa Sejarah perkembangan REBT ?

J. Apakah Hakikat Manusia ?

K. Bagiamana Perkembangan Perilaku ?

L. Apa Hakikat Konseling ?

M. Bagaimana Kondisi Pengubahan ?

N. Apa Mekanisme Pengubahan ?

Page 5: Rebt kel.4

2

O. Bagaimana Hasil Penelitian ?

P. Apa Kelemahan dan Kelebihan REBT ?

C. Tujuan Penulisan

Makalah ini memiliki beberapa tujuan antara lain :

1. Para pembaca khususnya mahasiswa dapat mengetahui memahami tentang

sejarah Rational emotive behaviour therapy group counseling.

2. Mahasiswa dapat memahami konsep dasar pendekatran ini.

3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana peran kelompok

dalam pendekatan ini.

4. Mahasiswa juga dapat mengetahui tahapan-tahapan dalam pendekatan ini.

Page 6: Rebt kel.4

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN

Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) sebagai salah satu

pendekatan dalam konseling individu dan kelompok, dikembangkan oleh

Alber Ellis sejak tahun 1955. Albert Ellis lahir di Pittsburg, Pensylvania tahun

1913. Sebagai pakar psikologis klinis, ia memulai karirnya di bidang

konseling perkawinan, keluarga dan seks. Rational Emotive Behavior Therapy

lahir dari ketidakpuasan Ellis terhadap praktek konseling tradisional yang

dinilai kurang efisien, khususnya psikoanalitik klasik yang pernah ditekuni.

Berdasarkan temuan-temuan eksperimen dan klinisnya, Ellis memperkenalkan

pendekatan baru yang lebih praktis, yaitu Rational Emotive Behavior Therapy.

Pendekatan ini menjadi popular bersamaan dengan dipublikasian buku

perdanya ”Reason an Emotion in Psychotherapy” pada tahun 1962. Albert

Ellis (2 September 1913 – 24 Juli 2007) adalah seorang psikolog Amerika, ia

dilahirkan dari keluarga Yahudi dan merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara. Ayah Ellis adalah seorang pengusaha yang sering melakukan

perjalanan bisnis dan kurang memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya.

Dalam otobiografinya, Ellis menyebutkan ibunya sebagai perempuan yang

tenggelam dalam kesibukannya sendiri dan merupakan pengoceh yang tidak

pernah mendengar orang lain. Seperti ayahnya, ibunya mempunyai jarak

emosional dari anak-anaknya. Ellis mengatakan bahwa pada saat dia pergi

sekolah, ibunya masih tidur dan pada saat pulang sekolah ibunya sudah tidak

ada di rumah. Kepahitan tentang kedua orang tuanya itu, Ellis harus

mengambil tanggung jawab untuk mengurus saudara-saudaranya. Sebagai

anak-anak, Ellis sering sakit dan menderita berbagai masalah kesehatan pada

masa remajanya. Pada umur 5 tahun, dia dirawat di rumah sakit karena

penyakit ginjal, kemudian juga karena penyakit amandel yang menyebabkan

infeksi kerongkongan yang parah sehingga memerlukan operasi. Orang tuanya

hampir tidak memberikan dukungan emosional dan jarang sekali

menjenguknya. Ellis mengatakan bahwa dia belajar berkonfrontasi dengan

Page 7: Rebt kel.4

4

penderitaannya itu. Pada tahun 1947 Ellis memperoleh gelar Doktor

kehormatan di Columbia dan pada saat itu dia meyakini bahwa psikoanalisis

merupakan bentuk terapi yang sangat mendalam dan sangat efektif. Seperti

halnya dengan para psikolog di saat itu, dia sangat tertarik dengan teori

Sigmund Freud. Kemudian lama kelamaan kesetiannya kepada psikoanalisis

memudar. Dalam formasi awalnya, Ellis menekankan terapi rasional, yaitu

unsur kognitif dari perilaku manusia, asumsi ini sangat bertentangan dengan

asumsi yang popular pada pertengahan tahun 1950-an. Kemudian

pendekatannya itu diperluas dengan memasukkan unsur perilaku disamping

unsur kognitif. Modifikasi selanjutnya Rational Emotive Behavior Therapy ini

mencakup teknik-teknik konseling perilaku seperti relaksasi, metode khayal,

latihan menyerang perasaan malu. Dengan demikian, Rational Emotive

Behavior Therapy ini dapat dipandang sebagai model terapi perilaku yang

berorientasi kognitif. Pendekatan ini telah mengalami evolusi sedemikian

rupa, yang pada akhirnya menjelma menjadi pendekatan yang komprehensif

dan ekletik yang menekankan unsur-unsur berpikir, menimbang, memutuskan

dan melakukan. Rational Emotive Behavior Therapy tergolong pada ancangan

konseling yang berorientasi kognitif. Pendekatan ini merupakan salah satu

bentuk konseling aktif-direktif yang menyerupai proses pendidikan

(education) dan pengajaran (teaching) dengan mempertahankan dimensi

pikiran daripada perasaan. Perkembangan dan modifikasi selalu terjadi,

semula Ellis menekankan unsur rasional-kognitif, kemudian diperluas dengan

memasukkan unsur perilaku. Rational Emotive Behavior Therapy tergolong

pada ancangan konseling yang berorientasi kognitif-sejajar dengan konseling

realitas yang dikembangkan oleh Glesser-dengan beberapa ciri menonjol,

yaitu: bersifat didaktis, aktif, direktif, menekankan situasi sekarang dan

berfikir yang lebih rasional serta menekankan pada segi aksi konseli. Dari

situlah maka Rational Emotive Behavior Therapy tak ubahnya merupakan

proses pemerolehan pemahaman yang sekaligus tampak pada perbuatan atau

perilaku konseli.

Page 8: Rebt kel.4

5

B. HAKIKAT MANUSIA

Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapi (REBT) memandang

manusia sebagai individu yang didominasi oleh sistem berfikir dan sistem

perasaan yang berkaitan dalam sistem psikis individu. Keberfungsian individu

secara psikologis ditentukan oleh fikiran, perasaan dan tingkah laku. Tiga

aspek ini saling berkaitan karena satu aspek mempengaruhi aspek lainnya.

Secara khusus, pendekatan ini berasumsi bahwa individu memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1. Individu memiliki potensi yang unik untuk berfikir rasional dan irrasional.

2. Pikiran irasional berasal dari proses belajar, yang irasional didapat dari

orangtua dan budayanya.

3. Manusia adalah makhluk verbal dan berfikir melalui simbol dan bahasa.

Dengan demikian, gangguan emosional yang dialami individu disebabkan

oleh verbalisasi ide dan pemikiran irrasional.

4. Gangguan(self verbalising) yang terus menerus emosional yang

disebabkan oleh verbalisasi dan persepsi serta sikap terhadap kejadian

merupakan akar permasalahan, bukan karena kejadian itu sendiri.

5. Individu memiliki potensi untuk mengubah arah hidup personal dan

sosialnya.

6. Pikiran dan perasaan yang negatif dan merusak diri dapat diserang dengan

mengorganisasikan kembali persepsi dan pemikiran, sehingga menjadi

logis dan rasional.

Secara dialektik, REBT berasumsi bahwa berfikir logis itu tudak mudah,

kebanyakan individu cenderung ahli dalam berfikir tidak logis. Contoh

berfikir tidak logis biasanya banyak menguasai individu adalah:

Saya harus sempurna

Saya baru saja melakukan kesalahan, bodoh sekali!

Ini adalah bukti bahwa saya tidak sempurna, maka saya tidak berguna.

Page 9: Rebt kel.4

6

Secara sistem nilai, terdapat dua nilai eksplisit yang biasanya dipegang

oleh individu namun tidak sering diverbalkan, yaitu (1) nilai untuk bertahan

hidup (survival) dan (2) nilai kesenangan (enjoyment). Kedua nilai ini

didesain oleh individu agar ia dapat hidup lebih panjang, menetralisir stress

emosional dan tingkah laku yang merusak diri, serta mengaktualisasikan diri

sehingga individu dapat hidup dengan penuh bahagia.

Meskipun teori ini tidak membahas tahap perkembangan individu,

pendapat REBT bahwa anak-anak paling gampang terkena pengaruh dari luar

dan memiliki cara berfikir yang tidak rasional daripada orang dewasa. Pada

dasarnya,mausia itu naif, mudah disugesti, dan mudah terusik. Secara

keseluruhan orang mempunyai kemampuan dalam dirinya sendiri untuk

mengontrol pikiran, perasaan dan tindakan, tetapi pertama-tama dia harus

menyadari apa yang mereka katakan pada diri sendiri (bicara pada diri

sendiri) untuk mendapatkan atas kehidupannya.

Ellis mengidentifikasi sebelas keyakinan irrasional individu yang dapat

mengakibatkan masalah, yaitu:

1. Saya yakin harus dicintai atau disetujui oleh hampir setipa orang dimana

saya menjalin kontak.

2. Saya yakin mestinya harus benar-benar kompeten, adekuat dan mencapai

satu tingkat penghargaan yang diakui seutuhnya.

3. Beberapa orang berwatak buruk, jahat dan kejam, karena itu mereka layak

disalahkan dan dihukum.

4. Menjadi sebuah bencana besar ketika suatu hal terjadi seperti yang tidak

pernah saya inginkan.

5. Ketidakbahagiaan disebabkan oleh situasi tertentu yang berada diluar

kemampuan saya mengendalikannya.

6. Hal-hal yang berbahaya atau menakutkan adalah sumber terbesar

kekhawatiran, dan saya harus mewaspadai potensi destruktifnya.

7. Lebih mudah menghindari kesulitan dan tanggung jawab tertentu

ketimbang menghadapinya.

Page 10: Rebt kel.4

7

8. Saya meatinya bergantung pada beberapa hal dan orang lain, dan

mestinya memiliki orang-orang yang sungguh bisa diandalkan untuk

memperhatikan saya.

9. Pengalaman dan kejadian masa lalu menentukan perilaku saya saat ini;

pengaruh masa lalu tidak pernah bisa dihapus.

10. Saya mestinya cukup kesal terhadap problem dan gangguan yang

ditimbulkan orang lain.

11. Selalu terdapat solusi benar atau sempurna untuk setiap problem, dan itu

mestinya bisa ditemukan, atau problemnya tidak akan pernah selesai

hingga tuntas.

C. PERKEMBANGAN PERILAKU

1. STRUKTUR KEPRIBADIAN

Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat

dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang

membangun tingkah laku individu, yaitu Activating event (A), Belief (B),

Emotional consequence (C) dan Disputing (D). Kerangka pilar ini yang

kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABCD.

Activating event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau

memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian,

tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga,

kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan

merupakan antecendent event bagi seseorang.

Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri

individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua

macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan

keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan

yang rasional merupakan cara berpikir atau sistem keyakinan yang

tepat, masuk akal, bijaksana, dan karena itu menjadi produktif.

Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan atau sistem

Page 11: Rebt kel.4

8

berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan

karena itu tidak produktif.

Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional

sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau

hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A).

Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi

disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B)

baik yang rB maupun yang iB.

Disputing (D), terdapat tiga bagian dalam tahap disputing, yaitu:

1) Detecting irrational beliefs

Konselor menemukan keyakinan klien yang irasional dan

membantu klien untuk menemukan keyakinan irasionalnya

melalui persepsinya sendiri.

2) Discriminating irrational beliefs

Biasanya keyakinan irasional diungkapkan dengan kata-

kata: harus, pokoknya atau tuntutan-tuntutan lain yang tidak

realistik. Membantu klien untuk mengetahui mana keyakinan

yang rasional dan yang tidak rasional.

3) Debating irrational beliefs

Beberapa strategi yang dapat digunakan:

- The lecture (mini-lecture), memberikan penjelasan.

- Socratic debate, mengajak klien untuk beradu argumen.

- Humor, creativity seperti: cerita, metaphors, dll.

- Self-disclosure: keterbukaan konselor tentang dirinya

(kisah konselor, dll)

2. PRIBADI SEHAT DAN BERMASALAH

a. Pribadi Sehat

Individu yang dapat berpikir secara rasional dalam menanggapi

setiap rangsangan terhadap dirinya.

b. Pribadi Bermasalah

Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah

laku bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada

Page 12: Rebt kel.4

9

cara berpikir yang irrasional. Terdapat tujuh faktor yang dapat

digunakan untuk mendeteksi pikiran irasional, yaitu:

- Lihat pada generalisasi yang berlebihan

(overgeneralization).

- Lihat pada distorsi (distortion).

- Lihat pada hal-hal yang dihapus (deletion).

- Lihat pada hal-hal yang dianggap tragedi atau bencana

(catastrophising).

- Lihat pada penggunaan kata-kata absolut.

- Lihat pada pernyataan yang menunjukkan ketidaksetujuan

terhadap sesuatu atau seseorang yang konseli pikir mereka

tidak dapat menahannya.

- Lihat pada ramalan atau prediksi masa depan.

D. HAKIKAT KONSELING

Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang

bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah

tingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh

konselor dan klien. Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif :

1. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih

aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan

memecahkan masalahnya.

2. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk

berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan

masalah yang rasional.

3. Emotif-ekspreriensial, artinya bahwa hubungan konseling yang

dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan

mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus

membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari

gangguan tersebut.

Page 13: Rebt kel.4

10

4. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan

hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah

laku klien.

E. KONDISI PENGUBAHAN

1. Tujuan

Tujuan utama REBT berfokus pada membantu konseli untuk

menyadari bahwa mereka dapat hidup rasional dan produktif. REBT

membatu konseli agar berhenti membuat tuntutan dan merasa kecal

melalui kekacauan, konseli dalam REBT dapat mrngekspresikan beberapa

perasaan negatif, tetapi tujuan utamanyaadalahmembatu klien agar tidak

memberikan tanggapan emosional melebihi yang selayaknya tehadap

sesuatu peristiwa.

REBT juga mendorong konseli untuk lebih toleran terhadap diri

sendiri dan orang lain, serta mengajak mereka untuk mencapai tujuan

pribadi. Tujuan trsebut dicapai dengan mengajak orang berfikir rasional

untuk mengubah tingkah laku menghancurkan diri dan dengan

membantunya mempelajari cara bertindak yang baru.

2. Sikap,Peran dan Tugas Konselor

Tugas utama konselor dalam hal ini secara pokok ada dua:

a. Interpersonal, yaitu membangun hubungan terapeutik, membangun

rapport, dan suasana kolaboratif.

b. Organisational, yaitu bersosialisasi dengan konseli untuk memulai

terapi, mengadakan proses assesmen awal, menyetujui wilayah

masalah dan membangun tujuan konseling.

c. Konselor harus aktif dan langsung. Mereka adalah instruktur yang

mengajarkan danmembetulkan kognisi konseli. Melawan

keyakinan yang tertanam kuat membutuhkan lebih dari sekedar

logika. Dibutuhkan repetisi dan konsistensi. Oleh karena itu,

konselor harus menyimak dengan cermat untuk menemukan

Page 14: Rebt kel.4

11

pernyataan tidak logisatau salah dari kliennya dan keyakionan yang

bertentangan. Konselor harus cerdas, berwawasan, empatik,

respek, tulus, konkret, bertekad kuat, ilmiah, berminat membantu

orang lain, dan pengguna REBT.

d. Terapis REBT menganggap bahwa kondisi fasilitatif inti dari

empati, penerimaan tanpa syarat dan keaslian sering diinginkan,

namun itu tidak cukup untuk merubah dalam terapi konstruktif.

Untuk membatu perubahan tersebut terjadi, teripis REBT perlu

membantu klien mereka untuk melakukan hal berikut:

- Sadarilah bahwa sebagian besar maslah psikologis

ditimbulkan oleh mereka sendiri.

- Mengakui sepenuhnya bahwa mereka mampu mengatasi

masalahnya.

- Memahami bahwa maslah mereka berasal dari sebagian

besar keyakinan mereka yang irrasional.

- Mendeteksi keyakinan irrasional dan membedakannya

dengan keyakinan rasional mereka.

- Periksa keyakinan irasional mereka dan keyakinan rasional

mereka sampai mereka melihat dengan jelas bahwa

keyakinan irasional mereka adalah palsu, tidak logis dan

tidak konstruktif, sementara keyakinan rasional mereka

benar, masuk akal dan konstruktif.

- Berusaha menuju internalisasi keyakinanbaru mereka yang

irrasional dengan menggunakan berbagai metode kognitif

(termasuk imaginal), emosi dan metode perubahan perilaku.

Dalam tindakan tertentu dengan cara-cara yang konsisten

dengan keyakinan rasional mereka ingin mengembangkan

dan menahan diri dari bertindak dengan konsisten

menggunakan keyakinan lema mereka yang irasional.

- Perluas proses pemeriksaan keyakinan dan menggunakan

metode perubahan multimodal ke daerah kehidupan mereka

Page 15: Rebt kel.4

12

yang lain dan berkomitmen untuk melakukannya selama

diperlukan.

3. Sikap, Peran dan Tugas Klien

Umumnya, peran klien dalam REBT mirip seorang siswa atau pelajar.

Proses konseling dipandang sebagai suatu proses reedukatif di mana klien

belajar cara menerapkan pikiran logis pada pemecahan masalah.

Pengamalan utama klien adalah mencapai pemahaman emosional atas

sumber-sumber gangguan yang dialaminya. Pada taraf pertama, klien

menjadi sadar bahwa ada anteseden tertentu yang menyebabkan timbulnya

irrasional belief. Taraf kedua, klien mengakui dirinyalah yang sekarang

mempertahankan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang irrasional.

Tahap ketiga, klien berusaha untuk menghadapi secara rasional-emotif,

memikirkannya, dan berusaha menghapus irrational belief dan

mengggantinya dengan rational belief.

Klien yang telah memiliki keyakinan rasional terjadi peningkatan

dalam hal : (1) minat kepada diri sendiri, (2) minat sosial, (3) pengarahan

diri, (4) toleransi terhadap pihak lain, (5) fleksibel, (6) menerima

ketidakpastian, (7) komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya, (8)

penerimaan diri, (9) berani mengambil risiko, dan (10) menerima

kenyataan.

4. SITUASI HUBUNGAN

Kerena REBT pada dasarnya adalah proses perilaku kognitif dan

direktif, sebuah hubungan intens antara terapis dan klien tidak diperlukan.

Seperti halnya terapi person centered Rogers, praktisi REBT menerima

tanpa syarat semua klien dan juga mengajarkan mereka untuk menerima

orang lain tanpa syarat dan diri mereka sendiri.

Namun, Ellis yakin bahwa terlalu banyak kehangatan dan pemahaman

dapat menjadi kontraproduktif dengan menumpuk rasa ketergantungan

Page 16: Rebt kel.4

13

persetujuan dari terapis. Praktisi REBT menerima klien mereka sebagai

makhluk tidak sempurna yang dapat dibantu melalui berbagai teknik

mengajar, biblioterapi dan modifikasi perilaku. Ellis membangun

hubungan dengan kliennya dengan menunjukkan kepada mereka bahwa ia

memiliki iman yang besar dalam kemampuan mereka untuk merubah diri

mereka sendiri dan bahwa ia memiliki alat untuk membantu mereka

melakukan hal ini.

Terapis REBT sering terbuka dan langsung dalam pengungkapan

keyakinan diri dan nilai-nilai. Mereka bersedia untuk berbagi

ketidaksempurnaan diri mereka sebagai cara untuk memperjuangkan

gagasan realistis klien. Itu adalah penting untuk membangun sebanyak

mungkin hubungan egaliter, sebagai lawan untuk menghadirkan diri

sebagai sebuah otoritas.

F. MEKANISME PENGUBAHAN

1. Tahap-Tahap Konseling

a. Tahap I

Proses dimana konseli diperlihatkan dan disadarkan bahwa mereka

tidak logis dan irrasional. Proses ini memnbantu klien memahami

bagaimana dan mengapa dapat terjadi irrasional. Pada tahap ini konseli

diajarkan bahwa mereka mempunyai potensi untuk mengubah hal

tersebut.

b. Tahap II

Pada tahap ini konseli dibantu untuk yakin bahwa pemikiran dan

perasaan negatif tersebut dapat ditantang dan diubah. Pada tahap ini

konseli mengeksplorasi ide-ide untuk menentukan tujuan-tujuan

rasional. Konselor juga mendebat pikiran irasional konseli dengan

menggunakan pertanyaan untuk menantang validitas ide tentang diri,

orang lain dan lingkungan sekitar. Pada tahap ini konselor

Page 17: Rebt kel.4

14

menggunakan teknik-teknik konseling REBT untuk membantu konseli

mengembangkan pikiran rasional.

c. Tahap III

Tahap akhir, konseli dibantu untuk secara terus menerus

mengembangkan pikiran rasional serta mengembangkan fillosofi hidup

yang rasional sehingga konseli tidak terjebak pada masalah yang

disebabkan oleh pemikirian irasional.

Tahap-tahap ini merupakan proses natural dan berkelanjutan. tahap

ini menggambarkan keseluruhan proses konseling yang dilalui oleh

konselor dan konseli.

2. Teknik-Teknik Konseling

a. Teknik Kognitif

- Dispute Kognitif (cognitif diputation)

- Analisis Rasional (ratinal analysis)

- Dispute standar ganda (double-standart dispute)

- Skala katastropi (catastrophe scale)

- Devil’s advocate atau rational role riversal

- Membuat frame ulang (refeaming)

b. Teknik Imageri

- Dispute imajinasi ( imaginal disputation)

- Kartu kontrol emosional ( the emotional control card –

ECC)

- Proyeksi Waktu (time projection)

- Teknik melebih-lebihkan (the blow-up technique)

c. Teknik Behavioral

- Dispute tingkah laku (behavioral disputation)

- Bermain peran (role playing)

- Peran rsional tebalik (ratinal role reversal)

- Pengalaman langsung (exposure)

- Menyerang rasa malu (shame attacking)

Page 18: Rebt kel.4

15

- Pekerjaan rumah (homework assignment)

G. HASIL PENELITIAN

1. Aaron Beck – Cognitive Therapy.

Cognitive Therapy, didasarkan pada alasan teoritis bahwa cara orang

merasakan dan berperilaku ditentukan oleh bagaimana mereka memahami

dan struktur pengalaman mereka.

2. Donald Maichenbaum – Cognitive Behavior Modification.

Cognitive Behavior Modification, pernyataan terhadap diri dalam

banyak hal juga mempengaruhi diri seperti halnya pernyataan dari orang

lain. Merubah pola sifat untuk mengevaluasi perilaku.

H. KEKUATAN DAN KELEMAHAN

a. Kekuatan

Pendekatan ini jelas, mudah dipelajari dan efektif.

Kebanyakan klian hanya mengalami sedikit kesulitan dalam

mengalami prinsip ataupun terminologi REBT.

- Pendekatan ini dapat dengan mudahnya dikombinasikan

dengan teknik tingkah laku lainnya untuk membantu klian

mengalami apa yang mereka pelajari lebih jauh lagi.

- Pendekatan ini relatif singkat dan klian dapat melanjutkan

penggunaan pendekatan ini secara swa-bantu.

- Pendekatan ini telah menghasilkan banyak literatur dan

penelitian untuk klian dan konselor. Hanya sedikit teori lain

yang dapat mengembangkan materi biblioterapi seperti ini.

- Pendekatan ini terus-menerus berevolusi selama bertahun-

tahun dan teknik-tekniknya telah diperbaiki.

Page 19: Rebt kel.4

16

- Pendekatan ini telah dibuktikan efektif dalam merawat

gangguan kesehatan mental parah seperti depresi dan

anseitas.

b. Kelemahan

- Pendekatan ini tidak dapat digunakan secara efektif pada

individu yang mempunyai gangguan atau keterbatasan

mental, seperti schizophrenia, dan mereka yang mempunyai

kelainan pemikiran yang berat.

- Pendekatan ini terlalu diasosiasikan dengan penemunya,

Albert Ellis. Banyak individu yang mengalami kesulitan

dalam memisahkan teori dari ke-eksentrikan Ellis.

- Pendekatan ini langsung dan berpotensi membuat konselor

terlalu fanatik dan ada kemungkinan tidak merawat klien

seideal yang semestinya.

- Pendekatan yang menekankan pada perubahan pikiran

bukanlah cara yang paling sederhana dalam membantu

klien mengubah emosinya.

Page 20: Rebt kel.4

17

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dapat ditarik kesimpulan dari penjelasan di atas yaitu REBT diciptakan

dan dikembangkan oleh Albert Ellis (1950an), seorang psikoterapis yang

terinspirasi oleh ajaran-ajaran filsuf Asia, Yunani, Romawi dan modern

yang lebih mengarah pada teori belajar kognitif.

B. SARAN

Memiliki kemampuan dalam konseling humanistik merupakan hal yang

penting,dapat mengarahkan ke masa depan yang lebih baik. Untuk itu kita

perlu memahami lebih dalam teori-teori konseling humanistik dengan baik

agar kita dapat memahami dan mengetahui hal-hal atau masalah klien kita

nantinya.

Page 21: Rebt kel.4

18

DAFTAR PUSTAKA

Komalasari,Gantina.Teori dan Teknik Konseling.2011.Jakarta : Indeks

http://bimbingandankonseling07.blogspot.co.id/2012/11/rebt-rational-emotive-

behavior-therapy.html?m=1 (diakses pada tanggal 25/10/2015)

https://bkpemula.wordpress.com/2013/11/06/rational-emotive-behavior-therapy/

(diakses pada tanggal 24/10/2015)