Rebt kel.4
-
Upload
aisyah-siti -
Category
Education
-
view
192 -
download
1
Transcript of Rebt kel.4
MAKALAH
TEORI DAN TEKNIK KONSELING
“PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF BEHAVIOR THERAPY (REBT)”
Dosen :
Dra.Hj.Ani Wardah,S.Pd.M.Pd
Asisten dosen :
Akhmad Sugiyanto,S.Pd.M.Pd
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 : SITI AISYAH ( 13.22.0076 )
ASTRIANA (13.22.0012)
FAKHRI ANANDA (13.22.0006)
DEWI DAHMILASANTI ASTUTI (14.22.0148)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( FKIP )
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN ( UNISKA )
MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARY
BANJARMASIN
2015
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikankan makalah mata kuliah “Teori dan Teknik
Konseling”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan
sunnah untuk keselamatan umat islam di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok “PENDEKATAN REBT
(Rational Emotif Behavior Therapy)” pada mata kuliah teori dan teknik konseling
di program studi bimbingan dan konseling Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
pada Universitas Islam Kalimantan (uniska).
Kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Banjarmasin, 05 November 2015
Tim penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ............................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................... 1
C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. SEJARAH PERKEMBANGAN REBT ..................................................... 3
B. HAKIKAT MANUSIA .............................................................................. 5
C. PERKEMBANGAN PERILAKU .............................................................. 7
D. HAKIKAT KONSELING .......................................................................... 9
E. KONDISI PENGUBAHAN ..................................................................... 10
F. MEKANISME PENGUBAHAN ............................................................. 13
G. HASIL PENELITIAN .............................................................................. 15
H. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN REBT ............................................ 15
BAB III : PENUTUP
A. KESIMPULAN ........................................................................................ 17
B. SARAN .................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rational Emotive Behaviour Therapy di kembangkan sejak pertengahan
tahun 1950-an oleh Albert Ellis. Dalam formulasi awalnya, dia menekankan
terapi rasional, yaitu unsur kognitif dari perilaku manusia. Asumsi ini sangat
bertentangan dengan asumsi yamg populer pada pertengahan tahun 1950-an.
Kemudian pendekatan ini diperluas dengan memasukan unsur perilaku
disamping unsur kognitif (Ellis,1962).
Modifikasi selanjutnya dari RET ini mencakup penerapan teknik-teknik
konseling perilaku. Pendekatan ini telah mengalami evolusi sedemikian rupa,
yang pada akhirnya menjelma menjadi pendekatan yang komprehensif dan
ekletik yang menekankan unsur-unsur berfikir, menimbang, memutuskan dan
melakukan.
Tujuan pendekatan ini dalam konseling adalah mencangkup konsep-
konsep pokok, penerapan prinsip-prinsip pendekatan REBT dalam konseling
kelompok, tujuan konseling dengan pendekatan ini, peranan dan fungsi
konselor, tahap-tahap konseling dan mampu merancang praktek konseling
berdasarkan pendekatan ini.
B. RUMUSAN MASALAH
I. Apa Sejarah perkembangan REBT ?
J. Apakah Hakikat Manusia ?
K. Bagiamana Perkembangan Perilaku ?
L. Apa Hakikat Konseling ?
M. Bagaimana Kondisi Pengubahan ?
N. Apa Mekanisme Pengubahan ?
2
O. Bagaimana Hasil Penelitian ?
P. Apa Kelemahan dan Kelebihan REBT ?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini memiliki beberapa tujuan antara lain :
1. Para pembaca khususnya mahasiswa dapat mengetahui memahami tentang
sejarah Rational emotive behaviour therapy group counseling.
2. Mahasiswa dapat memahami konsep dasar pendekatran ini.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana peran kelompok
dalam pendekatan ini.
4. Mahasiswa juga dapat mengetahui tahapan-tahapan dalam pendekatan ini.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH PERKEMBANGAN
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) sebagai salah satu
pendekatan dalam konseling individu dan kelompok, dikembangkan oleh
Alber Ellis sejak tahun 1955. Albert Ellis lahir di Pittsburg, Pensylvania tahun
1913. Sebagai pakar psikologis klinis, ia memulai karirnya di bidang
konseling perkawinan, keluarga dan seks. Rational Emotive Behavior Therapy
lahir dari ketidakpuasan Ellis terhadap praktek konseling tradisional yang
dinilai kurang efisien, khususnya psikoanalitik klasik yang pernah ditekuni.
Berdasarkan temuan-temuan eksperimen dan klinisnya, Ellis memperkenalkan
pendekatan baru yang lebih praktis, yaitu Rational Emotive Behavior Therapy.
Pendekatan ini menjadi popular bersamaan dengan dipublikasian buku
perdanya ”Reason an Emotion in Psychotherapy” pada tahun 1962. Albert
Ellis (2 September 1913 – 24 Juli 2007) adalah seorang psikolog Amerika, ia
dilahirkan dari keluarga Yahudi dan merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara. Ayah Ellis adalah seorang pengusaha yang sering melakukan
perjalanan bisnis dan kurang memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya.
Dalam otobiografinya, Ellis menyebutkan ibunya sebagai perempuan yang
tenggelam dalam kesibukannya sendiri dan merupakan pengoceh yang tidak
pernah mendengar orang lain. Seperti ayahnya, ibunya mempunyai jarak
emosional dari anak-anaknya. Ellis mengatakan bahwa pada saat dia pergi
sekolah, ibunya masih tidur dan pada saat pulang sekolah ibunya sudah tidak
ada di rumah. Kepahitan tentang kedua orang tuanya itu, Ellis harus
mengambil tanggung jawab untuk mengurus saudara-saudaranya. Sebagai
anak-anak, Ellis sering sakit dan menderita berbagai masalah kesehatan pada
masa remajanya. Pada umur 5 tahun, dia dirawat di rumah sakit karena
penyakit ginjal, kemudian juga karena penyakit amandel yang menyebabkan
infeksi kerongkongan yang parah sehingga memerlukan operasi. Orang tuanya
hampir tidak memberikan dukungan emosional dan jarang sekali
menjenguknya. Ellis mengatakan bahwa dia belajar berkonfrontasi dengan
4
penderitaannya itu. Pada tahun 1947 Ellis memperoleh gelar Doktor
kehormatan di Columbia dan pada saat itu dia meyakini bahwa psikoanalisis
merupakan bentuk terapi yang sangat mendalam dan sangat efektif. Seperti
halnya dengan para psikolog di saat itu, dia sangat tertarik dengan teori
Sigmund Freud. Kemudian lama kelamaan kesetiannya kepada psikoanalisis
memudar. Dalam formasi awalnya, Ellis menekankan terapi rasional, yaitu
unsur kognitif dari perilaku manusia, asumsi ini sangat bertentangan dengan
asumsi yang popular pada pertengahan tahun 1950-an. Kemudian
pendekatannya itu diperluas dengan memasukkan unsur perilaku disamping
unsur kognitif. Modifikasi selanjutnya Rational Emotive Behavior Therapy ini
mencakup teknik-teknik konseling perilaku seperti relaksasi, metode khayal,
latihan menyerang perasaan malu. Dengan demikian, Rational Emotive
Behavior Therapy ini dapat dipandang sebagai model terapi perilaku yang
berorientasi kognitif. Pendekatan ini telah mengalami evolusi sedemikian
rupa, yang pada akhirnya menjelma menjadi pendekatan yang komprehensif
dan ekletik yang menekankan unsur-unsur berpikir, menimbang, memutuskan
dan melakukan. Rational Emotive Behavior Therapy tergolong pada ancangan
konseling yang berorientasi kognitif. Pendekatan ini merupakan salah satu
bentuk konseling aktif-direktif yang menyerupai proses pendidikan
(education) dan pengajaran (teaching) dengan mempertahankan dimensi
pikiran daripada perasaan. Perkembangan dan modifikasi selalu terjadi,
semula Ellis menekankan unsur rasional-kognitif, kemudian diperluas dengan
memasukkan unsur perilaku. Rational Emotive Behavior Therapy tergolong
pada ancangan konseling yang berorientasi kognitif-sejajar dengan konseling
realitas yang dikembangkan oleh Glesser-dengan beberapa ciri menonjol,
yaitu: bersifat didaktis, aktif, direktif, menekankan situasi sekarang dan
berfikir yang lebih rasional serta menekankan pada segi aksi konseli. Dari
situlah maka Rational Emotive Behavior Therapy tak ubahnya merupakan
proses pemerolehan pemahaman yang sekaligus tampak pada perbuatan atau
perilaku konseli.
5
B. HAKIKAT MANUSIA
Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapi (REBT) memandang
manusia sebagai individu yang didominasi oleh sistem berfikir dan sistem
perasaan yang berkaitan dalam sistem psikis individu. Keberfungsian individu
secara psikologis ditentukan oleh fikiran, perasaan dan tingkah laku. Tiga
aspek ini saling berkaitan karena satu aspek mempengaruhi aspek lainnya.
Secara khusus, pendekatan ini berasumsi bahwa individu memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Individu memiliki potensi yang unik untuk berfikir rasional dan irrasional.
2. Pikiran irasional berasal dari proses belajar, yang irasional didapat dari
orangtua dan budayanya.
3. Manusia adalah makhluk verbal dan berfikir melalui simbol dan bahasa.
Dengan demikian, gangguan emosional yang dialami individu disebabkan
oleh verbalisasi ide dan pemikiran irrasional.
4. Gangguan(self verbalising) yang terus menerus emosional yang
disebabkan oleh verbalisasi dan persepsi serta sikap terhadap kejadian
merupakan akar permasalahan, bukan karena kejadian itu sendiri.
5. Individu memiliki potensi untuk mengubah arah hidup personal dan
sosialnya.
6. Pikiran dan perasaan yang negatif dan merusak diri dapat diserang dengan
mengorganisasikan kembali persepsi dan pemikiran, sehingga menjadi
logis dan rasional.
Secara dialektik, REBT berasumsi bahwa berfikir logis itu tudak mudah,
kebanyakan individu cenderung ahli dalam berfikir tidak logis. Contoh
berfikir tidak logis biasanya banyak menguasai individu adalah:
Saya harus sempurna
Saya baru saja melakukan kesalahan, bodoh sekali!
Ini adalah bukti bahwa saya tidak sempurna, maka saya tidak berguna.
6
Secara sistem nilai, terdapat dua nilai eksplisit yang biasanya dipegang
oleh individu namun tidak sering diverbalkan, yaitu (1) nilai untuk bertahan
hidup (survival) dan (2) nilai kesenangan (enjoyment). Kedua nilai ini
didesain oleh individu agar ia dapat hidup lebih panjang, menetralisir stress
emosional dan tingkah laku yang merusak diri, serta mengaktualisasikan diri
sehingga individu dapat hidup dengan penuh bahagia.
Meskipun teori ini tidak membahas tahap perkembangan individu,
pendapat REBT bahwa anak-anak paling gampang terkena pengaruh dari luar
dan memiliki cara berfikir yang tidak rasional daripada orang dewasa. Pada
dasarnya,mausia itu naif, mudah disugesti, dan mudah terusik. Secara
keseluruhan orang mempunyai kemampuan dalam dirinya sendiri untuk
mengontrol pikiran, perasaan dan tindakan, tetapi pertama-tama dia harus
menyadari apa yang mereka katakan pada diri sendiri (bicara pada diri
sendiri) untuk mendapatkan atas kehidupannya.
Ellis mengidentifikasi sebelas keyakinan irrasional individu yang dapat
mengakibatkan masalah, yaitu:
1. Saya yakin harus dicintai atau disetujui oleh hampir setipa orang dimana
saya menjalin kontak.
2. Saya yakin mestinya harus benar-benar kompeten, adekuat dan mencapai
satu tingkat penghargaan yang diakui seutuhnya.
3. Beberapa orang berwatak buruk, jahat dan kejam, karena itu mereka layak
disalahkan dan dihukum.
4. Menjadi sebuah bencana besar ketika suatu hal terjadi seperti yang tidak
pernah saya inginkan.
5. Ketidakbahagiaan disebabkan oleh situasi tertentu yang berada diluar
kemampuan saya mengendalikannya.
6. Hal-hal yang berbahaya atau menakutkan adalah sumber terbesar
kekhawatiran, dan saya harus mewaspadai potensi destruktifnya.
7. Lebih mudah menghindari kesulitan dan tanggung jawab tertentu
ketimbang menghadapinya.
7
8. Saya meatinya bergantung pada beberapa hal dan orang lain, dan
mestinya memiliki orang-orang yang sungguh bisa diandalkan untuk
memperhatikan saya.
9. Pengalaman dan kejadian masa lalu menentukan perilaku saya saat ini;
pengaruh masa lalu tidak pernah bisa dihapus.
10. Saya mestinya cukup kesal terhadap problem dan gangguan yang
ditimbulkan orang lain.
11. Selalu terdapat solusi benar atau sempurna untuk setiap problem, dan itu
mestinya bisa ditemukan, atau problemnya tidak akan pernah selesai
hingga tuntas.
C. PERKEMBANGAN PERILAKU
1. STRUKTUR KEPRIBADIAN
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat
dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang
membangun tingkah laku individu, yaitu Activating event (A), Belief (B),
Emotional consequence (C) dan Disputing (D). Kerangka pilar ini yang
kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABCD.
Activating event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau
memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian,
tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga,
kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan
merupakan antecendent event bagi seseorang.
Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri
individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua
macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan
keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan
yang rasional merupakan cara berpikir atau sistem keyakinan yang
tepat, masuk akal, bijaksana, dan karena itu menjadi produktif.
Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan atau sistem
8
berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan
karena itu tidak produktif.
Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional
sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau
hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A).
Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi
disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B)
baik yang rB maupun yang iB.
Disputing (D), terdapat tiga bagian dalam tahap disputing, yaitu:
1) Detecting irrational beliefs
Konselor menemukan keyakinan klien yang irasional dan
membantu klien untuk menemukan keyakinan irasionalnya
melalui persepsinya sendiri.
2) Discriminating irrational beliefs
Biasanya keyakinan irasional diungkapkan dengan kata-
kata: harus, pokoknya atau tuntutan-tuntutan lain yang tidak
realistik. Membantu klien untuk mengetahui mana keyakinan
yang rasional dan yang tidak rasional.
3) Debating irrational beliefs
Beberapa strategi yang dapat digunakan:
- The lecture (mini-lecture), memberikan penjelasan.
- Socratic debate, mengajak klien untuk beradu argumen.
- Humor, creativity seperti: cerita, metaphors, dll.
- Self-disclosure: keterbukaan konselor tentang dirinya
(kisah konselor, dll)
2. PRIBADI SEHAT DAN BERMASALAH
a. Pribadi Sehat
Individu yang dapat berpikir secara rasional dalam menanggapi
setiap rangsangan terhadap dirinya.
b. Pribadi Bermasalah
Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah
laku bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada
9
cara berpikir yang irrasional. Terdapat tujuh faktor yang dapat
digunakan untuk mendeteksi pikiran irasional, yaitu:
- Lihat pada generalisasi yang berlebihan
(overgeneralization).
- Lihat pada distorsi (distortion).
- Lihat pada hal-hal yang dihapus (deletion).
- Lihat pada hal-hal yang dianggap tragedi atau bencana
(catastrophising).
- Lihat pada penggunaan kata-kata absolut.
- Lihat pada pernyataan yang menunjukkan ketidaksetujuan
terhadap sesuatu atau seseorang yang konseli pikir mereka
tidak dapat menahannya.
- Lihat pada ramalan atau prediksi masa depan.
D. HAKIKAT KONSELING
Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang
bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah
tingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh
konselor dan klien. Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif :
1. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih
aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan
memecahkan masalahnya.
2. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk
berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan
masalah yang rasional.
3. Emotif-ekspreriensial, artinya bahwa hubungan konseling yang
dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan
mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus
membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari
gangguan tersebut.
10
4. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan
hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah
laku klien.
E. KONDISI PENGUBAHAN
1. Tujuan
Tujuan utama REBT berfokus pada membantu konseli untuk
menyadari bahwa mereka dapat hidup rasional dan produktif. REBT
membatu konseli agar berhenti membuat tuntutan dan merasa kecal
melalui kekacauan, konseli dalam REBT dapat mrngekspresikan beberapa
perasaan negatif, tetapi tujuan utamanyaadalahmembatu klien agar tidak
memberikan tanggapan emosional melebihi yang selayaknya tehadap
sesuatu peristiwa.
REBT juga mendorong konseli untuk lebih toleran terhadap diri
sendiri dan orang lain, serta mengajak mereka untuk mencapai tujuan
pribadi. Tujuan trsebut dicapai dengan mengajak orang berfikir rasional
untuk mengubah tingkah laku menghancurkan diri dan dengan
membantunya mempelajari cara bertindak yang baru.
2. Sikap,Peran dan Tugas Konselor
Tugas utama konselor dalam hal ini secara pokok ada dua:
a. Interpersonal, yaitu membangun hubungan terapeutik, membangun
rapport, dan suasana kolaboratif.
b. Organisational, yaitu bersosialisasi dengan konseli untuk memulai
terapi, mengadakan proses assesmen awal, menyetujui wilayah
masalah dan membangun tujuan konseling.
c. Konselor harus aktif dan langsung. Mereka adalah instruktur yang
mengajarkan danmembetulkan kognisi konseli. Melawan
keyakinan yang tertanam kuat membutuhkan lebih dari sekedar
logika. Dibutuhkan repetisi dan konsistensi. Oleh karena itu,
konselor harus menyimak dengan cermat untuk menemukan
11
pernyataan tidak logisatau salah dari kliennya dan keyakionan yang
bertentangan. Konselor harus cerdas, berwawasan, empatik,
respek, tulus, konkret, bertekad kuat, ilmiah, berminat membantu
orang lain, dan pengguna REBT.
d. Terapis REBT menganggap bahwa kondisi fasilitatif inti dari
empati, penerimaan tanpa syarat dan keaslian sering diinginkan,
namun itu tidak cukup untuk merubah dalam terapi konstruktif.
Untuk membatu perubahan tersebut terjadi, teripis REBT perlu
membantu klien mereka untuk melakukan hal berikut:
- Sadarilah bahwa sebagian besar maslah psikologis
ditimbulkan oleh mereka sendiri.
- Mengakui sepenuhnya bahwa mereka mampu mengatasi
masalahnya.
- Memahami bahwa maslah mereka berasal dari sebagian
besar keyakinan mereka yang irrasional.
- Mendeteksi keyakinan irrasional dan membedakannya
dengan keyakinan rasional mereka.
- Periksa keyakinan irasional mereka dan keyakinan rasional
mereka sampai mereka melihat dengan jelas bahwa
keyakinan irasional mereka adalah palsu, tidak logis dan
tidak konstruktif, sementara keyakinan rasional mereka
benar, masuk akal dan konstruktif.
- Berusaha menuju internalisasi keyakinanbaru mereka yang
irrasional dengan menggunakan berbagai metode kognitif
(termasuk imaginal), emosi dan metode perubahan perilaku.
Dalam tindakan tertentu dengan cara-cara yang konsisten
dengan keyakinan rasional mereka ingin mengembangkan
dan menahan diri dari bertindak dengan konsisten
menggunakan keyakinan lema mereka yang irasional.
- Perluas proses pemeriksaan keyakinan dan menggunakan
metode perubahan multimodal ke daerah kehidupan mereka
12
yang lain dan berkomitmen untuk melakukannya selama
diperlukan.
3. Sikap, Peran dan Tugas Klien
Umumnya, peran klien dalam REBT mirip seorang siswa atau pelajar.
Proses konseling dipandang sebagai suatu proses reedukatif di mana klien
belajar cara menerapkan pikiran logis pada pemecahan masalah.
Pengamalan utama klien adalah mencapai pemahaman emosional atas
sumber-sumber gangguan yang dialaminya. Pada taraf pertama, klien
menjadi sadar bahwa ada anteseden tertentu yang menyebabkan timbulnya
irrasional belief. Taraf kedua, klien mengakui dirinyalah yang sekarang
mempertahankan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang irrasional.
Tahap ketiga, klien berusaha untuk menghadapi secara rasional-emotif,
memikirkannya, dan berusaha menghapus irrational belief dan
mengggantinya dengan rational belief.
Klien yang telah memiliki keyakinan rasional terjadi peningkatan
dalam hal : (1) minat kepada diri sendiri, (2) minat sosial, (3) pengarahan
diri, (4) toleransi terhadap pihak lain, (5) fleksibel, (6) menerima
ketidakpastian, (7) komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya, (8)
penerimaan diri, (9) berani mengambil risiko, dan (10) menerima
kenyataan.
4. SITUASI HUBUNGAN
Kerena REBT pada dasarnya adalah proses perilaku kognitif dan
direktif, sebuah hubungan intens antara terapis dan klien tidak diperlukan.
Seperti halnya terapi person centered Rogers, praktisi REBT menerima
tanpa syarat semua klien dan juga mengajarkan mereka untuk menerima
orang lain tanpa syarat dan diri mereka sendiri.
Namun, Ellis yakin bahwa terlalu banyak kehangatan dan pemahaman
dapat menjadi kontraproduktif dengan menumpuk rasa ketergantungan
13
persetujuan dari terapis. Praktisi REBT menerima klien mereka sebagai
makhluk tidak sempurna yang dapat dibantu melalui berbagai teknik
mengajar, biblioterapi dan modifikasi perilaku. Ellis membangun
hubungan dengan kliennya dengan menunjukkan kepada mereka bahwa ia
memiliki iman yang besar dalam kemampuan mereka untuk merubah diri
mereka sendiri dan bahwa ia memiliki alat untuk membantu mereka
melakukan hal ini.
Terapis REBT sering terbuka dan langsung dalam pengungkapan
keyakinan diri dan nilai-nilai. Mereka bersedia untuk berbagi
ketidaksempurnaan diri mereka sebagai cara untuk memperjuangkan
gagasan realistis klien. Itu adalah penting untuk membangun sebanyak
mungkin hubungan egaliter, sebagai lawan untuk menghadirkan diri
sebagai sebuah otoritas.
F. MEKANISME PENGUBAHAN
1. Tahap-Tahap Konseling
a. Tahap I
Proses dimana konseli diperlihatkan dan disadarkan bahwa mereka
tidak logis dan irrasional. Proses ini memnbantu klien memahami
bagaimana dan mengapa dapat terjadi irrasional. Pada tahap ini konseli
diajarkan bahwa mereka mempunyai potensi untuk mengubah hal
tersebut.
b. Tahap II
Pada tahap ini konseli dibantu untuk yakin bahwa pemikiran dan
perasaan negatif tersebut dapat ditantang dan diubah. Pada tahap ini
konseli mengeksplorasi ide-ide untuk menentukan tujuan-tujuan
rasional. Konselor juga mendebat pikiran irasional konseli dengan
menggunakan pertanyaan untuk menantang validitas ide tentang diri,
orang lain dan lingkungan sekitar. Pada tahap ini konselor
14
menggunakan teknik-teknik konseling REBT untuk membantu konseli
mengembangkan pikiran rasional.
c. Tahap III
Tahap akhir, konseli dibantu untuk secara terus menerus
mengembangkan pikiran rasional serta mengembangkan fillosofi hidup
yang rasional sehingga konseli tidak terjebak pada masalah yang
disebabkan oleh pemikirian irasional.
Tahap-tahap ini merupakan proses natural dan berkelanjutan. tahap
ini menggambarkan keseluruhan proses konseling yang dilalui oleh
konselor dan konseli.
2. Teknik-Teknik Konseling
a. Teknik Kognitif
- Dispute Kognitif (cognitif diputation)
- Analisis Rasional (ratinal analysis)
- Dispute standar ganda (double-standart dispute)
- Skala katastropi (catastrophe scale)
- Devil’s advocate atau rational role riversal
- Membuat frame ulang (refeaming)
b. Teknik Imageri
- Dispute imajinasi ( imaginal disputation)
- Kartu kontrol emosional ( the emotional control card –
ECC)
- Proyeksi Waktu (time projection)
- Teknik melebih-lebihkan (the blow-up technique)
c. Teknik Behavioral
- Dispute tingkah laku (behavioral disputation)
- Bermain peran (role playing)
- Peran rsional tebalik (ratinal role reversal)
- Pengalaman langsung (exposure)
- Menyerang rasa malu (shame attacking)
15
- Pekerjaan rumah (homework assignment)
G. HASIL PENELITIAN
1. Aaron Beck – Cognitive Therapy.
Cognitive Therapy, didasarkan pada alasan teoritis bahwa cara orang
merasakan dan berperilaku ditentukan oleh bagaimana mereka memahami
dan struktur pengalaman mereka.
2. Donald Maichenbaum – Cognitive Behavior Modification.
Cognitive Behavior Modification, pernyataan terhadap diri dalam
banyak hal juga mempengaruhi diri seperti halnya pernyataan dari orang
lain. Merubah pola sifat untuk mengevaluasi perilaku.
H. KEKUATAN DAN KELEMAHAN
a. Kekuatan
Pendekatan ini jelas, mudah dipelajari dan efektif.
Kebanyakan klian hanya mengalami sedikit kesulitan dalam
mengalami prinsip ataupun terminologi REBT.
- Pendekatan ini dapat dengan mudahnya dikombinasikan
dengan teknik tingkah laku lainnya untuk membantu klian
mengalami apa yang mereka pelajari lebih jauh lagi.
- Pendekatan ini relatif singkat dan klian dapat melanjutkan
penggunaan pendekatan ini secara swa-bantu.
- Pendekatan ini telah menghasilkan banyak literatur dan
penelitian untuk klian dan konselor. Hanya sedikit teori lain
yang dapat mengembangkan materi biblioterapi seperti ini.
- Pendekatan ini terus-menerus berevolusi selama bertahun-
tahun dan teknik-tekniknya telah diperbaiki.
16
- Pendekatan ini telah dibuktikan efektif dalam merawat
gangguan kesehatan mental parah seperti depresi dan
anseitas.
b. Kelemahan
- Pendekatan ini tidak dapat digunakan secara efektif pada
individu yang mempunyai gangguan atau keterbatasan
mental, seperti schizophrenia, dan mereka yang mempunyai
kelainan pemikiran yang berat.
- Pendekatan ini terlalu diasosiasikan dengan penemunya,
Albert Ellis. Banyak individu yang mengalami kesulitan
dalam memisahkan teori dari ke-eksentrikan Ellis.
- Pendekatan ini langsung dan berpotensi membuat konselor
terlalu fanatik dan ada kemungkinan tidak merawat klien
seideal yang semestinya.
- Pendekatan yang menekankan pada perubahan pikiran
bukanlah cara yang paling sederhana dalam membantu
klien mengubah emosinya.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat ditarik kesimpulan dari penjelasan di atas yaitu REBT diciptakan
dan dikembangkan oleh Albert Ellis (1950an), seorang psikoterapis yang
terinspirasi oleh ajaran-ajaran filsuf Asia, Yunani, Romawi dan modern
yang lebih mengarah pada teori belajar kognitif.
B. SARAN
Memiliki kemampuan dalam konseling humanistik merupakan hal yang
penting,dapat mengarahkan ke masa depan yang lebih baik. Untuk itu kita
perlu memahami lebih dalam teori-teori konseling humanistik dengan baik
agar kita dapat memahami dan mengetahui hal-hal atau masalah klien kita
nantinya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Komalasari,Gantina.Teori dan Teknik Konseling.2011.Jakarta : Indeks
http://bimbingandankonseling07.blogspot.co.id/2012/11/rebt-rational-emotive-
behavior-therapy.html?m=1 (diakses pada tanggal 25/10/2015)
https://bkpemula.wordpress.com/2013/11/06/rational-emotive-behavior-therapy/
(diakses pada tanggal 24/10/2015)