REALITA DI BALIK KECEMASAN MENGHADAPI MATEMATIKA … · oleh kecemasan menghadapi matematika. Jenis...
Transcript of REALITA DI BALIK KECEMASAN MENGHADAPI MATEMATIKA … · oleh kecemasan menghadapi matematika. Jenis...
i
REALITA DI BALIK KECEMASAN MENGHADAPI
MATEMATIKA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Clara Shinta Ryda Nanda
NIM : 131134240
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya yang jauh dari sempurna ini saya persembahkan untuk :
1. Tuhan Yesus Kristus yang menjadi pedoman dan teladan dalam hidup
saya.
2. Kedua orang tua dan saudara-saudara saya yang selalu memberikan
motivasi demi terselesaikannya skripsi ini.
3. Dosen-dosen yang selalu membimbing dan mengajari saya untuk menjadi
pendidik yang baik.
4. E (Inisial) beserta keluarga yang telah bersedia menjadi partisipan dalam
penelitian ini.
5. Para guru dan seluruh staff SD Suka yang telah bersedia memberikan
informasi yang dibutuhkan dalam terselesaikannya skripsi ini.
6. Teman-teman satu payung, Deviani Retno Martanti dan Suster Epi yang
setia kawan serta selalu memberikan dukungan moral.
7. Yunas Utoro yang selalu sabar menemani serta memberi semangat ketika
saya merasa putus asa.
8. Almamater saya, Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata
Dharma.
9. Sahabat-sahabat saya, Agnes Dian Sujaryani dan Veronica Titis yang tak
henti memberikan motivasi untuk saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku.
( Filipi 4 : 13 )
Balas dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik.
(Ali bin Abi Thalib)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya
ilmiah.
Yogyakarta, 30 Mei 2017
Peneliti
Clara Shinta Ryda Nanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Clara Shinta Ryda Nanda
Nomor Mahasiswa : 131134240
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
REALITA DI BALIK KECEMASAN MENGHADAPI MATEMATIKA
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media
lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara
terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 30 Mei 2017
Yang menyatakan
Clara Shinta Ryda Nanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
REALITA DI BALIK KECEMASAN MENGHADAPI MATEMATIKA
Oleh
Clara Shinta Ryda Nanda
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2017
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan fakta yang terdapat di lapangan
tentang siswa yang mengalami kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran
matematika. Terdapat pandangan bahwa siswa yang nilainya rendah pada mata
pelajaran matematika juga akan mengalami kecemasan menghadapi matematika.
Namun pada penelitian ini, siswa yang pandai dan mendapatkan nilai di atas
KKM lah yang mengalami kecemasan menghadapi matematika. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab dan dampak yang diakibatkan
oleh kecemasan menghadapi matematika.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah grounded
theory. Partisipan dalam penelitian ini adalah seorang siswa kelas IV SD Suka
yang mengalami kecemasan dalam menghadapi matematika, ia bernama E
(Inisial). Peneliti juga menggali informasi terkait kecemasan yang dialami oleh E
melalui 4 informan. Para informan tersebut yakni wali kelas IV SD Suka, guru
matematika kelas IV SD Suka, serta kedua orang tua E. Dalam penelitian ini,
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara.
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik pencodingan.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa penyebab kecemasan yang
dialami oleh E adalah orang tuanya. Orang tua E (dalam hal ini ibunya) memarahi
E apabila ia mendapatkan nilai yang rendah pada mata pelajaran matematika.
Selain itu, ada beberapa konsekuensi yang akan E dapatkan apabila ia
mendapatkan nilai yang jelek, antara lain pengurangan uang jajan dan diikutkan
les tambahan. Hal-hal tersebut yang kemudian menyebabkan E cemas ketika
menghadapi matematika.
Kata kunci : metode penelitian grounded theory, kecemasan belajar, matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
A REALITY BEHIND THE ANXIETY OF FACING MATHEMATICS
By
Clara Shinta Ryda Nanda
Sanata Dharma University Yogyakarta
2017
This study was conducted based on the facts that happened in the
circumstances about student who got anxiety when facing mathematics subject.
There was a view that students who get a bad score in mathematics will
automatically experiencing anxiety when facing mathematics. But in this study,
the anxiety of facing mathematic attack a smart student who gets a good score in
mathematics. The aims of this study is to identify the cause and the impact that
involved by the anxiety of facing mathematics.
This is a qualitative research that use grounded theory as the research
method. Participants in this study is a fourth grader of SD Suka named E (Initial)
who got anxiety of facing mathematics. Researcher also dig information related to
the anxiety that experienced by E through 4 informants. The informants were the
classroom teacher of grade IV SD Suka, mathematics teacher of grade IV SD
Suka, and E’s parents. In this study, data collection techniques that used were
observation and interviews. The analytical technique that used was encoding
system according to grounded theory method.
The results of the study found that the cause of anxiety that experienced
by E is his parents. E's parents (in this case his mother) scold him if he gets a bad
score in mathematics. In addition, there are some consequences that will E get if
he gets a bad score in mathematics, such as reducing his pocket money and
entering him to the additional tutoring. These things that caused the anxiety of
facing mathematics experiencing by E.
Keywords: research method grounded theory, anxiety, mathematics.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :
“Realita di Balik Kecemasan Menghadapi Matematika”. Tujuan dari penulisan
skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama penulisan skripsi ini, tak jarang peneliti mengalami berbagai
tantangan dan hambatan selama penelitian, namun hal tersebut peneliti jadikan
sebagai pelajaran yang berharga di kemudian hari. Berkat dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini
tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah mendukung penulisan skripsi ini.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen dan karyawan
Universitas Sanata Dharma, atas program dan dinamika yang telah peneliti lalui
selama ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rohandi,
Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma, serta Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma, serta Bapak
Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
Secara khusus, peneliti berterima kasih kepada Ibu Eny Winarti, S.Pd.,
M.Hum., Ph.D., selaku dosen pembimbing I dan Ibu Maria Agustina Amelia,
S.Si., M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing peneliti dengan
penuh kesabaran, memberi masukan, dukungan, serta semangat hingga
terselesaikannya skripsi ini. Tak lupa peneliti juga mengucapkan terima kasih
kepada Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan banyak ilmu kepada peneliti
selama perkuliahan. Peneliti juga berterima kasih kepada seluruh karyawan di
sekretariat Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
Dharma Yogyakarta atas segala keramahannya dalam membantu peneliti selama
perkuliahan hingga menyelesaikan tugas akhir.
Peneliti juga berterima kasih kepada Ibu Kepala Sekolah SD Suka yang
telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas IV SD
Suka. Tak lupa peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada wali kelas IV dan
guru matematika kelas IV SD Suka yang telah bersedia menjadi informan dalam
penelitian ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada salah satu siswa
kelas IV SD Suka beserta kedua orang tuanya yang telah bersedia menjadi
partisipan dalam penelitian ini.
Terima kasih kepada kedua orang tua peneliti, Bapak Bernadino Realino
Hery Prabowo dan Ibu Natalia Ida Herlida yang tak pernah lelah melimpahkan
kasih sayang, dukungan, serta semangat untuk peneliti dapat menyelesaikan tugas
akhir ini, serta Adik peneliti Sylvester Bramaditya Ryda Nanda yang selalu
menghibur peneliti dikala merasa jenuh dan tidak bersemangat. Peneliti juga
berterima kasih kepada Yunas Utoro yang selalu menyempatkan waktunya untuk
memberi dukungan moral maupun materi kepada peneliti, serta motivasi dan
semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Terima
kasih pula untuk saudara-saudara peneliti yang telah memberikan doa dan
dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Selanjutnya peneliti ucapkan terima kasih kepada Suster Helen yang selalu
memberikan masukan dan tips-tips yang sangat bermanfaat hingga skripsi ini
dapat terselesaikan. Peneliti juga berterima kasih kepada teman satu payung,
Deviani Retno Martanti dan Suster Epi Samosir yang selalu setia berjuang
bersama selama perkuliahan hingga tugas akhir ini. Sahabat-sahabat peneliti,
Agnes Dian Sujaryani dan Veronica Titis yang tak henti-hentinya menghibur dan
mendoakan peneliti.
Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman-teman
angkatan 2013 yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, terima kasih atas
kebersamaan yang telah dilalui selama kurang lebih 4 tahun ini. begitu banyak
pengalaman serta pembelajaran yang peneliti dapatkan selama berdinamika
bersama teman-teman. Semoga Tuhan selalu memberkati setiap langkah kita ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
depan. Terima kasih atas dukungan dan doanya kepada seluruh pihak yang tidak
dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Dengan penuh kerendahan hati, peneliti sadar bahwa skripsi ini masih jauh
dari sempurna. Oleh sebab itu, berbagai kritik dan saran sangat penelti harapkan
demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, harapan peneliti semoga skripsi ini
menjadi karya yang bermanfaat untuk seluruh pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 30 Mei 2017
Peneliti
Clara Shinta Ryda Nanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN ................................ Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................. vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5
1.6 Definisi Operasional ...................................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................... 7
2.1.1 Deskripsi Partisipan yang Diteliti ........................................................... 7
2.1.2 Teori yang Mendukung ........................................................................... 9
2.1.2.1 Pengertian Kecemasan ..................................................................... 9
1. Aspek kecemasan ............................................................................... 10
2. Macam-macam Kecemasan ................................................................ 14
2.1.2.2 Kecemasan Matematika ................................................................. 16
2.1.2.3 Pengertian Matematika................................................................... 16
2.2 Penelitian yang Relevan .............................................................................. 18
2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 25
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 25
3.2 Setting penelitian ......................................................................................... 27
3.2.1 Tempat Penelitian ................................................................................. 27
3.2.2 Pembelajaran Matematika di SD Suka ................................................. 28
3.3 Desain Penelitian ......................................................................................... 30
3.4 Latar Belakang Informan dan Partisipan Penelitian .................................... 32
3.4.1 Latar Belakang Informan 1 ................................................................... 32
3.4.2 Latar Belakang Informan II .................................................................. 33
3.4.3 Latar Belakang Informan III ................................................................. 35
3.4.4 Latar Belakang Informan IV ................................................................. 38
3.4.5 Latar Belakang Partisipan ..................................................................... 39
3.5 Teknik Pengumpulan Data. ......................................................................... 40
3.5.1 Observasi .............................................................................................. 41
3.5.2 Wawancara............................................................................................ 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
3.6 Instrumen Penelitian .................................................................................... 42
3.7 Kredibilitas dan Transferabilitas ................................................................. 49
3.7.1 Perpanjangan Pengamatan .................................................................... 49
3.7.2 Triangulasi ............................................................................................ 50
3.7.3 Transferabilitas ..................................................................................... 51
3.8 Teknik Analisis Data ................................................................................... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 54
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 54
4.1.1 Wawancara dengan Partisipan .............................................................. 66
4.1.2 Wawancara dengan Informan I ............................................................. 69
4.1.3 Wawancara dengan Informan II ........................................................... 74
4.2.4 Wawancara dengan Informan III .......................................................... 75
4.1.5 Wawancara dengan Informan IV .......................................................... 81
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 86
4.2.1 Faktor Penyebab Kecemasan ................................................................ 86
4.2.2 Dampak Kecemasan yang Ditimbulkan ............................................... 89
4.3 Temuan Tambahan ...................................................................................... 92
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 93
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 93
5.2 Implikasi ...................................................................................................... 94
5.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 95
5.4 Saran ............................................................................................................ 95
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian yang Relevan…..……………….…….… 22
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir……………………………………….… 24
Gambar 3.1 Bagan Triangulasi…………………………………………………. 51
Gambar 3.3 Lembar Kuesioner………………………………………………... 100
Gambar 4.1 Bagan Theoretical Coding…………………………………..….... 129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian……………………….….……….…. 30
Tabel 3.2 Alur Observasi dan Wawancara…………….…………..…………... 99
Tabel 4.1 Open Coding………………………..…………….….……………... 124
Tabel 4.2 Selective Coding…………...……………………..…………………. 127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Pedoman Observasi Kelas………………………………………... 99
Lampiran B Lembar Kuesioner……..…………………………………….….... 100
Lampiran C Alur dan Daftar Topik Wawancara.……………………………… 102
Lampiran D Hasil Triangulasi...………....………………………………..….... 104
Lampiran E Open Coding……………….……………………...……….…...... 124
Lampiran F Axial Coding….……………………………………….…….......... 126
Lampiran G Selective Coding…...…………………………………………….. 127
Lampiran H Theoretical Coding………………………………………………. 129
Lampiran I Biodata Peneliti……….…………………………………………... 130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I terdiri dari 6 hal yang akan dibahas. Hal-hal tersebut antara lain latar
belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan definisi operasional. Latar belakang berisi tentang alasan peneliti
melakukan penelitian ini. Rumusan masalah berisi tentang permasalahan yang
akan peneliti pecahkan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian berisi hal-hal yang
ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini. Manfaat penelitian berisi tentang
kegunaan dari penelitian ini. Definisi operasional berisi tentang istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah penjelasan terperinci mengenai ke-
enam hal tersebut.
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 13 ayat 1, pendidikan dasar merupakan
pendidikan yang lamanya 9 (Sembilan) tahun yang diselenggarakan selama 6
(enam) tahun di Sekolah Dasar (SD) dan 3 (tiga) tahun di sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP) atau satuan pendidikan yang sederajat.
Sekolah Dasar merupakan tempat bagi siswa untuk memperoleh
pengetahuan akademik seperti menulis, membaca, dan berhitung. Terdapat 5 mata
pelajaran inti dalam Sekolah Dasar, yakni Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PKn, dan
Matematika yang akan membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuannya.
Salah satu cara dalam mendapatkan bekal intelektual dasar adalah melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
berhitung. Mata pelajaran yang membutuhkan kemampuan berhitung adalah
matematika. Johnson dan Rising (dalam Runtukahu 2014 : 28) mengemukakan
bahwa matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat
secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak
didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan
kebenarannya. Hitungan dasar dalam matematika seperti penjumlahan,
pengurangan, pembagian, dan perkalian harus dikuasai dengan sempurna. Materi
penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian dianggap penting karena
materi-materi tersebut seringkali digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
contohnya dalam kegiatan jual-beli. Oleh sebab itu, matematika menjadi salah
satu ilmu pasti yang diajarkan di sekolah dan berguna untuk kehidupan sehari-
hari.
Dewasa ini yang terjadi di sekolah, sebagian besar siswa mengeluhkan
pembelajaran matematika yang mereka dapatkan di sekolah. Sebanyak 50.211
siswa SD yang tersebar di 1.989 sekolah di DIY merasa kesulitan menguasai
materi matematika, hal tersebut dapat dilihat melalui hasil Ujian Nasional siswa
SD di DIY tahun 2013 yang dilakukan oleh Tim Pengumuman UN 2013 bahwa
nilai matematika selalu berada di urutan paling rendah diantara ilmu-ilmu pasti
lainnya (http://www.pengumumanun.com/2013/06/rekap-hasil-kelulusan-un-sd-
yogya.html). Hal tersebut cukup menunjukkan bahwa matematika masih menjadi
momok bagi sebagian siswa, terutama dalam kasus ini yaitu siswa SD di DIY.
Melalui kegiatan PPL yang peneliti laksanakan selama 3 bulan di SD
Suka, peneliti menemukan seorang anak yang mengalami kecemasan belajar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
khususnya pada mata pelajaran matematika. Nevid (2005 : 163) menjelaskan
bahwa kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir pada
seseorang yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
Pendapat Nevid tersebut sesuai dengan yang dialami E (Inisial). E merupakan
siswa kelas IV B di SD Suka. E merupakan salah satu siswa yang cerdas di
kelasnya. Hampir pada seluruh mata pelajaran nilainya berada di atas KKM.
Namun E bukanlah anak yang aktif di kelas dan cenderung pendiam. Ketika
peneliti bertanya kepada wali kelas dan guru matematika kelas IV SD Suka
tentang perilau E di kelas, mereka juga mengatakan bahwa E adalah anak yang
pendiam di kelas.
Peneliti juga mewawancarai E untuk menggali informasi tentang
kecemasan yang E alami. Menurut E, ketika cemas, yang ia rasakan adalah sakit
perut, telapak tangan berkeringat, jantung berdebar-debar, dan sering ingin buang
air kecil. Aspek-aspek kecemasan yang dialami oleh E sesuai dengan aspek
kecemasan fisik yang dicetuskan oleh Nevid. Menurut pendapat Nevid (2005 :
164 ) kecemasan fisik meliputi : kegelisahan, kegugupan, tangan atau anggota
tubuh gemetar, banyak berkeringat, telapak tangan berkeringat, pening atau
pingsan, mulut dan kerongkongan terasa kering, sulit bernafas, sulit berbicara,
bernafas pendek, jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang
bergetar, jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, leher atau punggung terasa
kaku, merasa sensitif atau “mudah marah”, diare, panas dingin, tangan yang
dingin dan lembab, wajah terasa memerah, sering buang air kecil, dan terdapat
gangguan sakit perut atau mual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
E mengalami kecemasan saat menghadapi matematika, namun hal yang
membuat peneliti tertarik adalah nilai-nilai yang E peroleh selalu diatas KKM.
Dahulu selama bersekolah, peneliti juga mengalami kecemasan belajar
matematika, namun nilai peneliti selalu berada di bawah KKM. Hal tersebut
memunculkan beberapa pertanyaan dalam diri peneliti, mengapa seseorang yang
menguasai pelajaran Matematika mencemaskan pelajaran tersebut? Nilai yang ia
dapatkan pun selalu di atas KKM, lalu mengapa ia cemas? Berdasarkan
pengalaman pribadi peneliti dan fenomena yang terjadi pada E, peneliti terdorong
untuk melakukan penelitian terhadap E dengan menggunakan teknik grounded
theory. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab kecemasan siswa
dalam menghadapi matematika, serta dampak kecemasan yang ditimbulkan.
1.2 Identifikasi Masalah
Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab siswa
mengalami kecemasan menghadapi matematika, serta mencari tahu dampak yang
dirimbulkan oleh kecemasan tersebut.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1.3.1 Faktor apa yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan belajar
matematika?
1.3.2 Bagaimana dampak dari kecemasan matematika yang dialami siswa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui penyebab dan dampak dari kecemasan belajar Matematika yang
dialami oleh seorang siswa.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
bagi dunia pendidikan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan seorang siswa
berprestasi mengalami kecemasan belajar, khususnya pada mata pelajaran
matematika di Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan refleksi
dan perbaikan bagi orang tua maupun guru.
1.5.2 Manfaat Praktis
1.5.2.1 Bagi sekolah
Melalui hasil penelitian ini, para guru di sekolah dapat lebih
mempertimbangkan cara mengajar siswa yang mengalami kecemasan
belajar, sehingga tingkat kecemasan siswa (khususnya pada mata pelajaran
matematika) dapat menurun.
1.5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi
dalam mengembangkan penelitian yang selanjutnya, terutama tentang
kecemasan siswa SD dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.5.2.3 Bagi Peneliti
Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti dapat mengidentifikasi faktor
penyebab kecemasan belajar siswa dan dampaknya terhadap
perkembangan belajar siswa, sehingga peneliti memiliki sudut pandang
baru terhadap kecemasan belajar matematika.
1.6 Definisi Operasional
Berikut adalah pengertian dari istilah-istilah yang dipakai peneliti dalam
penelitian ini, untuk memudahkan pembaca dalam memahami penelitian in.
1.6.1 Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang
mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
1.6.2 Matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat
secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak
didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah
dibuktikan kebenarannya.
1.6.3 Grounded Theory adalah metodologi umum untuk mengembangkan teori.
Dalam grounded theory, data dikumpulkan berdasarkan peristiwa yang
diamati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab II ini peneliti membahas mengenai kajian pustaka, penelitian
yang relevan, dan kerangka berpikir. Kajian pustaka membahas tentang deskripsi
siswa yang mengalami kecemasan menghadapi matematika, tujuan penulisan
deskripsi partisipan dalam bab II ini adalah untuk membangun konteks yang
berhubungan dengan penelitian. Kajian pustaka juga membahas tentang teori-teori
yang mendukung terkait dengan penelitian ini. Penelitian yang relevan berisi
tentang penelitian orang lain yang mendukung penelitian ini. Kerangka berpikir
membahas tentang alur berpikir peneliti secara detail, supaya pembaca dapat
memahami penelitian ini.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Deskripsi Partisipan yang Diteliti
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan peneliti di SD Suka, peneliti
menemukan siswa yang mengalami kecemasan menghadapi matematika di kelas
IV. Sebelumnya, peneliti telah menyebar kuesioner di kelas IV SD Suka.
Kuesioner tersebut berisi indikator-indikator kecemasan. Barulah setelah dilihat
dari hasil kuesioner, peneliti dapat menentukan siswa yang mengalami
kecemasan. Partisipan pertama dalam penelitian ini adalah E (Inisial), siswa yang
mengalami kecemasan menghadapi matematika.
E dilahirkan pada tanggal 16 Februari 2007 di sebuah rumah sakit di
Yogyakarta. E merupakan anak bungsu dari pasangan Bapak H (Inisial) dan Bu L
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
(Inisial). E merupakan anak kedua dari dua bersaudara. E memiliki seorang kakak
perempuan yang kini duduk di bangku kelas 2 SMP. E adalah siswa kelas IV di
SD Suka. E merupakan seorang siswa laki-laki yang saat ini berusia 10 tahun. E
tinggal bersama kedua orang tuanya. Setiap harinya, E diantar sekolah oleh
ayahnya, dan ketika pulang sekolah dijemput oleh ibunya. Bapak H berprofesi
sebagai PNS, dan Bu L adalah ibu rumah tangga. Informasi tersebut peneliti
dapatkan setelah mewawancarai E.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan empat informan, yakni Bu W
(Inisial) wali kelas IV, Pak D (Inisial) guru Matematika kelas IV, Bapak H ayah
kandung E, dan Bu L ibu kandung E. Pak D dan Bu W mengatakan bahwa E
merupakan siswa yang pendiam dan juga pintar. Informasi tersebut peneliti
dapatkan ketika peneliti meminta rekapan nilai matematika hasil belajar E. Nilai
yang E peroleh pada mata pelajaran matematika berada di atas KKM. Kemudian
ketika peneliti meminta rekapan nilai pada mata pelajaran yang lainnya, nilai E
stabil dan semuanya di atas KKM. Namun pada kenyataannya, E mengalami
kecemasan menghadapi matematika.
Berdasarkan keterangan dari E yang mengalami kecemasan menghadapi
matematika, peneliti akan membahas lebih lanjut mengenai penyebab kecemasan
yang dialami E dengan menggunakan grounded theory. Penjelasan mengenai
grounded theory dibahas pada bab III.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2.1.2 Teori yang Mendukung
2.1.2.1 Pengertian Kecemasan
Cemas dan takut adalah kedua hal yang sering dianggap sama. Lalu,
apakah cemas dan takut memiliki arti yang sama? Takut adalah respons terhadap
bahaya yang dekat, sementara itu kecemasan berkaitan dengan kejadian yang
mungkin terjadi di masa mendatang (Emery & Oltmanns, 2013 : 194). Kecemasan
atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus”
yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik.
Freud (2002 : 429) mengemukakan bahwa kecemasan adalah suatu
keadaan perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi
fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Sementara
ketakutan, menurut Freud (2002 : 432) berkaitan secara khusus dengan keadaan
yang menyebabkan bahaya ketika bahaya muncul tanpa adanya kesiapan terhadap
rasa takut, jadi dapat dikatakan bahwa kecemasan merupakan perlindungan
terhadap ketakutan.
Nevid (2005 : 163) mengatakan bahwa yang disebut kecemasan adalah
suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu
yang buruk akan segera terjadi. Darajat (1996 : 27) berpendapat bahwa kecemasan
adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi
ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin
(konflik). Sedangkan menurut Gunarsa (1986 : 27), kecemasan adalah rasa
khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Kecemasan atau anxietas dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
ditimbulkan oleh bahaya dari luar, mungkin juga oleh bahaya yang ada dalam diri
seseorang, dan pada umumnya ancaman itu samar-samar.
Berdasarkan pendapat lima ahli tersebut, peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan tidak nyaman sebagai
akibat dari keyakinan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi di masa mendatang.
Berbeda dengan takut, cemas adalah perasaan khawatir tentang sesuatu yang
buruk yang mungkin terjadi (dan itu artinya belum sungguh-sungguh terjadi),
sedangkan takut adalah perasaan yang timbul ketika sesuatu yang dianggap
bahaya ada di dekatnya. Misalnya ketika ada seekor ular masuk ke kamar kita,
kita merasa khawatir dan panik, itulah yang disebut ketakutan.
Untuk dapat menentukan partisipan yang mengalami kecemasan, peneliti
menyusun sebuah kuesioner yang berisi aspek-aspek kecemasan. Aspek-aspek
kecemasan yang digunakan untuk menyusun kuesioner pada peneltian ini
menggunakan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Nevid, yang akan dibahas
selanjutnya.
1. Aspek kecemasan
Supratiknya (1995 : 39) menjelaskan bahwa penderita gangguan kecemasan
umum menunjukkan simptom-simptom sebagai berikut :
a. Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was, dan keresahan yang bersifat tak
menentu.
b. Terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan dan sering merasa tidak
mampu, minder, depresi serta sedih.
c. Sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan, serba takut salah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
d. Rasa tegang menjadikan yang bersangkutan selalu bersikap tegang-lamban,
bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan yang datang secara tiba-tiba
atau yang tak diharapkan, dan selalu melakukan gerakan-gerakan neurotik
tertentu, seperti mematah-matahkan buku jari, mendeham, dan sebagainya.
e. Sering mengeluh bahwa ototnya tegang, khususnya pada leher dan sekitar
bagian atas bahu, mengalami diare ringan yang kronik, sering buang air kecil,
dan menderita gangguan tidur berupa insomnia dan mimpi buruk.
f. Mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangannya sering basah.
g. Sering berdebar-debar dan tekanan darahnya tinggi.
h. Sering mengalami gangguan pernafasan dan berdebar-debar tanpa sebab yang
jelas.
i. Sering mengalami “anxiety attacks” atau tiba-tiba cemas tanpa ada sebab
pemicunya yang jelas. Gejala-gejalanya dapat berupa berdebar-debar, sulit
bernafas, berkeringat, pingsan, badan terasa dingin, terkencing-kencing, atau
sakit perut.
Nevid (2005 : 164 ) menguraikan aspek kecemasan yang terdiri dari aspek fisik,
behaviorial, dan kognitif.
a. Kecemasan fisik, meliputi : kegelisahan, kegugupan, tangan atau anggota tubuh
gemetar, banyak berkeringat, telapak tangan berkeringat, pening atau pingsan,
mulut dan kerongkongan terasa kering, sulit bernafas, sulit berbicara, bernafas
pendek, jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang
bergetar, jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, leher atau punggung
terasa kaku, merasa sensitif atau “mudah marah”, diare, panas dingin, tangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
yang dingin dan lembab, wajah terasa memerah, sering buang air kecil, dan
terdapat gangguan sakit perut atau mual.
b. Kecemasan behaviorial, meliputi : perilaku menghindar, perilaku melekat dan
dependen, perilaku terguncang.
c. Kecemasan kognitif, meliputi : khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu
akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan,
keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi tanpa ada
penjelasan yang jelas, terpaku pada sensasi ketubuhan, sangat waspada
terhadap sensasi ketubuhan, merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang
normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian, ketakutan akan
kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah,
berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan, berpikir bahwa semuanya tidak
bisa lagi dikendalikan, berpikir bahwa semuanya sangat membingungkan tanpa
bisa diatasi, khawatir terhadap hal-hal yang sepele, berpikir tentang hal
mengganggu yang sama secara berulang-ulang, berpikir bahwa harus bisa
kabur dari keramaian; kalau tidak nanti akan pingsan, pikiran terasa bercampur
aduk atau kebingungan, tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran
terganggu, berpikir akan segera mati; meskipun dokter tidak menemukan
sesuatu yang salah secara medis, khawatir akan ditinggal sendirian, sulit
berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.
Kecemasan dapat dilihat dari segi fisik, aspek-aspek kecemasan fisik telah
dijabarkan pada penjelasan di atas. Kecemasan behaviorial adalah aspek
kecemasan yang berhubungan dengan perilaku. Sedangkan aspek kecemasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
kognitif adalah aspek yang berhubungan dengan pikiran seseorang. Seseorang
bisa saja mengalami ketiga aspek kecemasan tersebut sekaligus, namun ada juga
yang hanya mengalami satu atau dua di antara ketiganya.
Sedangkan Darajat (1996 : 28) menggolongkan aspek kecemasan menjadi dua,
yaitu kecemasan fisik dan kecemasan mental.
a. Kecemasan fisik, meliputi : ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur,
pukulan jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan
hilang, pusing, dan sebagainya.
b. Kecemasan mental, meliputi : sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya atau
kecelakaan, tidak bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya atau rendah diri,
hilang kepercayaan diri, tidak tentram, ingin lari dari kenyataan hidup, dan
sebagainya.
Berdasarkan pendapat ketiga ahli tersebut, peneliti dapat menarik kesimpulan
bahwa kecemasan terdiri dari dua aspek, yakni aspek fisik dan nonfisik atau
mental.
a. Indikator aspek fisik meliputi : jantung berdebar-debar, keringat dingin, perut
mulas, pusing, mengalami kesulitan tidur, kehilangan nafsu makan, dan lain-
lain.
b. Indikator aspek mental meliputi : sering merasa khawatir, tegang, curiga, takut
akan bahaya yang mungkin terjadi, takut tertimpa kecelakaan, selalu merasa
putus asa, minder, selalu takut melakukan kesalahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2. Macam-macam Kecemasan
Freud (dalam Suryabrata, 2006 : 139) mengemukakan adanya tiga macam
kecemasan, yaitu kecemasan realistis, kecemasan neurotik dan kecemasan moral.
a. Kecemasan Realistis
Adalah kecemasan atau ketakutan yang yang realistis, atau takut akan bahaya-
bahaya di dunia luar; kedua kecemasan yang lain diasalkan dari kecemasan
realistis ini. Kecemasan siswa SD terhadap mata pelajaran Matematika termasuk
dalam kecemasan jenis ini, karena siswa SD mengalami perasaan takut dan tegang
serta gelisah dalam menghadapi pelajaran Matematika.
b. Kecemasan Neurotik
Adalah kecemasan kalau-kalau insting-insting tidak dapat dikendalikan dan
menyebabkan orang berbuat sesuatu yang dapat dihukum. Kecemasan ini
sebenarnya mempunyai dasar dalam realitas, karena dunia sebagaimana diwakili
oleh orang tua dan lain-lain orang yang memegang kekuasaan itu menghukum
anak yang melakukan tindakan impulsif.
c. Kecemasan Moral
Adalah kecemasan kata hati. Kecemasan moral juga memiliki dasar dalam
realitas; karena di masa yang lampau orang telah mendapatkan hukuman sebagai
akibat dari perbuatan yang melanggar kode moral, dan mungkin akan mendapat
hukuman lagi.
Darajat (1996 : 28) menjelaskan bahwa kecemasan digolongkan menjadi tiga
macam, yakni :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang
mengancam pada dirinya. Cemas ini lebih dekat kepada rasa takut, karena
sumbernya jelas terlihat dalam fikiran, misalnya ketika ingin menyebrang jalan
terlihat mobil berlari kencang seakan-akan hendak menabraknya. Atau seorang
mahasiswa yang sepanjang tahun bermain-main saja, merasa cemas apabila
ujian datang.
b. Rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Yang
paling sederhana ialah cemas yang umum, dimana orang merasa cemas (takut)
yang kurang jelas, tidak tertentu dan tidak ada hubungannya dengan apa-apa,
serta takut itu mempengaruhi keeluruhan diri pribadi. Ada pula cemas dalam
bentuk takut akan benda-benda atau hal-hal tertentu, misalnya takut melihat
darah, serangga, binatang-binatang kecil, tempat yang tinggi, atau orang ramai.
Ini berarti bahwa objek yang ditakuti itu, tidak seimbang dengan bahaya yang
mungkin ditimbulkan oleh benda-benda tersebut atau tidak berbahaya sama
sekali. Selanjutnya ada pula cemas dalam bentuk ancaman, yaitu kecemasan
yang menyertai gejala-gejala gangguan dan penyait jiwa. Orang merasa cemas
karena menyangka akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, sehingga ia
merasa terancam oleh sesuatu itu.
c. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Cemas ini sering pula
menyertai gangguan jiwa, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang
umum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
kecemasan digolongkan menjadi dua macam, yakni kecemasan internal atau
kecemasan yang berasal dari dalam diri sendiri, serta kecemasan eksternal yang
berasal dari luar diri.
2.1.2.2 Kecemasan Matematika
Fiore (dalam Risnawati, 2014 : 92) mendefinisikan kecemasan matematika
yaitu kepanikan, ketidakberdayaan, kelumpuhan, dan pendisorganisasian mental
yang muncul pada beberapa orang ketika mereka diminta untuk memecahkan
masalah matematika.
Mathison (dalam Risnawati, 2014 : 91) mendefinisikan kecemasan matematika
sebagai ketakutan irasional matematika yang berkisar dari yang sederhana yaitu
ketidaknyamanan yang terkait dengan operasi numerik.
Sedangkan menurut Trujillo dan Hadfield (dalam Risnawati, 2014 : 92)
kecemasan matematika adalah keadaan ketidaknyamanan yang terjadi sebagai
respons terhadap situasi yang melibatkan tugas-tugas matematika yang dianggap
mengancam harga diri.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti dapat menarik kesimpulan
tentang kecemasan matematika, yakni merupakan suatu perasaan
ketidaknyamanan ketika menghadapi pelajaran matematika.
2.1.2.3 Pengertian Matematika
Hudojo (1988 : 3) berpendapat bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide
atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya
deduktif. Setiap generasi manusia menyadari pentingnya mempelajari matematika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
(Runtukahu, 2014 : 28). Menurut Crockholf (dalam Runtukahu, 2014), dewasa ini
matematika diajarkan untuk memenuhi kebutuhan industri, ilmu pengetahuan,
perdagangan, teknologi, dan untuk hampir semua kebutuhan manusia sehari-hari.
Seperti yang kita ketahui di Indonesia, bahkan matematika merupakan salah satu
patokan kelulusan sejak tingkat SD sampai dengan SMA. Oleh sebab itu
matematika dianggap sangat penting untuk dapat dikuasai terutama pada jenjang
sekolah.
Berikut adalah definisi matematika menurut Johnson dan Rising (dalam
Runtukahu, 2014).
a. Matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat
secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak
didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan
kebenarannya.
b. Matematika ialah bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan
menggunakan berbagai istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas,
dan akurat.
c. Matematika adalah seni, dimana keindahannya dalam keteraturan dan
keharmonisan.
Sedangkan menurut Kline (dalam Runtukahu 2014), matematika adalah
pengetahuan yang tidak berdiri sendiri, tetapi dapat membantu manusia untuk
memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Menurut Bruner (dalam Runtukahu 2014), anak-anak membentuk konsep
matematika melalui tiga tahap sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
a. Tahap enaktif : dalam tahap enaktif, anak langsung terlibat dalam
memanipulasi objek-objek.
b. Tahap ikonik : dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan
dengan kegiatan mentalnya terhadap objek-objek yang dimanipulasinya.
c. Tahap simbolik : anak memanipulasi simbol atau lambang objek-objek
tertentu. Siswa mampu menggunakan notasi tanpa tergantung pada objek-objek
nyata.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti berpendapat bahwa Matematika
adalah ilmu yang dipelajari secara konkret, yang berguna bagi kehidupan sehari-
hari. Matematika tidak seharusnya terpaku pada rumus, namun yang terjadi
dilapangan (khususnya SD), matematika agaknya telah keluar dari tujuan
utamanya dan berganti menjadi mata pelajaran hafalan.
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Anissa Safitri (2016) yang berjudul
“Pengaruh Metode Permainan Terhadap Kecemasan Belajar Matematika Siswa
Kelas IV SDN Pondok Ranji 01”. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pre eksperimental dan desain penelitian One Group Prettest
and Posttest Design. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pondok Ranji 01 tahun
ajaran 2015/2016. Subyek dalam penelitian ini adalah 39 siswa kelas IV yang
didapatkan menggunakan teknik cluster sampling. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah angket dan lembar observasi kecemasan belajar
matematika. teknik Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t. hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kecemasan belajar matematika setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
diajarkan dengan metode permainan lebih rendah dibandingkan dengan sebelum
diajarkan dengan metode permainan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan metode permainan berpengaruh positif terhadap
berkurangnya kecemasan belajar siswa.
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Inana Siti Maryam (2013) yang berjudul
“Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Kecemasan Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika pada Siswa SDN Bratan III Surakarta”. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif yang menggunakan product moment dari Pearson. Penelitian
ini dilakukan di SDN Bratan III Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas III, IV, dan V SDN Bratan III yang berjumlah 110 orang yang terdiri
dari 38 siswa kelas III, 39 siswa kelas IV, dan 33 siswa kelas V. Teknik
pemilihan subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi populasi. Alat
ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala efikasi diri berdasarkan
teori dari Bandura (1997) yang meliputi tingkat kesulitan (magnitude), umum
(generality), kekuatan (strength), dan skala kecemasan berdasarkan teori dari
Blackburn dan Davidson (1990) yang terdiri dari suasana hati, pikiran, motivasi,
perilaku, dan reaksi biologis. Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien
korelasi sebesar -0,382;p = 0,000 (p<0,01), yang artinya terdapat hubungan
negatif yang sangat signifikan antara efikasi diri dengan kecemasan menghadapi
matematika.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Muhlisin, N. Dantes, Sariyasa (2013)
dengan judul “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik
Terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Tingkat Kecemasan Belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Siswa”. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan
analisis varian dua jalur. Penelitian ini dilakukan di SD Gugus III Pancor
Singaraja. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah 120 siswa kelas IV SD
Gugus III Pancor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan
hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan PMR dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional,
(2) terdapat pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan ringkat
kecemasan siswa terhadap hasil belajar matematika, (3) terdapat perbedaan hasil
belajar matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran
PMR dan konvensional pada siswa yang memiliki tingkat kecemasan tinggi, (4)
terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang
mengikuti pembelajaran PMR dan konvensional pada siswa yang memiliki tingkat
kecemasan rendah.
Ketiga penelitian di atas mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Penelitian yang pertama membahas tentang pengaruh metode permainan terhadap
kecemasan belajar matematika. Penelitian yang kedua meneliti tentang hubungan
antara efikasi diri dengan kecemasan menghadapi mata pelajaran matematika.
Penelitian yang ketiga menjelaskan tentang pengaruh pendekatan pembelajaran
matematika realistik terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari tingkat
kecemasan belajar siswa. Ketiga penelitian tersebut sama-sama membahas
mengenai kecemasan menghadapi matematika pada siswa SD. Ketiga penelitian
tersebut merupakan penelitian kuantitatif. Cara pengumpulan data yang digunakan
yakni dengan penyebaran angket. Sedangkan penelitian yang akan peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
lakukan adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan jenis penelitian
grounded theory. Hal tersebut yang membedakan penelitian yang akan peneliti
lakukan dengan penelitian sebelumnya. Oleh sebab itu, ketiga penelitian tersebut
memberikan relevansi kepada peneliti yang melakukan penelitian tentang faktor
yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan dalam menghadapi matematika
serta dampak yang ditimbulkannya.
Berdasarkan studi literatur kecemasan belajar siswa, peneliti memberikan
sudut pandang yang baru pada dunia penelitian khususnya kecemasan
menghadapi matematika, memiliki keistimewaan yaitu menyediakan informasi
serta pengetahuan bagi para orang tua dan guru tentang anak yang mengalami
kecemasan belajar. Peneliti menyusun literature map yang berisi penelitian-
penelitian sebelumnya sampai dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti. Literature map yang disusun oleh peneliti menyajikan hubungan antara
penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
Berdasarkan realita yang telah ditemukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya,
peneliti berupaya untuk mengetahui faktor yang menyebabkan siswa mengalami
kecemasan menghadapi matematika. Berikut adalah bagan penelitian yang
relevan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2.3 Kerangka Berpikir
Benarkah bahwa matematika merupakan momok bagi sebagian besar
siswa di Indonesia sehingga menyebabkan mereka mengalami kecemasan? Tak
jarang matematika dijadikan patokan bagi kesuksesan hasil belajar siswa selama
bersekolah. Orang tua akan merasa lebih bangga ketika anak mereka menjuarai
olimpiade matematika daripada perlombaan yang lainnya. Hal tersebut
kemungkinan menimbulkan kecemasan bagi siswa. Namun, dalam penelitian ini
justru seorang siswa yang menguasai pelajaran matematikalah yang mengalami
kecemasan belajar, apa yang menjadi penyebabnya?
Anissa Safitri (2016)
yang berjudul
“Pengaruh Metode
Permainan Terhadap
Kecemasan Belajar
Matematika Siswa
Kelas IV SDN
Pondok Ranji 01”.
Inana Siti Maryam
(2013) yang berjudul
“Hubungan Antara
Efikasi Diri dengan
Kecemasan
Menghadapi Mata
Pelajaran
Matematika pada
Siswa SDN Bratan
III Surakarta”.
Muhlisin, N. Dantes,
Sariyasa (2013)
dengan judul
“Pengaruh
Pendekatan
Pembelajaran
Matematika Realistik
Terhadap Hasil
Belajar Matematika
ditinjau dari Tingkat
Kecemasan Belajar
Siswa”.
Realita di Balik Kecemasan
Menghadapi Matematika
Bagan 2.1 Penelitian yang Relevan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Berdasarkan pengalaman peneliti, kecemasan belajar umumnya dialami
oleh anak-anak yang mendapatkan nilai rendah pada mata pelajaran matematika.
Namun yang terjadi di SD Suka, siswa dengan nilai KKM di atas rata-rata justru
yang mengalami kecemasan belajar. Dalam penelitian ini peneliti akan mencari
tahu faktor yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan menghadapi
matematika dan dampak yang ditimbulkan oleh kecemasan tersebut menggunakan
teknik grounded theory. Peneliti memilih teknik grounded theory sebab peneliti
merasa grounded theory tepat digunakan untuk menyusun teori baru atau
mengembangkan teori yang sudah ada terkait dengan kecemasan menghadapi
matematika. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner.
Melalui observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner yang telah
peneliti lakukan di kelas IV SD Suka, peneliti menemukan satu siswa yang
mengalami kecemasan menghadapi matematika. Peneliti melihat bahwa siswa
yang mengalami kecemasan belajar tersebut memiliki konsentrasi yang baik, serta
hasil belajar yang memuaskan di hampir setiap mata pelajaran. Berdasarkan
kenyataan yang terjadi di lapangan, peneliti tertarik untuk meneliti faktor apa
yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan menghadapi matematika dan
dampak yang ditimbulkan oleh kecemasan tersebut. Berikut adalah bagan
kerangka berpikir yang peneliti susun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Siswa memperoleh
nilai diatas KKM
pada mata pelajaran
Matematika
Kecemasan
menghadapi
matematika
Realita Dibalik
Kecemasan
Menghadapi
Matematika
Bagan 2.2 Kerangka Berpikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III terdiri dari 8 bagian, yakni jenis penelitian, setting penelitian, design
penelitian, partisipan penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,
kredibilitas dan transferabilitas, serta teknik analisis data. Jenis penelitian
merupakan jenis penelitian dan alasan yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini. Setting penelitian merupakan tempat dan waktu selama melakukan
penelitian. Partisipan penelitian merupakan subjek dan objek yang diteliti dalam
penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah
observasi, wawancara, dan dokumen. Instrumen dalam penelitian ini adalah
peneliti sendiri, sementara keabsahan data berisi tentang uji kredibilitas dan
transferability. Teknik analisis data membahas tentang proses penelitian dari awal
sampai akhir.
3.1 Jenis Penelitian
Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 1989 : 3) menjelaskan penelitian
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor penyebab serta dampak kecemasan
belajar yang dialami siswa terhadap mata pelajaran Matematika. Jenis penelitian
yang digunakan adalah Grounded Theory. Menurut Strauss dan Lincoln (dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Putra, 2013 : 159) grounded theory adalah metodologi umum untuk
mengembangkan teori. Teori hanya merupakan satu kesatuan yang terus
berkembang, bukan satu produk yang sempurna (Glasser dan Strauss, 1984 : 58).
Menurut Glasser dan Strauss (1984 : 59), terdapat dua macam perumusan teori
dasar, yakni substantive dan formal. Dengan teori substantif, dimaksudkan bahwa
teori itu dibentuk untuk daerah substantif atau empiris, dari pengamatan
sosiologis, seperti perawatan pasien, hubungan ras (bangsa), pendidikan
professional, kenakalan atau penyimpangan adat, danorganisasi atau badan
penelitian. Teori formal dimaksudkan teori yang dibentuk untuk bidang
pengamatan sosiologis formal atau konseptual, seperti tanda cacat, tingkah laku
yang menyimpang dari adat, organisasi formal, sosialisasi, status yang serupa,
kekuasaan, dan kekuatan sosial, sistem pemberian hadiah atau mobilitas sosial.
(Glasser dan Strauss, 1984 : 59-60).
Glasser dan Strauss (1984 : 358) mengemukakan tentang ciri-ciri kategori
pengembangan teori. Ciri kategori pertama yang harus ada ialah bahwa teori
tersebut harus sesuai dan cocok dengan area substantive di mana teori itu akan
diterapkan. Kedua, teori itu harus dapat dipahami oleh orang-orang yang terlibat
dalam area itu. Ketiga, teori itu harus bersifat cukup umum untuk dapat diterapkan
pada berbagai situasi sehari-hari yang berbeda-beda di dalam area substantive itu.
Keempat, teori itu harus menyediakan kontrol partial bagi pemakainya untuk
mengawasi struktur serta proses yang terjadi pada situasi sehari-hari bila ada
perubahan sewaktu-waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Metodologi pengembangan teori tersebut berbasis pada pengumpulan dan
analisis data. Dalam grounded theory, lazimnya data dikumpulkan berdasarkan
peristiwa yang diamati (Tohirin, 2011 : 33). Oleh sebab itu, pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah dengan observasi langsung dan wawancara yang
mendalam. Observasi langsung yang dimaksud disini adalah peneliti terjun
langsung ke lapangan untuk mengamati obyek yang diteliti. Setelah melakukan
pengamatan, peneliti melakukan wawancara yang mendalam terhadap obyek yang
diteliti beserta informan yang dianggap representatif dalam penelitian ini.
3.2 Setting penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
SD Suka merupakan sekolah yang peneliti gunakan dalam penelitian ini.
Bangunan SD Suka telah berusia 94 tahun dan merupakan salah satu cagar budaya
di kota Yogyakarta. SD Suka merupakan sebuah sekolah swasta yang terletak di
salah satu jalan provinsi di area Yogyakarta. SD Suka termasuk sekolah yang
strategis karena letaknya yang di pinggir jalan provinsi, sehingga mudah untuk
ditemukan. Selain itu, SD Suka juga berdekatan dengan salah satu landasan udara
dan rumah sakit swasta di Yogyakarta. SD Suka adalah sekolah yang menyandang
gelar sekolah adiwiyata sejak tahun 2008. Program adiwiyata adalah salah satu
program kementrian lingkungan hidup dalam rangka mendorong terciptanya
pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan
hidup. Tak heran atmosfer di SD Suka sangat sejuk dan damai. Beberapa pohon
besar tumbuh menghiasi halamannya, menambah sejuk pemandangan. SD Suka
memiliki halaman yang cukup luas yang sering digunakan untuk berkegiatan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
siswanya, misalnya upacara bendera, pramuka, ataupun berbagai macam
perlombaan. Di belakang bangunan SD Suka terdapat TK Suka. Kebanyakan
alumni TK Suka melanjutkan studinya ke SD Suka. Setiap tahun ajaran baru SD
Suka selalu kebanjiran calon siswa baru dan tidak pernah kekurangan siswa.
Sarana dan fasilitas yang ada di SD Suka pun cukup mendukung kegiatan belajar
mengajar.
SD Suka memiliki 12 kelas pararel, 1 ruangan perpustakaan, 1 Unit
Kegiatan Sekolah, 1 ruang computer, 1 kantin, 1 ruang guru, 1 ruang kepala
sekolah beserta tata usaha, dan 12 kamar mandi yang bersih. Fasilitas di SD Suka
cukup memadai karena sudah memiliki ruang computer dengan 20 unit komputer
di dalamnya. Saat ini di SD Suka terdapat 12 guru yang mengajar kelas 1 sampai
dengan kelas 6, kepala sekolah dibantu oleh 1 petugas tata usaha, 1 penjaga
kantin, 1 penjaga sekolah, dan 1 satpam. SD Suka merupakan sekolah dengan
mayoritas kondisi ekonomi siswa yang menengah keatas. Hal tersebut dapat
dilihat dari banyaknya orang tua yang mengantarkan anaknya menggunakan
mobil pribadi saat berangkat maupun pulang sekolah. Tak hanya itu, ketika PPL
peneliti pernah diberi tugas merekap biodata siswa beserta orang tua, sehingga
peneliti mengetahui profesi dari mayoritas orang tua siswa.
3.2.2 Pembelajaran Matematika di SD Suka
Melalui wawancara yang peneliti lakukan dengan guru matematika kelas
IV SD Suka, didapatkan informasi bahwa pembelajaran matematika yang ada di
SD Suka dilakukan secara klasikal. Ketika ada siswa yang kesulitan baru
dilakukan pendekatan tersendiri, yakni dengan mengadakan bimbingan privat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
sepulang sekolah, yang dilakukan oleh guru matematika kelas IV SD Suka.
Namun ketika siswa dirasa masih kurang paham, maka Pak D mengutus siswa
yang pandai untuk mengajari teman-temannya yang masih belum paham. Menurut
beliau, cara tersebut lebih efektif dan lebih cepat. Beliau juga menerapkan system
reward dan punishment ketika mengajar. Reward digunakan untuk memotivasi
siswa, sedangkan punishment beliau gunakan untuk membuat siswa tidak
mengulangi kesalahan yang sama. Reward yang beliau berikan terkadang berupa
applause, siswa yang mendapat nilai sempurna akan diumumkan di depan kelas.
Sementara punishment bagi siswa yang tidak mengerjakan PR diberi hukuman
untuk mengerjakannya di perpustakaan atau ruang guru. Beliau juga mengurangi
nilai akhir siswa yang kedapatan sering tidak mengerjakan PR. Menurut Pak D,
pembelajaran matematika di SD Suka masih terlalu teacher centered.
Sepanjang pengalaman Pak D selaku guru Matematika kelas IV di SD
Suka, pelajaran matematika masih sangat terpusat pada guru. Siswa tidak pernah
diberi tugas atau proyek tersendiri, sehingga kegiatannya selalu guru menjelaskan
dan siswa memperhatikan. Beberapa tahun yang lalu SD Suka sempat memiliki
guru yang merupakan lulusan Pendidikan Matematika dan Matematika murni. Pak
R (Inisial) mengampu mata pelajaran matematika di kelas VI dan Bu S (Inisial)
mengampu pelajaran matematika di kelas V. Namun tepat setahun yang lalu
mereka resign sehingga peran guru matematika digantikan oleh wali kelas
masing-masing. Berbagai informasi mengenai pembelajaran matematika di SD
Suka peneliti dapatkan melalui kegiatan PPL yang telah peneliti laksanakan di SD
Suka, yakni pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Selama melaksanakan PPL, kegiatan yang dapat peneliti lakukan untuk
menggali informasi adalah melalui observasi. Sedangkan wawancara serta
pencarian partisipan dimulai dari awal bulan Januari sampai dengan awal bulan
Maret 2017. Berikut adalah waktu penelitian yang telah peneliti susun.
No Jenis Kegiatan
Waktu Pelaksanaan (dalam bulan)
11 12 01 02 03 04 05 06
Thn. 2016 Thn. 2017
1. Menyusun proposal
2. Observasi keadaan
lapangan
3. Pengumpulan data
(observasi, wawancara,
dan dokumentasi)
4. Pengecekan data dan
proposal
5. Pengolahan data
6. Penyusunan laporan
7. Ujian skipsi
3.3 Desain Penelitian
Dalam pemilihan partisipan, grounded theory menggunakan sampel teoritis.
Tidak seperti sampling yang direncanakan lebih dahulu dimana kerangka
sampling telah ada sejak permulaan penelitian, sampling teoritis berlanjut
sepanjang seluruh proses penelitian (Tohirin, 2011 : 33). Partisipan dalam
penelitian ini adalah mereka yang dianggap representatif untuk memberikan
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
informasi tentang faktor penyebab kecemasan belajar siswa kelas IV SD Suka
terhadap mata pelajaran matematika. Partisipan dalam penelitian ini adalah
seorang siswa kelas 4 SD Suka, wali kelas 4 SD Suka, guru matematika kelas IV
SD Suka, dan orang tua siswa yang mengalami kecemasan belajar. Langkah awal
yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan partisipan adalah menyebar kuesioner
tentang kecemasan belajar matematika kepada seluruh siswa kelas IV B SD Suka.
Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas 4 SD Suka mengenai
anak yang mengalami kecemasan belajar matematika.
Dalam penelitian ini, partisipan yang dirujuk oleh peneliti adalah seorang
siswa kelas IV yang mengalami kecemasan belajar matematika, wali kelas IV SD
Suka, guru matematika kelas IV SD Suka, serta orang tua siswa yang mengalami
kecemasan belajar matematika. Para partisipan ini dianggap representatif untuk
menjawab faktor yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan menghadapi
matematika beserta dampak yang ditimbulkannya. Dalam Grounded Theory,
proses pemilihan partisipan berhubungan erat dengan pengumpulan data dan
analisis data. Analisis data dalam penelitian grounded theory berlangsung selama
penelitian berproses, mulai wawancara awal hingga berakhir pada pengamatan
(Tohirin, 2011 : 33). Maka dari itu partisipan bisa saja berubah atau bahkan
bertambah. Pada penelitian ini yang pertama diwawancarai adalah wali kelas IV B
SD Suka selaku informan I. Pemilihan partisipan yang selanjutnya berdasarkan
keterangan dari informan I tersebut.
Pemilihan partisipan dalam penelitian ini dirujuk berdasarkan keterangan
Bu W selaku Informan I. Sebelumnya peneliti telah mengenal Informan I selaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
wali kelas IV B selama melaksanakan PPL, sehingga peneliti tidak kesulitan
dalam menggali informasi dari Informan I. Pengamatan telah peneliti lakukan
sejak bulan Juli 2016, namun penelitian baru peneliti laksanakan pada bulan
Januari 2017. Oleh sebab itu peneliti harus mengurus surat ijin permohonan
penelitian untuk diserahkan ke SD Suka meskipun sebelumnya peneliti telah
melaksanakan PPL selama 3 bulan di SD Suka. Setelah menyerahkan surat ijin
dan penelitian disetujui oleh SD Suka, peneliti memulai penelitian keesokan
harinya. Sebagaimana telah disarankan oleh Bu W, peneliti menemui Pak D
selaku guru matematika kelas IV di SD Suka. Kemudian peneliti memutuskan
untuk menyebar kuesioner ke seluruh siswa kelas IV B untuk menemukan
responden yang sesuai indikator kecemasan yang peneliti tentukan. Hasil dari
pengolahan kuesioner akan dibahas pada bab IV.
3.4 Latar Belakang Informan dan Partisipan Penelitian
3.4.1 Latar Belakang Informan 1
Informan I dalam penelitian ini adalah wali kelas IV B. Peneliti telah
melakukan wawancara sebanyak tiga kali dengan Informan I. Wawancara pertama
dilakukan pada tanggal 18 Januari 2017 pada pukul 08:34 sampai dengan pukul
08:37 di ruang guru. Wawancara kedua dilakukan pada tanggal 26 januari 2017
pada pukul 09:14 sampai dengan 09:16 di ruang guru. Wali Kelas IV B SD Suka
adalah Bu W. Bu W merupakan alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
di salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta. Beliau telah mengajar di SD
Suka selama satu setengah tahun. Pada awalnya, beliau mengajar kelas 5, karena
pada saat itu posisi guru kelas 5 mengalami kekosongan. Kini, beliau merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
wali kelas IV B. Bu W adalah seseorang yang terbuka dan supel, beliau sangat
mudah diajak bekerja sama dan memberikan informasi yang lengkap ketika
diwawancarai. Wawancara dengan Bu W bertujuan untuk mengetahui sedikit
banyak latar belakang E dan perilaku E ketika belajar di kelas. Wawancara ini
bertujuan untuk mengetahui siswa yang mengalami kecemasan menghadapi
matematika. Wawancara dengan Informan I pertama kali peneliti lakukan di
depan kelas IV pada saat jam istirahat. Namun karena terlalu banyak siswa berlalu
lalang, kemudian kami berpindah tempat di ruang guru yang lebih kondusif. Pada
waktu itu terdapat beberapa guru yang sedang makan siang, kemudian peneliti
mempersilakan Bu W untuk makan siang terlebih dahulu, namun beliau
mengatakan bahwa beliau biasanya makan siang pada pukul 11.20, yakni saat
istirahat kedua. Dengan bertempat di meja Bu W, peneliti mulai melontarkan
beberapa pertanyaan. Namun rupanya Informan I tidak mengampu mata pelajaran
matematika, kemudian beliau merujuk guru matematika kelas IV untuk peneliti
wawancarai.
3.4.2 Latar Belakang Informan II
Peneliti melakukan wawancara dengan Informan II sebanyak dua kali.
Wawancara dengan informan II pertama kali dilakukan pada tanggal 18 Januari
2017 pada pukul 10.26 sampai pukul 10.30 di ruang kelas IV B. Wawancara yang
kedua peneliti lakukan pada tanggal 13 Februari 2017 pada pukul 11.27 sampai
dengan pukul 11.31 di ruang perpustakaan sekolah. Informan II dalam penelitian
ini adalah Pak D selaku guru matematika kelas IV di SD Suka. Beliau adalah
alumni salah satu pergutuan tinggi swasta di Yogyakarta angkatan 2007. Beliau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
memulai bekerja di SD Suka sekitar tahun 2012. Pertama kalinya, beliau mengajar
kelas II, lalu setahun kemudian mengajar kelas V dan saat ini mengajar kelas IV.
Wawancara dengan Pak D bertujuan untuk mengetahui perilaku E ketika belajar
di kelas, karena beliau yang mengampu pelajaran matematika di kelas IV. Setelah
membuat janji dengan guru matematika kelas IV dan beliau bersedia
diwawancarai, peneliti pun memulai wawancara dengan guru matematika kelas IV
selaku Informan II pada hari berikutnya. Tak lupa peneliti merekam proses
wawancara menggunakan handphone dan juga mencatat keterangan-keterangan
yang diucapkan Informan II.
Peneliti mewawancarai Informan II di tempat yang sama dimana peneliti
mewawancarai Bu W, yakni di depan kelas IV B. Pada waktu peneliti melakukan
wawancara dengan pak D, siswa diberi tugas dan mengerjakan, sehingga Pak D
dapat menyempatkan sedikit waktu untuk menjawab beberapa pertanyaan peneliti.
Selama proses wawancara, tak jarang para siswa mendatangi kami untuk
menanyakan cara mengerjakan atau sekedar menanyakan di buku apa mereka
harus mengerjakan. Meskipun sedikit terganggu karena suara siswa ikut terekam,
kami tetap memutuskan untuk tidak berpindah lokasi mengingat saat itu kegiatan
belajar mengajar sedang berlangsung, supaya para siswa tetap ada yang
mengawasi dan tidak membuat kegaduhan. Tujuan peneliti mewawancarai Pak D
adalah untuk mengetahui perilaku siswa yang mengalami kecemasan menghadapi
matematika di kelas. Berdasarkan keterangan Pak D, siswa yang mengalami
kecemasan belajar adalah siswa yang memiliki nilai rendah dalam mata pelajaran
matematika. Pernyataan tersebut mengingatkan peneliti pada apa yang dialami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
peneliti. Rasa cemas yang berlebihan menyebabkan peneliti selalu mendapatkan
nilai yang rendah pada mata pelajaran matematika. Hal tersebut lalu
mempengaruhi peneliti dalam menyimpulkan bahwa siswa yang mengalami
kecemasan belajar adalah siswa yang nilainya rendah. Namun yang terjadi pada E
sungguh menimbulkan kontradiksi atas pernyataan tersebut. Pak D mengatakan
bahwa E tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia mengalami kecemasan
menghadapi matematika. Menurut Pak D, E adalah siswa yang pandai dan
pendiam di kelas. Peneliti juga bertanya tentang pendekatan yang dilakukan
Informan II dalam mengajar Matematika. Hasil wawancara dengan Informan II
akan dijelaskan pada bab IV.
3.4.3 Latar Belakang Informan III
Informan III dalam penelitian ini adalah Bu L, selaku orang tua siswa E
yang mengalami kecemasan menghadapi matematika. Kamis, 9 Maret 2017
adalah kali pertama peneliti berkenalan dengan Bu L. Sebelum berkenalan dengan
Bu L, peneliti telah lebih dahulu membuat janji dengan E untuk bertemu dengan
Bu L. Peneliti sudah berada di SD Suka sejak pukul 09.00 WIB. Peneliti bersama
dua orang teman yang lain menunggu jam pulang yakni pukul 13.00 untuk dapat
bertemu dengan orang tua partisipan masing-masing. Ternyata ketika peneliti
beserta teman-teman datang ke sekolah, disana sedang ada adik tingkat semester 6
yang sedang melaksanakan magang kepala sekolah atau probaling II. Peneliti
kemudian teringat akan masa-masa PPL bersama teman-teman satu kelompok
PPL di SD Suka, terbersit rindu yang mengharukan karena sebagian dari kami
kini telah pendadaran dan mendapatkan pekerjaan, dan sebagian lagi masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
berjuang mengumpulkan data untuk tugas akhirnya. Terdapat 5 orang mahasiswa
dan 1 orang mahasiswa yang ternyata adalah teman satu angkatan peneliti. Ia baru
mengikuti probaling pada tahun ini karena tahun kemarin ia sedang ada halangan.
Kemudian kami saling bercerita tentang pengalaman di semester 8. Asik bercerita,
ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 13.00.
Tiba saatnya jam pulang sekolah, peneliti menunggu E di bawah tangga
karena kelasnya terletak di lantai dua. Tak disangka peneliti kehilangan jejak E,
seluruh siswa kelas IV sudah habis namun peneliti belum juga melihat E.
Beruntung teman peneliti melihat E sedang berjalan keluar gerbang sekolah.
Peneliti langsung berlari menyusul E. Peneliti menemukan E sedang jajan bakso
bakar dengan teman-temannya. Kemudian peneliti mendatangi E dan
mengingatkan bahwa peneliti berniat berkenalan dengan Bu L, E berkata bahwa ia
lupa sehingga ia pergi begitu saja. Banyak anak-anak mendatangi peneliti dan
menanyakan mengapa peneliti berada di tempat jajan, mereka mengira peneliti
ingin jajan. Keluguan anak-anak terkadang sangat lucu. Ketika jajan, peneliti
mengamati perilaku E yang hanya diam saja. Ia malah tenggelam dalam
kerumunan anak-anak yang mengantri dan tidak sempat menjangkau penjual
bakso bakar tersebut. Peneliti sempat ragu jangan-jangan E tidak tahu caranya
jajan, atau mungkin saking ramainya ia bingung untuk memesan makanan. Sambil
menunggu E jajan, peneliti menyusun kata-kata untuk berkenalan dengan Bu L di
dalam pikiran peneliti. Rasanya cukup grogi dan takut. Peneliti takut Bu L tidak
berkenan diwawancarai dan menolak maksud peneliti. Ketika sedang mengawang-
awang kata-kata, tiba-tiba ada seorang ibu yang menghampiri E dan memberinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
uang untuk jajan lagi. Ternyata Bu L juga sudah berada di sekitar situ sejak tadi,
untuk menjemput E. Peneliti langsung mendatangi Bu L dan memperkenalkan
diri. Rupanya Bu L merupakan orang yang ramah dan terbuka. Setelah
menyampaikan tujuan peneliti, Bu L mengaku belum ada waktu untuk
diwawancarai, maka beliau menyarankan minggu depan setelah E selesai
melaksanakan UTS. Peneliti pun menyetujuinya dan meminta kontak Bu L. Sore
harinya di rumah, peneliti segera menghubungi Bu L untuk menyampaikan tujuan
wawancara dan meminta ijin bertemu pada hari Sabtu 11 Maret 2017, namun Bu
L mengaku sedang ada acara dan beliau berjanji akan memberi kabar kepada
peneliti ketika sudah ada waktu luang. Peneliti menghubungi Bu L via Whatsapp,
profil picture yang dipajang adalah gambar Bu L dengan E, mereka terlihat dekat
di profil picture itu. Pada saat berkenalan tadi siang, Bu L sempat menjelaskan
sedikit tentang perilaku E di rumah. Menurut Bu L, E memang dilatih untuk dapat
mengatur waktu dengan baik. E terbiasa melakukan kegiatannya berdasarkan
jadwal. Misalnya, jam tidur siang adalah pukul 15.00 sampai dengan 17.00.
Kemudian jam belajar adalah jam 19.30 WIB sampai dengan 21.30 WIB. Hal
tersebut sudah biasa E lakukan setiap harinya.
Tujuan wawancara dengan Bu L adalah untuk mengetahui perilaku E di
rumah dan perlakuan yang diterapkan oleh orang tua kepada E sehingga E
mengalami kecemasan menghadapi matematika. Peneliti telah menyusun 10
pedoman wawancara yang akan peneliti gunakan untuk menggali informasi
terhadap Bu L. Peneliti melakukan pendekatan tidak langsung agar Bu L berkenan
diwawancarai terkait dengan kecemasan yang dialami oleh E. Pendekatan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
peneliti maksud adalah, peneliti tidak to the point tentang tujuan peneliti bahwa
sesungguhnya peneliti berniat mengetahui faktor penyebab kecemasan
menghadapi matematika yang dialami E, supaya Bu L tidak tersinggung dan
beliau berkenan untuk peneliti wawancarai. Peneliti melakukan sedikit
improvisasi dalam menyampaikan tujuan peneliti. Peneliti mengatakan bahwa
peneliti tertarik untuk mengetahui pola asuh yang diterapkan Bu L sehingga E
mendapatkan nilai yang memuaskan hampir pada seluruh mata pelajaran. Hasil
wawancara dengan Bu L akan dibahas pada bab IV.
3.4.4 Latar Belakang Informan IV
Informan IV dalam penelitian ini adalah Bapak H selaku Ayah kandung E.
Tujuan peneliti mewawancarai Bapak H adalah untuk memperkaya informasi
dengan mengetahui pola asuh yang diterapkan oleh Bapak H sehingga E
mengalami kecemasan belajar Matematika. Wawancara dengan Bapak H peneliti
lakukan pada tanggal 11 Maret 2017 bertempat di halaman sekolah. Pada waktu
itu sesungguhnya peneliti belum membuat janji dan belum berkenalan dengan
Bapak H. pertemuan kami terjadi secara kebetulan. Ketika itu peneliti menemani
seorang teman satu payung yang telah membuat janji dengan orang tua partisipan,
ia akan melakukan wawancara dengan orang tua partisipan tersebut. Ketika
sedang menunggu di halaman sekolah, peneliti melihat E berbincang dengan
seorang lelaki sambil duduk di bawah pohon. Kemudian peneliti memberanikan
diri untuk mendekati mereka dan berbincang dengan mereka. Ternyata benar
bahwa beliau adalah Ayah E.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Setelah berkenalan dan menyampaikan tujuan peneliti, peneliti pun
mewawancarai Bapak H. Tujuan wawancara yang peneliti sampaikan sama seperti
ketika berkenalan dengan Bu L (Ibu kandung E), yakni untuk mengetahui pola
asuh yang diterapkan orang tua sehingga anak dapat menjadi berprestasi di
sekolah. Ketika mewawancarai Bapak H, E juga ada disitu sambil menggenggam
seplastik penuh bakso bakar kesukaannya. Wawancara berlangsung santai. Bapak
H merupakan pribadi yang ramah dan juga terbuka dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang peneliti ajukan. Hasil wawancara dengan Bapak H akan
dijelaskan pada bab IV.
3.4.5 Latar Belakang Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini peneliti dapatkan berdasarkan hasil
kuesioner dan wawancara. Dalam penelitian ini peneliti menemukan salah satu
siswa laki-laki kelas IV B yang menunjukkan indikator kecemasan yang dimaksud
oleh peneliti. Namanya E. Peneliti menanyakan tanggal lahir, usia, jumlah
saudara, kegiatan E sepulang sekolah, dan hobi E. Ketika peneliti bertanya tentang
tempat tinggal E, ia sedikit kebingungan dan mengawang-awang. Peneliti juga
menanyakan tentang profesi orang tua E. Berdasarkan wawancara dengan wali
kelas, peneliti mendapatkan infomasi bahwa kondisi perekonomian E termasuk
menengah ke atas. Ayahnya adalah seorang PNS dan ibunya adalah seorang ibu
rumah tangga. Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan dari Bu W dan Pak
D, E termasuk salah satu siswa yang pandai di kelasnya. Ia masuk 5 besar dan
nilainya selalu diatas KKM. Wawancara dengan E bertujuan untuk mengetahui
faktor penyebab kecemasan yang dialami E dalam menghadapi matematika serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dampak yang ditimbulkannya. Perbedaan penyusunan pertanyaan pun dirasakan
oleh peneliti. Mewawancarai anak di bawah umur tidak sama dengan
mewawancarai orang dewasa. Sehingga peneliti harus memilah kata-kata yang
sesuai dan dapat dipahami oleh E. Jawaban yang diutarakan oleh E pun singkat-
singkat, sehingga peneliti harus pandai-pandai merumuskan pertanyaan untuk
mendapatkan informasi yang detail. Hasil wawancara dengan E akan disajikan
dalam bentuk pengkodingan pada lampiran A. Sebelum dan sesudah melakukan
wawancara, peneliti melakukan observasi di kelas E pada mata pelajaran
matematika, untuk mengamati bagaimana perilaku E ketika berada di kelas.
Ketika melakukan observasi kelas, peneliti masuk bersama dengan Pak D
selaku guru matematika kelas IV dan memilih bangku paling belakang untuk
duduk. Peneliti tidak berkenalan dengan anak-anak karena mereka telah mengenal
peneliti sebelumnya, mengingat peneliti pernah melaksanakan PPL di SD Suka.
Kegiatan belajar mengajar berlangsung secara klasikal, dimana guru menjelaskan
dan siswa memperhatikan. Selama observasi peneliti mengamati perilaku E yang
sangat pendiam. E sangat jarang terlihat mengobrol dengan temannya. Setelah
menjelaskan materi, guru berkeliling memberikan beberapa soal latihan dan siswa
mengerjakannya. Guru sesekali berkeliling mengecek hasil pekerjaan siswa. E
terlihat sangat tenang dan tidak bertanya sama sekali. Ia mengerjakan sendiri
sampai jam pelajaran selesai.
3.5 Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah observasi dan wawancara. Dalam Grounded Theory, proses pengumpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
data sangat dipengaruhi oleh temuan-temuan yang terjadi selama penelitian.
Dalam grounded theory, jika ingin memahami atau ingin mengetahui apa yang
sedang dikerjakan oleh subyek penelitian, maka peneliti harus turun ke lapangan
(Basrowi, 2002 : 24). Oleh sebab itu, peneliti memilih observasi dan wawancara
langsung untuk teknik pengumpulan data. Berikut adalah penjelasan kedua teknik
tersebut.
3.5.1 Observasi
Sebelum melakukan wawancara terhadap pastisipan, yang pertama kali
peneliti lakukan adalah observasi. Kartono (dalam Gunawan, 2013 : 143)
berpendapat bahwa pengertian observasi ialah studi yang disengaja dan sistematis
tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan
pencatatan. Observasi peneliti lakukan selama melaksanakan PPL atau Program
pengalaman Lapangan di SD Suka selama 3 bulan, yakni sejak tanggal 18 Juli
2016 sampai dengan 22 Oktober 2016.
Sedangkan menurut Herdiansyah (2010 : 131) observasi didefinisikan
sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta “merekam”
perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi ialah suatu
kegiatan mencari yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau
diagnosis. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi pembelajaran
matematika di kelas IV B SD Suka sebanyak tiga kali untuk menemukan
partisipan selanjutnya.
Tujuan peneliti menggunakan teknik observasi dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui pokok permasalahan sebelum melakukan teknik wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
yang lebih dalam. Observasi ini melibatkan peneliti secara langsung, dimana
peneliti terlibat langsung dalam situasi dan kondisi yang sedang diamati. Dengan
terjun ke lapangan secara langsung diharapkan peneliti mendapatkan banyak
informasi tentang peristiwa yang terjadi sebagaimana adanya.
3.5.2 Wawancara
Sebagaimana dicantumkan dalam bagian Pemilihan Partisipan, wawancara
pertama dilakukan terhadap wali kelas IV B SD Suka selaku informan I. Salah
satu teknik pengumpulan data yang lazim digunakan peneliti dalam penelitian
kualitatif adalah wawancara mendalam (Afrizal, 2014 : 135). Wawancara
mendalam adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi
secara langsung dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber (informan
atau informan kunci) untuk mendapat informasi yang mendalam (Yaniawati,
2014 : 136).
Alasan peneliti menggunakan teknik wawancara semi terstruktur adalah
supaya narasumber dapat memberikan jawaban yang fleksibel sesuai dengan
keadaannya saat ini, namun tetap tidak keluar dari topik penelitian. Peneliti tetap
membuat pedoman wawancara, namun pertanyaan-pertanyaan selanjutnya
bergantung pada jawaban yang diungkapkan narasumber, tidak terpaku pada
pedoman wawancara yang telah disusun. Peneliti merekam dan mencatat segala
yang diucapkan narasumber untuk mengurangi resiko hilangnya data atau bukti.
3.6 Instrumen Penelitian
Moleong (1989 : 21) mengemukakan bahwa pencari tahu alamiah dalam
pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
pengumpulan data. Dengan kata lain, dalam penelitian kualitatif peneliti berperan
sebagai instrumen itu sendiri. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti akan
membahas tentang latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, dan
pengalaman berdinamika yang mungkin mempengaruhi cara pandang peneliti
dalam menganalisis data. Peneliti lahir di Yogyakarta, pada tanggal 19 November
1994. Peneliti adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Ibu peneliti bekerja sebagai
perawat di sebuah rumah sakit swasta di Yogyakarta, dan Ayah peneliti bekerja
sebagai supir ambulans di salah satu rumah sakit swasta di Sleman. Peneliti
memiliki seorang adik laki-laki yang kini duduk di bangku kelas II di sebuah SMP
swasta di Yogyakarta. Sejak pertama kali masuk SD, peneliti selalu belajar
didampingi oleh Ayah peneliti. Hingga kelas 5 SD, peneliti sempat menyukai
pelajaran Matematika. namun setelah duduk di bangku SMP semuanya berubah.
Menurut peneliti materi yang diajarkan di SMP terlalu sulit dan pada saat itu mata
pelajaran Matematika diampu oleh guru yang sama sejak kelas 7 hingga kelas 9.
Peneliti menganggap penjelasan beliau terlalu cepat dan cenderung mementingkan
siswa yang sudah pandai, sementara siswa yang masih kurang paham kesulitan
menyesuaikan materi yang selanjutnya sehingga semakin tertinggal. Hal itulah
yang dirasakan peneliti terhadap mata pelajaran Matematika di SMP. Sejak saat
itu peneliti selalu merasa cemas jika akan menghadapi ulangan Matematika atau
apapun itu yang berhubungan dengan Matematika. Hal tersebut berlangsung
hingga masa-masa Ujian Nasional. Pada waktu itu, peneliti hanya mengandalkan
les tambahan yang diadakan di sekolah dan tidak mengikuti les privat di luar
sekolah. Itu pun tidak cukup membantu. Hasil try out yang peneliti dapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
selalu berada di bawah rata-rata. Pada waktu itu peneliti menganggap faktor
penyebab kecemasan peneliti adalah pelajaran Matematika yang sangat sulit
peneliti pahami. Semua berawal dari guru yang terlalu cepat dalam menjelaskan,
dan kurang peduli terhadap siswa yang belum paham. Peneliti belum memahami
dasarnya, namun harus mengejar teman-teman yang sudah pandai. Hal tersebut
malah membuat peneliti semakin tertinggal.
Ketertinggalan dalam memahami materi pembelajaran tersebut
menyebabkan peneliti stress jika dihadapkan dengan mata pelajaran matematika.
Peneliti cemas jika tidak bisa menyetarakan kemampuan dengan teman-teman
yang lain. Peneliti cemas apabila mendapatkan nilai matematika yang jelek pada
hasil UN peneliti. Jika mendapatkan hasil yang jelek maka peneliti tidak akan
lulus sekolah dan dianggap bodoh oleh teman-teman dan lingkungan. Peneliti
cemas jika tidak bisa membanggakan orang tua, meskipun orang tua tidak pernah
menuntut peneliti untuk mendapatkan nilai matematika yang tinggi. Sekalipun
peneliti telah belajar, peneliti selalu mendapatkan nilai di bawah KKM.
Hal tersebut terus peneliti alami sampai ke bangku SMK. Karena sejak
awal tidak paham dengan materinya, maka ketika diberi materi baru peneliti
semakin kesulitan mengejar. Di bangku SMK nilai matematika peneliti juga selalu
jeblok. Selalu di bawah KKM. Lagi-lagi peneliti harus menghadapi Ujian
Nasional untuk kelulusan SMK. Peneliti sangat cemas apabila mendapatkan nilai
yang buruk pada mata pelajaran matematika, karena peneliti hanya lemah pada
mata pelajaran matematika. Berbagai cara telah peneliti usahakan seperti
mengikuti les tambahan di sekolah, belajar berkelompok bersama teman yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
pandai matematika, hal tersebut tidak memberikan dampak yang besar. Peneliti
tetap kesulitan mengejar materi. Hal tersebut terus berlangsung bahkan sampai ke
bangku kuliah. Pada semester I dan II ada mata kuliah Pendidikan Matematika
murni, peneliti pun kesulitan mengikuti dan selalu mendapatkan hasil yang buruk.
Hal tersebut membuat peneliti semakin membenci pelajaran matematika dan
menganggap matematika sebagai momok dalam dunia pendidikan.
Peneliti memang menganggap matematika sebagai pelajaran yang
menakutkan, namun peneliti sangat menyukai mata pelajaran Bahasa Inggris.
Kecintaan peneliti terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris telah peneliti rasakan
sejak SD, dan tidak berubah sampai sekarang. Peneliti selalu mendapatkan nilai
yang memuaskan pada setiap latihan atau ulangan Bahasa Inggris. Hal tersebut
yang agaknya “menyelamatkan” peneliti selama bersekolah. Meskipun buruk
dalam pelajaran matematika namun hal tersebut sedikit tertutup oleh prestasi
peneliti dalam bidang Bahasa Inggris. Peneliti pernah ditunjuk untuk mengikuti
beberapa lomba yang berkaitan dengan Bahasa Inggris ketika SMK. Peneliti juga
pernah mengikuti test TOEIC yang diwajibkan oleh sekolah peneliti. Tak
disangka peneliti mendapatkan skor yang tinggi, yakni 700. Hal tersebut peneliti
manfaatkan untuk mencoba menjadi tutor les bagi teman-teman peneliti yang
rendah dalam pelajaran Bahasa Inggris. Ya, peneliti menjadi tutor bagi beberapa
teman sekelas peneliti ketika SMK, dan peneliti dibayar untuk hal itu. Sejak saat
itu, peneliti menjadi terbiasa mengajar, ya walaupun teman sendiri. Setidaknya
peneliti telah terbekali dengan kemampuan komunikasi yang baik, terutama dalam
hal kegiatan belajar mengajar, mengingat profesi peneliti yang nantinya akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
menjadi guru. Hingga pada akhirnya peneliti lulus SMK dan mendaftar di
Universitas Sanata Dharma. Pada waktu itu sesungguhnya peneliti ingin
mendaftar jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, namun karena keterbatasan
ekonomi, orang tua peneliti menyarankan untuk memilih jurusan yang lebih
terjangkau. Akhirnya peneliti memilih jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Awalnya peneliti tidak menikmati perkuliahan dikarenakan pada semester awal
peneliti harus berhadapan dengan matematika lagi, pelajaran yang sangat peneliti
benci. Namun seiring berjalannya waktu, akhirnya peneliti bisa menikmati proses
perkuliahan di Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
Selama perkuliahan peneliti mendapatkan banyak sekali pengalaman
berharga. Pengalaman berdinamika sejak semester 1 hingga 7 membantu peneliti
untuk menjadi pribadi yang lebih terbuka. Sejak semester 2, peneliti sudah
melakukan praktek mengajar pramuka di SD. Untuk menjadi pengajar pramuka
yang professional, sebelumnya peneliti harus menjalani Kursus Mahir Dasar
Pramuka selama satu minggu penuh di Youth Center, yang terletak di Mlati,
Sleman, Yogyakarta. Disana peneliti mendapatkan banyak sekali pengalaman
terkait dengan pengajaran Pramuka di SD. Kemudian pada semester 3 dan 4,
peneliti sudah melakukan praktek bimbingan belajar di SD. Pada semester 3,
peneliti melakukan bimbingan belajar kelas atas di salah satu SD Negeri di
Yogyakarta. Pada semester 4 peneliti melaksanakan praktek bimbingan belajar
kelas bawah di sebuah sekolah swasta di Yogyakarta. Bimbingan belajar tersebut
peneliti lakukan selama satu minggu sekali selama 14 kali pertemuan. Bimbingan
belajar ini dilakukan selama satu jam setelah jam pulang sekolah. Sesungguhnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
bukan hal baru bagi peneliti untuk melakukan praktek mengajar karena dulu
ketika SMK sudah pernah mengajar teman sendiri. Bedanya saat ini peneliti
mengajar siswa yang lebih muda, dan itu membutuhkan kesabaran yang luar biasa
besar. Pada semester 5 dan 6 peneliti telah melaksanakan magang guru dan
magang kepala sekolah di SD. Pada semester 5, peneliti melakukan praktek
magang guru di salah satu sekolah swasta di daerah Sleman. Praktek magang guru
ini juga dilakukan seminggu sekali selama kurang lebih 14 kali pertemuan.
Bedanya dengan bimbingan belajar, praktek magang guru ini dilaksanakan sejak
pagi hingga jam pulang sekolah. Kemudian saat semester 6, peneliti
melaksanakan praktek magang kepala sekolah di salah satu SD Negeri di
Yogyakarta. Magang kepala sekolah ini juga dilaksanakan selama satu minggu
sekali selama 14 kali pertemuan, sejak pagi hari hingga jam pulang sekolah.
Namun sayangnya peneliti merasa kurang mendapatkan faedah pada saat
melaksanakan praktek magang kepala sekolah ini, dikarenakan kondisi sekolah
tempat peneliti magang yang hampir koleps. Jabatan kepala sekolah pun dipegang
oleh seorang PLT Sekolah dikarenakan kepala sekolah terjerat suatu kasus
tertentu, sehingga tidak dapat membimbing kami para mahasiswa magang. Yang
terkahir pada semester 7, peneliti telah melaksanakan PPL atau Program
Pengakraban Lapangan selama kurang lebih 3 bulan di SD. Saat PPL inilah yang
menurut peneliti memberikan kesan yang paling dalam. Selama PPL peneliti
harus bangun pagi setiap hari selama 3 bulan penuh. Peneliti diberi jatah untuk
mengajar sebanyak 18 kali pertemuan. Itu pun harus berbagi dengan teman satu
kelompok PPL. Awalnya peneliti dan teman-teman merasa kesulitan menyusun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
jadwal mengajar, karena pada saat yang sama ada mahasiswa PPGT juga yang
sedang magang di tempat peneliti melaksanakan PPL. Namun setelah
didiskusikan bersama, akhirnya jadwal mengajar dapat tersusun secara adil baik
bagi mahasiswa PPL maupun mahasiswa PPGT. Selama PPL ini peneliti dituntut
untuk menjadi guru “sungguhan” yang mengajar siswa “sungguhan” pula. Tidak
sembarangan mengajar, peneliti juga harus menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran setiap kali sebelum mengajar. Hal tersebut harus didiskusikan
dengan wali kelas yang bersangkutan. Secara tidak langsung peneliti juga belajar
berdinamika dengan seluruh warga sekolah dan belajar berbicara di depan banyak
orang, terutama ketika praktik mengajar.
PPL juga memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menemukan
masalah-masalah yang terdapat di sekolah, yang dapat digunakan sebagai
penelitian. Pada saat PPL pula peneliti menemukan berbagai karakter siswa yang
beraneka ragam, berbagai masalah yang mereka hadapi, baik yang terkait
akademik maupun non-akademik. Pada saat PPL juga peneliti belajar berdinamika
dengan teman-teman sejawat PPL. Saling menghormati dan menerima perbedaan
pendapat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah peneliti dapatkan
selama praktek mengajar ini, peneliti menjadi pribadi yang lebih terbuka dan
mudah berinteraksi dengan orang baru, sehingga peneliti tidak kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan narasumber.
Di samping peneliti sebagai instrumen penelitian, peneliti sudah
menyiapkan instrumen pendukung yakni kuesioner, pedoman wawancara,
pedoman observasi, alat perekam dan alat tulis. Alur observasi dan wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
yang akan dilakukan terlampir pada bagian lampiran A. Sedangkan kuesioner
terlampir pada bagian lampiran B.
3.7 Kredibilitas dan Transferabilitas
Moleong (1989 : 189) mengemukakan untuk menetapkan keabsahan
(truthworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik
pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang
digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),
ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Terdapat berbagai
cara untuk menguji kredibilitas data. Berikut adalah pengujian kredibilitas yang
peneliti gunakan.
3.7.1 Perpanjangan Pengamatan
Moleong (1989 : 192) menjelaskan perpanjangan keikutsertaan peneliti
akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan sata yang dikumpulkan.
Mengapa demikian? Pertama, peneliti dengan perpanjangan keikutsertaannya
akan banyak mempelajari “kebudayaan”, dapat menguji ketidakbenaran informasi
yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari
responden, dan membangun kepercayaan subjek.
Perpanjangan keikutsertaan juga menuntut peneliti agar terjun ke dalam
lokasi dan dalam waktu yang cukup panjang guna mendeteksi dan
memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data (Moleong, 1989 : 192).
Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti telah berdinamika selama kurang lebih
3 bulan bersama dengan siswa kelas IV SD Suka. Dua minggu pertama PPL
peneliti manfaatkan untuk mengobservasi keadaan kelas pada saat mata pelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
matematika. Setelah selesai PPL pun meneliti harus kembali melakukan observasi
untuk melihat kembali data-data yang telah diperoleh, apakah mengalami
perubahan atau tidak.
3.7.2 Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 1989 : 195). Denzin ( dalam
Moleong, 1989 : 195) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan
teori. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber
dan triangulasi metode.
Patton (dalam Moleong, 1989 : 195) menjelaskan triangulasi dengan
sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
kualitatif. Patton (dalam Moleong, 1989 : 195) menjelaskan bahwa pada
triangulasi dengan metode, terdapat dua strategi, yaitu : (1) pengecekan derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2)
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
Untuk mendapatkan triangulasi sumber, peneliti melakukan wawancara
yang mendalam kepada siswa dan wali kelas IV SD Suka. Triangulasi metode
yang dilakukan oleh peneliti adalah menggunakan wawancara dan observasi.
Pertama-tama yang dilakukan adalah membagikan kuesioner mengenai
kecemasan belajar matematika kepada siswa kelas IV, setelah data didapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
kemudian dicek dengan menggunakan observasi partisipatif dan wawancara. Data
dikatakan kredibel jika pengujian dati ketiga teknik tersebut menghasilkan data
yang sama. Berikut adalah bagan tentang triangulasi sumber.
3.7.3 Transferabilitas
Menurut Darmadi (2014 : 295) transferabilitas artinya mempertanyakan
apakah hasil penelitian yang sedang dilakukan itu dapat diterapkan pada waktu
dan situasi yang lain. Sedangkan Moleong (1989 :146) menjelaskan
transferabilitas atau keteralihan sebagai persoalan empirik bergantung pada
kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Dengan demikian, peneliti
bertanggungjawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ia ingin
membuat keputusan tentang pengalihan tersebut.
3.8 Teknik Analisis Data
Peneliti menggunakan Grounded Theory sebagai design pengolahan data.
Analisis data dalam penelitian grounded theory berlangsung selama penelitian
berproses, mulai wawancara awal hingga berakhir pada pengamatan (Tohirin,
2011 : 33). Meskipun demikian, sering juga pendekatan ini digunakan untuk
Bagan 3.1 Triangulasi
Wawancara mendalam
Siswa yang mengalami kecemasan
belajar
Wali kelas dan guru matematika
siswa yang mengalami kecemasan
belajar
Orang tua siswa yang mengalami
kecemasan belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
memperluas atau memodifikasi teori yang ada (Tohirin, 2011 : 32). Analisis ini
terdiri atas koding dan kategorisasi. Koding adalah proses pengidentifikasian dan
penanaman tema atau konsep dalam tahap analisis (Tohirin, 2011 : 33). Menurut
Tohirin (2011 : 33), proses koding mencakup tiga langkah, yaitu : pertama,
koding terbuka (open coding), yaitu memilah-milah data. Kedua, koding aksial
(axial coding), yaitu memunculkan kembali data dalam bentuk baru. Yang ketiga
koding selektif (selective coding), yaitu pemilihan kategori inti dan
menghubungkannya dengan kategori lain. Open coding bersifat deskriptif, yaitu
mewakili nama, identitas, dan fenomena yang tertulis dalam teks (Sarosa, 2012 :
142).
Glasser dan Strauss (dalam Sarosa, 2012 : 143) menjelaskan tahapan
analisis selanjutnya di dalam coding adalah interpretasi atas kode yang dihasilkan
proses open coding, tahapan ini disebut selective coding. Aktivitas utama di
tahapan ini adalah membangun konsep yang dapat menjelaskan interaksi antara
berbagai kategori yang ada. Strauss dan Corbin (dalam Sarosa, 2012 : 143)
menyarankan adanya langkah axial coding setelah open coding, tapi sebelum
selective coding. Axial coding adalah sekumpulan prosedur dimana data ditata
ulang dengan cara baru setelah open coding dengan cara saling menghubungkan
kategori yang ada (Sarosa, 2012 : 144).
Glasser dan Strauss (dalam Sarosa, 2012 : 143) menjelaskan tahapan
ketiga dalam pembentukan teori adalah theoretical coding. Tujuan utama dalam
tahapan ini adalah membuat pernyataan yang sifatnya menyimpulkan atau
prediktif (bisa dalam bentuk hipotesis) atau suatu fenomena. Peneliti secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
eksplisit menyatakan hubungan sebab akibat (kausal) atau korelasi antar kategori
atau konsep. Teori yang muncul kemudian dibandingkan dengan data dan teori
yang relevan.
Berdasarkan penjelasan para ahli tersebut, langkah pertama yang peneliti
lakukan adalah mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai siswa yang
mengalami kecemasan belajar. Mulai dari observasi kelas, pembagian kuesioner
kecemasan, wawancara guru, wawancara partisipan, hingga wawancara orang tua
partisipan. Kemudian peneliti memilih satu pernyataan pada seluruh hasil
wawancara yang mewakili jawaban atas kecemasan yang dialami oleh siswa
untuk menyusun open coding.
Langkah kedua yakni selective coding atau focus coding. Dalam tahapan
ini peneliti memunculkan kembali pernyataan tersebut dalam bentuk baru yang
lebih spesifik, yakni pernyataan demi pernyataan dikategorikan sesuai dengan
pertanyaan coding. Baik pertanyaan coding maupun pernyataan, masing-masing
diberi warna yang berbeda-beda untuk memudahkan membaca hasil
pengkodingan.
Langkah yang ketiga, peneliti membuat axial coding untuk merinci
penyebab-penyebab kecemasan yang dialami oleh siswa berprestasi sesuai dengan
kedua langkah yang sebelumnya.
Langkah yang keempat atau yang terakhir, peneliti merumuskan
theoretical coding berupa bagan teori mengenai penyebab kecemasan menghadapi
matematika yang dialami oleh E beserta dampak yang ditimbulkannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab IV ini peneliti membahas tentang hasil penelitian dan
pembahasan. Hasil penelitian berisi tentang partisipan penelitian, setting
penelitian, dan deskripsi partisipan penelitian. Pembahasan berisi tentang kegiatan
yang telah dilakukan selama penelitian serta sesuai dengan hasil triangulasi data.
4.1 Hasil Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di kelas IV SD Suka dengan jumlah siswa
33 orang, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 16 siswi perempuan. Penelitian
ini peneliti mulai dengan melakukan observasi. Observasi peneliti lakukan pada
saat peneliti sedang melaksanakan PPL atau Program Pengalaman Lapangan di
SD Suka selama 3 bulan, yakni bulan Juli sampai dengan Oktober 2016. Minggu
kedua PPL peneliti manfaatkan untuk observasi kelas. Hal tersebut dikarenakan
tanggal peneliti memulai PPL bersamaan dengan masuknya tahun ajaran baru,
sehingga seminggu pertama di sekolah para siswa belum melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Pertama kali melakukan observasi, peneliti mengobservasi
pembelajaran matematika di kelas IV B. Pada hari yang sama juga peneliti
pertama kali berkenalan dengan siswa kelas 4 SD Suka. Pada saat observasi,
peneliti belum menemukan hal yang peneliti cari, yakni siswa yang mengalami
kecemasan belajar. Sebab berdasarkan penelitian yang telah peneliti jalani selama
ini, kecemasan tidak selalu dapat dilihat secara kasat mata, peneliti sadar bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
peneliti tidak bisa menghakimi seseorang yang mendapatkan nilai jelek pada mata
pelajaran matematika mengalami kecemasan belajar. Terkadang seseorang
menunjukkan reaksi panik ketika cemas, namun yang lainnya tidak. Setiap orang
berbeda dalam menunjukkan reaksi kecemasan yang mereka rasakan. Observasi
yang pertama ini peneliti manfaatkan untuk mengamati pola pengajaran yang
diterapkan guru dalam mata pelajaran matematika.
Pada waktu observasi, kondisi kelas sangat ramai dan pengap, sebab
pelajaran matematika baru dimulai setelah istirahat pertama, yakni pukul 09.25.
Para siswa terlihat belum move on dari euforia istirahat yang baru beberapa menit
berlalu. Mereka masih berlarian kesana kemari, mengobrol dengan teman
sebangku, bahkan ada yang melempari kipas angin dengan pesawat. Peneliti
sebelumnya telah membuat janji dengan Pak D selaku guru matematika kelas 4
SD Suka, untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas beliau. Peneliti
masuk kelas bersama dengan Pak D, kemudian beliau mengenalkan peneliti
dengan para siswa. Para siswa menyambut dengan ceria. Mereka mengucapkan
salam kepada pak D dan peneliti. Kemudian peneliti duduk di bangku paling
belakang untuk memulai observasi. Sepanjang pengamatan peneliti kurang lebih
selama dua jam, metode yang digunakan Pak D dalam menyampaikan materi
adalah secara klasikal, dimana guru yang menjadi pusat pembelajaran. Hal
pertama yang beliau lakukan adalah menjelaskan materi serta menuliskannya di
papan tulis. Kemudian beliau memberi tugas kepada para siswa untuk dikerjakan.
Sesekali beliau berkeliling untuk mengecek pekerjaan siswa. Beliau sempat
berhenti di dua meja dalam kurun waktu yang agak lama. Selesai mengerjakan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
beliau bersama dengan para siswa mencocokan hasil pekerjaan mereka.
Kemungkinan kecemasan belajar yang dialami siswa bisa datang dari mana saja,
salah satunya adalah dari cara guru mengajar. Peneliti juga sedikit banyak
mempelajari cara guru dalam mengontrol suasana kelas supaya dapat dikendalikan
dan berjalan sesuai harapan guru. Hal tersebut nantinya berguna ketika peneliti
melakukan praktek mengajar di kelas yang sama. Oleh sebab itu cara pengajaran
yang diterapkan guru peneliti anggap perlu untuk diobservasi juga
Observasi-observasi yang selanjutnya peneliti lakukan dengan cara
menemani teman yang sedang mengajar matematika di kelas IV B. Sesungguhnya
istilah yang tepat bukanlah menemani, namun menjadi asisten guru. Terkadang
saat melakukan praktek mengajar, dibutuhkan asisten sukarela yang bersedia
membantu demi kelancaran praktek mengajar, misalnya : membantu
mengabadikan gambar, membantu membagikan handout, dan lain sebagainya.
Hal tersebut peneliti manfaatkan untuk sekaligus mengobservasi keadaan kelas IV
B terutama pada mata pelajaran matematika. Setiap kali ada teman yang
melakukan praktik mengajar di kelas IV B, peneliti selalu menawarkan diri untuk
menemani. Terlihat perbedaan yang sangat mencolok ketika para siswa diajar oleh
Pak D dengan ketika mereka diajar oleh mahasiswa PPL. Mereka terlihat lebih
berani dan tidak bisa diatur. Hanya para siswa di kedua barisan paling depan yang
memperhatikan, selebihnya bermain dan saling mengobrol. Hal tersebut melatih
peneliti dalam mengelola kelas. Ketika mengajar di kelas ini pun peneliti juga
sambil mengobservasi. Meskipun peneliti belum pernah mengampu mata
pelajaran matematika, sedikit banyak peneliti telah belajar pengelolaan kelas serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
metode yang tepat yang bisa diterapkan di kelas ini. Peneliti belum berani
mengampu mata pelajaran matematika di kelas atas, karena peneliti sendiri juga
merasa lemah dalam mata pelajaran matematika. Menurut pengalaman peneliti
selama melakukan praktek mengajar, kegiatan berkelompok kurang cocok
diterapkan di kelas ini, karena para siswa akan terpecah konsentrasinya dan
menjadi semakin tak terkendali. Dengan bekal pengalaman mengajar berkali-kali
di kelas IV B, peneliti menjadi hafal dengan karakter siswa. Peneliti pun
megetahui siapa saja yang lemah dalam pelajaran matematika. Ada seorang siswa
yang lemah dalam mata pelajaran matematika dan harus dibimbing secara intensif
supaya pekerjaannya bisa selesai. Menurut Pak D, jika tidak dibimbing secara
intensif ia tidak akan mengerjakan apapun dan mengobol dengan temannya
sepanjang pelajaran. Kebanyakan siswa yang lemah tersebut memilih duduk di
bangku belakang. Observasi-observasi seperti ini membantu peneliti dalam
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya sebelum memulai penelitian.
Penelitian yang sesungguhnya baru peneliti mulai pada bulan Januari,
setelah peneliti menyelesaikan PPL. Meskipun peneliti telah melakukan observasi
kelas secara terus menerus sejak bulan Agustus 2016, namun pada saat itu peneliti
bersama dengan teman satu payung belum memiliki gambaran yang cukup terkait
penelitian seperti apa yang akan kami lakukan di sekolah. Dengan judul besar
“Deskripsi Kecemasan Siswa Terhadap Mata Pelajaran Matematika” peneliti
beserta teman-teman satu payung penelitian merasa kebingungan terkait hal-hal
apa saja yang akan kami teliti di lapangan. Maka setelah beberapa kali bimbingan,
baru ditentukan bahwa kami akan meneliti faktor yang menyebabkan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
mengalami kecemasan menghadapi matematika dan dampak yang ditimbulkan
oleh kecemasan tersebut yang baru bisa kami mulai pada bulan Januari, karena
pada saat itu SD Suka sedang libur semester.
Pada tanggal 18 Januari 2017, peneliti kembali lagi ke sekolah dengan
membawa satu bendel kuesioner yang siap dibagikan kepada siswa kelas IV B.
Tentu sebelumnya peneliti telah meminta ijin kepada Bu W selaku wali kelas IV
B untuk menyebar kuesioner. Bu W mengijinkan peneliti menyebar kuesioner
pada jam pelajaran PKn. Tak butuh waktu lama bagi para siswa untuk
mengerjakan kuesioner yang peneliti susun, sekitar 20 menit mereka telah selesai
mengerjakan dan KBM bisa kembali dilanjutkan. Kemudian peneliti membawa
hasil kuesioner tersebut ke perputakaan untuk mengolahnya. Lalu setelah
mengolah kuesioner, peneliti mendapatkan satu siswa yang memenuhi seluruh
indikator kecemasan yang telah peneliti susun. Namanya E. Peneliti tidak begitu
hafal jika mengingat siswa melalui namanya. Oleh sebab itu ketika istirahat,
peneliti mencari E di kelasnya. Kebetulan ia sedang jajan sehingga peneliti
menitipkan pesan kepada seorang siswa yang lain untuk menyampaikan kepada E
bahwa peneliti ingin bertemu. Tak berapa lama, E datang ke perpustakaan sekolah
dan menemui peneliti. Kemudian peneliti mewawancarai E terkait kuesioner yang
telah E isi.
Setelah melihat hasil kuesioner yang diisi E, peneliti mendatangi Bu W
untuk menyampaikan hasil yang peneliti temukan. Berdasarkan wawancara
dengan Bu W, peneliti mendapatkan sedikit informasi tentang E. E adalah seorang
anak laki-laki berusia 10 tahun. E merupakan anak ke-2 dari pasangan Bapak H
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
dan Ibu L. E memiliki seorang kakak perempuan yang kini duduk di bangku kelas
2 SMP. E dikenal sebagai siswa yang pendiam sekaligus pandai di kelasnya. E
berasal dari keluarga menengah ke atas. Ayahnya bekerja sebagai PNS dan ibunya
seorang ibu rumah tangga. Bu W juga berkata bahwa beliau kaget mengetahui
bahwa siswa yang pandai seperti E ternyata mengalami kecemasan menghadapi
matematika. Hasil wawancara dengan Bu W akan dibahas lebih detail pada bagian
Wawancara dengan Informan I.
Setelah mewawancarai Bu W, kemudian peneliti mewawancarai Pak D
selaku guru matematika kelas IV B. Beliau tidak menyangka bahwa E mengalami
kecemasan dalam menghadapi matematika. Sebab selama ini menurut Pak D, E
adalah anak yang pendiam dan nilainya stabil. Wawancara dengan Pak D peneliti
lakukan saat istirahat pertama di ruang guru. Berdasarkan hasil wawancara yang
peneliti lakukan dengan Informan I dan Informan II, peneliti menemukan bahwa E
adalah anak yang pendiam. Ia tidak seperti anak-anak seusianya yang senang
berlarian dan bermain. E bahkan tidak pernah mengobrol, jika temannya tidak
mengajak mengobrol. Bu W selaku wali kelas IV B mengatakan bahwa E seperti
anak yang tertekan saking diamnya. Pak D selaku guru matematika juga
mengatakan bahwa E adalah anak yang cerdas dan pendiam di kelasnya, namun
Pak D mengaku tidak begitu mengenal sosok E dikarenakan beliau hanya
mengajar dua mata pelajaran saja di kelas E, yakni IPA dan Matematika. Bu W
dan Pak D sama-sama mengatakan bahwa E adalah anak yang cerdas namun
pendiam, ia tidak suka menjadi pusat perhatian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Sebagai penguatan atas keterangan yang disampaikan Pak D dan Bu W,
peneliti merasa perlu mewawancarai E. Oleh sebab itu pada istirahat kedua,
peneliti kembali mencari E untuk mewawancarainya terkait kecemasan yang ia
alami. Wawancara dengan E , seperti biasa, peneliti lakukan di ruang
perpustakaan yang cenderung kondusif dan tidak terlalu ramai pada saat jam
istirahat. Berdasarkan hasil wawancara dengan E, didapatkan informasi bahwa E
mengalami kecemasan menghadapi matematika karena ia takut dimarahi dan
dihukum oleh orang tuanya (khususnya ibunya). Ketika diwawancarai E memang
terlihat tenang saat menjawab, matanya selalu menatap mata peneliti, ia tidak
terlihat seperti anak yang mengalami kecemasan.
E mengalami kecemasan menghadapi matematika sebab apabila nilainya
jelek, maka ia harus mendapatkan konsekuensi-konsekuensi sebagai berikut :
uang jajannya akan dikurangi, ia akan diikutkan bimbingan belajar tambahan, dan
ia dimarahi oleh ibunya. Peneliti juga bertanya mengapa E tidak mau diikutkan
bimbingan belajar tambahan, E mengatakan bahwa ia tidak senang belajar dengan
orang asing. Hal-hal tersebut rupanya sangat mempengaruhi kondisi mental E
sehingga ia menjadi sangat cemas jika mendapatkan nilai yang jelek, padahal
sekalipun belum pernah ia mendapatkan nilai di bawah KKM (terutama pada mata
pelajaran matematika). Hal tersebut peneliti ketahui setelah melihat hasil nilai
akhir E selama dua semester ini. E mengatakan sebelumnya ia juga pernah
dimarahi oleh Bu L ketika mendapatkan nilai yang jelek
Berdasarkan keterangan dari E, kemudian peneliti mewawancarai Bu L
selaku ibu kandung E sekaligus sosok dibalik kecemasan yang dialami E. Tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
peneliti mewawancarai Bu L adalah untuk mengetahui pola asuh yang diterapkan
oleh Bu L terhadap E, sehingga ia mengalami kecemasan menghadapi
matematika. Untuk dapat mewawancarai Bu L, peneliti harus menunggu satu
minggu karena E sedang melaksanakan UTS sehingga beliau ingin fokus
mendampingi E belajar. Peneliti melakukan wawancara dengan Bu L di rumah
beliau. Beberapa hari sebelumnya peneliti telah menghubungi beliau melalui
Whatsapp dalam rangka mendapatkan persetujuan beliau untuk diwawancarai.
Peneliti pergi kesana bersama salah satu teman payung skripsi. Ternyata lokasi
rumah Bu L tidak terlalu jauh dari SD Suka, yakni sekitar 300 meter di sebelah
selatan SD Suka. Peneliti tidak menyangka bahwa rumah Bu L akan sangat
mudah ditemukan. Saat itu peneliti janji dengan Bu L untuk datang pukul 09.00
WIB namun pada kenyataannya pukul 08.15 WIB peneliti telah berhasil
menemukan rumah Bu L. Peneliti sengaja berangkat sangat pagi supaya tidak
terlambat sampai ke rumah Bu L, karena ini pertama kalinya peneliti mencari
alamat rumah Bu L. Sebab berdasarkan pengalaman kemarin menemani seorang
teman satu payung mencari alamat partisipan, rumahnya sangat susah dicari dan
masuk ke perkampungan yang sama sekali asing bagi peneliti. Namun ternyata,
rumah Bu L terletak di pinggir jalan besar dan sangat mudah ditemukan. Peneliti
merasa tidak enak hati karena datang kepagian. Peneliti khawatir kalau-kalau
mengganggu kegiatan rumah Bu L yang belum sempat terselesaikan. Maka dari
itu peneliti memutuskan untuk mencari warung terdekat untuk sarapan terlebih
dahulu bersama teman peneliti. Baru setelah waktu menunjukkan pukul 08.55
peneliti kembali ke rumah Bu L. Ketika sedang memarkirkan motor di depan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
gerbang saja, peneliti sudah disambut dengan suara gonggongan anjing dari dalam
garasi. Rumah Bu L sangat mudah ditemukan karena terletak di pinggir jalan
utama dan terlihat mencolok dibandingkan rumah yang lainnya. Dengan cat warna
kuning pastel, rumah dua lantai tersebut terlihat megah dan sangat mewah.
Halamannya dihiasi dengan rumpun bambu hias yang menambah sedap
pemandangan. Hanya saja, tidak ada nomor rumah yang tercantum di pagar atau
gerbang. Belum sempat mengetuk pintu, ternyata Bu L telah membukakan pintu
untuk kami.
Bu L menyambut kedatangan kami dengan sangat ramah. Kami
dipersilakan duduk di ruang tamunya. Tak hanya indah di luar, bagian dalam
rumah ini pun sangat rapi dan bersih. Pada saat itu hanya ada Bu L dan beberapa
asisten rumah tangga yang ada di rumah, karena Bapak H bekerja, E dan
kakaknya sekolah. Hal yang pertama peneliti tanyakan kepada Bu L adalah
tentang perilaku E di rumah, beliau menjawab bahwa E adalah sosok yang
bertanggungjawab dan disiplin. Beliau mengatakan sejak bayi E sudah diajarkan
untuk mandiri, caranya adalah dengan membuatkan box sendiri untuk E sehingga
sejak bayi ia terbiasa tidur sendiri. Hal tersebut juga yang dikatakan oleh Bapak H
(ayah E). menurut Bapak H, E adalah anak yang bertanggungjawab dan sudah
bisa memanage waktu. Bu L juga berkata bahwa E memang agak pendiam di
sekolah, ia agak kesulitan bergaul, hal tersebut mungkin karena E tidak pernah
bermain dengan teman sebayanya, sebab lokasi rumah yang satu dengan yang
lainnya saling berjauhan. Namun jika di rumah, E sama seperti anak-anak
seusianya yang senang bermain. Dalam menerima tamu, sepertinya Bu L memang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
sangat mempersiapkan diri dari segi fisik, hal tersebut peneliti lihat ketika peneliti
mewawancarai beliau. Beliau mengecat pirang rambutnya, mengenakan lipstick
warna fuschia beserta eyeshadow warna oranye ketika peneliti wawancarai.
Ketika peneliti bertanya kegiatan beliau hari ini, beliau mengatakan hari ini stay
di rumah saja karena E sedang melaksanakan UTS dari dinas sehingga beliau
harus mendampinginya belajar. Bu L mengatakan bahwa beliau yang lebih intens
mendampingi E di rumah sebab Bu L adalah ibu rumah tangga yang lebih sering
berkegiatan di rumah.
Bu L bercerita banyak mengenai keseharian E di rumah. Menurut beliau, E
sangat suka mengoleksi mobil-mobilan merk Hotwheels. Ketika mempunyai
hotwheels baru, ia akan membawanya kemana-mana, bahkan saat tidur pun E
membawa membawa mobil tersebut di dalam pelukannya. Dari sini peneliti
mendapatkan informasi bahwa Bu L menerapkan sistem reward dan punishment
dalam pola asuh beliau. Beliau mengatakan, di awal mereka sekeluarga akan
berkumpul membicarakan tentang reward dan punishment yang akan diberikan
terhadap anak-anak mereka, dan mereka menyetujui itu bersama. Maka, E sudah
tau hadiah apa yang akan ia dapatkan jika mendapatkan nilai yang bagus, dan
hukuman apa yang akan ia terima jika ia berperilaku diluar kehendak Bu L.
Menurut Bu L, sistem reward dan punishment tersebut cukup efektif diterapkan
untuk mengurangi perilaku anak-anak yang tidak beliau inginkan, juga
sebaliknya. Bu L menjelaskan bahwa beliau tidak memaksa E untuk dapat merain
peringkat 1 sampai 3 di kelasnya, asalkan sudah masuk 10 besar, E sudah
mendapatkan hadiah. Semester kemarin E menduduki peringkat 6 dari 33 siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
dan beliau mengaku bangga atas capaian E. Beliau juga menepati janjinya
membelikan E hotwheels baru ketika hasil belajar E telah keluar. Meskipun saat
ini di rapor tidak dicantumkan ranking siswa, Bu L merasa perlu mengetahui E
berada di peringkat berapa di kelasnya, sehingga seringkali beliau menanyakan
secara langsung kepada Bu W. Oleh sebab itu Bu L dapat mengetahui ranking E
di kelasnya. Selama ini E selalu mendapatkan nilai yang tinggi di setiap mata
pelajaran, ia sangat jarang mendapatkan nilai dibawah KKM.
Ketika peneliti bertanya tentang bagaimana reaksi Bu L apabila E
mendapatkan nilai dibawah KKM, peneliti dapat menangkap sebersit kesedihan di
mata Bu L, beliau menjelaskan sambil berkaca-kaca. Bu L berkata bahwa bahwa
dulu sempat bereaksi agak keras ketika mengetahui E mendapatkan nilai yang
jelek. Hal tersebut kini beliau sesali dan beliau mengaku sudah sadar bahwa anak
tidak bisa diperlakukan dengan keras. Dahulu jika mengetahui E mendapatkan
nilai yang jelek, beliau memarahi E dan berkata akan mendaftarkan E pada
lembaga bimbingan belajar apabila nilai E tidak mengalami peningkatan. Peneliti
tidak mendapatkan informasi lebih dalam mengenai bentuk kemarahan seperti apa
yang beliau lakukan kepada E, karena beliau cenderung tertutup untuk
menjelaskan hal tersebut. Bu L mengatakan bahwa beliau sedikit mengadopsi pola
asuh yang diterapkan oleh orang tua beliau (kakek dan nenek E) dalam
mendampingi beliau saat masih kecil. Beliau mengaku bahwa dulu terbiasa
dididik dengan ketat, sehingga sedikit banyak mempengaruhi cara beliau dalam
mengasuh E. Beliau mengatakan bahwa beliau marah jika E mendapatkan nilai
yang rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Melalui wawancara dengan Bu L, didapatkan informasi bahwa Bu L
adalah alasan dibalik kecemasan yang dialami oleh E. Bu L memarahi E jika E
mendapatkan nilai yang jelek. Namun kecemasan yang dialami E rupanya dapat ia
olah menjadi sesuatu yang positif. Ia menjadi terpacu untuk belajar dan belajar,
sehingga nilainya selalu di atas KKM. Seperti yang telah dikatakan Bu L dan
Bapak H, E merupakan anak yang mandiri dan bertanggung jawab. E bahkan telah
dibiasakan tidur sendiri di dalam box sejak bayi, ia jarang sekali digendong oleh
Bu L sejak bayi. Menurut sepengetahuan Bu L dan Bapak H, E sudah tau kapan
harus belajar dan kapan waktu bersantai. Bahkan ia terbiasa belajar sendiri ketika
tidak ada yang mendampingi. Kepribadian E yang mandiri dan bertanggung jawab
rupanya juga mempengaruhi E dalam mengolah kecemasan yang dialaminya.
Pada kenyataannya tidak semua kecemasan menghasilkan buah yang buruk. Ada
juga kecemasan positif, seperti yang dialami oleh E. Oleh sebab itu, sebaiknya
kita tidak selalu mengaitkan kecemasan dengan nilai yang jelek, karena
kecemasan juga dapat memacu seseorang untuk berusaha, sehingga bisa
mendapatkan hasil yang baik. Hal tersebut telah peneliti peroleh melalui temuan-
temuan yang terjadi selama penelitian ini. Apabila E tidak mengalami kecemasan
menghadapi matematika, tak ada yang memotivasinya untuk melakukan usaha
yang lebih baik. Akibatnya, hasil belajar E akan tetap rendah karena ia tidak
merasa terdorong untuk memperbaikinya. Berikut adalah hasil wawancara dengan
E selaku Partisipan I, Bu W selaku informan I, dan Pak D selaku informan II, Bu
L selaku Informan 3, dan Pak H selaku informan 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
4.1.1 Wawancara dengan Partisipan
Peneliti sebelumnya telah mengenal E dan telah melakukan observasi di kelas
E selama berkali-kali. Di kelas ia termasuk siswa yang tenang, dalam artian tidak
suka mengganggu temannya. Bahkan jika tidak diajak bicara lebih dahulu, ia tidak
pernah mengawali pembicaraan dengan teman sebayanya. Awal mula peneliti
menemukan bahwa E mengalami kecemasan menghadapi matematika adalah
ketika peneliti menyebarkan kuesioner ke seluruh siswa kelas IV B. Dari 33
siswa, hanya E yang menunjukkan aspek-aspek kecemasan. Ketika diawancarai,
jawaban E konsisten dengan hasil kuesionernya. E mengatakan bahwa ia
diharuskan mengikuti les matematika jika nilainya jelek, ia juga berkata bahwa ia
berkeringat dingin ketika mengerjakan soal matematika, dan dimarahi orang tua
jika nilai matematikanya jelek. Sedangkan pada mata pelajaran hafalan, ia tidak
merasa terlalu cemas. Ia tidak pernah mendapatkan nilai yang rendah pada mata
pelajaran hafalan. Menurut E, mata pelajaran yang lain cenderung lebih ringan
daripada matematika.
Ketika peneliti menanyakan tentang perasaan E menghadapi pelajaran
matematika, ia menjawab,”Ya deg-degan..” kemudian peneliti bertanya
lagi,”kenapa kok deg-degan? Selain deg-degan, apa lagi yang kamu rasain?”
kemudian ia menjawab,”Kadang sampek kebelet pipis terus. Terus agak pusing.
Ya takut nggak bisa ngerjain terus nilainya jelek.” Ciri-ciri yang diucapkan E
tersebut termasuk dalam indikator kecemasan yang peneliti susun pada kuesioner.
Peneliti menggunakan indikator kecemasan menurut Nevid. Indikator kecemasan
tersebut dapat dilihat pada bab II. Lalu peneliti meneruskan pertanyaan,”Oh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
gitu..emang kalo nilainya jelek, kenapa?”, lalu E menjawab,”dimarahin mama.
Terus kalo nilaiku jelek nanti aku disuruh les.” Demikianlah perkataan E.
Kecemasan belajar yang dialami E berasal dari tekanan-tekanan yang ia dapatkan
dari ibunya. E hanya dimarahi ketika mendapat nilai jelek pada mata pelajaran
matematika, sementara pada mata pelajaran yang lain ia tidak pernah bermasalah.
E tidak mau diikutkan les karena ia merasa tidak nyaman belajar dengan orang
asing. Kemudian ketika peneliti bertanya dengan siapa E belajar, ia
menjawab,”Belajar sendiri. Kalo sulit baru sama Ayah.” E mengatakan bahwa ia
terbiasa belajar sendiri tanpa pendampingan, namun jika menemukan materi yang
sulit, ia minta diajari oleh ayahnya, khususnya pada mata pelajaran matematika.
Sedangkan untuk mata pelajaran hafalan, ia biasanya bertanya pada ibunya.
Kemudian peneliti bertanya lagi,”Nah..kalau Ayah tu kalau ngajarin E di rumah
dengan cara seperti apa? Misal dengan permainan, nyuruh E mengerjakan soal
latihan, dengan membahas satu persatu soal bersama E, atau gimana?” E
menjawab,”Pertama dikasih cara untuk mengerjakannya, habis itu baru dikasih
soal, baru suruh ngerjain.” Peneliti juga menanyakan mengapa tidak Bu L yang
mendampingi E dalam belajar, E mengatakan bahwa Bu L sibuk mengurus
pekerjaan rumah. Meskipun sibuk mengerjakan pekerjaan rumah, Bu L lah yang
selalu mengontrol perkembangan belajar E, dan beliau juga yang akan marah
apabila E mendapatkan nilai yang jelek. Padahal seperti yang dikatakan E di atas,
yang mendampingi E belajar adalah Bapak H. Namun Bapak H justru tidak marah
jika E mendapatkan nilai yang jelek. Dari sini dapat kita lihat perbedaan perlakuan
yang diberikan oleh Bu L dan Bapak H dalam mendampingi E belajar. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
penelitian ini, didapatkan informasi bahwa ibu cenderung lebih mengontrol
kegiatan anak di rumah, sementara ayah cenderung lebih santai.
Ketika peneliti bertanya mengenai kegiatan E sepulang sekolah, ia
menjawab,”ganti baju, makan, terus tidur.” Kemudian peneliti bertanya,”E nggak
main sama temen-temen sekampung atau sekomplek gitu?” lalu E menjawab
tidak. E berkata bahwa ia tidak mempunyai teman sebaya di rumahnya. Ia tidak
pernah bermain dengan anak lain di sekitar tempat tinggalnya. E mengatakan
bahwa ia tidak tinggal di dalam kampung ataupun di komplek perumahan.
Rumahnya terletak di pinggir jalan besar. Posisi rumah E yang berjauhan dengan
rumah para tetangganya membuat E sulit bersosialisasi. Jarak satu rumah dengan
yang lainnya kurang lebih 200 meter, itupun terpisah oleh rel kereta dan sawah
yang luasnya berhektar. Ketika peneliti mendatangi rumah E dalam rangka
wawancara dengan Bu L, peneliti tidak melihat ada anak-anak seusia bermain di
sekitar sana. Ketika pulang sekolah, ia diharuskan tidur siang oleh ibunya. Setelah
tidur siang, E langsung mandi dan diperbolehkan menonton TV sebentar,
kemudian makan malam dan belajar. Menurut perkataan E dan Bapak H, E senang
bermain game. Selain bermain game, E juga suka bermain mobil-mobilan.
Seringkali ia menyempatkan diri bermain mobil-mobilan di dalam rumah ketika
sedang bosan. Ketika peneliti menanyai pukul berapa E biasa belajar, ia
menjawab,”Jam setengah 8 sampe jam setengah 10.” Itulah penyebab mengapa E
harus tidur siang. E belajar hingga malam hari, ia tidur siang supaya tidak
mengantuk ketika sedang belajar. Peneliti juga menanyakan tentang cara Pak D
mengajar matematika di kelas, menurut E, Pak D adalah guru yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
menyenangkan dan cara pengajaran beliau mudah dipahami oleh E. Berdasarkan
wawancara dengan E, didapatkan informasi bahwa kecemasan belajar yang
dialami E tidak bersumber dari cara mengajar guru.
4.1.2 Wawancara dengan Informan I
Menurut Bu W, E merupakan siswa yang pandai dalam setiap mata pelajaran.
Nilainya selalu di atas rata-rata. Hal tersebut terbukti ketika Bu W menunjukkan
rekapan hasil belajar E dari semester kemarin sampai semester ini. Ketika peneliti
bertanya kepada Bu W mengenai perilaku E di dalam kelas, beliau menjawab,”Oh
kalau E tu diem, mbak. Di kelas tu malah nggak aktif. Maksudnya bukan
merupakan siswa yang sering ngobrol gitu lho. Tapi nilainya memang bagus-
bagus E itu. Malah kayak tertekan tu lho anaknya.” Menurut Bu W, E merupakan
siswa yang agak sulit berekspresi. Contohnya pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia tentang drama, E agak kesulitan berakting di depan teman-temannya.
Juga pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang puisi, performa E sangat
kurang apabila dibandingkan dengan teman-temannya. Bu W agak menekankan
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebab beliau adalah alumni Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia di salah satu perguruan tinggi negeri di kota
Yogyakarta. Beliau ahli dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, maka beliau
lebih banyak membahas performa E dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Meskipun demikian, nilai E pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak
bermasalah, E selalu mendapatkan nilai di atas rata-rata pada semua mata
pelajaran, hanya saja Bu W menyayangkan performa E ketika ada ujian praktek
Bahasa Indonesia. Bu W telah menjadi wali kelas E selama 2 semester ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
sehingga beliau sudah hafal karakter para siswa yang beliau ampu. Bahkan ketika
peneliti bertanya tentang siapa saja siswa yang nilainya di atas KKM, beliau hafal
nama-nama mereka. Bu W mengatakan bahwa E menjadi pendiam karena
tertekan.
Setelah melakukan wawancara dengan wali kelas IV SD Suka, didapatkan
informasi bahwa E mengalami suatu tekanan dari luar dirinya untuk menjadi
berprestasi. E termasuk anak yang sangat tenang di kelasnya. Ia bahkan hanya
mengobrol ketika ada orang yang mengajak mengobrol. Bahkan terkadang Bu W
menghampiri meja E sambil berkata,”Mbok ngobrol to kamu tu.” Yang membuat
E tersipu malu dan mengguratkan sedikit senyuman di bibirnya. Bu W memang
terkenal guru yang supel di SD Suka. Beliau senang bercanda dan merupakan
pribadi yang ceria. Bu W mengatakan bahwa beliau gemas dengan perilaku E
yang sangat pendiam dan pemalu. Sepanjang pelajaran ia sibuk memperhatikan
penjelasan guru. Tidak hanya pada mata pelajaran matematika, namun juga mata
pelajaran lainnya. Informasi ini peneliti dapatkan melalui pengalaman peneliti
sendiri. Berdasarkan pengalaman peneliti beberapa kali mengajar di kelas E, ia
memang selalu terlihat tenang dan tepat waktu dalam menyelesaikan soal-soal
yang peneliti berikan. Menurut peneliti, hal tersebut justru menguntungkan bagi
guru, memilik siswa cerdas yang pendiam. Di kelas IV B ini peneliti pernah
mengajar pelajaran IPA, IPS, dan PKn. Peneliti juga beberapa kali melakukan
observasi pembelajaran matematika. E juga terlihat tenang sama seperti ketika ia
mengikuti pembelajaran lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Ketika proses pembelajaran berlangsung, E selalu terlihat tenang dari awal
masuk kelas sampai berakhirnya jam pelajaran. Ketika istirahat pun dia tidak
pernah berlarian seperti teman-temannya. Seusai jajan biasanya ia menikmati
makanannya di balkon kelas sambil memandangi halaman sekolah yang penuh
dengan anak-anak sedang bermain. Ia sepertinya lebih menikmati peran sebagai
“penonton” daripada ikut bermain. Ketika peneliti wawancarai, E mengatakan
bahwa sering merasa ingin buang air kecil jika diminta mengerjakan soal
Matematika di depan kelas. “Aku malah kasihan sama E itu mbak. Anaknya
seperti tertekan tu lho. Nggak seperti anak-anak lainnya to? Terlalu pendiam dia
tu, nggak ceria gitu lho. Ngobrol aja nggak pernah mbak kalo ngga ada yang
ngajak ngobrol.” Demikianlah penuturan Bu W. Menurut Bu W, E kurang pandai
bersosialisasi. Hal tersebut beliau ketahui berdasarkan pengamatan beliau di kelas,
E tidak memiliki seorang sahabat dekat. Dengan teman sebangkunya saja ia jarang
berkomunikasi.
E mengobrol dengan teman sebangkunya ketika berdiskusi soal pelajaran.
Dilihat dari segi fisik, E memang terlihat seperti siswa pintar yang hidup di dalam
film-film. Penampilannya memang sangat mewakili bahwa ia adalah siswa yang
pintar. Berkacamata, agak tambun, seragam selalu rapi, rambut klimis, kulit cerah
dan bersih. Ia pun jarang melakukan pelanggaran-pelanggaran seperti lupa
memakai dasi, lupa memakai sabuk, lupa membawa topi saat upacara, atau lupa
mengerjakan PR. Secara fisik, E selalu terlihat siap beraktifitas di sekolah, namun
ia merupakan siswa yang sangat pendiam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Ketika peneliti bertanya tentang perilaku E yang sangat pendiam, Bu W
menjawab,”Itu sepertinya tertekan kok, mbak. Lha wong mamanya setiap hari
whatsapp saya. Tanya-tanya di kelas siapa saingannya E, gimana hasil
belajarnya E, gimana nilai ulangannya. Who mbok setiap hari mbak seperti itu.
Saya jujur saja agak terganggu ya, wong saya juga punya kegiatan yang lain
mengawasi anak yang lain, bukan anaknya dia tok gitu lho. Enya memang
pendiam, mamanya yang sangat berambisi.” Demikianlah penuturan Bu W.
Menurut Bu W, hanya Bu L satu-satunya orang tua siswa yang sibuk menanyakan
nilai anaknya. Ketika pembagian raport semester kemarin, Bu L ingin tahu
ranking E di kelas, padahal jaman sekarang sekolah sudah tidak menerapkan
sistem ranking lagi. Sehingga Bu W harus merekap hasil belajar seluruh siswa
untuk dapat mengetahui ranking E. Berdasarkan wawancara dengan Bu W selaku
wali kelas E, diperoleh informasi bahwa E seperti mendapatkan tekanan dari
orang tuanya, terutama ibunya, untuk menjadi berprestasi.
Pada kenyataannya, E memang terbentuk menjadi siswa yang berprestasi.
Ketika peneliti menanyakan hasil belajar E selama dua semester ini, Bu W
menjawab,”Nilainya bagus-bagus, mbak. Di semua mata pelajaran bagus, nggak
cuma MTK tok. Nih tak kasih lihat daftar nilainya ya. Tapi yang Matematika dan
IPA minta ke Pak D, karena beliau yang mengampu.” Begitu penuturan Bu W
sembari mencari daftar nilai pada tumpukan berkas di meja beliau. Setelah
peneliti melihat hasil belajar E selama dua semester, ternyata memang nilai E
semuanya berada di atas KKM. Bahkan hasil rekapan nilai E jika dikonfersikan
menjadi huruf, adalah A-. Tidak banyak di kelasnya yang mendapat nilai A-.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
kurang lebih hanya ada 6 siswa, yang lain nilainya B dan C. Dari 6 siswa tersebut,
E yang menduduki peringkat 6 besar. E memang merupakan siswa yang pintar di
kelasnya. Penilaian sikap yang meliputi kemandirian belajar pun mendapat hasil
yang baik.
Ketika ada tugas, E dapat mengerjakannya dengan mandiri dan bertanggung
jawab. Ia jarang sekali bertanya, baik kepada guru maupun temannya. Selesai
mengerjakan tugas pun ia memilih duduk dengan tenang, tidak mengobrol dengan
temannya. “Ya sesekali ngobrol sih mbak, tapi nggak sampe cekikikan rame gitu.
Ngobrolnya kalau diajak ngobrol temannya, kalo nggak ada yang ngajak ngobrol
ya diem.” Demikianlah menurut Bu W.
Berdasarkan wawancara dengan Bu W, didapatkan infromasi bahwa menurut
guru, E seperti mengalami tekanan dari luar dirinya untuk menjadikannya
berprestasi. Tekanan itu ia dapatkan dari ibunya yang sangat intens memantau
perkembangan belajar E. Tekanan-tekanan yang ia dapatkan dari orang tua
(terutama ibunya) membuat E menjadi giat belajar, namun menyebabkan E
mengalami kecemasan, demikianlah menurut Bu W sekalu wali kelas IV B.
Menurut peneliti, hal tersebut perlu ditinjau lebih jauh lagi. Kemudian peneliti
memutuskan untuk mewawancarai Bu L yang disebut sebagai penyebab
kecemasan belajar E. Berdasarkan pendapat Bu W, kecemasan belajar tersebut
juga berdampak pada kemampuan E dalam bersosialisasi. Padahal, kemampuan
bersosialisai juga dibutuhkan, terutama ketika seseorang telah memasuki dunia
kerja. Bu W berkata bahwa beliau khawatir dengan hal tersebut, beliau berharap
seiring berjalannya waktu E, kemampuan bersosialisai E dapat berkembang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
dengan lebih baik. Bu W berasumsi bahwa E menjadi sulit bersosialisasi karena
mendapatkan tekanan dari ibunya dalam hal akademik. Namun menurut peneliti
hal tersebut perlu ditinjau lebih lanjut. Setelah mewawancarai Bu W, peneliti
kemudian mewawancarai Pak D selaku guru matematika kelas IV B atau
Informan II.
4.1.3 Wawancara dengan Informan II
Menurut Pak D, E merupakan siswa yang pandai, tidak hanya pada mata
pelajaran matematika, namun juga mata pelajaran yang lainnya. Ketika tidak bisa
mengerjakan soal atau merasa kesulitan, ia berani maju ke depan untuk bertanya.
Namun, E sangat jarang mengangkat tangan ketika bertanya. Ia juga tidak pernah
ditegur karena mengobrol atau membuat kegaduhan di kelas. Ia dikenal sebagai
siswa yang tenang dan pintar, layaknya impian semua guru (menurut perkataan
Pak D). Namun Pak D mengaku kurang memahami latar belakang E, sebab beliau
bukanlah wali kelas E dan tidak mengajar E setiap hari. Beliau juga belum pernah
bertemu apalagi berinteraksi dengan orang tua E. Setahu Pak D, E adalah siswa
yang pandai dan baik-baik saja, serta tidak terlihat mengalami kecemasan
menghadapi matematika.
Selama dua semester ini, Pak D telah mengampu mata pelajaran matematika
di kelas IV. Ketika peneliti bertanya tentang bagaimana pendekatan yang
dilakukan Pak D dalam mengajar, beliau menjelaskan,”Awalnya biasanya
klasikal, kemudian nanti kalo ada anak yang kesulitan baru dikasih pendekatan
tersendiri.” Beliau hafal para siswa yang menonjol di kelas yang diampunya.
Ketika peneliti menanyakan siapa siswa yang menonjol di mata pelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
matematika, beliau langsung menyebutkan E. “E itu daya tangkapnya bagus ya.
Ya..pernah sih sesekali nggak ngerjain PR. Tapi dia nilainya memang bagus-
bagus. Kalau ngga bisa ngerjain berani tanya ke depan. Disuruh ngerjain soal di
depan kelas juga pasti bener, walaupun agak malu-malu. Ya biasa ya anak-anak
kalo malu-malu.” Sama seperti pernyataan Bu W, menurut Pak D, E juga
merupakan anak yang pendiam.
Menurut Pak D, E bukan seorang anak yang suka membuat kegaduhan di
kelas. Menurut beliau, E bukan anak yang senang menjadi pusat perhatian.
“Nilainya bagus-bagus mbak. Dari 33 siswa dia masuk 5 besar kok. Nggak cuma
matematika kayaknya pelajaran yang lain juga bagus dia. Tapi ya itu, pendiam
banget. Kayak gong, kalau ra ditabuh ra muni.” Maksudnya seperti gong, kalau
tidak dipukul tidak akan berbunyi, begitu menurut penuturan Pak D.
4.2.4 Wawancara dengan Informan III
Informan III dalam penelitian ini adalah Bu L, yakni ibu kandung E.
Peneliti telah menyiapkan 10 pedoman wawancara yang akan peneliti gunakan
untuk mewawancarai Bu L. Namun tidak menutup kemungkinan apabila
sepanjang proses wawancara dengan Bu L pertanyaan yang peneliti ajukan bisa
saja bertambah, menyesuaikan dengan jawaban yang diberikan Bu L. Sehari-hari
Bu L adalah seorang ibu rumah tangga. Beliau lah yang menjemput E sekolah
setiap harinya. Sesuai dengan jawaban Bapak H, Bu L lah yang mendampingi E
dalam mata pelajaran hafalan. Ketika peneliti menanyakan mengapa bukan Bu L
yang mendampingi E belajar matematika, beliau menjawab,”Jadi selama ini,
kadang yang membimbing dia tu saya, tapi hanya pelajaran tertentu aja mbak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Kadang kalau matematika tu karena apa ya..karena saya tu, kalau matematika
kan beda ya, dari waktu SD kita beda, kadang yang lebih telaten tu bapaknya.”
Beliau mengatakan bahwa beliau tidak ada masalah dengan pelajaran matematika,
hanya saja menurut beliau perbedaan materi yang diajarkan antara jaman dahulu
dan jaman sekarang membuat Bu L kesulitan dalam mengajarkan ke anak, oleh
sebab itu pendampingan dalam belajar matematika beliau serahkan pada Bapak H.
meskipun Bapak H yang mendampingi E belajar, namun Bu L mengatakan bahwa
beliau yang paling bereaksi apabila E mendapatkan nilai matematika dibawah
KKM.
Kemudian ketika peneliti menanyakan tentang reaksi Bu L apabila E
mendapatkan nilai yang rendah, Bu L menjawab,”Kalau dulu saya agak marah
ya..kecewa. tapi setelah berjalannya waktu ternyata tu nggak baik. Terkadang
saya tu kok aduh, kok aku marah, padahal kan prestasi anak tu nggak dilihat dari
nilai aja.” Ketika menjawab demikian, Bu L terlihat berkaca-kaca dan suaranya
melirih. Sembari menjelaskan, pandangannya tertuju ke luar pintu hingga air
matanya hampir menetes. Peneliti menanyakan tentang bentuk kemarahan seperti
apa yang Bu L lakukan terhadap E, namun beliau enggan menjelaskan lebih
banyak dan hanya berkata : ya pokoknya marah. Bu L cenderung tertutup
mengenai kemarahan seperti apa yang beliau lampiaskan kepada E jika E
mendapatkan nilai yang jelek. Hal tersebut persis dengan yang dikatakan oleh E.
E berkata apabila nilainya jelek, ia akan dimarahi ibunya. Bersadarkan wawancara
dengan Bu L, didapatkan informasi bahwa di masa lalu, Bu L pernah memarahi E
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
ketika E mendapatkan nilai yang jelek, sehingga hal tersebut menimbulkan
kecemasan pada diri E.
Kecemasan yang dialami oleh E rupanya bersumber dari reaksi Bu L
ketika mengetahui E mendapatkan nilai yang rendah. Pada penelitian ini, ayah dan
ibu menunjukkan reaksi yang berbeda terhadap nilai yang didapatkan oleh
anaknya. Hal tersebut terjadi pada kasus E. Berdasarkan wawancara dengan
Bapak H yang telah peneliti lakukan terlebih dahulu, Bapak H mengaku tidak
pernah memarahi E jika E mendapatkan nilai yang jelek, beliau lebih cenderung
menanyakan bagian mana yang belum E pahami. Mungkin karena itu E tidak
mencemaskan reaksi Bapak H jika mengetahui nilainya jelek, karena E sudah tau
beliau akan membantunya memahami materi tersebut, bukan memarahinya.
Berbeda lagi dengan Bu L, beliau berkata bahwa dulu pernah memarahi E ketika
E mendapatkan nilai yang jelek, dan kini E mengalami kecemasan belajar karena
ia takut dimarahi lagi jika mendapatkan nilai yang jelek. Pola asuh yang
diterapkan ayah dan ibu dalam satu rumah tangga rupanya berbeda-beda.
Peneliti juga menggali informasi tentang pola asuh yang diterapkan oleh
orang tua Bu L semasa beliau kecil, apakah hal tersebut berpengaruh pada pola
asuh yang Bu L terapkan terhadap E atau tidak. Setelah mewawancarai Bu L,
didapatkan informasi bahwa sedikit banyak Bu L menerapkan pola asuh yang
diterapkan oleh orang tua beliau dahulu dalam mengasuh E dan T, kakak
perempuan E. Contohnya adalah penerapan jadwal kegiatan E, misalnya : pukul
14.00 E harus tidur siang, kemudian pukul 17.00 E harus mandi, selanjutnya
pukul 18.30 saatnya E belajar. Tentang hal tersebut Bu L yang mengatur kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
E di rumah. Sedangkan T lebih diatur dalam hal permainan dengan teman
sebayanya. Bu L rela mengantar-jemput T ketika ia bermain dengan teman-teman
sekolahnya. Menurut Bu L, hal tersebut beliau lakukan mengingat T adalah
seorang anak perempuan yang dianggap lebih rawan terkena bahaya. Hal-hal
tersebut yang beliau ambil dari pola asuh orang tua beliau dahulu. Bu L
mengatakan bahwa beliau juga menerapkan sistem reward dan punishment.
Menurut Bu L, E sangat menyukai mobil-mobilan merk hotwheels.
Sehingga setiap kali E mendapatkan nilai yang memuaskan, Bu L dengan senang
hati membelikan hotwheels untuk E sebagai reward. Menurut peneliti, selama
proses wawancara berlangsung bagian inilah yang paling seru. Bu L banyak
bercerita tentang hobi E. E sangat kegirangan ketika mendapatkan mobil-mobilan
baru, hingga terkadang ia membawa mobil-mobilannya tidur bersamanya. Bu L
bahkan menunjukkan kepada peneliti koleksi mobil-mobilan E yang jumlahnya
lebih dari 2 lusin. Lucu rasanya membayangkan E memainkan miniatur-miniatur
mobil yang sangat canggih ini. Sangat mirip dengan aslinya dan hampir semua
warna telah E miliki. Menurut Bu L, jika hal tersebut dapat memotivasi E untuk
belajar lebih rajin lagi, tidak ada salahnya memberikan hadiah untuk E. Kemudian
punishment yang beliau terapkan terhadap E adalah, apabila E mendapatkan nilai
yang rendah, maka beliau akan memasukkan E ke lembaga bimbingan belajar. Bu
L tahu betul E sangat tidak menyukai hal tersebut, namun ketika peneliti bertanya
mengapa E tidak mau diikutkan les tambahan, Bu L mengaku tidak mengetahui
penyebabnya. Meskipun terkesan lebih tegas dalam mengasuh E, Bu L
mengatakan bahwa E lebih dekat dengannya daripada dengan Bapak H.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Menurut Bu L, anak laki-laki memang biasanya lebih dekat dengan
ibunya. Bu L bercerita ketika E mengeluh bosan belajar, kemudian Bu L
berinisiatif mengajak E berkeliling desa sekitar tempat tinggal mereka, atau
sekedar mampir ke warung bakso untuk makan siang. Setelah dirasa cukup maka
mereka akan pulang dan E akan kembali belajar. Sepengetahuan Bu L, E agak
kesulitan dalam mata pelajaran hafalan seperti PKn, sehingga beliau membantu E
untuk mempelajarinya dengan cara memberi highlight atau stabilo pada kalimat
yang penting. E juga tidak menyukai olahraga dan pelajaran seni, khususnya seni
musik. Hal tersebut dapat dilihat melalui nilai praktek olahraga E di sekolah,
meskipun nilainya rata-rata dan tidak di bawah KKM. Kata Bu L, E senang sekali
menggambar mobil-mobilan yang ia koleksi, hasil gambarannya pun bagus dan
hampir mirip. E juga senang bermain dengan onderdil-onderdil mobil kecilnya
dan merangkainya menjadi sebuah mobil yang utuh. Apabila sedang serius
bermain, E sangat tenang dan sama sekali tidak berisik.
Bu L menyadari bahwa E tumbuh sebagai anak yang pendiam. Hal
tersebut ia ketahui dari Bu W, wali kelas E. E memang sangat pendiam di
kelasnya. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian. Menurut Bu L, E kurang pandai
bergaul. Mungkin hal tersebut terjadi karena E sangat jarang bermain dengan
teman sebayanya. Sebab kondisi rumah E yang saling berjauhan satu sama lain.
Di daerah tempat tinggal E, jarak satu rumah dengan yang lainnya kurang lebih
sampai 200 meter, itu pun terpisahkan oleh rel kereta dan juga persawahan.
Lagipula, sepulang sekolah E sudah kelelahan belajar, dan ia selalu tidur siang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
sehingga ketika ingin bermain, E hanya bermain game online lewat laptop atau
lewat gadget, demikian informasi yang diperoleh dari Bu L.
Hal terakhir yang ingin peneliti ketahui adalah harapan Bu L terhadap E,
kemudian beliau menjawab,”Kalau saya sederhana ya mbak ya, asal dia menjadi
anak yang baik, rendah hati, terus dia mempunyai apa ya istilahnya..kepribadian
yang baik dan juga berguna bagi masyarakat.” Bu L tidak pernah memaksakan E
untuk menjadi seperti yang beliau inginkan. Bu L membebaskan E untuk menjadi
apa yang ia mau, asalkan E bertanggungjawab dengan pilihannya, beliau akan
memberi dukungan penuh terhadap perkembangan E. demikianlah akhir
wawancara peneliti dengan Bu L.
Ketika peneliti dan teman peneliti telah berpamitan dengan Bu L, beliau
masih sempat bertanya tentang perilaku E di sekolah. Kami bahkan mengobrol
lagi di gerbang rumah Bu L. Namun obrolan ini cenderung lebih santai dan
berlangsung tanpa rekaman seperti sebelumnya. Peneliti kemudian bercerita
bahwa peneliti telah menunaikan 3 bulan mengajar di kelas E, dan sepanjang
pengamatan peneliti ketika mengajar di kelas E, E memang cenderung pendiam.
Bu L terlihat sangat bersemangat ketika peneliti mengatakan bahwa E adalah anak
yang pendiam, beliau semakin antusias dan menanyakan bagaimana hasil belajar
E ketika peneliti melakukan praktek mengajar. Peneliti mengatakan bahwa E
adalah anak yang cerdas, hanya saja sangat pendiam. Lembar Kerja Siswa selalu
ia kumpulkan tepat waktu, hasilnya pun memuaskan. Namun jika peneliti
melontarkan pertanyaan lisan ke seluruh penjuru kelas, E masih ragu untuk angkat
tangan. Mendengar hal tersebut, Bu L mengakui bahwa E memang siswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
pendiam ketika di sekolah, namun menurut pengakuan beliau, E seperti anak-anak
biasanya jika sedang di rumah. Bu L pun sempat menebak-nebak penyebab E
menjadi sangat pendiam, mungkin karena ia jarang bersosialisasi dengan anak
seusianya di luar rumah, sehingga hal tersebut terbawa sampai ke sekolah.
Bu L juga mengatakan bahwa sesungguhnya beliau tidak melarang E
bermain di luar, hanya saja lingkungan tempat tinggal mereka yang terletak di
pinggir jalan membuat Bu L khawatir akan keselamatan E. Mengingat maraknya
kasus penculikan yang terjadi belakangan ini, peneliti pun memaklumi hal
tersebut. Selain itu, di depan rumah E adalah jalan raya yang seringkali dilalui
truk-truk pengangkut pasir maupun muatan lainnya. Meskipun bukan jalan utama,
namun jalan tersebut difungsikan sebagai jalur alternatif yang cenderung lebih
dekat dengan tempat yang dituju oleh truk-truk tersebut. Hal-hal tersebutlah yang
membuat Bu L khawatir akan keselamatan E, jika ia bermain di luar rumah.
Lagipula, menurut sepengakuan Bu L, di daerah tempat tinggal mereka tidak
banyak anak yang seusia E. Kalaupun ada, mereka tinggal jauh dari tempat tinggal
E, di dalam perkampungan. Hal tersebutlah yang menyebabkan E sulit dalam
bersosialisasi.
4.1.5 Wawancara dengan Informan IV
Informan IV dalam penelitian ini adalah Bapak H, yakni Ayah kandung E.
Pertanyaan wawancara yang peneliti susun untuk Bapak H kurang lebih sama
dengan pertanyaan yang peneliti ajukan untuk Bu L, mengingat peran mereka
yang sama-sama merupakan orang tua E. Sehari-hari Bapak H bekerja sebagai
PNS. Beliaulah yang mengantar E berangkat sekolah setiap harinya. Beliau juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
yang mendampingi E belajar Matematika. “Kalo Matematika dengan saya, tapi
kalau hafalan dengan ibunya.” Seperti itulah penjelasan Bapak H. Peneliti
mewawancarai Bapak H karena menurut sepengakuan E, beliaulah yang
mendampingi E dalam pelajaran Matematika.
Bapak H dan Bu L melontarkan jawaban yang hampir sama ketika peneliti
menanyakan tentang perilau E di rumah,”Ya..biasa. seneng main game. Tapi kalo
saatnya ada PR ya dia mengerjakan PR. Tadi pagi minta dibangunin ibunya jam
5, dibangunin jam setengan 6 marah ini, aku kan mau belajar gitu.” Kebetulan
pada saat peneliti melakukan wawancara dengan Bapak H, E sedang
melaksanakan Ujian Tengah Semester, oleh sebab itu ia belajar pada pagi hari
sebelum berangkat sekolah. Berdasarkan penjelasan Bapak H, meskipun sorenya
sudah belajar, ketika masa ujian E memang sering meminta dibangunkan pagi-
pagi untuk mengulang kembali materi yang telah ia pelajari kemarin sore. Jika
terlambat dibangunkan sedikit saja, E akan marah. Menurut Bapak H, E adalah
anak yang cukup disiplin. Bapak H dan Bu L sama-sama mengatakan bahwa E
adalah anak yang pendiam dan pandai memanage waktu. Ia sudah mengerti kapan
harus mengerjakan PR, kapan harus bermain, dan kapan harus istirahat. Bapak H
mengatakan bahwa E bukanlah anak yang sulit diatur, sehingga tidak perlu
dipaksa-paksa untuk belajar.
Ketika peneliti menanyakan pola pendampingan seperti apa yang Bapak H
terapkan kepada E saat belajar, beliau menjawab,”Biasanya belajar sendiri dulu,
kalo ngga bisa baru tanya.” Menurut penjelasan Bapak H, E bukanlah anak yang
susah diatur dalam belajar. Ketika wawancara, tak jarang Bapak H juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
menceritakan tentang perbedaan sifat E dan kakaknya. Beliau mengatakan bahwa
E adalah anak yang rajin belajar, sementara kakaknya cenderung lebih malas.
Inilah keuntungan mengumpulkan data menggunakan wawancara semi terstruktur.
Terkadang kita mendapatkan informasi diluar subyek yang kita teliti. Kemudian
peneliti menanyakan tentang bagaimana reaksi Bapak H jika E mendapatkan nilai
yang rendah pada mata pelajaran matematika, beliau menjawab,”Ya kalo saya
cuma tanya, kamu nggak bisanya dimana? Kadang-kadang kalau dia bingung
terus kita terangkan gitu terus dia ngerti. Dikasih tau secara logika gitu lho.”
Bapak H mengaku tidak memarahi E jika ia mendapatkan nilai yang jelek. Beliau
justru menanyakan bagian mana yang menyebabkan E mendapat nilai rendah,
materi apa yang belum E pahami sehingga ia mendapatkan nilai yang rendah.
Setelah mengetahui pokok permasalahannya, Bapak H kemudian mengajari E
tentang materi yang belum ia pahami tersebut. Berdasarkan wawancara dengan
Bapak H, didapatkan informasi bahwa bukan Bapak H yang menyebabkan E
mengalami kecemasan menghadapi matematika. Pola asuh yang Bapak H
terapkan pada E cenderung bebas bertanggung jawab dan santai.
Menurut peneliti, penting mengetahui pengalaman belajar orang tua E
selama bersekolah, terutama saat SD, karena hal tersebut bisa saja mempengaruhi
pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendampingi E. Oleh sebab itu
peneliti menanyakan apakah pendampingan yang Bapak H terapkan sama seperti
pendampingan yang yang dilakukan oleh orang tua Bapak H, beliau
menjawab,”Enggak kalau saya dulu kan kebetulan dari keluarga besar ya, saya
paling kecil jadi jam orang tua kerja dilepas sendiri.” Beliau berkata bahwa sejak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
dulu tidak pernah didampingi orang tua dalam belajar, namun hal tersebut tidak
beliau terapkan terhadap E. Beliau tetap mendampingi E dalam belajar, terutama
ketika E sudah merasa kesulitan dalam pelajaran Matematika.
Peneliti juga menanyakan terkait reward dan punishment yang mungkin
diterapkan oleh Bapak H, beliau menjawab,”Ya biasanya kalo ini misalnya
nilainya jelek gitu kadang-kadang ya besok kalo nilainya bagus, kita belikan
sepatu, tapi kebetulan nilainya jelek, tapi yaudah nggak papa, brati belajar yang
rajin gitu.” Bapak H berkata bahwa beliau menerapkan sistem reward, namun
tidak memberikan punishment jika E tidak mendapatkan nilai yang sesuai dengan
kehendak beliau. Beliau mengaku tetap memberi kesempatan kepada E untuk
mengejar ketertinggalannya dengan belajar lebih rajin lagi. Hal tersebut perlu
peneliti ketahui karena tidak menutup kemungkinan orang tua yang menerapkan
sistem reward dan punishment mempengaruhi kecemasan belajar yang dialami
siswa. Siswa kemungkinan mengalami kecemasan karena orang tuanya
menghukumnya jika mendapatkan nilai yang rendah. Pada kesempatan ini Bapak
H juga bercerita tentang pengalaman belajar kakak E. E memiliki seorang kakak
perempuan yang kini duduk di bangku kelas 2 SMP. Menurut Bapak H, E sangat
berbeda dari kakaknya. Kakaknya sering tidak mengerjakan PR, dan cenderung
mendapatkan nilai yang bagus jika diampu oleh guru yang galak. Berbeda dengan
E, E sudah dapat mengatur kebutuhannya dalam belajar. Menurut Bapak H, E
sudah tahu jadwal kegiatannya di rumah, kapan harus belajar dan kapan harus
bermain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Peneliti juga menanyakan apakah ada jadwal khusus yang diterapkan di
rumah, yang mengatur kegiatan-kegiatan E di rumah, Bapak H
menjawab,”Biasanya kalo yang suka mengatur gitu ibunya, kalo papa nggak ya?”
beliau melontarkan pertanyaan kepada E sambil tersenyum, kemudian
melanjutkan,”Kalo sama ibunya tidur siang tu harus. Kalo saya sebenernya
selama dia belajar tanggung jawab, nggak tidur siang nggak papa, tapi waktunya
belajar..belajar gitu.” Pada saat wawancara berlangsung, E juga sedang berada di
tempat yang sama dengan kami. Ia mendengarkan sambil mengunyah bakso bakar
kesukaannya, jadi Bapak H dapat melakukan interaksi-interaksi kecil dengan E,
seperti memandangi dan tersenyum kepada E ketika menjawab pertanyaan. Semua
yang dikatakan Bapak H didengar juga oleh E, termasuk ketika beliau mengatakan
tidak terlalu mengatur kegiatan E, namun beliau tegaskan bahwa beliau ingin E
menjadi anak yang bertanggung jawab. Berdasarkan wawancara dengan Bapak H,
didapatkan informasi bahwa Bu L yang lebih berperan dalam mengatur kegiatan E
di rumah. Pernyataan tersebut sama dengan yang pernah dilontarkan E ketika
peneliti mewawancarainya, bahwa Bu L selalu menyuruh E tidur siang, dan Bu L
yang akan marah jika e mendapatkan nilai yang jelek.
Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dengan Bapak H
selaku Informan IV, peneliti menyimpulkan bahwa Bapak H bukan merupakan
penyebab kecemasan yang dialami E. Hal tersebut dapat diketahui melalui
pernyataan-pernyataan beliau di atas. Dibandingan dengan pola asuh yang
diterapkan Bu L, Bapak H cenderung lebih santai dalam mendampingi E dalam
belajar. Bapak H cenderung memberi kebebasan yang bertanggung jawab pada E.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Bapak H juga tidak menerapkan pola asuh yang diberikan oleh orang tua beliau
semasa kecil dahulu. Bagi Bapak H, hal terpenting adalah E menjadi pribadi yang
bertanggung jawab dan disiplin. Beliau bahkan tetap memberikan reward
meskipun E mendapatkan nilai yang rendah. Oleh sebab itu diperoleh informasi
bahwa kecemasan yang dialami E bukanlah berasal dari Bapak H.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Faktor Penyebab Kecemasan
E mengatakan bahwa ia mengalami kecemasan dalam menghadapi
matematika karena ia takut dimarahi ibunya apabila mendapatkan nilai yang
rendah. Menurut informasi dari Bu W, E mendapatkan tekanan dari ibunya untuk
menjadi berprestasi. Hampir setiap hari Bu L mengirimkan pesan WA kepada Bu
W untuk menanyakan perkembangan belajar E. Bu W mengatakan bahwa beliau
juga sering ditanyai oleh Bu L tentang siapa saingan E di kelas. Menurut Bu W, E
menjadi pendiam karena tertekan oleh tuntutan Bu L yang ingin E menjadi anak
yang paling pintar di kelasnya. Pada kenyataannya, nilai yang diperoleh E
memang selalu berada di atas KKM.
KKM yang ditetapkan SD Suka untuk mata pelajaran matematika adalah
7,5. Hal tersebut peneliti ketahui setelah melihat daftar nilai E pada semua mata
pelajaran selama dua semester ini. Ternyata E termasuk siswa yang pandai di
kelasnya. Hampir pada seluruh mata pelajaran, nilainya selalu di atas KKM.
Bahkan nilai akhir E mendapatkan A-. Dari 33 siswa, hanya ada 6 siswa yang
mendapatkan nilai A-, dan E termasuk salah satunya. Dari 6 siswa tersebut, E
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
yang menduduki peringkat 6 di kelasnya. Berdasarkan penuturan Bu W dan Pak
D, E merupakan siswa yang rajin belajar di rumah, sehingga tak heran jika nilai-
nilainya berada di atas KKM.
Ketika peneliti mewawancarai E tentang cara belajarnya di rumah, E
mengatakan ketika belajar ia didampingi oleh ayahnya. Menurut E, sepulang
sekolah ia tidak pernah bermain dengan teman sebaya, karena di lingkungan
sekitar tempat tinggalnya tidak ada anak yang seumuran dengannya. Lokasi
rumah E yang letaknya berjauhan dengan rumah-rumah tetangganya menyulitkan
ia dalam bersosialisasi, informasi tersebut peneliti ketahui setelah peneliti
berkunjung ke rumah E untuk mewawancarai Bu L. Kemungkinan, hal tersebutlah
yang menyebabkan E menjadi seorang yang sangat pendiam, bukan karena
kecemasan belajar yang E alami. Lingkungan tempat tinggal E kurang
mendukung ia untuk dapat bergaul dengan teman-teman sebayanya. Tak seperti
anak-anak kebanyakan yang langsung bermain sepulang sekolah, kegiatan E
sepulang sekolah adalah makan siang lalu tidur. E hanya menonton TV saat sore
hari setelah bangun tidur dan mandi. Jika tidak menonton TV, E sesekali bermain
game dari gadgetnya. Kegiatan belajar ia mulai pukul 19.30 WIB sampai dengan
21.30 WIB. Itu adalah rutinitas yang harus dilalui E setiap hari, sebab jika ia tidak
belajar, ia takut mendapat nilai jelek. Jika nilainya jelek ia akan dimarahi dan
diikutkan bimbingan belajar tambahan diluar jam sekolah oleh Bu L. Meskipun
hal tersebut belum tentu terjadi di masa mendatang, E tetap merasa cemas.
Kecemasan yang dialami E adalah tipe kecemasan realistik (objektif) yang
ditemukan oleh Sigmund Freud. Kecemasan realistik dapat didefinisikan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik terhadap suatu bahaya yang
mungkin terjadi (Semiun, 2006 : 88). Sedangkan aspek kecemasan yang dialami E
adalah kecemasan kognitif yang dicetuskan oleh Nevid. Kecemasan kognitif
meliputi ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan
(Nevid, 2003 : 164). Dalam kasus ini E cemas akan dimarahi dan dihukum oleh
Bu L apabila ia tidak mendapatkan target nilai seperti yang diinginkan Bu L. E
menganggap hal itu sebagai bahaya yang dapat mengancam dirinya. Kecemasan
atau anxietas dapat ditimbulkan oleh bahaya dari luar, mungkin juga oleh bahaya
yang ada dalam diri seseorang (Gunarsa, 1986 : 27). Nevid merumuskan dua
faktor penyebab kecemasan, yakni kecemasan genetis dan kecemasan
neurotransmiter. Faktor kecemasan yang dialami E adalah neurotransmiter, yaitu
suatu trait yang mencakup karakteristik seperti perilaku cemas, khawatir tentang
masa depan, dan perilaku menghindar (Nevid, 2003 : 164). Dalam hal ini E
mencemaskan sesuatu yang akan terjadi di masa mendatang apabila mendapatkan
nilai yang jelek. Faktor penyebab kecemasan yang dialami E merupakan faktor
eksternal atau yang berasal dari luar dirinya, yakni dari Bu L. Berdasarkan
wawancara dengan informan I, didapatkan informasi bahwa Bu L sangat
berambisi untuk menjadikan E juara kelas. Informan I berkata bahwa beliau
merasa terganggu ketika hampir setiap hari Bu L mengirimkan pesan Whatsapp
menanyakan siapa saingan E di kelas. Agar informasi yang didapatkan tidak
menyudutkan satu pihak, peneliti juga mewawancarai Bapak H untuk mengetahui
perilaku E di rumah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak H, didapatkan informasi
bahwa Bu L yang lebih berperan dalam mengatur kegiatan-kegiatan E di rumah.
Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain : penetapan jam belajar, jam tidur, jam
bermain, dan lain sebagainya. Meskipun beliau tidak mengatakan bahwa Bu L
pernah memarahi E ketika E mendapatkan nilai yang jelek, namun Bapak H selalu
mengatakan bahwa Bu L yang lebih banyak mengatur E di rumah. Berdasarkan
keterangan dari 4 informan dan 1 partisipan, ditemukanlah faktor penyebab
kecemasan belajar siswa, yakni adalah ibunya.
4.2.2 Dampak Kecemasan yang Ditimbulkan
Kecemasan menghadapi matematika yang dialami oleh E membuat E
semakin giat belajar sehingga mendapatkan nilai diatas KKM. Sebelumnya perlu
peneliti tegaskan bahwa kecemasan dan ketakutan merupakan suatu keadaan yang
hampir mirip. Perbedaannya terletak pada waktu terjadinya. Meskipun
berdasarkan pengalaman atau sesuatu yang telah berlalu, hal tersebut masih
disebut kecemasan dan bukan ketakutan. Sebab pengalaman buruk yang ia alami
belum tentu terjadi lagi di masa mendatang. Sementara takut adalah perasaan
tidak menyenangkan yang kita rasakan ketika menghadapi suatu bahaya yang
nyata atau berada tepat di depan kita.
Melalui penelitian ini, peneliti mengetahui bahwa terdapat kesamaan pola
pikir antara peneliti, Bu W, dan Pak D. Sebelumnya kami sama-sama berpikir
bahwa anak yang mengalami kecemasan belajar pastilah anak yang mendapatkan
nilai rendah pada mata pelajaran matematika. Namun hasil penelitian tentang
dampak yang diakibatkan dari kecemasan belajar matematika ini sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
mengejutkan kami bertiga. Bahwasanya siswa yang mendapatkan nilai rendah
pada mata pelajaran matematika sama sekali tidak mengalami kecemasan belajar,
dan justru sebaliknya, siswa pandai yang nilainya selalu berada di atas KKM lah
yang mengalami kecemasan belajar. Stigma dari kata “cemas” rupanya telah
mempengaruhi pemikiran seseorang dalam memandang kecemasan tersebut.
Kecemasan selalu dipandang sebagai sesuatu yang negatif. Tak disangka
kecemasan yang dialami E menjelma sesuatu yang menguntungkan pada hasil
belajar E. E sungguh-sungguh menjadi juara kelas dan semua nilainya berada di
atas KKM. Orang akan cenderung untuk menyimpulkan bahwa perkembangan
kecemasan tidak pernah bermanfaat (Freud, 2002 : 432). Namun yang terjadi pada
E justru sebaliknya. Kecemasan belajar yang ia alami rupanya dapat ia olah
sebagai motivasi untuk belajar lebih keras lagi. Dengan belajar, ia akan terhindar
dari nilai yang jelek. Jika nilainya tidak jelek, ia tidak akan dimarahi orang
tuanya. Secara tidak langsung, kecemasan telah membantu E mempersiapkan
dirinya dalam menghindari keadaan bahaya (dalam hal ini dimarahi orang tuanya).
Karena itu, kesiapan terhadap rasa takut terlihat sebagai unsur yang
menguntungkan, dan perkembangan kecemasan merupakan unsur yang
menguntungkan dalam apa yang kita sebut kecemasan atau rasa takut (Freud,
2002 : 432). Sebab dalam kasus E, kecemasan telah bertransformasi menjadi
semacam alarm terhadap rasa takut yang membayangi E. Hal tersebut dapat
diibaratkan sebagai berikut : kita membeli sebuah mobil baru, kita takut mobil
kita hilang atau dibobol orang, maka dari itu kita memasang alarm sebagai
penanda datangnya bahaya serta sebagai bentuk pencegahan terhadap apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
kita takutkan. Juga dapat diibaratkan seperti alarm kebakaran yang terdapat di
gedung-gedung vital. Ketika terjadi kebakaran, alarm tersebut akan berbunyi
untuk memperingatkan kita, sehingga kita dapat menyelamatkan diri dari
kebakaran yang terjadi. Seperti itulah kecemasan yang dialami E. Fungsinya
adalah sebagai alarm yang menghindarkannya dari bahaya yang mungkin terjadi,
yakni mendapat nilai jelek dan dimarahi Bu L, ibunya.
Telah didapatkan informasi yang menarik bahwa sesungguhnya sumber
kecemasan siswa terhadap mata pelajaran matematika bukanlah berasal dari
matematika tersebut, namun berasal dari orang tuanya. Tuntutan orang tua yang
ingin anaknya menjadi berprestasi rupanya menimbulkan kecemasan pada diri
anak. Pada kasus E, kecemasan berubah menjadi perisai perlindungan diri yang
memotivasinya untuk belajar dengan rajin, sehingga bisa menjadi juara di
kelasnya, seperti yang diinginkan oleh ibunya. Kecemasan dalam hal ini rupanya
memiliki fungsi tertentu. Fungsi kecemasan atau ketakutan ialah untuk
memperingatkan orang akan datangnya bahaya (Suryabrata, 2006 : 139).
Kecemasan yang dialami E merupakan peringatan supaya ia jangan sampai
dimarahi oleh orang tuanya, maka ia harus belajar rajin agar mendapatkan hasil
belajar yang memuaskan. Kecemasan tidak dapat selalu dikaitkan dengan sesuatu
yang negatif. Bagaimanapun juga ada orang-orang yang sering cemas namun
tidak gelisah dan selain itu ada orang-orang yang terserang neurotik dengan
sejumlah gejala-gejala yang tidak menunjukkan kecenderungan untuk takut
(Freud, 2002 : 430). Dalam kasus E, kecemasan memang merupakan perasaan
yang tidak nyaman, namun bermanfaat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
4.3 Temuan Tambahan
Sepanjang penelitian ini terdapat faktor yang dapat didalami dan diteliti
lebih lanjut. Temuan tersebut yakni pola asuh yang diterapkan orang tua dalam
membimbing siswa di rumah. Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan,
pola asuh yang diterapkan orang tua rupanya memiliki peran besar dalam
menyebabkan kecemasan siswa dalam menghadapi matematika.
Dalam penelitian ini, telah ditemukan bahwa penyebab kecemasan yang
dialami E adalah Bu L. Bu L menerapkan beberapa aturan sedemikian rupa yang
membuat E cemas apabila tidak mendapatkan nilai yang baik dalam mata
pelajaran matematika. Bu L juga pernah memarahi E ketika E mendapatkan nilai
yang jelek. E cemas apabila hal tersebut mungkin terulang kembali di masa
mendatang. Dalam hal ini peneliti melihat bahwa kecemasan yang dialami E
bertransformasi menjadi motivasi belajar untuk mendapatkan hasil lebih baik.
Oleh sebab itu diperlukan penelitian lebih lanjut tentang “Peran Pola Asuh Orang
Tua Terhadap Perkembangan Kecemasan Pada Siswa.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
BAB V
PENUTUP
Bab V berisi tentang keseluruhan kesimpulan dari pelaksanaan penelitian,
implikasi penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran. Kesimpulan berisi
tentang ringkasan hasil penelitian yang telah dilakukan, implikasi penelitian berisi
tentang akibat yang ditimbulkan oleh kecemasan belajar, keterbatasan penelitian
berisi tentang keterbatasan yang dialami selama penelitian berlangsung,
sedangkan saran berisi tentang masukan bagi peneliti selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian, didapatkan informasi bahwa faktor penyebab
kecemasan menghadapi matematika yang dialami siswa berasal dari orang tua.
Reaksi orang tua ketika mengetahui anaknya mendapatkan nilai yang rendah,
konsekuensi yang harus diterima siswa ketika mendapatkan nilai yang rendah,
serta pengaturan jam belajar dan bermain menyebabkan kecemasan belajar pada
siswa.
Kecemasan belajar memiliki dampak positif dan negatif sekaligus bagi
siswa. Dampak positifnya adalah kecemasan yang dialami siswa dapat
memotivasinya untuk belajar dengan rajin, sehingga ia terhindar dari nilai yang
jelek. Sedangkan dampak negatifnya adalah siswa senantiasa merasa cemas akibat
pengalaman dimarahi orang tua ketika mendapatkan nilai yang rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa kecemasan
memiliki manfaat bagi perkembangan belajar siswa.
Manfaat yang didapatkan dari kecemasan yakni berupa bentuk dari
perlindungan diri atas sesuatu yang dianggap membahayakan di masa mendatang.
Ketika siswa merasa cemas akan dimarahi jika mendapat nilai yang jelek, bentuk
persiapannya adalah belajar dengan keras supaya mendapat nilai yang
memuaskan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecemasan memiliki fungsi
tersendiri dalam kehidupan manusia, tergantung bagaimana seseorang
mengolahnya.
5.2 Implikasi
Setelah dilakukan penelitian pada E, hasil penelitian menunjukkan bahwa
kecemasan dapat menjadi sesuatu yang positif bagi hasil belajarnya. Namun ada
juga siswa yang mengalami kecemasan belajar tetap mendapatkan nilai yang
jelek, contohnya adalah peneliti sendiri. Akibat merasa cemas, nilai yang peneliti
dapatkan semakin memburuk setiap tahunnya. Banyak faktor yang menjadi
penyebab kecemasan menghadapi matematika, dalam penelitian ini adalah peran
orang tua.
Terdapat kemungkinan bahwa orang tua menginginkan anaknya menjadi
siswa yang berprestasi di kelasnya. Dalam penelitian ini, hal tersebut diwujudkan
melalui konsekuensi-konsekuensi yang orang tua tentukan untuk anaknya. Peneliti
mendapatkan informasi bahwa sejak kecil siswa dibiasakan untuk hidup disiplin,
sehingga siswa tumbuh menjadi pribadi yang bertanggungjawab akan tugas-
tugasnya. Orang tua juga membicarakan konsekuensi-konsekuensi bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
dengan siswa, sehingga siswa sudah mengetahui tentang konsekuensi yang akan
ia terima apabila melakukan sesuatu.
Konsekuensi yang diterapkan memberikan dampak yang baik pada hasil
belajar siswa, namun rupanya menimbulkan rasa cemas bagi siswa. Perlu
dipertimbangkan kembali mengenai konsekuensi yang lebih logis untuk diberikan
kepada siswa, sehingga siswa dapat berusaha mendapatkan nilai yang baik tanpa
diliputi kecemasan.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sebatas mencari
tahu tentang faktor penyebab dan dampak yang ditimbulkan dari kecemasan
seorang siswa dalam menghadapi matematika. Peneliti kurang menggali lebih
dalam mengenai pengalaman pribadi orang tua terhadap mata pelajaran
matematika, mengingat dalam penelitian ini penyebab kecemasan yang dialami
siswa berasal dari orang tua. Hal tersebut mungkin diperlukan untuk mengetahui
apakah dahulu orang tua juga mengalami kecemasan belajar atau tidak. Hal
tersebut kemungkinan berhubungan dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang
tua (kakek nenek) dari orang tua siswa.
5.4 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, rekomendasi atau saran dalam penelitian ini
ditujukan untuk peneliti selanjutnya. Penelitian ini masih perlu dikembangkan,
baik terhadap siswa yang sama dan peneliti yang berbeda, maupun dengan peneliti
yang sama dan siswa yang berbeda dengan kondisi yang sejenis. Keterbatasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
yang ada dalam penelitian ini baiklah dijadikan bahan pertimbangan oleh
penelitian selanjutnya.
Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain adalah kurangnya informasi
mengenai pengalaman pribadi orang tua terhadap mata pelajaran matematika.
Peneliti yang selanjutnya perlu menggali informasi lebih dalam mengenai
pengalaman pribadi orang tua terhadap matematika guna mengetahui apakah
orang tua juga mengalami kecemasan belajar matematika atau tidak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Daftar Pustaka
Afrizal. (2014). Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung
Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Depok :
PT Rajagrafindo Persada.
Basrowi dan Sukidin. (2002). Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro.
Surabaya : Penerbit Insan Cendekia.
Darajat. (1996). Kesehatan Mental. Jakarta : PT Toko Gunung Agung.
Darmadi. (2014). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung : Penerbit
Alfabeta.
Emery dan Oltmanns. (2013). Psikologi Abnormal. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Freud. (2002). Psikoanalisis Sigmund Freud. Yogyakarta : Ikon Teralitera.
Glasser dan Strauss. (1984). Penemuan Teori Grounded Beberapa Strategi
Penelitian Kualitatif. Surabaya : Usaha Nasional.
Gunarsa. (1986). Psikologi Perawatan. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Gunarsa. (1981). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta : PT BPK
Gunung Mulia.
Gunawan. (3013). Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik. Jakarta : PT
Bumi Aksara
Herdiansyah. (2013). Wawancara, Observasi, Dan Focus Groups Sebagai
Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Depok : PT Rajagrafindo Persada.
Herdiansyah. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta : Penerbit Salemba Humanika.
Hudojo. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Ihsan. (2013). http://www.pengumumanun.com/2013/06/rekap-hasil-kelulusan-
un-sd-yogya.html.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Maryam. (2013). Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Kecemasan Menghadapi
Matematika pada Siswa SDN Bratan III Surakarta. Skripsi Thesis.
Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Moleong. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Karya CV.
Muhlisin. (2013). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik
Terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Tingkat Kecemasan
Belajar Siswa. e-Journal. Vol. 3, No. 1. Singaraja : Universitas Pendidikan
Ganesha.
Nevid. (2003). Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid 1. Yogyakarta : Penerbit
Erlangga.
Putra. (2013). Penelitian Kualitatif IPS. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Risnawita dan M. Nur Ghufron. Apakah Kecemasan Matematika Itu?. Jurnal
Elementary. Vol 2. No. 1.
Ruli dan Poppy Y. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan
Campuran Untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan. Bandung :
PT Refika Aditama.
Runtukahu. (2014). Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan
Belajar. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Safitri. (2016). Pengaruh Metode Permainan Terhadap Kecemasan Belajar
Matematika Siswa Kelas IV SDN Pondok Ranji 01. Skripsi. Jakarta :
Universitas Islam Negeri Jakarta.
Sarosa. (2012). Penelitian Kualitatif : Dasar-Dasar. Jakarta : Permata Puri Media.
Semiun. (2006). Teori Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius.
Supratiknya. (1995). Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius.
Suryabrata. (2006). Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Tohirin. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan
Konseling. Jakarta: PT Rajagrafindo Pustaka.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran A : Pedoman Observasi Kelas
No. Subyek Aspek yang
diteliti
Teknik
pengumpulan
data
Deskripsi
1. E (siswa yang
mengalami
kecemasan
menghadapi
matematika).
Perilaku E saat
mengikuti
pembelajaran
matematika
Wawancara
semi terstruktur
dan observasi.
2. Wali kelas
dari siswa
yang
mengalami
kecemasan
menghadapi
matematika.
Cara guru
mengajar
Wawancara
semi terstruktur
dan observasi.
3. Guru
Matematika
kelas IV SD
Suka.
Cara guru
mengajar
Wawancara
semi terstruktur
dan observasi.
Tabel 3.2 Alur Observasi dan Wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lampiran B : Lembar Kuesioner
Gambar 3.3 Lembar Kuesioner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lampiran C : Alur dan Daftar Topik Wawancara
Wawancara pra-observasi
1. Wawancara Wali Kelas
a. Pengertian kecemasan menurut guru
b. Siswa yang mengalami kecemasan di kelas
2. Wawancara guru matematika kelas IV
a. Pengertian kecemasan menurut guru
b. Siswa yang mengalami kecemasan belajar di kelas
Wawancara Post-Observasi
1. Wali kelas
a. Latar belakang siswa yang mengalami kecemasan belajar
b. Perilaku siswa yang mengalami kecemasan belajar di kelas
c. Hasil belajar siswa yang mengalami kecemasan belajar
2. Wawancara siswa yang mengalami kecemasan belajar matematika
a. Perasaan menghadapi matematika
b. Pengalaman pribadi tentang matematika
c. Cara guru dalam mengajar matematika
d. Penyebab kecemasan
e. Reward dan punishment yang diterapkan orang tua
f. Siapa yang mendampingi belajar
g. Profesi orang tua
h. Kegemaran
i. Kegiatan sepulang sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
j. Tempat tinggal
k. Lingkungan tempat tinggal
l. Jumlah saudara kandung
3. Wawancara ayah siswa yang mengalami kecemasan belajar
a. Perilaku siswa di rumah
b. Kegiatan siswa sepulang sekolah
c. Cara mendampingi belajar siswa di rumah
d. Reaksi yang ditunjukkan ketika siswa mendapatkan nilai jelek
e. Menerapkan reward dan punishment
f. Pola asuh orang tua (kakek nenek)
g. Jadwal khusus yang diterapkan untuk siswa (jam tidur siang, jam
belajar, dll)
h. Harapan terhadap siswa
4. Wawancara ibu siswa yang mengalami kecemasan belajar
i. Perilaku siswa di rumah
j. Kegiatan siswa sepulang sekolah
k. Cara mendampingi belajar siswa di rumah
l. Reaksi yang ditunjukkan ketika siswa mendapatkan nilai jelek
m. Menerapkan reward dan punishment
n. Pola asuh orang tua (kakek nenek)
o. Jadwal khusus yang diterapkan untuk siswa (jam tidur siang, jam
belajar, dll)
p. Harapan terhadap siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Lampiran D : Hasil Triangulasi
Bu W
(Informan
I)
Pak D
(Informan II)
Bu L
(Informan III)
Pak H
(Informan
IV)
E
(Partisipan
)
Klasifika
si
Oh kalau
E tu diem,
mbak. Di
kelas tu
malah
nggak
aktif.
Maksudny
a bukan
merupaka
n siswa
yang
sering
ngobrol
gitu lho.
Tapi
nilainya
memang
bagus-
bagus E
itu. Malah
kayak
tertekan
tu lho
anaknya.
E.. iya. Itu
matikanya
lumayan
bagus.
Kemudian..ad
a lagi
si..siapa
namanya..ngg
ak terlalu
mbak heheheh
hafal e
namanya tu
hehehe.
Menonjol..kal
o untuk mata
pelajaran
saya
menonjol.
Dibandingkan
dengan
eee..anak
yang lain.
Berani. Kalo
E berani,
orangnya
Pertama tu
E..ya tumbuh
seperti anak
biasanya. dia
lahir kan
anak nomer
dua, biasanya
kan lebih
manja dan
lebih deket
kepada saya.
Tapi
kebetulan
saya emmm
punya anak
dua tu tidak
membeda-
bedakan..jadi
saya tetep
mendidik dia
dengan apa
ya..istilahnya
ya harus
mempunyai
tanggung
Ya..
biasa..sene
ng main
game, eee
tapi kalo
pas
saatnya
ada PR
ada apa ya
ngerjain
PR.
Iya..kayak
tadi pagi
minta
dibangunk
an jam 5,
sama
ibunya
setengah 6
tu marah
ini
..heheheeh
eh..aku kok
dibangunk
an
Ya deg-
degan..kad
ang
sampek
kebelet
pipis
terus.
Eee..iya
terus agak
pusing.
(ketika
menghada
pi
matematik
a)
Perilaku
Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Siswanya
cenderun
g
biasa..git
u. biasa
dan, tidak
ada
ambisi
untuk
juara..ata
u
mendapat
kan nilai
yang
lebih dari
temannya.
Cuma,
memang
peran
maksudny
a yang
ambisi
gitu untuk
menjadi
juara
memang
ibunya.
Karena
setiap
hari
selalu
berani, dia
tidak malu
kalo dia
ee..apa
namanya,
memang
belum tau dia
tanya..
jawab,
pertama..seb,
sebagai anak
tu harus
punya
tanggung
jawab jadi
saya selalu
menekankan
dia pertama
tanggung
jawab, kedua
adalah
disiplin, baik
itu disiplin
terhadap eeee
apa
sekolahnya,
tugas-tugas di
sekolah
termasuk PR,
misalnya dia
ada ujian dia
juga harus
disiplin. Dia
harus bisa
membagi
waktu.
Membagi
waktu antara
belajar
setengah 6
aku kan
mo
belajar..git
u
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
memantau
, kenaikan
nilainya..t
erus siapa
yang bisa
mengalah
kan.. kalo
dari
siswanya
sendiri
tidak..hee
h
Pengaruh
dari
ibunya..te
rtekan
dia,
tertekan
untuk
harus
juara,
harus
dapet
nilai
bagus. dia
diem
karena
seperti
ada
beban.
dengan
bermain. Jadi
kalo
keseharianny
a E ya dia
pulang
sekolah
seperti anak
lainnya ya
dia
makan..kebet
ulan kalo
sekolah di K
(inisial)
memang
waktunya kan
eee..apa
kegiatannya
padat sekali
jadi pulang
sekolah tuh
pasti dah
capek anak
tuh, dah
capek pasti
habis itu
makan, habis
itu eee…apa
santai
sebentar
nonton TV,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
setelah itu dia
kalo sekitar
jam dua itu
capek terus
tidur sebentar
siang itu.
Siang tidur,
nanti bangun
jam 5 sore,
mandi, habis
itu dia nonton
TV, ha terus
itu nanti dia
mulai belajar
itu biasanya
nonton TV
jam 5 sambil
makan sore,
habis itu dia
jam 7 itu
biasanya dah
mulai belajar.
Paleng hanya
satu jam lah.
Ada PR atau
nggak le?
Aku bilang
gitu..kadang-
kadang tanya
seperti itu
..oh ada ma..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
nanti njuk
habis itu
dikerjakan.
Jadi,
misalnya PR
nya buat
besok, dia
kan selalu
dicatet di
buku wajib
itu mbak jadi
eee…3 hari
sebelumnya
dia udah
nyicil..jadi
dia ngerjakan
juga
sebisanya
dia, habis itu
ma..pokoknya
kamu
mengerjakan
sebisanya dia
dulu, kalo
nggak bisa
cari di
buku..aku
bilang gitu
kalo ada PR
atau tugas,
nanti kalo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
tetep nggak
bisa baru
boleh tanya
ke mama atau
papa. Kadang
kalo PRnya
agak sulit
ityu, saya
carikan lewat
internet..hooh
..karena
emang
kadang kan
kelas 4 kan
udah luas
sekali ya
pengetahuann
ya. Terus
eee..kedua tu
emang..selam
a ini dia lebih
bertanggung
jawab, ya
karena
sekarang
keseharian
saya kan
menekankan
dia harus
bertanggung
jawab, jadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
kadang waktu
siang saya
kegiatan di
luar rumah
pun, kalau
dia ada PR
yang
mengharuska
n dia og
ternyata
besok harus
dikumpulkan,
dia tetep
mengerjakan,
jadi tanpa
saya suruh
dia udah
mulai
apa..bisa
membagi
waktu. Jadi
sampek
rumah tu dia
ma aku tadi
dah
mengerjakan,
terus ada
beberapa soal
yang aku
nomer ini ini
ini tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
bisa..terus
baru sa baru
nanti saya
bantu. Seperti
itu.
Kalo untuk
matika..eee…
untuk
awalnya
biasanya
klasikal
kemudian
nanti
eee..ketika
ada anak
yang memang
ada kesulitan
nanti
pendekatan
tersendiri..iya
.
Nggak..pas
kalo
pendekatan
secara
pribadinya
pas..pas
pelajaran
juga.
Kemudian
eee.. kalo
Pak D
kalo
ngajar
enak,
nggak
galak,
dijelasin
sampek
dong.
Cara
guru
mengajar
matemati
ka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
memang apa,
memang..mem
ang dirasa
masih kurang
itu biasanya
setelah
pulang
sekolah
menyempetka
n jadwal
sendiri,
kayak..semisa
l kayak
eee…apa
ya…tambaha
n jam
pelajaran
seperti itu. Te
tetapi kalo
pas di kelas,
misalnya kita
klasikal dulu,
klasikal,
kemudian
nanti kan ada
beberapa
yang memang
belum jelas,
nah itu kita
dekati. Jadi
secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
personal ke
anaknya
biasanya
lebih berhasil
daripada eee
apa ya..eee
heeh..biasany
a lebih cepet.
Tapi kalo
misalnya
eee..memang
agak susah
biasanya itu
nanti saya
minta
temennya
yang agak
pandai gitu
untuk
ngajarin itu
malah cepet
itu, kalo sama
temen tu
malah cepet,
seperti itu.
Ya. Kalo
reward sama
punishment
memang
diberikan.
Memang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
perlu
diberikan,
istilahnya
untuk
memotivasi
anak ya mbak.
Kalo untuk
punishment
sendiri
misalnya ada
beberapa
anak yang
memang
eee..jarang
ngerjain PR..
atau sering,
sering banget,
justru malah
sering, dan
anaknya
Cuma Cuma
itu ya
memang
diberi pasni,
punishment.
Karena kalo
nggak nanti
istilahnya
anaknya
kayak
nyepelekan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
alah..paling
Cuma suruh
ngerjain di
luar, atau
suruh ini..gitu
biasanya
anaknya
seperti itu.
Dan
eee…kalo di
kelas 4 ini
anaknya
memang cuma
itu-itu aja
selama saya
tu. Jadi ya
itu.. kemudian
kalo untuk
reward
memang..mem
ang kita
berikan wajib
kita berikan,
berikan
apresiasi ke
anak itu
memang
harus.
Soalnya nanti,
istilahnya
buat apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
ya..buat
motivasi anak
lah, biar
who.. ternyata
dihargai,
ternyata
seperti ini to
rasanya..terus
biar dia juga
termotivasi
yang sudah
baik biar dia
pertahanin,
seperti itu.
Memang
penting kalo
untuk reward
sama
punishment
untuk saya.
kalo menurut
saya sih
pembelajaran
untuk matika
sepengetahua
n saya ya,
sepengetahua
n saya untuk
sekolahan ini
ya memang
mungkin lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
ini..apa
ya..masih
ibaratnya apa
ya, eee..masih
terpaku pada
guru. Jadi
memberikann
ya materi itu
masih
eee..dominan
nya ke guru,
bukan
berpusatnya
pada anak.
Itu. Jadi guru
njelasin..terus
, habis itu
anak
ngerjain..uda
h. jadi jarang
anak itu
diberi apa ya
istilahnya..eee
e..kayak
proyek atau
tugas, suruh
ngerjain per
kelompok,
kalo matika
itu jarang.
Jadi masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
centernya
masih
hooh..masih
ke teacher
belom ke
anak.
Sepengetahua
n saya itu.
Heeh.
Jadi tak tak
kasih kertas,
kayak buku
kosong gitu
lho
mbak..jadi
dia
mengerjakan
sebelum guru
dikasih..
apa..dikasih
soal dari
sekolah kan
biasanya dari
lantip atau
anu
apa..paket itu
dia dah mulai
ngerjakan,
nanti kalo
nggak bisa
baru tanya
Ya kadang-
kadang
kalo
matematik
a dengan
saya, kalo
yang
hafalan
dengan
ibunya.
Iya.
Emang
kalo pas
belajar
ada PR tuh
yang susah
yang mana
tu dah
minta
diterangin
tu
biasanya
Belajar
sendiri,
kalo sulit
baru sama
ayah.
Eee….pert
ama
dikasih
cara untuk
mengerjak
annya,
habis itu
dikasih
soal, baru
suruh
ngerjain.
Pendamp
ingan
belajar di
rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
mama. Jadi
dia belajar
supaya dia
memahami
pembahasan
di materi
pelajarannya
dulu, setelah
itu baru dia
mengerjakan.
.jadi selama
ini kadang
yang
membimbing
dia tu saya.
Tapi hanya
pelajaran
tertentu aja
mbak, kadang
kalo
matematika tu
karena..apa
ya..karena
saya tu
sok..apa ya…
kalo
matematika
kan beda ya,
di waktu SD
kita sama itu,
kadang nek
dah tau
ya?
(menatap
E) Cuma
kadang-
kadang
bingung
nggak tau,
tapi
setelah kita
terangin
itu caranya
gini gini
itu terus
dia tau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
lebih telaten
tuh bapaknya,
khusus
pelajaran
matematika
aja..tapi yang
kayak kayak
PKn, hafalan
atau apa tu
saya
yang..yang
ndampingi.ka
dang kalo
sa..sampek
pelajaran
PKn tu kan
sekarang tu
materinya
banyak
sekali.
Kalo dulu
saya agak
marah
ya..kecewa
gitu mbak.
Tapi setelah
berjalannya
waktu
ternyata itu
nggak baik.
Karena
Ya
kalo..saya
Cuma
tanya..kam
u nggak
bisanya
dimana?
Iya
kadang-
kadang
kalau dia
Soalnya
dimarain
mama kalo
nilainya
jelek, terus
nanti kalo
nilaiku
jelek aku
disuruh
les.
Sama
Reaksi
orang tua
ketika
siswa
mendapa
t nilai
rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
saya..aduh..k
ok aku marah
padahal kan
prestasi anak
tu nggak
dinilai dari
prestasi nilai
aja, tapi juga
dari
kepribadian
dia, bersikap
terhadap
masyarakat,
terus
terhadap
temanya juga,
terus dari
sosialnya dia
juga.
Akhirnya
saya
ee….kadang
bentuk
kekecewaan
saya tu hanya
aduh kok
saying to
dek..padahal
kamu bisa
lebih baik
lagi dari nilai
bingung ya
kita
terangkan
itu dia ya..
terus kalo
misalnya
oh
maksudnya
begini
to..gitu
terus dia
ngerti,
gitu. Jadi
kita pakek
apa, cara
logika gitu
lho
uang
jajanku
dikurangi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
ini, padahal
mama tau
kamu mampu,
besok lain
kali harus
lebih giat
belajar ya,
paling tak
gitukan.
Terus dia tu
akhirnya,
kadang
merasa..anu
kecewa juga,
terus aduh
ma maaf ya
ma dia
gitu..kemarin
aku emang
nggak serius
belajarnya,
akhirnya dia
menyadari
jadi saya
kadang
mbombongny
a ke arah
yang
mbombong
anak tapi,
aduh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
mama..mama
anu e dek,
sedih e, kalo
kamu dapet
nilai jelek,
jadi tak
gitukan
akhirnya
dia..jadi
nggak bentuk
marah,
langsung
frontal nggak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Lampiran E : Open Coding
Responden : siswa yang mengalami kecemasan belajar (E)
Tanggal : 19 Januari 2017
Pertanyaan : Bagaimana perasaanmu saat menghadapi pelajaran Matematika?
Contoh Koding Narasi inisial yang dikodekan
Perasaan saat menghadapi matematika
Cara gur mengajar
Siapa yang memarahi
Cara belajar di rumah
Yang mendampingi belajar
Ya deg-degan, kadang sampek kebelet pipis terus. Terus agak
pusing. Ya takut nggak bisa ngerjain, terus nilainya jelek.
Pak D kalo ngajar enak, nggak galak, dijelasin sampek dong.
Ya takut nilainya jelek soalnya dimarahin mama kalo
nilainya jelek. Terus nanti kalau nilaiku jelek aku disuruh les.
Aku nggak suka belajar sama orang. Aku belajar sendiri, kalo
sulit baru sama ayah. Pertama dikasih cara untuk
mengerjakannya, habis itu baru dikasih soal, baru suruh
ngerjain. Kalo matematika yang ngajarin ayah. Mama sibuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Kegiatan sepulang sekolah
Profesi orang tua
Kegemaran
Reward dan Punishment
di rumah, jadinya yang ngajarin ayah. Mamaku wiraswasta,
eh ibu rumah tangga, kalo ayahku PNS. Ayahku kerjanya di
Wonosari, setiap hari yang nganterin sekolah ayah, tapi kalo
yang njemput mama. Aku kalo habis pulang sekolah ganti
baju, makan, terus tidur. Aku nggak pernah main di luar,
soalnya temanku rumahnya jauh-jauh. Aku sukanya main
mobil-mobilan, kalo sore tu ngegame sebentar pakek HP.
Kalo belajar dari jam setengah 8 sampek jam setengah 10.
Tabel 4.1 Open Coding
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Lampiran F : Axial Coding
Faktor penyebab kecemasan belajar yang dialami oleh E :
- Pengalaman buruk dimarahi orang tua
- Cemas akan diikutkan les tambahan
- Cemas uang jajan akan dikurangi
Faktor penyebab kecemasan belajar yang dialami E menurut Bu W
- Bu L memiliki ambisi yang besar untuk menjadikan E juara kelas.
- Bu L tidak ingin ada yang menyaingi kepintaran E di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
-
Lampiran G : Selective Coding
Responden : siswa yang mengalami kecemasan belajar (E)
Tanggal : 19 Januari 2017
Pertanyaan : Bagaimana perasaanmu saat menghadapi pelajaran Matematika?
Contoh Koding Narasi inisial yang dikodekan
Perasaan saat menghadapi matematika
Mengapa takut mendapat nilai jelek
Cara belajar di rumah
Profesi orang tua
Kegiatan sepulang sekolah
Ya deg-degan, kadang sampek kebelet pipis terus. Terus agak
pusing. Ya takut nggak bisa ngerjain, terus nilainya jelek.
Pak D kalo ngajar enak, nggak galak, dijelasin sampek dong.
Ya takut nilainya jelek soalnya dimarahin mama kalo
nilainya jelek. Terus nanti kalau nilaiku jelek aku disuruh les.
Sama uang jajanku dikurangi. Kalo belajar dari jam setengah
8 sampek jam setengah 10. Aku belajar sendiri, kalo sulit
baru sama ayah. Pertama dikasih cara untuk mengerjakannya,
habis itu baru dikasih soal, baru suruh ngerjain. Kalo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
matematika yang ngajarin ayah. Mama sibuk di rumah,
jadinya yang ngajarin ayah. Mamaku wiraswasta, eh ibu
rumah tangga, kalo ayahku PNS. Ayahku kerjanya di
Wonosari, setiap hari yang nganterin sekolah ayah, tapi kalo
yang njemput mama. Aku kalo habis pulang sekolah ganti
baju, makan, terus tidur. Aku nggak pernah main di luar,
soalnya temanku rumahnya jauh-jauh. Aku sukanya main
mobil-mobilan, kalo sore tu ngegame sebentar pakek HP.
Tabel 4.2 Selective Coding
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Lampiran H : Theoretical Coding
Kecemasan belajar
Tekanan orang tua
Anak menjadi rajin
belajar dan
mendapatkan nilai
yang memuaskan
Pengurangan uang jajan Dimarahi jika mendapat
nilai jelek
Diikutkan les tambahan
Bagan 4.1 Theoretical Coding
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
BIODATA PENELITI
Clara Shinta Ryda Nanda lahir di Yogyakarta pada tanggal 19
November 1994. Peneliti merupakan anak pertama dari dua
bersaudara dari pasangan Hery Prabowo dan Ida Herlida.
Peneliti menempuh pendidikan dasar di SD Kanisius
Demangan Baru, lulus pada tahun 2007. Pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di SMP N 11 Yogyakarta, lulus pada tahun
2010.
Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMK N 1 Yogyakarta, lulus pada tahun 2013.
Pada tahun yang sama peneliti tercatat sebagai mahasiswi Universitas Sanata Dharma
jurusan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selama
perkuliahan, peneliti mengikuti berbagai macam kegiatan non akademik seperti
kepanitiaan Malam Kreatifitas, kepanitiaan Story Telling, kepanitiaan PPKM II,
berkegiatan bersama UKM Mapasadha dan lain sebagainya. Masa pendidikan
diakhiri dengan menyusun skripsi sebagai tugas akhir yang berjudul “Realita di Balik
Kecemasan Menghadapi Matematika”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI