RASIO TEPUNG TAPIOKA, LABU SIAM TERHADAP ......sayur lodeh, gudeg, sayur asem dll. Labu siam...
Transcript of RASIO TEPUNG TAPIOKA, LABU SIAM TERHADAP ......sayur lodeh, gudeg, sayur asem dll. Labu siam...
RASIO TEPUNG TAPIOKA, LABU SIAM TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA, ORGANOLEPTIK KERUPUK LABU
SIAM (Sechium edule)
SKRIPSI
Program Studi S-1
Teknologi Hasil Pertanian
Diajukan oleh:
Betty Maria Miami
D.111.15.0025
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS SEMARANG
2019
v
RINGKASAN
Kerupuk adalah makanan ringan yang pada umumnya dibuat dari adonantepung tapioka. Komposisinya lebih dominan karbohidrat dan lemak karenamengikat lemak saat proses penggorengan. Modifikasi untuk meningkatkan nilaigizi kerupuk biasanya dicampur dengan bahan perasa seperti udang dan ikan,namun kandungan seratnya hanya sedikit. Sehingga perlu penambahan sayuran labusiam pada pembuatan kerupuk, karena labu siam memiliki kandungan serat 4,5%.Permasalahan yang muncul yaitu belum diketahui apakah perbedaan ratio antaratepung tapioka dengan labu siam akan mempengaruhi karakteristik fisikokimia danorganoleptik kerupuk labu siam. Diduga bahwa perbedaan ratio tepung tapioka danlabu siam dapat mempengaruhi karakteristik fisikokimia dan organoleptik kerupuklabu siam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh ratio tepung tapioka danlabu siam terhadap karakteristik fisik, kimia dan organoleptik pada kerupuk labusiam yang akan dihasilkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November –Desember 2018 di Laboratorium Rekayasa Pangan, Laboratorium kimia,Laboratorium Uji Indrawi Fakultas Teknologi Hasil Pertanian UniversitasSemarang.
Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)dengan menggunakan satu faktor yaitu perbedaan ratio tepung tapioka dan labusiam (P1= 90:10, P2= 80:20, P3= 70:30, P4= 60:40, P5= 50:50, P6= 40:60).Variabel yang diamati adalah kadar air sebelum digoreng, kadar air setelahdigoreng, kadar serat kasar, kadar lemak, tekstur, daya kembang, warna, rasa,aroma dan kerenyahan. Apabila terjadi pengaruh yang nyata dilanjutkan denganBNJ pada taraf 5%.
Berbagai ratio tepung tapioka dan labu siam berpengaruh terhadap kadar airsebelum digoreng, kadar serat kasar, kadar lemak, tekstur, warna, rasa, aroma, dankerenyahan, tetapi tidak berpengaruh terhadap kadar air setelah digoreng dan dayakembang. Ratio tepung tapioka dan labu siam yang terbaik adalah 50:50 (P3).Menghasilkan kerupuk labu siam dengan karakteristik sebagai berikut Kadar airsebelum digoreng 8,148% ; kadar air setelah digoreng 3.813% ; kadar serat kasar2,1339% ; kadar lemak 17,5393% ; tekstur 2091,6 (gf) ; daya kembang 101,8% danuji organoleptik hedonik kesukaan terhadap parameter warna dengan skor 5 (suka),rasa dengan skor 6,5 (amat suka), aroma dengan skor 6 (amat suka), serta uji mutuhedonik kerenyahan dengan skor 4,0 (agak renyah).
Kata kunci: Labu siam, kerupuk, ratio tepung tapioka dan labu siam.
vi
SUMMARY
Kerupuk (Crakers) is a snack that ussually made from tapioca flour. Thedominant compotitions are carbohydrate and fat because when the cracker fried itbonded with fat. Ussually modification to improve nutrient values of cracker is mixthe dough with the other ingredients like prawn and fish, but the fiber content islow.So chayote is added into proccess of making the cracker, because chayote have4,5 % fiber content. The problem is wether the ratio between tapioca flour andchayote will affect the physicochemical and organoleptic characteristics of chayotecrackers. It is assumed that the difference in ratio betwen tapioca flour and chayotecan affect the physicochemical and organoleptic characteristics of chayote crackers.
The aim of this research is to know the effect of ratio between tapioca flour andchayote on characteristics physic, chemical and organoleptic crackers. Thisresearch conducted from November – December 2018 at Indrawi Food EngineeringTest Laboratory in Agricultural Department of Semarang University.
This Research using Complete Randomized Block Design (CRBD) based onratio between tapioca flour and chayote as main factor (P1= 90:10, P2= 80:20, P3=70:30, P4= 60:40, P5= 50:50, P6= 40:60). The variable are water content beforefried, water content after fried, fiber content, fat content, texture, puff size , color,taste, aroma and crispiness. If there is any significant effect, will be continued withHSD 5% level.
Several ratio between tapioca flour and chayote affect the water content beforefried, fiber content, fat content, texture, puff size, color, taste, aroma andcrunchiness, but it is non significant different on water content after fried and puffsize. The best ratio between tapioca flour and chayote is 50:50 (P3). Chayotecracker have a characteristic water content before fried (8,138%); water contentafter fried (3,813%); fiber content (2,1339%); fat content (17,5393%); texture(2091,6 (gf) ), puff size (101,8%) and organoleptic hedonic test color with score(5) (like it), taste with score (6,5) (really like it) , aroma with score (6) (really likeit) and crispiness with score (4,0) (rather crunchy).
Keyword ; chayote, cracker, tapioca flour and chayote ratio
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan
Karunia-Nya penulisdapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Ratio
Tepung Tapioka dan Labu Siam terhadap Karakteristik Sifat Fisik, Kimia, dan
Organoleptik Kerupuk Labu Siam (Sechium edule)”
Laporan Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam mencapai derajat
sarjana S-1 di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Semarang (USM).
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Haslina, M.Si., sebagai Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Semarang yang telah memberi kesempatan dan fasilitas dalam
pelaksanaanskripsi.
2. Ir. Sri Haryati, M.Si., selaku Ketua Jurusan Fakultas Teknologi
PertanianUniversitas Semarang
3. Ir. Endang Bekti K, M.P., selaku Dosen Pembimbing I yang telah member
kesempatan bimbingan selama penulisan laporan ini.
4. Ir. Dewi Larasati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberi
kesempatan bimbingan selama penulisan laporan ini.
5. Bapak Agus, Ibuk Lucia Marini (Alm), kakakku Aprilia Ratna, Dewi Prima,
Andru Deva dan seluruh keluarga yang telah memberikan semangat dan
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan.
viii
6. Wahyu Cahyaningsih selaku teman satu team yang selalu mendukung dan
berjuang menyelesaikan penelitian ini.
7. Muchamad Taufik Ismail, Dwi Lestari Muslim, Agustina Novitasari, Dita Tri
Aryani, Irma Deni P, Fahmi Harun, Catur Wahyu, Fransisca Welly, Dewi
Kusumaningrum, Erna, Sekar, Devi, Sri Riski yang senantiasa menemani
danmemberi motivasi dari awal semester sampai sekarang dan teman
temanFakultas Teknologi Pertanian Universitas Semarang angkatan 2015.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut
memberikan dukungan dalam penelitian dan penyusunan laporan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan, sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan laporan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
khususnya bagi pihak yang membaca.
Semarang, 14 Februari 2019
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................... ..........................................i
HALAMAN PENGESAHAN I ..............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN II ............................................................................iii
SURAT PERNYATAAN.......................................................................................iv
RINGKASAN.. ....................................................................................................... v
SUMMARY ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xiv
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................... .1
A. Latar Belakang....................................................................................... .2
B. Perumusan Masalah................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian...................................................................................3
E. Hipotesis..................................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 5
A. Labu Siam............................................................................................... 5
B. Tepung Tapioka...................................................................................... 7
C. Kerupuk .................................................................................................. 9
x
D. Tahapan Proses Pembuatan Kerupuk ................................................... .11
E. Tekstur................................................................................................... 14
F. Daya Kembang Kerupuk ....................................................................... 14
G. Kadar Air .............................................................................................. 15
H. Kadar Serat Kasar ................................................................................. 16
I. Kadar Lemak ......................................................................................... 17
J. Uji Organoleptik.................................................................................... 17
BAB III. METODELOGI PENELITIAN............................................................ 19
A. Waktu dan Tempat Penelitian................................................................ 19
B. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................... 19
C. Rancangan Percobaan .......................................................................... .21
D. Prosedure Penelitian ............................................................................ .21
E. Prosedure Analisis................................................................................. 22
1.Uji Sifat Kimia................................................................................... 22
2.Uji Sifat Fisik..................................................................................... 24
3.Uji Organoleptik ................................................................................ 26
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 28
A. Sifat Kimia............................................................................................ 28
1.Kadar Air Kerupuk Labu Siam.......................................................... 28
a.Kadar Air Sebelum Digoreng ....................................................... 28
b.Kadar Air Setelah Digoreng ......................................................... 30
2. Kadar Serat Kasar Kerupuk Labu Siam...........................................32
3. Kadar Lemak Kerupuk Labu Siam...................................................34
xi
B. Sifat Fisik.............................................................................................. 36
1. Tekstur Kerupuk Labu Siam.............................................................36
2. Daya Kembang Kerupuk Labu Siam................................................39
D. Uji Organoleptik ................................................................................... 41
1. Skor Warna.......................................................................................41
2. Skor Rasa..........................................................................................43
3. Skor Aroma.......................................................................................45
4. Skor Uji Mutu Hedonik Kerenyahan.................................................47
E. Analisa Keputusan............................................................................. ...49
BAB V.PENUTUP................................................................................................ 51
A. Kesimpulan........................................................................................... 51
B. Saran ..................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 53
LAMPIRAN.......................................................................................................... 56
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan Gizi Labu Siam............................................................................... 6
2. Kandungan Nutrisi Tepung Tapioka..................................................................8
3. Syarat Mutu dan Keamanan Pangan Kerupuk.................................................10
4. Formulasi Dasar Bahan Untuk Pembuatan Kerupuk ....................................... 11
5. Formulasi Penelitian ........................................................................................ 20
6. Kuisioner Penilaian Uji Kesukaan ................................................................... 26
7. Kuisioner Uji Kerenyahan ............................................................................... 27
8. Hasil analisis kadar air sebelum digoreng........................................................ 28
9. Hasil Analisis Kadar Air Kerupuk Labu Siam Sesudah digoreng ................... 30
10. Hasil Analisis Kadar Serat Kasar Kerupuk Labu Siam .................................. 32
11. Hasil Analisis Kadar Lemak Kerupuk Labu Siam.......................................... 34
12. Hasil Analisis Tekstur Kerupuk Labu Siam.................................................... 37
13. Hasil Analisis Daya Kembang Kerupuk Labu Siam....................................... 39
14. Hasil Analisis Skor Warna .............................................................................. 41
15. Hasil Analisis Skor Rasa................................................................................. 43
16. Hasil Analisis Skor Aroma ............................................................................. 45
17. Hasil Analisis Skor Kerenyahan ..................................................................... 47
18. Hasil Analisa Kerupuk Labu Siam.................................................................. 50
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Labu Siam .......................................................................................................... 5
2. Diagram Alir Pembuatan Kerupuk Labu Siam................................................21
3.Grafik Kadar Air Sebelum digoreng...................................................................29
4. Grafik Kadar Air Setelah digoreng .................................................................. 31
5. Garafik Kadar Serat Kasar ............................................................................... 33
6. Grafik Kadar Lemak ........................................................................................ 35
7. Grafik Tekstur .................................................................................................. 37
8. Grafik Daya Kembang ..................................................................................... 39
9. Grafik Skor Warna ........................................................................................... 42
10. Grafik Skor Rasa ............................................................................................. 44
11. Grafik Skor Aroma.......................................................................................... 46
12. Grafik Skor Kerenyahan ................................................................................. 48
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Statistik Kadar Air Kerupuk Labu Siam Sebelum digoreng............................ 56
2. Statistik Kadar Air Kerupuk Labu Siam Setelah digoreng...............................59
3. Statistik Kadar Serat Kasar .............................................................................. 61
4. Statistik Kadar Lemak...................................................................................... 64
5. Statistik tekstur................................................................................................. 67
6. Statistik Daya Kembang................................................................................... 70
7. Statistik Skor Warna ........................................................................................ 72
8. Statistik Skor Rasa ........................................................................................... 75
9. Statistik Skor Aroma........................................................................................ 78
10. Statistik Kerenyahan ....................................................................................... 81
11. Dokumentasi Penelitian .................................................................................. 84
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Labu siam biasanya ditemukan dalam olahan masakan sayuran seperti
sayur lodeh, gudeg, sayur asem dll. Labu siam termasuk salah satu sayuran
yang banyak mengandung zat gizi bagi tubuh, oleh karena itu labu siam dapat
digunakan sebagai bahan baku kerupuk untuk meningkatkan nilai gizi pada
kerupuk, karena labu siam mempunyai kandungan serat, vitamin dan mineral
(Saade, 1996). Dalam 100 gram labu siam dihasilkan sumber energi sebanyak
26-31 kilo kalori (kkal). Bukan hanya itu saja, labu siam juga menyumbang
sumber protein sebesar 0,9-1,1%, lemak 0,1-0,3% dan karbohidrat sebanyak
3,5-7,7%. Labu siam juga memiliki kandungan mineral yang melimpah.
Dalam 100 gram labu siam dapat ditemukan kalsium sebanyak 12-19 mg,
fosfor 4-30 mg serta zat besi sebanyak 0,2-0,6 mg (Saade, 1996).
Tapioka adalah nama yang diberikan untuk produk olahan dari akar
ubi kayu (cassava). Peran dari tepung tapioka dalam pembuatan kerupuk
adalah sebagai pengikat apabila dicampur dengan air, karena tepung tapioka
mengandung pati yang mempunyai dua komponen utama yaitu amilosa
(fraksi terlarut) dan amilopektin (fraksi tidak terlarut). Menurut Tahir (1985),
amilopektin merupakan salah satu komponen pati yang dapat mempengaruhi
daya kembang kerupuk. Kandungan amilopektin yang lebih tinggi akan
memberikan kecenderungan pengembangan kerupuk yang lebih besar
dibanding dengan kandungan amilosa tinggi.
2
Kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung
tapioka dicampur dengan bahan perasa seperti udang, ikan atau sayuran.
Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis,
dikeringkan di bawah sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng
yang banyak.(Mohamed dkk, 1989). Pada umumnya kandungan gizi kerupuk
sangat rendah yaitu karbohidrat, hal ini dikarenakan bahan pembuat kerupuk
umumnya terigu dan tapioka. Oleh karena itu, perlu dilakukan diversifikasi
pangan untuk meningkatkan kandungan gizi kerupuk dengan cara
penambahan bahan lain seperti sayuran labu siam serta meningkatkan nilai
guna labu siam dengan membuat kerupuk menggunakan perbedaan ratio yang
berbeda antara labu siam dan tepung tapioka kemudian dianalisis karakteristik
fisikokimia dan organoleptik kerupuk yang dihasilkan.
Apakah ratio dari tepung tapioka dan labu siam akan mempunyai
pengaruh terhadap karakteristik fisikokimia dan organoleptik pada kerupuk
labu siam?
Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui pengaruh ratio tepung tapioka dan labu siam terhadap
karakteristik fisikokimia dan organoleptik pada kerupuk labu siam.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
3
2. Mengetahui perlakuan terbaik ratio tepung tapioka dan labu siam
terhadap karakteristik fisikokimia dan organoleptik pada kerupuk labu
siam.
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Memberikan informasi mengenai bagaimana pengaruh ratio tepung
tapioka dan labu siam pada kerupuk labu siam.
2. Memberikan informasi mengenai produk kerupuk dari labu siam yang
kaya kandungan nutrisinya.
3. Sebagai rekomendasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan labu siam
menjadi suatu produk olahan dalam bentuk kerupuk untuk meningkatkan
nilai ekonomi labu siam.
Diduga bahwa ratio tepung tapioka dan labu siam berpengaruh
terhadap karakteristik fisik, kimia, dan organoleptik pada kerupuk labu siam.
D. Manfaat Penelitian
E. Hipotesis
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Labu siam (Sechium edule) merupakan tanaman subtropis dan
termasuk ke dalam spesies cucurbitaceus yang sering digunakan sebagai
bahan makanan. Tanaman ini berasal dari Meksiko dan telah dibudidayakan
sejak zaman pra-Kolombia (Saade, 1996). Labu siam termasuk salah satu
komoditas yang sangat mudah ditemukan, hal ini sesuai dengan data statistik
yang menyatakan bahwa produksi labu siam dari tahun 2000 hingga tahun
2012 mengalami peningkatan yaitu dari 158.654 ton menjadi 428.083 ton
(BPS, 2013). Buah labu siam ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Labu Siam
Labu Siam merupakan sejenis tanaman berbentuk buah pir, agak pipih
dan dengan permukaan kasar keriput, yang panjangnya berkisar 10-20 cm dan
lebar 7-12 cm serta memiliki beratsekitar 100-900 gram, kulit tipis putih dan
kekuningan atau pucat kehijauan. Buah labu siam memiliki kadar serat
yangcukup baik yaitu 4,5% dan kandungan air yang banyak sebesar 83%.
Labu siam juga mengandung banyak vitamin dan mineral, sehingga apabila
A. Labu Siam
5
terkena perlakuan panas kandungan vitamin dan mineral akan menurun
secaradrastis dan berdampak pada kandungan nutrisi lainnya juga ikut
menurun(USDA, 2013). Kandungan gizi buah labu siam dalam 100 gram
daging buah labu siam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Gizi Buah Labu Siam dalam 100 gram:
Kandungan Gizi Jumlah
Kalori 26-31 kkalGula Larut Air 3,30%Protein 0,9-1,1%Lemak 0,1-0,13%Karbohidrat 3,5-7,7%Serat 0,4-4,5%Lignin 0,23 mgNatrium 36 mgKalium 3378,62 mgMagnesium 147 mgPolifenol 5,93 mgKalsium 12-19 mgFosfor 4-30 mgSeng 2,77 mgMangan 0,38 mgBesi 0,2-0,6 mgTembaga 0,25 mgVitamin A 5 mgThiamin 0,03 mgRiboflavin 0,04 mgNiasin 0,4-0,5 mg
Sumber: Sumber Daya Genetik Tanaman Internasional (Saade, 1996)
Tepung tapioka, tepung singkong, tepung kanji, atau aci adalah tepung
yang diperoleh dari umbi akar ketela pohon atau dalam bahasa indonesia
disebut singkong. Tapioka memiliki sifat- sifat yang serupa dengan sagu,
sehingga kegunaan keduanya dapat dipertukarkan. Tepung ini sering
B. Tepung Tapioka
6
digunakan untuk membuat makanan, bahan perekat, dan banyak makanan
tradisional yang menggunakan tapioka sebagai bahan bakunya.
Tapioka adalah nama yang diberikan untuk produk olahan dari akar
ubi kayu (cassava). Analisis terhadap akar ubi kayu yang khas
mengidentifikasikan kadar air 70%, pati 24%, serat 2%, protein 1% serta
komponen lain (mineral, lemak, gula) 3%. Tahapan proses yang digunakan
untuk menghasilkan pati tapioka dalam industri adalah pencucian,
pengupasan, pemarutan, ekstraksi, penyaringan halus, separasi, pembasahan,
dan pengering. (Whister, dkk,1984). Tepung tapioka yang dibuat dari ubi
kayu mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu
dalam berbagai industri. Dibandingkan dengan tepung jagung, kentang, dan
gandum atau terigu, komposisi zat gizi tepung tapioka cukup baik sehingga
mengurangi kerusakan tenun, juga digunakan sebagai bahan bantu pewarna
putih (Whister, dkk, 1984). Kandungan nutrisi yang terdapat pada tepung
tapioka disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Pada Tepung Tapioka 100 g Bahan Makanan:
Sumber: Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi DIY, 2012
No Zat Gizi Kadar1 Energi 362 kkal2 Protein 0,5 g3 Lemak 0,3 g4 Karbohidrat 86,9 g5 Kalsium (Ca) 0 mg6 Besi (Fe) 0 mg7 Fosfor (P) 0 mg8 Vitamin A 0 mg9 Vitamin B1 0 mg10 Vitamin C 0 mg11 Air 12 mg
7
Tepung tapioka sebagai sumber pati pada kerupuk. Kadar amilopektin
yang tinggi pada tapioka menyebabkan volume pengembangan kerupuk
meningkat, sebab amilopektin memiliki struktur bercabang sehingga sulit
untuk menyerap air tapi mampu menahan air keluar sehingga mempengaruhi
proses gelatinisasi. Proses pencampuran terjadi penyerapan air oleh pati yang
menyebabkan terbentuknya suspensi pati dalam air, selanjutnya pada saat
pengukusan terjadi gelatinisasi pati dan terjadi pengembangan adonan. Proses
gelatinisasi yang tidak sempurna selama pengukusan dapat menyebabkan
daya pengembangan kerupuk saat digoreng menjadi rendah. Air yang berada
dalam granula dan air bebas pada kerupuk akan mengalami penguapan pada
saat pengeringan, pada proses ini jumlah air bebas akan teruapkan dan
menurunkan jumlah air bebas, sebab jumlah air dalam kerupuk akan
menurunkan volume pengembangan kerupuk(Mulyana, dkk, 2014).
Kerupuk adalah bahan kering berupa lempengan tipis yang terbuat
dari adonan yang bahan utamanya adalah pati (Tarwiyah,2001). Kerupuk
adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur
dengan bahan perasa seperti udang, ikan atau sayuran. Kerupuk dibuat
dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah
sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Komposisi
bahan kerupuk beserta pengolahannya akan sangat mempengaruhi kualitas
kerupuk, dimana komposisi bahan ini juga mempengaruhi pengembangan
pada kerupuk tersebut. Secara umum bahan baku yang digunakan adalah
C. Kerupuk
8
tepung tapioka, sedangkan bahan tambahannya dapat berupa ikan, udang atau
sayuran, telur, atau susu, garam, gula, air dan bumbu yang terdiri dari bawang
merah, bawang putih,ketumbar dan sebagainya. Kerupuk merupakan jenis
makanan kecil yang mengalami pengembangan volume membentuk produk
yang porus dan mempunyai densitas rendah selama proses penggorengan.
Pengembangan kerupuk merupakan proses ekspansi tiba-tiba dari uap air.
Dalam struktur adonan sehingga diperoleh produk yang volumenya
mengembang dan porus. Pada dasarnya kerupuk mentah diproduksi dengan
gelatinisasi pati adonan pada tahap pengukusan, selanjutnya adonan dicetak
dan dikeringkan (Koswara, 2009).
Kerupuk dengan campuran tepung tapioka mempunyai mutu yang
lebih baik daripada tanpa campuran dilihat dari warna, aroma, tekstur, dan
rasa. kerupuk memiliki tekstur berongga dan renyah, hal ini merupakan salah
satu mutu dari kerupuk. Sifat renyah pada produk kerupuk dan crackers
berpengaruh terhadap kualitas produk pangan dan berperan dalam metode
penyimpanan suatu produk pangan (Tofan, 2008).
Rosida (2009) menyatakan proses pembuatan kerupuk meliputi
pencampuran bahan baku, pembuatan adonan, pencetakan, pengukusan,
pendinginaan, pengirisan, pengeringan, dan penggorengan. Proses
pengolahan kerupuk tersebut dapat menyebabkan peningkatan kadar pati
resisten akibat perlakuan pengolahan (pengukusan, pendinginan, dan
pengeringan). Syarat mutu kerupuk dapat dilihat pada Tabel 3.
9
Tabel 3. Syarat Mutu dan Keamanan Pangan Kerupuk
Kriteria Uji Satuan Persyaratan Kerupuk NonProtein
PersyaratanKerupuk Protein
Bau, rasa, warna - Normal NormalBenda asing %b/b Tidak nyata Tidak nyataAbu %b/b Maks 2 Maks 2Air %b/b Maks 12 Maks 12Protein %b/b - Min 5Sumber: SNI 01-0222-1999
Menurut Amertaningtyas, dkk, 2010 kriteria untuk menentukan
kualitas kerupuk meliputi penampakan, pengembangan, dan kerenyahan.
Serta ditentukan dengan analisis kimia meliputi kadar air, kadar protein,
kadar lemak serta pengujian organoleptik.erupuk merupakan jenis makanan
ringan yang mengalami pengembangan volume, membentuk produk yang
berongga dan mempunyai densitas rendah. Formulasi bahan untuk pembuatan
kerupuk menurut Rosida (2009) dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Formulasi Dasar Bahan Untuk Pembuatan KerupukBahan Berat (gram)Tepung Tapioka 500Air 140Garam 10Bawang Putih 2,5Sumber: Rosida, 2009
Pembuatankerupuk labu siam menggunakan model adonan dingin.
Menurut (Wiriano, 1984) proses dingin adalah proses yang semua bahan
dicampur dalam keadaan dingin. Bumbu yang telah disiapkan dilarutkan
dengan air dan diaduk sampai tercampur rata, dan tepung ditambahkan sedikit
D. Tahapan Proses Pembuatan Kerupuk
10
demi sedikit sampai kalis, kemudian adonan diuli sampai kalis.Tahapan
pembuatan kerupuk sebagai berikut:
1. Pembuatan Adonan
Tahap pembuatan adonan merupakan tahap awal yang sangat penting.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan adonan adalah
kehomogenan adonan. Pengadonan berpengaruh terhadap daya kembang
kerupuk , yaitu berhubungan dengan udara dan gas.
2. Pencetakan
Setelah adonan jadi kemudian masuk ke dalam proses pencetakan.
Pencetakan adonan kerupuk dimaksudkan untuk memperoleh bentuk dan
ukuran yang seragam. Keseragaman ukuran penting untuk memperoleh
penampakan dan penetrasi panas yang merata sehingga memudahkan
proses penggorengan dan menghasilkan kerupuk goreng dengan warna
yang seragam.
3. Pengukusan
Pengukusan sering diartikan sebagai pemasakan yang dilakukan melalui
media uap panas dengan suhu pemanasan sekitar 100˚C selama 15 menit.
Pengukusan merupakan tahap penting karena pada tahap ini terjadi proses
gelatinisasi pati yang berkaitan erat dengan pengembangan kerupuk saat
digoreng. Pengukusan yang terlalu lama akan menyebabkan air yang
terperangkap oleh gel pati terlalu banyak, sehingga proses pengeringan
dan penggorengan menjadi tidak sempurna. Adonan yang telah masak
ditandai dengan seluruh bagian berwarna bening serta teksturnya kenyal.
11
4. Pendinginan
Kerupuk yang sudah dikukus kemudian dilakukan pendinginan sebelum
dilakukan pemotongan. Pendinginan kerupuk dengan waktu 24 jam yang
bertujuan supaya kerupuk mudah untuk dipotong. Dengan kerupuk
didinginkan ini teksturnya lebih keras, tidak lembek dan proses
pengeringan akan menjadi lebih cepat.
5. Pemotongan
Kerupuk yang sudah didinginkan selama 24 jam kemudian masuk ke
proses selanjutnya yaitu pemotongan kerupuk. Dengan pemotongan
kerupuk ini bertujuan untuk menyeragamkan bentuk kerupuk.
6. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan
sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan sebagian air
melalui penggunaan energi panas. Pengeringan dapat dilakukan dengan
menggunakan cabinet dryer (alat pengering) atau dengan sun drying
(penjemuran) yaitu pengeringan dengan menggunakan sinar matahari.
Proses pengeringan kerupuk mentah bertujuan untuk menghasilkan bahan
dengan kadar air tertentu. Kadar air yang terkandung dalam kerupuk
mentah akan mempengaruhi kualitas dan kapasitas pengembangan
kerupuk dalam proses penggorengan selanjutnya. Tingkat kekeringan
tertentu diperlukan kerupuk mentah untuk menghasilkan tekanan uap yang
maksimum pada proses penggorengan sehingga gel pati kerupuk bisa
mengembang (Koswara, 2009).
12
7. Penggorengan
Menggoreng adalah suatu proses untuk memasak bahan pangan dengan
menggunakan lemak atau minyak pangan. Penggorengan kerupuk
bertujuan untuk menghasilkan kerupuk goreng yang mengembang dan
renyah. Pada proses penggorengan kerupuk mentah, kerupuk akan
mengalami pemanasan pada suhu tinggi sehingga molekul air yang masih
terikat pada struktur kerupuk menguap dan menghasilkan tekanan uap
yang mengembangkan struktur kerupuk (Nurhayati, 2007).
Secara umum cara penggorengan kerupuk ada dua macam, yaitu
penggorengan langsung dalam minyak yang telah dipanaskan dan
penggorengan dengan mencelupkan terlebih dahulu kerupuk mentah yang
akan digoreng dalam minyak dingin atau hangat, baru kemudian digoreng
dalam minyak yang telah dipanaskan untuk mendapatkan pengembangan
kerupuk.
Kerupuk bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk
berbagai makanan. Kerupuk memiliki tekstur berongga dan renyah, hal ini
merupakan salah satu mutu dari kerupuk. Sifat renyah pada tekstur kerupuk
dan crachersdipengaruhi oleh kadar air dan kadar seratpada bahan yang
digunakan (Koswara, 2009).
E. Tekstur
13
Terjadinya pengembangan kerupuk dapat disebabkan oleh
terbentuknys rongga-rongga udara pada kerupuk yang telah digoreng karena
pengaruh suhu, menyebabkan air yang terikat dalam gel menguap. Tekanan
uap ini berperan mendesak gel pati, hingga membentuk produk yang
mengembang. Faktor-faktor yang menyebabkan volume pengembangan
diantaranya adalah sumber pati yang digunakan, kandungan dan jenis protein,
kadar air, suhu penggoregan dan penggunaan bahan pengembang (Lavlinesia,
1995).
Suhu penggorengan berpengaruh terhadap daya kembang kerupuk.
Penggorengan kerupuk dalam minyak yang kurang panas dalam waktu yang
lama akan menghasilkan pengembangan yang kurang baik, sedangkan bila
suhu penggorengan terlalu panas walaupun waktu yang dibutuhkan untuk
mengembang lebih cepat maka kerupuk akan mudah hangus. Kandungan air
pada kerupuk mentah (belum digoreng) juga berpengaruh terhadap daya
kembang kerupuk. Jumlah air yang terdapat pada bahan ditentukan oleh
lamanya pengeringan, suhu penggorengan, kecepatan aliran udara, kondisi
bahan dan penambahan air sewaktu pembuatan adonan pada proses
gelatinisasi pati. Kandungan air yang tidak merata pada kerupuk mentah
dapat menyebabkan volume pengembangan kerupuk tidak merata dimana
pada satu sisi kerupuk lebih mengembang dibandingkan sisi lainnya
(Lavlinesia, 1995)
F. Daya Kembang Kerupuk
14
Kadar air merupakan banyaknya air yang tergantung dalam bahan
yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang
sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi
penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan
pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut,
Kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir
untuk berkembangbiak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan
(Winarno, 1997).
Kadar air yang terikat dalam kerupuk sebelum digoreng saat
menentukan volume pengembangan kerupuk matang. Jumlah air yang terikat
dalam bahan pangan akan menentukan banyaknya letusan yang menguap
selama penggorengan.jumlah uap air yang terdapat pada bahan pangan
ditentukan oleh lamanya pengeringan, suhu penggorengan, kecepatan aliran
udara, kondisi bahan dan cara penumpukan serta penambahan air sewaktu
pembuatan adonan pada proses gelatinisasi pati (Lavlinesia, 1995).
Serat kasar merupakan residu dari bahan makanan atau hasil pertanian
setelah diperlakukan dengan asam atau alkali mendidih, dan terdiri dari
selulosa, dengan sedikit lignin dan pentosa. Komponen dari serat kasar ini
tidak mempunyai nilai gizi akan tetapi serat ini sangat penting untuk proses
memudahkan dalam pencernaan di dalam tubuh agar proses pencernaan
tersebut lancar (Hermayanti, dkk, 2006).
G. Kadar Air
H. Kadar Serat Kasar
15
Analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat
kasar bahan baku pakan. Banyaknya serat pada suatu bahan akan sangat
berpengaruh terhadap tekstur atau mutu sensori kerenyahan dari suatu
produk.
Lemak sangat berperan dalam menentukan tekstur pada suatu bahan
pangan. lemak dalam bahan pangan juga berfungsi untuk memperbaiki
penampilan dan struktur fisik bahan pangan, meningkatkan nilai gizi dan
kalori serta memberikan cita rasa yang gurih pada bahan pangan. (Sudarmadji
dkk, 1984).
Berdasarkan SNI 01-2346-2006, jumlah minimal panelis standar
dalam satu kali pengujian adalah 6 orang. Panelis standar orang yang
mempunyai kemampuan dan kepekaan tinggi terhadap spesifikasi mutu
produk serta mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang cara-cara
menilai organoleptik/sensori dan lulus dalam seleksi pembentukan panelis
standar. Pengujian organoleptik penting dilakukan mengingat kerupuk adalah
produk pangan yang harus melewati pengujian sensori. Pengujian
organoleptik/sensori merupakan cara pengujian menggunakan indera manusia
sebagai alat utama untuk menilai mutu produk. Penilaian menggunakan alat
indera ini meliputi spesifikasi mutu kenampakan, bau, rasa dan
konsistensi/tekstur serta beberapa faktor lain yang diperlukan untuk menilai
I. Kadar Lemak
J. Uji organoleptik
16
produk tersebut. Pengujian organoleptik/sensori ini mempunyai peranan yang
penting sebagai pendeteksian awal dalam menilai mutu untuk mengetahui
penyimpangan dan perubahan dalam produk. Pelaksanaan uji
organoleptik/sensori dapat dilakukan dengan cepat dan langsung serta
kadang-kadang penilaian ini dapat memberi hasil penilaian yang sangat teliti.
Dalam beberapa hal, penilaian dengan indera bahkan melebihi ketelitian alat
yang paling sensitif. Oleh karena sifat pengujiannya yang subyektif, maka
diperlukan suatu standar dalam melakukan penilaian organoleptik/sensori.
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2018 – Desember
2018 di Laboratorium Rekayasa Pangan, Laboratorium Kimia, dan
Laboratorium Uji Inderawi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Semarang.
1. Alat
Alat yang digunakan untuk pembuatan kerupuk labu siam ini: peralatan
untuk pembuatan krupuk labu siam, timbangan digital, mesin
pengering,peralatan gelas untuk analisis, Texture Analyzer untuk mengukur
teksture.
2. Bahan
Bahan yang digunakan untuk pembuatan kerupuk labu siam ini: labu siam,
tepung tapioka, air, garam dan berbagai reagent untuk uji kimia.
C. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan perlakuan ratio tepung tapioka dengan labu siam sebanyak 6 macam
ratio yang diuji coba dan diulang 4 kali, formulasi yang ditetapkan didapat
dari pra penelitian. Adapun perlakuan dan formulasi tersebut adalah:
P1= Tepung Tapioka 90% : Labu Siam 10%
A. Waktu dan Tempat Penelitian
B. Alat dan Bahan Penelitian
18
P2= Tepung Tapioka 80% : Labu Siam 20%
P3= Tepung Tapioka 70% : Labu Siam 30%
P4= Tepung Tapioka 60% : Labu Siam 40%
P5= Tepung Tapioka 50% : Labu Siam 50%
P6= Tepung Tapioka 40% : Labu Siam 60%
Tabel 5. Formulasi Penelitian
Sumber: Data Primer
Penelitian tersebut diulang sebanyak 4 kali dan setiap data yang diperoleh
dihitung dengan perhitungan rancangan percobaan (RAK) secara manual, apabila
ada perbedaan nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan uji BNJ (Beda Nyata
Jujur) pada taraf kepercayaan (α = 5 %). Setelah dilakukan pengujian fisik, kimia,
dan organoleptik dengan perhitungan rancangan percobaan (RAK), diperoleh satu
perlakuan terbaik.
Bahan P1 P2 P3 P4 P5 P6Labu siam 25 g 50 g 75 g 100 g 125 g 150 gTapioka 225 g 200 g 175 g 150 g 125 g 100 gGaram 5 g 5 g 5 g 5 g 5 g 5 gAir 250 ml 250 ml 250 ml 250 ml 250 ml 250 mlBaking soda 2 g 2 g 2 g 2 g 2 g 2 g
19
Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Kerupuk Labu siamSumber : Data Primer
Penimbanganadonan
Blansing 5 menit
PencucianAir
Pengecilan Ukuran
Limbah Cair
Labu Siam
Penghancuran
Puree LabuSiam
PencampuranPuree Labu SiamTepung TapiokaGaram 5 gAir 250 mlBaking soda 2 g(Sesuaiperlakuanmasing-masing )
Pencetakan
Pengukusan 90˚C,± 5 menit
Pendinginan 1 hari
Pengeringan 2-3 hari
Kerupuk LabuSiamSiam
ANALISIS :1. Kadar Air2. Kadar Serat Kasar3. Kadar Lemak4. Tekstur5. Daya Kembang6. Organoleptik
(kesukaan dankerenyahan)
Penimbangan
Pemotongan
Kerupuk Labu SiamMentah
Digoreng
ANALISIS :Kadar Air
D. Prosedur Penelitian
20
Tahap pertama yang dilakukan pada analisis kadar air adalah
dengan mengeringkan cawan porselen dalam oven pada suhu 105˚C
selama 30 menit. Cawan tersebut kemudian diletakkan ke dalam
desikator selama 15 menit dan dibiarkan sampai suhu ruang kemudian
ditimbang. Sampel sebanyak 2 g ditimbang setelah terlebih dahulu
dihaluskan dengan mortar. Cawan yang telah diisi sampel dikeringkan
dalam oven pada suhu 105˚C selama 3 jam. Cawan beserta isinya
kemudian didinginkan sampai suhu ruang dalam desikator (30 menit)
kemudian ditimbang. Perhitungan kadar air dapat dilihat sebagai
berikut:
B-CKadar air (%) = x 100%
B-A
Keterangan :
A = berat cawan kosong (g)
B = berat cawan dengan sampel awal (g)
C = berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan (g)
1) Ditimbang 4 gram bahan kering, dimasukkan ke dalam thimble
(kertas saring pembungkus) kemudian dimasukkan ke dalam alat
soxhlet,
E. Prosedur Analisis
1. Uji Sifat Kimia
a. Uji kadar air (SNI 1992-01-2891)
b. Uji Kadar Serat Kasar (Sudarmadji, dkk., 1984)
21
2) Dipasang pendingin balik pada alat soklet, kemudian dihubungkan
dengan labu alas bulat 250 ml yang telah berisi 100 ml n-heksan,
selanjutnya dialirkan air sebagai pendingin. Ekstraksi dilakukan
lebih kurang selama 4 jam, sampai pelarut yang turun kembali ke
dalam labu alas bulat berwarna jernih.
3) Kemudian dikeringkan di oven pada suhu 50°C sampai berat
konstan. Dipindahkan ke dalam erlenmeyer 500 ml, ditambahkan
200 ml larutan H2SO4 0,2 N dihubungkan dengan pendingin balik,
dididihkan selama 30 menit,
4) Disaring dan dicuci residu dalam kertas saring dengan akuades
panas (suhu 80-90˚C) sampai air cucian tidak bersifat asam lagi
(diperiksa dengan indikator universal),
5) Dipindahkan residu ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan
larutan NaOH 0,3 N sebanyak 200 ml, dihubungkan dengan
pendingin balik, dididihkan selama 30 menit,
6) Disaring dengan kertas saring kering yang diketahui beratnya,
residu dicuci dengan 25 ml larutan K2SO4 10% .
7) Dicuci lagi residu dengan 15 ml akuades panas (suhu 80- 90˚C),
kemudian dengan 15 ml alkohol 95%. Dikeringkan kertas saring
dengan isinya dalam oven pada suhu 105˚C, didinginkan dalam
desikator dan ditimbang sampai berat konstan.
22
Sebanyak 2 g sampel disebar di atas kapas yang beralas kertas
saring dan digulung membentuk thimble, kemudian dimasukkan ke
dalam labu soxhlet. Sampel diekstraksi selama 6 jam dengan pelarut
lemak berupa heksan sebanyak 150 mL. Lemak yang terekstrak
dikeringkan dalam oven pada suhu 100˚C selama 1 jam. Kadar lemak
dihitung dengan rumus:
Kadar lemak (%) =
Keterangan:
W1 = Bobot sampel (g)
W2 = Bobot labu (g)
W3 = Bobot labu + lemak (g)
Pengujian tekstur dapat dilihat dengan instrument Texture
Analyzer, merek Brookfield, tipe CT-03. Proses pelaksanaan
pengujian tekstur adalah kabel data dari Texture Analyzer dipastikan
tersambung ke CPU komputer yang telah dinyalakan. Jarum penusuk
sampel (probe) dipasang dan diatur posisinya sampai mendekati
sampel, kemudian program dari komputer dioperasikan untuk
menjalankan probe, sebelumnya dipastikan bahwa nilai yang ada pada
monitor nol. Kemudian pilih menu start test pada komputer sehingga
probe akan bergerak sampai menusuk sampel kerupuk labu siam.
c. Kadar lemak (SNI 1992-01-2891)
2. Uji Sifat Fisik
a. Uji Tekstur (Kusnadi, 2012)
23
Pengujian selesai apabila probe kembali keposisi semula. Hasil uji
akan terlihat dalam bentuk grafik dan nilai angka dinyatakan dalam
satuan gram force (gf). Nilai kerenyahan atau kekerasan dapat dilihat
pada angka yang ditunjukan oleh meter petunjuk. Semakin kecil angka
yang didapatkan, maka tingkat kerenyahannya semakin besar
Pengukuran pengembangan kerupuk dilakukan dengan cara
menghitung luas kerupuk labu siam yang masih mentah. Sampel
diukur panjang dan lebarnya kemudian dihitung luas kerupuk. Luas
kerupuk ditentukan dengan rumus:
Luas kerupuk = p x l
Keterangan:
P= panjang l= lebar
Selisih luas kerupuk goreng dengan luas kerupuk mentah
merupakan hasil pengembangan kerupuk, uji pengembangan dapat
dilakukan dengan cara menghitung berdasarkan presentase daya
kembang. Menghitung daya kembang yaitu dengan rumus:
P2-P1x 100%
P1
Keterangan:
P1 = Luas kerupuk mentah
P2 = Luas kerupuk goreng
b. Uji Daya Kembang (Zalviani, 1992)
24
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik, panelis diminta
tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau ketidak sukaan. Skala
hedonic dapat direntangkan atau diciutkan menurut rentangan skala
yang dikehendaki. Skala hedonic dapat juga diubah menjadi skala
numerik dengan angka mutu menurut tingkat kesukaan, dengan data
numerik dapat dilakukan analisa secara statistik. Jumlah panelis pada
pengujian sebanyak 10 orang panelis dan setiap panelis diminta
menentukan tingkat kesukaan sampel. Kuisioner penilaian dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kuisioner Penilaian Uji Kesukaan
Uji kerenyahan kerupuk labu siam merupakan uji mutu
hedonik. Pengujian dilakukan oleh 10 orang panelis agak terlatih.
Masing-masing panelis disajikan 6 sampel dan kuisioner yang berisi
skala uji mutu hedonik terhadap kerenyahan. Setiap panelis diberi
PENILAIAN Skor KODE SAMPEL
170 272 374 476 578 670Sangat Tidak Suka 1Tidak Suka 2
Kurang Suka 3
Agak Suka 4
Suka 5Amat Suka 6Amat Sangat Suka 7
3. Uji Organoleptik
a. Uji Kesukaan
b. Uji Kerenyahan
25
petunjuk pengisian kuisioner agar tidak terjadi kesalahan. Kemudian
sampel disajikan secara acak dengan kode nomor tertentu. Kuisioner
dapat dilihat pada Tabel 7 dibawah ini.
Tabel 7. Kuisioner Uji Kerenyahan
PENILAIAN SkorKODE SAMPEL
170 272 374 476 578 670Amat Tidak Renyah 1
Tidak Renyah 2
Kurang Renyah 3
Agak Renyah 4
Renyah 5Amat Renyah 6Amat Sangat Renyah 7
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar air merupakan banyaknya air yang tergantung dalam bahan
yang dinyatakan dalam persen. Tingginya kadar air dapat mempengaruhi
mutu dari bahan pangan, karena dapat memicu pertumbuhan bakteri,
kenampakan, kesegaran, dan tekstur produk (Winarno, 1997). Pada
penelitian ini pengujian kadar air kerupuk labu siam dilakukan 2 pengujian
yaitu sebelum dan sesudah digoreng.
Tabel 8. Hasil analisis kadar air sebelum digoreng
Ratio Tepung Tapioka : Labu siam Kadar Air (%)
P1 (Tapioka 90%:Labu Siam 10%)P2 (Tapioka 80%:Labu Siam 20%)P3 (Tapioka 70%:Labu Siam 30%)P4 (Tapioka 60%:Labu Siam 40%)P5 (Tapioka 50%:Labu Siam 50%)P6 (Tapioka 40%:Labu Siam 60%)
7,55a
7,20a
7,39a
7,55a
8,14ab
8,78b
Keterangan: Angka yang diikuti dengan superskrip huruf yangberbeda menunjukkan ada perbedaan nyata (KV= 5,74%)
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 1)
menunjukkan bahwa ratio tepung tapioka dan labu siam berpengaruh
terhadap kadar air kerupuk labu siam sebelum digoreng (F Hit > F
Tabel). Selanjutnya dilakukan uji lanjut menggunakan Beda Nyata
Jujur (BNJ) pada taraf 5% ada perbedaan yang nyata antar perlakuan.
A. Sifat Kimia
1. Kadar Air Kerupuk Labu Siam
a. Kadar Air Sebelum Digoreng
27
Tabel 8, menunjukkan bahwa kadar air kerupuk labu siam
sebelum digoreng ada perbedaan sangat nyata antar perlakuan. Pada
perlakuan 5(tepung tapioka 50%:labu siam 50%) tidak berbeda nyata
dengan perlakuan 6 (tepung tapioka 40%:labu siam 60%) tetapi
keduanya berbeda nyata dengan perlakuan 1 (tepung tapioka 90%:labu
siam 10%), perlakuan 2 (tepung tapioka 80%:labu siam 20%),
perlakuan 3 (tepung tapioka 70%:labu siam 30%) dan perlakuan 4
(tepung tapioka 60%:labu siam 40%). Hal ini disebabkan semakin
tinggi konsentrasi labu siam yang ditambahkan maka semakin tinggi
kadar air nya karena labu siam mengandung banyak air 95,5% (Putri,
2012).
Gambar 3. Grafik Kadar Air Sebelum digoreng
Gambar 3, menunjukkan bahwa rerata kadar air kerupuk labu
siam sebelum digoreng berkisar antara 7,20-8,78%. Hal ini
menunjukkan bahwa rerata kadar air kerupuk sebelum digoreng sudah
memenuhi kriteria syarat mutu kerupuk menurut SNI 01-0222-1999
7,55a7,20a 7,39a 7,55a 8,14ab 8,78b
0
2
4
6
8
10
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Kad
ar A
ir %
Ratio Tepung Tapioka dan Labu Siam
P1= 90%:10%
P2= 80%:20%
P3= 70%:30%
P4= 60%:40%
P5= 50%:50%
P6= 40%:60%
28
yang menyatakan bahwa kadar air kerupuk maksimal 12%.Hasil
analisis kadar air kerupuk labu siam sebelum digoreng yang tertinggi
adalah 8,78% diperoleh dari perlakuan 6 (tepung tapioka 40%:labu
siam 60%),hal ini terjadi karena pembuatan kerupuk labu siam pada
perlakuan tersebut menggunakan labu siam dengan konsentrasi paling
tinggi dari pada perlakuan lainnya. Kandungan terbesar dari labu siam
adalah kandungan air yang mencapai 95,5%.Selain itu faktor yang
mempengaruhi daya ikat air adalah serat, labu siam juga memiliki
kandungan serat yang tinggi, semakin tinggi kandungan serat suatu
bahan maka kemampuan mengikat airnya semakin tinggi, karena serat
mempunyai kemampuan mengikat air (Nugraheni, dkk., 2011).
Sedangkan yang paling rendah adalah 7,20% yang diperoleh
dari perlakuan 2 dengan perbandingan konsentrasi labu siam 20% dan
tepung tapioka 80%, Hal ini terjadi karena tepung tapioka memiliki
daya ikat yang tinggi dan kemampuannya dalam membentuk struktur
sangat kuat. Adonan tepung tapioca berbentuk kental, mudah kering
dan kadar airnya berkurang karenatepung tapioka bersifat higrokopis
dan menyerap air (Lathifah, 2015). Sehingga kandungan air pada
kerupuk perlakuan 2 cenderung lebih rendah dari perlakuan lainnya.
29
Tabel 9. Hasil Analisis Kadar Air Kerupuk Labu Siam Sesudah
digoreng
Ratio Tepung Tapioka : Labu siam Kadar Air (%)
P1 (Tapioka 90%:Labu Siam 10%)P2 (Tapioka 80%:Labu Siam 20%)P3 (Tapioka 70%:Labu Siam 30%)P4 (Tapioka 60%:Labu Siam 40%)P5 (Tapioka 50%:Labu Siam 50%)P6 (Tapioka 40%:Labu Siam 60%)
3.53a
3.13a
4.55a
3.91a
3.81a
4.46a
Keterangan: Angka yang diikuti dengan superskrip huruf yang samamenunjukkan tidak berbeda nyata (KV = 29,68%)
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 2)
menunjukkan bahwa ratio tepung tapioka dan labu siam tidak
berpengaruh terhadap kadar air kerupuk labu siam setelah digoreng (F
Hit < F Tabel). Tabel 9, menunjukkan bahwa kadar air kerupuk labu
siam sesudah digoreng tidak ada perbedaan antar perlakuan. Hal
tersebut terjadi karena proses gelatinisasi yang menyebabkan pada
waktu penggorengan air teruapkan, sehingga kandungan air kerupuk
sesudah digoreng setiap perlakuan menghasilkan angka relatif tidak
berbeda.
b. Kadar Air Setelah Digoreng
30
Gambar 4. Grafik Kadar Air Setelah digoreng
Gambar 4, menunjukkan bahwa kadar air kerupuk labu siam
sesudah digoreng cenderung mengalami penurunan kandungan airnya
jika dibandingkan dengan hasil kadar air kerupuk yang sebelum
digoreng. Menurut Garayo (2002), semakin tinggi suhu penggorengan
yang digunakan semakin tinggi penurunan kadar airnya. Pada awal
penggorengan, energi panas digunakan untuk memanaskan permukaan
kemudian bagian dalam padatan. Air di permukaan lebih cepat
menjadi uap disebabkan adanya kontak langsung padatan dengan
minyak goreng. Penurunan kadar air dicirikan adanya penguapan air
dan terjadinya gelembung gas dari permukaan padatan ke media
minyak panas. Penurunan kadar air disebabkan hilangnya sebagian air
bebas dari dalam padatan kepermukaan yang menguap ke lingkungan
(dalam minyak panas), dan perubahan massa air menjadi uap di dalam
padatan.
0
1
2
3
4
5
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Kad
ar A
ir %
Ratio Tepung Tapioka dan Labu Siam
P1= 90%:10%
P2= 80%:20%
P3= 70%:30%
P4= 60%:40%
P5= 50%:50%
P6= 40%:60%
31
Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis
oleh bahan-bahan kimia. Analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk
mengetahui kadar serat kasar bahan baku pakan. Zat-zat yang tidak larut
selama pemasakan bisa diketahui karena terdiri dari serat kasar dan zat-zat
mineral, kemudian disaring, dikeringkan, ditimbang dan kemudian
dipijarkan lalu didinginkan dan ditimbang sekali lagi. Perbedaan berat
yang dihasilkan dari penimbangan menunjukkan berat serat kasar yang ada
dalam makanan atau bahan baku pakan (Murtidjo, 1987).
Tabel 10. Hasil Analisis Kadar Serat Kasar Kerupuk Labu Siam
Keterangan: Angka yang diikuti dengan superskrip huruf yang berbedamenunjukkan ada perbedaan nyata (KV = 13,96%)
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 3) menunjukkan
bahwa ratio tepung tapioka dan labu siam berpengaruh terhadap kadar
serat kasar kerupuk labu siam (F Hit > F Tabel). Selanjutnya dilakukan uji
lanjut menggunakan Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% ada perbedaan
sangat nyata antar perlakuan.
Tabel 10, menunjukkan bahwa perlakuan 4 (tepung tapioca
60%:labu siam 40%) tidak berbeda nyata dengan perlakuan 5 (tepung
Ratio Tepung Tapioka : Labu siam Serat Kasar (%)
P1 (Tapioka 90%:Labu Siam 10%)P2 (Tapioka 80%:Labu Siam 20%)P3 (Tapioka 70%:Labu Siam 30%)P4 (Tapioka 60%:Labu Siam 40%)P5 (Tapioka 50%:Labu Siam 50%)P6 (Tapioka 40%:Labu Siam 60%)
1,09a
1,59b
1,79c
2,05d
2,13d
2,38e
2. Kadar Serat Kasar Kerupuk Labu Siam
32
tapioka 50%:labu siam 50%) tetapi keduanya berbeda nyata dengan
perlakuan 1 (tepung tapioka 90%:labu siam 10%), perlakuan 2 (tepung
tapioka 80%:labu siam 20%), perlakuan 3 (tepung tapioka 70%:labu siam
30%) dan perlakuan 6 (tepung tapioka 40%:labu siam 60%). Hal ini terjadi
karena bahan yang digunakan yaitu sayuran labu siam, mengingat bahwa
sayur labu siam mempunyai kandungan serat kasar yang tinggi yaitu 4,5%
(Saade, 1996).
Gambar 5. Garafik Kadar Serat Kasar
Gambar 5, menunjukkan bahwarerata kadar serat kasar kerupuk
labu siam berkisar antara 1,09-2,38%. Hasil analisis kadar serat kasar
kerupuk labu siam yang tertinggi adalah 2,38% yang diperoleh dari
perlakuan 6 (tepung tapioka 40%:labu siam 60%). Semakin tinggi
persentase labu siam yang digunakan maka semakin meningkat pula kadar
serat yang dihasilkan. Hasil analisis kadar serat kasar kerupuk labu siam
yang terendah adalah 1,09% yang diperoleh dari perlakuan 1 (tepung
tapioka 90%:labu siam 10%), karena tepung tapioka memiliki ukuran
1,09a
1,59b 1,79c2,05d 2,13d
2,38e
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
P1 P2 P3 P4 P5 P6Kad
ar S
erat
Kas
ar %
Ratio Tepung Tapioka dan Labu Siam
P1= 90%:10%
P2= 80%:20%
P3= 70%:30%
P4= 60%:40%
P5= 50%:50%
P6= 40%:60%
33
granula pati relatif kecil yaitu ±20µm mengingat bahwa tinggi rendahnya
kadar serat kasar sangat dipengaruhi oleh kadar amilosa, amilopektin dan
besarnya granula pati (Prawitasari dan Estiningdriati, 2012).
Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua jenis bahan pangan
dengan kandungan yang berbeda. Kandungan lemak dalam bahan pangan
adalah lemak kasar dan merupakan kandungan total lipida dalam jumlah
yang sebenarnya (Winarno, 2002).
Tabel 11. Hasil Analisis Kadar Lemak Kerupuk Labu Siam
Ratio Tepung Tapioka : Labu siam Kadar Lemak (%)
P1 (Tapioka 90%:Labu Siam 10%)P2 (Tapioka 80%:Labu Siam 20%)P3 (Tapioka 70%:Labu Siam 30%)P4 (Tapioka 60%:Labu Siam 40%)P5 (Tapioka 50%:Labu Siam 50%)P6 (Tapioka 40%:Labu Siam 60%)
14,30a
14,77b
15,75c
16,99d
17,53e
17,92f
Keterangan: Angka yang diikuti dengan superskrip huruf yang berbedamenunjukkan ada perbedaan nyata (KV = 0,65%)
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 4) menunjukkan
bahwa ratio tepung tapioka dan labu siam berpengaruh terhadap kadar
lemak kerupuk labu siam (F Hit > F Tabel). Selanjutnya dilakukan uji
lanjut menggunakan Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%ada perbedaan
sangat nyata antar perlakuan.
Tabel 11, menunjukkan kadar lemak kerupuk labu siam
mempunyai perbedaan antar perlakuan, hal ini disebabkan semakin tinggi
3. Kadar Lemak Kerupuk Labu Siam
34
konsentrasi labu siam yang digunakan maka kadar lemak pada kerupuk
akan meningkat.
Gambar 6. Grafik Kadar Lemak
Gambar 6, menunjukkan bahwa hasil kadar lemak tertinggi pada
kerupuk labu siam ini adalah 17,92% yang diperoleh dari perlakuan 6
(tepung tapioka 40%:labu siam 60%). Sedangkan hasil kadar lemak
kerupuk labu siam terendah adalah 14,30% yang diperoleh dari perlakuan
1 (tepung tapioka 90%:labu siam 10%). Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi labu siam dan semakin rendah konsentrasi
tepung tapioka yang digunakan akan menghasilkan kadar lemak yang
tinggi, karena sayur labu siam dikenal mempunyai kandungan serat yang
tinggi, dimana peran utama serat dalam makanan ialah kemampuannya
dalam mengikat minyak, sehingga perlakuan 6 (tepung tapioka 40%:labu
siam 60%) dengan konsentrasi labu siam yang tinggi cenderung mengikat
lemak lebih banyak pada kerupuk yang dihasilkan.
14,30a 14,77b 15,75c 16,99d 17,53e 17,92f
0
5
10
15
20
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Kad
ar L
emak
%
Ratio Tepung Tapioka dan Labu Siam
P1= 90%:10%
P2= 80%:20%
P3= 70%:30%
P4= 60%:40%
P5= 50%:50%
P6= 40%:60%
35
Tinggi rendahnya kandungan lemak pada kerupuk juga dapat
disebabkan pada proses penggorengan, karena kenaikan kadar lemak pada
bahan pangan yang digoreng diduga disebabkan adanya minyak goreng
yang terserap oleh bahan pangan tersebut yang mengakibatkan kadar
lemak bertambah, dimana proses penggorengan berbeda dengan proses
pengolahan pangan lainnya, selain berfungsi sebagai penghantar panas,
minyak juga akan diserap oleh bahan pangan yang digunakan.
Pengukuran tekstur pada kerupuk dilakukan dengan
menggunakan uji tekanan (compression test), dengan menggunakan alat
texture analyzer dimana probe akan menekan bagian tengah
produk/kerupuk. Uji tekstur ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
kekerasan kerupuk, Nilai hardness menunjukkan nilai daya patah yang
digunakan dalam uji analisis tekstur untuk menentukan regangan ataupun
tegangan pada kerupuk udang hingga mencapai kondisi fracture/patah.
Menurut Jamaluddin dkk (2011) tegangan dan regangan didefenisikan
sama dengan kekerasan dan kerenyahan.
B. Sifat Fisik
1. Tekstur Kerupuk Labu Siam
36
Tabel 12. Hasil Analisis Tekstur Kerupuk Labu Siam
Ratio Tepung Tapioka : Labu siam Tekstur (gf)
P1 (Tapioka 90%:Labu Siam 10%)P2 (Tapioka 80%:Labu Siam 20%)P3 (Tapioka 70%:Labu Siam 30%)P4 (Tapioka 60%:Labu Siam 40%)P5 (Tapioka 50%:Labu Siam 50%)P6 (Tapioka 40%:Labu Siam 60%)
4695,9c
3957,9c
2740,8b
2193,6ab
2091,6ab
1155,4a
Keterangan: Angka yang diikuti dengan superskrip huruf yang berbedamenunjukkan ada perbedaan nyata (KV = 19,76%)
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 5) menunjukkan
bahwa ratio tepung tapioka dan labu siam berpengaruh terhadap tekstur
kerupuk labu siam (F Hit > F Tabel). Selanjutnya dilakukan uji lanjut
menggunakan Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% ada perbedaan
sangat nyata antar perlakuan.
Tabel 12, menunjukkan bahwa perbedaan antar perlakuan
dipengaruhi karena perbedaan kandungan pati dan kadar air pada kerupuk
tersebut, karena pada dasarnya tinggi rendahnya nilai hardness pada
kerupuk disebabkan dari kandungan bahan lainnya adalah patidan kadar
air yang dimiliki bahan. Selain itu, ketebalan kerupuk juga mempengaruhi
proses perambatan panas kedalam bahan sehingga berpengaruh pula pada
tekstur bahan yang dihasilkan serta adanya proses pencampuran bahan
yang kurang kalis menyebabkan kondisi pati dalam padatan kurang
homogen dan hal ini juga mempengaruhi tekstur kerupuk yang dihasilkan
(Kartini, 2006).
37
Gambar 7. Grafik Tekstur
Berdasarkan gambar 7 di atas, menunjukkan bahwahasilrerata
analisis tekstur kerupuk labu siam tertinggi adalah 4695,9% diperoleh dari
perlakuan 1 dengan konsentrasi tepung tapioka tertinggi yaitu 90% dan
konsentrasi labu siam terendah yaitu 10%. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi tepung tapioka yang digunakan maka akan
menghasilkan angka hardness yang tinggi atau tekstur yang keras pada
kerupuk tersebut karena tepung tapioka diperoleh dari umbi akar ketela
pohon yang memiliki kandungan pati cukup tinggi yaitu 24% yang
menyebabkan kerupuk cenderung lebih keras.
Sedangkan rerata tekstur kerupuk labu siam terendah adalah
1155,4% yang diperoleh dari perlakuan 6 (tepung tapioka 40%:labu siam
60%). Hal ini terjadi karena pada perlakuan tersebut menggunakan
konsentrasi labu siam yang tinggi, mengingat bahwa labu siam memiliki
kandungan serat yang cukup tinggi, dimana serat itu sendiri mempunyai
peran utama dalam pengikatan air. Semakin banyak air yang terikat maka
air tersebut mengakibatkan proses gelatinisasi menjadi lebih lembek
4695,9c
3957,9c
2740,8b
2193,6ab2091,6ab
2091,6ab
0
1000
2000
3000
4000
5000
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Teks
tur
(gf)
Ratio Tepung Tapioka dan Labu Siam
P1= 90%:10%
P2= 80%:20%
P3= 70%:30%
P4= 60%:40%
P5= 50%:50%
P6= 40%:60%
38
karena banyaknya kandungan air didalamnya, sehingga tekstur yang
dihasilkanpun cenderung lebih lunak atau lembek. Proses gelatinisasi
terjadi karena pati dari tepung tapioka tersusun atas dua komponen yang
tidak larut dalam air yaitu amilosa23% dan amilopektin 77%. Dua
komponen ini dapat menyerap air dan mengembang jika ditambahkan
dengan air dan dilakukan pemanasanan (Nanin, 2011).
Salah satu karakteristik kerupuk yang penting adalah daya
kembang dari kerupuk yang dihasilkan. Daya kembang pada kerupuk
dipengaruhi oleh proses gelatinisasi pati. pati yang sesuai untuk membuat
kerupuk adalah yang memiliki fraksi amilopektin yang tinggi, daya serap
air yang relative tinggi, dan daya serap minyak yang relative rendah, agar
dapat menghasilkan struktur porus yang seragam dan tekstur yang renyah.
Tabel 13. Hasil Analisis Daya Kembang Kerupuk Labu Siam
Ratio Tepung Tapioka : Labu siam Daya Kembang (%)
P1 (Tapioka 90%:Labu Siam 10%)P2 (Tapioka 80%:Labu Siam 20%)P3 (Tapioka 70%:Labu Siam 30%)P4 (Tapioka 60%:Labu Siam 40%)P5 (Tapioka 50%:Labu Siam 50%)P6 (Tapioka 40%:Labu Siam 60%)
114,9a
124,4a
132,9a
100,8a
101,8a
71,8a
Keterangan: Angka yang diikuti dengan superskrip huruf yang samamenunjukkan tidak berbeda nyata (KV = 51,64%)
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 6) menunjukkan
bahwa ratio tepung tapioka dan labu siam tidak berpengaruh terhadap daya
2. Daya Kembang Kerupuk Labu Siam
39
kembang kerupuk labu siam (F Hit > F Tabel). Tabel 13 menunjukkan
tidak ada perbedaan antar perlakuan yang dilakukan. Hal ini terjadi karena
pada proses penggorengan kerupuk menggunakan suhu yang relatif sama
dan stabil sehingga menghasilkan angka analisis yang relatif sama.
Gambar 8. Grafik Daya Kembang
Gambar 8, menunjukkan bahwa rerata analisis daya kembang
kerupuk labu siam ini adalah 71,8-132,9%. Hasil rerata daya kembang
kerupuk labu siam tertinggi adalah 132,9% diperoleh dari perlakuan 3
(tepung tapioka 70%:labu siam 30%). Hal ini terjadi karena pada
perlakuan tersebut menggunakan konsentrasi tapioka yang cukup tinggi,
kadar amilopektin yang tinggi pada tapioka menyebabkan volume
pengembangan kerupuk meningkat, sebab amilopektin memiliki struktur
bercabang sehingga sulit untuk menyerap air tapi mampu menahan air
keluar sehingga mempengaruhi proses gelatinisasi. Proses pencampuran
terjadi penyerapan air oleh pati yang menyebabkan terbentuknya suspensi
114,9a 124,4a 132,9a
100,8a 101,8a
71,8a
0
50
100
150
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Day
a K
emba
ng %
Perlakuan Ratio Tepung Tapioka dan Labu Siam
P1= 90%:10%
P2= 80%:20%
P3= 70%:30%
P4= 60%:40%
P5= 50%:50%
P6= 40%:60%
40
pati dalam air, selanjutnya pada saat pengukusan terjadi gelatinisasi
patidan terjadi pengembangan adonan (Theodora, 2013).
Sedangkan daya kembang terendah adalah 71,8% diperoleh dari
perlakuan 6 (tepung tapioka 40%:labu siam 60%). Menurut Koswara
(2009) mengatakan bahwa pada proses penggorengan akan terjadi
penguapan air yang terikat dalam gel pati akibat peningkatan suhu dan
dihasilkan tekanan uap yang mendesak gel patiterjadi pengembangan
sekaligus terbentuk rongga-rongga udara pada kerupuk yang telah
digoreng.
Warna merupakan sensori pertama yang dapat dilihat langsung
oleh panelis. penentuan mutu bahan makanan umumnya bergantung pada
warna yang dimilikinya, warna yang tidak menyimpang dari warna
yangseharusnya akan memberi kesan penilaian tersendiri oleh panelis
(De Man, 1997).
Tabel 14. Hasil Analisis Skor Warna
Ratio Tepung Tapioka : Labu siam SkorWarna
Keterangan
P1 (Tapioka 90%:Labu Siam 10%)P2 (Tapioka 80%:Labu Siam 20%)P3 (Tapioka 70%:Labu Siam 30%)P4 (Tapioka 60%:Labu Siam 40%)P5 (Tapioka 50%:Labu Siam 50%)P6 (Tapioka 40%:Labu Siam 60%)
4,6bc
1,8a
3,5b
3,6b
5c
6,7d
Agak SukaSangat TidakSuka
Kurang SukaKurang Suka
SukaAmat Suka
Keterangan: Angka yang diikuti dengan superskrip huruf yang berbedamenunjukkan ada perbedaan nyata (KV = 21,95%)
C. Uji Organoleptik
1. Skor Warna
41
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 7) menunjukkan
bahwa ratio tepung tapioka dan labu siam berpengaruh terhadap warna
kerupuk labu siam (F Hit > F Tabel). Selanjutnya dilakukan uji lanjut
menggunakan Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% ada perbedaan
antar perlakuan dapat dilihat pada Tabel 14.
Gambar 9. Grafik Skor Warna
Gambar 9, menunjukkan bahwa nilai rerata skor kesukaan warna
kerupuk labu siam berkisar antara 1,8-6,7% dengan kriteria sangat tidak
suka hingga amat suka. Hasil skor kesukaan warna kerupuk labu siam
tertinggi adalah 6,7% dengan kriteria amat suka yang diperoleh dari
perlakuan 6 (tepung tapioka 40%:labu siam 60%). Hal ini terjadi karena
dengan banyaknya penambahan konsentrasi labu siam dimana pada
dasarnya sayur tersebut memiliki warna yang cerah akan menghasilkan
warna kerupuk menjadi lebih cerah yaitu cenderung lebih kuning
dibanding dengan perlakuan lainnya sehingga membuat panelis lebih
memilih kesukaan warna pada perlakuan 6. Sedangkan skor kesukaan
4,6bc
1,8a
3,5b 3,6b
5c
6,7d
0
2
4
6
8
P1 P2 P3 P4 P5 P6
War
na
Ratio Tepung Tapioka dan Labu Siam
P1= 90%:10%
P2= 80%:20%
P3= 70%:30%
P4= 60%:40%
P5= 50%:50%
P6= 40%:60%
42
warna terendah adalah 1,8% dengan kriteria sangat tidak suka yang
diperoleh dari perlakuan 2 (tepung tapioka 80%:labu siam 20%), hal ini
terjadi karena pada perlakuan tersebut menggunakan konsentrasi tepung
tapioka yang cukup tinggi, mengingat bahwa tepung tapioka itu sendiri
memiliki warna putih yang menyebabkan warna kerupuk pada perlakuan
ini cenderung lebih pucat dari pada perlakuan yang lainnya. Peningkatan
penambahan tepung tapioka mengakibatkan terjadinya penurunan
kecerahan warna (Widati., dkk, 2014). Oleh karena itu panelis cenderung
sedikit yang memilih kesukaan warna pada perlakuan 1.
Rasa adalah tingkat kesukaan dari produk makanan yang diamati
dengan indera perasa. Rasa suatu produk mempengaruhi tingkat
penerimaan konsumen. Walaupun parameter lainnya baik, jika rasanya
tidak disukai maka produk tersebut akan ditolak (Soekarto, 1985).
Tabel 15. Hasil Analisis Skor Rasa
Ratio Tepung Tapioka : Labu siam Skor Rasa Keterangan
P1 (Tapioka 90%:Labu Siam 10%)P2 (Tapioka 80%:Labu Siam 20%)P3 (Tapioka 70%:Labu Siam 30%)P4 (Tapioka 60%:Labu Siam 40%)P5 (Tapioka 50%:Labu Siam 50%)P6 (Tapioka 40%:Labu Siam 60%)
2,1a
2,6a
3,1a
4,6b
6,5c
6,2c
Tidak SukaTidak Suka
Kurang SukaAgak SukaAmat SukaAmat Suka
Keterangan: Angka yang diikuti dengan superskrip huruf yang berbedamenunjukkan ada perbedaan nyata (KV = 18,01%)
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 8) menunjukkan
bahwa ratio tepung tapioka dan labu siam berpengaruh terhadap rasa
2. Skor Rasa
43
kerupuk labu siam (F Hit > F Tabel). Selanjutnya dilakukan uji lanjut
menggunakan Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%ada perbedaan
sangat nyata antar perlakuan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 15.
Gambar 10. Grafik Rasa
Gambar 10, menunjukkan bahwa nilai rerata skor kesukaan rasa
kerupuk labu siam berkisar antara 2,1-6,2% dengan kriteria tidak suka
hingga amat suka. Hasil skor kesukaan rasa pada kerupuk labu siam yang
tertinggi adalah 6,2% dengan kriteria amat suka yang diperoleh dari
perlakuan 6 (tepung tapioka 40%:labu siam 60%). Hal ini terjadi karena
penggunaan konsentrasi labu siam yang lebih tinggi dari pada konsentrasi
tepungnya yang menyebabkan rasa labu siam yang lebih menonjol pada
perlakuan tersebut jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Menurut
Kumalaningsih (1986) dalam Suryani (2007), rasa suatu bahan pangan
dapat berasal dari bahan itu sendiri dan bila mendapat perlakuan
pengolahan maka rasanya dapat dipengaruhi oleh bahan yang
ditambahkan.
2,1a 2,6a 3,1a
4,6b
6,5c6,2c
0
2
4
6
8
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Ras
a
Ratio Tepung Tapioka dan Labu Siam
P1= 90%:10%
P2= 80%:20%
P3= 70%:30%
P4= 60%:40%
P5= 50%:50%
P6= 40%:60%
44
Sedangkan hasil skor kesukaan rasa kerupuk labu siam terendah
adalah 2,1% dengan kriteria tidak suka yang diperoleh dari perlakuan 1
(tepung tapioka 90%:labu siam 10%). Hal tersebut dikarenakan pada
perlakuan 1 menggunakan konsentrasi tepung tapioka yang cukup tinggi
dibanding dengan konsentrasi labu siamnya, yang menyebabkan rasa
kerupuk pada perlakuan tersebut kurang terasa labu siamnya dan
membuat panelis jarang menyukai kerupuk pada perlakuan 1. Menurut
Herliani (2008) pada proses pengukusan granula pati tepung tapioka akan
mengalami hidrolisis, ketika dilakukan pengukusan tepung tapioka
dengan konsentrasi yang tinggi akan menutupi cita rasa dari bahan baku
yang digunakan.
Aroma adalah bau yang ditimbulkan olehrangsangan kimia yang
tercium oleh syaraf-syaraf olfaktoriyang berada dalam rongga
hidung,Pada umumnya bau yang diterima oleh hidung dan otak lebih
banyak merupakan berbagai ramuan atau campuran empat bau utama
yaitu harum, asam, tengik dan hangus (Winarno, 2010).
Tabel 16. Hasil Analisis Skor Aroma
Ratio Tepung Tapioka : Labu siam Skor Aroma Keteragan
P1 (Tapioka 90%:Labu Siam 10%)P2 (Tapioka 80%:Labu Siam 20%)P3 (Tapioka 70%:Labu Siam 30%)P4 (Tapioka 60%:Labu Siam 40%)P5 (Tapioka 50%:Labu Siam 50%)P6 (Tapioka 40%:Labu Siam 60%)
4,8c
3,5b
2,6ab
2,4a
6d
6,6d
Agak SukaKurang SukaTidak SukaTidak SukaAmat SukaAmat Suka
Keterangan: Angka yang diikuti dengan superskrip huruf yang berbedamenunjukkan ada perbedaan nyata (KV = 17,32%)
3. Skor Aroma
45
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 9) menunjukkan
bahwa ratio tepung tapioka dan labu siam berpengaruh terhadap aroma
kerupuk labu siam (F Hit > F Tabel). Selanjutnya dilakukan uji lanjut
menggunakan Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% ada perbedaan
antar perlakuan dapat dilihat pada Tabel 16.
Gambar 11. Grafik Skor Aroma
Gambar 11, menunjukkan bahwa nilai rerata skor kesukaan aroma
kerupuk labu siam berkisar antara 2,4-6,6% dengan kriteria tidak suka
hingga amat suka. Hasil skor kesukaan aroma pada kerupuk labu siam
yang tertinggi adalah 6,6% dengan kriteria amat suka yang diperoleh dari
perlakuan 6 (tepung tapioka 40%:labu siam 60%). Sedangkan skor
kesukaan aroma terendah adalah 2,4% dengan kriteria tidak suka yang
diperoleh dari perlakuan 4 (tepung tapioka 60%:labu siam 40%). Panelis
cenderung tidak menyukai perlakuan 4 disebabkan karena pada
perlakuan tersebut menggunakan penambahan konsentrasi tepung tapioka
yang lebih tinggi daripada labu siamnya sehingga akan menutupi aroma
4,8c
3,5b
2,6ab 2,4a
6d 6,6d
0
2
4
6
8
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Aro
ma
Ratio Tepung Tapioka dan Labu Siam
P1= 90%:10%
P2= 80%:20%
P3= 70%:30%
P4= 60%:40%
P5= 50%:50%
P6= 40%:60%
46
dari labu siam tersebut dan menghasilkan aroma labu siam kurang
spesifik pada kerupuk.
Kerenyahan merupakan salah satu bagiandari sifat tekstural suatu
produk pangan yang menggunakan indera pengecap dan pendengaran
sebagai parameter penilaian organoleptiknya (Lavlinesia, 1995).
Tabel 17. Hasil Analisis Skor Kerenyahan
Ratio Tepung Tapioka : Labu siamSkor
KerenyahanKeterangan
P1 (Tapioka 90%:Labu Siam 10%)P2 (Tapioka 80%:Labu Siam 20%)P3 (Tapioka 70%:Labu Siam 30%)P4 (Tapioka 60%:Labu Siam 40%)P5 (Tapioka 50%:Labu Siam 50%)P6 (Tapioka 40%:Labu Siam 60%)
1,2a
2,8ab
4,2b
3,5b
4,0b
6,1c
Amat Tidak RenyahTidak RenyahAgak Renyah
Kurang RenyahAgak RenyahAmat Renyah
Keterangan: Angka yang diikuti dengan superskrip huruf yang berbedamenunjukkan ada perbedaan nyata (KV = 33,48%)
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 10)
menunjukkan bahwa ratio tepung tapioka dan labu siam berpengaruh
terhadap kerenyahan kerupuk labu siam (F Hit > F Tabel). Selanjutnya
dilakukan uji lanjut menggunakan Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%
ada perbedaan sangat nyata antar perlakuan yang dilakukan dapat dilihat
pada Tabel 17.
4. Skor Uji Mutu Hedonik Kerenyahan
47
Gambar 12. Grafik Skor Kerenyahan
Gambar 12, menunjukkan bahwa nilai rerata skor uji mutu
hedonik kerenyahan kerupuk labu siam berkisar antara 1,2-6,1% dengan
kriteria amat tidak renyah hingga amat renyah. Hasil skor kerenyahan
pada kerupuk labu siam yang tertinggi adalah 6,1% dengan kriteria amat
renyah yang diperoleh dari perlakuan 6 (tepung tapioka 40%:labu siam
60%).Hal ini terjadi karena semakin tinggi konsentrasi labu siam yang
digunakan maka semakin besar pula kandungan serat pada kerupuk.
Banyaknya serat pada kerupuk akan sangat berpengaruh terhadap tekstur
atau mutu sensori kerenyahan yang baik dari kerupuk yang dihasilkan.
Sedangkan hasil skor kerenyahan kerupuk labu siam terendah
adalah 1,2% dengan kriteria amat tidak renyah yang diperoleh dari
perlakuan 1(tepung tapioka 90%:labu siam 10%). Hal ini terjadi karena
pada perlakuan 1 memiliki kandungan air yang sedikit sehingga
menghasilkan kerupuk yang tidak renyah.
1,2a
2,8ab
4,2b
3,5b 4,0b
6,1c
0
2
4
6
8
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Ker
enya
han
Ratio Tepung Tapioka dan Labu Siam
P1= 90%:10%P2= 80%:20%P3= 70%:30%P4= 60%:40%P5= 50%:50%P6= 40%:60%
48
Mutu suatu bahan pangan dapat diketahui ada tiga sifat yaitu kimia,
fisik, dan organoleptik. Diterima tidaknya bahan atau produk pangan oleh
konsumen lebih banyak ditentukan oleh sifat organoleptik, karena
berhubungan langsung dengan selera konsumen (Mangkoesubroto, 2008)
Data-data yang diperlukan untuk analisis keputusan adalah aspek
kuantitas dan aspek kualitas. Aspek kuantitas meliputi kadar air, kadar serat
kasar, kadar lemak, tekstur, dan daya kembang. Sedangkan aspek kualitas
meliputi warna, rasa, aroma dan kekerasan. Masing-masing data tersebut
dicari perlakuan yang terbaik dari parameter kimia, fisik serta organoleptik,
maka nilai rata-rata terbaik didapatkan pada Tabel 18.
D. Analisa Keputusan
49
Tabel 18. Hasil Analisa Kerupuk Labu Siam
No Parameter UjiBerbagai Ratio Tepung Tapioka dan Labu Siam
SNIP1 P2 P3 P4 P5 P6
1. Sifat KimiaKadar AirSebelumdigoreng (%)
7,553a 7,205a 7,393a 7,553a 8,148ab 8,788b Maks.12%
(4) (6) (5) (3) (2) (1)Kadar AirSetelahdigoreng (%)
3.535a 3.133a 4.553a 3.910a 3.813a 4.460a Maks.8%
(5) (6) (1) (3) (4) (2)Kadar SeratKasar (%)
1,0900a 1,5914b 1,7904c 2,0579d 2,1339d 2,3862e -
(1) (2) (3) (4) (5) (6)Kadar Lemak(%)
14,3024a 14,7781b 15,7502c 16,9948d 17,5393e 17,9297f Maks.38%
(6) (5) (4) (3) (2) (1)2. Sifat Fisik
Tekstur (gf) 4695,9c 3957,9c 2740,8b 2193,6ab 2091,6ab 1155,4a -(1) (2) (3) (4) (5) (6)
DayaKembang(%)
114,9a 124,4a 132,9a 100,8a 101,8a 71,8a -
(4) (5) (6) (2) (3) (1)3. Uji
Organoleptik
Warna 4,6bc 1,8a 3,5b 3,6b 5c 6,7d Nor-mal
(4) (1) (2) (3) (5) (6)
Rasa 2,1a 2,6a 3,1a 4,6b 6,5c 6,2c Nor-mal
(1) (2) (3) (4) (6) (5)
Aroma 4,8c 3,5b 2,6ab 2,4a 6d 6,6d Nor-mal
(4) (3) (2) (1) (5) (6)
Kerenyahan 1,2a 2,8ab 4,2b 3,5b 4,0b 6,1c Nor-mal
(1) (2) (5) (3) (4) (6)Jumlah 31 34 34 30 41 40
50
BAB V
PENUTUP
1. Ratio tepung tapioka dan labu siam berpengaruh terhadap kadar air
sebelum digoreng, kadar serat kasar, kadar lemak, tekstur, warna, rasa,
aroma, kerenyahan dan tidak berpengaruh terhadap kadar air setelah
digoreng, daya kembang.
2. Ratio tepung tapioka dan labu siam terbaik adalah P5(50:50),
menghasilkan kerupuk labu siam dengan karakteristik sebagai berikut:
Kadar air sebelum digoreng 8,148% ; kadar air setelah digoreng 3.813% ;
kadar serat kasar 2,1339% ; kadar lemak 17,5393% ; tekstur 2091,6 (gf) ;
daya kembang 101,8% dan uji organoleptik hedonik kesukaan terhadap
parameter warna dengan skor 5 (suka), rasa dengan skor 6,5 (amat suka),
aroma dengan skor 6 (amat suka), serta uji mutu hedonik kerenyahan
dengan skor 4,0 (agak renyah)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut menggunakan ratio tepung tapioka dan labu siam pada kerupuk
labu siam dan perlu diperhatikan rendemennya.
A. Kesimpulan
B. Saran
51
Amertaningtyas, D., Masdiana Ch. P., Manik E S., Abdul M, and Khothibul U.2010. Kualitas organoleptik (kerenyahan dan rasa) kerupuk kerupuk kulitkelinci pada teknik buang bulu yang berbeda. Fakultas Peternakan.Universitas Brawijaya Malang.Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak(JITEK). Volume 5 Nomor 1 (18-22).
Badan Pusat Statistik, 2013. Statistik Pertanian 2013. Jakarta: BPS. Desember2013
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP). (2012). Data Kandungan GiziBahan Pangan Pokok dan Penggantinya. Provinsi DIY. Diakses 28November 2018.http://bkppp.bantulkab.go.id/documents/20120725142651-data kandungan-gizibahan-pangan-dan-olahan.pdf
De Man, J.M. 1997. Principle of Food Chemistry. Penerjemah : KosasihPadmawinata. Institut Teknologi Bandung : Bandung.
Garayo, J. (2002). Vacuum fraying of potato chips. Journal of Food Engineerin.55:181-191.
Heliani, L. 2008. Teknologi Pengawetan Pangan. Alfabeta. Bandung.
Hermayanti, Yeni., G. Eli. 2006. Modul Analisa Proksimat. Padang : SMAK 3Padang.
Huda N. , Ang L. L., Chung X. Y. and Herpandi. 2010. Chemical Composition,Colour and Linear Expansion Properties of Malaysian Commercial FishCracker (Keropok). Asian Journal of Food and Agro-Industry 3(05), 473-482 ISSN 1906-3040.
Jamaluddin, Budi Rahardjo, Pudji Hastuti & Rochmadi. 2011. ModelMatematika Optimasi Untuk Perbaikan Proses Penggorengan VakumTerhadap Tekstur Kerupuk Buah. Jurnal TeknikvIndustri.Vol 12 (1): 82-89
Koswara, S. 2009. Pengolahan Aneka Kerupuk. Ebookpangan.com.
Lathifah, U. N. 2015. Pengaruh Penambahan Tepung Tapioka SebagaiPengganti“Bleng” (Boraks) Dalam PembuatanKerupuk Terhadap TingkatPengembanganDan Daya Terima Kerupuk Karak. [Skripsi]. UniversitasMuhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Lavlinesia. 1995. Kajian Beberapa Faktor Pengembangan Volumetrik danKerenyahan Kerupuk Ikan. Tesis. Institute Pertanian Bogor. Bogor
DAFTAR PUSTAKA
52
Leach, H.M. 1965. Gelatinization of starch. In: R.L. Wisier dan E.F. Paschall(Eds). Starch Chemistry and Technology. Vol. I Academic Press, NewYork.
Mohamed S., N. Abdullah, dan M.K. Muthu. 1989. Physical Properties ofKeropok (Fried Crisps) in Relation to the Amylopectin Content of theStarch Flour. J sc. Food Agri 1989 (49):369-317.
Mulyana, Wahono, dan Indria. 2014. Pengaruh Proporsi (Tepung TempeSemangit: Tepung Tapioka) dan Penambahan Air terhadap KarakteristikKerupuk Tempe Semangit. Jurnal Pangan dan Agroindustri 2(4):113–120.
Murtidjo. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Yogyakarta : Kanisius.Ockerman, H.W dan C.L. Hansen. 1988. Animal by-product Processing.Ellis Hoorwood : Chichester.
Nanin, Wahyuningtiyas. 2011. Produksi Pembuatan Kerupuk DenganSubstitusiPisang KepokKuning. Karya Tulis Ilmiah.Surakarta : UniversitasSebelasMaret.
Nugraheni, D, Ambarsari, I, dan Setiani, C, 2011. Kajian mutu dodol wortel danlabu siam. Prosiding Semiloka Nasional Dukungan Agro-Inovasi untukPemberdayaan Petani, 909 Kerjasama UNDIP. BPTP Jateng.
Nurhayati A. 2007. Sifat Kimia Kerupuk Goreng Yang Diberi PenambahanTepung Daging Sapi dan Perubahan Bilangan Tba Selama Penyimpanan.Skripsi. IPB. Bogor.
Prawitasari, I. Dan Estiningdriati,(2012). Kecernaan protein Kasar dan serat Kasarserta Laju Digesta pada Ayam Arab yang Diberi Ramsum dengan BerbagaiLevel Azolla Microphylla. Animal Agriculture Journal, 1: 417-83.
Putri, O.B. 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Labu Siam (Secheum edule)Terhadap penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar yang DiinduksiAloksan [skripsi]. UNDIP : Semarang
Rosida.2009. Evaluasi Nilai Gizi Pati Resisten Pada Produkdari Empat Jenis Pati.Jurusan Teknologi danI ndustri Pangan, Vol XX No. 1 Th. 2009.UPNVeteran. Jawa Timur.
Saade, R. L. (1996). Chayote. Sechium edule (Jacq.) Sw. Institut Sumber DayaGenetik Tanaman Internasional , 8-46.
[SNI] Standar Nasional Indonesia.1992. SNI 01-2891-1992: Cara Uji Makanandan Minuman. Jakarta (ID): Dewan Standardisasi Nasional.
53
Soekarto, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik. Bharata Karya Akasara : Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. 1999. SNI 01-0222-1999. Syarat Mutu Kerupuk.Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Sudarmadji, S., dkk, 1984. Prosedur Analisa Untuk Makanan dan Pertanian.Liberti, Yogyakarta.
Suryani, D. A. L. 2001. Kualitas Kerupuk Rambak Kulit KambingPeranakanEtawah (PE) dan Peranakan Boer(PB) Ditinjau dari Kadar Air,DayaKembang, Rasa, dan Kerenyahan.Skripsi S-1, FakultasPeternakanUniversitas Brawijaya, Malang.
Tahir S. 1985. Mempelajari pembuatan dan karakteristik kerupuk tepung sagu(Metroxylon sago R) [skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian,Institut Pertanian Bogor.
Tarwiyah, K. 2001. Kerupuk. Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, danIndustri Sumatera Barat, Teknologi dan Industri, Sumatra Barat.
Theodora, D. 2013. Pengaruh Proporsi Tapioka Dan Terigu TerhadapSifatFisikokimia Dan Organoleptik Kerupuk Berseledri [Skripsi].Universitas Katolik Widya Mandala. Surabaya
Tofan. 2008. Sifat Fisik dan Organoleptik Kerupuk yang Diberi PenambahanTepung Daging Sapi Selama Penyimpanan.Skripsi. Program StudiTeknologi Hasil Ternak. Fakultas Perternakan, Institut Pertanian. Bogor
USDA. 2013. Nutrien Values ad Weights are for Edible Portion of Chayote.National Database for Standare Reference Declease.
Whistler, R. C., E. F. Paschall, I. N. Bemiller, and H. I. Robert. 1984. Starch,Chemistry and Technology. Vol.11. Academic Press. New York.
Widati, Aris., Eny Sri Widyastuti., Rulita and Muhammad Sholehul Zenny. 2014.The effect of addition tapioca starch on quality of chicken meatball chipswith vacuum frying method. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan 21 (2): 11 - 27
Winarno, F. G., D. Fardiaz dan S. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan.PT. Gramedia, Jakarta.
Winarno, F. G. 1997. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumsi. PT. GramediaPustaka Utama. Jakarta
Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
54
Winarno, F. G. 2010. Enzim Pangan. Bogor : M-Brio Press.Wiriano, H. 1984. Mekanisme Teknologi Pembuatan Kerupuk. Balai
Pengembangan Makanan Phytokimia, Badan Penelitian dan PengembanganIndustri, Departemen Perindustrian, Jakarta.
Zulviani, R. 1992. Mempelajari Pengaruh Berbagai Tingkat Suhu PenggorenganTerhadap Pengembangan Kerupuk Goreng. Bogor: Institut PertanianBogor.
55
Hasil perhitungan kadar air pada kerupuk labu sebelum digoreng
Db Total : 24 – 1 = 23
Db Perlakuan : 6 – 1 = 5
Db Ulangan : 4 – 1 = 3
Db Galad : 23 – 5 – 3 = 15
FK=
= 1450,04
JK Total = (6,55² + 7,59² + 7,76² + 8,31² + 6,22² + 7,25² + 7,31² + 8,04² + 6,74² + 7, 11² + 8,07² + 7,65² + 6,83² + 8² + 7,91² + 7,47² + 7,46² + 7,76² + 8,54² + 8,83² + 9,15² + 8,1² + 9² + 8,9²) − 1450,04
= 14,0301
JK Perlakuan =
− 4 0 04
= 6,934
JK Ulangan =
− 4 0 04
= 4,1077
JK Galad = 14, 0301 – 6,934 – 4,1077
= 2,9884
KT Perlakuan = 4
= 1,3868
U1 U2 U3 U4 TP Rata2
P1 6,55 7,59 7,76 8,31 30,21 7,553
P2 6,22 7,25 7,31 8,04 28,82 7,205
P3 6,74 7,11 8,07 7,65 29,57 7,393
P4 6,83 8 7,91 7,47 30,21 7,553
P5 7,46 7,76 8,54 8,83 32,59 8,148
P6 9,15 8,1 9 8,9 35,15 8,788
TU 42,95 45,81 48,59 49,2 186,55 46,6375
LAMPIRAN
1. Statistik Kadar Air Kerupuk Labu Siam Sebelum digoreng
56
KT Ulangan = 4 0
= 1,3692
KT Galad =
= 0,1992
F Hitung Perlakuan =
= 6,9618
F Hitung Ulangan =
0 = 6,8734
Sidik ragam/analisis varian kadar air kerupuk labu siam sebelum digoreng
Sumber
Variasi Db JK KT
Uji F
F Hitung F Tabel
5% 1%
Perlakuan 5 6,934 1,3868 6,9618 2,90 4,56
Ulangan 3 4,1077 1,3692 6,8734 3,29 5,42
Galad 15 2,9884 0,1992
Total 23 14,0301
KV = √
⁄
x 100% = 5,74%
Pengujian Lanjut BNJ (Beda Nyata Jujur)
Sx = √
= 0,223159136
W = Sx. q 5% (6,15) = 0,223159136 x 4,37= 0,9752054243
P1-P2 = 0.348 <0,9752054243
P1-P3 = 0.160 <0,9752054243
P1-P4 = 0.000 <0,9752054243
P1-P5 = 0.595 <0,9752054243
P1-P6 = 1.235 >0,9752054243
P2-P3 = 0.188 <0,9752054243
P2-P4 = 0.348 <0,9752054243
P2-P5 = 0.943 <0,9752054243
P2-P6 = 1.583 >0,9752054243
P3-P4 = 0.160 <0,9752054243
P3-P5 = 0.755 <0,9752054243
P3-P6 = 1.395 >0,9752054243
P4-P5 = 0.595 <0,9752054243
P4-P6 = 1.235 >0,9752054243
P5-P6 = 0.640 <0,9752054243
57
Notasi:
P2 P3 P1 P4 P5 P6
a a a a ab b
Hasil Analisis Kadar Air Kerupuk Labu Siam Sebelum digoreng
Perlakuan Hasil Purata
P1
P2
P3
P4
P5
P6
7,553a
7,205a
7,393a
7,553a
8,148ab
8,788b
58
Db Total : 24 – 1 = 23
Db Perlakuan : 6 – 1 = 5
Db Ulangan : 4 – 1 = 3
Db Galad : 23 – 5 – 3 = 15
FK=
= 365,12
JK Total = (6,42² + 0,74² + 3,67² + 3,31² + 3,55² + 2,60² + 4,39² + 1,99² + 6,69² + 3,72² + 3,96² + 3,84² + 3,84² + 3,99² + 3,58² + 4,23² + 3,86² + 4,46² + 3,73² + 3,20² + 5,40² + 5,20² + 3,45² + 3,79²) − 365,12
= 35,4711
JK Perlakuan =
−
= 5,8755
JK Ulangan = 0 0
−
= 9,481
JK Galad = 35,4711 – 5,8755 – 9,481
= 20,1146
KT Perlakuan =
= 1,1751
U1 U2 U3 U4 TP Rata2
P1 6,42 0,74 3,67 3,31 14,14 3,535
P2 3,55 2,6 4,39 1,99 12,53 3,133
P3 6,69 3,72 3,96 3,84 18,21 4,553
P4 3,84 3,99 3,58 4,23 15,64 3,910
P5 3,86 4,46 3,73 3,2 15,25 3,813
P6 5,4 5,2 3,45 3,79 17,84 4,460
TU 29,76 20,71 22,78 20,36 93,61 23,403
2. Kadar Air Kerupuk Labu Siam Setelah digoreng
Hasil perhitungan kadar air pada kerupuk labu siam setelahdigoreng.
59
KT Ulangan =
= 3,1603
KT Galad = 0 4
= 1,34097
F Hitung Perlakuan =
40 = 0,87660
F Hitung Ulangan = 0
40 = 2,3567
Sidik ragam/analisis varian kadar air kerupuk labu siam setelah digoreng
Sumber
Variasi Db JK KT
Uji F
F Hitung F Tabel
5% 1%
Perlakuan 5 5,8755 1,1751 0,87660 2,81 4,34
Ulangan 3 9,481 3,1603 2,3567 3,20 5,18
Galad 15 20,1146 1,34097
Total 23 35,4711
KV = √ 40
⁄
x 100% = 29,68%
Hasil Analisis Kadar Air Kerupuk Labu Siam Setelah digoreng
Perlakuan Hasil Purata
P1
P2
P3
P4
P5
P6
3.535a
3.133a
4.553a
3.910a
3.813a
4.460a
60
Hasil perhitungan kadar serat kasar pada kerupuk labu siam
U1 U2 U3 U4 TP Rata2
P1 1,0764 1,1007 1,0886 1,0946 4,3603 1,0900
P2 1,5019 1,6611 1,5815 1,6213 6,3658 1,5914
P3 1,8176 1,7694 1,7935 1,7814 7,1619 1,7904
P4 2,1101 2,0174 2,0637 2,0406 8,2318 2,0579
P5 2,1031 2,1031 2,1524 2,177 8,5356 2,1339
P6 2,2392 2,5007 2,3699 2,4353 9,5451 2,3862
TU 10,8483 11,1524 11,0496 11,1502 44,2005 11,0498
Db Total : 24 – 1 = 23
Db Perlakuan : 6 – 1 = 5
Db Ulangan : 4 – 1 = 3
Db Galad : 23 – 5 – 3 = 15
FK= 44 00
= 81,40
JK Total = (1,0764² + 1,1007² + 1,0886² + 1,0946² + 1,5019² + 1,6611² + 1,5815² + 1,6213² + 1,8176² + 1,7694² + 1,7935² + 1,7814² + 2,1101² + 2,0174² + 2,0637² + 2,0406² + 2,1031² + 2,1031² + 2,1524² + 2,177² + 2,2392² + 2,5007² + 2,3699² + 2,4353²) − 81,40
= 4,3007
JK Perlakuan =
− 40
= 4,2391
JK Ulangan = 0 4 4 04 0
− 40
= 0,01370
JK Galad = 4,3007 – 4,2391 – 0,01370
= 0,0463
KT Perlakuan = 4
= 0,8478
3. Statistik Kadar Serat Kasar
61
KT Ulangan =
= 0,00456
KT Galad = 0 04
= 0,003086
F Hitung Perlakuan = 0 4
0 00 0 = 275,4374
F Hitung Ulangan =
= 2,3567
Sidik ragam/analisis varian kadar serat kasar kerupuk labu siam mentah
Sumber
Variasi Db JK KT
Uji F
F Hitung F Tabel
5% 1%
Perlakuan 5 4,2391 0,8478 275,4374 2,90 4,56
Ulangan 3 0,01370 0,00456 1,4776 3,29 5,42
Galad 15 0,0463 0,003086
Total 23 4,3007
KV = √0 00 0
⁄
x 100% = 13,96%
Pengujian Lanjut BNJ (Beda Nyata Jujur)
Sx = √0 00 0
= 0,0277758
W = Sx. q 5% (6,15) =0,0277758 x 4,37 = 0,1213806
P1-P2 = 0,5014 >0,1213806
P1-P3 = 0,7004 >0,1213806
P1-P4 = 0,96789 >0,1213806
P1-P5 = 1,04382 >0,1213806
P1-P6 = 1,29619 >0,1213806
P2-P3 = 0,19902 >0,1213806
P2-P4 = 0,4665 >0,1213806
P2-P5 = 0,54245 >0,1213806
P2-P6 = 0,79482 >0,1213806
P3-P4 = 0,26747 >0,1213806
P3-P5 = 0,34342 >0,1213806
P3-P6 = 0,59579 >0,1213806
P4-P5 = 0,07595 <0,1213806
P4-P6 = 0,32832 >0,1213806
P5-P6 = 0,25237 >0,1213806
62
Notasi:
P2 P3 P1 P4 P5 P6
a b c d d e
Hasil Analisis Kadar Serat Kasar Kerupuk Labu Siam
Perlakuan Hasil Purata
P1
P2
P3
P4
P5
P6
1,0900a
1,5914b
1,7904c
2,0579d
2,1339d
2,3862e
63
Db Total : 24 – 1 = 23
Db Perlakuan : 6 – 1 = 5
Db Ulangan : 4 – 1 = 3
Db Galad : 23 – 5 – 3 = 15
FK=
= 6310,83
JK Total = (14.1729² + 14.4032² + 14.288² + 14.3456² + 14.6194² + 14.9017² + 14.7605² + 14.8311² + 15.4198² + 16.0072² + 15.7135² + 15.8603² + 17.0701² + 16.9363² + 17.0032² + 16.9697² + 17.44² + 17.6165² + 17.5283² + 17.5724² + 17.6939² + 18.1131² + 17.9035² + 18.0083²) − 6310,83
= 45,345
JK Perlakuan =
− 0
= 44,961
JK Ulangan = 4 4
− 0
= 0,2217
JK Galad = 45,345 – 44,961– 0,2217
= 0,1683
KT Perlakuan = 44
= 8,992
KT Ulangan = 0
= 0,0739
U1 U2 U3 U4 TP Rata2
P1 14,1729 14,4032 14,288 14,3456 57,2097 14,3024
P2 14,6194 14,9017 14,7605 14,8311 59,1127 14,7781
P3 15,4198 16,0072 15,7135 15,8603 63,0008 15,7502
P4 17,0701 16,9363 17,0032 16,9697 67,9793 16,9948
P5 17,44 17,6165 17,5283 17,5724 70,1572 17,5393
P6 17,6939 18,1131 17,9035 18,0083 71,7188 17,9297
TU 96,4161 97,978 97,197 97,5874 389,1785 97,2945
4. Statistik Kadar Lemak
Hasil perhitungan kadar lemak pada kerupuk labu siam
64
KT Galad = 0
= 0,01122
F Hitung Perlakuan =
0 0 = 801,426
F Hitung Ulangan =
= 6,5864
Sidik ragam/analisis varian kadar lemak kerupuk labu siam
Sumber
Variasi Db JK KT
Uji F
F Hitung F Tabel
5% 1%
Perlakuan 5 44,961 8,992 801,426 2,90 4,56
Ulangan 3 0,2217 0,0739 6,5864 3,29 5,42
Galad 15 0,1683 0,01122
Total 23 45,345
KV = √0 0
⁄
x 100% = 0,65%
Pengujian Lanjut BNJ (Beda Nyata Jujur)
Sx = √0 0
= 0,05296225
W = Sx. q 5% (6,15) = 0,05296225 x 4,37 = 0,231445
P1-P2 = 0,4758 >0,231445
P1-P3 = 1,4478 >0,231445
P1-P4 = 2,6924 >0,231445
P1-P5 = 3,2369 >0,231445
P1-P6 = 3,6273 >0,231445
P2-P3 = 0,972 >0,231445
P2-P4 = 2,2166 >0,231445
P2-P5 = 2,7611 >0,231445
P2-P6 = 3,1515 >0,231445
P3-P4 = 1,2446 >0,231445
P3-P5 = 1,7891 >0,231445
P3-P6 = 2,1795 >0,231445
P4-P5 = 0,5445 >0,231445
P4-P6 = 0,9349 >0,231445
P5-P6 = 0,3904 >0,231445
65
Notasi:
P1 P2 P3 P4 P5 P6
a b c d e f
Hasil Analisis Kadar Lemak Kerupuk Labu Siam
Perlakuan Hasil Purata
P1
P2
P3
P4
P5
P6
14,3024a
14,7781b
15,7502c
16,9948d
17,5393e
17,9297f
66
Db Total : 24 – 1 = 23
Db Perlakuan : 6 – 1 = 5
Db Ulangan : 4 – 1 = 3
Db Galad : 23 – 5 – 3 = 15
FK= 40
= 188.947.622,5
JK Total = (4448.5² + 4816² + 4637.5² + 4881.5² + 4863² + 4692² + 3171² + 3105.5² + 2476² + 3198² + 2634² + 2655² + 1990.5² + 1839² + 2798.5² + 2146.5² + 2917.5² + 2447² + 1904.5² + 1097.5² +1575.5² + 964.5² + 869² + 1212.5²) − 188.947.622,5
= 39.830.694,8
JK Perlakuan =
− 4
= 34.050.394,575
JK Ulangan =
− 4
= 1.168.085,125
JK Galad = 39.830.694,8 – 34.050.394,575 – 1.168.085,125
= 4.612.221,31
KT Perlakuan = 4 0 0 4
= 6.810.078,92
KT Ulangan = 0
= 389.361,70
U1 U2 U3 U4 TP Rata2
P1 4448,5 4816 4637,5 4881,5 18783,5 4695,9
P2 4863 4692 3171 3105,5 15831,5 3957,9
P3 2476 3198 2634 2655 10963 2740,8
P4 1990,5 1839 2798,5 2146,5 8774,5 2193,6
P5 2917,5 2447 1904,5 1097,5 8366,5 2091,6
P6 1575,5 964,5 869 1212,5 4621,5 1155,4
TU 18271 17956,5 16014,5 15098,5 67340,5 16835,1
5. Statistik Tekstur
Hasil perhitungan tekstur pada kerupuk labu siam
67
KT Galad = 4
= 307.481,42
F Hitung Perlakuan = 0 0
0 4 4 = 22,14
F Hitung Ulangan = 0
0 4 4 = 1,266
Sidik ragam/analisis varian tekstur kerupuk labu siam
Sumber
Variasi Db JK KT
Uji F
F
Hitung
F Tabel
5% 1%
Perlakuan 5 34.050.394,575 6.810.078,92 22,14 2,90 4,56
Ulangan 3 1.168.085,125 389.361,70 1,266 3,29 5,42
Galad 15 4.612.221,31 307.481,42
Total 23 39.830.694,8
KV = √ 0 4 4
40 ⁄
x 100% = 19,76%
Pengujian Lanjut BNJ (Beda Nyata Jujur)
Sx = √ 0 4 4
= 277,2550
W = Sx. q 5% (6,15) = 277,2550 x 4,37 = 1211,604
P1-P2 = 738 <1211,604
P1-P3 = 1995,1 >1211,604
P1-P4 = 2502,3 >1211,604
P1-P5 = 2604,3 >1211,604
P1-P6 = 3540,5 >1211,604
P2-P3 = 1217,1 >1211,604
P2-P4 = 1764,3 >1211,604
P2-P5 = 1866,3 >1211,604
P2-P6 = 2802,5 >1211,604
P3-P4 = 547,2 <1211,604
P3-P5 = 649,2 <1211,604
P3-P6 = 1585,4 >1211,604
P4-P5 = 102 <1211,604
P4-P6 = 1038,2 <1211,604
P5-P6 = 936,2 <1211,604
68
Notasi:
P6 P5 P4 P3 P2 P1
a ab ab b c c
Hasil Analisis Tekstur Kerupuk Labu Siam
Perlakuan Hasil Purata
P1
P2
P3
P4
P5
P6
4695,9c
3957,9c
2740,8b
2193,6ab
2091,6ab
1155,4a
69
Db Total : 24 – 1 = 23
Db Perlakuan : 6 – 1 = 5
Db Ulangan : 4 – 1 = 3
Db Galad : 23 – 5 – 3 = 15
FK= 4
= 278.744,95
JK Total = (193.05² + 146.38² + 67.99² + 52.12² + 159.09² + 64.08² + 147.19² + 127.35² + 72.25² + 103.43² + 147.95² + 208.08² + 70.78² + 201.47² + 78.96² + 52.03² + 74.36² + 92.31² + 136.67² + 103.77² + 80² + 73.59² + 37.52² + 96.06²) –278.744,95
= 56.182,68
JK Perlakuan =
− 278744,95
= 9.358,91
JK Ulangan = 4 4
− 44
= 363,482
JK Galad = 56.182,68 – 9.358,91 – 363,482
= 46.460,288
KT Perlakuan =
= 1.871,78
KT Ulangan = 4
= 121,16
U1 U2 U3 U4 TP Rata2
P1 193,05 146,38 67,99 52,12 459,54 114,9
P2 159,09 64,08 147,19 127,35 497,71 124,4
P3 72,25 103,43 147,95 208,08 531,71 132,9
P4 70,78 201,47 78,96 52,03 403,24 100,8
P5 74,36 92,31 136,67 103,77 407,11 101,8
P6 80 73,59 37,52 96,06 287,17 71,8
TU 649,53 681,26 616,28 639,41 2586,48 646,6
6. Statistik Daya Kembang
Hasil perhitungan daya kembang pada kerupuk labu siam
70
KT Galad = 4 4 0
= 3.097,35
F Hitung Perlakuan =
0 = 0,6043165
F Hitung Ulangan =
0 = 0,03911731
Sidik ragam/analisis varian kadar daya kembang kerupuk labu siam
Sumber
Variasi Db JK KT
Uji F
F Hitung F Tabel
5% 1%
Perlakuan 5 9.358,91 1.871,78 0,6043165 2,90 4,56
Ulangan 3 363,482 121,16 0,03911731 3,29 5,42
Galad 15 46.460,288 3.097,35
Total 23 56.182,68
KV = √ 0
4 ⁄
x 100% = 51,64%
Hasil Analisis Daya Kembang Kerupuk Labu Siam
Perlakuan Hasil Purata
P1
P2
P3
P4
P5
P6
114,9a
124,4a
132,9a
100,8a
101,8a
71,8a
71
P1 P2 P3 P4 P5 P6 T.Ul
Panelis 1 5 2 4 3 6 7 27
Panelis 2 5 1 4 3 2 6 21
Panelis 3 5 2 4 3 6 7 27
Panelis 4 5 1 2 3 4 6 21
Panelis 5 3 2 4 5 6 7 27
Panelis 6 3 2 4 5 6 7 27
Panelis 7 5 2 4 3 6 7 27
Panelis 8 5 1 4 3 2 6 21
Panelis 9 5 2 3 4 6 7 27
Panelis 10 5 3 2 4 6 7 27
T.P 46 18 35 36 50 67 252
Rata-rata 4,6 1,8 3,5 3,6 5 6,7
FK=
= 1.058,4
JK Total = (5² + 2² + 4² + 3² + ......+ 7²) – 1.058,4
= 187,60
JK Perlakuan = 4
0
− 0 4
= 136,6
JK Ulangan =
− 0 4
= 12,6
JK Galad = 187,60 – 136,6 – 12,6
= 38,40
KT Perlakuan =
= 27,32
KT Ulangan =
= 1,40
KT Galad =
= 0,85
F Hitung Perlakuan =
= 32,015625
F Hitung Ulangan = 40
0 = 0,0512445
7. Statistik Warna
Hasil perhitungan skor warna pada kerupuk labu siam
72
Sidik ragam/analisis varian skor warna
Sumber
Variasi Db JK KT
Uji F
F Hitung F Tabel
5% 1%
Perlakuan 5 136,6 27,32 32,015625 4,012 4,902
Ulangan 9 12,6 1,40 0,0512445 4,61 5,465
Galad 45 38,40 0,85
Total 59 187,60
KV = √0
⁄
x 100% = 21,95%
Pengujian Lanjut BNJ (Beda Nyata Jujur)
Sx = √0
= 0,2915475947
W = Sx. q 5% (6,45) = 0,2915475947 x 4,2125 = 1,228144
Notasi:
P2 P3 P4 P1 P5 P6
a b b bc c d
P1-P2 = 2,8 >1,228144
P1-P3 = 1,1 <1,228144
P1-P4 = 1 <1,228144
P1-P5 = 0,4 <1,228144
P1-P6 = 2,1 >1,228144
P2-P3 = 1,7 >1,228144
P2-P4 = 1,8 >1,228144
P2-P5 = 3,2 >1,228144
P2-P6 = 4,9 >1,228144
P3-P4 = 0,1 <1,228144
P3-P5 = 1,5 >1,228144
P3-P6 = 3,2 >1,228144
P4-P5 = 1,4 >1,228144
P4-P6 = 3,1 >1,228144
P5-P6 = 1,7 >1,228144
73
Hasil Analisis Skor Warna
Perlakuan Hasil Purata
P1
P2
P3
P4
P5
P6
4,6bc
1,8a
3,5b
3,6b
5c
6,7d
74
P1 P2 P3 P4 P5 P6 T.Ul
Panelis 1 2 3 4 5 7 6 27
Panelis 2 1 2 3 4 7 5 22
Panelis 3 2 3 4 5 7 6 27
Panelis 4 2 3 4 5 7 6 27
Panelis 5 3 1 2 4 7 6 23
Panelis 6 2 3 4 5 6 7 27
Panelis 7 2 3 4 5 7 6 27
Panelis 8 3 2 4 5 7 6 27
Panelis 9 2 3 1 4 5 7 22
Panelis 10 2 3 1 4 5 7 22
T.P 21 26 31 46 65 62 251
Rata-rata 2,1 2,6 3,1 4,6 6,5 6,2
FK=
= 1.050,02
JK Total = (2² + 3² + 4² + 5² + ......+ 7²) – 1.050,02
= 210,98
JK Perlakuan =
− 0 0 0
= 176,28
JK Ulangan =
− 0 0 0
= 9,15
JK Galad = 210,98 – 176,28 – 9,15
= 25,55
KT Perlakuan =
= 35,256
KT Ulangan =
= 1,02
KT Galad =
= 0,57
F Hitung Perlakuan =
= 61,852631
F Hitung Ulangan =
= 1,789474
8. Statistik Rasa
Hasil perhitungan skor rasa pada kerupuk labu siam
75
Sidik ragam/analisis varian skor rasa
Sumber
Variasi Db JK KT
Uji F
F Hitung F Tabel
5% 1%
Perlakuan 5 176,28 35,256 61,852631 4,012 4,902
Ulangan 9 9,15 1,02 1,789474 4,61 5,465
Galad 45 25,55 0,57
Total 59 210,98
KV = √0
⁄
x 100% = 18,01%
Pengujian Lanjut BNJ (Beda Nyata Jujur)
Sx = √
= 0,2387467277
W = Sx. q 5% (6,45) = 0,2387467277 x 4,2125 = 1,005705
Notasi:
P1 P2 P3 P4 P6 P5 a a a b c c
P1-P2 = 0,5 <1,005705
P1-P3 = 1 <1,005705
P1-P4 = 2,5 >1,005705
P1-P5 = 4,4 >1,005705
P1-P6 = 4,1 >1,005705
P2-P3 = 0,5 <1,005705
P2-P4 = 2 >1,005705
P2-P5 = 3,9 >1,005705
P2-P6 = 3,6 >1,005705
P3-P4 = 1,5 >1,005705
P3-P5 = 3,4 >1,005705
P3-P6 = 3,1 >1,005705
P4-P5 = 1,9 >1,005705
P4-P6 = 1,6 >1,005705
P5-P6 = 0,3 <1,005705
76
Hasil Analisis Skor Rasa
Perlakuan Hasil Purata
P1
P2
P3
P4
P5
P6
2,1a
2,6a
3,1a
4,6b
6,5c
6,2c
77
P1 P2 P3 P4 P5 P6 T.Ul
Panelis 1 5 4 3 2 6 7 27
Panelis 2 5 4 3 2 6 7 27
Panelis 3 5 3 2 4 7 6 27
Panelis 4 5 4 3 2 6 7 27
Panelis 5 4 3 2 1 5 6 21
Panelis 6 3 2 1 4 5 7 22
Panelis 7 5 4 3 2 6 7 27
Panelis 8 5 4 3 2 6 7 27
Panelis 9 6 3 4 2 7 5 27
Panelis 10 5 4 2 3 6 7 27
T.P 48 35 26 24 60 66 259
Rata-rata 4,8 3,5 2,6 2,4 6 6,6
FK=
= 1.118,02
JK Total = (5² + 4² + 3² + 2² + ......+ 7²) – 1.118,02
= 188,98
JK Perlakuan =
− 0
= 155,68
JK Ulangan =
− 0
= 8,15
JK Galad = 188,98 – 155,68 – 8,15
= 25,15
KT Perlakuan =
= 31,136
KT Ulangan =
= 0,91
KT Galad =
= 0,56
F Hitung Perlakuan =
= 55,711729
F Hitung Ulangan = 0
0 = 1,620278
9. Statistik Aroma
Hasil perhitungan skor aroma pada kerupuk labu siam
78
Sidik ragam/analisis varian skor aroma
Sumber
Variasi Db JK KT
Uji F
F Hitung F Tabel
5% 1%
Perlakuan 5 155,68 31,136 55,711729 4,012 4,902
Ulangan 9 8,15 0,91 1,620278 4,61 5,465
Galad 45 25,15 0,56
Total 59 188,98
KV = √0
⁄
x 100% = 17,32%
Pengujian Lanjut BNJ (Beda Nyata Jujur)
Sx = √0
= 0,2366431
W = Sx. q 5% (6,45) = 0,2366431 x 4,2125 = 0,996859
Notasi:
P4 P3 P2 P1 P5 P6
a ab b c d d
P1-P2 = 1,3 >0,996859
P1-P3 = 2,2 >0,996859
P1-P4 = 2,4 >0,996859
P1-P5 = 1,2 >0,996859
P1-P6 = 1,8 >0,996859
P2-P3 = 0,9 <0,996859
P2-P4 = 1,1 >0,996859
P2-P5 = 2,5 >0,996859
P2-P6 = 3,1 >0,996859
P3-P4 = 0,2 <0,996859
P3-P5 = 3,4 >0,996859
P3-P6 = 4 >0,996859
P4-P5 = 3,6 >0,996859
P4-P6 = 4,2 >0,996859
P5-P6 = 0,6 <0,996859
79
Hasil Analisis Skor Aroma
Perlakuan Hasil Purata
P1
P2
P3
P4
P5
P6
4,8c
3,5b
2,6ab
2,4a
6d
6,6d
80
P1 P2 P3 P4 P5 P6 T.Ul
Panelis 1 1 2 5 3 4 6 21
Panelis 2 1 2 5 3 4 7 22
Panelis 3 1 7 3 5 4 6 26
Panelis 4 2 1 5 3 4 6 21
Panelis 5 2 1 4 5 3 6 21
Panelis 6 1 7 2 3 4 5 22
Panelis 7 1 2 3 4 5 6 21
Panelis 8 1 2 5 3 4 6 21
Panelis 9 1 2 5 3 4 6 21
Panelis 10 1 2 5 3 4 7 22
T.P 12 28 42 35 40 61 218
Rata-rata 1,2 2,8 4,2 3,5 4 6,1
FK=
= 792,07
JK Total = (6² + 4² + 3² + 5² + ......+ 1²) – 792,07
= 201,93
JK Perlakuan =
− 0
= 131,73
JK Ulangan =
− 0
= 3,60
JK Galad = 201,93 – 131,73 – 3,60
= 66,60
KT Perlakuan =
= 26,35
KT Ulangan = 0
= 0,40
KT Galad = 0
= 1,48
F Hitung Perlakuan =
= 17,804054
F Hitung Ulangan =
= 0,27027
10. Statistik Kerenyahan
Hasil perhitungan skor kerenyahan pada kerupuk labu siam
81
Sidik ragam/analisis varian skor kerenyahan
Sumber
Variasi Db JK KT
Uji F
F Hitung F Tabel
5% 1%
Perlakuan 5 131,73 26,35 17,804054 4,012 4,902
Ulangan 9 3,60 0,40 0,27027 4,61 5,465
Galad 45 66,60 1,48
Total 59 201,93
KV = √
⁄ x 100% = 33,48%
Pengujian Lanjut BNJ (Beda Nyata Jujur)
Sx = √
= 0,3847076812
W = Sx. q 5% (6,45) = 0,3847076812 x 4,2125 = 1,620581
Notasi:
P1 P2 P4 P5 P3 P6
a ab b b b c
P1-P2 = 1,6 <1,620581
P1-P3 = 3 >1,620581
P1-P4 = 2,3 >1,620581
P1-P5 = 2,8 >1,620581
P1-P6 = 4,9 >1,620581
P2-P3 = 1,4 <1,620581
P2-P4 = 0,7 <1,620581
P2-P5 = 1,2 <1,620581
P2-P6 = 3,3 >1,620581
P3-P4 = 0,7 <1,620581
P3-P5 = 0,2 <1,620581
P3-P6 = 2 >1,620581
P4-P5 = 0,5 <1,620581
P4-P6 = 2,6 >1,620581
P5-P6 = 2,1 >1,620581
82
Hasil Analisis Skor Kerenyahan
Perlakuan Hasil Purata
P1
P2
P3
P4
P5
P6
1,2a
2,8ab
4,2b
3,5b
4,0b
6,1c
83
Labu Siam Penghalusan Labu Siam
Penimbangan Adonan Kerupuk Pencetakan Adonan Kerupuk
Labu siam Labu Siam
11. Dokumentasi Penelitian
84
Adonan Setelah Dikukus Penjemuran Kerupuk
Kerupuk Mentah Perlakuan 1 Kerupuk Mentah Perlakuan 2
85
Kerupuk Mentah Perlakuan 3 Kerupuk Mentah Perlakuan 4
Kerupuk Mentah Perlakuan 5 Kerupuk Mentah Perlakuan 5
86
Kerupuk Goreng Perlakuan 1 Kerupuk Goreng Perlakuan 2
Kerupuk Goreng Perlakuan 3 Kerupuk Goreng Perlakuan 4
87
Kerupuk Goreng Perlakuan 5 Kerupuk Goreng Perlakuan 6