Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

37
TUGAS MAKALAH RANGKAIAN KOMPARATOR Disusun Oleh : Nama : Gilang Candra Kusuma NIM : 41412110118 Jurusan : Teknik Elektro PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

description

Rangkaian komparator

Transcript of Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

Page 1: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

TUGAS MAKALAH

RANGKAIAN KOMPARATOR

Disusun Oleh :

Nama : Gilang Candra KusumaNIM : 41412110118Jurusan : Teknik Elektro

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTROFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MERCUBUANAJAKARTA

2013

Page 2: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

5. Rangkaian Comparator

5.1. Rangkaian Comparator

Rangkaian Comparator adalah satu jenis penerapan rangkaian kombinasional yang

mempunyai fungsi utama membandingkan dua data digital. Hasil pembandingan itu adalah,

sama, lebih kecil, atau lebih besar. Dari dua data digital yang hanya terdiri dari 1 bit yang

dibandingkan, kemudian dapat diperluas menjadi dua data digital yang terdiri dari lebih dari

1 bit seperti dua bit, tiga bit, dst. Komparator (ejaan Bahasa Indonesia) banyak digunakan

misalnya pada mesin penyeleksi surat, baik ukuran dimensinya, berat surat, kode area

(berdasarkan bar-code), dsb.

Data angka umumnya paling sedikit terdiri dari dua bit. Namun di dalam bilangan

desimal, angka yang terbesar yang dapat diwakili oleh dua bit ini ialah angka 3 (‘11’

dalam sistem biner). Apabila kita ingin membandingkan angka-angka yang lebih besar

tentunya sistem pembanding itu tidak dapat digunakan lagi sehingga kita perlu

rnerancang sistem yang baru yang sesuai dengan kebutuhan. Jadi setiap ada perubahan

untuk membandingkan angka yang lebih besar yang diluar kemampuan sistem

pembanding tersebut, kita harus merancangnya lagi. Hal sepertinya tidaklah

menguntungkan. Oleh karena itulah kita harus rancang suatu sistem pembanding

sedemikian rupa sehingga setiap sistem ini dapat saling dihubungkan satu sama lain

untuk membentuk sistem pembanding yang lebih besar. Dengan kata lain, untuk

kepentingan pembandingan yang dapat mengakomodasi semua bilangan, maka harus

dirancang satu sistem praktis untuk itu.

5.1.1. Komparator untuk Dua bit data

Misalkan kita ingin merancang suatu alat pembanding (comparator) yang akan

membandingkan dua angka dan memberkan hasilnya, yaitu angka yang satu lebih kecil,

lebih besar, atau sama dengan angka yang satunya. Sistem pembanding ini

digambarkan secara garis besar sebagai sebuah kotak hitam yang hanya diketahui

fungsinya saja. Kotak hitam dari sistem ini dapat dilihat pada Gbr. 5-1 berikut ini.

Page 3: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

Sistem pembanding ini mempunyai 2 Input A dan B yang masing-masing terdiri

dan 2 bit dan 3 output yang masing-masing terdiri dari 1 bit untuk menunjukkan hasil

perbandingan tersebut yaitu, A>B, A<B, dan A=B. Cara kerja sistem ini sangatlah

sederhana. Setiap waktu hanya ada satu output yang bernilai BENAR. Output A>B akan

bernilai ‘1’ apabila nilai A lebih besar dari B. Demikian juga halnya dengan output A<B

dan A=B yang bernilai ‘1’ apabila nilai A lebih kecil dari B dan apabila nilai A sama

dengan B. Gbr. 5-2 menggambarkan tabel kebenaran dari sistem ini.

Gbr. 5-1 Diagram blok Comparator

Gbr. 5-2 Tabel kebenaran sistem Komparator

Sistem ini akan mempunyai 3 persamaan logika karena adanya 3 output. Oleh

karena itu kita akan sederhanakan dan peroleh persamaan logikanya satu persatu. Gbr.

Page 4: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

5-3, 5-4, dan 5-5 menunjukkan penyederhanaan dan persamaan logika yang di peroleh

untuk output-output A > B, A < B, dan A = B.

Gbr. 5-3 Persamaan logika untuk A > B

Gbr. 5-4 Persamaan logika untuk A < B

Gbr. 5-5 Persamaan logika untuk A = B

Jika diperhatikan, persamaan logika dari ketiga output tersebut dinyatakan dalam

4 variabel inputnya yaitu A1, A0, B1, dan B0. Hal ini menunjukkan bahwa setiap

outputnya tergantung pada input-inputnya. Di dalam mendesain sistem pembanding

yang sebenarnya dengan menggunakan komponen-komponen digital, kita ingin

Page 5: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

berusaha untuk mengurangi jumlah ICs/komponen yang digunakan. Suatu penghematan

yang jelas dan mudah di peroleh dengan mengamati persamaan-persamaan logika yang

di peroleh adalah dengan adanya kanonical term yang sama di antara persamaan-

persamaan logika tersebut. Sebagai contohnya dalam desain sistem pembanding ini

ialah kanonikal term A0.A1.B0 yang terdapat pada persamaan logika untuk output A >

B dan A < B. Hal ini berarti bahwa hanya satu rangkaian yang perlu dibangun untuk

kanonikal term ini sehingga output A > B dan A < B akan menggunakannya bersama.

Perlu diingat juga bahwa pada sistem ini hanya akan ada satu output yang akan

bernilai BENAR=1 untuk setiap kombinasi inputnya; sebagai contohnya untuk input 01

(A1 & A0) dan 11 (B1 & B0) hanya output A < B yang akan bernilai BENAR=1.

Dengan menyadari hal semacam ini, maka akan menolong kita untuk mengetahui

apabila sistem tersebut tidak bekerja dengan semestinya misalnya jika output A < B dan

A = B memberikan nilai BENAR untuk contoh input di atas tadi.

5.1.2. Komparator untuk > Dua bit data

Satu sistem pembanding sederhana (hanya 2 bit) telah dibahas pada Bagian-14.1

di atas. Tetapi untuk keperluan pembandingan yang lebih dari 2 bit, karena memang

kenyataan angka desimal terbesar yang dinyatakan dalam biner adalah angka 3 (‘11’),

maka harus dirancang satu komparator lain untuk fungsi pembandingan tersebut.

Komparator tersebut mempunyai kotak hitam berbeda dengan Gbr.14-1, yaitu

mempunyai tiga input tambahan, IA<B, IA>B, dan IA=B seperti yang ditunjukkan pada

Gbr.5-6. Ketiga input tambahan ini dimaksudkan untuk dihubungkan ke output dari

sistem komparator yang lainnya apabila sebuah sistem pembanding lebih besar ingin

dibentuk. Oleh karena itulah, ketiga input tambahan itu disebut sebagai cascading input.

Page 6: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

Gbr. 5-6 Kotak hitam Komparator yang disempurnakan.

Komparator yang ditunjukkan pada Gbr.5-6 itu adalah untuk membandingkan

angka-angka yang besarnya 2 bit saja. Tetapi komparator ini dapat digabungkan untuk

membentuk alat pembanding gang lebih besar yang tentunya berukuran kelipatan dari 2.

Sebagai contoh, sistem pembanding untuk 6 bit dapat dibentuk dengan menggunakan

3 buah komparator tersebut seperti yang ditunjukkan pada Gbr.5-7. Sistem pembanding

yang paling kanan disebut sebagai LSW (Least Significant Word) dan sistem

pembanding yang paling kiri disebut MSW (Most Significant Word).

Gbr. 5-7 Komparator 6 bit

Perhatikan bahwa ketiga cascading input dari LSW-nya harus diberikan nilai

konstan seperti anda dapat lihat pada Gbr.5-7, yaitu IA>B = 0, IA=B = 1, dan IA<B

= 0. Tujuannya ialah untuk menetralkan komparator tersebut sehingga nilai

perbandingan pada LSW itu hanya bergantung pada inputnya (A1, A0, B1, dan B0)

saja. Sebagai contoh, output A>B dari LSW itu akan bernilai ‘1’ apabila A lebih besar

Page 7: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

dari B, output A<B = 1, apabila A lebih kecil dari B, dan A=B = 1 apabila A sama

dengan B. Tetapi apa yang terjadi kalau cascading input ini tidak diberikan nilai

konstan seperti itu. Misalnya apabila nilai konstan dari cascading inputnya adalah IA>B

= 1, IA<B = 0, dan IA=B = 0, maka LSW ini akan mengeluarkan output A>B = 1

apabila A sama dengan B. Hal ini karena LSW itu menganggap bahwa nilai dari A yang

sebelumnya adalah lebih besar dari B.

5.1.3. Merancang Komparator dengan komponen baku

Marilah kita desain komparator ini yang tentunya kita tahu bahva tabel

kebenarannya harus diperoleh terlebih dahulu. Tabel kebenaran untuk komparator ini

yang ditunjukkan pada Gbr.5-8 adalah agak berbeda dengan tabel kebenaran yang

sebelumnya, karena tabel ini tidak menggunakan nilai-nilai biner untuk input-input A

dan B-nya. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penganaliaaan operasi dari

komparator tersebut sama seperti penggunaan angka desimal dalam teknik Quine-

McClusky1.

Baiklah, sekarang kita bahas bagaimana tabel kebenaran itu diperoleh. Baris

pertamanya diperoleh dengan mengingat bahwa apabila A1>B1 maka tidak perduli apa

saja nilai dari input-input lainnya; output A>B akan bernilai ‘1’ karena Al dan B1

merupakan MSBnya. Baris-baris yang lainnya dapat mudah dimengerti dengan

mengingat apabila dituliskan A1>B1 berarti A1 = 1 dan B1 = 0, A1=B1 berarti A1 sama

dengan B1, dan apabila A1<B1 berarti A1 = 0 dan B1 = 1. Perhatikan bahwa tiga baris

terakhirnya mempunyai kondisi yang sama, yaitu, A1=B1 dan A0=B0, sehingga

outputnya akan tergantung pada nilai dari cascading inputnya.

1

Page 8: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

Gbr. 5-8 Tabel kebenaran satu Komparator dgn cascading input.

Tanpa perlu menyederhanakannya juga kita peroleh persamaan-persamaan logika

untuk semua outputnya sebagai berikut:

1. [A>B] = [A1>B1] + [(A1=B1)•(A0>B0)] +[(A1=B1)•(A0=B0)•(IA>B)•(IA<B)’•(IA=B)’]

2. [A<B] = [A1<B1] + [(A1=B1)•(A0<B0)] + [(A1=B1)•(A0=B0) )•(IA>B)’•(IA<B)•(IA=B)’]

3. [A=B] = [(A1=B1)•(A0=B0)•(IA>B)’•(IA<B)’•(IA=B)]

Seperti kita lihat persamaan-persamaan tersebut di atas masih menggunakan

kondisi-kondisi seperti A1>B1 dan lain-lainnya yang harus diimplementasikan dengan

menggunakan operator-operator baku atau dasar. Dengan mensubstitusikan kondisi-

kondisi yang diperoleh pada Gbr. 5-9 tersebut, maka persamaan-persamaan itu dapat

dituliskan lagi sebagai berikut:

(1).[A>B] =[A1.B1’]+[(A1ΘB1)•(A0)•(B0’)]+[(A1ΘB1)•(A0ΘB0)•(IA>B)•(IA<B)’•(IA=B)’]

(2).[A<B] =[A1’.B1]+[(A1ΘB1)•(A0’)•(B0)]+[(A1ΘB1)•(A0ΘB0)•(IA>B)’•(IA<B)•(IA=B)’]

(3).[A=B] =[(A1ΘB1)•(A0ΘB0)• (IA>B)’•(IA<B)’•(IA=B)]

Page 9: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

Implementasi semua kondisi itu ditunjukkan pada table berikut.

1. Menyusun suatu rangkaian logika dengan menggunakan gerbang dasar NAND

(maksimum 4 NAND) untuk mendapatkan NOT, AND, OR, NOR dan EXOR.

Gerbang NOT

(A.A)’ = A’

Gerbang AND

((A.B)’.(A.B)’)’ = A.B

Gerbang OR

((A.A)’.(B.B)’)’ = (A’.B’)’ = A+B

Gerbang NOR

(((A.A)’.(B.B)’)’. ((A.A)’.(B.B)’)’)’

= ((A’.B’)’. (A’.B’)’)’

= (A’.B’)’’

= (A+B)’

Gerbang EXOR

((A.(A.B)’)’.((A.B)’.B)’)’

= ((A.(A’+B’))’.((A’+B’).B)’)’

= ((A.A’ + A.B’)’.(A’B+B’B)’)’

= ((A.B’)’.(A’B)’)’

= (A.B’ + A’B)’’

= A.B’ + A’B

= AB

Page 10: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

2. Menyusun suatu rangkaian logika dengan menggunakan gerbang dasar NOR

(maksimum 4 NOR) untuk mendapatkan NOT, OR, AND, NAND dan EXNOR.

Gerbang NOT

(A+A)’ = A’

Gerbang OR

((A+B)’+(A+B)’)’ = (A+B)’’ = A+B

Gerbang AND

((A+0)’ + (B+0)’)’ = (A’ + B’)’

= A.B

Gerbang NAND

(((A+A)’+(B+B)’)’+((A+A)’+

(B+B)’)’)’

= ((A’+B’)’ + (A’+B’)’)’

= (A’+B’)’’

= (A.B)’

Gerbang EXNOR

((A+(A+B)’)’+ (B+(A+B)’)’)’

= (A’.(A+B)+ B’.(A+B)’

= (A’.A+A’.B + A.B’+B’B)’

= (A’.B + A.B’)’

= (AB)’

Page 11: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

5.2. Rangkaian Decoder

Rangkaian Decoder merupakan rangkaian kombinasional yang berfungsi

mengkodekan kembali (menafsirkan) kode pada inputnya menjadi data pada outputnya.

Pada dasarnya merupakan kumpulan gerbang AND sehingga dapat digunakan sebagai

pembangkit fungsi.

Satu contoh decoder misalnya, BCD-to-7 segment, yaitu alat peraga LED (light emitting

diode, dari bahan GaAs-gallium arsenida) yang tersusun dalam tujuh larik berbentuk peraga

angka atau representasi huruf. Peraga 7-segment tersebut tampilannya langsung dapat kita

mengerti, sementara kode BCD 4 bit yang merupakan inputnya, tidak dapat langsung kita

mengerti.

Rangkaian decoder berada pada sisi terima yang merupakan pasangan encoder yang

berada pada sisi kirim.

Mengkonversi sebuah n-bit code ke dalam sebuah 1 (satu) output yang aktif

(low/high)

Decoder mengubah informasi biner dari n saluran input menjadi maximum 2n

saluran output. Sebagai contoh: banyaknya input n=3 maka banyaknya saluran

output adalah m=23 .

Jumlah masukan (input) < Jumlah Keluaran (Output)

Hanya satu output yang aktif(low/high) dari banyak input yang diberikan

5.2.1. Diagram Blok Decoder

Sama halnya seperti DEMUX terhadap MUX, DECODER inipun merupakan

kebalikan dari ENCODER. Apabila ENCODER mempunyai 2n input dan n output, maka

3 to 8 decoder

enable

Page 12: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

DECODER mempunyai n input dan 2n output. Diagram simbol umum dari decoder

ditunjukkan pada Gbr. 13-1

Gbr. 5-9 Diagram blok DECODER

Decoder berfungsi untuk mengaktifkan salah satu outputnya yang sesuai dengan

kombinasi N inputnya. Oleh karena itu, secara ideal sebuah N input DECODER akan

mempunyai 2N output. Tetapi secara kenyataan, hal ini tidak selalu demikian Sebagai

contohnya, BCD-to-7-segment DECODER (SN 7446 atau 7447, data IC bersangkutan

dilampirkan dalam Modul-9 ini) yang digunakan untuk mengoperasikan 7-segment,

hanya mempunyai 7 output saja (tidak 16 output) walaupun mempunyai 4 input

(2N = 16).

Untuk mengerti lebih jelas cara bekerjanya decoder ini, marilah kita bahas desain

dari sebuah DECODER 3-to-8 seperti yang ditunjukkan pada Gbr. 5-10 berikut dengan

tabel kebenarannya.

Gbr. 5-10 Simbol dan Tabel Kebenaran decoder 3-to-8.

Seperti dapat kita lihat dari tabel kebenaran pada Gbr. 5-10, untuk setiap saat

hanya ada satu output saja yang diaktifkan yaitu output yang berhubungan dengan

kombinasi inputnya, misalnya Y0 oleh CBA = 000 dan Y5 oleh CBA = 101.

Page 13: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

Kita dapat peroleh persamaan logika untuk masing-masing outputnya tanpa perlu

menyederhanakannya lagi. Persamaan-persamaan logikanya ialah :

Y0 = C’.B’.A’

Y1 = C’.B’.A

Y2 = C’.B.A’

Y3 = C’.B.A

Y4 = C.B’.A’

Y5 = C.B’.A

Y6 = C.B.A’

Y7 = C.B.A

Rangkaian digital untuk DECODER 3-to-8 ini ditunjukkan pada Gbr.13-3.

Decoder 3-to-8 dapat diimplementasikan dengan menggunakan IC 74138 yang telah

disinggung pada Modul-7, yaitu, IC tersebut berfungsi ganda, sebagai Decoder 3-to-8

dan sebagai Demultiplexer 1-to-8. Penggunaan IC 74138 sebagai decoder ditunjukkan

pada Gbr. 5-11.

Gbr. 5-11 Rangkain Decoder 3-to-8

Page 14: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

Decoder pada umumnya termasuk tipe 8-to-3 ini sering disebut dengan nama-

nama yang berbeda seperti :

1. DECODER 3-to-8 karena decoder ini mempunyai 3 input dan 8 output.

2. DECODER BINARY-to-OCTAL karena decoder ini menerima input yang

berupa bilangan binari sebanyak 3 bit dan mengaktifkan salah satudari

kedelapan outputnya yang berhubungandengan kornbinasi inputnya.

3. DECODER 1 of 8 karena hanya satu dari kedelapan output decoder ini yang

dapat aktif pada satu kondisi.

Satu tipe yang lain decoder yang sering digunakan adalah BCD-to-Decimal

decoder yang mempunyai 4 input dan 10 output dengan seri 7442 (data pin assignment,

tabel fungsi, dan rangkaian digitalnya dilampirkan pada Modul-9 ini).

Gbr. 5-12 Penggunaan IC 74138 sebagai decoder 3-to-8.

Langkah perancangan satu decoder dimulai dengan menuliskan tabel kebenaran

atau tabel fungsi decoder tersebut yang kemudian diikuti tahapan selanjutnya sebagai

berikut :

1. Menyusun tabel fungsi yang diperlukan/ditentukan pada decoder.

2. Menyusun persamaan logika masing-masing outputnya dengan melihat semua

kondisi logika ‘1’ output tersebut dan menjalinnya sebagi fungsi AND.

3. Membuat rangkaian digitalnya.

Page 15: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

5.2.2. Beberapa Aplikasi

Beberapa aplikasi dari decoder adalah :

1) Memory Address Decoding, dan

2) Implementasi persamaan Boole

Kedua aplikasi ini akan dibahas satu per satu pada bagian berikut beberapa

pengertian tambahan yang ditempatkan pada catatan kaki.

5.2.3. Memory Address Decoding. Memory Address Decoding

Yang dimaksud dengan Memory Address Decoding adalah penggunaan decoder

dalam pengalamatan memory oleh suatu sistem digital karena tidak tersedianya ukuran

kapasitas memory yang dikehendaki.

Mlsalkan kita mempunyai suatu sistem digital yang fungsinya untuk membaca

data dari sebuah memory (ROM, read only memory) yang berukuran 1k x 8 (1024

elemen data yang masing-masing 8 bit). Kita tahu bahwa untuk membaca data dari

ROM dengan ukuran 1 kilo2 ini kita perlukan log2 1024 = 10 bit address-bus3.

Kesepuluh address-bus ini ditunjukkan pada Gbr. 13-5 yang dinamakan A0, A1, A2,

sampai A13.

Apabila kita dapat peroleh satu chip/ICs untuk ROM dengan ukuran 1kilo x 8 ini

maka tentunya kita tidak perlu lagi menggunakan teknik decoding. Misalkan ukuran

ROM yang tersedia adalah 256 x 8, sehingga kita memerlukan 4 buah chip seperti ini

untuk memenuhi kebutuhan.

Untuk memberikan alamat satu ROM 256x8 ini, kita hanya mempunyai 8 bit

(1 byte) address bus saja. Hal ini berarti kita harus mempunyai ekstra 2 bit address bus.

Kedua ekstra bit ini digunakan untuk memilih salah satu dari keempat ROM 256x8

dengan menggunakan sebuah DECODER 2-to-4 seperti yang ditunjukkan pada Gbr. 5-

13 itu.

2

3

Page 16: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

Gbr. 5-13 Rangkaian Memory Address Decoding

Total address dari seluruh 1 kilo memory ini adalah dari 0000000000 sampai

1111111111. Tetapi dengan digunakannya decoder tersebut, maka kapasitas yang

dikehendaki terpenuhi. Dengan implenetasi decoder tersebut, maka memory address

bertambah dan dibagi dalam 4 kelompok, yaitu :

1. Dari 0000000000 ~ 0011111111 untuk ROM 0

2. Dari 0100000000 ~ 0111111111 untuk ROM 1

3. Dari 1000000000 ~ 1000000000 untuk ROM 2

4. Dari 1100000000 ~ 1111111111 untuk ROM 3.

Ketika dikehendaki alamat tertentu dengan delapan bit pertama (A0~A7), maka

keempat ROM tersebut semuanya mempunyai alamat yang delapan bit itu. Tetapi dua

bit berikutnya (A8 dan A9) yang akan menentukan ROM mana data tersebut berada.

Bila A8A9 = 00, maka data berada pada ROM 0, karena output 0 decoder 2-to-4 yang

aktif (memberikan logika ‘0’ pada ROM 0).

5.2.4 Implementasi Persamaan BooleImplementasi Persamaan Boole

Persamaan logika juga dapat diwujudkan dengan menggunakan decoder karena

fungsi satu decoder inipun dapat diwujudkan dengan menggunakan demux. Memang

perbedaannya tidaklah jauh. Implementasi dengan decoder lebih sederhana sedikit yaitu

kita tidak perlu mengaktifkan input DATA apa-apa karena decoder ini tidak mempunyai

input DATA seperti halnya demux. Untuk mempermudah pembahasannya marilah kita

Page 17: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

desain kembali Gbr. 7-9 pada Modul-7 yang lalu dengan menggunakan decoder.

Persamaan Boole yang dirancang adalah Y = A’.B’.C + A’.B.C’ + A’.B.C + A.B’.C.

Desain tersebut diperlihatkan pada Gbr. 5-14.

Gbr. 5-14 Implementasi persamaan Boole dengan decoder.

Untuk lebih menjelaskan penggunaan IC 74138 dimaksud, dikutip kembali

Gbr.7-7 yang menggambarkan pin tersambung pada implementasi tersebut (Gbr. 13-6).

Dalam hal ini, input DATA tidak digunakan dengan jalan menghubungkan pin tersebut

ke GND. Sedang input A, B, dan C pada Gbr. 5-15 adalah input A, B, dan C pada

Gbr. 13-7.

Gbr. 5-15 Implementasi DEMUX IC 74138 sebagai decoder.

5.3 Rangkaian Encoder

Rangkaian Encoder yang dibahas dalam modul ini adalah rangkaian encoder di

bidang informasi data. Pada dasarnya rangkaian ini berfungsi mengubah sajian dat dari

format aslinya (dapat langsung dimanfaatkan/diketahui) menjadi sajian data untuk

Page 18: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

keperluan penyaluran. Encoder berada di sisi kirim satu sitem penyaluran data,

sementara unit pasangannya yang berada di sisi terima. Satu contoh misalnya, decimal

to BCD encoder yang biasa terpasang pada unit peraga 7-segment. Awal format data

adalah dalam bentuk pengkodean decimal yang langsung dapat diketahui artinya, yaitu

pernyataan angka 0 sampai 9. Sedang bentuk hasil pengubahan encoder tersebut adalah

kode BCD (binary coded decimal) yang dinyatakan dalam 4 bit data biner (angka 0 ~ 9)

yang tidak dapt dimengerti langsung isyaratnya tanpa alat pembantu.

5.3.1 Diagram Blok Encoder

Sama halnya seperti DEMUX terhadap MUX, encoder inipun merupakan kebalikan dari

decoder. Apabila decoder mempunyai n input dan 2n output maka encoder ditunjukan

pada gambar 5-16.

Gbr. 5-16 Diagram blok encoder

Fungsi encoder ini adalah untuk memberikan kode biner dari input sinyalnya. Sebagai

contohnya, apabila input yang ke tiga encoder diaktifkan, maka outputnya akan

memberikan nilai biner yang mewakili decimal 3 yaitu ‘11’. Salah satu encoder yang

umum digunakan adalah decimal to BCD encoder seperti telah disinggung di atas yang

sudah terbentuk satu chip IC seri 74147.

5.3.2 Mendesain encoder dengan komponen baku

Marilah kita bahas desain sebuah encoder 8-to3 yang berfungsi kebalikan dari

decoder 3-to-8. Symbol dan table kebenarannya ditunjukkan pada gambar 5-17.

Page 19: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

Gbr. 5-17 Simbol dan Tabel kebenaran encoder 8-to-3

Seperti dapat kita lihat pada table kebenarannya, output C, B, A selalu merupakan

nilai biner dari inputnya yang aktif. Hal ini merupakan operasi kebalikan dari decoder.

Kita juga dapat peroleh persamaan logika untuk C, B, dan A langsung tanpa perlu

menyederhanakannya lagi yaitu :

C = 14 + 15 + 16 + 17

B = 12 + 13 + 16 + 17

A = 11 + 13 + 15 + 17

Melihat persamaan tersebut menunjukan bahwa, persamaan pada dasarnya

dinyatakan dalam bentuk JDP, serta output C adalah MSB bilangan biner dan output A

adalah LSB bilangan binner tersebut. Rancangan lengkap rangkaian decoker tersebut

ditunjukan pada gambar 5-18.

Gbr. 5-18 Rangkaian encoder 8-to-3

Perhatikan sekarang satu masalah yang terdapat pada desain encoder di atas yaitu

keadaan yang akan ditimbulkan apabila lebi dari satu input yang aktif pada waktu

Page 20: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

bersamaan seperti misalnya, apabila input 11 dan 12 bersama-sama mempunyai nilai

‘1’, maka output CBA = 011. Output CBA itu sebetulnya muncul bila input 13 = 1.

Oleh karena itulah desain ini harus disempurnakan sehingga masalah seperti itu tidak

akan muncul walaupun semua inputnya bernilai ‘1’ pada waktu bersamaan. Desain yang

dimodifikasi dimaksud dikenal dengan istilah priority encoder.

Priority encoder adalah encoder yang menggunakan prioritas pada semua input-

iputnya seperti misalnya input-10 berprioritas terendah input-17 yang berprioritas

tertinggi. Oleh karena itu apabila ada beberapa input yang bersamaan bernilai ‘1’, maka

hanya input berprioritas lebih tinggi yang akan diproses. Sebagai contohnya input-15

akan diproses sendiri apabila ia bernilai ‘1’ walaupun secara bersama-sama input-11

dan 14 juga bernilai ‘1’.

Perhatikan juga pada Gbr. 5-18, bahwa input-10 sebenarnya tidak digunakan sama

sekali karena ketiga output C, B, dan A tidak dipengaruhi oleh kondisi input-10 sama

sekali. Oleh karena itu, kita tidak memerlukan input khusus untuk 10.

Tabel kebenaran (Tabel 8-1) dari Priority ENCODER 8-to-3 ini ditunjukkan pada

Gbr. 5-19. Tabel kebenaran ini diperoleh dengan langkah sebagai berikut :

1. Baris pertamanya diperoleh karena kita mengingat bahwa 17 berprioritas

tertinggi sehingga apabila 17 = 1, maka tak perduli apabila 10 sampai 16 itu

bernliai ‘1’ atau ‘0’, output CBA = 111.

2. Baris kedua diperoleh karena kita mengingat bahwa apabila 16 = 1 dan 17 = 0

maka CBA = 110, tak perduli apa nilai dari kelima input lainnya.

3. Baris-baris yang lainnya juga diperoleh dengan menggunakan logika yang sama.

Tabel 1. Tabel kebenaran Priority ENCODER 8-to-3

10 11 12 13 14 15 16 17 C B A

X X X X X X X 1 1 1 1

X X X X X X 1 0 1 1 0

X X X X X 1 0 0 1 0 1

Page 21: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

X X X X 1 0 0 0 1 0 0

X X X 1 0 0 0 0 0 1 1

X X 1 0 0 0 0 0 0 1 0

X 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tanpa perlu menyederhanakan lagi, persamaan-persamaan logika untuk masing-

masing outputnya dapat diperoleh sebagai berikut :

C = (17) + (17'.16) + (17’.16’.15) + (17’.16’.15’.14)

B = (17) + (17'.16) + (17’.16’.15’.14’.13) + (17’.16’.15’.14’.13’.12)

A = (17) + (17'.16’.15) + (17’.16’.15’.14’.13) + (17’.16’.15’.14’.13’.12’.11)

Rangkaian selengkapnya satu Encoder 8-to-3 berdasarkan persamaan logika CBA

di atas ditunjukkan pada gambar 4.

Gbr. 5-19 Rangkain Priority Encoder 8-to-3

Perhatikan bahwa input-10 juga ttdak digunakan sama sekali pada rangkaian logis

untuk C, B, dan A maupun pada rangkaian digitalnya yang ditunjukkan pada Gbr. 8-4

dengan alasan yang sama seperti pada rangkaian ENCODER Gbr. 8-3. Begitu juga

halnya dengan IC seri 74147 yang merupakan ENCODER 10-to-4 tetapi hanya

Page 22: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

berinputkan sembilan buah saja karena input-10 diabaikan. Priority ENCODER 8-to-3

ini dapat diperoleh dengan IC seri 74148 yang skematik, rangkaian digital, dan tabel

fungsinya dapat dilihat pada TTL Data Book.

5.3.3 Beberapa Aplikasinya

Beberapa aplikasi ENCODER yang umum adalah :

1. Priority Interrupt Selector dan

2. Keyboard Encoding.

5.5.33.3.31 1 Priority interrupt SelectorPriority interrupt Selector

Sebuah sistem komputer terdiri dari beberapa bagian yaitu, CPU (Central

Processing Unit) yang merupakan otak dari sistem komputer tersebut. Selanjutnya,

Memory, dan Input/Output devices (I/O devices). CPU ini mengontrol seluruh

komunikasi antara memory dan I/O devices seperti keyboard, printer, terminal, disk

drives, dan lain-lain. Dikarenakan oleh banyaknya I/O devices yang memerlukan

bantuan CPU untuk berkomunikasi dan keterbatasan CPU ini yang hanya dapat

berkomunikasi dengan I/O devices tersebut satu persatu, sebuah Priority ENCODER

diperlukan untuk mengontrol komunikssi ini sehingga semua I/O devices ini dapat

dilayani satu persatu.

Gbr. 5-20 Rangkain Priority Interupt Selector

Di dalam desain-desain komputer yang modern, sebuah sinyal yang disebut

Interrupt digunakan oleh masing-masing device untuk memberitahukan CPU bahwa ia

mau berkomunikasi dengannya. Kemudian sebuah priority ENCODER digunakan untuk

memberitahukan kepada CPU siapa pengirirn sinyal interrupt itu. Misalkan bila terdapat

Page 23: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

delapan device yang digunakan oleh suatu sistem komputer, maka sebuah Priority

ENCODER 8-to-3 akan diperlukan. Desainnya ditunjukkan pada Gbr. 5-20.

5.3.5.3.33.2.2 Keyboard encoding Keyboard encoding

Seperti kita ketahui, kalkulator merupakan alat penghitung yang populer di

masyarakat hingga masa kini. Sebuah kalkulator yang sederhana hanya berfungsi untuk

menambah, mengurang, mengali, dan membagl. Kalkulator ini biasanya mempunyai

keyboard yang berisi tombol-tombol untuk angka 0 sampai 9 dan tombol-tombol fungsi

seperti x, –, +, C; dan lain-lain. Bagaimanakah sistem digital yang tentunya terdapat di

dalam kalkulator tersebut dapat membedakan tombol yang mana yang ditekan sehingga

sistem itu dapat menentukan operasi apa yang harus dilakukan. Untuk itulah sebuah

ENCODER diperlukan untuk menghubungkan keyboard ini ke sistem digltalnya.

Aplikasi ini dilukiskan pada Gbr. 5-21.

Gbr. 5-21 Rancangan keyboard encoding kalkulator

5.4 MULTIPLEXER

Multiplexer adalah suatu rangkaian yang mempunyai banyak input dan hanya

mempunyai satu output. Dengan menggunakan selector, kita dapat memilih salah satu

inputnya untuk dijadikan output. Sehingga dapat dikatakan bahwa multiplexer ini

mempunyai n input, m selector , dan 1 output. Biasanya jumlah inputnya adalah 2m

selectornya.

Page 24: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

Gbr. 5-22 Blok Diagram Logika Multiplexer

Adapun macam dari multiplexer ini adalah sebagai berikut:

o Multiplexer 4x1 atau 4 to 1 multiplexer

o Multiplexer 8x1 atau 8 to 1 multiplexer

o Multiplexer 16x1 atau 16 to 1 multiplexer dsb.

Gambar 5-23. berikut adalah symbol dari multiplexer 4x1 yang juga disebut

sebagai “data selector” karena bit output tergantung pada input data yang dipilih oleh

selector. Input data biasanya diberi label D0 s/d Dn. Pada multiplexer ini hanya ada satu

input yang ditransmisikan sebagai output tergantung dari kombinasi nilai selectornya.

Kita misalkan selectornya adalah S1 dan S0, maka jika nilai : S1 S0 = 00

Maka outputnya (kita beri label Y) adalah : Y = D0

Jika D0 bernilai 0 maka Y akan bernilai 0, jika D0 bernilai 1 maka Y akan bernilai

Gbr. 5-23 Simbol Multiplexer 4x1

Page 25: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

Adapun rangkaian multiplexer 4x1 dengan menggunakan strobe atau enable yaitu

suatu jalur bit yang bertugas mengaktifkan atau menonaktifkan multiplexer, dapat kita

lihat pada gambar 5-24 berikut ini.

Gbr. 5-24 Rangkaian Gerbang Logika Multiplexer 4x1

Suatu desain dari rangkaian logic biasanya dimulai dengan membuat tabel

kebenaran. Seperti telah kita ketahui bahwa kita mengenal ada 2 macam metode yang

diterapkan pada tabel kebenaran, yaitu metode sum of product (SOP) dan metode

product of sum (POS). Nah pada bagian ini kita kenalkan dengan metode yang ketiga

yaitu multiplexer solution.

Pada kenyataannya, kita dapat merancang suatu multiplexer 8x1 dari multiplexer 4x1

atau multiplexer 16x1 dari multiplexer 8x1 dan seterusnya. Jika kita anggap selector

sebagai n, maka kita dapat membuat multiplexer 2nx1 dari multiplexer 2

n-1x1. Dengan

kata lain kita memfungsikan multiplexer 2n-1

x1 sebagai multiplexer 2nx1.

Jika kita menterjemahkan suatu kasus sebagai suatu fungsi F :

F(A, B, C ) = ∑ (1, 3, 5, 6)

Dimana parameter fungsi tersebut A, B, C adalah merupakan selector dari

multiplexer dan sisi sebelah kanan fungsi adalah output yang diinginkan dari

multiplexer. Tanda ∑ beserta parameter berikutnya adalah merupakan bentuk SOP (sum

of product).

Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari rangkaian multiplexer:

host hanya butuh satu port I/O untuk n terminal

hanya satu line transmisi yang dibutuhkan

menghemat biaya penggunaan saluran komunikasi

Page 26: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

memanfaatkan sumberdaya seefisien mungkin

Menggunakan kapasitas saluran semaximum mungkin

Karakteristik permintaan komunikasi pada umum- nya memerlukan penyaluran

data dari beberapa terminal ke titik yang sama

5.5 DEMULTIPLEXER

Sebuah Demultiplexer adalah rangkaian logika yang menerima satu input data

dan mendistribusikan input tersebut ke beberapa output yang tersedia. Seleksi data-

data input dilakukan oleh selector line, yang juga merupakan input dari demultiplexer

tersebut.

Ada beberapa point dari rangkaian demultiplexer :

Merupakan kebalikan dari Multiplexer

Mempunyai satu input data dan beberapa output ( yang decontrol oleh selector

untuk menentukan keluaran yang diinginkan)

Merupakan Data Distributor (Pendistribusi data )

Jumlah masukan (1 Input) <Jumlah Keluaran (Output)

Gbr. 5-25 Blok Diagram Logika Demultiplexer

Page 27: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

IC 74139 Demultiplexer2-4 jalur( 2 selector dan 4 jalur output )

Gbr. 5-26 Logic Simbol

IC 74139 Demultiplexer 2 - 4 jalur

Gbr. 5-27 Logic Diagram

Page 28: Rangkaian Komparator - Gilang Candra Kusuma.docx

IC 74139 Demultiplexer 2-4 jalur

Gbr. 5-28 Koneksi input dan output

IC 74154 Demultiplexer 16 jalur

Gbr. 5-28 Demultiplexer74154 me-ru tekan sinyal input ke output nomor 5