rancangan pkm

3
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, gagasan kreatif karya tulis, serta tujuan dan manfaat penulisan A. Latar Belakang Masalah Di antara ratusan galaksi dan milyaran bintang yang tersebar di jagad raya, sampai saat ini diketahui bahwa bumi merupakan satu-satunya tempat berlangsung kehidupan. Susunan komponen udara yang ideal dan lapisan atmosfer sebagai pelindung yang dimiliki bumi memungkinkan organisme bernafas, berkembang biak, dan beradaptasi dengan lingkungan. Samudera yang menyimpan berjuta kekayaan bahari, hutan dan berbagai spesies di dalamnya, tanah pegunungan yang subur, padang rumput dan lahan peternakan, gletser dan pemandangan kutub yang eksotik; adalah representasi struktur topografi yang mungkin tidak akan pernah ditemui di planet selain bumi. Demikianlah Tuhan yang Maha Kuasa menganugerahkan bumi kepada manusia untuk membangun peradaban. Sejatinya pelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab manusia. Namun dalam kenyataannya, laju degradasi lingkungan justru makin tak terkendali sejalan dengan pertumbuhan populasi

Transcript of rancangan pkm

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, gagasan kreatif karya tulis, serta tujuan dan manfaat penulisanA. Latar Belakang MasalahDi antara ratusan galaksi dan milyaran bintang yang tersebar di jagad raya, sampai saat ini diketahui bahwa bumi merupakan satu-satunya tempat berlangsung kehidupan. Susunan komponen udara yang ideal dan lapisan atmosfer sebagai pelindung yang dimiliki bumi memungkinkan organisme bernafas, berkembang biak, dan beradaptasi dengan lingkungan. Samudera yang menyimpan berjuta kekayaan bahari, hutan dan berbagai spesies di dalamnya, tanah pegunungan yang subur, padang rumput dan lahan peternakan, gletser dan pemandangan kutub yang eksotik; adalah representasi struktur topografi yang mungkin tidak akan pernah ditemui di planet selain bumi. Demikianlah Tuhan yang Maha Kuasa menganugerahkan bumi kepada manusia untuk membangun peradaban.Sejatinya pelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab manusia. Namun dalam kenyataannya, laju degradasi lingkungan justru makin tak terkendali sejalan dengan pertumbuhan populasi penduduk yang mengikuti deret ukur Malton. Jumlah kasus perusakan alam dewasa ini bertambah pesat. Bumi semakin terkontaminasi oleh kadar polutan yang melampaui toleransi ambang batas. Pencemaran udara, air, dan tanah terjadi di seluruh penjuru bumi. Benang kusut permasalahan lingkungan hidup ini membawa manusia kepada fenomena pemanasan global yang akan berdampak terhadap perubahan iklim bumi secara signifikan. Bumi dan makhluk hidup di dalamnya sedang mengalami momentum kritis, titik nadir peradaban. Dalam lima dekade terakhir, konsentrasi karbondioksida dan metana meningkat hampir tiga kali lipat. Gas-gas polutan tersebut merupakan penyebab utama terjadinya efek rumah kaca. Diperkirakan setiap tahun manusia melepaskan 18,352 miliar ton karbondioksida.1 Peningkatan jumlah gas rumah kaca di atmosfer tidak terlepas dari kerusakan hutan akibat ulah manusia. Sekitar 80% hutan dunia saat sekarang ini telah rusak akibat pembangunan dan pengembangan industri. Peningkatan jumlah polusi dan perusakan hutan juga mengakibatan flora dan fauna yang mendiami atau berhabitat dihutan tidak memiliki tempat tinggal dan tempat mencari makan lagi. Hal ini dapat mengakibatkan kepunahan flora dan fauna di daerah tersebut. Berdasarkan laporan State of the Worlds Forests 2007 yang dikeluarkan oleh FAO, Indonesia yang memiliki hutan primer terluas kedua di dunia mengalami deforestasi paling parah. Indonesia menghancurkan kira-kira 51 kilometer persegi hutan per hari, setara dengan luas tiga ratus kali lapangan bola setiap jam.2 Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. World Resource Institute mencatat bahwa Indonesia kehilangan 72% hutan aslinya.3 Pemanasan global mengakibatkan pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.4 Hujan dan kemarau terjadi secara tidak teratur dan bukan pada musimnya. Air tanah akan lebih mudah menguap akibat suhu yang semakin tinggi. Beberapa daerah akan mengalami kekeringan karena cadangan air tanah yang menurun. Bumi pun semakin rentan terhadap bencana alam. Di Indonesia, Bakornas Penanggulangan Bencana mencatat telah terjadi 1.150 kali bencana tahun 19982004 dengan korban jiwa 9.900 orang serta kerugian sejumlah 5.922 milyar rupiah.