RANCANG BANGUN SISTEM PENGETCHING PCB ELEKTRONIK...
Transcript of RANCANG BANGUN SISTEM PENGETCHING PCB ELEKTRONIK...
UNIVERSITAS INDONESIA
RANCANG BANGUN SISTEM
PENGETCHING PCB ELEKTRONIK
TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Diploma
TRI HANDAYANI
0706228552
PROGRAM DIPLOMA III INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK JULI 2010
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tugas akhir ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber yang dikutip
maupun yang dirujuk telah dinyatakan benar.
Nama : Tri Handayani
NPM : 0706228552
Tanda Tangan :
Tanggal : 16 Juli 2010
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi Rabbil Alamin. Segala puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul Rancang Bangun
Sistem Mekanik Pengetching PCB Elektronik tepat pada waktunya, yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Diploma,
Fisika Instrumentasi Universitas Indonesia, Depok.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini
tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan sepenuh hati
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi
penyempurnaan penulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Pada kesempatan ini pula, dengan segenap kerendahan hati penulis
haturkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu kepada :
1. Bapak Dr. Prawito, Selaku Ketua Jurusan Fisika Instrumentasi serta Dosen
Pembimbing Tugas Akhir, yang tak pernah lelah membimbing dan
membantu penulis dalam penyelesaian Tugas akhir ini.
2. Bapak Arief Sudarmadji, M.T yang telah banyak memberikan masukan
dan saran dalam penyelesaian tugas akhir ini
3. My deeply lovely parents, yang tak kenal lelah selalu mendoakan dan
memberikan dorongan moril maupun materil serta memberi lingkungan
yang nyaman dan penuh cinta kasih kepada penulis.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
v
4. My big brother Agung, my sexy sister Sari dan my naughty little brother
Wahyu yang selalu menemani penulis dengan keceriaan dan kasih sayang
yang tak ternilai.
5. Ayu ’kecil’ sapi, patner seperjuangan dalam suka maupun duka dalam
pembuatan alat ini.
6. My best friend Lita dan M-pur, terima kasih untuk tempat curhatannya.
7. My gals in Genkz Power ranger, Ayu “ranger pink”, Ika “ranger biru
muda”, Yuan “ranger ungu” dan Tyas “ranger biru” teman-teman
seperjuangan di dalam suka maupun duka.
8. Untuk semua anak Instrument 07 yang bikin hidup makin hidup, terima
kasih atas keceriaan yang kalian berikan, sehingga hari-hari menjadi lebih
colourful.
9. Special to Pak Budi ’kumis’, Pak Parlan, Mas Anto, dan Mas Pandi terima
kasih atas bantuannya dalam penyelesaian karya ilmiah ini baik dari
pengumpulan data dan pembuatannya.
Akhir kata, tak banyak yang dapat penulis ucapkan selain menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak. Semoga segala amal usaha kita
senantiasa mendapat Ridho dari Allah SWT. Amin.
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
Depok, Juli 2010
(Penulis)
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Tri Handayani
NPM : 0706228552 Program Studi : Diploma 3 Instrumentasi Elektronika
Departemen : Fisika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jenis karya : Laporan Tugas Akhir
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Rancang Bangun Sistem Pengetcing PCB Elektronik
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Juli 2009
Yang menyatakan
(Tri Handayani)
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
vii
ABSTRAK
Nama : Tri Handayani
Program Studi : Fisika Instrumentasi Elektronika
Judul : Rancang Bangun Sistem Pengetching PCB Elektronik
Telah dibuat Sistem Pengetching PCB Elektronik menggunakan kompor listrik
600 Watt, 220 Volt dan motor DC serta motor Servo. Motor DC untuk
menggerakkan dan menurunkan benda uji, sedangkan motor Servo memutar
benda uji. Pada alat ini juga digunakan sensor suhu yaitu LM35, yang mengatur
suhu maksimum 750 C. Penulis memanfaatkan software Bascon AVR sebagai IC
Mikrokontroller. Penulis merancang agar alat baru dapat bekerja setelah push
button di tekan, dan berhenti secara otomatis bila proses telah selesai.
Kata kunci : motor DC, LM35, push button
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
viii
ABSTRACT
Name : Tri Handayani
Study Program : Diploma 3 Instrumentation Electronic
Title : Design of Electronic PCB Etching System
Had been made electronical PCB etching system by using electrical stove 600
watt, 220 Volt and DC motor with Servo motor. DC motor operated and to
lowwing testical material, servo motor spins the testical material. This equipment
using temperature sensor LM35 to controlled maximum tempreature until 750 C.
The writter used AVR Bascon software as IC Microcontroller. The writter
designed this equipment operated after pressed the “Push Button”, and
automatically stopped after the process has finished.
Key word : DC motor, LM35, push button
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman judul ..................................................................................................... i
Lembar Pernyataan Orisinalitas .......................................................................... ii
Lembar Pengesahan .......................................................................................... iii
Kata Pengantar ................................................................................................... iv
Lembar Persetujuan Publikasi Tugas Akhir ........................................................ vi
Abstrak ............................................................................................................. vii
Daftar Isi ........................................................................................................... ix
Daftar Gambar .................................................................................................. xi
Daftar Tabel ...................................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian .................................................................... 2
1.3 Deskripsi singkat .................................................................... 2
1.4 Pembatasan Masalah ................................................................ 3
1.5 Metodologi Penelitian .............................................................. 3
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................. 4
BAB 2 TEORI DASAR ................................................................................ 6
2.1 MOTOR ....................................................................................... 6
2.1.1 Motor DC .........................................................................6
2.1.1.1 Prinsip Kerja Motor DC .......................................6
2.1.1.2 Cara Membalik Arah Motor DC ......................... 9
2.1.1.3 Cara Mempercepat Putaran Motor DC ..............10
2.1.2 Motor Servo ...................................................................11
2.2 SENSOR ....................................................................................12
2.2.1 LM 35 ...........................................................................12
2.2.1.1 Pengertian LM35 ...............................................12
2.2.1.2 Karakteristik LM35 ...........................................14
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
x
2.2.2 Led Pemancar Infra Merah (LED IR) ............................15
2.2.3 Phototransistor ...............................................................16
2.2.4 Photodioda .....................................................................18
2.2.5 Optokopler .....................................................................19
2.3 Solid State Relay (SSR) .............................................................20
2.3.1 Cara Operasi SSR .........................................................22
2.3.2 Keuntungan dan Kerugian Menggunakan SSR ............22
2.3.2.1 Keuntungan SSR ................................................22
2.3.2.2 Kerugian SSR .....................................................23
2.4 Transformator ............................................................................23
2.5 Saklar Tekan ..............................................................................26
2.6 Kompor Listrik ..........................................................................26
BAB 3 PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM ............................28
3.1 Diagram Blok ............................................................................28
3.2 Perancangan Mekanik ...............................................................30
3.2.1 Perancangan Tempat Kompor dan Kotak Wadah bilas .30
3.2.2 Perancangan Letak LM35 ..............................................32
3.2.3 Perancangan Letak Sensor OPtokopler .........................32
3.2.4 Perancangan Letak Sensor Photodioda dan LED ...........33
3.2.5 Perancangan Letak Motor Pada Mekanik ......................34
3.3 Perancangan Elektronik ..............................................................36
3.3.1 Rangkaian Sistem Minimum Mikrokontroler dan LM3536
3.3.2 Rangkaian Power Supply ...............................................38
3.3.3 Rangkaian Sensor Photodioda ........................................39
3.3.4 Rangkaian sensor Optokopler ........................................41
3.3.5 Rangkaian Driver Motor dan Rangkaian SSR ...............42
3.3.6 LCD (Liquid Crystal Display) ........................................43
3.3.7 Push Button ...................................................................44
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA DATA ................................46
4.1 Pengujian Motor .........................................................................46
4.2 Pengujian LM35 ........................................................................48
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
xi
4.3 Pengujian Sensor Optokopler ....................................................49
4.4 Pengujian Hasil Alat ..................................................................54
BAB 5 PENUTUP ..........................................................................................60
5.1 Kesimpulan ................................................................................60
5.2 Saran ...........................................................................................60
Daftar Acuan ........................................................................................................62
Lampiran
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Bagan Keseluruhan Sistem .................................................................2
Gambar 2.1. Kaidah Tangan Kanan ........................................................................7
Gambar 2.2. Susunan Percobaan .............................................................................7
Gambar 2.3. Posisi Awal Gerakan Motor ...............................................................8
Gambar 2.4. Posisi Motor Setelah 1800 ..................................................................8
Gambar 2.5. Prinsip Torka .....................................................................................9
Gambar 2.6.Teknik PWM Untuk Mengatur Sudut Motor Servo ..........................11
Gambar 2.7. Pin Out Kabel Motor Servo ..............................................................12
Gambar 2.8. LM 35 Basic Temperature Sensor ...................................................13
Gambar 2.9. Sensor Suhu LM35 ...........................................................................13
Gambar 2.10. Grafik Akurasi LM35 Terhadap Suhu ............................................15
Gambar 2.11. Konstruksi Dasar LED IR dan Simbol LED IR .............................15
Gambar 2.12. (Grafik hubungan cahaya output dan LED IR bias-maju DC) ......16
Gambar 2.13. Phototransistor ................................................................................17
Gambar 2.14. Phototransistor Dengan 2 dan 3 Terminal ......................................17
Gambar 2.15. Karakteristik Phototransistor ..........................................................17
Gambar 2.16. Photodioda .....................................................................................18
Gambar 2.17. Karakteristik Photodioda ................................................................18
Gambar 2.18. Struktur Photodioda ........................................................................18
Gambar 2.19. Optocoupler ....................................................................................20
Gambar 2.20. Bentuk fisik Solid State Relay (SSR) ............................................20
Gambar 2.21. Rangkaian Internal dan Simbol Skematik SSR .............................21
Gambar 2.22. Bentuk Gulungan Trafo .................................................................25
Gambar 2.23 Lambang Push Button .....................................................................26
Gambar 2.24 Kompor Listrik ................................................................................27
Gambar 3.1. Blok Diagram ...................................................................................28
Gambar 3.2 Keseluruhan Perancangan Mekanik ..................................................29
Gambar 3.3 Tempat Kompor .................................................................................31
Gambar 3.4 Tempat Kotak Wadah Bilas ...............................................................31
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
xiii
Gambar 3.5 Tempat Letak LM 35..........................................................................32
Gambar 3.6 Tempat Optokopler ............................................................................33
Gambar 3.7 Tempat Letak Photodioda dan LED ..................................................34
Gambar 3.8 Perancangan Motor Pada Mekanik ....................................................36
Gambar 3.9 Rangkaian Minimum Sistem Atmega 8535 dan LM 35 ....................38
Gambar 3.10 Rangkaian Power supply .................................................................39
Gambar 3.11 Rangkaian photodioda .....................................................................40
Gambar 3.12 Rangjaian Optokopler .....................................................................41
Gambar 3.13 Rangkaian Motor driver ..................................................................42
Gambar 3.14 Rangkaian SSR ................................................................................43
Gambar 3.15 LCD yang Digunakan ......................................................................44
Gambar 3.16 Rangkain Koneksi LCD Pada Mikrokontroller................................44
Gambar 3.17 Push Button yang digunakan ...........................................................45
Gambar 3.18 Rangkain Koneksi Push Button Pada Mikrokontroller....................45
Gambar 4.1 Tampilan Temperatur pada LM 35 ....................................................49
Gambar 4.2 Contoh Pengetcingan berhasil ...........................................................55
Gambar 4.3 Contoh Pengetcingan berhasil ...........................................................55
Gambar 4.4 Contoh Pengetcingan berhasil ….......................................................56
Gambar 4.5 Contoh Pengetcingan yang tidak berhasil .........................................57
Gambar 4.6 Contoh Pengetcingan berhasil ...........................................................58
Gambar 4.7 Contoh Pengetcingan berhasil ...........................................................58
Gambar 4.8 Contoh Pengetcingan berhasil ...........................................................59
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Pengujian pada motor rel .............................................................46
Tabel 4.2 Hasil Pengujian pada motor naik turun benda uji .................................47
Tabel 4.3 Data Suhu Terhadap Adc.......................................................................48
Tabel 4.4 Data Percobaan Sensor Optokopler 1 cm...............................................50
Tabel 4.5 Data Percobaan Sensor Optokopler 2 cm...............................................50
Tabel 4.6 Data Percobaan Sensor Optokopler 3 cm...............................................51
Tabel 4.7 Data Percobaan Sensor Optokopler 4 cm...............................................51
Tabel 4.8 Data Percobaan Sensor Optokopler 5 cm...............................................51
Tabel 4.9 Data Percobaan Sensor Optokopler 6 cm...............................................52
Tabel 4.10 Data Percobaan Sensor Optokopler 7 cm.............................................52
Tabel 4.11 Data Percobaan Sensor Optokopler 8 cm.............................................53
Tabel 4.12 Data Percobaan Alat Pada PCB 4 X 10................................................54
Tabel 4.13 Data Percobaan Alat Pada PCB 7.5 X 10.............................................55
Tabel 4.14 Data Percobaan Alat Pada PCB 9.5 X 10.............................................56
Tabel 4.15 Hasil Data Untuk Larutan 1 ................................................................57
Tabel 4.16 Hasil Data Untuk Larutan 2 ................................................................57
Tabel 4.17 Hasil Data Untuk Larutan 3 ................................................................58
Tabel 4.18 Hasil Data Untuk Larutan 4 ................................................................58
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dewasa ini perkembangan elektronika di dunia semakin hari semakin pesat.
Peralatan-peralatan modern yang otomatis saat ini sudah banyak diciptakan untuk
mempermudah setra meringankan kerja manusia. Perkembangan teknologi ini juga
berdampak pada bidang perindustrian. Bukan hanya perindustrian besar namun juga
perindustria kecil, seperti industri rumahan. Misalnya dalam perindustrian rumahan
seperti proses pengecingan PCB. Dalam proses pengecingan ini masih digunaka cara
manual. Dengan menggunakan cara manual proses pengecingan sangat memakan
banyak waktu dan tenaga. Bukan hanya memakan banyak waktu dan tenaga,
menggunakan cara manual akan dapat mempengaruhi kesehatan saluran pernafasan.
Sebab larutan yang digunakan sebagai pengikis tembaga pada PCB ini sangat
berbahaya. Bila terlalu lama kita menghirup uap dari larutan tersebut maka akan
mengakibatkan sesak nafas.
Dengan demikian maka akan dibuat suatu alat yang dapat mempermudah
proses pengecingan PCB. Dimana pengecing elektronik ini akan jauh lebih
mengefisienkan waktu, tenaga dan kesehatan. Pengetching ini akan melarutkan
tembaga pada PCB dengan bangun mekanik yang dirancang sedemikian rupa dan
program untuk mengatur jalannya proses pengetchingan tersebut.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
Universitas Indonesia
2
1.2 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah membuat suatu sistem yang dapat
mengotomatisasikan proses pengecingan PCB dengan menggunakan sensor
optokopler pantul dan mikrokontroler.
1.3 DESKRIPSI SINGKAT
Akan dibuat sebuah sistem yang mampu mengecing PCB dengan
menggunakan mikrokontroler. Berikut ini adalah bagan dari keseluruhan sistem:
Gambar 1.1 Bagan Keseluruhan Sistem
Proses kerja dari alat ini adalah apabila benda uji (PCB) telah di pasang pada
lengan, dan saklar power dinyalakan maka motor 1 akan bekerja, dan PCB akan
bergerak menuju wadah pertama dimana terdapat larutan Ferri Chloride (FeCl3).
Sebelum PCB di celupkan kedalam wadah, terlebih dahulu lengan (pembawa PCB)
mengenai sensor 1 (sensor photodioda), dan kemudian dari perintah sensor tersebut
maka motor 2 akan bergerak, dan setelah motor 2 selesai menggerakkan benda uji
turun maka motor 3 pun aktif. Motor 3 berfungsi untuk memutar benda uji pada
wadah. Dalam wadah pertama ini terdapat sensor 2 (sensor optokopler), dimana
sensor ini di gunakan untuk mendeteksi tembaga pada PCB. Sedangkan sensor 3
(sensor LM35) di letakkan pada luar wadah pertama yang berisikan larutan FeCl3,
sensor ini mendeteksi temperatur laruran agar suhunya konstan.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
Universitas Indonesia
3
Proses pengetchingan dilakukan 2 tahap, tahap pertama pelarutan lapisan
tembaga pada wadah Ferri Chloride kemudian dilanjutkan proses pencucian pada
wadah air bersih. Proses pendeteksian PCB dan pengendalian suhu dengan sensor 2
dan sensor 3 hanya dilakukan pada saat proses pelarutan tembaga pada wadah Ferri
Chloride. Setelah PCB di celupkan kedalam air bersih dengan proses kerja yang sama
pada proses awal, maka PCB akan bergerak ke tempat semula, dan proses
pengecingan pun selesai.
1.4 PEMBATASAN MASALAH
Pada tugas akhir ini, penulis membuat batasan-batasan dalam pembuatan alat ini,
yaitu :
PCB yang digunakan memiliki ukuran maksimal panjang 8cm ; lebar 10cm ;
dan PCB yang digunakan berwarna coklat.
Peletakan dan pelepasan benda uji dilakukan secara manual dengan dijepit .
Pengisian larutan pada wadah dilakukan secara manual.
1.5 METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini terdiri
dari beberapa tahap antara lain:
1. Studi Literatur
Metode ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang teori – teori dasar
sebagai sumber penulisan skripsi secara lengkap. Informasi dan pustaka yang
berkaitan dengan masalah ini diperoleh dari literatur, penjelasan yang diberikan
dosen pembimbing, buku, internet, majalah dan bentuk penulisan lain yang
berhubungan dengan penulisan tugas akhir penulis.
2. Perancangan dan Pembuatan Alat
Metode perancangan alat merupakan proses awal yang penulis lakukan untuk
memahami, menerapkan, dan menggabungkan semua literatur yang diperoleh,
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
Universitas Indonesia
4
dan selanjutnya untuk merealisasikan sistem sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
3. Uji Sistem
Metode ini berkaitan dengan pengujian alat serta pengambilan data sebagai
bahan penganalisaan serta mempelajari prinsip-prinsip kerja rangkaian
tersebut.
4. Diskusi
Metode ini merupakan proses tanya jawab mengenai kelebihan dan
kekurangan dari rancangan rangkaian yang akan dibuat. Dengan adanya
diskusi ini diharapkan memperoleh petunjuk tertentu, sehingga tidak terlalu
besar nilai kesukaran yang akan dihadapi. Point ini merupakan point
parameter berpikir tambahan bagi penulis.
5. Metode Analisis
Metode ini merupakan pengamatan terhadap data yang diperoleh dari pengujian
alat serta pengambilan data dari berbagai macam data yang terjadi akibat berbagai
kondisi yang terdapat pada alat. Pengambilan data meliputi kecepatan
memberikan perintah sampai tanggapan sistem berupa ketepatan pengeksekusian
perintah. Setelah itu dilakukan penganalisisan sehingga dapat ditarik kesimpulan
dan saran – saran untuk pengembangan lebih lanjut.
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini terdiri dari bebera bab yang
memuat beberapa sub – bab. Unrtuk memudahkan pembacaan dan pemahaman maka
laporan tugas akhir ini dibagi menjadi beberapa bab yaitu:
BAB 1 Pendahuluan
Pada bab ini berisi latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah,
metode penulisan dan sistematika penulisan dari laporan tugas akhir ini.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
Universitas Indonesia
5
BAB 2 Teori Dasar
Teori dasar berisi landasan – landasan teori sebagai hasil dari studi
literatur yang berhubungan dalam rancang bangun dan pembuatan alat (
hardware ) serta pembuatan program ( software ).
BAB 3 Perancangan dan Cara Kerja Sistem
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pembuatan alat serta sistem kerja
alat secara keseluruhan dari semua perangkat kontrol ( hardware ) dan
program penghubung ( software ) yang terlibat antara mikrokontroler
dengan simulator, maupun antara simulator dengan mikrokontroler.
BAB 4 Analisa Data
Bab ini berisi tentang unjuk kerja alat sebagai hasil dari perancangan
sistem. Pengujian akhir dilakukan dengan menyatukan seluruh bagian –
bagian dari sistem untuk memastikan bahwa sistem dapat berfungsi sesuai
dengan tujuan awal. Setelah sistem berfungsi dengan baik maka
dilanjutkan dengan pengambilan data. Dan dari hasil data yang diperoleh
di lapangan dapat diketahui efisiensi dan optimalisasi system pada tahap
penyelesaiannya, dengan harapan pada proses pembuatan berjalan lebih
efektif dan efisien.
BAB 5 Penutup
Penutup berisi kesimpulan dan saran. Pada kesimpulan berisikan hasil
yang diperoleh dari pengujian sistem dan pengambilan data selama
penelitian berlangsung, sedangkan saran untuk pengembangan lebih lanjut
dari penelitian ini baik dari segi perangkat keras ( hardware ) dan program
( software ).
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
6 Universitas Indonesia
BAB 2
TEORI DASAR
Seperti yang telah dijelaskan pada sistematika penulisan pembuatan tugas
akhir ini, pada bab ini akan dijelaskan mengenai landasan-landasan teori yang
digunakan sebagai hasil dari studi literatur yang berhubungan dalam rancangan
bangun dan pembuatan alat, antara lain prinsip dasar motor DC, Sensor, SSR, dan
Saklar tekan .
2.1 Motor
2.1.1 Motor DC
Salah satu komponen yang diperlukan dalam system pengendali
rangkaian ini adalah aktuator. Aktuator adalah komponen pertama untuk
melakukan gerakan, mengubah energi elektrik menjadi gerakan mekanik.
Adapun jenis aktuator salah satunya adalah motor listrik. Motor listrik
dikelompokkan menjadi motor DC dan motor AC, sedangkan yang digunakan
dalam tugas akhir ini adalah motor DC.
Dalam penggunaannya kita terlebih dahulu harus memahami prinsip
kerja motor DC. Motor DC adalah motor yang menggunakan arus DC dan
dapat mengubah energi listrik menjadi energi mekanik berupa gerak berputar.
2.1.1.1. Prinsip Kerja Motor DC
Prinsip kerja motor DC dapat dijelaskan dengan teori elektromagnetik.
Misal pada motor arus searah medan magnet akan dihasilkan oleh medan
dengan kerapatan fluks sebesar B. Bila kumparan jangkar yang dilingkupi
medan magnet dari kumparan medan dialiri arus sebesar I, maka akan
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
7
Universitas Indonesia
menghasilkan suatu gaya F dengan besarnya gaya tersebut, seperti
ditunjukkan pada persamaan:
F = B i L sin α …………………………(2.1)
Dimana:
F = gaya magnet (Newton)
B = medan magnet luar (Wb/m2)
i = kuat arus (Ampere)
L = panjang kawat (Meter)
α = sudut yang dibentuk medan magnetic dengan arus
Pada sebuah kawat berarus listrik di dalam pengaruh medan magnet,
maka arah gaya F dapat ditentukan dengan kaidah tangan kanan:
Gambar 2.1. Kaidah tangan kanan Gambar 2.2. Susunan Percobaan
Motor dc terdiri dari bagian-bagian yang dapat menggerakkan motor
tersebut, yaitu:
1. Rotor, yaitu bagian yang berputar pada motor berupa kumparan kawat.
2. Stator, yaitu bagian yang diam pada motor berupa magnet.
3. Komutator, yaitu cincin belah yang berfungsi sebagai penukar arus.
4. Sikat, yaitu sepasang batang grafit yang menempel pada komutator
tetapi tidak berputar.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
8
Universitas Indonesia
Cara kerja motor dc dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut:
Gambar 2.3. Posisi awal gerakan motor
Misalkan kedudukan mula-mula seperti pada Gambar 2.3 arus listrik
mengalir dari kutub (+) baterai melalui sikat S1 – cincin C1- rotor ABCD –
cincin C2 – sikat S2 – kembali ke kutub (-) baterai. Ketika rotor CD yang
dekat dengan kutub utara mengalami gaya ke atas dan sisi rotor AB yang
dekat dengan kutub selatan mengalami gaya ke bawah. Akibatnya rotor
ABCD berputar searah jarum jam.
Gambar 2.4. Posisi motor setelah 1800
Setelah setengah putaran (1800), terjadi pertukaran posisi antara sikat
dan comutator. Sekarang, C2 menyentuh sikat S1 dan C1 menyentuh sikat S2.
Sehingga arus mengalir dari kutub (+) baterai menuju kutub (-) melalui sikat
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
9
Universitas Indonesia
1 (S1), comutator 2 (C2), Rotor DCBA, comutator 2 (C2), dan sikat 2 (S2).
Pertukaran posisi antara sikat dan komutator mengakibatkan motor terus
berputar.
Selama motor berputar menghasilkan torka (τ = Torque). Torka
merupakan analogi gaya dari gerak translasi untuk gerak rotasi. Karena torka
ini dihasilkan oleh sistem elektromagnet, maka disebut torka elektromagnet
(electromagnetic torque). Torka yang dihasilkan motor ini mempunyai nilai
yang besarnya ditunjukkan pada persamaan berikut;
τ = r F ……………………………………(2,2)
Dimana:
τ = Torka (Nm)
r = Jarak dari pusat rotasi ke titik beban (m)
F = Gaya (N)
Gambar 2.5. Prinsip Torka
2.1.1.2 Cara Membalik Arah Motor DC
Arah gerakan motor arus searah dapat diatur dengan dua cara yaitu
mengubah polarisasi arah arus searah pada belitan medan magnet (+) dan (-),
atau dengan mengubah arah arus dengan menukar (+) dan (-) pada sikat.
Pada prinsipnya membalik arah motor searah memang dengan dua
cara yang telah disebutkan di atas, namun dalam suatu rangkaian elektronika
kita memerlukan suatu rangkaian penggerak motor yang dapat membalik arah
gerak motor dengan mudah misalnya dengan menggunakan transistor.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
10
Universitas Indonesia
Transistor pada rangkaian pembalik putaran motor berfungsi sebagai saklar
(switching).
2.1.1.3 Cara Mempercepat Putaran Motor DC
Kecepatan putaran motor dc dapat ditingkatkan dengan memperbesar
tegangan yang masuk ke motor, sehingga dapat mengakibatkan arus yang
masuk ke motor menjadi besar pula. Hal ini sesuai dengan hukum Ohm
berikut ini:
V = i R …………………………………(2.4)
Dimana:
V = Tegangan (Volt)
i = Besar arus (Amepere)
R = Hambataan (Ohm)
Dengan hambatan yang tetap dan tegangan diperbesar akan
mengakibatkan arus menjadi besar pula. Dengan arus yang diperbesar maka
akan menyebabkan gaya (F) menjadi besar pula sesuai dengan persamaan 2.1
di atas. Dan apabila F semakin besar maka kekuatan rotor akan semakin besar
dan berdampak pada makin cepatnya putaran motor. Dari prsamaan 2.1 dapat
diambil kesimpulan bahwa semua unsur yang mmpengaruhi nilai F dapat
mempercepat putaran motor, yaitu dengan memperpanjang lilitan
(memperbesar l ), dan memperbesar medan magnet (B).
Keuntungan utama motor DC adalah sebagai pengendali kecepatan,
yang tidak mempengaruhi kualitas pasokan daya. Motor ini dapat
dikendalikan dengan mengatur:
1. Tegangan dinamo – meningkatkan tegangan dinamo akan
meningkatkan kecepatan.
2. Arus medan – menurunkan arus medan akan meningkatkan kecepatan.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
11
Universitas Indonesia
2.1.2 Motor Servo
Berbeda dengan motor DC dan motor Stepper, motor servo adalah
sebuah motor dengan sistem closed feedback di mana posisi dari motor akan
diinformasikan kembali ke rangkaian kontrol yang ada di dalam motor servo.
Motor ini terdiri dari sebuah motor, serangkaian gear, potensiometer dan
rangkaian kontrol.
Potensiometer berfungsi untuk menentukan batas sudut dari putaran
servo. Sedangkan sudut dari sumbu motor servo diatur berdasarkan lebar
pulsa yang dikirim melalui kaki sinyal dari kabel motor. Tampak pada gambar
dengan pulsa 1.5 mS pada periode selebar 1.5 mS maka sudut dari sumbu
motor akan berada pada posisi tengah. Semakin lebar pulsa OFF maka akan
semakin besar gerakan sumbu ke arah jarum jam dan semakin kecil pulsa OFF
maka akan semakin besar gerakan sumbu ke arah yang berlawanan dengan
jarum jam.
Posisi Servo
2 mS
1 mS
Gambar 2.6.Teknik PWM untuk mengatur sudut motor servo.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
12
Universitas Indonesia
Motor servo biasanya hanya bergerak mencapai sudut tertentu saja dan
tidak kontinyu seperti motor DC maupun motor stepper. Walau demikian,
untuk beberapa keperluan tertentu, motor servo dapat dimodifikasi agar
bergerak kontinyu.
Motor servo memiliki input berupa tegangan dan output dari motor
servo berupa batang dan dapat diperintahkan untuk menyesuaikan sudut
dengan teliti sesuai dengan inputnya.
Signal
V+
GND
Gambar 2.7. Pin Out kabel Motor Servo
2.2 SENSOR
Sensor dapat terjadi karena adanya keinginan manusia yang ingin melakukan
segala sesuatu dengan cepat, efisien, mudah, dan praktis. Sensor adalah alat untuk
mendeteksi / mengukur sesuatu yang digunakan untuk mengubah variasi mekanis,
magnetis, panas, dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik, sehingga bisa di analisa
dengan menggunakan rangkaian listrik. Berikut adalah sensor yang digunakan dalam
pembuatan alat pengetching PCB.
2.2.1 LM 35
2.2.1.1 Pengertian LM 35
Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki
fungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk
tegangan. Sensor LM 35 merupakan sensor temperature yang presisi, dimana
tegangan outputnya proposional linier terhadap temperature celcius dengan
range (0°C - 100°C). Pada sensor LM 35, tidak membutuhkan kalibrasi
tambahan atau pengesetan untuk menghasilkan akurasi ¼ °C pada temperature
ruangan dan ± ¾ °C saat melebihi batas skala penuh 0°C-100°C. Sensor
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
13
Universitas Indonesia
LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika
dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran
impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan
mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan
penyetelan lanjutan.
Sensor temperatur LM 35 ini difungsikan sebagai basic temperature
sensor seperti pada gambar.
Gambar 2.8. LM 35 basic temperature sensor
Dalam teorinya pada saat suhu kamar 25oC transduser ini mampu
mengeluarkan tegangan 250mV dan 1,5V pada suhu 150oC dengan kenaikan
10mV/oC. Output dari sensor ini akan dikeluarkan dalam bentuk besaran
listrik, dalam hal ini berupa suatu tegangan yang relative sangat kecil, yaitu
hanya berkisar pada satuan mV.
Gambar 2.9. Sensor Suhu LM35
Gambar diatas menunjukan bentuk dari LM35 tampak depan dan
tampak bawah. 3 pin LM35 menujukan fungsi masing-masing pin
diantaranya, pin 1 berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2
atau tengah digunakan sebagai tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan
kerja dari 0 Volt sampai dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
14
Universitas Indonesia
LM35 yang dapat digunakan antara 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran sensor
ini akan naik sebesar 10 mV setiap derajat celcius sehingga diperoleh
persamaan sebagai berikut :
VLM35 = Suhu* 10 mV …………………………………(2.5)
Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat
perubahan suhu setiap suhu 1 ºC akan menunjukan tegangan sebesar 10 mV.
Dengan cara seperti ini diharapkan selisih antara suhu udara dan suhu
permukaan dapat dideteksi oleh sensor LM35 sama dengan suhu disekitarnya,
jika suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah dari suhu
permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan dan suhu udara
disekitarnya. Jarak yang jauh diperlukan penghubung yang tidak terpengaruh
oleh interferensi dari luar, dengan demikian digunakan kabel selubung yang
ditanahkan sehingga dapat bertindak sebagai suatu antenna penerima dan
simpangan didalamnya, juga dapat bertindak sebagai perata arus yang
mengkoreksi pada kasus yang sedemikian, dengan mengunakan metode
bypass kapasitor dari Vin untuk ditanahkan.
2.2.1.2 Karekteristik LM 35
Berikut ini adalah karakteristik dari sensor LM35:
1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan
suhu 10 mVolt/ºC, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.
2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25 ºC
seperti terlihat pada gambar 2.10.
3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC.
4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 Volt.
5. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA.
6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari
0,1 ºC pada udara diam.
7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
15
Universitas Indonesia
8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC.
Gambar 2.10. Grafik akurasi LM35 terhadap suhu
2.2.2 Led Pemancar Infra Merah (LED IR)
LED (Light Emiting Dioda) infra-merah adalah sebuah komponen
yang terbuat dari solid-state Germanium Arsenide yang memancarkan sinar
radiasi (cahaya) ketika diberi tegangan bias maju (forward bias). Konstruksi
dasar dan simbol dari komponen ini ditunjukkan pada gambar dibawah ini:
(a) Konstruksi Dasar LED IR (b) Simbol LED IR
Gambar 2.11. Konstruksi dasar LED IR dan Simbol LED IR
Ketika diberi tegangan bias maju, elektron dari daerah N akan
bergabung melalui lubang – lubang pada daerah P, sehingga terbentuk daerah
gabungan dari materi tipe P dan N. Selama proses penggabungan ini, energi
diradiasikan dalam bentuk foton. Foton – foton yang dihasilkan pada LED IR
akan dilepaskan dalam bentuk energi radiasi. Hubungan antara besarnya fluks
radiasi dalam mW dan arus bias maju DC dapat dilihat pada gambar 2.12.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
16
Universitas Indonesia
Gambar 2.12. (Grafik hubungan cahaya output dan LED IR bias-maju DC)
2.2.3 Phototransistor
Phototransistor adalah transistor yang arus kolektor dan emiternya
secara langsung terhubung dengan cahaya yang jatuh pada daerah basis. Pada
dasarnya transistor biasa juga memberikan respon terhadap cahaya, bedanya
phototransistor memiliki beberapa fitur (terdapatnya lensa fokus dalam casing
transistor) yang membuatnya lebih sensitif pada panjang gelombang cahaya
tertentu. Ketika basis menerima cahaya dengan panjang gelombang yang
tepat, maka pasangan electron-hole pada basis akan diubah menjadi arus basis
Iλ yang besarnya proportional terhadap intensitas cahaya.
Daerah utama untuk pembentukan pasangan electron-hole adalah
sambungan basis-kolektor, akibatnya sambungan ini menjadi bagian yang
paling sensitif terhadap cahaya.
Arus basis diinduksikan oleh phototransistor seperti photodioda
eksternal yang dihubungkan antara basis dan kolektor transistor (Lihat gambar
2.13).
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
17
Universitas Indonesia
Gambar 2.13. Phototransistor Gambar 2.14 Phototransistor dengan 2
dan 3 terminal
Pada common-collector, sinyal output akan dibangkitkan dengan
transisi dari tinggi ke rendah ketika phototransistor mendeteksi cahaya atau
radiasi infra merah. Keadaan ini disebut "kondisi logika inverting".
Sedangkan pada common-emitter, sinyal output dibangkitkan dengan
transisi dari rendah ke tinggi ketika phototransistor mendeteksi cahaya atau
radiasi inframerah. Keadaan ini disebut "kondisi logika non-inverting"
Respon frekuensi phototransistor berbeda-beda untuk setiap panjang
gelombang cahaya yang terdeteksi, dan yang terbaik adalah frekuensi respon
phototransistor terhadap cahaya infra merah.
Gambar 2.15. Karakteristik Phototransistor
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
18
Universitas Indonesia
2.2.4 Photodioda
Photodiode merupakan komponen elektronika sambungan p-n yang
dirancang untuk beroperasi bila dibiaskan dalam arah terbalik atau bias
mundur (reverse bias) sehingga tidak ada arus yang mengalir, seperti terlihat
pada gambar 2.16 (a), dimana Ië adalah arus mundur. Simbol untuk
photodiode dapat dilihat pada gambar 2.16 (b). Ketika cahaya diberikan ke
sambungan p-n, maka arus mundurnya akan meningkat sesuai dengan
internsitas cahaya. Ketika tidak ada cahaya, arus mundur Ië sangat kecil sekali
dan disebut dark current. Arus mundur yang dihasilkan besarnya proporsional
dengan intensitas cahaya yang diterima photodioda.
Gambar 2.16. Photodioda
Photodiode adalah suatu dioda semikonduktor yang berfungsi sebagai
photodetector, dibawah ini merupakan karakteristik photodiode.
Gambar 2.17. karakteristik photodiode Gambar 2.18. Struktur Photodiode
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
19
Universitas Indonesia
2.2.5 Optocoupler
Optocoupler merupakan salah satu jenis komponen yang
memanfaatkan sinar sebagai pemicu on/off-nya. Opto berarti optic dan
coupler berarti pemicu. Sehingga bisa diartikan bahwa optocoupler
merupakan suatu komponen yang bekerja berdasarkan picu cahaya optic opto-
coupler termasuk dalam sensor, dimana terdiri dari dua bagian yaitu
transmitter dan receiver.
Optocoupler yang dikenal dengan sebutan dengan optoisolator
merupakan semi konduktor yang memakai kombinasi dari photo emiter dan
photodetector. Optocoupler yang kita kenal diproduksi dalambentuk paket
plastik yang diberi lensa atau filter untuk menaikkan kepekaannya.
Optocoupler dibuat untuk mentransmisikan sinyal dalam satu arah, dari
photoemitter ke photodetector meskipun keduanya terisolasi satu sama lain.
Komponen yang digunakan sebagai sinyal transmitter pada
optocoupler biasanya adalah LED ,Ired atau dioda laser, sedangkan
photodetector digunakan sebagai receiver. Trasnmitter berfungsi untuk
mengubah sinyal listrik menjadi cahaya tampak atau inframerah, sedangkan
receiver berfungsi untuk mengubah kembali cahaya yang diterima menjadi
sinyal listrik. Receiver tersedia dalam beberapa tipe, seperti phototransistor
yang ditunjukkan pada gambar. Ketika tegangan input pada LED bias maju,
cahaya dikirimkan ke phototransistor sehingga menyebabkan phototransistor
menjadi aktif dan menghasilkan arus yang mengalir melalui beban eksternal.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
20
Universitas Indonesia
Gambar 2.19. Optocoupler
2.3 Solid State Relay (SSR)
SSR adalah sebuah saklar elektrik. Tidak seperti saklar elektromekanik, SSR
tidak memiliki bagian yang bergerak. Ada beberapa tipe SSR yaitu photo coupled
SSR, transformer coupled SSR dan hybrid SSR. Berikut merupakan jenis Photo
coupled SSR yang dikendalikan oleh sinyal tegangan low.
Gambar 2.20. Bentuk fisik Solid State Relay (SSR)
Secara fisik, SSR yang dikemas dalam kotak memiliki empat terminal listrik,
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.20. Ada dua buah terminal input analog
dengan koil ESDM, dan dua buah terminal keluaran analog dengan kontak dari
EMR.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
21
Universitas Indonesia
SSR merupakan aplikasi pada pengisolasian rangkaian kontrol tegangan
rendah dari rangkaian beban daya tinggi. Rangkaian internal pada SSR diperlihatkan
pada gambar 2.21.
Gambar 2.21 Rangkaian Internal dan Simbol skematik SSR
Dioda yang memancarkan cahaya (LED) yang digabungkan pada rangkaian
input menyala mengeluarkan cahaya apabila kondisi pada rangkaian benar-benar
untuk mengaktifkan relay. Cahaya LED pada fototransistor yang kemudian
menghantar menyebabkan arus trigger diberikan pada triac. Jadi output terisolasi dari
input dengan LED sederhana dan susunan fototransistor. Karena sorotan sinar
digunakan sebagai medium kontrol maka tidak ada tegangan naik atau desah listrik
yang dihasilkan pada sisi beban dari relay yang dapat dikirimkan pada sisi kontrol
relay.
Jika relay dirancang mengontrol beban ac, digunakan triac untuk
menghubungkan beban dengan sumber tegangan. Sedangkan jika untuk mengontrol
beban dc mempunyai transistor daya dibandingkan dengan triac yang dihubungkan
pada rangkaian beban. Apabila tegangan input hidup led detektor foto yang
dihubungkan pada basis transisitor menghidupkan transistor dan menghubungkan
benda dengan sumber tegangan.
Tegangan kontrol untuk SSR dapat arus searah atau bolak balik dan biasanya
berkisar antara 3-32 volt untuk versi dc sedangkan untuk versi ac berkisar antara 80-
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
22
Universitas Indonesia
280 Volt. Arus rangkaian beban maksimum mencapai 50 ampere adalah mungkin
pada ukuran tegangan kerja sumber tegangan yaitu 120,240 dan 480 Vac. Pada
sebagian aplikasi SSR digunakan sebagai perantara rangkaian kontrol tegangan
rendah dengan tegangan sumber tegangan ac yang lebih tinggi. Banyak SSR yang
digunakan untuk mengontrol beban ac mempunyai keistimewaan yang disebut
penghubungan nol. Penghubungan nol menjamin bahwa relay hidup atau mati pada
permulaan gelombang tegangan ac pada titik cross open nol. Penghubungan
teganagan nol sering dibutuhkan untuk memperkecil arus kejut dan interferensi
frekuensi radio. SSR mempunyai beberpa keuntungan dibandingkan dengan EMR
(Electro Mechanical Relay) yaitu dapat dipercaya dan mempunyai umur pemakaian
yang lebih panjang karena SSR tidak memiliki bagian yang berputar selain itu dapat
juga digabungkan dengan rangkaian transistror dan sirkuit ic serta tidak menimbulkan
banyak interferensi elektromagnetis. SSR lebih tahan terhadap goncangan dan
terhadap getaran, mempunyai waktu respon yang lebih cepat dan tidak
memperlihatkan kontak yang memantul. Seperti pada setiap alat umumnya SSR
mempunyai beberapa kerugian yaitu SSR terdiri dari semikonduktor yang mudah
rusak oleh tegangan dan arus yang tajam tidak seperti kontak EMR, penghubungan
semikonduktor SSR mempunyai tahanan ON-state dan arus bocor yang signifikan.
2.3.1 Cara Opereasi SSR
Tegangan yang digunakan pada rangkaian SSR mengakibatkan LED
menyinari photo-sensitive dioda. Hal ini akan meghasilkan tegangan diantara
MOSFET dengan gate dan mengakibatkan MOSFET dalam kondisi on. SSR
terdiri dari MOSFET tunggal atau yang terdiri dari beberapa MOSFET.
2.3.2 Keuntungan Dan Kerugian Menggunakan SSR
2.3.2.1 Keuntungan SSR
SSR Lebih ceepat dari saklar elektromekanik. Waktu untuk
perubahaan kondisi tergantung waktu yang diinginkan
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
23
Universitas Indonesia
Lebih awet, karena tidak ada bagian yang bergerak secara
mekanik.
Lebih bersih.
Mengurangi noise elektrik ketika berubah kondisi.
Dapat digunakan pada lingkungan yang tidak boleh terjadi bunga
api.
Sunyi dalam perubahan kondisi.
Lebih kecil dari saklar mekanik yang saling berhubungan.
2.3.2.2 Kerugian SSR
Lebih mudah rusak ketika terjadi hubungan pendek.
Menambah noise elektrik ketika terjadi konduktansi.
Sewaktu kondisi close, impedansi lebih besar akibatnya akan
menghasilkan panas.
Sewaktu kondisi open, impedansinya lebih kecil.
Terjadi kebocoran arus balik sewaktu kondisi open.
Kemungkinan adanya kegagalan berubah kondisi ketika waktu
tegangannya singkat.
Lebih mahal harganya dibandingkan saklar elektromekanik.
2.4 Transformator
Untuk keperluan mentransformasikan tegangan listrik digunakan suatu alat
yang dinamakan transfomator, atau lebih dikenal dengan nama Trafo. Trafo adalah
alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih
rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainya, melalui sambungan magnet dan
berdasarkan prinsip induksi elektro megnetik.
Salah satu sebab mengapa arus bolak-balik (AC = Alternating Current)banyak
dipakai dalam keperluan sehari-hari adalah kemungkinan mentransformasikan arus
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
24
Universitas Indonesia
bolak-balik tersebut sangat mudah baik menurunkan dan menaikan tegangan. Di
dalam bidang elektronika, trafo banyak digunakan antara lain untuk:
1. Input impedance antara sumber dan beban.
2. Menghambat arus searah (DC = Direct Current) dan melewatkan arus bolak
balik.
3. Menaikan atau menurunkan tegangan AC. Berdasarkan frekuensi kerja, trafo
dikelompokan menjadi:
a) Trafo Daya : (50Hz – 60 Hz)
b) Trafo Pengendaraan : (20 Hz – 20 KHz)
c) Trafo MF : (455 KHz)
d) Trafo RF : ( >455 KHz)
Pengelompokan trafo didalam bidang Tegangan listrik, adalah:
a) Trafo Daya
Trafo ini digunakan untuk menaikan tegangan listrik sampai ratusan ribu Volt.
b) Trafo Distribusi
Trafo ini digunakan untuk menurunkan tegangan listrik sampai tegangan yang
diinginkan.
c) Trafo Pengukuran
Untuk maksud ini ada trafo arus dan tegangan.
Dalam bentuk dasar, inti trafo terdiri dari tiga macam yaitu:
a) Open Core ( inti terbuka )
b) Close Core ( inti tertutup )
c) Shell Core ( inti bentuk cangkang )
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
25
Universitas Indonesia
Gambar 2.22 Bentuk Gulungan Trafo
Trafo terdiri dari dua gulungan kawat yang terpisah satu sama lain, yang
dililitkan pada inti yang sama. Daya listrik dipisahkan dari kumparan primer ke
kumparan sekunder dengan perantaraan garis gaya magnit (fluks magnet) yang
dibangkitkan oleh aliran listrik yang melewati kumparan primer.
Untuk dapat membangkitkan tegangan listrik pada kumparan sekunder fluks
magnet yang dibangkitan olek kumparan primer harus berubah-ubah. Untuk menemui
hal ini, aliran listrik yang melalui kumparan primer haruslah aliran listrik bolak balik.
Saat kumparan primer dihubungkan kesumber arus listrik AC, pada kumparan primer
timbul gaya gerak magnit bersama yang bolak balik juga.
Dengan adanya gaya gerak magnet ini, disekitar kumparan primer maka
timbul fluks magnet bersama yang juga bolak-balik. Adanya fluks magnet bersama
ini pada ujung kumparan sekunder timbul gaya gerak listrik induksi sekunder yang
mungkin sama, lebih tinggi, atau lebih rendah dari gaya gerak listrik primer. Hal ini
tergantung pada perbandingan transfomator kumparan trafo tersebut. Jika kumparan
sekunder dihubungkan ke beban, maka pada kumparan sekunder timbul arus listrik
bolak-balik sekunder akibat adanya gaya gerak listrik induksi sekunder. Hal ini
mengakibatkan timbul gaya gerak magnit pada kumparan sekunder dan akibatnya
pada beban timbul tegangan sekunder. Kombinasi antar gaya gerak magnit induksi
sekunder dan primer disebut induksi silang atau mutual induction.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
26
Universitas Indonesia
2.5 Saklar Tekan
Hampir semua saklar yang berada diIndustri banyak mengunakan saklar
tekan. Saklar tekan yang digunakan memiliki keadaan pada saat posisi normal dapat
dikondisiskan menutup atau membuka. Pada posisi ini kita kapat menyebutnya
dengan Normally open (NO) dimana keadaan normal saklar tidak dapat mengalirkan
secara baik arus dari sumber arus, jika ditekan tombolnya dia dapat mengalirkan arus
dari sumber. Pada posisi tertutup sering disebut Normally close (NC) diamana pada
keadaan normal saklar dapat mengalirkan arus dari sumber, atau kebalikan dari
Normally open (NO). Lambang yang digunakan untuk NO atau-pun NC dapat dilihat
pada Gambar berikut;
Gambar 2.23 Lambang Push Button
Gambar diatas merupakan lambang Push Botton yang dideklarasikan untuk
skematik dari panel industri. Pada Gambar 2.23 (a) merupakan gambar Push Button
yang sederhana. Untuk gambar berikutnya adalah lambang dari Normaly Open dan
Normaly Close.
2.6 Kompor Listrik
Kompor adalah alat masak yang menghasilkan panas tinggi. Pada percobaan
kali ini akan di gunakan kompor listrik yang memiliki tegangan 220 V, dan Watt 600
W.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
27
Universitas Indonesia
Kompor induksi adalah kompor listrik modern yang mengambil prinsip
induksi elektromagnetik terhadap panas. Sebagaimana ia memiliki efisiensi tinggi,
tidak ada api terbuka, dan aman dan nyaman, laboratorium lebih sering
menggunakannya sebagai alat pemanas sampel atau bahan yang di uji dalam
percobaan.
Gambar 2.24 Kompor Listrik
Prinsip kerja dari kompor induksi adalah di dalam kompor terdapat kumparan
terbuat dari tembaga berisolasi. Kumparan ini dialiri arus listrik dengan frekuensi
200-300kHz (Ini masih frekuensi rendah, belum frekuensi radio, jadi masih cukup
aman dari pengaruh radiasi). Karena ada arus pada kumparan, timbulah medan
magnet dengan frekuensi yang sama (200-300kHz). Bila kedalam medan magnet ini
diletakkan besi akan timbul arus yang berpusar di dalam besi. Pusaran arus ini akan
menimbulkan panas. Selain itu, medan magnet dan karakter besi yang saling
berinteraksi akan menimbulkan rugi-rugi magnet (rugi-rugi inti). Rugi-rugi magnet
ini juga akan menghasilkan panas. Jadi ada dua mekanisme penghasil panas.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
28 Universitas Indonesia
BAB 3
PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM
Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan sistem mekanik beserta cara
kerja dari masing-masing hardware yang digunakan dalam penyusunan alat rancang
bangun Alat Pengetching PCB Elektronik.
3.1 Diagram Blok
Dalam bab ini akan dibahas mengenai cara kerja alat secara garis besar. Hal
ini dilakukan demi mempermudah proses perakitan dan juga pemahaman cara kerja
masing-masing rangkaian. Hal ini sangat penting dalam pembuatan suatu alat,
mengingat setiap rangkaian saling berhubungan dan mempengaruhi kinerja alat
lainnya. Sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan keinginan dan teori yang
berlaku. Blok diagram pada rancangan alat yang penulis buat dapat dilihat seperti
pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Blok diagram
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
29
Universitas Indonesia
Gambar 3.2 Keseluruhan Perancangan Mekanik
Dari gambar 3.1 dan gambar 3.2 diatas kita dapat melihat cara kerja
keseluruhan dari alat ini yaitu, PCB yang akan di etching di letakkan pada penjepit
secara manual. Kemudian, setelah benda uji terpasang dengan benar maka tombol
start dapat di tekan. Setelah tombol start di tekan, maka motor 1 akan bekerja dan
lengan penjepit PCB akan bergerak pada rel lintasan. Ketika posisi lengan melintas di
depan sensor photodioda 1, maka program akan mengaktifkan motor 2 yang bergerak
turun selama waktu yang di tentukan. Kemudian setelah itu motor 3 akan aktif dan
memulai kerjanya, yaitu memutar alat penjepit beberapa kali. Setelah selesai memutar
maka motor 3 akan berhenti, dan mengaktifkan kembali motor 2. Dan kali ini motor 2
akan bekerja sebaliknya dari kerja awalnya, yaitu menaikkan penjepit atau bergerak
ke atas ke posisi awal. Setelah penjepit sampai pada posisi awal maka sensor
opthocoupler akan mendeteksi lapisan tembaga pada PCB. Jika pada alat uji masih
terdapat tembaga, maka proses akan kembali ke keadaan motor 2 untuk bekerja turun
dan terus berulang sampai tembaga pada PCB sudah tidak ada. Setelah sensor
opthocoupler mendeteksi tidak ada tembaga pada PCB, maka kemudian alat akan
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
30
Universitas Indonesia
bekerja pada proses berikutnya. Dimana pada proses ini hampir sama dengan proses
awal, yaitu mengaktifkan motor 1 hingga bertemu denga sensor photodioda 2,
kemudian proses yang terjadi akan sama dengan proses pada photodioda 1. Namun
ada perbedaan proses kerja pada photodioda 1 dengan photodioda 2, yaitu pada
proses kali ini tidak terdapatnya sensor opthocoupler. Sehingga proses pencuciannya
tidak terjadi brerulang. Setelah selesai pada proses ini maka motor 1 akan kembali
bekerja dan menuju ke sensor photodioda 3. Dimana apabila apabila lengan penjepit
ini, melewatinya maka proses akan mati.
3.2 Perancangan Mekanik
Pada perancangan mekanik ini meliputi perancangan tempat kompor dan
kotak wadah bilas, perancangan letak LM 35, perancangan letak sensor optokopler,
perencanaan letak sensor photodioda dan LED, serta perencanaan letak motor pada
mekanik.
3.2.1 Perancangan Tempat Kompor dan Kotak Wadah Bilas
Kompor yang digunakan berbentuk balok. Penggunaan kompor ini
membutuhkan daya maksimal sebesar 600 watt, namun karena kompor ini di
gunakan hanya untuk memanaskan larutan FeCl3 maka daya yang di gunakan
tidak maksimum. Kompor ini memiliki panjang 29.5 cm, lebar 22cm dan
tinggi 10.5cm. Perancangan mekanik untuk kompor hanya menambah alas
pada bagian atas kompor dengan teflon yang berketebalan 5 mm, dengan
panjang dan lebar yang sama denga kompor. Kemudian terdapat bagian
pencekam wadah yang terbuat dari stainless steel yang berdiameter luar
17.5cm dan diameter dalam 14.5cm. Alasan digunakannya bahan stainless
disini karena bahan tersebut dapat menahan panas yang cukup tinggi yaitu
kira-kira sampai 1000 °C sehingga cocok dengan karakteristik kompor yang
dipakai. Berikut adalah gambar dari tempat kompor:
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
31
Universitas Indonesia
Gambar 3.3 Tempat Kompor Wadah FeCl3
Selain kompor ada pula wadah atau kotak pijakan untuk menaruh gelas
pembersihkan PCB dari larutan FeCl3. Kotak ini di bentuk dengan
menyesuaikan tinggi kompor, sehingga kotak ini berukuran panjang 23.5cm,
lebar 20cm dan tinggi 10.5cm. Perancangan mekanik untuk kotak ini
menggunakan bahan kayu. Alasan digunakannya bahan kayu disini karena
bahan tersebut mudah di bentuk kotak dan mudah di peroleh. Berikut adalah
gambar dari tempat kotak wadah bilas:
Gambar 3.4 Tempat Kotak Wadah Bilas
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
32
Universitas Indonesia
3.2.2 Perancangan Letak LM 35
LM 35 digunakan untuk mengukur suhu ( sensor suhu) larutan FeCl3.
LM 35 ini di letakkan menempel pada wadah gelas larutan FeCl3 setinggi
10cm dari permukaan gelas. Alasan mengapa LM 35 di tempatkan menempel
pada gelas wadah, adalah untuk mengukur suhu larutan. Karena suhu larutan
di berikan batas tertinggi hanya sampai 750C, setelah mencapai 750C maka
LM 35 akan mengaktifkan SSR dan mematikan kompor. Berikut adalah
gambar dari tempat letak LM 35:
Gambar 3.5 Tempat Letak LM 35
3.2.3 Perancangan Letak Sensor Optokopler
Optokopler digunakan untuk mendeteksi tembaga pada alat uji (PCB).
Optokopler ini di letakkan mengambang di atas gelas wadah dengan jarak
gelas dengan pijakannya 19 cm dan tinggi 37 cm serta tinggi selisih antara
sensor dengan gelas 8 cm. Dan optokopler ini di letakkan pada akrilik. Alasan
menggunkan pijakan berbahan akrilik ini karena bahan ini mudah di lubangi
sebagai tempat pijakan serta karena bahan ini tahan terhadap panas. Berikut
adalah gambar dari tempat optokopler:
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
33
Universitas Indonesia
Gambar 3.6 Tempat Optokopler
3.2.4 Perancangan Letak Sensor Photodioda dan LED
Photodioda dan LED digunakan sebagai sensor letak, dimana sensor ini
akan membuat rangkaian penjepit berhenti pada tempatnya. Sehingga letak
dati sensor photodioda dan LED ini berada tepat di atas wadah kompor dan
kotak pembilas, dengan ketinggian dari dasar alat 70.5 cm dan jarak
ketinggian dari kopor 60cm. Selain di letakkan di atas kompor,sensor ini juga
di letakkan di tengah-tengah kompor dengan jarak lebar ke kanan 14.5cm dan
ke kiri 14.5 cm.
Letak penempatan sensor ini selain terpengaruh dengan wadah kompor
juga terpengaruh dengan letak lengan penjepit alat uji pula. Dengan
memperhitunggkan daya pantul dari sensor ini serta besar dari lengan penjepit
maka sensor ini di letakkan sejauh 9.5cm dari rel lintasa. Berikut adalah
gambar dari tempat letak photodioda dan LED:
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
34
Universitas Indonesia
Gambar 3.7 Tempat Letak Photodioda dan LED
3.2.5 Perancangan Letak Motor Pada Mekanik
Adapun komponen yang paling utama yang digunakan untuk membuat
sistem ini adalah motor dc dan motor servo. Motor DC yang digunakan
disertai dengan gear box. Motor DC ini digunakan sebagai penggerak lengan
penjepit di rel lintasan dan penggerak naik turun pada wadah. Sedangkan
motor servo digunakan sebagai penggerak memutar pada lengan penjepit.
Untuk penggerak pada rel lintasan, motor dc di sambungkan dengan roda.
Roda tersebut tebuat dari bahan polimer yang bergerigi dengan diameter 4 cm,
roda tersebut dirancang agar dapat mencengkam rel lintasan. Selain roda yang
menempel pada motor yang berfungsi mencengkam rel, ada pula roda lain
yaitu roda kecil yang berdiameter 1.5cm yang terbuat dari karet. Roda kecil
ini berfungsi membantu roda utama untuk bergerak melintasi rel. Selain ke
dua roda tadi, masih terdapat 2 buah roda kecil yang berdiameter 2cm yang
dipasang di bagian berlawanan dengan motor utama. Dua motor ini
tersambung dengan rangkaian lengan penjepit. Sehingga pada saat motor ini
bergerak maka rangkaian lengan penjepit juga akan ikut terbawa atau
bergerak. Sedangkan motor penggerak naik turun dipasang menempel pada
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
35
Universitas Indonesia
rangkaian 2 buah roda tadi. Motor ini disambungkan pada lempengan yang
terbuat dari besi yang bergerigi dengan diameter 1.5cm yang terletak di dalam
kotak yang berukuran panjang 4 cm, lebar 1.5cm dan tinggi 6cm. Di dalam
kotak ini gear akan saling mencekam dengan batangan alumunium yang pada
salah satu bagian sisinya sudah di buat bergerigi pula. Batangan ini lah yang
nantinya akan bergerak naik turun, karena pergerakan motor. Ukuran dari
batangan ini adalah panjang 1cm, lebar 0.5cm dan tinggi 31 cm. Pada ujung
bagian bawah batangan tertempel tempat rangkaian motor servo. Pada motor
servo kali ini ditempelkan pada bahan aluminium yang berukuran panjang
9cm, lebar 4cm dan tinggi 35.5cm. Motor servo ini langsung terhubung
dengan bagian penjepit alat uji dimana berbentuk trapesium dengan ukuran
panjang alas 4.5cm, panjang atas 4cm dam memiliki ketinggian 5cm. Dan
pada bagian penjepitnya terbuat dari besi penjepit yang di sambungkan
dengan bahan teflon yang berukuran panjang 4.5cm, tinggi 7cm dan ketebalan
8mm. Berikut adalah gambar dari perancangan motor pada mekanik:
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
36
Universitas Indonesia
Gambar 3.8 Perancangan Motor Pada Mekanik
3.3 Perancangan Elektronik
Pada perancangan elektronik ini meliputi rangkaian sistem minimum
mikrokontroler dan LM 35, rangkaian power supply, rangkaian sensor photodioda
dan optokopler, rangkaian driver motor dan SSR, serta LCD dan push button.
.
3.3.1 Rangkaian Sistem Minimum Mikrokontroler dan LM 35
Mikrokontroler adalah suatu piranti yang digunakan untuk mengolah
data-data biner (digital) yang didalamnya merupakan gabungan dari beberapa
rangkaian elektronik yang dikemas dalam bentuk suatu chip (IC). Pada
umumnya mikrokontroler tediri dari bagian-bagian sebagai berikut: Alamat (
address ), Data, Pengendali, Memori (RAM atu ROM), dan bagian input-
Output. Pada sistem ini digunakan mikrokontroller berbasis AVR, IC
mikrokontroller yang digunakan adalah Atmega8535. Dalam ATmega8535
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
37
Universitas Indonesia
terdapat ADC internal sehingga dapat mempermudah proses konversi sinyal
analog menjadi digital, tanpa harus menggunakan rangkaian ADC eksternal.
Pada rangkaian ini terdapat beberapa port yang digunakan untuk menjalankan
proses dari keseluruhan sistem. Port-port yang digunakan dalam
mikrokontroller ini adalah port A untuk ADC, port B untuk output tampilan
LCD, port C untuk logika-logika pada sensor photodioda dan optocoupler,
port D untuk output pemicu driver motor.
AVR (Alf and Vegard’s Risc processor) merupakan seri
mikrokontroler CMOS 8-bit buatan Atmel, berbasis arsitektur RISC (Reduced
Instruction Set Computer). Hampir semua instruksi dieksekusi dalam satu
siklus clock. AVR mempunyai 32 register general-purpose, timer/counter
fleksibel dengan mode compare, interrupt internal dan eksternal, serial
UART, programmableWatchdog Timer, dan mode power saving, ADC dan
PWM internal. AVR juga mempunyai In-System Programmable Flash on-
chip yang mengijinkan memori program untuk diprogram ulang dalam sistem
menggunakan hubungan serial SPI.
Sedangkan untuk rangkaian LM35, ic LM358 digunakan sebagai
penguat. Output dari LM35 berupa tegangan yang nantinya akan dikuatkan
sebesar 5 kali dengan cara mengatur trimpot. Alasan mengapa tegangan harus
di kuatkan sebesar 5 kali agar tegangan output pada LM 35 sama dengan
tegangan yang di butuhkan pada ADC. Selanjutnya sinyan analog ini akan
diteruskan ke port A.0 yang merupakan port ADC internal untuk dikonversi
menjadi bit-bit digital. Berikut adalah rangkaian minimum system sekaligus
rangkaian sensor LM35 yang digunakan :
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
38
Universitas Indonesia
Gambar 3.9 Rangkaian Minimum Sistem Atmega 8535 dan LM 35
3.3.2 Rangkaian Power Supply
Rangkaian Power supply digunakan untuk mengubah tegangan AC
220 Volt dari PLN menjadi sebesar 5 Volt, dan 12 Volt tegangan DC yang
dibutuhkan untuk input rangkaian minimum sistem microcontroller,
rangkaian sensor LM 35, sensor photodioda, sensor optokopler, SSR dan juga
rangkaian driver motor. Tegangan sebesar 12 volt digunakan untuk supply
driver motor dan penggerak motor DC sedangkan tegangan 5 volt digunakan
untuk supply mikrokontroller, motor servo dan komponen pendukung lainnya.
Untuk power supply yang keluarannya 5 Volt menggunakan trafo sebesar 2A,
sedangkan yang keluaran 12Volt menggunakan trafo 3A. Berikut adalah
rangkaian power supply yang digunakan :
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
39
Universitas Indonesia
Gambar 3.10 Rangkaian Power supply
3.3.3 Rangkaian Sensor Photodioda
Sensor yang akan digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
cahaya tampak adalah sensor yang memiliki sistem pemancar dan penerima
cahaya tak tampak. Sebagai salah satu pemancar sinar infra merah adalah
LED (light emitting diode), sedangkan yang digunakan sebagai penerima infra
merah adalah photodioda. Saat photodioda tidak terkena cahaya dari infra
merah, maka nilai resistansinya besar, sehingga tegangan yang masuk melalui
kaki inverting LM358 akan jadi lebih kecil daripada tegangan yang masuk
melalui kaki non-inverting. Sehingga menyebabkan pada kaki 1, output IC
LM358 akan berlogika 1 (high). Namun karena pada program kita
menggunakan kondisi active low. Sehingga bila tidak ada cahaya yang
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
40
Universitas Indonesia
mengenai photodioda maka program tidak akan mengeksekusi perintah
selanjutnya.
Sedangkan saat photodioda dikenai cahaya dari infra merah, maka
nilai resistansinya akan mengecil, sehingga tegangan yang masuk melalui kaki
non-inverting akan lebih kecil dibandingkan dengan tegangan yang masuk
melalui kaki inverting. Sehingga menyebabkan output dari LM358 akan
mendekati nol, dan akan langsung mengeksekusi perintah program
selanjutnya. Berikut adalah rangkaian photodioda yang digunakan :
Gambar 3.11 Rangkaian photodioda
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
41
Universitas Indonesia
3.3.4 Rangkaian Sensor Optokopler
Gambar 3.12 Rangkaian Optokopler
Sensor optokopler digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya lapisan
tembaga pada PCB (benda uji). Cara kerja sensor ini hampir sama dengan
sensor photodioda, hanya pada recievernya digunakan phototransistor dan
LED. Rangkaian diatas memanfaatkan comparator , input inverting dan non-
inverting . Input inverting dijadikan sebagai input referensi tegangan
pembanding, sedangkan intput non-inverting adalah tegangan yang berada
pada resistor 1 Kohm yang akan dibandingkan oleh op-amp. Prinsip kerja
comparator ini adalah op-amp akan membandingkan tegangan yang masuk
pada pin inverting dengan pin non-inverting. Jika tegangan masuk pada pin
inverting lebih besar daripada tegangan di pin non-inverting maka tegangan
keluaran yang dihasilkan akan sama dengan input supaly yang diberikan pada
kaki supply tegangan negatif op-amp yaitu akan sama dengan ground.
Sedangkan jika input tegangan inverting lebih kecil dari tegangan pada pin
non-inverting maka tegangan keluaran yang dihasilakan op-amp akan sama
dengan tegangan supply positif yaitu VCC.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
42
Universitas Indonesia
3.3.5 Rangkaian Driver Motor dan Rangkaian SSR
Rangkaian driver motor digunakan sebagai pengendali kecepatan
motor DC yang diatur melalui minimum sistem. Dibawah ini akan dijelaskan
rangkaian dan cara kerjanya. Gambar 3.12 merupakan rangkaian pengendali
yang dapat mengendalikan kecepatan putaran sebuah motor dc. Rangkaian
motor driver ini memanfaatkan relay dan transistor BC 547 sebagai saklar
elektronik. Rangkaian relay digunakan pada motor yang membutuhkan supply
lebih dari 5 volt. Pada keadaan awal, sebelum mendapatkan tegangan dari port
mikrokontroller relay tidak aktif karena basis transistor BC547 belum
mendapatkan tegangan. Setelah diberi inputan dari mikro sebesar 5 volt maka
coil akan aktif dan selanjutnya mengalirkan tegangan untuk output motor.
Dioda yang digunakan pada rangkaian ini berfungsi sebagai pengaman relay
dari arus balik. Berikut adalah rangkaian driver motor yang digunakan :
Gambar 3.13 Rangkaian motor driver
Pada rangkaian SSR ini hampir mirip dengan rangkaian motor driver..
Rangkaian ini juga menggunakan transistor BC547 sebagai saklar elektronik.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
43
Universitas Indonesia
SSR akan aktif ketika basis dari transistor sudah mendapatkan tegangan dari
port mikrokontroller. Rangkaian SSR ini digunakan untuk menghidupkan dan
mematikan kompor listrik. Berikut adalah rangkaian SSR yang digunakan:
Gambar 3.14 Rangkaian SSR
3.3.6 LCD ( Liquid Crystal Display )
LCD yang digunakan memiliki tipe 16 x 2, dimana LCD yang dipakai
mempunyai 16 kolom dan 2 buah baris dengan background berwarna hijau
dan karakter hitam. Fungsi dari LCD yaitu untuk menampilkan suhu LM 35
dan waktu pada saat tombol start di tekan hingga proses selesai. Untuk
menampilkan data dari mikrokontroller ke LCD terlebih dahulu kita membuat
rangkaian yang dapat memproses LCD untuk bisa mengeluarkan data dari
mikrokontroller. Rangkaiannya cenderung sederhana dan intensitas cahaya
background lcd dan karakter bisa diubah-ubah.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
44
Universitas Indonesia
Gambar 3.15 LCD yang digunakan
Gambar 3.16 Rangkain Koneksi LCD Pada Mikrokontroller
3.3.7 Push Button
Pada alat ini push button memiliki kondisi active high yaitu akan aktif
jika diberikan logika 1 pada mikrokontroller dan dihubungkan dengan Vcc
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
45
Universitas Indonesia
sebesar 5 V. Pada Gambar 3.15 terdapat dua warna push button yaitu merah
dan hitam. Tombol yang berwarna merah berfungsi untuk merestar ulang
program sedangkan warna hitam berfungsi untuk menjalankan program atau
sebagai tombol start
Gambar 3.17 Push Button yang digunakan
Push Button
Gambar 3.18 Rangkain Koneksi Push Button Pada Mikrokontroller
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
46 Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA DATA
Setelah dilakukan pengerjaan keseluruhan sistem, setelah itu dilakukan
pengujian alat serta penganalisaan terhadap alat, guna untuk mengetahui apakah
sistem tersebut sudah bekerja dengan baik atau belum. Pengujian-pengujian tersebut
meliputi :
Pengujian Motor
Pengujian LM 35
Pengujian Sensor Optokopler
Pengujian Hasil Alat
4.1 Pengujian motor
Pengujian motor dc dilakukan terhadap dua motor dc yang digunakan pada alat
ini. Untuk motor dc pada rel di ambil data lama benda uji (satu rangkaian motor)
bergerak hingga terkena sensor photodioda. Sedangkan untuk motor dc naik dan
turun diuji dari lama waktu benda uji (penjepit) turun dan naik lagi ke posisi semula.
Pengujian motor 1:
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Motor 1
Aksi Jarak (cm) Waktu (detik)
Gerak motor pada rel dari sensor photodioda 3
hingga sensor photodioda 1
105.5 36.5
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
47
Universitas Indonesia
Gerak motor pada rel dari sensor photodioda 1
hingga sensor photodioda 2
55 19.5
Gerak motor pada rel dari sensor photodioda 2
hingga sensor photodioda 3
53 18.2
Pada motor dc ini telah di hitung pula tegangan pada saat motor berhenti dan
pada saat motor bekerja atau bergerak. Pada saat motor belum bekerja, tegangan yang
di keluarkan dari power supply sebesar 23.8 V, sedangkan pada saat motor bergerak
tegangan yang di terima pada motor sebesar 23.1 V.
Pengujian Motor 2:
Tabel 4.2 Hasil motor 2
Aksi Jarak (cm) Waktu rata-rata (detik)
Turun 27 3.2
Naik 27 3.2
Pada motor dc ini telah di hitung pula tegangan pada saat motor berhenti dan
pada saat motor bekerja atau bergerak. Pada saat motor belum bekerja, tegangan yang
di keluarkan dari power supply sebesar 27 V, sedangkan pada saat motor bergerak
turun tegangan yang di terima pada motor sebesar 26.6 V begitu pula pada saat motor
bergerak naik, tegangan yang di terima motor sebesar 26.6 V.
Dan dari data-data di atas terlihat bahwa pada proses penggerakan benda uji
terjadi paling lama di bagian motor yang bergerak pada rel. Hal ini terjadi karena
tegangan yang di berikan pada motor dc lebih rendah di bandingkan dengan tegangan
yang di berikan pada motor dc penggerak naik turun.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
48
Universitas Indonesia
4.2 Pengujian LM 35
Pengujian LM 35 bertujuan untuk mengetahui berapa °C yang dapat diukur
oleh LM 35 bila pada kompor dinyalakan 100%. Pengujian dilakukan dari suhu 280C
hingga 940C setiap kenaikan 5°C. Pengukuran temperaturnya diukur dan
dibandingkan oleh temperatur yang pada LM 35 yang masih dalam bentuk nilai
desimal dari bit ADC dengan menggunakan mikrokontroller yang telah di download
program ADC. Kemudian nilai dapat dilihat pada LCD dalam bentuk bit ADC. Dan
pengambilan data dilakukan dengan menggunakan LM 35 yang telah dilakukan
kalibrasi. Pada saat pengambilan data, dilakukan dengan cara manual yaitu dengan
menggunakan termometer, untuk melihat temperatur. Perbandingan yang digunakan
pada pengambilan data ini antara temperatur pada termometer dengan nilai ADC
yang ditampilkan pada LCD. Hal ini dilakukan untuk melihat persamaan yang
didapat antara nilai perbandingan ADC dengan temperatur tersebut.
Tabel 4.3 Data Suhu Terhadap Adc
NO Suhu (°C) Data Adc 1 28 266 2 33 297 3 38 340 4 43 382 5 48 423 6 53 477 7 58 523 8 63 574 9 68 617 10 73 669 11 78 713 12 83 754 13 88 854 14 93 873 15 94 881
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
49
Universitas Indonesia
Grafik Suhu Yang Terukur
y = 0.1038x + 2.9328
R2 = 0.9957
0102030405060708090
100
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
DATA ADC
Su
hu
(C
elc
ius)
GRAFIK SUHUTERHADAPDATA ADC
Linear (GRAFIKSUHUTERHADAPDATA ADC)
Gambar 4.1 Tampilan Temperatur pada LM 35
Berdasarkan dari Gambar 4.1 di dapat persamaan. Dari persamaan ini dapat
di ketahui bahwa perubahan temperatur yang terjadi hampir linier dengan persamaan
garis, yaitu :
y = 0.1038x + 2.9328
R2 = 0.9957
Dimana x adalah nilai bit ADC dan y adalah suhu. Dari persamaan garis
didapatkan nilai R2 = 0,9957, artinya sensor temperatur yang digunakan dalam
pengukuran temperatur dapat dikatakan baik.
4.3 Pengujian Sensor Optokopler
Pada proses pengujian rangkaian sensor ini haruslah dilakukan dengan menggunakan
alat pengukur tegangan yaitu multimeter digital yang telah disediakan. Hal ini
dilakukan agar penulis dapat mengetahui besarnya tegangan keluaran (output), Vcc,
tegangan pada kaki inverting dan tegangan pada kaki non inverting yang dihasilkan
pada rangkaian sensor. Dalam pengukuran tegangan keluaran (output) dari rangkaian
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
50
Universitas Indonesia
sensor ini dilakukan ketika rangkaian ini terhubung dengan rangkaian
mikrokontroller.
Tabel 4.4 Data Percobaan Sensor Optokopler
Jarak antara PCB dan sensor: 1cm
Lokasi : Laboratorium PLC
NO Warna PCB
Tegangan
Inverting (V)
Tegangan non
Inverting (V) VCC Vout LED
1 Coklat Tua 2.98 1.09 4.67 0.11 On
2 Coklat Muda 2.98 0.12 4.67 0.10 On
3 Tembaga 2.98 0.08 4.67 0.11 On
4 Hijau 2.98 0.17 4.67 0.11 On
5 Bening 2.98 0.15 4.67 0.11 On
6 Putih 2.98 0.13 4.67 0.11 On
Tabel 4.5 Data Percobaan Sensor Optokopler
Jarak antara PCB dan sensor: 2 Cm
Lokasi : Laboratorium PLC
NO Warna PCB
Tegangan
Inverting (V)
Tegangan non
Inverting (V) VCC Vout LED
1 Coklat Tua 2.98 0.79 4.67 0.11 On
2 Coklat Muda 2.98 0.16 4.67 0.10 On
3 Tembaga 2.98 0.12 4.67 0.09 On
4 Hijau 2.98 2.45 4.67 0.10 On
5 Bening 2.98 0.16 4.67 0.11 On
6 Putih 2.98 0.19 4.67 0.11 On
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
51
Universitas Indonesia
Tabel 4.6 Data Percobaan Sensor Optokopler
Jarak antara PCB dan sensor: 3 Cm
Lokasi : Laboratorium PLC
NO Warna PCB
Tegangan
Inverting (V)
Tegangan non
Inverting (V) VCC Vout LED
1 Coklat Tua 2.98 2.63 4.67 0.10 On
2 Coklat Muda 2.98 1.60 4.67 0.11 On
3 Tembaga 2.98 0.13 4.67 0.11 On
4 Hijau 2.98 3.09 4.67 4.63 Off
5 Bening 2.98 2.68 4.67 0.11 On
6 Putih 2.98 1.58 4.67 0.11 On
Tabel 4.7 Data Percobaan Sensor Optokopler
Jarak antara PCB dan sensor: 4 Cm
Lokasi : Laboratorium PLC
NO Warna PCB
Tegangan
Inverting (V)
Tegangan non
Inverting (V) VCC Vout LED
1 Coklat Tua 2.98 3.32 4.67 4.63 Off
2 Coklat Muda 2.98 2.99 4.67 4.56 Off
3 Tembaga 2.98 0.17 4.67 0.11 On
4 Hijau 2.98 3.43 4.67 4.71 Off
5 Bening 2.98 3.24 4.67 4.59 Off
6 Putih 2.98 2.62 4.67 0.11 On
Tabel 4.8 Data Percobaan Sensor Optokopler
Jarak antara PCB dan sensor: 5 Cm
Lokasi : Laboratorium PLC
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
52
Universitas Indonesia
NO Warna PCB
Tegangan
Inverting (V)
Tegangan non
Inverting (V) VCC Vout LED
1 Coklat Tua 2.98 3.36 4.67 4.69 Off
2 Coklat Muda 2.98 3.36 4.67 4.66 Off
3 Tembaga 2.98 1.11 4.67 0.11 On
4 Hijau 2.98 3.65 4.67 4.69 Off
5 Bening 2.98 3.45 4.67 4.65 Off
6 Putih 2.98 3.29 4.67 4.61 Off
Tabel 4.9 Data Percobaan Sensor Optokopler
Jarak antara PCB dan sensor: 6 Cm
Lokasi : Laboratorium PLC
NO Warna PCB
Tegangan
Inverting (V)
Tegangan non
Inverting (V) VCC Vout LED
1 Coklat Tua 2.98 3.54 4.67 4.69 Off
2 Coklat Muda 2.98 3.51 4.67 4.66 Off
3 Tembaga 2.98 1.98 4.67 0.11 On
4 Hijau 2.98 3.76 4.67 4.68 Off
5 Bening 2.98 3.61 4.67 4.65 Off
6 Putih 2.98 3.49 4.67 4.66 Off
Tabel 4.10 Data Percobaan Sensor Optokopler
Jarak antara PCB dan sensor: 7 Cm
Lokasi : Laboratorium PLC
NO Warna PCB
Tegangan
Inverting (V)
Tegangan non
Inverting (V) VCC Vout LED
1 Coklat Tua 2.98 3.67 4.67 4.64 Off
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
53
Universitas Indonesia
2 Coklat Muda 2.98 3.60 4.67 4.66 Off
3 Tembaga 2.98 2.48 4.67 0.10 On
4 Hijau 2.98 3.81 4.67 4.65 Off
5 Bening 2.98 3.68 4.67 4.65 Off
6 Putih 2.98 3.55 4.67 4.65 Off
Tabel 4.11 Data Percobaan Sensor Optokopler
Jarak antara PCB dan sensor: 8 Cm
Lokasi : Laboratorium PLC
NO Warna PCB
Tegangan
Inverting (V)
Tegangan non
Inverting (V) VCC Vout LED
1 Coklat Tua 2.98 3.76 4.67 4.66 Off
2 Coklat Muda 2.98 3.72 4.67 4.66 Off
3 Tembaga 2.98 3.34 4.67 4.58 Off
4 Hijau 2.98 3.82 4.67 4.65 Off
5 Bening 2.98 3.73 4.67 4.66 Off
6 Putih 2.98 3.72 4.67 4.66 Off
Ket: Pengukuran tegangan hanya dilakukan sampai LED indikator mati
Berdasarkan dari Tabel 4.4 sampai Tabel 4.11 data pengamatan menunjukan
bahwa apabila tegangan inverting pada IC LM311 lebih besar dari tegangan pada
kaki non inverting maka LED indikator akan ON dan Vout yang dihasilkan berkisar
atau mendekati 0 volt. Maka inputan yang akan diterima oleh mikrokontroller
berlogika 0. Sedangkan jika tegangan pada kaki inverting lebih kecil dari tegangan
pada kaki non inverting maka LED indikator akan OFF dan vout yang dihasilkan
berkisar atau mendekati 5 volt. Maka inputan yang akan diterima oleh
mikrokontroller berlogika 1.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
54
Universitas Indonesia
Dan dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin gelap warna
PCB yang digunakan maka semakin kecil jarak pantul yang bisa didetekdi oleh
sensor dan lebih baik digunakan pada alat ini.
4.4 Pengujian Hasil Alat
Pada pengujian alat, dilakukan penggabungan antara hardware dan software.
Setelah program dimasukkan ke dalam chip AVR ATMega 8535, dan semua
perangkat elektronik diberi suplai tegangan, barulah alat ini dapat bergerak. Proses
pengujian dan pengambilan data dilakukan pada tempat yang benar-benar sangat baik
atau cocok untuk melakukan pengambilan data. Pengambilan data dilakukan di
Laboratorium PLC Departemen Fisika yang tepat berada pada lantai teratas gedung
departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia kampus baru Depok.
Tabel 4.12 Data Percobaan Alat Pada PCB 4 X 10
Jalur yang akan di etching berukuran kecil.
Lokasi : Laboratorium PLC
Percobaan
Kualitas
Larutan FeCl3
Waktu
(menit) Keberhasilan
1 1 3:15.6 Berhasil
2 2 3:20.7 Gagal
3 3 3:54.9 Berhasil
4 4 5:12.1 Berhasil
5 5 6:07.3 Berhasil
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
55
Universitas Indonesia
Gambar 4.2 Contoh Pengetcingan berhasil
Tabel 4.13Data Percobaan Alat Pada PCB 7.5 X 10
Jalur yang akan di etching berukuran sedang.
Lokasi : Laboratorium PLC
Percobaan
Kualitas
Larutan FeCl3
Waktu
(menit) Keberhasilan
1 1 4:19.7 Berhasil
2 2 4:17.4 Gagal
3 3 4:59.1 Berhasil
4 4 4:43.2 Berhasil
5 5 5:06.9 Berhasil
Gambar 4.3 Contoh Pengetcingan berhasil
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
56
Universitas Indonesia
Tabel 4.14 Data Percobaan Alat Pada PCB 9.5 X 10
Jalur yang akan di etching berukuran full atau besar.
Lokasi : Laboratorium PLC
Percobaan
Kualitas
Larutan FeCl3
Waktu
(menit) Keberhasilan
1 1 4:22.3 Berhasil
2 2 4:54.7 Berhasil
3 3 5:48.4 Berhasil
4 4 5:42.2 Gagal
5 5 5:10.5 Berhasil
Gambar 4.4 Contoh Pengetcingan berhasil
Berdasarkan dari Tabel 4.12, Tabel 4.13 dan Tabel 4.14data pengamatan
menunjukan bahwa alat ini cukup berfungsi dan berjalan dengan baik. Baik keadaan
mekaniknya, maupun keadaan perangkat elektroniknya. Perancangan mekanik alat ini
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan alat. Karena itu mekaniknya dibuat
sedemikian rupa agar menghindari terjadinya masalah yang tidak diinginkan.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
57
Universitas Indonesia
Selain melakukan pengambilan data dari hasil alat, akan di buat sebuah riset
pembanding, dengan membandingkan takaran dari FeCl3 dan suhu yang di tentukan.
Dari data ini akan di ketahui takaran perpaduan dari jumlah FeCl3 dan suhu yang
tepat agar PCB cepat terkikis. Pada pengambilan data kali ini akan di lakukan dengan
membeda-bedakan jumlah takaran berat FeCl3 dan juga pada kenaikan suhu. Berikut
hasil data yang di peroleh.
Tabel 4.15 Hasil Data Untuk Larutan 1 ( air 1750 mL dan feriklorit 82.5 gram)
Lokasi : Laboratorium PLC
NO Suhu (°C) Waktu (menit) Hasil
1 55 14 Gagal
2 60 14 Gagal
3 65 14 Gagal
4 70 14 Gagal
Gambar 4.5 Contoh Pengetcingan yang tidak berhasi
Tabel 4.16 Hasil Data Untuk Larutan 2 ( air 1750 mL dan feriklorit 125 gram)
Lokasi : Laboratorium PLC
NO Suhu (°C) Waktu (menit) Hasil
1 55 13:58.1 Gagal
2 60 12:54.1 Gagal
3 65 11:04.6 Gagal
4 70 06:40.5 Berhasil
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
58
Universitas Indonesia
Gambar 4.6 Contoh Pengetcingan berhasil
Tabel 4.17 Hasil Data Untuk Larutan 3 ( air 1750 mL dan feriklorit 227.5 gram)
Lokasi : Laboratorium PLC
NO Suhu (°C) Waktu (menit) Hasil
1 55 07:42.4 Berhasil
2 60 06:36.5 Berhasil
3 65 05:49.2 Berhasil
4 70 05:15.5 Berhasil
Gambar 4.7 Contoh Pengetcingan berhasil
Tabel 4.18 Hasil Data Untuk Larutan 4 ( air 1750 mL dan feriklorit 330 gram)
Lokasi : Laboratorium PLC
NO Suhu (°C) Waktu (menit) Hasil
1 55 06:23.3 Berhasil
2 60 06:14.2 Berhasil
3 65 05:49.5 Berhasil
4 70 05:39.1 Berhasil
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
59
Universitas Indonesia
Gambar 4.8 Contoh Pengetcingan berhasil
Ket: Pengukuran lama proses maksimal 14 menit
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
60 Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
Pada Bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang diperoleh penulis
setelah melakukan penelitian tugas akhir serta saran-saran untuk perbaikan sistem dan
hasil yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
5.1 Kesimpulan
Setelah menyelesaikan perancangan sistem serta pengujian terhadap sistem
tersebut, maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa :
Untuk mendeteksi adanya tembaga pada PCB, di gunakan sensor
optokopler pantul. Sensor ini dapat mendeteksi tembaga hingga jarak 7cm.
PCB dengan warna dasar gelap lebih bagus digunakan pada percobaan
ini, sebab sensor hanya dapat mendeteksinya hingga jarak 3 cm.
Persentase keberhasilan alat ini 80 %, hasil ini di ambil menurut data
percobaan yang telah di ambil.
5.2 Saran
Adapun saran yang akan penulis berikan apabila ingin membuat suatu alat
yang berfungsi untuk mengetching PCB dan menggunakan kecepatan dari motor dc
agar menggunakan bahan mekanik yang kuat, agar jalur lintasan relnya tidak
bergoyang saat motor bergerak melewatinya. Sensor optocoupler yang dipasang juga
hendaknya disesuaikan terlebih dahulu titik fokusnya, agar dapat di sesuaikan dengan
jarak yang di inginkan.. Selain itu juga untuk menghasilkan jalur PCB yang
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
Universitas Indonesia
61
diinginkan cobalah untuk menambah jumlah sensor optocouplernya, agar alat dapat
mendeteksi tembaga dari beberapa titik.
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
62 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Joko T.L, Motor Listrik arus searah
Malvino, Prinsip-prinsip Elektronika. Malvino, Jakarta : Erlangga
Wasito S, “Kumpulan Data Penting Komponen Elektronika”, PT. Multimedia,
Jakarta, 1985
http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/12/motor-listrik.html
www.alldatasheet.com
www.wikipedia.com
WWW. Google.co.id
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
LAMPIRAN
$regfile "8535def.dat" $crystal = 4000000 Config Porta.0 = Input Config Porta.1 = Output Config Portd = Output Config Portc.0 = Input Config Portc.1 = Input Config Portc.2 = Input Config Portc.3 = Input Config Portc.4 = Input Config Portc.5 = Output Config Portc.6 = Output Config Portc.7 = Output Config Adc = Single , Prescaler = Auto , Reference = Avcc Start Adc Config Lcdpin = Pin , Db4 = Portb.4 , Db5 = Portb.5 , Db6 = Portb.6 , _ Db7 = Portb.7 , E = Portb.2 , Rs = Portb.0 Config Lcd = 16 * 2 Cursor Off Noblink Cls Dim Dt As Integer Dim Z As Integer Dim Adc0 As Integer 'penyimpan data sensur suhu pada adc 0 (port A.0) Dim Temp As Single Dim S_temp As String * 5 Dim A As Byte , B As Byte , C As Byte , D As Byte Dim E As Byte , F As Byte , G As Byte , H As Byte Dim I As Byte , J As Byte , K As Byte , L As Byte Dim M As Byte , N As Byte , O As Byte , P As Byte Dim Q As Byte , R As Byte , S As Byte , T As Byte Dim U As Integer , V As Integer , Ab As Integer , Bc As Integer Startt Alias Pinc.0 Ir1 Alias Pinc.1 Ir2 Alias Pinc.2 Ir3 Alias Pinc.3 Pc Alias Pinc.4
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
Motor1 Alias Portc.5 Motor2a Alias Portd.1 Motor2b Alias Portd.0 Motor_servo Alias Portc.6 Kompor Alias Portd.3 Mulai: A = 0 'variabel detik B = 0 'variabel menit C = 0 'variabel jam D = 0 E = 0 F = 0 G = 0 H = 0 I = 0 J = 0 K = 0 L = 0 M = 0 'variabel pembatas siklus sensor 1 dan 2 N = 0 'variabel pengecek photo coupler O = 0 P = 0 Q = 0 R = 0 U = 0 V = 0 Ab = 0 Bc = 0 Portc = &H1F Portd = &H00 Upperline Lcd "Alat Pengetching" Lowerline Lcd " PCB Otomatis " Waitms 300 Cls Upperline Lcd " Suhu Time " Lowerline Lcd " 0.0 C 00:00:00" Waitms 200 Set Kompor 'kompor on Bitwait Startt , Reset 'tunggu tombol start ditekan
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
Set Motor1 'motor 1 on Do Detik: Locate 2 , 16 'lcd baris 2 kolom 16 If A < 9 Then Incr A 'A=A+1 Lcd A 'tampilkan data A pada LCD Gosub Adc_lm35 'panggil label adc_lm35 Gosub Etching 'panggil label Etching Gosub Comp_photo_cop 'Panggil label Comp_photo_cop Gosub Bilas 'Panggil label Bilas Gosub Jalan_terus 'panggil label Jalan_terus Gosub Motor_stop 'panggil lebel Motor_stop Waitms 10 Else If A < 59 Then Locate 2 , 15 Incr A Lcd A Gosub Adc_lm35 Gosub Etching Gosub Comp_photo_cop Gosub Bilas Gosub Jalan_terus Gosub Motor_stop Waitms 10 Else A = 00 Locate 2 , 16 Lcd A Locate 2 , 15 Lcd A Gosub Adc_lm35 Gosub Etching Gosub Comp_photo_cop Gosub Bilas Gosub Jalan_terus Gosub Motor_stop Goto Menit End If End If Loop
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
Menit: If B < 9 Then Locate 2 , 13 Incr B Lcd B Waitms 10 Else If B < 59 Then Locate 2 , 12 Incr B Lcd B Else B = 00 Locate 2 , 13 Lcd B Locate 2 , 12 Lcd B Goto Jam End If End If Goto Detik Jam: If C < 9 Then Locate 2 , 10 Incr C Lcd C Else If C < 59 Then Locate 2 , 9 Incr C Lcd C Else C = 00 Locate 2 , 10 Lcd C Locate 2 , 9 Lcd C Goto Detik End If End If Goto Detik
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
Etching: If M = 0 Then 'variabel pembatas untuk siklus pada sensor 1 Gosub Sen1 Gosub Cmp_det_10a Gosub Det_10a Gosub Cmp_det_10b Gosub Det_10b Gosub Cmp_det_30 Gosub Det_30 Else End If Return Comp_photo_cop: If N = 1 Then 'variabel pengecek photo coupler (cek tembaga PCB) If Pc = 0 Then 'cek sensor photo coupler O = 1 End If Else End If Return Sen1: If F = 0 Then 'variabel pembatas siklus sensor 1 If Ir1 = 0 Then 'cek sensor 1 Reset Motor1 Set Motor2a Reset Motor2b D = 1 Else End If Else End If Return Cmp_det_10a: If D = 1 Then 'variabel untuk pembatas delay motor turun (sensor 1) Incr E 'variabel delay motor turun End If Return
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
Det_10a: If E = 3 Then 'jumlah delay motor turun Reset Motor2a Reset Motor2b Waitms 10 D = 0 F = 1 G = 1 Else End If Return Cmp_det_30: If G = 1 Then 'variabel pembatas putaran motor servo Incr H 'Jumlah delay (putaran) servo If Bc = 1 Then Else Set Motor_servo 'pulsa untuk motor servo >45 derajat For Z = 2000 To 100 Step -10 Pulseout Porta , 1 , Z Waitms 1 Next End If Else End If Return Det_30: If H = 15 Then '15 putaran servo Reset Motor1 Reset Motor2a Set Motor2b Reset Motor_servo Bc = 1 D = 1 F = 1 I = 1 N = 1 J = 0 'G = 0 'tambahan Else End If Return Cmp_det_10b:
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
If I = 1 Then 'pembatas motor naik Incr J 'J=J+1 End If Return Det_10b: 'jumlah putaran motor naik If J = 3 Then Reset Motor2a Reset Motor2b I = 0 M = 2 J = 0 If O = 1 Then 'variabel untuk mengclearkan data D = 0 E = 0 F = 0 G = 0 H = 0 I = 0 J = 0 K = 0 L = 0 M = 0 N = 0 O = 0 P = 0 Q = 0 R = 0 U = 0 Ab = 0 Bc = 0 Goto Detik Else Set Motor1 End If Else End If Return Bilas: If M = 2 Then Gosub Sen2 Gosub Cmp_det_10a2 Gosub Det_10a2 Gosub Cmp_det_30_2
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
Gosub Det_30_2 Gosub Cmp_det_10b2 Gosub Det_10b2 Else End If Return Sen2: If V = 1 Then Else If Ir2 = 0 Then Reset Motor1 Set Motor2a Reset Motor2b D = 2 E = 0 F = 0 G = 0 H = 0 I = 0 J = 0 K = 0 L = 0 V = 1 ' Else End If End If Return Cmp_det_10a2: If D = 2 Then Incr E Else End If Return Det_10a2: If E = 3 Then 'jumlah putaran motor 2 turun Reset Motor2a Reset Motor2b D = 0 F = 2 G = 2 E = 0 Else
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
End If Return Cmp_det_30_2: Waitms 0.5 If G = 2 Then Incr H ' If Ab = 1 Then Else Set Motor_servo For Z = 2000 To 100 Step -10 Pulseout Porta , 1 , Z Waitms 1 Next End If Else End If Return Det_30_2: If H = 5 Then 'jumlah putaran bersihkan PCB Reset Motor1 Reset Motor2a Set Motor2b Reset Motor_servo Ab = 1 D = 2 F = 2 I = 2 N = 2 J = 0 Else End If Return Cmp_det_10b2: If I = 2 Then Incr J End If Return Det_10b2: If J = 3 Then 'jumlah putaran motor 2 naik Reset Motor2a Reset Motor2b
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
I = 0 M = 2 J = 0 K = 2 Else End If Return Jalan_terus: If K = 2 Then Set Motor1 L = 2 End If Motor_stop: If L = 2 Then If Ir3 = 0 Then Reset Motor1 Waitms 10 Putar: If Startt = 0 Then Goto Mulai Else Gosub Adc_lm35 Goto Putar End If Else End If Else End If Adc_lm35: Adc0 = Getadc(0) 'data pada port A.0 (adc0) disimpan pada variabel Adc0 Temp = Adc0 / 10.23 'hasil pembagian disimpan pada variabel temp S_temp = Fusing(temp , "#.#") 'fusing sebagai pembatas angka desimal di belakang koma Locate 2 , 1 Lcd S_temp Waitms 100 If Temp > 75 Then 'jika suhu diatas 75 derajat kompor off Reset Kompor Else Set Kompor
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
End If 'suhu dibawah 75 derajat kompor on Return End
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
Hasil Gambar Untuk Jalur Berukuran Kecil (Pada PCB 4 X 10)
Percobaan 1 Percobaan 2
Percobaan 3 Percobaan 4
Percobaan 5
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
Hasil Gambar Untuk Jalur Berukuran Sedang (Pada PCB 7.5 X 10)
Percobaan 1 Percobaan 2
Percobaan 3 Percobaan 4
Percobaan 5
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
Hasil Gambar Untuk Jalur Berukuran Besar (Pada PCB 9.5 X 10)
Percobaan 1 Percobaan 2
Percobaan 3 Percobaan 4
Percobaan 5
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
Hasil Gambar Untuk Larutan 1 ( air 1750 mL dan feriklorit 82.5 gram)
Lama proses max 14 menit
Untuk Suhu 550C
Untuk Suhu 600C
Untuk Suhu 650C
Untuk Suhu 700C
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
Hasil Gambar Untuk Larutan 2 ( air 1750 mL dan feriklorit 125 gram)
Untuk Suhu 550C
Untuk Suhu 600C
Untuk Suhu 650C
Untuk Suhu 700C
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.
Hasil Gamabar Untuk Larutan 3 ( air 1750 mL dan feriklorit 227.5 gram)
Untuk Suhu 550C
Untuk Suhu 600C
Untuk Suhu 650C
Untuk Suhu 700C
Rancang bangun..., Tri Handayani, FMIPA UI, 2010.