Ragam Bentuk, Makna, dan Aplikasi Mashdar dalam Bahasa...

18
1 Ragam Bentuk, Makna, dan Aplikasi Mashdar dalam Bahasa Arab Oleh Dr. Muhbib Abdul Wahab, MA. Abstract: Mashdar (infinitive, verbal noun) is kind of Arabic noun. It has many varieties of forms, meanings, and unique usings in structural sentences. Hence its important to understand using of mashdar and its aplication in contextual sentences, especially in order to translating text from Arabic into Indonesian. The varieties of mashdar meaning imply a necessary for revitalization of comprehensively undertanding mashdar in all perspective, not only in morphological point of view, but also in gramatical and semantical perspective. Kata Kunci: Mashdar, Ism mashdar, variasi wazan, fungsi, makna, dan aplikasi mashdar dalam struktur kalimat. A. Pendahuluan Salah satu karakteristik bahasa Arab adalah banyaknya ragam isytiqâq (derivasi) 1 . Keragaman derivasi di satu segi menunjukkan bahwa bahasa Arab itu fleksibel dan kaya kosakata, namun di segi yang lain keragaman derivasi dipandang agak ―menyulitkan‖, terutama bagi non-Arab yang mempelajarinya. Karena itu, diperlukan perhatian ekstra dalam mengenali dan memahami keragaman tersebut. Ditinjau dari segi ilmu sharaf 2 , bentuk mashdar dalam bahasa Arab jika dibandingkan dengan bahasa manapunmerupakan shîghat yang paling variatif. Oleh karena itu, ulama nahwu berbeda pendapat mengenai asal usul atau akar kata dalam bahasa Arab. Ada yang berpendapat bahwa mashdar merupakan akar dari setiap kata yang mempunyai derivasi. Meskipun pendapat lain menyatakan bahwa akar kata adalah Penulis adalah Dosen dan Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA), FITK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis berterima kasih kepada Bapak Dr. Rofi‘i, dosen Fakultas Adab da n Humaniora UIN Jakarta, yang turut membaca dan memberi masukan untuk penelitian ini, meskipun kesalahan sekecil apapun tetap merupakan tanggung jawab penulis. 1 Rusydî Ahmad Thu‘aimah menyebutkan setidaknya ada 10 karakteristik bahasa Arab. Selain sebagai bahasa yang kaya isytiqâq, ciri khusus bahasa Arab lainnya adalah bahasa yang kaya bunyi, bahasa tashrîf, bahasa i’râb (desinential inflection), bahasa yang kaya ekspresi, kaya uslûb al-jumal, bahasa yang luwes, bahasa yang kaya tarâduf (sinonim), dan tidak dapat tercampur baur oleh ragam ‗âmiyyah. Rusydî Ahmad Thu‘aimah, Ta’lîm al-‘Arabiyyah li Ghair al-Nâthiqîn bihâ: Manâhijuhû wa Asâlibuhû, (Rabâth: Isesco, 1989), h. 35-36; dan ‗Alî Ahmad Madkûr, Tadrîs Funûn al-Lughah al-‘Arabiyyah, (Kairo: Dâr al- Fikr al-‗Arabî, 2000), h. 36-37. 2 ‗Ilm al-Sharf adalah ilmu mempelajari mengenai binyat al-kalimah (bentuk/bangunan kata) dari segi pembentukannya dan perubahannya menjadi berbagai bentuk lainnya tanpa dihubungkan dengan kata lain dalam struktur kalimat. Dengan kata lain, ‗ilm al-sharf adalah ilmu yang mempelajari bentuk kata ketika belum distrukturkan dalam kalimat. Baca ‗Alî Ridhâ, al-Marji’ fi al-Lughah al-‘Arabiyyah Nahwahâ wa Sharfahâ, (Beirût: Dâr al-Fikr, tt.), h. 10; dan Antoine Dahdâh, Mu’jam Qawâ’id al-Lughah al- ‘Arabiyyah fî Jadâwil wa Lawhât, (Beirût: Maktabah Lubnân, 1989), Cet. I, h. 3.

Transcript of Ragam Bentuk, Makna, dan Aplikasi Mashdar dalam Bahasa...

1

Ragam Bentuk, Makna, dan Aplikasi Mashdar dalam Bahasa Arab

Oleh Dr. Muhbib Abdul Wahab, MA.

Abstract: Mashdar (infinitive, verbal noun) is kind of Arabic noun. It has many varieties of forms, meanings, and unique usings in structural sentences. Hence its important to understand using of mashdar and its aplication in contextual sentences, especially in order to translating text from Arabic into Indonesian. The varieties of mashdar meaning imply a necessary for revitalization of comprehensively undertanding mashdar in all perspective, not only in morphological point of view, but also in gramatical and semantical perspective.

Kata Kunci: Mashdar, Ism mashdar, variasi wazan, fungsi, makna, dan aplikasi

mashdar dalam struktur kalimat.

A. Pendahuluan

Salah satu karakteristik bahasa Arab adalah banyaknya ragam isytiqâq (derivasi)1.

Keragaman derivasi di satu segi menunjukkan bahwa bahasa Arab itu fleksibel dan kaya

kosakata, namun di segi yang lain keragaman derivasi dipandang agak ―menyulitkan‖,

terutama bagi non-Arab yang mempelajarinya. Karena itu, diperlukan perhatian ekstra

dalam mengenali dan memahami keragaman tersebut.

Ditinjau dari segi ilmu sharaf2, bentuk mashdar dalam bahasa Arab –jika

dibandingkan dengan bahasa manapun— merupakan shîghat yang paling variatif. Oleh

karena itu, ulama nahwu berbeda pendapat mengenai asal usul atau akar kata dalam

bahasa Arab. Ada yang berpendapat bahwa mashdar merupakan akar dari setiap kata

yang mempunyai derivasi. Meskipun pendapat lain menyatakan bahwa akar kata adalah

Penulis adalah Dosen dan Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA), FITK, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis berterima kasih kepada Bapak Dr. Rofi‘i, dosen Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Jakarta, yang turut membaca dan memberi masukan untuk penelitian ini, meskipun

kesalahan sekecil apapun tetap merupakan tanggung jawab penulis. 1 Rusydî Ahmad Thu‘aimah menyebutkan setidaknya ada 10 karakteristik bahasa Arab. Selain

sebagai bahasa yang kaya isytiqâq, ciri khusus bahasa Arab lainnya adalah bahasa yang kaya bunyi, bahasa

tashrîf, bahasa i’râb (desinential inflection), bahasa yang kaya ekspresi, kaya uslûb al-jumal, bahasa yang

luwes, bahasa yang kaya tarâduf (sinonim), dan tidak dapat tercampur baur oleh ragam ‗âmiyyah. Rusydî

Ahmad Thu‘aimah, Ta’lîm al-‘Arabiyyah li Ghair al-Nâthiqîn bihâ: Manâhijuhû wa Asâlibuhû, (Rabâth:

Isesco, 1989), h. 35-36; dan ‗Alî Ahmad Madkûr, Tadrîs Funûn al-Lughah al-‘Arabiyyah, (Kairo: Dâr al-

Fikr al-‗Arabî, 2000), h. 36-37. 2 ‗Ilm al-Sharf adalah ilmu mempelajari mengenai binyat al-kalimah (bentuk/bangunan kata) dari

segi pembentukannya dan perubahannya menjadi berbagai bentuk lainnya tanpa dihubungkan dengan kata

lain dalam struktur kalimat. Dengan kata lain, ‗ilm al-sharf adalah ilmu yang mempelajari bentuk kata

ketika belum distrukturkan dalam kalimat. Baca ‗Alî Ridhâ, al-Marji’ fi al-Lughah al-‘Arabiyyah Nahwahâ

wa Sharfahâ, (Beirût: Dâr al-Fikr, tt.), h. 10; dan Antoine Dahdâh, Mu’jam Qawâ’id al-Lughah al-

‘Arabiyyah fî Jadâwil wa Lawhât, (Beirût: Maktabah Lubnân, 1989), Cet. I, h. 3.

2

verba mâdhî.3 Terlepas dari kontroversi tersebut, bagi peminat studi bahasa Arab,

memahami ragam bentuk, makna, dan aplikasi mashdar sangat penting dan menarik.

Setidak-tidaknya ada tiga alasan mengapa ragam bentuk, makna, dan aplikasi

mashdar menarik dikaji. Pertama, varian shîghat dan pemaknaannya sangat unik. Satu

verba boleh jadi memiliki lebih dari tiga bentuk mashdar yang memiliki spesifikasi

makna dan konteks yang berbeda. Misalnya mashdar dari kata حكم setidaknya ada tiga,

yaitu: (1) حكم (berarti: hukum jika dijamakkan menjadi أحكام; dan berarti: pemerintahan

jika digunakan dalam kondisi mufrad, lebih-lebih jika disifati dengan kata (2) ;إسالمي

berarti: hikmah, filosofi, rahasia di balik) حكمة dan (3) ;(berarti: pemerintah) حكومة

sesuatu).

Kedua, posisi dan fungsi mashdar dalam struktur kalimat juga sangat variatif.

Secara spesifik, ia menjadi ciri khas dua mawqi’ al-i’râb, yaitu: maf’ûl muthlaq dan

maf’ûl li ajlih. Namun, dalam kondisi yang lain, dapat menjadi fâ’il, nâ’ib fâ’il, maf’ûl

bih, dan beramal sebagaimana verbanya. Bahkan salah satu shîghat al-amr adalah al-

mashdar al-nâ’ib ‘an fi’lihî (mashdar pengganti fi‘l)4, seperti: )سورة إحسانا ...وبالوالدين

.(32اإلسراء:

Ketiga,dari segi semantik, mashdar memperlihatkan makna bahasa yang sangat

fenomenal. Hampir semua ragam makna dapat diakomodasi oleh mashdar. Misalnya

saja: (1) makna asli sebagai verbal noun, seperti: قراءة املغربأريد صالة بعد الكرمي القرآن ; (2)

makna infinitive seperti: (3) ;الرتبيةضروريةحلياةاإلنسان makna verba pasif, seperti: ديكنالقولإنالطعاميفاليومأكلتني :makna frekuensi seperti (4) ;اإلسالمدينالعدالةوالسالموالرمحة (5) ;تأكلفاطمة

makna alasan, seperti: :(23والتقتلواأوالدكمخشيةإمالقحنننرزقهموإياكم..)سورةاإلسراء ; (6) makna

proses dan transformasi, seperti: األهلية الشركات بتوطني احلكومة Pemerintah telah) قامت

melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan swasta).

Atas dasar pemikiran tersebut, dipandang sangat penting pengkajian mengenai

ragam bentuk, makna, dan aplikasi mashdar dalam bahasa Arab sebagai salah satu upaya

untuk memperkenalkan sebuah studi linguistik yang berorientasi pada pengayaan materi

pembelajaran bahasa Arab di Indonesia.

3 Muhammad Samîr Najîb al-Labdî, Mu’jam al-Mushthalahât al-Nahwiyyah wa al-Sharfiyyah,

(Beirut: Mu‘assasah al-Risâlah, 1985), Cet. I, h. 123. 4 ‗Abd al-Rahman Hasan Habannakah al-Maidânî, al-Balâghah al-‘Arabiyyah: Ususuhâ wa

‘Ulûmuhâ wa Funûnuhâ, Jilid I, (Damaskus: Dâr al-Qalam, 1996), Cet. I, h. 228.

3

Tulisan ini berusaha menjawab tiga permasalahan berikut: (1) Mengapa

klasifikasi dan wazan mashdar dalam bahasa Arab sangat bervariasi? (2) Apa implikasi

semantik dari keragaman bentuk mashdar? (3) Bagaimana aplikasi mashdar dalam

struktur kalimat dan dalam penerjemahannya?

B. Pengertian Mashdar

Kata mashdar, menurut aliran Bashrah, berbentuk ism makân (kata yang

menunjukkan makna tempat); sementara menurut aliran Kûfah, bukan ism makân,

melainkan kata berwazan maf‘al yang bermakna maf‘ûl, karena kata ini memang

berakar/bersumber dari fi‘l. Mashdar berasal dari kata: ( مصددر-صددور-صددر-يصددر-صددر )

yang bermakna: tempat lahir, timbul, terjadi, berasal, bersumber, dan kembali5. Menurut

istilah, mashdar (infinitive) adalah kata yang menunjukkan makna kejadian atau peristiwa

yang tidak terkait dengan konsep waktu6. Singkatnya, mashdar merupakan kata benda

jadian (dari kata kerja) yang tidak mengandung pengertian masa lampau, sekarang, dan

mendatang.

Istilah mashdar juga digunakan dalam penelitian bahasa Arab, terutama studi tokoh.

Mashdar dibedakan dari marji‘. Mashdar (source) adalah sumber primer penelitian,

sedangkan marji‘ ( مرجد, reference) adalah sumber sekunder. Mashdar dapat berupa karya

yang ditulis langsung oleh penulisnya, atau oleh muridnya yang didikte atau diberi ijâzah

dari gurunya untuk menuliskannya7. Jika kita hendak menulis tentang pemikiran ‗Abd al-

Qâhir al-Jurjânî (w. 471 H), maka mashâdir-nya, antara lain, adalah Dalâ’il al-I‘jâz dan

Asrâr al-Balâgah; sedangkan marâji‘-nya, antara lain: al-'Ab'âd al-'Ibdâ'iyyah fî Manhaj

'Abd al-Qâhir al-Jurjânî karya Muhammad 'Abbâs dan al-Tafkîr al-Naqdî 'Inda al-'Arab

karya 'Îsâ 'Alî al-'Âkûb.

Selain itu, mashdar juga didefinisikan sebagai buku atau karya yang membahas

suatu tema secara mendalam, komprehensif, otoritatif, dan memperlihatkan orisinalitas

yang tinggi. Sedangkan marji‘ adalah buku atau karya yang membahas suatu tema yang

5 Ibrâhîm Musthafâ, dkk., al-Mu’jam al-Wasîth, Jilid I, (Istanbul: al-Maktabah al-Islâmiyyah,

1999), Cet. III, h. 509. 6 Ibn Hisyâm al-Anshârî, Syarh Qathr al-Nadâ wa Ball al-Shadâ, (Riyâdh: Maktabah al-Riyâdh

al-Hadîtsah, tt.), h. 366; dan Mushthafâ al-Ghalâyainî, Jâmi’ al-Durûs al-‘Arabiyyah, Jilid I, (Beirût: al-

Maktabah al-‗Ashriyyah, 1973), Cet. III, h. 164. 7 Mahmûd Sulaimân Yâqût, Manhaj al-Bahts al-Lughawî, (Alexandria: Dâr al-Ma‘rifah al-

Jâmi‘iyyah, 2002), Cet. I, h. 244-5.

4

penulisnya merujuk kepada materi atau substansi yang terdapat dalam mashdar. Marji‘

merupakan buku penunjang yang diposisikan dapat membantu memahami teks atau

wacana tertentu yang lebih klasik. Contoh mashâdir adalah al-Kitâb karya Sîbawaih (w.

180 H) dan al-Khashâ’ish karya Ibn Jinnî (321-392 H), sedangkan contoh marâji’ adalah

Syarh Qathr al-Nadâ wa Ball al-Shadâ karya Ibn Hisyâm al-Anshârî (708-761 H) dan al-

Rummânî al-Nahwî fî Dhau’ Syarhîhî li Kitâb Sîbawaih karya Mâzin al-Mubârak (1930-

sekarang).

Mashdar dalam kajian nahwu maupun sharaf mempunyai banyak nama. Di

antaranya adalah al-ahdâts (menurut Sîbawaih, Ibn Ya‗îsy, dan Ibn Jinnî), ahdâts al-

asmâ’ (Sîbawaih), ism al-hadats (Ibn Sayyidih dan Ibn al-Hâjib), ism al-hadatsân

(Sîbawaih, al-Zamakhsyarî, Ibn Ya‗îsy, Ibn Mâlik), ism al-fi‘l (al-Mubarrid dan Ibn

‗Ushfûr), al-ism al-fi‘lî (para orientalis), ism al-ma‘nâ (Ibn Ya‗îsy, al-Râdhî, al-Murâdî

dan al-Suyûthî), al-Ism al-jârî ‘ala al-fi‘l (Ibn Mâlik), al-fi‘l (Sîbawaih, al-Farrâ‘, Ibn

Ya‗îsy), al-mashdar al-haqîqî atau al-mashdar al-‘amm (al-Asymûnî), dan al-hadats

(Sîbawaih, Ibn Jinnî, Ibn Ya‗îsy)8.

Dari beberapa penamaan tersebut, dapat dipahami bahwa mashdar di kalangan ahli

nahwu menjadi salah satu bentuk kata yang masih diperdebatkan. Para ahli nahwu

mazhab Bashrah berpendapat bahwa mashdar merupakan akar kata dari semua isytiqâq

(derivasi, turunan kata). Sementara itu, para ahli nahwu mazhab Kûfah menolak pendapat

mazhab Bashrah ini dan menyatakan bahwa akar kata semua derivasi adalah fi'l mâdhî.

C. Klasifikasi Mashdar

Mashdar dalam bahasa Arab sangat beragam. Dari segi jumlah hurufnya, mashdar

dikelompokkan menjadi al-mashdar al-mujarrad )املصددراردرد( dan al-mashdar al-mazîd9

-Menurut dasar dan acuan pengambilannya, mashdar dibagi menjadi al .)املصددراملييدد(

mashdar al-samâ‘î )املصددرالسدما(ي( dan al-mashdar al-qiyâsî )املصددرالقياسدي(. Dari segi

jenisnya, mashdar dibedakan antara al-mashdar al-sharîh ) املصددرالصدري( dan al-mashdar

al-mu’awwal )املصددراملدلول(. Dari segi tujuannya, mashdar dibagi menjadi al-mashdar al-

8 George M. Abdul Masih dan Hani George Tabri, al-Khalîl: Mu’jam Mushthalahât al-Nahwî al-

‘Arabî, (Beirût: Maktabah Lubnân, 1990), Cet. I, h. 391. 9 Al-Mashdar al-mujarrad adalah mashdar asli (tiga atau empat huruf) yang belum mendapat

imbuhan huruf, seperti: ج atau دحراج. Sedangkan al-mashdar al-mazîd adalah mashdar yang berimbuhan,

baik satu, dua atau tiga huruf, seperti: سان،انطالق،استفعالتعليم،إح .

5

mubham )املصددراملدمهم( dan al-mashdar al-mukhtashsh ) املصددراملتدت(. Selain itu, mashdar

dikelompokkan menjadi mashdar al-hai’ah )اهليئدة(, mashdar al-marrah املدرة() , al-mashdar

al-mîmî )امليمددي(, al-mashdar al-shinâ‘î )الصددعا(ي(, dan ism al-mashdar )اسددماملصدددر(. Sementara dari segi karakteristik maknanya, mashdar juga dapat dibagi menjadi al-

mashdar hissî dan al-mashdar al-qalbî ) املصددراحلسديواملصددرالقلد(; mashdar al-ta’kîd dan

mashdar al-marrah ()مصدرالتأكيدومصدراملرة ,10

seperti: قرأالولدالقرآنقراءة،وضربأمحدالكلبضربة.واحدة

Bentuk mashdar itu mengandung huruf-huruf dari akar kata fi‗lnya secara

lafzhiyyah, seperti: لمدا"–"(لدم) , atau perkiraan )تقدديرا( seperti: قتداال"–"قاتدل , atau bisa juga

diganti dengan huruf lain )معوضدا( seperti: دد)ددة–"و)" . Mashdar dari fi‘l tsulâtsî mujarrad,

menurut sebagian ahli nahwu, semuanya bersifat simâ‘î, tidak ada ketentuan khusus;

bentuknya berdasarkan apa yang didengar dari penutur asli bahasa Arab dan/atau yang

digunakan dalam kamus-kamus atau literatur bahasa Arab. Alasannya karena binâ’ atau

binyah (bentuk, bangunan) mashdar sangat variatif dan karena bentuk mashdar itu tidak

berupa satu ketentuan yang dapat dijadikan sebagai qiyâs (analogi) bagi mashdar-

mashdar yang lain. Sementara itu, sebagian ahli nahwu berpendapat bahwa mashdar dari

fi‘l tsulâtsî mujarrad itu bersifat qiyâsî, berdasarkan ketentuan dan analogi tertentu.

Pendapat ini didasari oleh adanya wazan-wazan mashdar yang maknanya dapat

diidentifikasi dan diklasifikasikan secara analogis. Misalnya, wazan فدعدددال yang

mengandung makna aib atau penyakit pada kata-kata berikut: محقدا-محد (دورا–(دور , –حددب ,مرضا–مرض atau حدبا سقما–سقم , dan مى-(مي) .

11

Secara umum mashdar dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: al-mashdar al-sharîh

dan al-mashdar al-mu’awwal. Dari kedua jenis ini, macam-macam mashdar

diklasifikasikan berdasarkan perspektif yang berbeda-beda. al-Mashdar al-sharîh املصددر( adalah nomina yang menunjukkan makna tertentu tanpa terikat dengan konsep الصدري (

waktu dan mengandung huruf-huruf fi‘l-nya, baik secara lafzhî maupun taqdîrî

(perkiraan), seperti: قتدل،ندوم،همدة،انتصدار،ضدربة dan sebagainya. Sedangkan al-mashdar al-

mu’awwal )املصدددراملددلول( adalah kata benda yang disusun dari fi‘l dengan huruf

mashdariyyah مدااملصددرية(/)أن dan menunjukkan makna yang secara implisit mengandung

10

al-Ghalâyainî, Jâmi’ al-Durûs…., h. 174-81. 11

Muhammad Bâsil ‗Uyûn al-Sûd, al-Mu’jam al-Mufashshal fî Tashrîf al-Af’âl, (Beirût: Dâr al-

Kutub al-‗Ilmiyyah, 2000), Cet. I, h. 32.

6

konsep waktu, seperti: يسدر أنتدعح يفاالمتحدان. Jika dirubah menjadi mashdar sharîh,

maka mashdar ini akan menjadi: 12.يسر جناحكيفاالمتحان

D. Wazan dan Jenis Mashdar

1. al-Mashdar al-Mujarrad, disebut juga al-mashdar al-tsulâtsî, yaitu mashdar yang

berasal dari fi‘l tsulâtsî mujarrad (kata kerja yang murni terdiri dari tiga huruf).Mashdarjenis ini mempunyai beberapa wazan (timbangan, formula). Di antaranya adalah wazan

fa'l )فدعدل( seperti: األكدلوالردربوالفهدمواألمدن; fa‘al )فدعدل( seperti: الفدرحوالشدلل; fu'lah )فدعلدة( seperti: محدرة،مدرة،صدفرة،خردرة; fu‘ûl )فدعدول( seperti: القعدود،والدوس،واردروج; fa'alân )فدعدالن( seperti: اوالنوالغليان; fi‘âl )فعال( seperti: اإلبداءوالعفدارواإلبداق; fu‘âl )فعدال( seperti: ،صددا،،سدعال dan ;صعوبة،سهولة،ملوحة :seperti )فعولة( fu‘ûlah ;جتارة،خياطة،زرا(ة :seperti )فعالة( fi‘âlah ;زكامودوار

fa‘âlah )فعالددة( seperti: بالغددة،فصدداحة،صددراحة. Mashdar jenis ini pada umumnya tidak

beraturan dan cara mengetahui wazannya berdasarkan simâ‘î.13

2. al-Mashdar al-mazîd, disebut juga, al-mashdar gair al-tsulâtsî, yaitu mashdar

yang berasal dari fi‘l yang sudah mendapatkan imbuhan, baik satu, dua atau tiga huruf.

Mashdar jenis ini pada umumnya beraturan atau qiyâsî. Karena itu, bentuk mashdar dari

wazan fa‘ala )فدعدل( pasti taf‘îl )تفعيدل( seperti: تسدليم،تكدرمي،تطهدت،تكلديم atau taf‘ilah )تدفعلدة(

untuk fi‘l mu‘tall seperti: توصدية،تيكيدة،تسدمية،تسدلية. Jika wazan af‘ala )أفدعدل(, maka bentuk

mashdarnya adalah if‘âl )إفعدال( seperti: حإسدالم،إحسدان،إكدرام،إصدال . Dan wazan "فا(دل" bentuk

mashdarnya adalah "مفا(لدة" atau "فعدال" seperti: 14 جماهددةوجهداد"–"جاهدد . Untuk lebih mudah

dan lengkapnya berikut ini adalah tabel wazan mashdar berimbuhan satu, dua, dan tiga

huruf:

املييدبد... الوزن املصدر األمثلة

تفعيل ،تدريس،حتسني،تغيت،تعمت،تصميم،توصيلتعليم

فعل

حرف

تدفعلة ترقية،تريية،تورية،تكملة،تيكية،تعمية...

تفعال تكرار،ترحاب،دتثال...

تكرار،تعداد... عالتدفإنتاج،إسهام،إمساك،إسعاد،إيصال،إسقاط،إقامة،إ(انة إفعال أفدعل

جماهدة،معاقشة،مسابقة،مدارسة،مكاملة،متابعة مفا(لة فا(ل

12

Najîb al-Labdî, Mu’jam…., h. 15. 13

George M. Abdul Masîh, al-Khalîl…, h. 396. 14

George M. Abdul Masîh, al-Khalîl…, h. 397.

7

جهاد،نقاش،سماق،وفاق،جدال.... فعالر....ل،تدب،،تأمد،تبج،تعه ،خترتعلم،تقرب،دتت تدفعل تفعل

تعاون،تعامل،تراحم،تعاطف،تواصي،تعاطي تفا(ل تفا(ل،،انتفا،،انتقام،اقرتاب،اجتهاد،اكتمال....اجتما افتدعال افتعل

انقطا،،انفصال،انفصام،انيالق،انمثاق،انطواء.... حرفني انفعال انفعلامحرار،اصفرار،اسوداد... افعالل افعل

استغفار،اسرتحام،اسرتاحة،استقامة،استغاثة استدفعال استفعلخليالق،ا(شيشاباخشيشان،ا افعيعال افعو(ل

ادهيمام،اسويداد،اشهيماب... ثالثةأحرف افعيالل افعالاجلواذ،ا(لواط.... افعوال افعول

Sementara itu, mashdar untuk fi'l rubâ‘î mazîd ada dua macam, yaitu berimbuhan

satu huruf, wazan تدفعلل seperti: تدحرجا–يتدحرج–تدحرج dan تمعثرا-يتمعثر–تمعثر dan dua huruf,

wacan افعدعالل seperti: افرنقا(دا–يفرنقد –افرنقد atau احرجنامدا-حيدرجنم–احدرجنم dan wazan افعدالل seperti اقشعرارا–يقشعر–اقشعر .

3. Mashdar al-marrah )مصددراملدرة(, disebut juga ism al-marrah atau mashdar al-‘adad,

adalah mashdar yang menunjukkan terjadinya frekuensi perbuatan, seperti: ضربأمحدالكلب Dari segi bentuknya, mashdar ini berwazan .(Ahmad memukul anjing sekali pukul) ضدربة

fa‘lah )فدعلدة( jika berasal dari tsulâtsî mujarrad, seperti: ضدربة،أكلدة،قفدية. Jika huruf asal

fi‗lnya lebih dari tiga, maka wazan mashdarnya sama dengan mashdar itu sendiri plus

tâ’, seperti: إكرامدة. Dan apabila pada mashdar diakhiri dengan tâ’, maka sesudah mashdar

itu perlu dilengkapi dengan ‘adad (kata bilangan) untuk membedakan antara al-mashdar

al-muakkad dan mashdar al-marrah,15

seperti: رمحتصديقيرمحةواحدة.

4. Mashdar al-hai’ah )مصددراهليئدة( disebut juga mashdar al-nau‘ atau al-mashdar al-

nau‘î, adalah mashdar yang menunjukkan keadaan, cara atau jenis suatu perbuatan,

seperti: مشدىالتلميدممشديةاعددي (Murid itu berjalan seperti tentara). Dari segi bentuknya,

mashdar ini berwazan fi‘lah )فعلدة( jika berasal dari tsulâtsî mujarrad, seperti: جلسدة. Jika

huruf asal fi‗lnya lebih dari tiga, maka wazan mashdarnya sama dengan mashdar itu

sendiri plus sifat/na‘t atau mudhâf ilaih seperti: أكرمتهإكراما(ظيماأوقرأالتلميمالقرآنقراءةمدرسه. 5. al-Mashdar al-mîmî )املصددرامليمدي(, disebut juga al-mashdar al-mu‘tamad, adalah

mashdar yang diawali dengan huruf mîm zâidah (tambahan). Dari segi maknanya,

15

George M. Abdul Masîh, al-Khalîl…, h. 397.

8

mashdar ini tidak berbeda dengan mashdar asli, bukan mîmî. Hanya saja, mashdar ini

maknanya lebih kuat. Wazannya adalah "مفعدل" untuk fi‘l tsulâtsî yang lâm fi‘l-nya tidak

berupa huruf ‘illat, seperti: مهبمد ذهدب dan berwazan "مفعدل" untuk binâ’ mitsâl wâwî

yang shahîh al-lâm seperti: مو(د،موضئف،موقموض ،موق، .16

6. Ism mashdar adalah lafazh yang menunjukkan makna mashdar, namun jumlah

hurufnya lebih sedikit dari huruf fi‘l atau akar katanya17

, seperti:كدالم متكلد atau توضدأ.وضوء

7. al-Mashdar al-hissî )املصدددراحلسددي( adalah mashdar yang menunjukkan makna

kejadian yang bersifat inderawi, fisik, dapat dilihat, dan diamati, seperti: جلدوس،لددمس،مشدي

dan sebagainya. Lawannya adalah al-mashdar al-qalbî.18

8. al-Mashdar al-qalbî adalah mashdar yang menunjukkan makna psikis, non-fisik,

atau batin, seperti: ،احددرتام،حتقددت،(لددم. Mashdar ini tidak sama dengan mashdar yang

menunjukkan perbuatan hati )مصددرأفعدالالقلدوب(, seperti: takut, senang, dan ingin, yang

biasanya menjadi salah satu syarat maf‗ûl li ajlih )مفعدولألجلده( seperti: التقتلدواأوالدكدمخشدية yang bermakna takut atau خشدية mashdar yang menjadi maf‘ûl li ajlih dalam ayat ini إمدالق

khawatir, yang bersifat psikis atau merupakan perbuatan hati.19

9. al-Mashdar al-Mahdh ) املصددددرا ددد( adalah mashdar sharîh ashlî yang

menunjukkan makna kejadian tanpa terikat oleh konsep waktu (kala) dan tidak

menunjukkan frekuensi maupun keadaan atau cara, tidak dimulai dengan mîm zâidah

(seperti mashdar mîmî), dan juga tidak diakhiri dengan yâ’ bertasydîd dan berakhiran tâ‘

ta’nîst marbûtah (seperti mashdar shinâ‘î). Contohnya seperti: ندوم،صديام،اسدتقمال. Ada yang

berpendapat bahwa secara umum mashdar dikelompokkan menjadi al-mashdar al-mahdh

dan al-mashdar gair al-mahdh.20

10. al-Mashdar al-shinâ‘î (mashdar buatan) adalah isim yang dibentuk dengan

akhiran yâ’ bertasydîdâ dan tâ’ al-marbûthah, untuk menunjukkan makna ada sifat yang

dinisbahkan kepada kata dibentuk menjadi mashdar, seperti: اإلنسانية اإلنسان atau احلر.(maknanya: manusia kemanusiaan, bebas kebebasan) احلرية

21

16

George M. Abdul Masîh, al-Khalîl…, h. 397. 17

al-Ghalâyainî, Jâmi’ al-Durûs…, h. 180. 18

George M. Abdul Masîh, al-Khalîl…, h. 392. 19

George M. Abdul Masîh, al-Khalîl…, h. 394. 20

George M. Abdul Masîh, al-Khalîl…, h. 396. 21

al-Ghalâyainî, Jâmi’ al-Durûs…, h. 180.

9

11. al-Mashdar al-Mubham )املصدددراملددمهم(, disebut juga al-mashdar al-mu’akkid,

adalah mashdar yang hanya terbatas pada makna penguat, tanpa tambahan makna lain,

seperti idhâfah atau ‘adad (frekuensi, bilangan). Mashdar ini dalam struktur kalimat

biasanya menjadi maf‘ûl muthlaq, seperti: انتشددراإلسددالميفإندونيسددياانتشددارا.Mashdar ini

dibedakan dengan al-mashdar al-mukhtashsh.22

12. al-Mashdar al-mukhtashsh ) املصددراملتدت(, disebut juga al-mashdar al-mubayyin,

adalah mashdar yang mengandung makna penguat dengan tambahan lain di luar lafazh

mashdar ini berupa sifat atau idhâfah. Jika kata setelah mashdar ini menjelaskan jenis

atau sifat kejadiannya, maka disebut al-mashdar al-mubayyin li al-naw‘, seperti: قرأتالقرآن Sedangkan jika kata setelah mashdar itu menjelaskan frekuensi kejadian, maka .قدراءةجهريدة

disebut al-mashdar al-mubayyin li al-‘adad, seperti: 23.نأكليفاليومثالثأكالت

13. al-Mashdar al-Mutasharrif )املصددراملتصدرف( adalah mashdar yang dapat berubah

harakat i‗râbnya dan mengalihkan mashdariyyah pada kondisi nashab ke dalam kondisi

lainnya, seperti: إنالفهدمضدروري .–الفهدمضدروري–فهمدتفهمدا(ميقدا Mashdar ini dibedakan dari

al-mashdar gair al-mutasharrif.24

14. al-Mashdar gair al-mutasharrif )املصددرغدتاملتصدرف( adalah mashdar yang tetap

dalam kondisi nashab, seperti: معداذ....،سدمحان. Mashdar ini digunakan dalam struktur

mudhâf (tarkîb idhâfî), seperti: ...سمحاناهلل،معاذاهلل،لميك،حعانيك.25

E. Abniyat al-Mashdar al-Qiyâsî

Mashdar dari fi‘l tsulâtsî, yang oleh ahli nahwu tersebut dipandang sebagai qiyâsî,

setidak-tidaknya mempunyai 10 bentuk atau wazan, berikut identifikasi penunjukan atau

maknanya. Sepuluh wazan mashdar itu adalah sebagai berikut:

Wazan ini pada umumnya berlaku bagi verba transitif (fi‘l muta‘addî) dan dapat .فدعدل .1

menjadi wazan bagi semua bab fi‘l kecuali bab: يدفعدل-فعدل . Contohnya adalah sebagai

berikut:

a. يدفعل–فعل , seperti: خلقا(–)خل atau غيوا(–)غيا

b. ل–فعل يدف , seperti: )و(دا(،)رمى–ضربا(،)و(د–ضرب) - رميا

c. يدفعل–فدعل , seperti: نفعا(،–)نف atau وضعا(–)وض

22

George M. Abdul Masîh, al-Khalîl…, h. 395. 23

George M. Abdul Masîh, al-Khalîl…, h. 396. 24

George M. Abdul Masîh, al-Khalîl…, h. 396. 25

George M. Abdul Masîh, al-Khalîl…, h. 394.

10

d. يدفعل-فعل , seperti: محدا(–)محد atau خوفا(–)خاف e. يدفعل-فعل , seperti: ومقا(–)وم atau 26يأسا(–)يئس

–)فعدل Mashdar ini berlaku untuk fi‘l tsulâtsî lâzim (intransitif) yang berwazan .فدعدل .2يدفعل(–)فعل atau يدفعل( dengan varian makna sebagai berikut:

a. menunjukkan makna aib, cacat, atau penyakit, seperti: محقا(-)مح atau ورا(-)(ور)

b. menunjukkan rasa takut, seperti: ،فدي(ا(–)في atau وجال(–)وجل

c. menunjukkan penyakit, seperti: مرضا(–)مرض atau سقما(–)سقم

d. menunjukkan rasa sedih, seperti: حينا(–)حين atau ندما(–)ندم

e. menunjukkan suka cita, seperti: فدرحا(–)فرح atau جمال(–)جمل

f. menunjukkan rasa lapar atau dahaga, seperti: طشا(–)(طش) atau ظمأ(–)ظمئ

g. menunjukkan emosi, marah, seperti: غرما(–)غرب atau نديقا(–)نيق

h. menunjukkan perhiasan, seperti: حورا(–)حور atau ،ور(ا(–)ور

Mashdar ini berlaku bagi fi‗il tsulâtsî lâzim yang ‘ain fi‘il-nya difathah pada .فدعدول .3

bentuk mâdhî, meliputi tiga bab, yaitu: يدفعدل–يدفعدل،فدعدل–يدفعدل،فدعدل–"فدعدل" , dan juga

bagi fi‗l mâdhî yang ‘ain fi‘l-nya dikasrah, yaitu يدفعدل"–"فعدل . Mashdar dengan wazan

ini disyaratkan shahîh al-‘ain (‘ain fi‘l-nya berupa huruf shahîh, bukan ‘illat), tidak

menunjukkan makna: mencegah, goncang, suara, perjalanan, penyakit atau profesi.

Contohnya adalah sebagai berikut:

a. يدفعل–فدعل , seperti: ودسح–يسحد–سحد dan دندوا–يدنو–دنا

b. يدفعل–فدعل , seperti: جلوس–جيلس–جلس dan ورود-يرد–ورد c. يدفعل–فدعل , seperti: ذهوب–يمهب–ذهب dan هدوء-يهدأ–هدأ d. يدفعل–فعل , seperti: قدوم–يقدم–قدم

Mashdar ini berlaku bagi fi‘il tsulâtsî lâzim yang ‘ain fi‘il-nya difathah pada .فعيدل .4

bentuk mâdhî dan pada umumnya mengandung makna suara atau bunyi, seperti yang

berikut:

a. يفعل–فعل seperti: هديرا هدر b. يفعل–فعل seperti: صهيال صهل atau ضحيحا ضج

c. يفعل–فعل seperti: شحيحا شحج Ada juga yang menunjukkan makna perjalanan, yaitu wazan يفعدل"–"فعدل , seperti:

خميما خب dan وجيفا وجف

26

Abû Muhammad ‗Abdullah ibn Muslim ibn Qutaibah, Adab al-Kâtib, Tahqîq Muhammad

Tha‘mah al-Halabî, (Beirût: Dâr al-Ma‘rifah, 1997), Cet. I, h. 390.

11

Mashdar ini berlaku bagi fi‘l tsulâtsî lâzim yang ‘ain fi‘l-nya difathah pada .فدعدال .5

bentuk mâdhî dan pada umumnya mengandung makna suara atau bunyi, seperti yang

berikut:

a. يفعل–فعل seperti: د(اء د(ا atau زقاء زقا b. يفعل–فعل seperti: بكاء بكى atau واء) وى) c. يدفعل–فدعل seperti: صراخا صرخ

Ada juga yang menunjukkan makna penyakit, yaitu wazan: يفعدل"–ل"فعد , seperti:

سعاال سعل يفعل"–"فعل , seperti: طاسا) طس), dan يفعل"–فعل " seperti: سهاما سهم Mashdar ini berlaku bagi fi‘il tsulâtsî lâzim yang ‘ain fi‘il-nya difathah pada فعدال .6

bentuk mâdhî dan pada umumnya menunjukkan makna penolakan atau

pembangkangan, seperti yang berikut:

a. يفعل–فعل , seperti: شرادا شرد

b. يفعل–فعل , seperti: نفارا نفر c. ل–فعل يف , seperti: إباء أىب Ada juga yang menunjukkan makna ciri atau tanda, seperti: كشداحا كشد atau dapat

juga menunjukkan makna perbuatan manusia, khususnya yang berasal dari fi‘l yang

mu‘tall al-‘ain, seperti:صيام قيام،صام قام dan غياب غاب. Mashdar ini berlaku untuk fi‘l tsulâtsî lâzim (intransitif) yang ‘ain fi‘il-nya .فدعدالن .7

difathah pada bentuk mâdhî, jika menunjukkan makna perubahan. Wazan mashdar

jenis ini adalah sebagai berikut:

a. يفعل–فعل , seperti: ندقيانا ندقي dan جوالنا جال

b. يفعل–فعل , seperti: سالنا) سل) dan طتانا طار

c. ل–فعل يف , seperti: عانا مل

مل

–"فعدل Mashdar ini berlaku untuk semua bab fi‘l tsulâtsî mujarrad, kecuali bâb .فعالدة .8 dan pada umumnya menunjukkan makna profesi, pekerjaan, tugas, dan yang يدفعدل"

sejenisnya. Contoh masing-masing bâb adalah sebagai berikut:

a. يفعل–فعل , seperti: خالفة خلف dan سياسة ساس

b. يفعل–فعل , seperti: قصابة محاية، قصب محى dan خياطة خاط

c. ل–فعل يف , seperti: سعاية سعى

d. ليفع–فعل , seperti: إمارة أمر e. ل–فعل يف , seperti: والية ويل

12

يدفعددل"-"فدعددل Mashdar ini hanya berlaku untuk verba bab .فدعالددة .9 dengan varian

penunjukan makna sebagai berikut:

a. Kekuatan atau keberanian, seperti: شحا(ة شح dan صالبة صلب.

b. Kecil, hina atau besar, seperti: حقارة حقر dan ضتامة ضتم.

c. Kebersihan, seperti: طهارة طهر dan نظافة نظف. d. Kebaikan atau keburukan, seperti: مالحة مل dan قماحة قم.

يدفعددل"-"فدعددل Mashdar ini pada umumnya berlaku untuk verba bab .فدعولددة .10 yang

menunjukkan makna mudah atau sukar, seperti: سهولة سهل dan صعوبة صعب.27

Tammâm Hassân menawarkan klasifikasi bangunan mashdar tsulâtsî sebagai

berikut. Bentuk mashdar tsulâtsî dibagi menjadi tiga, yaitu: فدعدل،فعدل،وفدعدل. Wazan fa’ala

dibagi menjadi dua, yaitu: al-lâzim dan al-muta’addî. Yang lâzim dibagi lagi menjadi

dua, yaitu (1) mu’tall al-‘ain, yang mempunyai tiga wazan, yakni: ،)فدعدل)سدت(،وفعدال)قيدام ,(larangan) امتعدا، dan (2) zdu dalâlah khâshshah, meliputi empat makna: (a) وفعالدة)سدياحة(

seperti: إياء, (b) تقليب (pembalikan), seperti: غليان (mendidih), (c) داءأوصدوت (penyakit atau

suara), seperti: ،صددا (sakit kepala) dan صدراخ (suara tangis, tangisan), dan (d) ةأوواليدةحرفد

(profesi atau kekuasaan) seperti: جتدارةوسدفارة. Sedangkan yang muta’addî diklasifikasikan

menjadi muthlaq seperti برضد dan masyrûth yang menunjukkan makna profesi seperti:

(menjahit) خياطة 28

.

Sementara itu, wazan fa’ila dikelompokkan menjadi dua, yaitu al-lâzim dan al-

muta’addî. Yang lâzim dibagi menjadi dua, yaitu: muthlaq seperti: حرفدد dan masyrûth

yang diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: (1) menunjukkan profesi dan kekuasaan,

seperti: مدادة–سدياحة) , (2) menunjukkan warna seperti: محدرة (merah), dan (3) menunjukkan

deskripsi pelaku, seperti: قددوم (kedatangan). Sedangkan yang muta’addî berwazan فدعدل seperti: فهدم. Adapun yang mashdar dari فدعدل dikelompokkan menjadi dua wazan, yaitu:

29.فصاحةوبالغة :seperti فعالة dan صعوبةوسهولة :seperti فدعولة

Dari uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa ragam bentuk, wazan, dan makna

mashdar dalam bahasa Arab sangat beragam. Keragaman ini, antara lain, disebabkan oleh

sistem qiyâs (proses analogi) yang menjadikan suatu kata dapat ditashrif dan dibentuk

sesuai dengan wazan yang berlaku. Selain itu, akurasi bangsa Arab, khususnya para nuhat

27

Muhammad Bâsil ‗Uyûn al-Sûd, al-Mu’jam al-Mufashshal …., h. 32-34. 28

Tammâm Hassân, al-Khulâshah al-Nahwiyyah, (Kairo: ‗Âlam al-Kutub, 2000), Cet. I, 47-49. 29

Tammâm Hassân, al-Khulâshah…, h. 47.

13

dalam memberlakukan metode samâ’ atau simâ’ (mendengar, menelusuri, dan mengikuti

yang valid dari orang Arab yang terpercaya dalam hal penggunaan kata dan kalimat) juga

menjadi faktor utama yang membuat bahasa Arab memiliki keragaman mashdar yang

luar biasa.30

Usia bahasa Arab sebagai bahasa Semit yang tetap eksis dan dikemudian

dipilih oleh Allah sebagai bahasa kitab suci juga menjadi faktor lain yang membuat

mashdar dan derivasi lainnya memiliki tingkat keragaman yang tinggi.

F. Mashdar dalam Bentuk Mutsannâ dan Jama‘

Seperti ism pada umumnya, mashdar dapat di-mutsannâ-kan (dibentuk dalam

makna dua) dengan cara menambahkan alif dan nûn [ان+... ] dalam kondisi rafa‘ atau

yâ’ dan nûn يدن+...] ], seperti: فهمدان جتارتدان ,فهدم شدفا(تان ,جتدارة شدفا(ة atau اسدتعماطني

,اسدتعماط دتهيدددتهيددين Bentuk mutsannâ tersebut juga .جماهددة جماهددتني dan جتدارة جتدارتني ,

berlaku bagi mashdar mîmî dan mashdar syâdh (tidak lazim) yang berbentuk ism maf‘ûl

(tetapi bermakna mashdar). Contoh mutsannâ mashdar mîmî: مو(دان/مو(دددين مو(ددد, "المعقوللهيفالعوائبوال :sedangkan contoh mashdar syâdh adalah ;مصلحة مصلحتان/مصلحتني .جملودان/جملودين dan معقوالن/معقولني :bentuk mutsannâ-nya adalah ,جملود(ليها"

Demikian pula, mashdar dapat dijadikan jama‗ dengan jama' mu’annats sâlim

(beraturan) dan jama‘ taksîr (tidak beraturan). Sebagian yang lain dijama‗kan lagi dari

jama‘ taksîr menjadi mu’annats sâlim, seperti: فديوضدات بيوتدات ,فددي جفديدوض بيدتج31.فددت جفتدوح فتوحدات dan بيدوت

Namun demikian, mayoritas mashdar dijama‗kan secara

qiyâsî (analogi) dengan jama‘ mu’annats sâlim, yaitu dengan menambahkan alif dan tâ’

al-maftûhah )ات+....(, baik untuk mashdar ashlî, seperti: ،مدادات)خالفدةجخالفدات،(مدادةج ,مشدددغلةجمشدددغالت،مسدددعاةجمسدددعيات،ممددداءةجممددداءات :mashdar mîmî, seperti ,ذكددرىجذكريددداتmaupun mashdar shinâ‘î, seperti: سلوكيةجسلوكيات،قوميةجقوميدات،إنسدانيةجإنسدانيات. Mashdar

ashlî yang berakhiran dengan tâ’ al-marbûthah juga dijama‗kan dengan jama‗ mu’annats

sâlim, seperti: توصديةجتوصديات،جتليدةججتليدات،زليلدةجزلديالت. Demikian pula, mashdar dari fi'l

tsulâtsî mazîd pada umumnya juga dijama‗kan dengan cara tersebut. Sedangkan mashdar

dari fi‘l tsulâtsî mujarrad sebagiannya mempunyai bentuk jama‘ taksîr, seperti: شدرابج

30

Kâshid Yâsir al-Zaidî, Fiqh al-Lughah al-‘Arabiyyah, (‗Ammân: Dâr al-Furqân, 2005), Cet. I, h.

287 passim. 31

Lihat al-Tûnusî, Muhammad al-Khalîfah, "al-Mashdar Kaifa Yutsannâ wa Kaifa Yujma‗", dalam

Jurnal al-‘Arabî, Kuwait: Edisi 223, Juni 1977.

14

فجأشدددربة،غيدددبجغيددددوب،(لدددمج(لدددوم،نشدددداطجأنشدددطة،قدددولجأقددددوال،وهدددمجأوهدددام،د(دددداءجأد(يدددة،وصدددد أوصاف.

G. ‘Amal al-Mashdar Mashdar, baik nakirah (indefinitive) maupun ma‘rifah (definitive), itu beramal

(mempunyai fungsi gramatikal) sebagaimana ‗amal fi‗ilnya, baik transitif (muta‘ddi)

maupun intransitif (lâzim). Jika fi'ilnya itu transitif (muta‘addi), maka fungsi gramati-

kalnya juga transitif, yakni mempunyai fâ‘il dan maf‘ûl. Mashdar dapat beramal dengan

beberapa syarat32

. Pertama, mashdar dapat ditempati atau diganti dengan أن)املصددرية(+فعدل sementara kala menunjukkan masa lampau maupun masa mendatang, seperti: حمدتمدن)كلمتدهأمدس :Kalimat ini dapat dirubah menjadi .كالمدكممدداأمدس :Contoh lainnya .(حمدتمدنأن

Mashdar dapat ditempati atau .يسدر أنتصدع اردتغددا :dan diganti dengan يسدر صدعدعكاردتغددا

diganti dengan مددا)املصدددرية(+فعددل sementara kala menunjukkan masa kini (sekarang),

seperti: "يمهحينإطعامكاليتيماآلن" dapat diganti menjadi: "يمهحينماتطعمكاليتيماآلن". Kedua, mashdar tidak di-tashgîr (dibentuk menjadi wazan tertentu yang bermakna

kecil, mini). Karena itu, penggunaan mashdar mushaghghar tidak diperbolehkan, seperti

dalam kalimat: "أ(حمدينكليمدك(ليدااآلن". Ketiga, mashdar tidak dapat diganti dengan dhamîr

(kata ganti), seperti: " مدرورياالددحسدنوهدوبعمدرقمدي". Dhamîr "هدو" dalam kalimat tersebut

tidak dapat menggantikan mashdar sebelumnya. Keempat, mashdar tidak dibatasi oleh

tâ’ al-wahdah (yang menunjukkan makna tunggal, sekali) dan karena itu, kalimat berikut

dianggap tidak benar: "ساءتينضربتكأخداك". Kelima, mashdar tidak disifati sebelum beramal,

maka kalimat berikut dianggap tidak benar: "سدر كالمدكايددابعدك". Keenam, mashdar tidak

dipisahkan dari ma‘mûl-nya dengan kata tertentu, seperti: "أ(حمددينإكرامددكمددرتنيأخدداك". Ketujuh, mashdar yang beramal harus mendahului ma‘mûl-nya. Karena itu, kalimat

berikut tidak dianggap benar: "أ(حمدينممدداإكدرامخالدد". Hal ini berlaku untuk mashdar yang

dapat ditempati oleh أن)املصددرية(+فعدل. Jika mashdar itu menempati posisi amr (perintah),

seperti: "ضدرباالفداجر", maka ma‘mûl-nya boleh didahulukan, sehingga menjadi: ضدربا""الفداجر ,

dalam makna: "اضربالفاجر" atau "الفاجراضرب". Mashdar yang beramal dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) mashdar dalam posisi

mudhâf, (2) mashdar yang disertai al, dan (3) mashdar yang tidak mudhâf dan tidak

32

‗Abd al-Ghanî al-Daqar, Mu’jam al-Qawâ’id al-‘Arabiyyah fi al-Nahwî wa al-Tashrîf wa

Dzuyyila bi al-Imlâ’, (Damaskus: Dâr al-Qalam, 2001), Cet. III, h. 469.

15

disertai al. Mashdar mudhâf yang beramal itu ada lima: (a) mudhâf kepada fâ‘il-nya lalu

disusul dengan maf‘ûl bih (obyeknya), seperti: ..ولدوالدفد اهللالعداسبعردهمبدمع لفسددتاألرض"("151)المقرة: ; (b) mudhâf kepada maf‘ûl bih-nya, seperti: وهلل(لىالعاسحجالميتمناسدتطا،إليده

("77سدميال)آلدد(مددران: ; (c) mudhâf kepada fâ’il, tetapi maf‘ûl bih-nya tidak disebutkan,

seperti: :كدداناسددتغفارإبددراهيمألبيددهإال(ددنمو(دددةو(دددهاإيددا ...)التوبددة ("331"ومددا ; (d) mudhâf kepada

maf‘ûl bih-nya, tetapi fâ’il-nya tidak disebutkan, seperti: يسدئماإلنسددانمددند(دداءارددت..."ال(94)فصدلت: Pengertian ayat ini adalah: "..مدند(ائدهاردت..."; dan (e) mudhâf kepada zharf

33,

seperti: "سر انتظاريومامعةالعاس(لماءهم". Sementara itu, mashdar beramal yang didahului al (ا)لدد sangat sedikit menurut

riwayat (simâ‘î) dan lemah menurut qiyâs, karena dengan didahuluinya al posisi-nya

menjadi semakin tidak mirip dengan fi‘l, seperti syair berikut: ضدعيفالعكايدةأ(دداء اخيدال Adapun mashdar beramal yang tidak dalam posisi mudhâf dan juga tidak .الفدراريراخدياألجدل

didahului al lebih dianologikan (di-qias-kan) dengan amal mashdar itu ketika mudhâf,

karena menyerupai fi‘l ketika dinakirahkan, seperti: "أوإطعداميفيدومذيمسدغمة،يتيمداذامقربدة"(15-19)الملد:

H. Fungsi, Makna, dan Aplikasi Mashdar dalam Struktur Kalimat

Mashdar kadang juga berfungsi sebagai pengganti fi‘l yang tidak disebutkan.

Mashdar seperti ini dibaca nashab sebagai maf‘ûl muthlaq dan dinashabkan oleh fi‘l dari

lafazhnya sendiri, seperti: " ضدرباالفاسد" atau .(32..)اإلسدراء:"وبالوالددينإحسدانا Kedua mashdar

dalam contoh pertama dan ayat ini mengandung makna perintah: "Pukullah orang fasiq."

dan "Berbuat baiklah kepada kedua orang tua."

Kata yang berbentuk mashdar dalam bahasa Arab mempunyai beberapa varian

makna dalam bahasa Indonesia, sesuai dengan posisinya dalam struktur kalimat. Jika

berada dalam pola kalimat: فعل+جار+جمرور+أن+فعل)فا(ل(/مصدرصري, maka kata mashdar

dapat dimaknakan dalam bentuk verba aktif, seperti: يسدهللعداأنأتعلدملتعلدم[اللغدةالعربيدة (Kita

mudah mempelajari bahasa Arab). Sementara itu, jika berada dalam pola kalimat: +فعدل maka mashdar dapat dimaknai ,فعدل+مصدددر)فا(دل(+مرددافإليده atau مصددر)فا(ل/نائدبفا(ددل(

berupa verba pasif atau seperti kata benda jadian (bentukan dari verba). Contoh kalimat

Arab berikut terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

33

‗Abd al-Ghanî al-Daqar, Mu’jam al-Qawâ’id…, h. 470-471.

16

الجمل اإلندونيسية الجمل العربية الرقم

Dapat dikatakan bahwa Islam merupakan agama إن اإلسالم دين العدالة. القوليمكن 3

keadilan.

.Anak harus dididik berani على الشجاعة. تهذيب الطفليجب 3

Ayat-ayat muhkamat tidak boleh ditakwilkan اآليات المحكمات. تأويلال يجوز 2

(diinterpretasi).

Tujuan yang hendak dicapai adalah islamisasi هو أسلمة العلوم تحقيقهالهدف الذي يراد 1

ilmu.

ر التغييقد دخل على المسجد النبوي 5 والترميم.

Masjid Nabawi telah mengalami perubahan dan

renovasi.

المجملة فى بعض شرح اآلياتيأتى 6 األحاديث النبوية

Penjelasan ayat-ayat yang global terdapat dalam

beberapa hadis Nabi.

Selain itu, untuk menyatakan ―proses‖ atau ―transformasi‖ seperti: modernisasi,

islamisasi, amerikanisasi, dan swastanisasi (….sasi) juga digunakan mashdar, antara

lain, dengan wazan dan dalam struktur kalimat sebagai berikut:

الجمل اإلندونيسية الجمل العربية الوزن

/و(لةف

فعللة

طرح إسماعيل الفاروقي فكرة في أهمية العلوم أسلمة

Ismail al-Faruqi menyampaikan gagasan mengenai

pentingnya islamisasi ilmu pengetahuan.

.Hakekat globalisasi adalah amerikanisasi .األمركةهي العولمةة حقيق

تدفعيل

تشجيرالحكومة اإلندونيسية تقوم حاليا ب المناطق الجبلية.

Pemerintah Indonesia sekarang melakukan

reboisasi pada kawasan pegunungan.

الوسائل تحديثنحن في حاجة إلى نظام التربية تجديدالتعليمية في إطار

والتعليم.

Kita perlu melakukan modernisasi media

pembelajaran dalam rangka reformasi sistem

pendidikan dan pembelajaran.

عةلعفد

الشركات ةنأهلأصدرت الحكومة قرارا ب للخدمات الجماهيرية.

Pemerintah mengeluarkan keputusan mengenai

swastanisasi perusahaan-perusahaan layanan

publik.

عامل من العوامل التي تؤدي العلمنةإن بالمجتمع الغربي إلى االبتعاد عن الدين.

Sekularisasi merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan masyarakat Barat menjauh dari

agama.

J. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

17

Pertama, mashdar merupakan salah satu bentuk kata dalam bahasa Arab yang paling

kompleks, multi-penamaan, variatif, dan kontroversial, baik dari segi etimologi,

morfologi, sintaksis maupun semantiknya karena keluwesan sistem isytiqâq dan qiyâs

yang sangat tinggi, selain karena adanya usaha sungguh-sungguh untuk menjadikan

bahasa Arab mampu merespon tuntutan dan perkembangan zaman.

Kedua, implikasi semantik dari keragaman bentuk mashdar adalah banyak jenis

makna yang dapat diakomodasi oleh bentuk mashdar ini, mulai dari profesi hingga

transformasi, sehingga bahasa Arab mampu memenuhi tuntutan peristilahan untuk

kosakata yang bernuansa ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ketiga, mashdar dapat diaplikasikan dalam struktur kalimat dalam berbagai posisi

dan kedudukan, serta dapat diterjemahkan penggunaanya sesuai dengan konteks

kalimatnya. Karena itu, pemahaman bentuk mashdar mengharuskan kita memahami

konteks kalimatnya agar dapat dimaknai dan distrukturkan dalam kalimat secara baik,

benar, dan akurat. Wallahu A’lam bi al-shawâb!

DAFTAR PUSTAKA

‗Abd al-Masîh, George M. dan Hani George Tabrî, al-Khalîl: Mu‘jam Mushthalahât al-

Nahwî al-‘Arabî, Beirût: Maktabah Lubnân, Cet. I, 1990.

al-Daqar, ‗Abd al-Ganî, Mu‘jam al-Qawâ’id al-‘Arabiyyah fi al-Nahwî wa al-Tashrîf wa

Dzuyyila bi al-Imlâ’, Damaskus: Dâr al-Qalam, Cet. III, 2001.

al-Galâyainî, Mushthafâ, Jâmi‘ al-Durûs al-‘Arabiyyah, Beirût: al-Maktabah al-

‗Ashriyyah, Cet. XII, 1984.

Hassân, Tammâm, al-Khulâshah al-Nahwiyyah, Kairo: ‗Âlam al-Kutub, Cet. I, 2000.

Ibn Hisyâm al-Anshârî, Abû Muhammad Abdullah Jamâluddîn, Syarh Qathr al-Nadâ wa

Ball al-Shadâ, Riyâdh: Maktabah al-Riyâdh al-Hadîtsah, tt.

Ibn Jinnî, Abû al-Fath ‗Utsmân, al-Luma‘ fi al-‘Arabiyyah, Ditahqîq oleh Hâmid al-

Mu‘min, Beirût: Maktabah al-Nahdhah al-‗Arabiyyah, Cet. II, 1985.

Ibn Qutaibah, Abû Muhammad ibn ‗Abdullah ibn Muslim, Adab al-Kâtib, Ditahqîq oleh

Muhammad Tha‗mah al-Halabî, Beirût: Dâr al-Ma‗rifah, Cet. I, 1997.

al-Labdî, Muhammad Samîr Najîb, Mu‘jam al-Mushthalahât al-Nahwiyyah wa al-

Sharfiyyah, Beirût: Mu‘assasah al-Risâlah, Cet. I, 1985.

18

Madkûr, ‗Alî Ahmad, Tadrîs Funûn al-Lughah al-‘Arabiyyah, Kairo: Dâr al-Fikr al-

‗Arabî, 2000.

al-Maidânî, ‗Abd al-Rahman Hasan Habannakah, al-Balâghah al-‘Arabiyyah: Ususuhâ

wa ‘Ulûmuhâ wa Funûnuhâ, Jilid I, Damaskus: Dâr al-Qalam, Cet. I, 1996.

Musthafâ, Ibrâhîm, dkk., al-Mu’jam al-Wasîth, Jilid I, Istanbul: al-Maktabah al-

Islâmiyyah, Cet. III, 1999.

Ridhâ, ‗Alî, al-Marji‘ fi al-Lughah al-‘Arabiyyah: Nahwahâ wa Sharfahâ, Juz I, Beirût:

Dâr al-Fikr, tt.

al-Tûnusî, Muhammad al-Khalîfah, "al-Mashdar Kaifa Yutsannâ wa Kaifa Yujma‗",

dalam Jurnal al-‘Arabî, Kuwait: Edisi 223, Juni 1977.

‗Uyûn al-Sûd, Muhammad Bâsil, al-Mu‘jam al-Mufashshal fî Tashrîf al-Af‘âl al-

‘Arabiyyah, Beirût: Dâr al-Kutub al-‗Ilmiyyah, Cet. I, 2000.

Yâqût, Mahmûd Sulaimân, Manhaj al-Bahts al-Lugawî, Alexandria: Dâr al-Ma‗rifah al-

Jâmi‗iyyah, Cet. I, 2002.

al-Zaidî, Kâshid Yâsir, Fiqh al-Lughah al-‘Arabiyyah, ‗Ammân: Dâr al-Furqân, Cet. I,

2005.